Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Filsafat pendidikan sebagai salah satu acuan untuk memperbaiki pendidikan di
Indonesia. Karena dalam memperlajari Filsafat Pendidikan Kita lebih tahu
dasar-dasar pendidikan. Dengan mempelajarinya maka generasi yang akan
datang akan lebih memahami tentang pendidikan dan aliran filsafat
pendidikan, supaya kita dapat mengambil hikmah pembelajaran dari aliran-
aliran filsafat pendidikan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Apa penjelasan tentang Aliran Perenialisme?
Apa penjelasan tentang Aliran Rekonstruksionisme?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui penjelasan tentang Aliran Perenialisme?
Mengetahui penjelasan tentang Aliran Rekonstruksionisme?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ALIRAN PERENIALISME
1. Pengertian perenialisme
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai
“continuing throughout the whole year” atau “lasting for a very long time”
– abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah
aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada
nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme
melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman moderen telah menimbulkan
krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis ini
perenialisme memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada
kebudayaan masa lampau” regresive road to culture. Oleh sebab itu
perennialisme memandang penting peranan pendidikan dalam proses
mengembalikan keadaan manusia zaman modren ini kapada kebudayaan
masa lampau yang dianggap cukup ideal yang telah teruji ketangguhannya.
Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan
yang terkiblat dua, yaitu (a) perenialisme yang theologis – bernaung
dibawah supremasi gereja katolik. Dengan orientasi pada ajaran dan tafsir
Thomas Aquinas – dan (b) perenialisme sekuler berpegang pada ide dan
cita Plato dan Aristoteles.
2. Sejarah Perkembangan Aliran perenialisme
Aliran perenialisme lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme
lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka
menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan
sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini
penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam
kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada
usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan

2
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah
menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh
pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer
Adler.
Kira-kira abad ke-6 hingga abad ke-15 merupakan abad kejayaan
dan keemasan filsafat perenialisme. Namun, mungkin saja kita bisa saja
dengan terburu-buru melihat perkembangan filsafat perenial ini hanya
dalam kerengka sejalan pemikiran barat saja, melainkan juga terjadi di
wilayah lainnya . dan memang harus tetap diakui bahwasanya jejak
perkembanganfilsafat perenial jauh lebih tampak.
dalam konteks sejarah perkembangan intelektual barat, apalagi
sebagai jenis filsafat khusus, filsafat ni mendafat eleborasi sistem dari para
perenialis barat, seperti Agostino Steunco. Namun, filsafat perenial atau
yang sering disebut sebagai kebijaksanaan univeral, disebabkan oleh
beberapa alasan yang kompleks secara berangsur-angsur mulai rumtuh
menjelang akhir abad ke-16. Salah satu alasan yang paling dimonan adalah
perkembangan yang pesat dari pilsafat materialis. Filsafat materialis ini
membawa perubahan yang radikal terhadap paradigma hidup dan
pemikiran manusia pada saat itu.
Memasuki abad ke-18, karena pengaruh filsafat materialis, bayak
aspek relita yang diabaikan, dan yang tinggal hanyalah mekanistik belaka.
Filsafat materialis ini begitu kuat mempengaruhi pola pikir manusia abad
modern yang merentang sejak abad ke-16 hingga akhir abad ke-20.
Memasuki akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, sehingga pada tia-tiap
bentuk pemikiran baru yang muncul hingga pada zaman kontemporer. Dan
zaman kontemporer inilah dapat dikatakan zama kebangkitan filsafat
perenialisme.

3
3. Ciri- Ciri Perenialisme
a. Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan
oleh plato, Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.
b. Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan,
kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan
waktu.
c. Nilai bersifat tak berubah dan universal.
d. Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini
melalui nilai zaman pertengahan (renaissance).

4. Implikasi Aliran Perenialisme Terhadap Pendidikan


• Pandangan tentang realita (ontologis)
Peremialisme memandang bahwa realitas itu bersifat universal dan ada
dimana saja, juga sama disetiap waktu. Inilah jaminan yang dapat
dipenuhi dengan jalan mengerti wujud harmoni bentuk-bentuk realita,
meskipun tersembunyi dalam satu wujut materi atau pristiwa-pristiwa
yang berubah, atau pun didalam ide-de yang bereang.
• Pandangan tentang pengetahuan (Epistimologi)
Perennialisme mengakui bahwa impresi atau kesan melalui
pengamatan tentang individual thing adalah pangkal pengertian
tentang kebenaran. Tetapi manusia akan memperoleh pengetahuan
lebih tepat jika bersandar pada asas-asas kepercayaan dan bantuan
wahyu; dan itulah tahu dalam makna tertinggi, yang idea
• Pandangan tentang nilai (Axiologi)
Pandangan tentang hakikat nilai menurut perennialisme adalah
pandangan mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Yang absolut atau
ideal (Tuhan) adalah sumber nilai dan oleh karena itu nilai selalu
bersifat teologis.

4
• Pandangan tentang pendidikan
Pendidikan
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan
sebagai jalan kembali,atau proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap
sebagai kebudayaan yang ideal.
Tujuan pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan
abadi, inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab
itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik
menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang
abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite itelektual yang
mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada
generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan
mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun kedalam
kehidupan. Sekolah bago perenialist merupakan peraturan-peraturan
yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang
paling baik dari warisan sosial budaya.
Kurikulum
Kurikulum pada aliran ini berpusat pada mata pelajaran, dan
cenderung menitikberatkan pada: sastra, matematika, bahasa, dan
humaniora, termasuk sejarah. Kurikulum adalah pendidikan liberal.
Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh
perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan
mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great books
dalam rangka mendisiplinkan pikiran.

5
Peranan guru dan peserta didik
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak,
melainkan guru juga sebagai “mirid” yang mengalami proses belajar
serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery,
dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-
muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior
dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih,
dan perfect knowladge.

5. Tokoh-tokoh Aliran Perenialisme


Aristoteles
Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis.
Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian
didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan
reformer utama dalam abad ke-13.
Plato
Dunia ideal bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan.
Aristoteles
Mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan
alam kehidupan manusia sehari-hari. Manusia adalah makhluk materi dan
rohani sekaligus
Thomas Aquinas
Pendidikan adalah menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang
masih tidur menjadi aktif dan nyata yang timbul dan bergantung dari
kesadaran-kesadaran yang mendukungnya pada tiap-tiap individu.

6
B. ALIRAN REKONSTRUKSIONISME
1. Latar belakang Aliran rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang
berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern
Pada dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran
perenialisme bahwa ada kebutuhan  mendesak untuk kejelasan dan
kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang (hendak menyatakan
krisis kebudayaan modern), yang sekarang mengalami ketakutan,
kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak
sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat
perenialisme. Aliran perenialisme memilih jalan kembali ke alam
kebudayaan abad pertengahan. Sementara itu aliran rekonstruksionisme
berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin
tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha
mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat
mengatur tata kehidup manusia dalam suatu tatanan baru seluruh
lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses pendidikan.
Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme,
gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya
memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat
yang ada pada saat sekarang ini.
Rekonstrusionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg
pada tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat baru, masyrakat yang
pantas dan adil.tokoh- tokoh aliran rekonstruksionisme yaitu Caroline
pratt, George count, dan Harold rugg.

7
Usaha rekonstruksionisme sosial yang diupayakan Brammeld
didasarkan atas suatu asumsi bahwa kita telah beralih dari masyarakat
agraris pedesaan kemasyarakat urban yang berteknologi tinggi namun
masih terdapat suatu kelambatan budaya yang serius yaitu dalam
kemampuan manusia menyesuaikan diri terhadap masyarakat teknologi.
Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count bahwa apa yang diperlukan
pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat
adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata
dunia baru
2. Pandangan rekonstruksionisme dan penerapannya di bidang
pendidikan
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat
dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu
pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan
membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan
norma yang benar demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang
sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa
merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi oleh golongan tertentu. sila-
sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi
kenyataan sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi
teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan
kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,
keturuanan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat
bersangkutan.
George counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam
publikasinyaDare the school build a new sosial order mengemukakan
bahwa sekolahakan betul- betul berperan apabila sekolah menjadi pusat
bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, dan kesukuan (rasialisme).
masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial

8
yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk
menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial
dari pada pendidikan hanya mempertahankan status qua dengan
ketidaksamaan-ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terpendam di
dalamnya.
sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para
petani, dan kelompok minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan
yang diperlukan. Counts mengkritik pendidikan progresif telah gagal
menghasilkan teori kesejahteraan sosial dan mengatakan sekolah dengan
pendekatan child centered tidak cocok untuk menentukan pengetahuan dan
skill sesuai dalam abad dua puluh.
3. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
Tujuan Pendidikan
• Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama
untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam
masyarakat.
• Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan
”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai
tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
• Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran
para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang
dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada
mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi
masalah tersebut.
Metode pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-
kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan
metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program
aksi perbaikan masyarakat.

9
Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-
kebutuhan masyarakat masa depan.
Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik
yang dihadapi umat manusi, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah
pribadi para peserta didik sendiri; dan program-program perbaikan yang
ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial
dan proses-proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan
masalah.
Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia
pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk
menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun
masyarakat masa depan.
Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang
dihadapi umat manusia, mambatu mereka merasa mengenali masalah-
masalah tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi
kontroversi dan perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-
beda sebaga suatu cara untuk menciptakan alternatif-alternatif pemecahan
masalah yang menjanjikan keberhasilannya
Menurut Brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada
5 yaitu:

a. Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka


menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar
budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan
ekonomi, dan sosial masyarakat modern.

10
b. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati
dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh
warganya sendiri.
c. anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan
budaya dan sosial.
d. Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan
cara bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis
e. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan
tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan
krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan
sains sosial yang mendorong kita untuk menemukan nilali-nilai dimana
manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
f. meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang
dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced
Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing
throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” – abadi atau
kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme
mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-
norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap
pendidikan progresif. Perenialsme menentang pandangan progresivisme yang
menekankan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang
situasi didunia ini penuh kekacawan, ketikdak pastian dan ketidak teraturan,
terutama pada kehidupan moral, intelektual dan sosial kultural. Maka perlu
ada usaha untuk mengamankan ketidak beresan ini.
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
maka dari itu rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang
mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam
suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses
pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.

12
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr. H. Jalaluddin dan Drs. Abdullah Idi, M.Ed. Filsafat Pendidikan. Jakarta:
Gaya Media Pratama.1997

Jalaluddin, Modul Filsafat Pendidikan, Matakuliah Filsafat pendidikan.


Yogyakarta: 2010

Mudyarhardjo Redja, Pengantar Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada,


2004

Syam Muhammad Noor, Filsafat Penidikan dan Dasar Filfasat Kependidikan


Pancasila, Surabaya : Usaha Nasional, 1986

Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Alfabeta 2003

13
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
(PERENIALISME & REKONSTRUKSIONISME)

Oleh :
SURYANI, Ama.Pd

Mahasiswa Prodi PIAUD Semester III


Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Agama

Dosen Pengampu :
ISMAWATI SARAGIH, MA.BI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


AL WASHLIYAH TAKENGON
TAHUN 2021

14
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga memberikan kemudahan pada kami dalam
menyusun makalah ini.

Penyusunan makalah ini hanya bersifat untuk memenuhi syarat yang di


berikan kepada kami. Dalam penyusunan makalah ini kami juga tidak mungkin
mengerjakan sendiri tanpa bantuan pihak lain. Oleh sebab itu penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini terutama kepada Dosen bidang Study dan juga
kepada teman-teman sekalian.

Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi


pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penyusun sendiri.

Takengon, Maret 2021

Penyusun

15 i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 2
A. Aliran Perenialisme ............................................................... 2
B. Aliran Rekonstruksionisme ................................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................... 12
A. Kesimpulan............................................................................. 12
B. Saran-saran............................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

ii

16

Anda mungkin juga menyukai