Anda di halaman 1dari 11

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH DAN TAJDID

Disusun Oleh Kelompok 8 :

Anisa Ismi Azahra [ C2C021004 ]


Rio Ilham Dwi Saputra [ C2C021021 ]
Dimas Yoga Eka Prasetiya [ C2C021022 ]
Tasya Salsabila Dewi Pangestu [ C2C021041 ]

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
pertolongannya sehingga kami dapat membuat makalah Pendidikan Agama Islam yang
membahas tentang “Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah dan Tajdid”.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik.
Semoga makalah yang kami buat ini bukan hanya bermanfaat bagi kami namaun juga
bermanfaat bagi siapapun yang membaca makalah ini, kami sadar dalam hal penulisan atau
isi dari makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk lebih baik di kesempatan lain. Kami ucapkan terima kasih.

Semarang, 23 November 2022

Penyusun
( Kelompok 8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................(i)
BAB 1 ....................................................................................................................................(ii)
PENDAHULUAN ..........................................................................................................(1)
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................(2)
B. Rumusan Masalah................................................................................................(2)
C. Tujuan Makalah...................................................................................................(2)
D. Manfaat Makalah.................................................................................................(2)
BAB II .................................................................................................................................(3)
PEMBAHASAN ...................................................................................................................(3)
A. Pengertian Tajrid dan Tajdid................................................................................(3)
B. Model Tajrid dan Tajdid......................................................................................(3)
C. Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah......................................................(4)
BAB III .................................................................................................................................(7)
PENUTUP .............................................................................................................................(7)
A. Kesimpulan ..........................................................................................................(7)
B. Saran ...................................................................................................................(7)
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................(8)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Pendahuluan

Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi persyarikatan dikenal


sebagai gerakan dakwah Islam, ‘amal ma‘ruf nahī munkar. K.H Ahmad
Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah sudah meletakkan strategi dasar
perjuanganya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, ‘amar ma‘ruf nahī
munkar dengan masyarakat sebagai medan perjuangannya. Gerakan dakwah
Islam yang demikian sudah menjadi salah satu ciri yang telah melekat dalam
jati diri Muhammadiyah semenjak awal kelahirannya.
Muhammadiyah terlihat sebagai pergerakan dakwah yang menekankan pengajaran
serta pendalaman nilai – nilai Islam dan memiliki kepedulian yang besar terhadap penerasi
kristen di Indonesia. Gerakan dakwah Muhammadiyah ini pada hakikatnya merupakan
kelanjutan dari misi yang telah dibawa Rasulullah Muhammad Saw, yaitu menjadikan Islam
sebagai agama yang raḥmatan lil ‘alamīn. Seiring dengan perkembangan Muhammadiyah
yang semakin pesat, Muhammadiyah memiliki tujuan dalam gerakan dakwahnya seperti
yang tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yaitu menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar – benarnya.

Dalam upaya menanamkan nilai – nilai pendidikan dari ajaran agama Islam, maka
diperlukan berbagai pendekatan dan strategi dakwah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Oleh karena itu, Muhammadiyah dianggap perlu dalam hal pemekaran dan pengembangan
dalam wawasan pemikiran keislaman, baik dalam hal menyangkut strategi maupun substansi
dakwah itu sendiri. Perlunya pengembangan wawasan pemikiran keislaman ini tidak sekedar
karena kelatahan, tetapi didorong semata – mata oleh tuntutan zaman yang demikian adanya
yang sudah memasuki era pluralisme keagamaan dan budaya, serta era globalisasi ilmu
pengetahuan. Strategi dakwah kultural menjadi pilihan sebagai media atau alat bagi
Muhammadiyah dalam menanamkan nilai – nilai pendidikan Islam pada masyarakat. Strategi
ini merupakan suatu pendekatan yang memiliki kaidah kearifan dalam memahami realitas
masyarakat, dimana proses dakwah dilakukan secara arif, terbuka, dialogis, bijaksana dan
manusiawi. Strategi dakwah kultural yang dimiliki Muhammadiyah ini juga memiliki
kelebihan tersendiri dengan dakwah secara umum yang juga mengupayakan penyesuaian
dakwah dalam konteks kemajuan zaman dan teknologi. Fokus utama yang ingin diwujudkan
melalui strategi ini ialah pada penyadaran iman sehingga masyarakat bersedia menerima dan
memenuhi seluruh ajaran dari nilai – nilai Islam itu sendiri. Nilai – nilai pendidikan Islam
yang dimaksudkan yaitu meliputi nilai aqidah, nilai ibadah, nilai akhlak, serta nilai
muamalah.
Strategi ini sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk memahami dinamika
kebudayaan dan kemajuan peradaban umat manusia akhir – akhir ini yang semakin
kompleks. Setidaknya, jika Islam tidak mampu mengartikulasikan diri dalam wadah budaya
sebagai gerakan emansipatoris8, maka Islam akan sulit diterima dan ditinggalkan umatnya.
Atas dasar itu, dakwah kultural akan menempatkan Islam di atas pluralitas agama dalam
rangka memberikan visi, motivasi, pencerahan kemanusiaan dalam bingkai kebangsaan dan
kebudayaan.

1.2Rumusan Masalah
1) Bagaimana model pergerakan keagamaan Muhammadiyah ?
2) Apa yang sudah diupayakan terkait perihal tajrid?
3) Apa yang sudah diupayakan terkait perihal tajdid?

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah


1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian tentang tajrid dan tajdid
kemuhammadiyahan
2. Agar mahasiswa mengetahui model pergerakan dari keagamaan Muhammadiyah
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui upaya kemajuan yang dikakukan oleh
Muhammadiyah

1.4 Manfaat
Manfaat dari penjelasan pada makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui secara
mendalam tentang pergerakan serta model dakwah pada Muhammadiyah yang bisa
berkembang dengan pesat dari zaman ke zaman.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tajrid dan Tajdid


2.1.1 Pengertian Tajrid dan Tajdid.
Pengertian Tajrid Istilah Tajrid berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan,
pengungsian, pengupasan, Pelepasan atau pengambil alihan (Atabik Ali, 1999:410).
Sedangkan tajrid dalam bahasa Indonesia berarti pemurnian. Istilah ini, tidak se
populer ketika menyebut istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah
memurnikan hal-hal yang bersifat khusus. Dalam ibadah kita tajrid, hanya mengikuti
Nabi Muhammad saw dan tidak ada pembaharuan. Sedang dalam muamalah kita
tajdid, yakni melakukan modernisasi dan pembaruan.
Pengertian Tajdid Istilah tajdid berasal dari bahasa Arab yaitu jaddada, yang
berarti memperbaharui atau menjadikan baru. Kata ini pula bentukan dari kata jadda,
yajiddu, jiddan/jiddatan, artinya sesuatu yang ternama, yang besar, nasib baik dan
baru. Bisa juga berarti membangkitkan, menjadikan, (muda, tangkas, kuat). Dapat
pula berarti memperbaharui, memperpanjang izin, dispensasi, kontrak.
Dalam kamus Bahasa Indonesia tajdid berarti pembaruan, modernisasi atau
restorasi. Orang yang melakukan pembaruan disebut mujaddid. Sedangkan istilah
modernis (Inggris) atau modernisasi (Indonesia) atau pembaruan, dalam Islam,
diartikan sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk melakukan re-interpretasi
terhadap pemahaman, pemikiran dan pendapat tentang masalah ke-Islaman yang
dilakukan oleh pemikiran terdahulu untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat diperoleh suatu pemahaman
bahwa yang dimaksud dengan Islam modernis adalah faham keislaman yang
didukung oleh sikap yang rasional, ilmiah serta sejalan dengan hukum-hukum Tuhan
baik yang terdapat dalam al-Qur’an (wahyu tertulis) maupun dalam alam raya berupa
sunnatullah (wahyu yang tidak tertulis).

2.2 Model Tajrid dan Tajdid Muhammadiyah


2.2.1 Model- model Tajrid Muhammadiyah

a) Dalam bidang kepercayaan dan ibadah, muatannya menjadi khurafat dan


bid’ah. Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari al-Qur’an
dan al-Sunnah. Hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang. Sedangkan
bid’ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ritual tetapi pengetahuan
Islamnya kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah bukan dari ajaran
Islam. Misalnya selamatan dengan kenduri dan tahlil dengan menggunakan
lafal Islam.

b) Masyarakat Jawa pada umumnya menggunakan upacara selamatan, dalam


berbagai peristiwa, seperti kelahiran, khitan, perkawinan, kematian, pindah
rumah, panen, ganti nama, dan sejenisnya. Namun, diantara macam-macam
selamatan yang paling menonjol adalah selamatan kematian, yaitu terdiri dari
tiga hari, empat puluh hari,seratus hari, dan kahul. Selamatan ini selalu diringi
dengan membaca tahlil sebagai cara mengirim do’a kepada si mayit

c) Bentuk khurafat lain yang biasa dilakukan orang Jawa adalah penghormatan
kuburan orang-orang suci, sambil meminta do’a restu, jimat, benda-benda
pusaka dianggap mempunyai kekuatan ghaib yang mampu melindungi..

d) Realitas sosio-agama yang dipraktikkan masyarakat inilah yang mendorong


Ahmad Dahlan melakukan pemurnian melalui organisasi Muhammadiyah.
munawir Syazali mengatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan
pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari semua unsur singkretis
dan daki-daki tidak Islami lainnya.

2.2.2 Model-model Tajdid dalam Muhammadiyah

a) Tajdid Muhammadiyah kongkrit dan produktif, yaitu melalui amal usaha


yang didirikan, hasilnya kongkrit dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh umat
Islam, bangsa Indonesia dan umat manusia di seluruh dunia. Suburnya amal
saleh di lingkungan aktivis Muhammadiyah ditujukan kepada komunitas
Muhammadiyah, bangsa dan kepada seluruh umat manusia di dunia dalam
rangka rahmatan lil alamin.

b) Tajdid Muhammadiyah bersifat terbuka. Maksud dari keterbukaan tersebut,


Muhammadiyah mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan di sekitar
kita. Dari sekian amal usahanya, rumah sakitnya misalnya, dapat dimasuki dan
dimanfaatkan oleh siapapun. Sekolah sampai kampusnya boleh dimasuki dan
dimanfaatkan oleh siapa saja. Kalau Muhammadiyah mendirikan lembaga
ekonomi dan usaha atau jasa, maka yang menjadi nasabah, partner dan
komsumennya pun bisa siapa saja yang membutuhkan.

c) Tajdid Muhammadiyah sangat fungsional dan selaras dengan cita-cita


Muhammadiyah untuk menjadikan Islam itu, sebagai agama yang
berkemajuan, juga Islam yang berkebajikan yang senantiasa hadir sebagai
pemecah masalah-masalah (problem solv), temasuk masalah
kesehatan,pendidikan, dan masalah sosial ekonomi.

2.2.3Model gerakan keagamaan Muhammadiyah

Seperti yang dituliskan di awal bahwa dalam konstitusi Muhammadiyah,


terdapat tiga model gerakan yang mewujud menjadi modal gerakan yaitu: Pertama:
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. Kedua: sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf
nahi munkar, dan ketiga: Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid.
Pada dasarnya, Muhamadiyah telah menggagas mengenai penguatan basis gerakan,
sejak awal berdirinya. Bahkan dalam Muktamar pada tahun 1970-an telah diputuskan
untuk menggalang jama’ah dan dakwah jamaah (GJDJ). Hanya saja, gagasan tersebut
belum ter-implementasi secara maksimal dalam aktivistas gerakan organisasi.
Kesadaran yang sama muncul pada Muktamar ke 46 Yogyakarta dengan adanya
program revitalisasi cabang dan ranting serta pembentukan Lembaga Pengembangan
Cabang dan Ranting (LPCR), sebagai respons atas kondisi global dan tantangan yang
dihadapi.
Kesadaran untuk memperhatikan masyarakat di akar rumput merupakan
kelanjutan dari spirit perubahan formasi sosial dengan terlibat dalam penguatan
kesadaran sosial, politik, ekonomi dan ideologi, -kini terkooptasi oleh kecenderungan
kapitalistik, birokrasi, politisasi yang berlangsung secara massif pasca Orde Baru.
Dan terakhir, beberapa dekade yang lalu, telah di rumuskan pembinaan Jamaah,
keluarga sakinah, dan qaryah thoyyibah untuk memperkuat basis gerakan.
a. Gerakan Jamaah dan Dakwah (GDJD)
Esensi GDJD adalah penguatan kesadaran jamaah dan kepedulian mereka
terhadap lingkungan sosialnya. Definisi sederhana tentang jamaah adalah kumpulan
keluarga muslim yang berada dalam suatu lingkungan tempat tinggal. Ajakan warga aktif
merupakan landasan gerakan Muhammadiyah yang menuntut adanya komunitas yang
solid dan terorganisir untuk memperjuangkan tegaknya kebaikan menentang segala
macam keburukan. Orientasi dari gerakan ini adalah membangun basis kehidupan
dakwah bil halal di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan kesehatan.
KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan beberapa sahabatnya sangat
peduli terhadap pembinaan jamaah. Beliau melakukan perjalanan keliling Jawa untuk
melakukan pembinaan hingga ke Banyuwangi, Jakarta dan Jawa Tengah. Itu artinya,
penguatan jamaah sudah menjadi platform dari berdiri dan pengembangan gerakan
Muhamaadiyah.
b. Langkah Penguatan Jama’ah
Langkah pemberdayaan melalui penguatan institusi cabang dan ranting akan memberi
kontribusi bagi penguatan kohesi sosial /solidaritas antar warga di tengah meluasnya
paham-paham radikal yang cenderung anarkis belakangan ini. Ledakan bom di Pesantren
Umar Bin Khattab Bima NTB, dapat menjadi bukti betapa rapuhnya kohesi sosial warga.
Komunitas kecil jauh di Bima saja, terdapat tindakan kekerasan terhadap ummat Islam.
oleh karena itu, memperkuat kembali identitas lokal melalui gerakan jamaah, dipandang
perlu dalam kerangka penguatan potensi dan basis gerakan untuk hal-hal yang produktif.
Langkah yang dapat dilakukan untuk menggiatkan cabang dan ranting Muhammadiyah
melalui gerakan jamaah dan dakwah jamaah antara lain:
 Melakukan assesment awal mengenai kehidupan keagamaan di desa atau komunitas atau
ranting
 Memantapkan konsep dakwah jamaah yang akan dipergunakan agar sesuai dengan
kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat basis
 Melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi para fasilitator yang akan menggerakkan cabang
dan ranting
 Melakukan pendampingan dakwah jamaah
 Memantapkan organisasi gerakan di akar rumput (pimpinan ranting) sebagai ujung
tombak gerakan dakwah jamaah

Untuk mensinergiskan langkah-langkah diatas, diperlukan adanya keterlibatan berbagai


lembaga amal Muhammadiyah, seperti: sekolah, rumah sakit ataupun masjid dari seluruh
daerah di Indonesia. Pelibatan lembaga amal itu dalam mempercepat proses pengembangan
cabang dan ranting sebagai sentral untuk mengembangkan Muhammadiyah sebagai
organisasi yang bercorak community based. Agar nantinya tidak hanya memperkuat
infrastruktur Muhammadiyah, tetapi juga memperkuat infrastruktur masyarakat, sehingga
terbentuk masyarakat khairah ummah sebagaimana cita-cita Muhammadiyah.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Muhammadiyah adalah salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia yang di mana
organisasinya sudah tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan beberapa negara.
Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912 memiliki maksud dan tujuan untuk
menegakkan dan menjunjungtinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.

Muhammadiyah yang sudah memasuki usia satu abad telah mengembangkan


organisasinya secara luas. Muhammadiyah pun mengembangkan gerakannya hingga ke luar
negeri melalui kerjasama dengan beberapa pihak luar terutama dalam bidang pendidikan, ikut
serta dalam isu-isu global dan menjadi mediator dalam beberapa konflik luar negeri, serta
pembentukan Pimpinan Cabang Istimewa guna memperkuat internasionalisasinya.
Daftar Pustaka
http://eprints.ums.ac.id/47771/5/BAB%20I.pdf
https://123dok.com/article/model-tajrid-tajdid-muhammadiyah-model-model-
tajrid-muhammadiyah.yj748815
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18976/9.%20BAB
%20V.pdf?sequence=9&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai