Anda di halaman 1dari 42

PENDAHULUAN

Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat
menjadikan pendidikan itu kehilangan arah. Berhubung dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. PEMBAHASAN A. PENGERTIAN ALIRAN ESENSIALISME DAN SEJARAHNYA Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka beranggapan bahwa kebudayaan lama itu telah banyak memperbuat kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang mereka maksud dengan kebudayaan lama itu adalah yang telah ada semenjak peradaban manusia yang pertama-tama dahulu. Akan tetapi yang paling mereka pedomani adalah peradaban semenjak zaman Renaissance, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari aktivitas manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu terletak dalam ajaran para ahli filsafat, ahli-ahli pengetahuan yang telah mewariskan kepada umat manusia segala macam ilmu pengetahuan yang telah mampu menembus lipatan qurun dan waktu dan yang telah banyak menimbulkan kreasi-kreasi bermanfaat sepanjang sejarah umat manusia. Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan progrevisme terhadap nilainilai yang tertanam dalam warisan budaya/ sosial. Menurut Esensialisme, nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus-ratus tahun, dan didalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Bagi aliran ini Education as Cultural Conservation, Pendidikan Sebagai Pemelihara Kebudayaan. Karena ini maka aliran Esensialisme dianggap para ahli Conservative Road to Culture yakni aliran ini ingin kembali kekebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme percaya bahwa pendidikan itu harus didasarkan kepada nilainilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama sehinga memberikan kestabilan dan arah yang jelas. B. CIRI-CIRI UTAMA ALIRAN ESENSIALISME Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai tinjauan yang berbeda dengan progressivisme mengenai pendidikan dan kebudayaan. Jika progressivisme menganggap pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang, maka aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan lama dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan terseleksi Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif, selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan Esensialistis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan belas. Idealisme dan Realisme adalahaliran-aliran filsafat yang membentuk corak Esensialisme. Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat ini bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu. Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat utama masing-masing. Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri. Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut : 1. minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa. 2. pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.

3.

oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. 4. esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah. C. POLA DASAR PENDIDIKAN ESSENSIALISME Uraian berikut ini akan memberikan penjelasan tentang pola dasar pendidikan aliran esensialisme yang didasari oleh pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah kepada keduniaan, serba ilmiah dan materialistik. Untuk mendapatkan pemahaman pola dasar yang lebih rinci kita harus mengenal dari referensi pendidikan esensialisme. Imam Barnadib (1985)11) mengemukakan beberapa tokoh terkemuka yang berperan dalam penyebaran aliran essensialisme dan sekaligus memberikan pola dasar pemikiran mereka. 1. Desidarius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad ke15 dan permulaan abad ke 16, adalah tokoh pertama yang menolak pandangan hidup yanag berbijak pada dunia lain. Ia berusaha agar kurikulum di sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional, sehingga dapat diikuti oleh kaum tengahan dan aristokrat. 2. Johann Amos Comeniuc (1592-1670), tokoh Reinaissance yang pertama yang berusaha mensistematiskan proses pengajaran. Ia memiliki pandangan realis yang dogmatis, dan karena dunia ini dinamis dan bertujuan, maka tugas kewajiban pendidikaan adalah membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan. 3. John Lock (1632-1704), tokoh dari inggris dan populer sebagai pemikir dunia mengatakan bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi. 4. Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827), mempunyai kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada diri manusia terdapat kemampuankemampuan wajarnya. Selain itu ia percaya kepada hal-hal yang transendental, dan manusia mempunyai hubungan transendental langsung dengan Tuhan. 5. Johann Frederich Frobel (1782-1852), seorang tokoh transendental pula yang corak pandangannya bersifat kosmissintetis, dan manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari alam ini. Oleh karena itu ia tunduk dan mengikuti ketentuan dari hukum-hukum alam. Terhadap pendidikan ia memandang anak sebagai makhluk yang berekspresi kreatif, dan tugas pendidikan adalah memimpin peserta didik kearah kesadaran diri sendiri yang murni, sesuai fitrah kejadiannya. 6. Johann Fiedrich Herbart (1776-1841), salah seorang murid Immanuel Kant yang berpandangan kritis. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari Yang Mutlak, berarti penyesuaian dengan hukumhukum kesusilaan, dan ini pula yang disebut pengajaran yang mendidik dalam proses pencapaian pendidikan.

7.

Tokoh terakhir dari Amerika Serikat, William T. Harris (1835-1909)-pengikut Hegel, berusaha menerapkan Idealisme Obyektif pada pendidikan umum. Menurut dia bahwa tugas pendidikan adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual. Keberhasilan sekolah adalah sebagai lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi penuntun penyesuaian diri setiap orang kepada masyarakat

D. BEBERAPA PANDANGAN DALAM ESENSIALISME Sebagai reaksi dalam tuntutan zaman yang ditandai oleh suasana hidup yang menjurus kepada keduniaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mulai terasa sejak abad ke15, realisme dan idealisme perlu menyusun pandanganpandangan yang modern. Untuk itu perlu disusun kepercayaan yang dapat menjadi penuntun bagi manusia agar dapat jadi penuntun bagi manusia agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan itu. Kepercayaan yang dimaksud diusahakan tahan lama, kaya akan isinya dan mempunyai dasar-dasar yang kuat. Dasar-dasar yang telah diketemukan, yang akhirnya dirangkum menjadi konsep filsafat pendidikan esensialisme ini, tamapk manifestasinya dalam sejarah dari zaman Renaisans sampai timbulnya Progresivisme. 1. PANDANGAN MENGENAI REALITA Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsepsi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula, ini berarti bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata tersebut. Dibawah ini adalah uraian mengenai penjabarannya menurut realisme dan idealisme. a. Realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme obyektif karena mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta tempat manusia didalamnya. Terutama sekali ada dua golongan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi realisme ini. Dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa tiap aspek dari alam fisik ini dapat dipahami berdasarkan adanya tata yang jelas khusus. Ini berarti bahwa suatu kejadian yang sederhanapun dapat ditafsirkan menurut hukum alam, seperti misalnya daya tarik bumi. BAB I PENDAHULUAN Filsafat pendidikan mengandung makna berpikir kritis, sistematis, dan radikal tentang berbagai problem kependidikan guna pencarian konsep-konsep dan gagasan-gagasan yang dapat mengarahkan manusia dalam rancangan yang integral agar pendidikan benar-benar dapat menjawab kebutuhan masyarakat dalam rangka kemajuan-kemajuan. Lahirnya aliran-aliran dalam filsafat pendidikan pun selalu didasarkan atas keinginan menciptakan manusia-manusia ideal melalui jalur pendidikan. Oleh karena itu pula berbagai

pemikiran kependidikan pun akan selalu mengacu pada cara pandang seseorang atau sekelompok orang dalam menilik eksistensi manusia dalam memperoleh pengalaman-pengalaman yang pada gilirannya akan membentuk peradaban dan kebudayaan manusia itu sendiri. Salah satu aliran filsafat pendidikan yaitu aliran esensialisme muncul sejak zaman Renaisance. Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran ini memiliki ciri utama yang menekankan bahwa pendidikan harus dibangun di atas nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil. BAB II PEMBAHASAN 1.ESSENSIALISME DALAM PENGERTIAN DAN LINGKUP SEJARAH. Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciriciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas, kalau progrevisme menganggap pandangan bahwa banyak hal itu mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang, esensialisme menganggap bahwa dasar pijak semacam ini kurang tepat karena fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu (Barnadib, 1996:38). Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing1. Oleh karena itu wajar jika ada yang mengatakan bahwa Plato sebagai peletak dasar aliran ini, atau Aristoteles dan Democritus sebagai peletak dasar-dasarnya. Tahap-tahap pertama dan perkembangan essensialisme dapat dilihat dari zaman Renaisance. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman. Tokoh-tokoh yang tercatat sepanjang sejarahnya, antara lain Desiderius Erasmus, Johann Amus Comenuis, John Locke, Johann Hendrich Pestalozzi, John Frederick Frobel, Herbert, Immanuel Kant, Schopenhauer, Hegel, Kandel dan lain-lain. Arthur K. Ellis dan kawan-kawan menyebutkan, bahwa essensialisme yang dikaitkan dengan pendidikan diformulasikan oleh Prof. William C. Bagley,namun George F. Kneller menambahkan dengan nama-nama seperti Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isaac L. Kandel.

2.LANDASAN FILOSOFIS ESSENSIALISME Para essensialis berpendapat ilmu pengetahuan dimulai dari upaya manusia dalam memandang realitas melalui bantuan panca indranya. Manusia akan dapat memahami dan mengerti apa yang ia lihat sehingga melahirkan ide dengan cara membuat relasi antar fakta dan realita melalui kesadaran jiwa dalam memandang fakta tersebut. Oleh karena itu, mustahil ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang jika semata-mata berdasarkan apa hal-hal yang bersifat indrawi saja tanpa mengikutsertakan fungsi akal manusia. Aliran ini juga berpendapat bahwa sumber segala pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Nilai bagi aliran ini, berakar dalam dan berasal dari sumber objektif. Watak sumber merupakan perpadudan antara idealisme dengan realisme. 3.PANDANGAN ESSENSIALISME TENTANG PENDIDIKAN Esensialisme pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda.Kelompok essensialis memandang, bahwa pendidikan yang didasari pada nilai-nilai yang fleksibel atau berubah-ubah dapat menjadikan pendidikan tidak memiliki arah dan orientasi yang jelas. Oleh karena itu, agar pendidikan memiliki tujuan yang jelas dan kukuh diperlukan nilai-nilai yang kukuh yang akan mendatangkan kestabilan.untuk itu dipilih nilai-nilai yang mempunyai tata yang jelas dan telah teruji oleh waktu. Prinsip essensialisme menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai yang essensial dan bersifat menuntun. Essensialisme memberikan penekanan upaya kependidikan dalam hal pengujian ulang materimateri kurikulum, memberikan pembedaan-pembedaan esensial dan non-esensial dalam berbagai program sekolah dan memberikan kembali pengukuhan autoritas pendidik dalam suatu kelas di sekolah. Essensialis percaya bahwa pelaksanaan pendidikan memerlukan modifikasi, dan penyempurnaan sesuai dengan kondisi manusia yang dinamis dan selalu berkembang, akan tetapi pendidikan harus dibina atas dasar nilai-nilai yang kukuh dan tahan lama agar memberikan kejelasan dan kestabilan arah bangunannya. Pendidikan yang bersifat fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak berhubungan dengan dokrin dan norma yang universal menjadikan eksistensinya mudah goyah dan tidak memiliki arah yang jelas. Oleh karena itu pendidikan mesti didasarkan pada asas yang kukuh yang secara nyata telah teruji kebenaran dan ketangguhannya dalam perjalanan sejarah. Essensialisme mengemukakan bahwa sistem sekolah dengan mengutamakan realita dunia di mana ia hidup dan situasi praktis sangat diperlukan, karena memang pendidikan tidak lain adalah agar anak-anak didiknya kelak mampu hidup di dalam masyarakatnya. Hal tersebut berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya Untuk merumuskan hakikat belajar yang seseungguhnya, essensialisme berupaya untuk kembali pada Psikologi pendidikan tentang pola dan cara manusia dalam proses perolehan pengetahuan melalui aktivitas belajar. Para essensialis memaknai belajar sebagai melatih daya pikir, ingat, dan perasaan. Mereka juga percaya bahwa proses belajar adalah proses penyesuaian diri individu dengan lingkungan dalam pola stimulus dan respon. Berdasarkan konsep ini, essensialis sangat

yakin bahwa belajar mesti didasarkan pada disiplin dan kerja keras karena proses belajar akan berlangsung baik dengan adanya dedikasi yang tinggi untuk meraih tujuan yang lebih jauh. Para essensialis menolak keras prinsip progresivisme yang menekankan pendidikan pada intres personal,. Essensialis memberikan perhatian bukan pada subjek belajar, tetapi lebih kepada subjek kurikulum. Kurikulum dalam pandangan essensialisme adalah kurikulum yang kaya, bertingkat dan sistematis. Home menganggap bahwa kurikulum pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Yang utama ialah kajian tentang segala hal yang esensial yang meliputi metode ilmiah dunia organis dan nonorganis, lingkungan manusia, budaya dan alamiah serta apresiasi terhadap seni. Semua itu didasarkan pada pemikiran kita yang dapat mengerti dan memahami, serta yang dapat merasakan. Dan oleh karena itu harus dipergunakan dengan tepat pada segala sesuatu. Essensialis berkeyakinan, bahwa inisiatif pendidikan bergantung sepenuhnya pada guru, bukan pada subjek didik. Oleh karena itu, guru mesti mengambil peranan paling besar untuk mengatur dan mengarahkan subjek didik ke arah kedewasaan. Sedemikian besarnya tanggung jawab dan peranan guru, maka guru mesti dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menyokong kompetensinya dalam menjalankan tugas. Kesuksesan belajar menurut essensialisme mesti melalui kemampuan dan keterampilan mengajar guru, baik dalam merencanakan dan mengorganisasikan subjek-subjek materi, maupun dalam memahami prose pengembangan pendidikan. Jadi, essensialisme lebih menekankan aspek guru dalam setia gerak aktifitas belajar di sekolah. Guru yang berkualitas akan mengjasilkan subjek didik yang berkualitas pula. Essensialis mengakui, bahwa pendidikan dalam hal ini mesti menjadikan subjek-subjek didiknya memiliki kemapuan untuk merealisasikan potensi-potensinya dan mengupayakan bagaimana agar mereka menjadi subyek-subyek yang mandiri dalam menghadapi berbagai problem kehidupannya. Metode yang paling cocok untuk tujuan di atas, menurut esensialis adalah melalui metode tradisional, yaitu mental discipline method, suatu metode yang menggunakan pendekatan psikologi pendidikan yang mengutamakan latihan-latihan berpikir logis, teratur, sistematis, menyeluruh munuju latihan penarikan kesimpulan yang baik dan komprehensif. BAB III PENUTUP 1.KESIMPULAN a.Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. b.Manusia akan dapat memahami dan mengerti apa yang ia lihat sehingga melahirkan ide dengan cara membuat relasi antar fakta dan realita melalui kesadaran jiwa dalam memandang fakta tersebut. c.Essensialisme memberikan penekanan upaya kependidikan dalam hal pengujian ulang materimateri kurikulum atau subjek kurikulum. d.Essensialis berkeyakinan, bahwa inisiatif pendidikan bergantung sepenuhnya pada guru, bukan

pada subjek didik. Oleh karena itu, guru mesti mengambil peranan paling besar untuk mengatur dan mengarahkan subjek didik ke arah kedewasaan.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yaitu Fhilos dan Sophia. Filos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.[1] Kata lain dari flsafat adalah Hakikat dan Hikmah jadi kalau ada orang yang mengatakan, Apa Hikmah dari semua ini, berarti mencari latar belakang dalam kejadian sesuatu dengan kejadian secara filsafat, yaitu apa, bagaimana, dan mengapa sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal/pokok dan puncak segala pengetahuan yang tercakup di dalam nya empat persoalan, yaitu : Apa yang dapat kita ketahui....? dijawab oleh Metafisika Apa yang harus kita lakukan....? dijawab oleh Etika Samapai dimanakah harapan kita...? dijawab oleh Agama Apa hakikat manusia....? dijawab oleh Anthropologi.[2] Filsafat menelaah hal-hal yang menjadi objeknya. Dari sudut intinya yang mutlak, terdalam tetapi tidak berubah, atau perenungan yang sedalam-dalamnyatentang sebab ada dan perbuat, kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai kepada mengapa yang penghabisan, menjawab pertanyaan terakhir, tidak dangkaldan dogma, melainkan kritis sehingga kita sadar akan kekaburan dan kekacauan pengertian sehari-hari. Karena itu filsafat juga diartikan dengan berfikir dan merasa sedalam-dalamnya, maka perlu dijelaskan bahwa penulis mendialektikakan berfikir dengan merasa karena berfikir adalah kegiatan logika, sedangkan merasa adalah kegiatan estetika dan etika. Oleh karena itu uraian selanjutnya adalah menjelaskan filsafat pengetahuan, hal mana dalam pengetahuan tersebut terkandung ilmu (logika), moral (etika) dan seni (estetika). Pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Dalam dunia pendidikan, manusia memiliki rasionalitas berpikir untuk memecahkan masalahnya, baik berupa reaksi, aksi maupun keinginan (cita-cita). Pengertian masing-masing suatu kesimpulan sebagai belum final, valid, tidak mutlak dan lain sebagainya, memberi

B. 1. 2. 3. 4. 5.

kebebasan untuk menganut atau menolak suatu aliran. Sikap demikian pra kondisi bagi perkembangan aliran-aliran filsafat, salah satunya adalah esensialisme Filsafat Esensial merupakan filsafat pendidikan konservatif yang dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap praktek pendidikan progresif di sekolah-sekolah, para esensialis berpendapat bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda dimana pendidikan harus nilai-nilai luhur yang tertata jelas. Esensialisme bukan merupakan bangunan filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan terhadap pendidikan progresivisme. Pada umumnya pemikiran aliran pendidikan esensialisme dilandasi dengan filsafat tradisional idealisme klasik dan realisme. Dua aliran tersebut adalah pendukung esensialisme, namun tidak melebur menjadi satu dan tidak melepaskan karakteristiknya masing-masing. Esensialisme secara umum menekankan pada pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan hakikat atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitash. Rumusan Masalah Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : Pengertian filsafat pendidikan esensialisme Sejarah dan yang melatar belakangi lahirnya ajaran esensialisme Konsep apa saja yang menjadi dasar pemikiran dari pendidikan esensialisme Karakteristik filsafat pendidikan esensialisme Tokoh-tokoh esensialisme dan pandangannya.

C. Tujuan Penulisan Penyususnan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengerti dan memahami apa saja masalah-masalah yang ada di dalam aliran filsafat pendidikan esensialisme ini, baik dari segi pengertian, sejarah munculnya, konsep pendidikan, dan tokoh-tokoh aliran ini.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Filsafat Esensialisme Esenssialisme adalah suatu filsafat dalam aliran pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah.[3] Bagi aliran ini "Education as Cultural Conservation", pendidikan sebagai pemeliharaan kebudayaan karena dalil ini maka aliran esensialisme dianggap para ahli sebagai "Conservatif road to culture, "yakni aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.[4] Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai, tata yang jelas. Pendapat ini dikemukakan oleh Jalaluddin dkk yang dikutip dari pendapat Zuharnini.[5] Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak zaman awal peradaban umat manusia, kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh zaman, kondisi dan sejarah kebudayaan demikian ialah esensial yang mampu pula pengembangan hari ini dan masa depan umat manusia.[6] Dengan artian esensialisme ingin kembali ke masa dimana nila-nilai kebudayaan itu masih tetap terjaga, yang nilai itu tersimpul dalam ajaran para filosof, ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka kekal. Esensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap pendapat aliran progesif di sekolah-sekolah.[7] B. Latar Belakang Munculnya Esensialisme Gerakan ini muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel, pada tahun 1983 mereka membentuk suatu lembaga yang di sebut "The esensialist commite for the advanced of American Education" Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada "teacher college," Columbia University, ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri yang berbeda dengan pregresivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.[8] Nilai-nilai yang di dalamnya adalah yang berasal dari kebudayaan dan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakang. Kesalahan dari kebudayaan sekarang menurut essensialisme yaitu terletak pada kecenderungan bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak diingini kita sekarang, hanya dapat di atasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, yaitu kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu, dengan demikian kita boleh optimis terhadap masa depan kita dan masa depan kebudayaan umat manusia.[9]

Essensialisme mengadakan protes terhadap progressvisme, namun dalam proses tersebut tidak menolak atau menentang secara keseluruhan pandangan proregssvisme seperti halnya yang dilakukan perenialisme. Ada beberapa aspek dari progresivisme yang secara prinsipil tidak dapat diterimanya. Mereka berpendapat bahwa betul ada hal-hal yang esensial dari pengalaman anak yang memiliki nilai esensial tersebut apabila manusia berpendidikan. Akar filsafat mereka mungkin idealisme, mungkin realisme, namun kebanyakan mereka tidak menolak epistemologi Dewey.[10] Esensialisme didukung oleh idelisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada, dan juga didukung oleh Realisme yang berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung ada apa dan bagaimana keadaannya apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pola pada subjek tersebut. Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui/ menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan peragaan senang tak senang mengenai nilai tersebut. Menurut Realisme pengetahuan tersebut terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tertentu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut Idealisme, pengetahuan timbul kerena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang telah teruji ketangguhannya dan kekuatannya sepanjang masa. Essemnsialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.[11] essensislisme suatu aliran filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide filsafat idealisme objektif di satu sisi dan realisme objektif di sisi lainnya.[12] Oleh karena itu wajar jika ada yang mengatakan Platolah sebagai peletak asas-asas filosofis aliran ini, ataupun Aristoteles dan Democratos sebagai peletak dasar-dasarnya. Kendatipun aliran ini kemunculan aliran ini di dasari oleh pemikiran filsafat idealisme Plato dan realisme Aristoteles, namun bukan berarti kedua aliran ini lebur kedalam paham esensialisme.[13] Aliran filsafat essensialisme pertama kali muncul sebagai reaksi atas simbolisme mutlak dan dogmatisme abad pertengahan. Filsafat ini menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama karena kebudayaan lama telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia.[14] Dari paparan diatas dapat disimpulkanb bahwa prinsip-prinsip Essensislisme adalah : o Esensialisme berakar pada ungkapan realisme objektif dan idealisme objektif yang moderen, yaitu alam semesta diatur oleh hukum alam sehingga tugas manusia memahami hukum alam adalah dalam rangka penyesuaian diri dan pengelolaannya. o Sasaran pendidikan adalah mengenalkan siswa pada karakter alam dan warisan budaya. Pendidikan harus dibangun atas nilai-nilaiyang kukuh, tetap dan stabil. o Nilai (kebenaran bersifat korespondensi ).berhubungan antara gagasan dengan fakta secara objekjtif.

o Bersifat konservatif (pelestarian budaya) dengan merefleksikan humanisme klasik yang berkembang pada zaman renaissance. C. Konsep Pendidikan Esensialisme 1. Gerakan Back to Basic Kaum esensialis mengemukakan bahwa sekolah harus melatih/mendidik siswa untuk berkomunikasi dengan jelas dan logis, keterampilan-keterampilan inti kurikulum haruslah berupa membaca, menulis, berbicara dan berhitung, serta sekolah memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan penguasaan terhadap keterampilan-keterampilan tersebut. Menurut filsafat esensialisme, pendidikan sekolah harus bersifat praktis dan memberi pengajaran yang logis yang mempersiapkan untuk hidup mereka, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan kebijakan-kebijakan sosial. 2. Tujuan Pendidikan Tujuannya adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakomulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu yang lama, selain itu tujuan pendidikan esensialisme adalah mempersiapkan manusia untuk hidup, tidak berarti sekolah lepas tangan tetapi sekolah memberi kontribusi bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, yang pada akhirnya memadai untuk mempersiapkan manusia hidup. 3. Kurikulum Kurikulum esensialisme seperti halnya perenialisme, yaitu kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran (subjek matter centered). Pengusaan materi kurikulum tersebut merupakan dasar yang esensialisme general education (filsafat, matematika, IPA, sejarah, bahasa, seni dan sastra) yang diperlukan dalam hidup belajar dengan tepat berkaitan dengan disiplin tersebut akan mampu mengembangkan pikiran (kemampuan nalar) siswa dan sekaligus membuatnya sadar akan dunia fisik sekitarnya. Bogoslousky, dalam bukunya The Ideal School, mengutarakan hal-hal yang lebih jelas dari Horne. Disamping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian, ialah : Universum. Pengetahuan yang merupakan latar belakang dari segala manifestasi hidup manusia, diantaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal-usul tata surya dan lain-lainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas. Sivilisasi. Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan terhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, hidup aman dan sejahtera. Kebudayaan. Karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.

Kepribadian. Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Jadi, tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia didunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada dimasyarakat.

4. Peranan Guru dan Sekolah. Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar dewasa ini, melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Selanjutnya mengenai peranan guru banyak persamaan dengan perenialisme. Guru dianggap sebagai seorang yang menguasai lapangan subjek khusus dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk digugu dan tiru. Guru merupakan orang yang mengusai pengetahuan, dan kelas berada di bawah pengaruh dan pengawasan guru.[15] 5. Prinsip-prinsip pendidikan Prinsip-prinsip pendidikan esensialisme dapat dikemukakan sebagai berikut : Pendidikan haruslah dilakukan melalui usaha keras tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa. Inisiatif proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. Sekolah harus mempertahankan metode-metode trasdisional yang bertautan dengan disiplin mental. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasi yang nyata. Metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental merupakan metode yang diutamakan dalam pendidikan di sekolah.[16] D. Ciri-ciri (karakteristik) Aliran Esensialisme Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai tinjauan yang berbeda dengan progressivisme mengenai pendidikan dan kebudayaan. Jika progressivisme menganggap pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang, maka aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-

1. 2. 3. 4.

ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan lama dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan terseleksi. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif, selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan Esensialistis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan belas.[17] Idealisme dan Realisme adalah aliran-aliran filsafat yang membentuk corak Esensialisme. Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat ini bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu. Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat utama masing-masing. Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri. Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut : Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa. Pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia. Oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.

E. Beberapa Pandangan Umum Filsafat Esensialisme Pandangan Ontologi Para filusuf Esensialisme merupakan suatu konsepsi bahwa dunia atau realitas ini dikuaasai oleh tata tertentu yang mengatur dunia beserta isinya. Bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita, dan perbuatan manusia harus disesuaikan dengan tata tersebut. Konsep tata dipandang menurut idealism dan realisme. Ontology Idealisme. Pendukung Esensialisme adalah idealisme yang berpandangan, bahwa manusia adalah makhluk yang semua tata serta kesatuan atau totalitasnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dan sama dengan alam semesta atau makrokosmos, kalaupun berbeda hanya skala atau ukurannya saja.

Ontology Realisme. Realisme pendukung esensialisme adalah realisme objektif. Manusia adalah makhluk yang memiliki intelegensi atau kesadaran hakikatnya adalah biologi dan berkembang, kesadaran bukan primordial melainkan muncul kemudian dalam sejarah evolusi. Karena itu sering disebut lebih disebut sebagai produk alam.[18] Ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spiritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat teleologis dan idealistik. Pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral, serta mencitacitakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi.

Pandangan Epistomologi Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam pendidikan adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan semacam itu tidak semata-mata terikat kepada hal-hal yang bersifat fisik, tetapi mengutamakan yang bersifat spiritual. Sedangkan aspek aksiologi menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya, pendidik hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang-ambing oleh hal-hal yang bersifat relative atau temporer.[19] Ontologi dari filsafat pendidikan realisme bahwa pendidikan itu seyogyanya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya, artinya utuh tanpa reduksi. Dalam bidang epistemologi, bahwa pengetahuan adalah hasil yang dicapai oleh proses mana subjek dan objek mengadakan pendekatan. Dengan demikian hasilnya adalah perpaduan antara pengamatan, pemikiran, dan keseimpulan dari kemampuan manusia dalam menyerap objeknya. Oleh karena itu, epistemologi dalam filsafat pendidikan realisme adalah proses dan produk dari seberapa jauh pendidik dapat mempelajari secara ilmiah emperis mengenai peserta didiknya. Hasil-hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk menyelenggarakan pendidikan. Epistomologi Idealisme Sumber Pengetahuan. Bahwa kesadaran manusia adalah bagian dari kesadaran yang absolute. Karena itu, dalam diri manusia tercermin suatu harmoni dengan alam semesta, khususnya pikiran manusia (human mind) ada pun manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir, intuisi, atau introspeksi. Epistomologi Realisme Sumber Pengetahuan adalah dunia luar subjek, pengetahuan diperoleh pengalaman pengamatan (kontak langsung melalui panca indra). Criteria kebenaran. Suatu pengetahuan diakui benar jika pengetahuan itu sesuai dengan realitas eksternal (yang objektif) dan independen.[20] Pandangan Aksiologi

Sedangkan dalam bidang aksiologi, faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut menentukan hakikat nilai. Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniaan, serba ilmiah dan materialistis. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat.[21] Johann Amos Comenius (1592-1670) sebagai salah satu tokoh esensialisme mengatakan bahwa karena dunia ini dinamis dan bertujuan, kewajiban pendidikan adalah membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tugas utama pendidikan ialah membina kesadaran manusia akan semesta dan dunia, untuk mencari kesadaran spiritual, menuju Tuhan. [22] Teori nilai menurut Idealisme bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik hanya bila ia secara aktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. Dengan demikian posisi seseorang jelas dapat dimengerti dalam hubungannya dengan nilai-nilai itu. Dalam filsafat, misalnya agama dianggap mengajarkan doktrin yang sama, bahwa perintah-perintah Tuhan mampu memecahkan persoalan-persoalan moral bagi siapapun yang mau menerima dan mengamalkannya. Meskipun Idealisme menjunjung asas otoriter atas nilai-nilai itu, namun ia tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilainilai itu atas dirinya sendiri yaitu memilih dan melaksanakan. Aksiologi Idealisme Cita-cita manusia adalah manifestasi dari keanggotaannya dalam suatu masyarakat pribadi yang spiritualis yang diperintah oleh Tuhan.[23] Dengan demikian dapat dipahami bahwa idealism mungkin melandasi totalitarianism, mungkin juga pendukung demokrasi. Aksiologi Realisme Moral berasal dari adat istiadat, kebiasaan atau dari kebudayaan masyarakat. Moral itu disosialisasikan oleh masyarakat terhadap anggotanya atau diinternalisasikan sendiri oleh individu melalui pengalaman hidupnya dalam masyrakat. Ini berarti bahwa kata hati adalah cerminan aspirasi masyarakat, bukan Tuhan.

F. Tokoh-Tokoh filsafat Esensialisme 1. Johan Frieddrich Herbart (1776-1841) Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut pengajaran. 2. William T. Harris (1835-1909) Tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke kesatuan spiritual sekolah adalah lembaga yang memelihara nilainilai yang turun menurut, dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.

3.

Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 1831) Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak.

4. George Santayana George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri(memilih,melaksanakan). Dia memadukan antara aliran idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.[24]

BAB III PENUTUP


A. Simpulan Pendidikan esensialisme merupakan sebuah aliran pendidikan yang tidak pendidikan yang tidak setuju terhadap praktek-praktek pendidikan progressivisme, yang mengklaim bahwa pergerakan progressive telah merusak standar-standar intelektual dan moral diantara kaum muda. Metode yang digunakan adalah metode tradisional yang menekankan pada inisiatif guru, guru haruslah orang terdidik dan dapat menguasai pengetahuan dan kelas semua itu harus berada di bawah penguasaan guru.

1. 2.

3.

4.

Esensialis menginginkan agar sekolah berfungsi sebagai penyampaian warisan budaya dan sejarah yang mengandung nilai-nilai luhur para filosof sebagai ahli pengetahuan dimana nilai-nilai kebudayaan itu masih tetap terjaga dan kekal. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : Aliran filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubahubah, mudah goyah, kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil. Ciri-ciri filsafat pendidikan Esensialisme oleh William C. Bagley sebagai berikut : Minat-minat yang kuat dan tahan lama yang sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal. Pengawasan, pengarahan dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang. Kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh tentang pendidikan Tokoh-tokoh terkemuka yang berperan dalam penyebaran aliran esensialisme diantarnya adalah Desidarius Erasmus, Johann Amos Comenius, John Locke, Johann Henrich Pesta Lozzi, Johann Friederich Frobel, Johann Friedrich Herbart dan William T. Harris. Beberapa pandangan dalam esensialisme diantaranya : Pandangan mengenai pendidikan Pandangan mengenai Ontologi Pandangan mengenai Epistimologi Pandangan mengenai aksiologi

Aliran Filsafat Esensialisme


Akhmad Harum
April 2011 M T W T F S S Mar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

komentar

izca on Penyelesaian konflik (internal

bukunnq on Mengembangkan tanggung jawab(k

Andi Nia on Mengembangkan tanggung jawab(k

bukunnq on INSTRUMEN ANGKET UNTUK SI

rizky on INSTRUMEN ANGKET UNTUK SI

artikel

RAMBU-RAMBU BK DI SEKOLAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN (BIMBINGAN & KONSELING) UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR ANGKATAN 2009 KELAS A AKHMAD HARUM CURICULUM VITAE KUNCI KARIR

Akhmad Harum

Akhmad Harum

Blogroll

Discuss Get Inspired Get Polling Get Support josemourinho Learn WordPress.com nandha WordPress Planet WordPress.com News BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara plural dan banyak dijumpai pandangan-pandangan mengenai pendidikan secara global maupun Indonesia pada khususnya. Pendidikan dan kehidupan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hubungan keduanya ibarat tubuh dengan jiwa manusia. Jiwa berpotensi menggerakkan tubuh, sementara kehidupan manusia digerakkan oleh pendidikan menuju tujuan hidup yang didambakan (Jalaluddin, 2007). Berbicara mengenai filsafat pendidikan terdapat hal yang perlu diketahui mengenai aliran-aliran filsafat pendidikan salah satunya adalah aliran filsafat pendidikan Esensialisme, banyak yang perlu kita ketahui dalam aliran tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana sebenarnya aliran filsafat pendidikan esensialisme itu, mencakup tentang esensialisme itu sendiri, tokoh-tokoh esensialisme, Tempat Asal Aliran Esensialisme Dikembangkan, Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan, Pandangan tentang Aliran Esensialisme segi ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. 1. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini selain sebagai tugas individu mata kuliah Filsafat Pendidikan juga untuk mengetahui : 1. Konsep Dasar aliran Filsafat Esensialisme 2. Tokoh-tokoh Esensialisme 3. Tempat Asal aliran pendidikan Esensialisme dikembangkan 4. Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di bidang Pendidikan 5. Pandangan tentang Aliran Esensialisme dari segi ontologi,Epistemologi dan aksiologi BAB II PEMBAHASAN

1. A. Konsep Dasar Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciriciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang

sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman. Realisme modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. John Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu alam adalah yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat. Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik. Dan disana terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsi-persepsi yang tidak semata-mata bersifat mental. Dengan demikian disini jiwa dapat diumpamakan sebagai cermin yang menerima gambarangambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan mengenai adanya kenyataan itu tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah, berarti bukan hanya dari subyek atau obyek semata-mata, melainkan pertemuan keduanya. Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasangagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Menurut pandangan ini bahwa idealisme modern merupakan suatu ide-ide atau gagasan-gagasan manusia sebagai makhluk yang berpikir, dan semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta segala isinya. Dengan menguji dan menyelidiki semua ide serta gagasannya maka manusia akan mencapai suatu kebenaran yang berdasarkan kepada sumber yang ada pada Allah SWT. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa aliran esensialime merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia 1. B. Tokoh-Tokoh Esensialime 2. 1. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 1831) Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak. 1. 2. George Santayana George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri(memilih,melaksanakan

1. C. Tempat Asal Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme Berkembang Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciriciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan.

Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di bidang Pendidikan 1. 1. Pandangan Essensialisme Mengenai BelajarIdealisme sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Pandangan Immanuel Kant, bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera merperlukan unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu. Bila orang berhadapan dengan benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah mempunyai bentuk, ruang dan ikatan waktu. Bentuk, ruang dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atau pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi kepada benda, lelapi benda-benda itu yang terarah kepada budi. Budi membentuk, mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri. Seorang filosuf dan ahli sosiologi yang bernama Roose L. Finney menerangkan tentang hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan rohani yang pasif, yang berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang telah tertentu yang diatur oleh alam. Berarti pula bahwa pendidikan itu adalah sosial. Jadi belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan di teruskan kepada angkatan berikutnya. Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi terbatas:

1. D.

1. Determiuisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang harmonis. 2. Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan. 2. Pandangan Essensialisme Mengenai Kurikulum Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan. Bogoslousky mengutarakan di samping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian: 1. Universum: Pengetahuan merupakan latar belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup manusia. Di antaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal usul tata surya dan lainIainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas. 2. Sivilisasi: Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan tcrhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup aman dan sejahtera . 3. Kebudayaan: Kebudayaan mempakan karya manusia yang mencakup di antaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. 4. Kepribadian: Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Dalam kurikulum hendaklah diusahakan agar faktor-faktor fisik, fisiologi, emosional dan ientelektual sebagai keseluruhan, dapat berkembang harmonis dan organis, sesuai dengan kemanusiaan ideal. Robert Ulich berpendapat bahwa meskipun pada hakikatnya kurikulum disusun secara fleksibel karena perlu mendasarkan atas pribadi anak, fleksibilitas tidak tepat diterapkan pada pemahaman mengenai agama dan alam semesta. Untuk ini perlu diadakan perencanaan dengan keseksamaan dan kepastian. Butler mengemukakan bahwa sejumlah anak untuk tiap angkatan baru haruslah dididik untuk mengetahui dan mengagumi Kitab Suci. Sedangkan Demihkevich menghendaki agar kurikulum berisikan moralitas yang tinggi . Realisme mengumpamakan kurikulum sebagai balok-balok yang disusun dengan teratur satu sama lain yaitu disusun dari paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks. Susunan ini dapat diutarakan ibarat sebagai susunan dari alam, yang sederhana merupakan fundamen at au dasar dari susunannya yang paling kompleks. Jadi bila kurikulum disusun atas dasar pikiran yang demikian akan bersifat harmonis. 1. E. Pandangan tentang Aliran Esensialisme dari segi ontologi, Epistemologi dan aksiologi

2. 1. Pandangan secara Ontologi Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada pula. Pendapat ini berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. 1. 2. Pandangan secara Epistemologi Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensialisme. Sebab jika manusia mampu menyadari realita scbagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestiannya. Berdasarkan kualitas inilah dia memperoduksi secara tepat pengetahuannya dalam benda-benda, ilmu alam, biologi, sosial, dan agama. 1. Pandangan Kontraversi Jasmaniah dan Rohaniah Perbedaan idealisme dan realisme adalah karena yang pertama menganggap bahwa rohani adalah kunci kesadaran tentang realita. Manusia mengetahui sesuatu hanya di dalam dan melalui ide, rohaniah. Sebaliknya realist berpendapat bahwa kita hanya mengctahui sesuatu realita di dalam melalui jasmani. 1. Pendekatan (Approach) ldealisme pada Pengetahuan Kita hanya mengerti rohani kita sendiri, tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain. Sebab kesadaran kita, rasio manusia adalah bagian dari pada rasio Tuhan yang Maha Sempurna. Menurut T.H Green, approach personalisme itu hanya melalui introspeksi. Padahal manusia tidak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya pengamatan. Karena itu setiap pengalaman mental pasti melalui refleksi antara macam-macam pengamalan. 1. Menurut Teori Koneksionisme Teori ini menyatakan semua makhluk, termasuk manusia terbentuk (tingkah lakunya) oleh polapola connections between (hubungan-hubungan antara) stimulus dan respon. Dan manusia dalam hidupnya selalu membentuk tata jawaban dengan jalan memperkuat atau memperlemah hubungan antara stimulus dan respon. 1. Tipe Epistemologi Realisme Terdapat beberapa tipe epistemologi realisme. Di Amerika ada dua tipe yang utama: 1. Neorealisme Secara psikologi neorealisme lebih erat dengan behaviorisme Baginya pengetahuan diterima, ditanggap langsung oleh pikirar dunia realita. ltulah sebabnya neorialisme menafsirkan badan sebagai respon khusus yang berasal dari luar dengan sedikit atat tanpa adanya proses intelek b. Cretical Realisme Aliran ini menyatakan bahwa media antara inetelek dengan realita adalah seberkas pengindraaan dan pengamatan. 1. 3. Pandangan secara Aksiologi

Pandangan ontologi dan epistemologi sangat mempengaruhi pandangan aksiologi. Bagi aliran ini, nilai-nilai berasal, tergantung pada pandangun-pandangan idealisme dan realism sebab essensialisme terbina aleh kedua syarat tersebut. a. Teori Nilai Menurut Idealisme Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif berada di dalam dan melaksanakan hukumhukum itu. Menurut idealisme bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas tertentu. b.Teori Nilai Menurut Realisme Prinsip sederhana realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi bahwa sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa mengenai masalah baik-buruk khususnya dan keadaan manusia pada umumnya, realisme bersandarkan atas keilumuan dan lingkungan. Perbuatan seseorang adalah hasil perpaduan yang timbul sebagai akibat adanya saling hubungan antara pembawa-pembawa fisiologis dan pengaruh-pengaruh dari Iingkungan. ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau kelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat banyak mempengaruhi perkembangan budaya serta berbagai sistem ilmu pengetahuan yang ada dalam filsafat itu sendiri. Pengelompokkan filsafat pendidikan digolongkan menjadi dua kelompok besar,yaitu filsafat pendidikan progresif dan filsafat pendidikan konservatif.yang pertama didukung oleh filsafat pragmatisme dari Jhon Dewey,dan romantic naturalisme dari Roousseau. Yang kedua didasari oleh filsafat idalisme,realisme humanisme (human rasional),dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme,prenialisme,dan sebagainya. Filsafat pendidikan modern pada garis besarnya dibagi kepada empat aliran yaitu aliran progresivisme, esensialisme, perenialisme dan rekonstruksianisme (Imam Barnadib, 1982, Mohammad Noor Syam, 1986). Namun pada tulisan ini hanya penggambaran singkat yakni penggambaran hal-hal yang menjadi ciri utama masing-masing aliran filsafat pendidikan. Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism. Aliran ini menginginkan munculnya kembali kejaaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan atau disebut the dark middle age (zaman ini akal terbelenggu, stagnasi dalam ilmu pengeetahuan, kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma gerejani. Zaman renaissance timbul ingin menggantikannya dengan kebebasan dalam berpikir.

Pada aliran esensialisme ini pendidikan di sebut sebagai pemelihara kebudayaan.Esensialisme dianggap para ahli sebagai conservative road to culture yakni ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah terbukti kebaikannya bagi kehidupan manusia, terutama zaman renaissance pada abad XI, XII, XIII dan XIV. Pada masa ini telah berkembang usaha-usaha menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan Purbakala, terutama di zaman Yunani dan Romawi Purbakala. Zaman renaissance ini sebagai reaksi terhadap tradisi, puncaknya tumbuh individualism dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang aktivitas manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu adalah ajaran filsafat, ahli ilmu pengetahuan, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal dan monumental. Kesalahan dari kebudayaan modern sekarang menurut esensialisme ialah kecenderungannya,bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Dalam bidang pendidikan, fleksibilitasdalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, kurang stabil dan tidak menentu sehingga pendidikan itu kehilangan arah. Pendidikan haruslah bersendirikan atas nilainilai yang dapat mendatangkan kestabilan, sehingga untuk memenuhinya haruslah dipilih nilainilai yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah teruji oleh waktu yakni nilai-nilai yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan zaman renaissance sebagai pangkal timbulnya pandangan esensialisme. fenomenafenomena sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang,hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan,ialah kembali kejalan yang telah di tetapkan. Pemikir-pemikir besar yang telah dianggap sebagi peletak dasar asas-asas filsafat aliran ini,terutama yang hidup pada zaman klasik : Plato, Aristoteles, Democritus sebagai bapak obkective-idealism adalah peletak teori-teori modern dalam esensialisme. Yang dominan dalam filsafat esensialisme ini bukan hanya filsafat klasik saja tetapi lebih-lebih ajaran-ajaran filosof pada zaman reenaissance,merupakan sokoguru aliran ini.Brameld menulis ciri utama aliran ini yaitu : pandangan-pandangan filsafat yang kuno dan absolutisme pandangan abad-abad pertengahan tercermin dalam otoritasnya yang tidak dapat ditantang,otoritas gereja yang domatis,dimana pengikut esensialisme modern bertujuan mengusahakan suatu sistematika,konsepsi tentang manusia dan alam semesta yang secepat mungkin cocok bagi kebutuhan zaman dan lembaga-lembaga modern. Esensialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme.dan praktekpraktek filsafat pendidikan esensialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibadingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah satu aliran yang ia sinthesakan itu. Demikian pula pandangan esensialisme tentang ide-ide moral,aliran ini lebih bersifat netral.atau lebih tepat dikatakan aliran ini juga mensintesakan ide-ide abad pertengahan yang dogmatis-religious dengan ide-ide Renaissance. Realisme, titik tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealism modern, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Brubacher memberikan ciri masing-masing:

1. Realisme; alam adalah yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan ini harus dijadikan pangkal berfilsafat. Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik, dan disanalah terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsipersepsi yang tidak semata-mata bersifat mental. Jadi jiwa dapat diumpamakan sebagai cerminan yang menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik. Ini berarti bahwa anggapan-anggapan mengenai adanya kenyataan itu tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah saja, melainkan pertemuan antara keduanya. 2. Idealisme modern; bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan (ide-ide). Di balik dunia fenomena ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji dan menyelidiki ide-ide serta gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran yang sumbernya adalah Tuhan. Menurut Brameld tidak mudah untuk mendefinisikan realisme secara jelas,sebab tidak seorang pun eksponen atau tokohnya cenderung untuk menekankan salah satu aspeksebagai prinsip utama. Menurut Imam Barnadib bahwa ciri utama esensialisme adalah pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah teruji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi hal tersebut adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakangan ini; dengan perhitungan zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan belas. Esensialisme merupakan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes terhadap pendidikan progresivisme. Esensialisme tidak sependapat dengan pandangan progresivisme yang serba fleksibilitas dalam segala bentuk. Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Dalam pemikiran pendidikan esensialisme, pada umumnya didasari atas filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan dari masing-masing ini bersifat eklektif. A. Ontologi Esensialisme 1. Sintesa ide Idealisme dan Realisme tentang hakekat realita berarti esensialisme mengakui adanya realita objektif di samping objek-objek pre-determinasi,supernatural dan transcendental. 2. Aliran ini dipengaruhi penemuan-penamuan ilmu pengetahuan modern baik Fisika maupun Biologi.karena itu realita menurut analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima oleh esensialisme.konsekuensi asa ini adalah baginya alam semesta merupakan satu kesatuan yang mekanis,menurut hukum alam objetif.manusia adalah bagian alam semesta dan terlibat,tunduk dalam hukum alam. Demikian pula dengan teori evolusi tentang biologi,tetapi teori ini di anggap berlaku pula dalam astronomi,geologi,dan sosiologi. Berdasarkan teori Comte (Sosiologi) dan filsafat evolusi (Herbert Spencer)serta juga kesimpilan antropologi-budaya(Leslie White) maka esensialisme menganggap realita manusia,alam semesta dan kebudayaan adalah realita yang integral

semuanya berada dalam antar hubungan dan dalam proses evolusi,perubahan menuju kesempurnaan. 3. Penapsiran spiritual atas sejarah. Teori filsafat Hegel mensintesakan science dengan religi dalam kosmologi,berarti sebagai interpretasi spiritual atas sejarah perkembangan realita semata.hukum apakah yang mengatur tiap phase perubahan dan tiap peristiwa sejarah,perubahan-perubahan sosial.dijawab problem itu secara prinsip : bahwa sejarah itu adalah pikiran Tuhan,pikiran yang di ekspresikan,dinamika abadi yang merubah dunia,yang secara spiritual adalah realitas Walaupun Hegel hidup lebih dulu dari Darwin,namun hegel telah melihat adanya perjuangan eksistensi dari semua realita.Hegel menekankan adanya proses perubahan yang terus menerus terjadi dalam makna sejarah.teori ini pada hakikatnya sama dengan analisa ilmiah tentang evolusi segala sesuatu. 4. Paham makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos adalah keseluruhan semesta raya dalam suatu design dan kesatuan menurut teori kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian tunggal (individu sendiri),suatu fakta yang terpisah dari keseluruhan itu,baik pada tingkat umum,pribadi manusia,ataupun lembaga. Tetapi sesungguhnya mikrokosmos ini sesungguhnya pola design dan totalitasnya sama dengan makrokosmos,hanya berbeda dalam skala ukurannya.misalnya sistem matahari yang amat besar,pada hakikatnya sama dengan sistem atom yang amat kecil. Realita demukian dapat digunakan Idealisme untuk menjelaskan afinitas (hubungan) Tuhan dengan manusia.eksistensi manusia tidak terlepas daripada eksistensi semesta raya ternasuk pula seksistensi manusia.Tuhan mengatur semesta ini dari atas. Hukum universal yang mengatur keseluruhan makrokosmos ialah universal mind (pikiran Tuhan) yang meliputi aturan benda-benda,tenaga,ruang dan waktu,bahkan juga pikran manusia. Perwujudan proses yag sitematis juga dapat kita temui pada makrokosmos ini,yakni memusaykan perhatian kepada self and person.inilah filsafat religious modern yang amat berpengaruh yang dikenal sebagai personalisme.tujuan ajaran filsafat ini adalah untuk membuka rahasia keunikan spiritual-kepribadian yang lebih daripada sebagai fenomena alam melainkan sebagai subjek yang mampu mengadakan analisis ilmiah.realita demikian menjadi bagia daripada keseluruhan alam dan community of selves.ini adalah relita spiritual yang mengambil bagian dari universal self. Realita kosmos adalah realita antara (intermediete), antara Tuhan dengan manusia.manusia berpikir sebagai manifestasi pikiran Tuhan.tetapi kesadaran manusia tentang segala sesuatu tidak bersumber atas subjectiv-idealism dimana sumber realita adalah pribadinya.melainkan melalui kesadaran dan kontak dengan Tuhan secara rohaniah,manusia mengerti Tuhan,alam semesta ,sebab Tuhan adalah sumber realita,sumber kesadaran umat manusia,bahkan sebagai universal-self. Dan universal-mind. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spiritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat teleologis dan idealistik.

Pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral, serta mencita-citakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi. B. Epistemologi Esensialisme Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi esensilisme.sebab,jika manusia mampu menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos,maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestaan itu. 1. Kontroversi jasmaniah-rohaniah Perbedaan idealisme dengan realisme adalah karena yang pertama menganggapbahwa rohani adalah kunci kesadaran tentang realita.manusia mengetahui sesuatu hanya di dalam dan melalui ide,rohaniah.sebaliknya realist berpendapat ahwa kita hanya megetahui sesuatu realita di dalam dan melalui jasmani. 2. Approach Idealisme pada pengetahuan a. Kita hanya mengerti our own spiritual selves (rohaniah kita sendiri).tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti realita yang lain.sebab kesadaran kita,rasio manusia adalah bagiandaripada rasio Tuhan yang maha sempurna,ini menurut personalisme. b. Menurut T.H.green,approach personalisme itu hanya melaluia introspeksi.padahal manusia tak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya pengamatan.karena itu setiap pengalaman mental pastilah melalui relasi antara macam-macam pengamatan.ini berarti pikiran itu menjadi pula suatu substansi,tidakj dalam makna substansi material,melainkan sebagai prinsip ekstra-natural. c. Bagi Hegel,substansi mental itu tercermin pada hukum-hukum logika dan hukum alam.hukum dialegtika berpikir,berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan kebudayaan manusia. d. Dalam filsafat religious yang modern,ada teori yang menyatakan bahwa,apa yang saya mengerti tentang sesuatu adalah karena resonansi pengertian Tuhan.saya sebagai fitnite being (makhluk terbatas) mengetahui hukum dan kebenaran universal sebagai realisasi resonansi jiwa dengan jiwa Tuhan (Gods infinite mind).dan jika saya tidak mengetahui sesuatu,itu hanya karena resonansi dengan Tuhan terganggu,ternhalang oleh keraguan pribadi atas eksistensi Tuhan. 3. Approach Realisme pada pengetahuan Realisme dalam teori psikologi dan epistemologinya dipengaruhi oleh Newton dengan ilmu pengetahuan alamnya.realisme menafsirkan manusia dalam rangka hukum alam,demikian pula aktivitas pikir manusia dianggapsebagai suatu mekanika.cara menafsirkan manusia dalam Realisme di bedakan menjadi : a. Menurut teori Associatinisme Teori ilmu jiwa asosiasi sesungguhnya dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke.pikiran ide-ide atau isi jiwa adalah asosiasi unsur-unsur penginderaan dan pengamatan. b. Menurut teori Behaviorism Realisme kedua dalam penyelidikan ilmu-ilmu jiwa dalah behaviorism.aliran ini berkesimpulan bahwa perwujudan kehidupan mental tercermin pada tingkah laku.sebab,manusia sebagaisatu organisme adalah totalitas mekanisme yang ditentukan aspek-aspek :susunan sistem

c.

4.

a.

b.

5.

syaraf,faal,pengalaman-pengalaman biologis.bagi behaviorism,istilah-istilah jiwa dan kesadaran dianggap istilah usang yang membingungkan,dan itu hanyalah pendekatan yang pra-ilmiah. Badan adalah fakta yang fundamental.bahkan berpikir dianggap sebagai prosesneuromuscular (syaraf-otot) yang kompleks.kepribadian pun sesungguhnya hanyalah istilah yang diberikan kepada pola-pola reaksi yang telah terkondisi dari seseorang.behaviorism menyimpulkan bahwa manusia adalah ditentukan semata-mata oleh hukum alam,dan tidak seperti idealisme yang menyatakan bahwa manusia seluruhnya di tentukan oleh hukum-hukum rohaniah. Menurut teori Connectionisme Teori ini mentyatakan semua makhluk,termasuk manusia terbentuk (tingkah-lakunya) oleh pola-pola connections between (hubungan-hubungan antara) stimulus (S) dan response (R).hukum utama yang menentukan proses ini ialah the law of exercise dan the law of effect.hukum latiahn berarti bahwa frekuensi dan recency latihan akan memperkuat hubunganhubungan stimulus response itu. Hukum efek adalah bahwa individu cenderung untuk mengulangi response yang menyenangkan,dan mengurangi response yang berakibat tidak menyenangkan.proses ini dapat diulang dan diukur secara kuantitatif dalam eksperimen-eksperimen.conectionisme merevisi dasar-dasar yang kuno dalam Behaviorisme denagn teori-teorinya.yaitu: Connectionisme menekankan aspek hereditas dalam tingkah laku lebih daripada aspek lingkungan,terutama kemampuan intelegensi. Connectionisme menganggap urgen perasaan senang dan rasa sakit,yang menentukan response seseorang atas suatu rangsang. Connectionisme masih menghargai istilah thinking, consciousness, mind sebagai suatu realita dalam tingkah laku manusia. Tipe Epistemologi Realisme Dalam aliran realisme mereka belum puas denga suatu thesis tertentu.mereka bebedabedadalam pandangan epistemologi mereka.di Amerika ada dua type utama: Neorealisme Neorealisme secara psikologis lebih erat dengan behaviorisme.baginya pengetahuan diterima,ditangkap langsung oleh pikiran dari dunia realita.itu sebabnya neorealisme menafsirkan badan sebagi response khusus atas rangsang yang berasal dari luar dengansedikit atau tanpa ada prospek intelek. Critical realisme Aliran ini lebih dekat dengan Locke dan Associationisme,yang menyatakan bahwa media antara intelek dengan realita adalah seberkas penginderaan dan pengamatan.pengetahuan disuguhkan kepada intelek (sadar-tahu) mlalui proses pengamatan itu. Kesimpulan dari teori korespondensi Teori ilmu pengetahuan korespondensi,di dalam esensialisme mendapatkan tiga interprestasi :

a.

Bahwa teori korespondensi bagi realisme dalam lapangan psikologi dan filsafat cenderung menerimaide bahwa dunia sesungguhnya adalah mekanis dalam dalam man manusia hiduo dan berfungsi.dunia secar primer ditentukan oleh hukum kausalitas (sebab-akibat) baik phisis maupun chemis. b. Bahwa asumsi dasar teori korespondensi tentang stamping in (bekas,kesan) dalam proses stimulus-response yang terutama dianut oleh connectionisme,di anggap jalan bagi pengetahuan yang reliable.karena itu stimulus yang berasal dari realita lingkungan hidup manusia alamiah dan kebudayaan masyarakat adalah sumber proses mendapatkan pengetahuan dan kebenaran. c. Bahwa teori korespondensi tentang pengetahuan dapat disamakan dengan teori pengetahuan aliran realisme.sebab bagi kedua aliran ini,semesta raya dengan hulum universalnya adalah sumber dan ukuran (kriteria) bagi segala yang kita ketahui. Keduanya sama benar dalam asas,dimana idealisme mengakui adanya relasi antara the finite self (manusia) dengan the infite self (Tuhan).dan realisme berpendapat bahwa pikiran (mind) tergabtung atas nature atau matter (alam,zat,materi).idealisme dan Realisme berpendapat pula bahwa ada pre-existence dan bahwa kosmos adalah sumber kebenaran,dimana pikiran manusia selalu berhubungan dengan kosmos itu. Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam pendidikan adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan semacam itu tidak semata-mata terikat kepada hal-hal yang bersifat fisik, tetapi mengutamakan yang bersifat spiritual. Sedangkan aspek aksiologi menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya, pendidik hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang-ambing oleh hal-hal yang bersifat relative atau temporer (Imam Barnadib, 2002). Ontologi dari filsafat pendidikan realisme bahwa pendidikan itu seyogyanya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya, artinya utuh tanpa reduksi. Dalam bidang epistemologi, bahwa pengetahuan adalah hasil yang dicapai oleh proses mana subjek dan objek mengadakan pendekatan. Dengan demikian hasilnya adalah perpaduan antara pengamatan, pemikiran, dan keseimpulan dari kemampuan manusia dalam menyerap objeknya. Oleh karena itu, epistemologi dalam filsafat pendidikan realisme adalah proses dan produk dari seberapa jauh pendidik dapat mempelajari secara ilmiah emperis mengenai peserta didiknya. Hasil-hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk menyelenggarakan pendidikan.

C. Aksiologi Esensialisme Dalam bidang aksiologi,faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut menentukan hakikat nilai (Imam Barnadib, 2002). Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada keduniaan, serba ilmiah dan materialistis. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat .

Johann Amos Comenius (1592-1670) sebagai salah satu tokoh esensialisme mengatakan bahwa karena dunia ini dinamis dan bertujuan, kewajiban pendidikan adalah membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tugas utama pendidikan ialah membina kesadaran manusia akan semesta dan dunia, untuk mencari kesadaran spiritual, menuju Tuhan (Imam Barnadib, 2002; Mohammad Noor Syam, 1986). Teori nilai menurut Idealisme bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik hanya bila ia secara aktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. Dengan demikian posisi seseorang jelas dapat dimengerti dalam hubungannya dengan nilai-nilai itu. Dalam filsafat, misalnya agama dianggap mengajarkan doktrin yang sama, bahwa perintah-perintah Tuhan mampu memecahkan persoalan-persoalan moral bagi siapapun yang mau menerima dan mengamalkannya. Meskipun Idealisme menjunjung asas otoriter atas nilai-nilai itu, namun ia tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilainilai itu atas dirinya sendiri yaitu memilih dan melaksanakan. 2. Teori nilai menurut idealisme Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos,karena itu seseorang dikatakan baik hanya jika ia secara aktif berada didalam dan melaksanakan hukumhukum itu.dengan demikian posisi seseorang jelas dapat dimengerti dalm hubungannya dengan nilai-nilai itu. Meskipun idealisme menjunjung asas otoriter atas nilai-nilai itu,namun ia juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri. a. Teori nilai idealisme modern Denganperwujudan watak idealisme modern ini tersimpul pula perbedaan antara filsafat modern dengan filsafat abad pertengahan.watak dunia modern mengutamakan dunia sekarang.tetapi watak ini menjadi kecenderungan idealisme dan realisme.bahkan idealismeobjektif, pengikut-pengikut Hegel,sudah tidak mengingkari realita adanya evil (kejahatan) disamping good (kebaikan).mereka telah mengetahui bahwa kejahatan adalah pengalaman yang nyata dalam kehidupan manusia. Tetapi karena idealisme objektif ini mengakui sifat inherent kosmos itu adalah baik,maka meraka membuktikan bahwa kejahatan itu adalah subordinat dari kebaikan.dan kewajiban manusia adalah untuk menentang dan meniadakan kejahatan itu dalam pribadinya. Tokoh idealisme modern,Immanuel Kant,meletakkan teori nilai yang baru sebagai ganti atas kepercayaan tradisional. Kant mencariasa-dasar tindak moral atas hukum moral yang tidak diragukan lagi,inilah yang ia namakan sebagai categorical-imoerativ ( kategori-imperatif), rasa kewajiban atas tugas tanpa syarat dan prediket ,apakah itu disebut taat atau loyal. Hukum moral dimaksud menyatakan bahwa tiap manusia harus selalu melakukan sesuatu yang oleh semua manusia tindakan itu wajib dilakukandi mana dan pada waktu apa pun.misalnya kewajiban manusia untuk tetap honest (tulus) sebab itu adalah kebaikan universal. Kant adalah tokoh utama untuk ide ini.asas moral yang supernatural,berasal dari Tuhan ialah asas persamaan dan jaminan bahwa siapapun yang berbuat kebajikan akan mendapat pahala.

Orang yang melakuakn sesuatu karena paksaan tanpa kebebasan tak mungkin bertanggung jawab atas tindakannya.orang dipaksa melakukan kebaikan tanpa kesadaran dan kemauam sendiri walaupun hasilnya tetap baik,orang tersebut tidak dapat dikatakan telah melakukan kebaikan.ia telah melakukan paksaan. Karena itu asas kemerdekaan individu menjadi asas tindakan moral.

b. Teori sosial idealisme Pendekatan Idealisme pada teoti etika paralel dengan pendekatannya pada ide dan citacita tentang sosial politik.Hegel menemukan kualitas-spiritual yang berkembang dalam lembaga-lembaga sosial dari kehidupan keluarga sampai kehidupan nasional.kualitas spiritual yang dimaksud adalah kesadaran cinta bangsa dan cinta tanah air. Hegel berkesimpulan bahwa negara adalah manifestasi daru Tuhan,karena itu wajib bagi warga negara untuk setia dan mnejunjung negara. Teori ini di anggap sebagai sumber pemujaan yang berlebih-lebihan kepada negara. c. Teori estetika idealisme Kant mengajarkan : bahwa manusia menikmati kesenangan yang tulus ikhlas dalam objek keindahan,dan melupakan keterbatasan pengamatannya.dan dengan itu manusia sesaat berada dalam kesatuan abadi,karena keindahan itu bersumber dari Tuhan yang maha indah Hegel menyatakan,bahwa karya seni adalah ekspresi kehidupan spiritual manusia.manusia menangkap sifat universal relita melalui perasaan dan panca indera. Idealisme juga mengakui bahwa keindahan suatu objek terjelma dari keadaan yang tidak indah,dari kegiatan pengalaman sehari-hari sebagai jodoh dari pola-pola harmonis alamiah.eksistensi indah karena eksistensi jelek.dan keindahan sesuatu hanya dapat dimengerti oleh imaginasi spiritual yang mampu membuka semangat universal dan kesempurnaan dalam tiap realita. 3. Teori nilai menurut Realisme Prinsip sederhana Realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi bahwa sumber semua pengalaman manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Karena itu approach yang paling tetap pada nilai-nilai ialah sebagai mana approach pada pengetahuan, yakni dengan pemahaman obyektif atas peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Fakta, peristiwa itulah yang menimbulkan pertimbangan proporsional dalam ekspresi keinginan, rasa kagum, tidak suka dan penolakan. Kecenderungan approach obyektif ini yang melahirkan penyelidikan ilmiah, khususnya dalam ilmu pengetahuan sosial (Mohammad Noor Syam, 1986). a. Etika determinisme Teori Realisme yang paling berpengaruh adalah etika determinisme,karena semua unsur semesta,termasuk manusia,adalah dalam satu mata rantai yang tak berakhir dan dalam kesatuan hukum kausalitas.seseorang tetgantung seluruhnya dalam ikatan sebab-akibat kodrati itu dan itulah yang menentukan keadaannya sekarang,baik ataupun buruk.inilah sebabnya esensialisme mengakui asas baik hereditas maupun lingkungan,faktor internal dan faktor eksternal. Yang pertama mengakui bahwa tingkah laku manusia adalah produk potensi-potensi biopsychological

(rohani-jasmani).sedangkan yang kedua berpendapat bahwa tingkah laku manusia terbentuk karena lingkungan,pengalaman.implikasi etika determinisme ini adalah bahwa tokoh esensialisme berbeda-beda menafsirkan prinsip-prinsip etika. Perry,tokoh realisme menganggap nilai sebagai objek interset individu,suatu teori nilai yang amat mempengaruhi progresivisme .dengan demikian, suatu itu baik,tingkah laku baik,sesuai dengan minat individu . b. Teori sosial realisme Teori sosial realisme ini mengapproach nilai-nilai ekonomi dan politik serta praktekprakteknya berdasarkan cara-cara ilmiah,yaitu dengan netralitas Bertrand mengapproach dengan asas fre man (manusia merdeka). Pelaksanaan pandangan ini ialah bahwa ekonomi memerlikan hukum-hukum bagi proses pemasaran perdagangan;sosial memerlukan struktur organisasi lembaga-lembaga sosial.dan politik memerlukan ilmu politik,pengetahuan-pengetahuan tentang kelompok-kelompok sosial dan kekuatan-kekuatan masa,partai. Inilah teori yang berhibungan dengan teori Adam Smith (capitalism) dan Niccolo Machiavelli (prinsip objektif politik). c. Teori estetika Realisme Teori realisme tentang estetika terpusat pada mengekspresikan kehidupan sebagimana adanya,yakni dalam realita suka dan duka,proses harmoni dan disharmoni. Dalam wujudnya yang belum matang teori ini percaya that art of imitation of nature,seni adalah imitasi dari alam.beberapa realis menafsirkan imitasi itu hanya sebagai ekspresi dengan melalui media seni tertentu. Realisme tidak mengutamakan seni atas keindahan seperti asas estetika idealisme.melainkan realisme mengakui bahwa seni meliputi kedua jenis realita,yakni keindahan dan kejelekan.pada prinsipnya tujuan seni dalah membuka tabir kehidupan untuk lebih dimengerti,dihayati baik segi positif maupun negatif. D. Pola dasar pendidikan esensialisme 1. Uraian ini memberikan penjelasan tentang pola dasar pendidikan aliran esensialisme. Analisa dan penafsiran berikut dimaksudkanuntuk menghindari salah pengertian. Bahwa tidak semua pendidikan esensialisme selalu langsung berasal dari filsafat esensialisme. Meskipun secara umum prinsip-prinsip utama filsafatnya konsisten dengan teori pendidikannya namun esensialis percaya bahwa dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan modifikasi,pelengkap,bahkan penyimpangan dari ajaran-ajaran filosof tokoh dasar bagi teori yang murni,tetapi praktek memerlukan adaptasi dengan kondisi tertentu. Tidak semua idealis dan realis dapat di golongkan menajdi kaum esensialis dalam prinsip-prinsip pendidikannya. Bahwa dengan demikian,asas filosofis esensialisme yang lengkap,tidak harus selalu diikuti dengan pola-pola asasi atau pola-pola dasar pendidikannya yang terperinci.

Pola asasi pendidikan esensialisme hanyalah berhubungan dengan teori dasar pendidikan .sebab,soal-soal praktek pendidikannya adalah masalah praktis yang disesuaikan dengan kondisi yang insidental. 2. Erasmus,Comenius, dan Locke Erasmus hidup pada tahun 1466-1536,berada dalam zaman kontradisi alam pikiran,yakni alam pikiran abad pertengahan yang dogmatis dengan alam pikiran humanisme,cita-cita kebebasan dan harga diri manusia. Erasmus mengabdikan diri dalam cita-cita pendidikan dengan kurikulim yang menjembatani kedua alam pikiran itu.ia merintis pendidikan dengan mengawinkan sistem belajar klasik dengan pandangan internasional (zaman itu mulai tumbuh nasionalisme).ia pelopor pendidikan guru dan sekolah umum bagi dua golongan kelas sosial,yakni bagi midle-class dan kaum aristokrat. Comenius (1592-1670) Beliau adalah pendidik pertama renaissance yang memberi asas baru dalam pendidikan sebagai realist modern,ia mengajarkan bahwa proses belajar harus melalui pengamatan. Comenius percaya bahwa dunia ini bersifat dinamis dan memiliki tujuan. Tugas utama pendidikan ialah membina kesadaran manusia akan semesta dan dunianya,untuk mencari kesadaran spiritual,menuju Tuhan. Jhon Locke (1632-1704) Locke adalah ahli pengetahuan sekaligusfilosof yang amatberpengaruh terhadap pendidikan,sebagai tokoh realisme utama. Ia mencita-citakan teori sosial baru dalam tata politik,peletek dasar trias politika,untuk melawan otoritas monarkhi yang absolute. Ia juga peletak asas pendidikan modern yang mengutamakan faktor lingkungan dalam rangka menyesuaikan manusia kepada alam semesta yang natural dan superntural. Karena itu sistem sekolah harus mengutamakan realita dunia tempat hidup,situasi praktis. Ia peletak ide sekolah kerja,yakni mendidik manusia yang mampu hidup dalam masyarakat. E. Teori belajar Esensialisme 1. Teori belajar menurut esensialisme. Teori korespondensi sebagai dasar.Yakni kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan dan fakta. Meskipun proses belajar dianggap bidang psikologi, tetap oleh aliran ini belajar juga dianggap sebagai masalah ontologi, epistemologi dan axiologi. Pendirian demikian berdasarkan prinsip bahwa perlu verifikasi kodrat realita yang kita pelajari (ontologi). Juga diperlukan reliabilitas pengetahuan yang dipelajari (epistemologi) dan demikian pula nilai dari realitas dan pengetahuan itu (axiologi). Pada prinsipnya proses belajar adalah melatih daya jiwa yang potensial sudah ada. Proses belajar sebagai proses menyerap apa yang berasal dari luar. Yaitu dari warisan-warisan sosial yang disusun di dalam kurkulum tradisional, dan guru berfungsi sebagai perantara.

a. b.

c.

d. e. f.

2. a.

Penganut idealisme dan realisme mamang berbeda dalam hal interpretasi mereka tentang kodrat suatu objek. Idealist percaya bahwa watak suatu objek adalah spiritual, nin material atau ideal. Sebaliknya realist percaya bahwa kodrat suatu objek adalah fisik,material, dan mekanis. Dari segi pendidikan,maka approach demikian memberi pandangan bahwa belajar adalah proses korespondensi. Murid menduduki posisi sebagai penerima alam semesta ini. Proses belajar adalah tentang bagaimana subyek mengerti tentang realita itu. Dalam hal ini idealisme dan realisme mengakui proses itu melalui korespondensi. Artinya teori korespondensi menentukan konstruksi dan aplikasi apa yang subyek fahami tentang sesuatu objek. Prinsip-prisinsip pendidikan esensialisme yaitu: pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik. Peranan guru adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru disiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas di atas, sehingga guru lebih berhak untuk membimbing pertumbuhan peserta didiknya. Esensialisme, menurut Imam Barnadib, bahwa guru sebagai penentu bagi pendidikan. Kedudukan guru atau pendidik demikian penting karena mereka mengenal dengan baik tentang tujuan pendidikan serta pengetahuan atau materi-materi lain (Imam Barnadib, 1988). Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti oleh orang dewasa. Pandangan ini sesuai dengan filsafat realisme bahwa secara luas lingkungan material dan sosial, adalah manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup. Sekolah harus mempertahankan motede-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai ini hendaklah yang sampai kepada manusia melalui sivilisasi dan telah teruji oleh waktu. Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai yang ada di dalam gudang di luar ke jiwa peserta didik. Ini berarti bahwa peserta didik itu perlu dilatih agar mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi (Imam Barnadib, 2002). Teori belajar menurut idealisme Mikrokosmos sebagai subjek Idealisme sebagai filsafat hidup cenderung mulai dangan manusia sebagai pribadi,sebagi subjek. Subjek ini bergerak dengan understanding kepada diri sendiri menuju understanding dunia objek. Dengan stilah ontologi, dikatakan bahwa mikrokosmos asas mengerti makrokosmos. Sebagai pribadi manusia mengerti proses pikirannya sendiri adalah pangkal untuk mengerti pribadi-pribadi lain dan semesta. Di atas pandangan subjektif dan individual,maka belajar menurut idealisme adalah self development of mind as spiritual substance.

Dengan arti demikian,maka jiwa bersifat kreatif. Dan pendidikan merupakan proses melatih daya-daya jiwa seperti pikiran,ingatan,perasaan,baik sebagai warisan sosial,maupun sebagai makrokosmos. b. Makrokosmos sebagai dasar Tetapi harus didasari bahwa idealisme,dalam pandangan prospek kebudayaan mdern,tidak dapat di artikan secara ekslusif dalam makna subjektif atau individualitas. Sebab dalam kenyataan idealisme,dengan nilai-nilai persamaan, kemerdekaan dalam ide demokrasi, maka individu memerlukan dasar dalam mana kehidupan sejahtera dan harmonis diwujudkan. Harmoni dan tertib itu tidak harus ada di dalam masyarakat,melainkan juga di dalam alam. Dengan demikian individu itu adalah bagian dari harmoni semesta. Teori belajar idealisme, yang dimulai dengan pribadi sebagai subjek yang kreatif, adalah untuk mengerti Tuhan. Idealisme percaya bahwa individu selalu mengerti dirinya lebih dulu untuk dapat mengerti antar hubungannya dengan sesuatu dalam makrokosmos. Tetapi belajar tidaklah berakhir untuk mengenal diri sendiri. 3. Teori belajar menurut realisme a. Pengaruh Thorndike Dengan menolak teoti belajar idealisme,realisme menerima dengan penuh perhatian teoriteori modern dari ilmu jiwa pendidikan. Tokoh realisme dalam psikologi pedidikan adalah Edward L.Thorndike yang merupakan pelopor teori connectionisme. b. Proses belajar menurut realisme Meskipun tidak semua realist penganut connectionisme, hampir semua percaya bahwa proses belajar adalah hubungan antara pribadi dengan lingkingan. Prinsip belajar dalam realisme : Bagley : bahwa proses belajar meliputi proses pengenalan kepada warisan-warisan manusia lampau sebagai dasar interpretasi bagi realita yang ada sekarang, pengertian dengan dasar tentang nilai-nilai moral dan otoritas kenyataan-kenyataan yang objektif. Finney : bahwa sesungguhnya manusia itu terutama the social nature of mental life dari kepribadiannya yang menentukan hubungannya dengan sosio-kulturalnya. Ini berarti manusia melalui pendidikan akan menerima warisan kebudayaan itu. F. Kurikulum Esensialisme Belajar adalah proses aktif pribadi untuk mengerti dan menguasai sesuatu. Materi atau isi yang di pelajari itu ialah apa yang tersimpul dalam istilah kurikulum. Oleh karena sesuatu itu tak terbatas di dalam kehidupan manusia,demikian pula potensi penguasaan manusia,maka perlu ada pedoman untuk melaksanakan pendidikan supaya tujuan pendidikan tercapai. Kurikulum yang minimal sebagai tak dapat di kurangi itu di dasarkan pada dasar kepercayaan esensialisme. Yaitu,bahwa dalam realita semesta ini segala sesuatu itu ada dalam hubungan dengan hukuk-hukum objektif yang mutlak, sebagai pre-existence,sebagai eksistensi sebagai fakta-fakta. Dan tiap individu harus mengerti hukum-hukum itu demi adaptasi terhadap realita dan tuntutan semesta itu,khususnya pada kebudayaan di mana ia hidup.

1. a.

b.

c. 2. a. b.

c.

3.

Fungsi guru adalah sebagai perantara antara bahan yang telah di tentukan berdasarkan standard itu dengan murid sebagai penerima. Kurukulum idealisme Ulich menekankan kurikulam termasuk bahasa asing dalam rangka antara hubungan internasional yang lebih erat dan luas dalam masa depan. Juga pengertian-pengertian religius dalam rangka pemahaman semesta raya. Ulich masih mengakui prinsip-prinsip tradisional baik dalam subjek-matter-curriculum amupun metodenya. Horne menganggap bahwa kurikulum pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Yang utama adalah esensial studies yang meliputi metode ilmiah,dunia organis dan an-organis,human environment,apresiasi terhadap seni. Demiaskevich berpendapat bahwa fungsi sekolah terutama sebagai pusat intellectual training dan character building secara formal disiplin. Kurikulum realisme Bagley mengnggap bahwa kurikulum terdiri atas serangkaian bahan yang mulai dari sederhana sampai ke yang kompleks. Thorndike dan Bobbitt menekankan kurikulum bagi persiapan tugas anak di dalam kehidupannya. Terutama Bobbit menekankan urgensi analisa atas aktivitas dan tujuan orang dewasa dalam apa yang di sebut job analysis. Berdasarkan analisa itu dapat di tetapkan secara tepat isi kurikulum yang di kehendaki. Sebab tujuan dari orang dewasa telah di tetapkan oleh tujuan-tujuan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat. Morrison,tokoh realisme mengapproach pembinaan kurikulum dengan prinsip-prinsip-prinsip hukum alam. Morrison percaya bahwa tujuan tertinggio pendidikan adalah penyesuaian menurut interpretasi realisme berdasarkan prinsip aliran ini,yakni sesuai sebagai penyesuaian kepada hukum alamiah-penyesuaian pada proses evolusi dan kepada realita dan kondisi-kondisi kebudayaan yang berlaku. Peranan sekolah menurut esensialisme Semua penganut esensialisme di Amerika tanpa kecuali percaya dan menganut nilai-nilai demokrasi. Sekolah terutama berfungsi mendidik warga negara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya. Pendapat Kandel tokoh realisme adalah representative untuk ide tentang fungsi sekolah dalam masyarakat menurut esesnsialisme.

G. Penilaian Kebudayaan atas Esensialsme Karena prinsip utama dan watak esensialisme ialah semangat ingin kembali kepada warisan kebudayaan masa silam yang agung dan ideal,maka pendidikan baginya ialah sebagai pemelihara kebudayaan yang ada. Ide ini lahir sebagai reaksi atas kenyataan,atas diagnose,bahwa kebudayaan modern gagal mencapai prospek ideal. Oleh sebab itu mission utama esensialisme ialah mengabdikan diri guna mengabdikan kebudayaan modern sekarang kepada prestige dan kewibawaan seperti yang di miliki kebudayaan warisan masa lampau. Ini tidak berarti bahwa esensialisme mengabdikan kenyataan adanya perubahan sosial. Peranan dan sekaligus nilai positif dari aliran esensialisme terutama tersimpul dalam :

1. Kedudukan idealisme modern dan realisme modern sebagai sokoguru kebudayaan modern. Kedua ajaran filsafat tersebut adalah fundamental bagi tegaknya kebudayaan modern yang ideal. Krisis kebudayaan modern justru karena penyimpangannya dari prinsip-prinsip yang telah terbina oleh kedua ajaran filsafat itu. Filsafat dalam hubungannya dengan kebudayaan ialah kenyataan bahwa ide-ide filsafat itu telah merubah pandangan manusia baik terhadap nilai-nilai,.maupun praktek-praktek dalam bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan pada umumnya. Esensialisme juga dalam rangka pembina kebudayaan yang demokratis,memusatkan perhatian pada usaha membina kebebasan individu dalam ekspresi dan organisasinya,mislnya dalam bidang sosial-politik,keagamaan,science. 2. Peranan esensialisme sebagai pemeliharaan kebudayaan. Esensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa lembaga-lembaga dan praktek-praktek kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaan,harus di usahakan melalui pendidikan. Fungsi pemeliharaan atas kebudayaan oleh esensialisme ialah meliputi dua segi : a. Membina sikap jiwa untuk menjunjung dan menyesuaikan diri terhadap hukum-hukum dan kebenaran yang di temukan manusia di dalam alam kosmos,baik yang sudah mau pun yang akan datang. b. Karena tiap hukum-hukum,prinsip-prinsip,aksioma-aksioma itu bersifat abstrak,maka ia harus di fahami dalam konteks dengan kebudayan. Ia harus di dasari melalui praktek-praktek lembagalembaga kebudayaan. Doktrin hak-hak alamiah adalah suatu abstraksi hukum-hukum universal yang terlepas daripada unsur kebudayaan. 3. Sifat konservatif esensialisme Sejarah tidak mngingkari nilai-nilai positif sumbangn tokoh-tokoh esensialisme seperti Locke,Harris,Bagley,Thorndike dalam pendidikan. Khususnya dalam membina kemampuankemampuan bagi keterampilan yang produktif. Tetapi karena kebudayaan itu berubah,maka pendidikan harus mampu membina pribadi yang secara inteligen sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Prinsip esensialisme kembali kepada kebudayaan silam,ini dapat di artikan sebagai satu sikap konservatif. a. Esensialisme sebagai Cultural-Lag Dengan usaha dan prinsip kembali ke masa silam itu sebenarnya esensialisme telah tidak berusaha meneruskan proses sejarah kebudayaan yang bersifat dinamis-progressif. Ini berarti ia merupakan suatu Cultur-Lag,keterlambatan keterbelakangan kultural. Ini bertentangan dengan proses perkembangan kebudayaan yang dinamis. b. Penafsiran yang tidak tepat atas social heritage Sikap memuja kepada kebudayaan-kebudayaan atau social heritage itu termasuk pola sokongan esensialisme atas cultural-tradisional. Sebab antara kedua istilah tidak dipakai secara tepat dengan kritis. Esensial adalah suatu yang kekal,permanen dari suatu social-heritage dengan tradition dari adat kebiasaan.

Pengertian yang dimaksud dengan istilah esensialisme meliputi : kebijakan,kejujuran,sikap hormat,mengerti kewajiban,pengabdian ,dan sebagainyayang ingin tetap di bina melalui pendidikan.

BAB IV PENUTUP Pada bab ini, dipaparkan simpulan dan saran yang berkaitan dengan Aliran Filsafat Esensialisme. Simpulan dan saran penulis sajikan sebagai berikut : Simpulan Berdasarkan uraian tentang Aliran Filsafat Esensialisme dapat disimpulkan sebagai berikut : Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggiris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Ontologi Esensialisme: Ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Epistemologi Esensialisme: Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam pendidikan adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Aksiologi Esensialisme: Sedangkan dalam bidang aksiologi, faktor peserta didik perlu dipandang sebagai agen yang ikut menentukan hakikat nilai.

A.

1.

2.

3.

1. 2.

3. 4. 5. 6. 7.

Prinsip-prisinsip pendidikan esensialisme yaitu: pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik. Peranan guru adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru disiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas di atas, sehingga guru lebih berhak untuk membimbing pertumbuhan peserta didiknya. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasi dan direncanakan dengan pasti oleh orang dewasa. Sekolah harus mempertahankan motede-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan Tentang kurkulum, idealisme memandang hendaklah berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai