Anda di halaman 1dari 16

GERAKAN TAJDID DALAM MUHAMMADIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Kemuhammadiyahan

Dosen Pengampu : Wawan Kusnawan, S.S., M.Pd.I

Disusun oleh :

1. Setiana Siti Humayroh [20415116]


2. Asti Dimar Sasanti [20415135]
3. Andika Dwi Prasetyo [20415312]

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada kita
semua. Sehingga kami mampu menyelesaikan Makalah Kemuhammadiyahan ini sesuai
dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah kemuhammadiyahan.

Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan
mengkaji materi gerakan tajdid dalam muhammadiyah dari berbagai referensi. kami
gunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah yang kami susun dapat memberikan
informasi yang akurat dan bisa dibuktikan.

Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mohon maaf atas segala kekurangannya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................3
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI TAJDID................................................................................................................4
2.2 BENTUK GERAKAN TAJDID DALAM MUHAMMADIYAH........................................6
2.3 PERKEMBANGAN GERAKAN TAJDID MUHAMMADIYAH.......................................7
2.4 PENGARUH GERAKAN TAJDID MUHAMMADIYAH BAGI ISLAM..........................8
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN...............................................................................................................12
3.2. SARAN...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan Kyai Haji Ahmad Dahlan
tahun 1330 H atau bertepatan dengan 1912 M1 . Gerakan ini lahir di Kauman Yogyakarta,
sebuah kampung di samping Kraton Yogyakarta. Sesuai namanya Kauman adalah kampung
yang banyak berisi kaum atau para ahli agama. Dengan demikian Muhammadiyah lahir di
tengah masyarakat yang taat menjalankan Islam. Namun demikian Islam yang berjalan di
masyarakat muslim pada umumnya, termasuk kauman di dalamnya, adalah Islam yang
dalam pandangan Kyai Dahlan tidak saja telah berakulturasi dengan budaya Jawa, lebih dari
itu, yaitu Islam yang telah terkungkung oleh hegemoni budaya Jawa.

Kehadiran Muhammadiyah adalah sebuah bentuk perlawanan terhadap praktek Islam


yang dianggap keliru itu. Paling tidak ada dua hal yang dapat menjelaskan kehidupan umat
Islam masa itu. Pertama, Islam dipahami sebagai agama ritual yang akan memberikan
keselamatan dunia akhirat. Tetapi ajaran-ajaran Islam diamalkan oleh umat tidak menyentuh
persoalanpersoalan sosial kemasyarakatan yang berkembang. Meskipun banyak ahli agama,
banyak juga berdiri pesantren, tetapi pengembangan keilmuan Islam hanya berputar-putar
pada persoalan-persoalan ilmu itu sendiri, yang kebanyakan adalah ilmu kebahasaan
(nahwu, shorof), fiqh ibadah dan masalah-masalah keimanan yang tidak menyentuh problem
aktual keummatan .

Kedua, adalah kenyataan tentang ketertingalan umat Islam dalam bidang sosial,
politik dan ekonomi yang menjadikan umat Islam sebagai umat pinggiran yang tidak ikut
menentukan arah perubahan masyarakat. Di tengah masyarakat seperti itulah
Muhammadiyah berdiri. Ia hadir untuk sebuah tujuan terwujudnya Islam yang sebenar-
benarnya. Muhammadiyah ingin menjadikan nilai-nilai ajaran Islam yang menyeluruh dan
ideal itu mewujud dalam kehidupan nyata dalam bentuk masyarakat yang adil, makmur dan
diridhoi Allah SWT. Muhammadiyah ingin menjadikan kehidupan Islam tidak hanya

1
sekedar pada masalah fiqih ibadah, nahwu shorof, dan berbagai ilmu alat lain, tetapi juga
masuk ke dalam persoalan keduniaan yang lebih luas untuk menciptakan kehidupan umat

yang lebih berdaya dan maju. Umat Islam tidak boleh hanya menerima keadaan menjadi
golongan kelas bawah, miskin dan bodoh, selalu diatur dan diperdaya, ditindas dan dijajah,
selalu anti dengan segala yang datang dari selain orang muslim (kafir) dan selalu sangat
percaya diri dengan ke-tradisionalannya. Impian Muhammadiyah adalah umat Islam yang
cerdas, berfikir maju, dan memiliki tanggung jawab memimpin peradaban ini,
menjadikannya umat yang bertauhid dan menjadikan kehidupan yang adil makmur serta
penuh kebaikan dan mendapat ridho dari Allah.

Sejarah telah membuktikan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam


rentang usia satu abad telah berkiprah optimal untuk memajukan kehidupan umat Islam,
yang memberi makna bagi kehidupan umata manusia pada umumnya. Muhammadiyah telah
berjuang melalui gerakan dakwah dan tajdid dalam usaha pembinaan kehidupan beragama
sejalan dengan Al – Qur’an dan Sunnah Nabi serta melakukan usaha usaha pembaruan
kemasyarakatan melalui pendidikan, pelayanan, kesehatan, pemberdayaan dan sebagainya
yang merupakan perwujudan untuk masyarakat Islam yang sebenar benarnya dan
menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.

Dari uraian diatas, kami sebagi penulis merasa tertarik untuk mengkaji bagaimana
bentuk gerakan tajdid Muhammadiyah dalam bentuk makalah dengan judul “Gerakan Tajdid
Muhammadiyah”

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Tajdid dan tajdid dalam Muhammadiyah?

2. Bagaimana bentuk gerakan tajdid dalam Muhammadiyah?

3. Bagaimana perkembangan gerakan tajdid Muhammadiyah ?

4. Apa pengaruh gerakan tajdid Muhammadiyah bagi islam?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi tajdid itu sendiri dan mengetahui tajdid dalam Muhammadiyah

2. Untuk mengetahui bentuk gerakan tajdid dalam Muhammadiyah

3. Untuk mengetahui perkembangan gerakan tajdid Muhammadiyah

4. Untuk mengetahui gerakan tajdid muhammadiyah bagi islam

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI TAJDID


Dikutip dari buku Muhammadiyah Gerakan Pembaruan oleh Dr. Haedar Nashir, tajdid
bermakna pembaruan. Kata ini setara dengan jadid yang artinya sesuatu yang baru. Istilah tajdid
dikenal luas di kalangan Muhammadiyah sebagai suatu gerakan pembaruan.
Tajdid berasal dari kata jadda - yajiddu - jiddan/ jiddatan artinya sesuatu yang ternama, yang
besar, nasib baik, dan baru. Tajdid dimaknai dalam tiga hal. Pertama, sebagai i'adat al-syaiy ka'l-
mubtada atau mengembalikan sesuatu pada tempat semula. Kedua, al-iyha atau menghidupkan
sesuatu yang telah mati. Ketiga, al-ishlah atau menjadikan baik, mengembangkan.

Ulama tafsir M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Membumikan Al-Quran
Jilid 2 mengartikan tajdid sebagai keniscayaan bagi ajaran Islam yang dinyatakan sebagai ajaran
yang selalu sejalan dengan waktu, situasi, dan tempat. Tajdid mengandung makna pemantapan,
pencerahan, dan pembaruan. Di mana ketiganya mencakup aspek sangat luas.

Tajdid dalam arti pemantapan dijelaskan melalui sabda Nabi Muhammad SAW dalam
perintahnya untuk memperbarui iman (tajdid iman). "Perbaruilah iman kamu! Ditanyakan:
"Wahai Rasul Allah, Bagaimana memperbarui iman kami?" Beliau menjawab: "Perbanyaklah
(mengucapkan/menanamkan dalam benak) ucapan Laa Ilaaha Illaa Allah."
Tajdid dalam arti pencerahan adalah penjelasan ulang dalam kemasan yang lebih baik mengenai
ajaran agama yang pernah dijelaskan para pendahulu. Sementara itu, tajdid dalam arti pembaruan
adalah mempersembahkan sesuatu yang benar-benar baru yang belum pernah dijelaskan atau
diungka oleh siapa pun. Lebih lanjut Quraish Shihab menerangkan, perlunya tajdid membuat Al
Quran menekankan berulang kali tentang perlunya berpikir, merenung, mengingat, mengambil
pelajaran dari pengalaman masa lalu, dan sebagainya. Aktivitas berpikir tak lepas dari kondisi
dan situasi yang dialami.

4
Sementara dalam Muhammadiyah tajdid secara resmi dedifinisikan sebagai berikut, dari
segi bahasa tajdid berarti pembaharuan, dan dari segi istilah tajdid memiliki dua arti yakni :

a. Pemurnian
b. Peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya.

Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang
berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shohihah. Dalam arti
“peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya”, tajdid dimaksudkan
sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh
kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.

Untuk melaksanakan tajdid dalam kedua pengertian istilah tersebut, diperlukan aktualisasi
akal pikiran yang cerdas dan fitri, serta akal budi yang bersih, yang dijiwai oleh ajaran Islam.
Menurut Persyarikatan Muhammadiyah, tajdid merupakan salah satu watak dari ajaran Islam.

Rumusan tajdîd di atas mengisyaratkan, bahwa dalam Muhammadiyah ijtihad dapat


dilakukan terhadap peristiwa atau kasus yang tidak terdapat secara eksplisit dalam sumber utama
ajaran Islam, al-Qur'an dan Hadits, dan terhadap kasus yang terdapat dalam kedua sumber itu.
Ijtihad dalam bentuknya yang kedua dilakukan dengan cara menafsirkan kembali al-Qur'an dan
Hadits sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang ini.

Pemikiran tajdid berkembang di kalangan Muhammadiyah. Sebagai organisasi Islam,


Muhammadiyah membawa gerakan dakwah dan tajdid dalam perkembangannya. Sejatinya,
dakwah dan tajdid merupakan sistem gerakan Muhammadiyah sejak awal berdirinya ormas ini.
“Muhammadiyah sendiri memang sejatinya sejak awal berdirinya merupakan gerakan Islam
yang berwatak dan bergerak dalam lapangan dakwah dan tajdid, sehingga tajdid maupun dakwah
atau dakwah maupun tajdid merupakan bagian dari manhaj atau sistem gerakan
Muhammadiyah," tulis Haedar Nashir seperti dikutip pada Jumat, (28/5/2021).

Pemikiran tajdid selaras dengan salah satu hadits Nabi Muhammad SAW dalam sebuah
riwayat Abu Dawud. Rasulullah SAW bersabda:

5
ْ
ِ ‫ث لِهَ ِذ ِه اأْل ُ َّم ِة َعلَى َرأ‬
‫س ُك ِّل ِمائَ ِة َسنَ ٍة َم ْن يُ َج ِّد ُد لَهَا ِدينَهَا‬ ُ ‫إِ َّن هَّللا َ يَ ْب َع‬

Artinya: "Sesungguhnya pada setiap penghujung seratus tahun, Allâh Subhanahu wa


Ta'ala akan mengutus untuk umat ini orang yang akan memperbaharui agama mereka." (HR.
Abu Dawud no. 3740 dan dinilai shahih oleh Syeikh al-Albani dalam Silsilah Ahadits ash-
Shahihah no. 599).

2.2 BENTUK GERAKAN TAJDID DALAM MUHAMMADIYAH


Tajdid, yang muncul dalam berbagai ragam gerakan pembaharuan dalam sejarah Islam,
merupakan salah satu bentuk implementasi nilai ajaran Islam setelah meninggalnya Nabi.
Gerakan tajdid muncul sebagai jawaban terhadap tantangan kemunduran yang dialami dan,
atau jawaban terhadap tantangan kemajuan yang dicapai oleh kaum Muslimin. Tulisan ini
mencoba melihat kembali peran Muhammadiyah dalam mengemban misi tajdid yang telah
berjalan selama sekitar satu abad. Rekonstruksi tajdid Muhammadiyah dilakukan
berdasarkan pada landasan teologis yang menyebutkan perlunya pembaharuan pada setiap
seratus tahun. Kedua tantangan di atas bisa dilihat dalam diri Muhammadiyah dan akibat
pembaharuan yang telah dilakukannya. Alasan perlunya tajdid gerakan Muhammadiyah
didasarkan pada alur logika yang menegaskan bahwa gerakan tajdid itu tidak akan muncul
sebelum tegaknya sebuah tatanan kehidupan atau kemajuan, kemudian tatanan itu rusak dan
kehidupan menjadi mundur. Telah ditegakkannya kebaikan dan kemajuan dan rusaknya
kehidupan secara berurutan harus ada sebelum gerakan tajdid itu dilakukan.

Bentuk gerakan tajdid dalam muhammadiyah yaitu mengadakan dakwah islam,


memajuan pendidikan dan pengajaran, menghidupkan masyarakat tolong-menolong,
mendirikan dan memelihara tempat ibadah wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak dan
pemuda supaya kelak menjadi orang islam yang berarti, berusaha kearah perbaikan
penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran islam, dan berusaha dengan segala
kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan islam berlaku dalam masyarakat.

6
2.3 PERKEMBANGAN GERAKAN TAJDID MUHAMMADIYAH

Pada permulaan abad XX umat Islam Indonesia menyaksikan munculnya gerakan


pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam yang pada esensinya dapat dipandang
sebagai salah-satu mata rantai dari serangkaian gerakan pembaharuan Islam yang telah
dimulai sejak dari Ibnu Taimiyah di Siria, diteruskan Muhammad Ibnu Abdul Wahab di
Saudi Arabia dan kemudian Jamaluddin al Afghani bersama muridnya Muhammad Abduh
di Mesir. Munculnya gerakan pembaharuan pemahaman agama itu merupakan sebuah
fenomena yang menandai proses Islamisasi yang terus berlangsung. Dengan proses
Islamisasi yang terus berlangsung -meminjam konsep Nakamura- dimaksudkan suatu proses
dimana sejumlah besar orang Islam memandang keadaan agama yang ada, termasuk diri
mereka sendiri, sebagai belum memuaskan. Karenanya sebagai langkah perbaikan
diusahakan untuk memahami kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa
yang mereka anggap sebagai standard Islam yang benar.

Peningkatan agama seperti itu tidak hanya merupakan pikiran-pikiran abstrak tetapi
diungkapkan secara nyata dan dalam bentuk organisasi-organisasi yang bekerja secara
terprogram. Salah satu organisasi itu di Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan
oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan 18 Nopember
1912 M. Berkat kepribadian dan kemampuan Dahlan memimpin organisasinya, maka dalam
waktu singkat organisasi itu mengalami perkembangan pesat sehingga tidak lagi dibatasi
pada residensi Yogyakarta, melainkan meluas ke seluruh Jawa dan menjelang tahun 1930
telah masuk ke pulau-pulau di luar Jawa.

Dapat disimpulkan bahwa pembaharuan itu tidaklah selamanya berarti memodernkan,


akan tetapi juga memurnikan, membersihkan yang bukan ajaran. Muhammadiyah adalah
gerakan keagamaan yang bertujuan menegakkan agama Islam ditengah-tengah masyarakat,
sehingga terwujud masyarakat Islam sebenar-benarnya.

Islam sebagai agama terakhir, tidaklah memisahkan masalah rohani dan persoalan
dunia, tetapi mencakup kedua segi ini. Sehingga Islam yang memancar ke dalam berbagai
aspek kehidupan tetaplah merupakan satu kesatuan suatu keutuhan. Pembaharuan Islam

7
sebagai satu kesatuan inilah yang ditampilkan Muhammadiyah itu sendiri. Sehingga dalam
perkembangan sekarang ini Muhammadiyah menampakkan diri sebagai pengembangan dari
pemikiran perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai
karya amal shaleh.

Usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke dalam tiga bidang
garapan, yaitu : bidang keagamaan, pendidikan, dan kemasyarakatan.

a. Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran atau prinsip
dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi,
mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak dan tertutup oleh
kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.
b. Bidang Pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah mempelopori


dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi
Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih
dalam, pendidikan mempunyai arti penting, karena melalui inilah pemahaman
tentang Islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.

c. Bidang Kemasyarakatan

Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh Muhammadiyah
adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim piatu, yang dikelola melalui
lembaga-lembaga dan bukan secara individual sebagaimana dilakukan orang pada
umumnya di dalam memelihara anak yatim piatu.

2.4 PENGARUH GERAKAN TAJDID MUHAMMADIYAH BAGI ISLAM

Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya terpanggil untuk
mengubah keadaan dengan melakukan gerakan pembaruan. Untuk memberikan gambaran
lebih lengkap mengenai latarbelakang dan dampak dari kelahiran gerakan Muhammadiyah

8
di Indonesia, dan sejak itulah Muhammadiyah adalah satu-satunya yang berani mengadakan
pembaharuan Islam yang kuat dan tangguh. di asia tenggara.

Dengan beratus-ratus cabang di seluruh kepulauan dan berjuta-juta anggota yang tersebar
di seluruh negeri, Muhammadiyah memang merupakan pergerakan Islam yang terkuat yang
pernah ada di Asia Tenggara. Sebagai pergerakan yang memajukan ajaran Islam yang murni,
Muhammadiyah juga telah memberikan sumbangan yang besar di bidang kemasyarakatan
dan pendidikan. Klinik-klinik perawatan kesehatan, rumah-rumah piatu, panti asuhan, di
samping beberapa ribu sekolah menjadikan Muhammadiyah sebagai lembaga non-Kristen
dalam bidang kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan swasta yang utama di Indonesia.
‘Aisyiah, organisasi wanitanya, mungkin merupakan pergerakan wanita Islam yang terbesar
di dunia. Pendek kata Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang utama dan terkuat
di negara terbesar kelima di dunia.”

Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada
Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologis sekaligus memiliki konteks dengan
keadaan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan.
Kyai Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang
otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan
hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan.
Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran
yang aseli yakni Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk
mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan.

Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa
gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan,
tetapi melalui sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi
merupakan terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional
yang lebih mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan
peran kyai yang sangat dominan selaku pemimpin informal. Organisasi jelas merupakan
fenomena modern abad ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai
Dahlan sebagai “washilah” (alat, instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam.

9
Mem-format gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah,
juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagmaan yang selama
ini melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi
fa huwâ wâjib”, bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka
alat itu menjadi wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis sebagaimana
tercermin dalam pemaknaan /penafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104, yang memerintahkan
adanya “sekelompok orang untuk mengajak kepada Islam, menyuruh pada yang ma‘ruf, dan
mencegah dari yang munkar”. Ayat Al-Qur‘an tersebut di kemudian hari bahkan dikenal
sebagai ”ayat” Muhammadiyah.

Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104 tersebut ingin
menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi” yang mengajak pada
kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar Islam yang murni, tetapi tidak
hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni itu sekadar dipahami secara parsial.
Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi
sosial dalam dunia nyata kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba
kebaikan) dan “emanisipasi” atau “liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga
Islam diaktualisasikan sebagai agama Langit yang Membumi, yang menandai terbitnya fajar
baru Reformisme atau Modernisme Islam di Indonesia.Diantara pengaruh pergerakan
pembaharuan Muhammadiyah dalam Islam, diwujudkan dalam bentuk amal usaha
Persyarikatan Muhammadiyah, yang meliputi:

1. Bidang Keagamaan.
Muhammadiyah dalam pergerakan pembaharuan Islam, mempunyai andil cukup
besar dibidang keagamaan. Seperti:
1) Majlis Tabligh Muhammadiyah senantiasa menekankan agar tegaknya Islam yang
benar sesuai yang dicontohkan nabi Muhammad SAW, , tidak dirusak oleh berbagai
macam bid’ah, khurafat, dan tahayul yang dapat mengkikis nilai-nilai Islam itu
sendiri.
2)  Majlis Tarjih, suatu lembaga yang menghimpun ulama-ulamak Muhammadiyah dari
berbagai disiplin ilmu, yang selalu bermusyawarah dan memberikan fatwa terhadap

10
hal-hal yang acktual ditengah-tengah masyarakat. Seperti tuntunan hidup keluarga
sejahtera, dan memberikan tuntunan untuk dipedomani dibidang ubudiyah,
mu’amalah dan persoalan yang menyangkut kemasyarakatan lainnya.
3) Terbentuknya Departemen Agama, tidak terlepas dari kepeloporan Pimpinan
Muhammadiyah, dan Menteri Agama Pertama kali dari Kalangan Pimpinan
Muhammadiyah Yakni. Prof. Dr. H.M. Rosyidi. Dan sekarang bangsa Indonesia
menikmatinya.
2. Bidang Pendidikan
Salah satu sebab Muhammadiyah didirikan karena lembaga pendidikan di
Indonesia sudah tidak memenuhi kebutuhan dan tuntutan zaman, tidak saja isi dan
metode pengajarannya yang tidak sesuai, bahkan sitem pendidikannya harus dirombak
secara mendasar. Sehingga tidak ada pemisahan antara pelajaran umum dengan pelajaran
agama. Dan baru saja tokoh besar Muhammadiyah Prof. Dr. Amin Rais, Tokoh
Muhammadiyah yang memberikan sumbangsih besar terhadap lahirnya Undang-undang
tentang Guru dan Dosen. Tidak itu saja terdapat ribuan Sekolah-sekolah Muhammadiyah
yang ada diseluruh pelaosok tanah air, sejak dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi.
3. Bidang Kemasyarakatan
Bidang Kemasyarakatan, sumbangsih dan pengaruhnya cukup besar bagi negara
Indonesia yang nota bone mayoritas beragama Islam, yakni dengan banyak berdiri
Rumah-rumah sakit modern, lengkap dengan peralatan canggih dan tenaga ahli serta
apoteknya. Mendirikan panti asuhan yatim, panti jompo, pondok pesantren, mendirikan
perusahaan, percetakan buku, majalah, dll
4. Bidang Politik Kenegaraan
Muhammadiyah menentang penjajahan, penjajah kolonial belanda, jepang
hengkang dari Nagara republik Indonesia, tidak terlepas dari perjuangan Tokoh-tokoh
Muhammadiyah, seperti Jenderal Besar Sudirman, Ir. Soekarno (presiden RI pertama)
dan masih banyak lagi, dan Muhammadiyah bukan organisasi politik, namun tidak buta
politik, ahli-ahli atau tokoh-tokoh politik Muhammadiyah yang menyebar di semua Partai
Politik sebatas hanyalah penyampai aspirasi rakyat amar ma’ruf nahi mungkar.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan dari uraian di atas, definisi tajdid dari segi bahasa berarti
pembaharuan, dan dari segi istilah tajdid memiliki dua arti yakni pemurnian dan
modernisasi. Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan
ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-
Shohihah. Dalam arti “peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna
dengannya”, tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran
Islam dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
Bentuk gerakan tajdid dalam muhammadiyah yaitu mengadakan dakwah islam,
memajuan pendidikan dan pengajaran, menghidupkan masyarakat tolong-menolong,
mendirikan dan memelihara tempat ibadah wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak
dan pemuda supaya kelak menjadi orang islam yang berarti, berusaha kearah perbaikan
penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran islam, dan berusaha dengan
segala kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan islam berlaku dalam masyarakat.

3.2. SARAN

Sebagai generasi penerus Islam marilah kita meneladani sikap dan cita – cita K.H.
Ahmad Dahlan dalam kehidupan kita sehari – hari, guna meneruskan perjuangan untuk
menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam yang sesuai dengan Al – Qur’an dan As–
Sunnah.

Demikian makalah yang kami susun mengenai gerakan tajdid dalam


Muhammaddiyah, kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata

12
sempurna. Oleh karenya kritik dan saran dari pembaca maupun dosen pengampu mata
kuliah ini sangat kami butuhkan demi kesempuranaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadiyahsolo.com/20190516/model-tajdid-muhammadiyah-membangun-
peradaban-utama-114

https://www.google.co.id/amp/s/news.detik.com/berita/d-5586256/apa-artinya-tajdid-berikut-
penjelasannya/amp

http://p2k.um-surabaya.ac.id/id3/3045-2942/Tajdid_119522_p2k-um-surabaya.html

http://muhammadsyafriadi6.blogspot.com/2015/04/muhammadiyah-sebagai-gerakan.html

https://p2k.itbu.ac.id/ind/2-3056-2950/Tajdid_119522_itbu_tajdid-itbu.html

13

Anda mungkin juga menyukai