Anda di halaman 1dari 13

SIKAP BAHASA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

DI JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Iwa Sobara dan Dewi Kartika Ardiyani

Jurusan Sastra Jerman Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Abstract: This study is an attempt to analyze descriptively the language attitude among
male and female students which are marked by three characteristics, namely (1) lan-
guage loyality, (2) language pride, and (3) awareness of the norms of the language.The
design used in this study is descriptive qualitative. The study was conducted at German
Deparment, Faculty of Letter, State University of Malang. The sources of data in this
study were 10 male and female students. The data were obtained from observations and
questionnaires given to five male students and five female students. Based on the
findings of this study, it can be concluded that the language attitude in both groups were
in good category.

Key words: language attitude, male and female students.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sikap berbahasa mahasiswa laki-laki


dan perempuan yang ditandai oleh tiga ciri, yaitu (1) kesetiaan bahasa (language loy-
ality), (2) kebanggaan bahasa (language pride), dan (3) kesadaran adanya norma bahasa
(awareness of the norm). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Jurusan Sastra Jerman Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang. Sumber data dalam penelitian ini adalah 10 mahasiswa laki-laki dan
perempuan. Data diperoleh dari hasil pengamatan serta kuesioner. Berdasarkan temuan
penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok responden laki-laki dan perempuan ke-
duanya mempunyai sikap bahasa yang baik.

Kata-kata kunci: sikap bahasa, mahasiswa laki-laki dan perempuan.

Oppermann dan Weber (1995) mengata- bih langsung pada tujuan (to the point)
kan bahwa pria di mata perempuan dan jelas, sementara kebanyakan wanita
berbicara lebih terkesan linear, sederha- cenderung menggunakan bahasa tidak
na, tidak komprehensif, tidak memper- langsung.
lihatkan emosi, biasanya dalam kalimat Perbedaan cara berbahasa laki-laki
pendek, dan dalam bentuk pernyataan dan perempuan tidak hanya terlihat keti-
serta berorientasi hierarkis. Sebaliknya, ka mereka melakukan komunikasi da-
pria berpendapat bahwa wanita berbica- lam bahasa ibu, melainkan juga ketika
ra tidak terstruktur, konstruksi kalimat mereka berkomunikasi dalam bahasa
biasanya dalam bentuk pasif, banyak asing (bahasa kedua). Hal tersebut dapat
menggunakan kalimat konjungtif untuk ditemukan dalam komunikasi pebelajar
memperlihatkan kesopanan, lebih bersi- bahasa asing, misalnya bahasa Inggris,
fat pertanyaan, serta cenderung tidak fo- bahasa Jerman, bahasa Arab atau ba-
kus pada pembicaraan. Dapat ditarik ke- hasa asing lainnya.
simpulan bahwa kaum pria berbicara le-

93
94│BAHASA DAN SENI, Tahun 41, Nomor 1, Februari 2013

Di Jurusan Sastra Jerman Fakultas Perbedaan sikap dalam berbahasa


Sastra (FS) Universitas Negeri Malang juga terlihat dari karakteristik perbedaan
pembelajaran keterampilan berbicara di- penggunaan bahasa antara perempuan
sajikan secara terintegrasi di semester 1 dan laki-laki. Sikap tersusun dengan
sampai dengan 4 dalam matakuliah kualitas dan kuantitas yang bervariasi
Deutsch I, Deutsch II, Deutsch III, dan dalam kontinum positif dengan melewa-
Deutsch IV. Matakuliah Deutsch I dan II ti daerah-daerah netral ke arah negatif,
masing-masing berbobot 8 SKS/8 JS. sedangkan kualitas sikap dinyatakan se-
Sementara itu, matakuliah Deutsch III cara ekstrem dari kedudukan yang di-
berbobot 6 SKS/6 JS, dan Deutsch IV tempati pada arah kontinum sikap. In-
berbobot 4 SKS/4 JS. Selain mempe- tensitas sikap menyatakan kuatnya reak-
lajari keterampilan berbicara bahasa si sikap, yaitu semakin jauh dari posisi
Jerman dalam matakuliah Deutsch I, II, netral akan semakin kuat reaksi sikap-
III dan IV mereka juga mempelajari nya. Selanjutnya sikap memiliki ciri-ciri
keterampilan berbicara secara khusus tertentu, yaitu (1) arah sikap, merupakan
pada matakuliah Konversation I dan efek yang membekas dirasakan terha-
Konversation II yang disajikan masing- dap suatu objek, dapat bersifat negatif
masing pada semester 3 dan 4. atau positif dan (2) derajat perasaan, me-
Pada kurikulum bahasa Jerman FS rupakan derajat penilaian terhadap se-
UM tahun 2000 yang tertuang dalam suatu objek tertentu dengan istilah baik
Katalog Jurusan Sastra Jerman edisi dan buruk dengan kontinum berkisar
2011 (Tim Penyusun, 2011), dideskrip- dari arah negatif sampai positif. Ciri-ciri
sikan bahwa (1) Perkuliahan Deutsch sikap dikemukakan juga oleh Allport
memberi mahasiswa pengetahuan dan (1960:293) yaitu (1) sebagai suatu ke-
keterampilan berbicara dalam bahasa siapan untuk merespon, (2) bersifat in-
Jerman dengan tema-tema mengenai dividual, (3) membimbing prilaku, dan
kehidupan sehari-hari dan (2) Perku- (4) bersifat bawaan dan merupakan hasil
liahan Deutsch menyiapkan mahasiswa belajar.
memiliki pengetahuan dan keterampil- Menurut Kridalaksana (2001:197),
an berbahasa Jerman lisan dan tulis se- sikap bahasa merupakan posisi mental
taraf A1-B1 menurut kurikulum bahasa atau perasaan terhadap bahasa sendiri
yang berlaku di Eropa (Gemeinsamer atau bahasa orang lain. Selain berhu-
Europäischer Referenzrahmen) dengan bungan dengan bentuk tubuh, posisi ber-
tema-tema tertentu secara reseptif dan diri yang tegak, perilaku atau gerak-ge-
produktif. rik, kata sikap dalam bahasa Indonesia
Dalam praktiknya perkuliahan De- juga mengacu pada sebuah perbuatan
utsch menjadi tempat bagi mahasiswa atau tindakan yang dilakukan berdasar-
untuk dapat berlatih keterampilan pro- kan pandangan (pendirian, keyakinan,
duktif baik menulis, maupun berbicara atau pendapat) sebagai reaksi atas ada-
tentang topik-topik tertentu, mengemu- nya suatu hal atau kejadian. Dari definisi
kakan pendapat dan memberi respon ter- tersebut dapat diketahui bahwa sikap
hadap sesuatu yang diberikan. Beberapa tidak dapat secara langsung diamati.
faktor yang mempengaruhi kemampuan Menurut Bohner dan Wanké
berbicara seseorang adalah penguasaan (2002:5) sikap merupakan suatu kesim-
kosakata, tata bahasa dan pengucapan pulan dari suatu objek atau pemikiran.
yang benar, kemampuan dalam menye- Sikap bahasa merupakan peristiwa keji-
suaikan situasi di mana dan kapan ko- waan yang tidak dapat diamati secara
munikasi dilakukan, dan perbedaan per- langsung. Akan tetapi, sikap bahasa da-
sepsi seseorang dalam menyikapi baha- pat diamati melalui perilaku berbahasa
sa. atau perilaku tutur. Meskipun demikian,
Sobara dan Ardiyani, Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan│95

tidak setiap perilaku tutur dapat mencer- sa dan (2) sikap nonbahasa. Sikap baha-
minkan sikap bahasa. Sebaliknya, sebu- sa adalah tata keyakinan mengenai objek
ah sikap bahasa tidak selamanya dapat bahasa yang memberikan kecenderung-
terlihat dalam perilaku tutur. Pendapat an seseorang untuk bereaksi menurut
Saussure yang dikutip dari Culler (1977) langgamnya sendiri, sedangkan sikap
yang membedakan bahasa (langue) dan nonbahasa adalah sikap politik, sosial,
tutur (parole) dapat tercermin pada hu- dan estetis yang menyangkut tata keya-
bungan antara sikap bahasa dan perilaku kinan terhadap bahasa.
tutur ini. Sikap bahasa lebih cenderung Menurut Garvin dan Mathiot
mengacu kepada bahasa sebagai sistem (1968:149) sikap bahasa ditandai oleh ti-
(langue). Sementara itu, perilaku tutur ga ciri, yaitu (1) kesetiaan bahasa (lan-
lebih merujuk untuk pemakaian bahasa guage loyality), (2) kebanggaan bahasa
secara konkret (parole). (language pride), dan (3) kesadaran
Sikap bahasa akan tampak apabila adanya norma bahasa (awareness of the
seseorang menjadi bagian dari masyara- norm). Kesetiaan bahasa menurut kon-
kat yang dwibahasawan atau multibaha- sep tersebut adalah sikap yang terdorong
sawan. Pendapat tersebut diperkuat oleh suatu masyarakat untuk turut memperta-
Dittmar (1976:181) yang menyatakan hankan kemandirian bahasanya dari pe-
bahwa sikap ditandai ciri-ciri sebagai ngaruh asing. Kebanggaan bahasa me-
berikut, yaitu meliputi pilihan bahasa rupakan sikap yang mendorong sese-
dalam masyarakat multilingual, distribu- orang atau kelompok menjadikan baha-
si perbendaharaan bahasa, perbedaan sanya sebagai lambang identitas pribadi
dialek, dan problem yang timbul sebagai atau kelompoknya untuk membedakan-
akibat adanya interaksi antara individu. nya dari orang atau kelompok lain. Ke-
Sikap bahasa dikelompokkan Pateda sadaran adanya norma bahasa mendo-
(1990:30) menjadi dua bagian, yaitu si- rong seseorang menggunakan bahasa se-
kap terhadap bahasa dan sikap berbaha- cara cermat, korek, santun, dan layak.
sa. Sikap terhadap bahasa penekanannya Kesadaran yang demikian merupakan
tertuju pada tanggung jawab dan peng- faktor yang sangat menentukan prilaku
hargaannya terhadap bahasa, sedangkan tutur dalam wujud pemakaian bahasa
sikap berbahasa ditekankan pada kesa- (language use). Kesetiaan bahasa, ke-
daran diri dalam menggunakan bahasa banggaan bahasa, dan kesadaran akan
secara tertib. Spolsky (1998:149) me- adanya norma bahasa merupakan ciri-
nyatakan bahwa seseorang yang mem- ciri positif terhadap suatu bahasa.
pelajari suatu bahasa dilatarbelakangi Dapat disimpulkan bahwa sikap ba-
oleh sikapnya terhadap bahasa yang di- hasa merupakan sikap yang dimiliki
pelajarinya, serta meliputi (1) sikap ter- oleh para pemakai bahasa. Reaksi yang
hadap tujuan praktis penggunaan bahasa ditimbulkannya dapat berupa perasaan
target dan (2) sikap terhadap orang yang bangga, mengejek, menolak atau mene-
menggunakan bahasa target. Seperti rima. Dengan kata lain, sikap berbahasa
yang dikemukakan oleh Bartram itu bisa bersifat positif maupun negatif,
(2010:34) bahwa keterkaitan antara si- serta memiliki ciri-ciri yaitu kebanggaan
kap pada pembelajaran bahasa dengan bahasa, kesetiaan bahasa, dan kesadaran
penguasaan berbahasa mungkin tidak bahasa.
seperti yang dibayangkan. Hal ini terjadi Tujuan umum penelitian ini adalah
karena sikap tidak selalu mencerminkan untuk mendeskripsikan sikap bahasa
perilaku atau penguasaan pada suatu hal. (language attitude) mahasiswa laki-laki
Sikap bahasa dapat digolongkan da- dan perempuan angkatan 2011. Selanjut-
lam dua kelompok, yaitu (1) sikap baha- nya, tujuan khusus penelitian ini adalah
96│BAHASA DAN SENI, Tahun 41, Nomor 1, Februari 2013

mendeskripsikan sikap bahasa mahasis- duan observasi. Hasil rekaman kemu-


wa laki-laki dan perempuan yang ditan- dian ditranskripsikan segera setelah pe-
dai oleh tiga ciri, yaitu (1) ke-setiaan ba- ngambilan data. Transkrip hasil rekaman
hasa (language loyality), (2) kebanggaan adalah merupakan data primer dalam pe-
bahasa (language pride), dan (3) kesa- nelitian ini. Selain itu, untuk menunjang
daran adanya norma bahasa (awareness data primer juga digunakan kuesioner
of the norm). (angket) yang berisi pertanyaan untuk
mengetahui pendapat responden terha-
METODE dap bahasa laki-laki dan perempuan
yang ditandai oleh tiga ciri, yaitu (1) ke-
Artikel ini dikembangkan dari hasil setiaan bahasa, (2) kebanggaan bahasa,
penelitian deskriptif kualitatif mengenai dan (3) kesadaran adanya norma bahasa.
sikap bahasa mahasiswa laki-laki dan Data dari pengamatan dijadikan
perempuan di Jurusan Sastra Jerman sumber atau korpus penelitian ini. Untuk
Universitas Negeri Malang. Perbedaan mengetahui jawaban tersebut berasal da-
sikap bahasa maha-siswa laki-laki dan ri responden yang mana, maka jawaban
perempuan dalam berbahasa Jerman diberi nomor, misalnya: ”R.P.1“ yaitu
yang dimaksud adalah sikap bahasa singkatan dari ”Responden Perempuan“
yang didasarkan tiga ciri, yaitu (1) kese- dengan nomor urut 1. atau ”R.L.2“ un-
tiaan bahasa, (2) kebanggaan bahasa, tuk ”Responden Laki-laki“ nomor urut
dan (3) kesadaran adanya norma bahasa. 2. Dengan sistem penomoran korpus ini,
Instrumen yang digunakan dalam peneliti akan dapat lebih mudah melacak
penelitian ini adalah alat perekam, lem- respon-respon tersebut. Langkah selan-
bar observasi, dan kuesioner. Dalam pe- jutnya adalah menganalisis serta me-
nelitian, peneliti bertindak sebagai pe- nentukan data-data yang diperoleh ber-
ngamat lapangan, serta berhubungan dasarkan ketiga aspek sikap berbahasa,
langsung dengan objek penelitian untuk yaitu (1) kesetiaan bahasa, (2) kebang-
menggali informasi terhadap sumber gaan bahasa, dan (3) kesadaran adanya
data. norma bahasa.
Data penelitian yang digunakan ter- Data yang diperoleh selanjutnya di-
diri atas data primer berupa hasil penga- analisis mengikuti model interaktif
matan langsung di kelas. Data sekunder Miles dan Huberman (1992) seperti
berupa kuesioner (angket) untuk maha- berikut ini. Pertama, pengumpulan data,
siswa laki-laki dan perempuan. Sumber yaitu data hasil perekaman dan observa-
data dalam penelitian ini adalah 10 ma- si. Data tersebut ditranskripsikan terle-
hasiswa laki-laki dan perempuan dari bih dahulu sebelum dilanjutkan ke tahap
angkatan 2011. berikutnya. Kedua, reduksi data, yaitu
Untuk mendapatkan data pada aspek melakukan identifikasi dan deskripsi ter-
kesetiaan bahasa dan kebanggaan ba- hadap ujaran-ujaran subjek. Ketiga, pe-
hasa digunakan teknik kuesioner (ang- nyajian data, yaitu data yang telah dikla-
ket) berupa 10 pertanyaan seputar pen- sifikasikan berdasarkan hasil transkripsi
dapat responden mengenai bahasa Jer- kemudian diberi kode sesuai dengan ru-
man yang mereka pelajari. Untuk aspek musan permasalahan. Keempat, penyim-
kesadaran adanya norma bahasa, peneliti pulan dan verifikasi dilakukan berda-
bertidak sebagai observer dan menggu- sarkan hasil interpretasi dan analisis data
nakan lembar observasi selama peneli- menurut fokus penelitian yang ditetap-
tian berlangsung. kan, sehingga dapat diperoleh kesim-
Data dikumpulkan dengan cara me- pulan yang mempunyai tingkat keber-
rekam langsung kegiatan perkuliahaan terimaan yang memadai.
Deutsch III dengan video. Alat bantu
yang digunakan adalah video dan pan-
Sobara dan Ardiyani, Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan│97

HASIL Hal yang menarik lainnya adalah


Hasil temuan berdasarkan observasi pada pernyataan nomor 4 pada angket,
dan angket penelitian dilihat dari tiga yaitu sikap responden menanggapi per-
aspek, yaitu aspek kesetiaan berbahasa, nyataan dalam bahasa Jerman “Meiner
kebanggaan berbahasa, dan kesadaran Meinung nach, das ist doch blödsinn!”
adanya norma bahasa. (Menurut pendapat saya hal itu betul-
betul bodoh!). Sekitar 60% responden
Kesetiaan Berbahasa menyatakan sikap tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Sementara 40% la-
Pada aspek kesetiaan berbahasa pe- innya berpendapat kurang setuju. Pada
neliti mengajukan lima butir pernyataan responden laki-laki, 80% responden me-
yang tertera di dalam angket penelitian. nyatakan tidak setuju atas pernyataan
Dari angket yang telah diisi oleh respon- tersebut dan 20% sisanya berpendapat
den ditemukan hasil berikur. Sebanyak kurang setuju. Bagi mereka yang memi-
100% responden perempuan pada pene- liki rasa bahasa (sprachgefühl) dalam
litian ini menyatakan bahwa mereka se- bahasa Jerman, ungkapan yang dike-
tuju dengan pernyataan “Deine Idee mukakan oleh pembicara pada pernya-
finde ich gut, aber…” (Idemu memang taan itu tidak mengindahkan perasaan
bagus, tapi…). Sementara itu, pada res- lawan bicara. Kata blödsinn (bodoh)
ponden laki-laki terdapat dua pendapat berarti pula sebuah kata untuk menya-
yang berbeda. 40% responden berpen- takan penentangan atas ketidaksetujuan
dapat senada dengan responden perem- dan cenderung berkonotasi negatif.
puan, yaitu menjawab setuju, sedang-
kan 60% lainnya berpendapat kurang se- Kebanggaan Berbahasa
tuju. Hal ini dapat disebabkan bahwa
bentuk pernyataan tersebut memang me- Lima butir terakhir pernyataan yang
ngandung penentangan dari lawan bica- terdapat pada angket mengacu kepada
ra. Kata aber dalam bahasa Jerman me- kebanggaan berbahasa masing-masing
nyatakan seorang pembicara yang tidak responden, misalnya pernyataan ke-6
sependapat dengan lawan bicaranya. “Saya mempelajari bahasa Jerman ha-
Pernyataan berikutnya adalah per- nya untuk memenuhi tuntutan SKS”.
nyataan negatif yang berbunyi “Ich bin Sebanyak 80% responden perempuan
damit absolut nicht einverstanden!” menyatakan tidak setuju, sementara 20%
(Saya betul-betul tidak sependapat de- lainnya menyatakan kurang setuju. Se-
nganmu!) Dari pernyataan tersebut di- mentara itu, 60% responden laki-laki
ketahui hasil, 40% responden menya- memilih tidak setuju atas pernyataan itu
takan setuju, sedangkan 60% lainnya ti- dan 40% lainnya kurang setuju.
dak setuju. Menanggapi pernyataan ini, Pernyataan lainnya adalah “Saya ha-
responden laki-laki lebih bervariatif. Se- rus menekuni bahasa Jerman, karena sa-
banyak 20% responden menyatakan se- ya calon guru bahasa Jerman.” Seba-
tuju, 40% kurang setuju, dan 40% nyak 100% responden perempuan me-
lainnya tidak setuju. nyatakan sangat setuju, sedangkan 40%
Adapun pernyataan selanjutnya ada- lainnya setuju. Pada responden laki-laki,
lah pernyataan positif yang berbunyi sebanyak 60% menyatakan sangat setu-
“Das ist eine gute Idee.” (Itu ide yang ju, 20% setuju, dan 20% sisanya kurang
baik) Sebanyak 40% responden perem- setuju.
puan menyatakan sangat setuju dengan Sebanyak 80% responden perem-
pernyataan tersebut, sedangkan 60% la- puan berpendapat pada pernyataan beri-
innya setuju. Pada responden laki-laki kutnya “Saya yakin dengan kegunaan
dapat diketahui, bahwa 100% responden bahasa Jerman dalam berbagai aspek
menjawab sangat setuju. kehidupan.” Pada responden laki-laki
98│BAHASA DAN SENI, Tahun 41, Nomor 1, Februari 2013

dapat terlihat hasil angket menanggapi sebut adalah “Ich lebe auf einem Land”.
pernyataan tersebut di atas sebagai beri- Sementara itu, preposisi ‘zu’ pada kali-
kut. Sebanyak 20% responden menyata- mat ke-2 tidak diperlukan untuk konteks
kan sangat setuju, sedangkan 80% lain- kalimat ini. Responden beranggapan
nya menyatakan setuju. bahwa penggunaan preposisi ‘zu’ dapat
berarti seperti bahasa Indonesia
Kesadaran Adanya Norma Bahasa ‘kepada’. Kalimat yang seharusnya ber-
Pada lembar observasi aspek yang bunyi “Wir können den Nachbar
dinilai seperti yang dijelaskan pada bab fragen.” Kasus yang digunakan pada
sebelumnya adalah kesadaran akan ada- kalimat tersebut adalah kasus Akkusatif,
nya norma bahasa untuk melihat kecer- karena pengaruh verba ‘fragen’ (berta-
matan, kebenaran, kesantunan, dan ke- nya) dalam bahasa Jerman. Penggunaan
layakan bahasa mahasiswa. Adapun preposisi yang kurang tepat lainnya ter-
yang menjadi kategori penilaian yaitu dapat pada contoh kalimat ke-3. Kalimat
cakupan isi pembicaraan, penggunaan seharusnya adalah “Wir gehen zu Fuβ
gramatika dan kosakata, serta pengucap- auf den Markt.”, karena preposisi ‘auf’
an dan intonasi masing-masing respon- dalam kalimat ini merupakan kasus
den. Akkusatif.
Diskusi membahas salah satu tema Beberapa contoh kalimat lainnya da-
yang diberikan pada matakuliah ini, ya- pat dilihat pada contoh-contoh kalimat
itu “Stadtleben oder Landluft” (Kehi- berikut ini.
dupan di Kota dan di Desa). Diskusi (4) Wenn ich zum Market gehen, ... (Jika
dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian kami pergi ke pasar – R.L.2).
(5) Market near von meinem Haus
pertama, maha-siswa memperkenalkan (Pasar dekat dengan rumah – R.L.2)
asal daerah mereka masing-masing. Se- (6) Vielleicht ich und meine Family
lanjutnya, mereka harus menyatakan gehen mit dem Motorrad zusammen
puas atau tidak puas atas tempat tinggal- (Mungkin saya dan keluarga saya
nya tersebut. Di bagian terakhir maha- pergi dengan menggunakan sepeda
motor bersama – R.L.2).
siswa menyebutkan kelebihan dan ke-
kurangan dari tempat tinggalnya itu. Kata ‘market’ pada kalimat ke-4 di atas
Pada bagian ini peneliti akan me- adalah kata bahasa Inggris yang mirip
nyebutkan beberapa kesalahan yang di- dengan bahasa Jerman.
lakukan oleh responden laki-laki dan Responden dalam hal ini dengan
perempuan. tidak sadar mengucapkan kata ‘market’
(1) Ich lebe in ein Land (Saya tinggal di berkali-kali pada saat diskusi. Kalimat
sebuah desa – R.L.1). yang seharusnya untuk nomor 4 tersebut
(2) Wir koennen zu dem Nachbar fragen adalah “Wenn ich auf den Markt gehe,
(Kami bisa bertanya pada tetangga – ….” Pada kalimat tersebut terdapat dua
R.L.1). kesalahan yang dilakukan oleh respon-
(3) Wir gehen zu Fuβ auf dem Markt
(Kami pergi berjalan kaki ke pasar – den. Kesalahan lainnya adalah penggu-
R.L.1). naan verba ‘gehen’ yang tidak tepat un-
tuk subyek ‘ich’. Verba ‘gehen’ dalam
Pada contoh kalimat ke-1 di atas,
kalimat ini masih harus dikonjugasikan
struktur gramatika yang dibuat oleh res-
menjadi ‘gehe’. Begitu juga pada kali-
ponden tidak tepat karena seharusnya
mat ke-5, kata ‘near’ merupakan kata
adalah auf einem Land. Meskipun demi-
bahasa Inggris yang seharusnya dalam
kian, kalimat masih bisa dipahami oleh
bahasa Jerman berbunyi ‘in der Nähe’.
pendengar meski terdapat kesalahan
Seperti pada contoh kalimat sebelum-
penggunaan struktur. Kalimat yang lebih
nya, penggunaan kata ‘market’ oleh
tepat yang dimaksudkan responden ter-
R.L.2 muncul kembali pada kalimat ini.
Sobara dan Ardiyani, Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan│99

Kalimat seharusnya untuk contoh kali- Kalimat ke-9 seharusnya berbunyi


mat ke-5 ini adalah “Der Markt liegt in “Ich komme auch aus dem Land”,
der Nähe von meinem Haus.” Pada namun demikian responden kemung-
kalimat ke-6 terdapat kesalahan struktur kinan memiliki pemikiran bahwa dalam
kalimat. Setelah kata ‘vielleicht’ dalam bahasa Jerman untuk menyatakan asal
bahasa Jerman seharusnya diikuti oleh selalu digunakan preposisi ‘aus’. Selain
verba, dalam kalimat ini adalah ‘gehen’ itu, kata ‘auch’ (juga) diletakkan pada
dan kemudian diikuti oleh subjek. Akan posisi yang tidak seharusnya. Pada kali-
tetapi, responden melakukan tiga kesa- mat ke-10, responden ingin menjelaskan
lahan pada pembentukan kalimat, perta- bahwa ia biasanya pulang sekali dalam
ma adalah kesalahan diksi, kedua pele- sebulan ke rumahnya. Namun, ada bebe-
takan posisi verba, dan ketiga posisi rapa kesalahan yang dibuat oleh respon-
subjek pertama dan kedua. Selain itu, den pada kalimat ini, yang pertama ada-
kata ‘family’ yang merupakan kata da- lah setelah kata keterangan waktu yang
lam bahasa Inggris dianggap sama se- menyatakan intensitas ‘manchmal’ da-
perti ‘Familie’ dalam bahasa Jerman. lam bahasa Jerman seharusnya langsung
Kalimat yang tepat seharusnya berbunyi diikuti verba. Kata kerja ‘gehen’ tidak
“Meine Familie und ich fahren mit dem tepat digunakan untuk subjek ‘ich’ ka-
Motorrad.” rena harus dikonjugasikan menjadi
(7) Wenn wir mit dem unseren Nachbarn ‘gehe’ terlebih dahulu. Terakhir adalah
treffen, dann sagen wir “Hallo!” pada saat ia ingin menyatakan ‘sebulan
(Jika kami bertemu dengan tetangga, satu kali’, seharusnya ‘einmal im
maka kami berkata “Hallo!” – Monat”.
R.L.3).
(8) …, dass es nicht zu viele (11) … aber seit 2009 steigen wir nach
unterschiedliche ein Dorf zwischen Bondowoso um (tapi sejak 2009
Deutschland und Indonesien gibt saya pindah ke Bondowoso –
(bahwa tidak terlalu banyak R.P.2).
perbedaan antara desa di Jerman dan (12) Ich hate einen Stau (Saya benci
di Indonesia – R.L.3). macet – R.P.2).

Pada kalimat ke-7 di atas, responden Berbeda dengan responden laki-laki,


ingin menjelaskan bahwa ketika mereka pada saat diskusi berlangsung responden
bertemu dengan tetangganya, biasanya perempuan lebih sedikit melakukan ke-
mereka saling bertegur sapa. Namun, salahan. Adapun contoh kalimat yang
struktur kalimat pada kalimat tersebut ti- ditemukan saat diskusi berlangsung ada-
dak tepat. Kata ‘sich treffen’ dalam lah seperti yang terlihat pada kalimat 11
bahasa Jerman merupakan kata resipro- dan 12. Pada kalimat ke-11, responden
katif. Kalimat yang lebih tepat seharus- melakukan kesalahan pemilihan kata
nya berbunyi “Wenn wir uns mit yang seharusnya ‘umziehen’ (pindah
unseren Nachbarn treffen, ….” rumah) menjadi ‘umsteigen’ (berganti
Sementara itu, pada kalimat ke-8 dite- kendaraan). Pada kalimat ke-12, respon-
mukan adanya kesalahan penggunaan den seperti halnya pada R.L.2 salah
kata sifat ‘unterschiedlich’ (berbeda) menyebutkan kata ‘hassen’ (benci) men-
untuk menyebutkan maksud kata benda jadi ‘hate’ dalam bahasa Inggris. Penga-
‘Unterschied’ (perbedaan). ruh bahasa Inggris pada beberapa res-
(9) Ich komme aus auf dem Land auch
ponden memang sangat kuat, karena
(Saya juga berasal dari desa – mereka masih berada di semester ketiga
R.L.4). yang artinya sebelum belajar bahasa
(10) Manchmal ich nach Hause gehen in Jerman di Jurusan Sastra Jerman UM,
einem Monaten (kadang-kadang mereka belajar bahasa Inggris mulai dari
saya pulang ke rumah sebulan sekali
– R.L.4).
SD, SMP, hingga SMA. Oleh karena-
100│BAHASA DAN SENI, Tahun 41, Nomor 1, Februari 2013

nya, interferensi dari bahasa Inggris ke seorang responden (R.P.1) yang mem-
bahasa Jerman masih sangat kuat. punyai kepercayaan diri sangat menon-
Berdasarkan hasil angket diketahui jol di antara yang lainnya. Hal tersebut
bahwa seluruh responden laki-laki me- dikarenakan responden tersebut mempu-
nguasai cakupan pembicaraan dengan nyai kemampuan bahasa Jerman paling
baik. Hasil penilaian menunjukkan rata- menonjol di antara seluruh responden
rata nilai untuk aspek cakupan isi pem- yang ada.
bicaraan adalah 3, yang berarti termasuk Sebaliknya responden laki-laki terli-
pada kategori baik. Begitu pula pada hat lebih percaya diri dan berbicara le-
responden perempuan, rata-rata nilai pa- bih lugas dibandingkan responden pe-
da aspek cakupan isi pembicaraan ada- rempuan. Dengan kemampuan bahasa
lah 3. Kedua kelompok responden men- Jerman yang kurang lebih sama dengan
dapatkan rata-rata nilai baik (3) untuk responden perempuan, mereka dapat
aspek cakupan isi pembicaraan. berbicara lebih lancar dan percaya diri,
Pada aspek penggunaan gramatika meskipun banyak ditemukan kesalahan
dan kosakata kelompok responden laki- gramatika dan pilihan kosakata. Respon-
laki dan perempuan mendapatkan rata- den laki-laki tidak memerlukan bantuan
rata yang sama, yaitu 3,01. Nilai terse- dari orang lain ketika mereka melakukan
but masuk pada kategori baik. Pada ke- kesalahan atau mengalami kesulitan da-
lompok laki-laki terdapat satu orang lam mengutarakan pikirannya. Mereka
yang mendapat nilai sempurna 4 (sangat berusaha menggunakan strategi komuni-
baik), begitu pula pada kelompok pe- kasi dalam menyampaikan gaga-sannya,
rempuan terdapat satu orang responden di antaranya adalah dengan mengguna-
yang mendapat nilai sempurna 4 (sangat kan kata-kata bahasa Inggris.
baik).
Penilaian untuk aspek pengucapan PEMBAHASAN
dan Intonasi menunjukkan bahwa pada Kesetiaan Bahasa
kelompok responden laki-laki menda-
patkan nilai termasuk pada kategori Hasil penelitian menunjukkan bah-
baik. Sebanyak dua orang responden wa kesetiaan pada bahasa pada respon-
(40% dari jumlah responden) mendapat- den laki-laki ataupun responden perem-
kan nilai sempurna 4 (sangat baik). Ke- puan positif. Berdasarkan hasil angket
lompok responden perempuan menda- aspek kesetiaan berbahasa, dapat disim-
patkan nilai rata-rata termasuk pada ka- pulkan bahwa kesetiaan berbahasa ma-
tegori baik. Meskipun demikian, dalam hasiswa laki-laki dan perempuan berada
berbicara dan menyampaikan pendapat pada kategori baik. Meskipun demikian
dalam bahasa Jerman terlihat perbedaan terdapat sedikit perbedaan pada rincian
antara kelompok mahasiswa laki-laki data. Pada pernyataan tidak langsung,
dan perempuan. Mahasiswa perempuan kelompok laki-laki mendapatkan nilai
lebih berhati-hati dalam berbicara dan pada kategori cukup, sedangkan kelom-
memilih kata yang tepat. Selain itu, me- pok perempuan berada pada kategori
reka cenderung mencari bantuan apabila baik. Sementara itu untuk pernyataan
mengalami kesulitan dalam mengung- langsung, kelompok responden laki-laki
kapkan pikirannya. Beberapa responden mendapatkan nilai pada kategori sangat
perempuan bahkan menghentikan pem- baik, sedangkan kelompok responden
bicaraan ketika mengalami kesulitan da- perempuan mendapat nilai dengan kate-
lam berbicara. Kepercayaan diri respon- gori baik.
den perempuan terlihat lebih rendah di- Kedua kelompok sama-sama mem-
bandingkan responden laki-laki. Dari li- berikan tanggapan yang positif terhadap
ma orang responden perempuan, hanya pernyataan-pernyataan dalam bahasa
Jerman untuk merespon pembicaraan la-
Sobara dan Ardiyani, Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan│101

wan bicara. Perbedaan terletak pada per- pernyataan tersebut. Secara umum ke-
nyataan yang tidak langsung dan lang- lompok perempuan mendapat rata-rata
sung. Responden kelompok perempuan dengan kategori baik dan kelompok
mendapat nilai lebih tinggi dibanding laki-laki masuk mendapat nilai rata-rata
kelompok laki-laki. Sebaliknya pada 2 dengan kategori baik.
pernyataan langsung, kelompok respon- Adanya keberagaman pendapat pada
den laki-laki mendapat nilai lebih tinggi pernyataan motivasi dalam belajar baha-
dibanding kelompok perempuan. sa Jerman menggambarkan bahwa ke-
Uraian di atas sesuai dengan pernya- banggaan berbahasa pada responden pe-
taan Oppermann dan Weber (1995) yang rempuan dan laki-laki berbeda. Begitu
mengatakan bahwa pria berbicara lebih juga halnya jika dilihat dari kebanggaan
terkesan linear, sederhana, tidak kom- terhadap bahasa pada pernyataan keter-
prehensif, tidak memperlihatkan emosi, tarikan terhadap matakuliah bahasa Jer-
dalam kalimat pendek, dan dalam ben- man yang ditawarkan, sebanyak 20%
tuk pernyataan serta berorientasi hierar- responden laki-laki yang menyatakan
kis. Sebaliknya, wanita berbicara tidak kurang setuju.
terstruktur, konstruksi kalimat biasanya Fenomena di atas sesuai dengan
dalam bentuk pasif, banyak mengguna- pendapat Lambert (1967) bahwa sikap
kan kalimat konjungtif atau pengandai- terdiri dari tiga komponen, yaitu kom-
an untuk memperlihatkan kesopanan, le- ponen kognitif, afektif, dan konatif.
bih bersifat pertanyaan, serta cenderung Ketiga komponen sikap ini saling berhu-
tidak fokus pada pembicaraan. Wanita bungan satu sama lain. Namun, pada ke-
dikatakan sebagai pendengar yang baik nyataannya di tengah masyarakat sering-
dan lebih mudah saat berinteraksi. Dapat kali pengalaman “menyenangkan“ atau
disimpulan bahwa kaum pria berbicara “tidak menyenangkan” yang didapat se-
lebih langsung pada tujuan (to the point) seorang menyebabkan hubungan ketiga
dan jelas, sementara kebanyakan wanita komponen itu tidak sejalan. Jika ketiga
berbicara biasanya tidak langsung. komponen ini sejalan satu sama lainnya,
maka sebuah perilaku dapat menunjuk-
Kebanggaan Bahasa kan sikap seseorang terhadap suatu ke-
Berdasarkan temuan dapat disimpul- adaan. Tetapi sebaliknya, jika kompo-
kan bahwa kebanggaan bahasa pada ke- nen-komponen tersebut tidak sejalan,
dua kelompok responden termasuk pada maka perilaku tidak dapat digunakan
kategori baik. Meskipun demikian, ter- untuk mengetahui sikap. Para ahli me-
dapat perbedaan nilai pada pertanyaan ngatakan, bahwa perilaku memang be-
tentang motivasi belajar bahasa Jerman lum tentu menunjukkan sikap seseorang.
dan ketertarikan terhadap perkuliahan Oleh sebab itu, meskipun ada perbedaan
yang ditawarkan di jurusan. Perbedaan pada hasil angket, tetapi hasil secara ke-
tersebut menunjukkan bahwa responden seluruhan menunjukkan, bahwa kelom-
perempuan mempunyai kebanggaan le- pok responden laki-laki secara umum
bih dibandingkan kelompok mahasiswa memberikan respon positif terhadap as-
laki-laki. pek kebanggaan bahasa.
Berdasarkan hasil angket, dapat di-
ketahui bahwa responden kelompok Kesadaran Adanya Norma Berbahasa
laki-laki mendapatkan nilai dengan kate- Hasil observasi digunakan untuk
gori cukup pada pernyataan bahwa bela- mengetahui aspek kesadaran adanya
jar bahasa Jerman hanya untuk meme- norma berbahasa dilihat dari unsur ke-
nuhi prasyarat pemenuhan SKS mata- cermatan dan kebenaran serta kesantun-
kuliah. Sementara itu responden kelom- an dan kelayakan bahasa mahasiswa
pok perempuan sangat setuju dengan laki-laki dan perempuan. Pada aspek ke-
102│BAHASA DAN SENI, Tahun 41, Nomor 1, Februari 2013

sadaran adanya norma bahasa, hal-hal lakukan kontak mata dengan lawan bica-
yang dinilai adalah kesopanan dalam pe- ra. Selain itu mereka juga melakukan
milihan kata dan ungkapan dalam men- gerakan yang sangat sedikit sekali ketika
jawab pertanyaan atau merespon pembi- berbicara.
caraan, sikap dalam merespon pertanya- Berbeda dengan responden perem-
an atau pernyataan dari lawan bicara, puan, responden laki-laki lebih berani
dan kepercayaan diri dalam berbicara. melakukan kontak mata dengan lawan
Untuk aspek kesopanan dalam pemilih- bicara dan banyak melakukan gerakan
an kata dan ungkapan dalam menjawab yang menunjukkan kesungguhan mereka
pertanyaan atau merespon pembicaraan dalam berbicara. Perbedaan-perbedaan
kelompok responden laki-laki mendapat yang nampak tersebut terpengaruhi oleh
nilai rata-rata sangat baik, sedangkan kebiasaan dan kultur tempat responden
kelompok responden perempuan menda- berasal.
pat nilai rata-rata baik. Berdasarkan ha- Berdasarkan temuan dari unsur ke-
sil rata-rata nilai, kelompok responden cermatan dan kebenaran berbahasa, di-
laki-laki mendapatkan nilai lebih baik ketahui bahwa mahasiswa laki-laki men-
pada aspek kesopanan dalam pemilihan dapatkan rata-rata nilai termasuk pada
kata dan ungkapan dalam menjawab kategori baik, sedangkan mahasiswa pe-
atau merespon pembicaraan. rempuan mendapatkan rata-rata nilai
Aspek kedua yang dinilai adalah yang juga termasuk pada kategori baik.
sikap dalam merespon pertanyaan atau Dapat disimpulkan bahwa kedua kelom-
pernyataan dari lawan bicara. Pada as- pok responden memiliki kesadaran ada-
pek tersebut kedua kelompok responden nya norma berbahasa pada kategori
mendapat nilai rata-rata yang sama yaitu baik. Seperti yang dinyatakan Spolsky
3 (baik). Meskipun demikian perbedaan (1998:38) bahwa tidak ada aspek proses
terletak pada perolehan nilai pada ke- neurophysic bahasa antara laki-laki dan
lompok laki-laki, yaitu sebanyak satu wanita. Proses fonologi pada laki-laki
orang mendapatkan nilai 2 (cukup) dan berada pada sebagian otak kiri dan
sebanyak satu orang mendapat nilai wanita berada pada otak kanan dan kiri.
sempurna 4 (sangat baik). Tidak ada perbedaan efisiensi, tidak ada
Pada aspek ketiga, yaitu kepercaya- perbedaan jumlah neuropsikologikal un-
an diri dalam berbicara kelompok res- tuk perbedaan antara bahasa pria dan
pon laki-laki mendapatkan rata-rata nilai wanita. Penyebabnya adalah masalah so-
baik, dengan rician sebanyak 3 orang sial bukan masalah biologis.
mendapatkan nilai empat (sangat baik) Pada unsur kesantunan dan kelayak-
dan sebanyak 2 orang mendapatkan nilai an kelompok laki-laki responden men-
baik. Responden kelompok perempuan dapatkan nilai rata-rata termasuk pada
mendapatkan rata-rata nilai baik, dengan kategori sangat baik, sedangkan untuk
rincian 3 orang mendapatkan nilai (baik, kelompok wanita mendapatkan rata-rata
sedangkan 1 orang mendapatkan nilai yang masuk pada kategori baik. Pada as-
sangat baik, dan satu orang mendapat- pek kesopanan dan percaya diri kelom-
kan nilai cukup. pok mahasiswa perempuan mendapat-
Kesantunan terlihat lebih tercermin kan nilai rata-rata di bawah kelompok
dari gerakan, mimik dan kontak mata responden laki-laki. Berdasarkan obser-
yang dilakukan responden selama berbi- vasi juga ditemukan bahwa seorang res-
cara. Berdasarkan observasi, responden ponden perempuan mendapatkan nilai
perempuan berbicara dengan sangat ha- dua, dan termasuk pada kategori cukup.
ti-hati dan terkesan malu-malu. Empat Terdapat sedikit perbedaan pada aspek
dari lima responden perempuan berbi- kesopanan dan percaya diri, karena ke-
cara cenderung menunduk dan tidak me- lompok responden laki-laki mendapat-
Sobara dan Ardiyani, Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan│103

kan nilai yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan bahasa langsung dan lu-
dengan kelompok responden perem- gas, meskipun banyak kesalahan yang
puan, meskipun kedua kelompok masuk dibuat dalam berbicara bahasa Jerman.
pada kategori baik. Mahasiswa perempuan lebih berha-
Kesadaran adanya norma mendo- ti-hati dalam berbicara dan memilih kata
rong seseorang menggunakan bahasa se- yang tepat, cenderung mencari bantuan
cara cermat, tepat, santun, dan layak. apabila mengalami kesulitan dalam
Kesadaran yang demikian merupakan mengungkapkan pikirannya. Kepercaya-
faktor yang sangat menentukan prilaku an diri responden perempuan terlihat le-
tutur dalam wujud pemakaian bahasa bih rendah dibandingkan responden la-
(language use) (Garvin dan Mathiot, ki-laki. Responden laki-laki terlihat le-
1968). bih percaya diri dan berbicara lebih lu-
Meskipun kedua kelompok terma- gas dibandingkan responden perempuan.
suk pada kategori baik dalam kesadaran Responden laki-laki tidak memerlukan
norma berbahasa, namun terdapat sedi- bantuan dari orang lain ketika mereka
kit perbedaan. Perbedaan tersebut erat mengalami kesulitan dan mereka ber-
kaitannya dengan kebiasaan perempuan usaha menggunakan strategi komunikasi
dalam berbicara tidak langsung dan cen- dalam menyampaikan gagasannya.
derung berhati-hati. Tannen dan Kendall Kesantunan responden laki-laki dan
(1997:38) menyebutkan bahwa sebuah perempuan tercermin dari gerakan, mi-
pernyataan tidak langsung itu sama hal- mik dan kontak mata yang dilakukan
nya dengan “diam“ atau “jeda“ pada sa- responden selama berbicara. Responden
at seseorang berbicara. Hal tersebut me- perempuan berbicara dengan sangat ha-
rupakan salah satu strategi atas sebuah ti-hati dan terkesan malu-malu tidak me-
penolakan yang biasanya digunakan lakukan kontak mata dengan lawan bica-
oleh seorang pembicara bertujuan un- ra. Selain itu mereka juga melakukan
tuk menghindari konflik (Tannen dan gerakan yang sangat sedikit sekali ketika
Kendall, 1997:40). Untuk dapat mema- berbicara. Sebaliknya responden laki-la-
hami sebuah pernyataan tidak langsung ki lebih berani melakukan kontak mata
(indirectness) diperlukan perspektif lin- dengan lawan bicara dan banyak mela-
tas budaya. Dalam budaya yang sangat kukan gerakan yang menunjukkan ke-
beragam, hal tersebut biasanya ada sungguhan mereka dalam berbicara.
kaitannya juga dengan norma yang ber- Perbedaan sikap dalam berbicara
laku di lingkungan budaya sekitar. responden laki-laki dan perempuan tidak
Hasil temuan menunjukkan bahwa terlepas dari kebiasaan dan kultur tem-
baik kelompok mahasiswa laki-laki pat pembicara berasal. Sikap bahasa
ataupun mahasiswa perempuan mempu- mencakup sikap bahasa dan sikap non-
nyai kesadaran akan norma berbahasa bahasa. Sikap bahasa merupakan keya-
yang baik, yang ditunjukkan pada kecer- kinan mengenai objek bahasa yang
matan dan kebenaran dalam berbahasa memberikan kecenderungan seseorang
Jerman. Perbedaan kecil yang muncul untuk bereaksi menurut caranya sendiri,
pada unsur kesopanan dan rasa percaya sedangkan sikap non-bahasa adalah si-
diri memberikan gambaran bahwa ke- kap politik, sosial, dan estetis yang me-
lompok mahasiswa perempuan cende- nyangkut tata keyakinan terhadap baha-
rung lebih diam dan berhati-hati dalam sa. Sesuai dengan yang dikemukakan
berkomunikasi, sehingga mereka memi- oleh Bartram (2010:34) bahwa keter-
lih sikap diam apabila mendapatkan ke- kaitan antara sikap pada pembelajaran
sulitan dalam mengeluarkan pendapat bahasa dengan penguasaan berbahasa
dalam bahasa Jerman. Sebaliknya ke- mungkin tidak seperti yang dibayang-
lompok responden laki-laki cenderung kan. Hal ini terjadi karena sikap tidak
104│BAHASA DAN SENI, Tahun 41, Nomor 1, Februari 2013

selalu mencerminkan perilaku atau pe- dengan lawan bicara dan banyak mela-
nguasaan pada suatu hal. kukan gerakan yang menunjukkan ke-
sungguhan mereka dalam berbicara.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Saran

Berdasarkan temuan penelitian da- Sejalan dengan hal tersebut, disaran-


pat disimpulkan bahwa berdasarkan ni- kan kepada pengajar matakuliah bahasa
lai observasi dan data angket kedua ke- Jerman untuk memperhatikan faktor-
lompok responden laki-laki dan perem- faktor penyebab perbedaan dan kesa-
puan mendapat nilai yang berkategori maan antara mahasiswa laki-laki dan pe-
baik. Pada aspek kebanggaan bahasa pa- rempuan dalam belajar bahasa, sehing-
da kedua kelompok responden termasuk ga pemilihan metode dalam pengajaran
pada kategori baik, meskipun demikian dapat mengatasi perbedaan-perbedaan
terdapat perbedaan nilai pada perta- tersebut.
nyaan tentang motivasi belajar bahasa
Jerman dan ketertarikan terhadap per- DAFTAR RUJUKAN
kuliahan yang ditawarkan di Jurusan Allport, G.W. 1960. Personality and
Sastra Jerman UM. Perbedaan tersebut Social Encounter: Selected essays.
menunjukkan bahwa responden perem- Oxford. England: Beacon.
puan mempunyai kebanggan lebih di- Bartram, B. 2010. Attitudes to Modern
bandingkan kelompok mahasiswa laki- Foreign language Learning : Insights
laki. from Comparativ Education.
Kesetiaan pada bahasa baik pada London: Continuum International
responden laki-laki maupun responden Publishing Group.
perempuan positif. Kedua kelompok Bohner, G. & Wanke, M. 2002.
sama-sama memberikan tanggapan yang Attitudes and attitude change. Hove:
positif terhadap pernyataan-pernyataan Psychology Press.
dalam bahasa Jerman untuk merespon Culler, J. 1977. Ferdinand de Saussure.
pembicaraan lawan bicara. Perbedaan Harmondsworth: Penguin.
terletak pada pernyataan yang tidak Dittmar, N. 1976. Sociolinguistics : a
langsung dan langsung. Critical Survey of the Theory and
Mahasiswa perempuan lebih berha- Application. London: Arnold.
ti-hati dalam pemilihan kata yang tepat, Garvin, P.L. & Mathiot M. 1968. The
cenderung mencari bantuan apabila Urbaization of Guarani Language.
mengalami kesulitan dalam mengung- Problem in Language and Culture,
kapkan pikirannya. Selain itu mereka ju- dalam Fishman, J.A. (Ed) Reading in
ga melakukan gerakan yang sangat sedi- Tes Sosiology of Language.
kit sekali ketika berbicara. Kepercayaan Mounton. Paris: The Hague.
diri responden perempuan terlihat lebih Kridalaksana, H. 2001. Kamus
rendah dibandingkan responden laki- Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia
laki. Responden laki-laki terlihat lebih Pustaka Utama.
percaya diri dan berbicara lebih lugas Tim Penyusun. 2011. Katalog Jurusan
dibandingkan responden perempuan. Sastra Jerman Edisi 2011. Malang:
Responden laki-laki tidak memerlukan Fakultas Sastra Universitas Negeri
bantuan ketika mengalami kesulitan. Malang
Responden perempuan berbicara dengan Lambert, W.E. 1967. The Social
sangat hati-hati dan terkesan malu-malu Psychology of Bilingualism. Dalam:
tidak melakukan kontak mata dengan la- Journal of Social Issues 23. Hal.
wan bicara. Sebaliknya responden laki- 91—109.
laki lebih berani melakukan kontak mata
Sobara dan Ardiyani, Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan│105

Miles, M. & Huberman, A.M. 1992. Spolsky, B. 1998. Sociolinguistics.


Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Oxford: Oxford University Press.
Tjetjep Rohedi. Jakarta: UI Press. Tannen, D. & Kendall, S. 1997. Gender
Pateda, M. 1990. Sosiolinguistik. and Discourse. London: Sage.
Bandung: Angkasa.
Oppermann, K./Weber, E. 1995.
Frauensprache-Männersprache. Die
verschiedenen Kommunikationsstile
von Männern und Frauen. Zürich:
Orell Füssli Verlag.

Anda mungkin juga menyukai