DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
METRO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah terkait Pembaharuan
Dalam Dunia Islam.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini,
dan juga menjadi faktor koreksi bagi penulis guna menyusun makalah-makalah
yang akan datang. Akhir kata penulis ucapkan syukur dan terima kasih, semoga
bermanfaat. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan makalah ini yaitu agar dapat diketahui bagaimana pembaharuan
dalam islam, siapa saja yang berperan dalam pembaharuan tersebut. Dan di antara
manfaatnya yaitu kita dapat mengetahui pembaharuan Islam dan tokoh-tokohnya.
1
BAB II
KONSEP TAJDID DALAM ISLAM
Pada konteks ini, sejarah telah mencatat bahwa pembaruan telah terjadi di
dunia Kristen dengan adanya Reformasi Gereja yang terjadi pada abad
pertengahan. Sebagian tokoh Kristen menganggap agama Kristen harus
direformasi tatanannya karena telah dianggap telah terjadi penyelewengan yang
dilakukan oleh para petinggi-petinggi Gereja. Pembaruan juga terjadi di Barat
dengan adanya revolusi Perancis yang di ikuti dengan revolusi Industri yang
diawali dengan bangkitnya Bangsa Eropa dari masa kegelapan.
Apakah dalam Islam juga terdapat pembaruan atau tajdid? Apakah tajdid dalam
Islam? Sepintas pertanyaan tersebut akan mudah terjawab. Dalam benak kita pun akan
terbayang sejumlah tokoh yang dikenal sebagai tokoh pembaharu dalam pemikiran ke
Islaman. Namun alangkah baiknya bila kita definisikan dahulu apa yang dimaksud tajdid
dalam Islam, untuk kemudian dengan mudah kita akan mengetahui mana gerakan yang
layak disebut sebagai pembaharuan.
2
secara konseptual dan kreatif. Dalam pengertian ini, Syed Naquib mengenalkan istilah
Islamisasi sebagai kerangka konseptualnya, yaitu: “pembebasan manusia dari tradisi
magis, mitologis, animistis, kultur nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan
dari belenggu sekuler terhadap pemikiran dan bahasa. Juga pembebasan dari kontrol
dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakekat diri atau
jiwanya”.
Dalam pelaksanaannya, diperlukan pemahaman yang dalam akan paradigma dan
pandangan hidup Islam yang besumber dari Quran dan Sunnah serta pendapat para ulama
yang terdahulu yang secara ijma dianggap shahih. Selain itu diperlukan juga pemahaman
terhadap kebudayaan asing dan pemikiran yang menjadi asasnya, namun pemahaman
yang dimaksud bukanlah mengambil konsep asing tersebut.
Karena tidak setiap pendapat baru dalam agama selalu dapat dinamakan
pembaharuan, banyak pendapat-pendapat yang harus ditolak perkembanganya tidak berati
selamanya pembaharuan. Begitu juga modernisasi dan modernitas belum tentu mujaddid.
Pembaruan Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama atau konsep
asalnya difahami dan ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat pada
masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak bertentangan dengan aslinya. Di sini
bukan perubahan yang terjadi, tetapi pemberagaman makna dan penafsiran. Di samping
itu, tajdid ini bisa berarti memperbaharui ingatan orang yang telah melupakan ajaran
agama Islam yang benar, dengan memberi penjelasan dan argumentasi-argumentasi baru
sehingga meyakinkan orang yang tadinya ragu, dan meluruskan kekeliruan atau
kesalahpahaman mereka yang keliru dan salah paham.
3
2.2 Ruang Lingkup Pembaharuan Dalam Islam
1. Pra Modernis
2. Modernis Klasik
Kelompok modernis klasik sudah lebih jauh me-langkah dari apa yang
diperjuangkan oleh kekom-pok pra-modernis. Mereka bukan hanya sekedar mere-
kontruksi bidang teologi, akidah, dan ibadah, akan teta-pi sudah sampai pada tahap
membicarakan mana yang disebut ajaran dasar dan pokok dan mana pula yang tidak dasar
atau hanya furu’. Mereka melakukan reaktuali-sasi penafsiran dan pemahaman Kitab suci
dan juga melakukan kritik tentang keotentikan suatu hadis secara tajam. Di antara mereka
ada yang bersikap hati-hati terhadap penerimaan hadis sebagai hujjah, seperti Muhammad
Abduh misalnya, dan ada yang meno-lak sama sekali hadis untuk dijadikan hujjah. Dari
kalangan mereka muncullah yang disebut golongan Quraniyah, seperti Sayyid Ahmad
Khan. Kelompok modernis ini berbicara banyak tentang masalah eko-nomi, kenegaraan,
penafsiran kontekstual dan mengam-bil metode modern dalam kalian-kajiannya.
3. Pasca Modernis
Pasca modernis dapat pula kita katakan sebagai neo revivalisme yang
menekankan pembaharuan pada bidang politik dan pendidikan. Mereka, para pembaharu
ini ingin agar adanya identitas khusus yang Islami; mereka berbeda dengan kaum modern
klasik dan pra modernis.
4
Ruang Lingkup Pembaharuan Dalam Dunia Islam
Dari Abu Hurairah, bahwasannya Nabi Saw bersabda, Tuhanmu berfirman : “Jaddidu
manakum” yang bermakna perbaharuilah imanmu (Hadist riwayat Ahmad).
Sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga periode. Yaitu, periode klasik,
periode pertengahan (jatuhnya Baghdad sampai ke penghujung abad ke-17 M), dan
periode modern.
Dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Syamruddin Nasution dalam buku "Sejarah
Peradaban Islam" yang diterbitkan tahun 2013 menjelaskan tiga periode ini dengan cukup
rinci.
1. Periode Klasik
Ini merupakan masa kemajuan, keemasan dan kejayaan Islam dan dibagi ke
dalam dua fase. Pertama, adalah fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650 – 1000
M). Kedua, fase disintegrasi (1000 – 1250 M)," menurut Syamruddin. Pada masa inilah
daerah Islam meluas dari Afrika utara sampai ke Spanyol di belahan Barat dan melalui
Persia hingga ke India di belahan Timur. Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan
Islam. Sejumlah ulama besar bermunculan di fase ini. Seperti Imam Malik, Imam Abu
anifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hambal dalam bidang Fiqh. Imam al-Asya’ri, Imam
al-Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’, Abu Huzail, Al-Nazzam dan Al-Jubba’i dalam bidang
Teologi. Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan alHallaj dalam bidang Tasawuf. Al-
Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih dalam bidang Falsafat. Ibn Hayyam, al-
Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi dalam bidang Ilmu Pengetahuan, dan lain-lainnya.
Ilmu pengetahuan baik dalam bidang agama, umum dan kebudayaan juga ikut
5
berkembang. Namun pada fase disintegrasi, keutuhan umat Islam dalam bidang politik
mulai pecah.
"Kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas dan dihancurkan
oleh Hulagu Khan di tahun 1258 M. Khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat
Islam hilang," ungkap Syamruddin.
2. Periode Pertengahan
Syamruddin juga membagi periode pertengahan sejarah peradaban Islam dengan dua
fase yaitu fase kemunduran dan fase tiga kerajaan besar. Pertama, fase kemunduran (1250
– 1500 M). Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan
antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia bertambah nyata kelihatan.
Dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang berpusat di Mesir terdiri dari Arabia, Irak,
Suria, Palestina, Mesir dan Afrika utara. Bagian Persia yang berpusat di Iran terdiri dari
Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia tengah. Kebudayaan Persia mendesak kebudayaan
Arab. Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700 –
1800 M). Tiga kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi
di Persia dan kerajaan Mughal di India.
Sama seperti fase sebelumnya, perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali di masa
ini. Ujungnya adalah umat Islam semakin mundur dan statis saat tiga kerajaan mendapat
banyak tekanan.
3. Periode Modern
6
"Karena umat Islam heran melihat alat-alat ilmiah seperti teleskop, mikroskop, alat-alat
untuk percobaan kimiawi, dan dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab dan
Yunani yang dibawa serta oleh Napoleon. Jadi, di periode modern ini, timbullah
pemikiran-pemikiran, ide-ide mengapa umat Islam lemah, mundur, dan bagaimana
mengatasinya, dan perlu adanya pembaharuan dalam Islam," ungkap Syamruddin.
2. Menurut Muhamrnad Rasyid bin Al Ridha bin Syamsuddin bin Baha’uddin al-
Qalmuni, al-Husaini. Dari namanya jelas bahwa beliau merupakan salah satu
keturunan Alul-Bayt . Beliau dilahi rkan pada tanggal 27-5-1282 H di sebuah
desa bernama Qalmun,di sebelah selatan kota Tharablas (Tripoli) atau Syam, ia mulai
menuntut ilmu dengan menghafal Al-Qur’an, mempelajari Khat dan ilmu berhitung.
7
Mereka ini dalam istilah Ushul Fiqh adalah Mujtahid Bil-Madzhab. Maka Fanatisme
Madzhab yang biasanya terjadi di kalangan awam dapat dihindari dan sikap taklid bisa
diatasi. Akan tetapi, menurut Abduh, yang terjadi di masyarakat adalah sebaliknya.
Generasi sesudah Mujtahid mengikuti hasil Ijtihad yang mereka d a p a t k a n ,
bukan mengambil cara yang ditempuh oleh para imam.
A k i b a t n y a , terjadi perselisihan pendapat yang membawa perpecahan di
kalangan muslimin sendiri. Fanatisme Madzhab pun mucul dan taklid tidak bisa
dihindarkan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembaruan Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama atau konsep
asalnya difahami dan ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat pada
masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak bertentangan dengan aslinya.
Pembaruan Islam mempunyai rujukan yang jelas, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah,
sementara pembaruan lain akan terus berproses mencari dan tidak memiliki rujukan yang
mutlak dan pasti. Ada beberapa metologi yang ditempuh oleh Ibu Taimiyah yaitu:
1) Ibnu Taimiyah tidaklah menggunakan nalar sebagai sumber yang mutlak dalam
menentukan hukum.
2) Ibnu Taimiyah tidaklah berpihak hanya pada satu pendapat saja, bagi Ibnu Taimiyah
tidak seorangpun memiliki kedudukan kecuali baginya bersumber dari Al-Qur'an, As-
Sunnah dan Atsar para Ulama Salaf yang mengikuti Nabi SAW.
3) Ibnu Taimiyah berpandangan bahwa Syari’ah itu bersumber dari Al-Qur’an, Nabi
Muhammad lah yang menjelaskan dan mempraktekkannya kepada umat terlebih
kepada para sahabat pada masa Nabi SAW.
4) Ibnu Taimiyah tidaklah orang yang fanatik terhadap pemikirannya saja, Ibnu
Taimiyah selalu melepas dirinya dari segala apa yang mengikatnya, kecuali yang
sesuai dengan Al-Qur'an, As-Sunnah dan Atsar Salaf.
3.2. Saran
Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Pembaharuan
Islam adalah upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan
perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah,
mengurangi ataupun menambahi teks Al-Quran maupun As-Sunnah.
Dari makalah yang kami paparkan bahwa kami sedikit memberikan saran bagi yang
membaca makalah ini agar bisa mengambil hikmah dari sebuah cerita awal
pembaharuan Islam. Demikianlah makalah ini kami buat, kami sadar dalam makalah
ini masih banyak kesalahan dalam penulisan maupun dalam penyampaiannya. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan guna memperbaiki
makalah kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.