“Makalah ini diajukan sebagai tugas kelompok pada Mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam”
Disusun oleh:
Kelompok 12
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ’alamin, segala puji beserta syukur kami panjatkan
kehadirat Allah swt yang sampai saat ini masih memberikan segala nikmat-
Nya,berkah-Nya dan maunah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
yang berjudul “Akhlak : Aspek Moral Ajaran Islam”tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat disusun dengan baik tak lepas dari bantuan serta
dukungan berbagai pihak,untuk itu pada kesempatan kali ini izinkan kami untuk
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam menyelesaikan makalah ini, yaitu:
ii
Tasikmalaya, 8 Desember 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
ISI......................................................................................................................................3
A. Konsep Awal Dakwah dalam Islam.......................................................................3
1. Persoalan Baik-buruk dan Benar Salah..............................................................3
2. Islam Sebagai Norma Kehidupan.......................................................................7
B. Akhlak: Dimensi Moral Ajaran Islam....................................................................8
1. Makna Akhlak....................................................................................................9
2. Akhlak: Misi dan Tujuan utama Agama Islam...................................................9
3. Cakupan, Sumber dan Model Akhlak Islami......................................................9
C. Pendidikan Akhlak Mulia.....................................................................................11
1. Upaya Mencapai Martabat Manusia Sempurna (Insan Kamil).........................11
2. Riyadhoh (Latihan Batin) sebagai Proses Menuju Insan Kamil.......................12
D. Tassawuf: Ekspresi Batin Akhlak Manusia..........................................................14
1. Tujuan dan Sumber Tassawuf..............................................................................14
iii
2. Perkembangan Ilmu Tassawuf..............................................................................15
3. Beberapa Konsep dalam Ilmu Tassawuf..............................................................17
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUPAN..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan dimensi ketiga dari ajaran islam setelah aqidah
dan syariah. Akidah atau tauhid merupakan asas yang paling dasar dalam
kehidupan beragama dalam menyangkut masalah-masalah yang harus
diimani dan diyakini. Supomo (dalam Ensiklopedi Hukum Islam Jilid
1,hlm.78) Menurut bahasa Akidah berarti yang diikat,yang dibuhul,yang
disimpulkan,yang dikukuhkan,yang dijanjikan. Dalam berakidah kita tidak
boleh setengah hati melainkan harus mantap dan sepenuh hati tanpa ada
keraguan sedikitpun dalam hatinya.
Nurhayati(dalam bukunya Mukhtasr-us shihab) Syariah adalah kata
syari’ah berasal dari kata syara’ berarti nahaja(menempuh),
awdhaha(menjelaskan) dan bayyan-al masalik (menunjukan jalan). Syariah
menyangkut ketentuan-ketentuan berbuat dalam menata hubungan dengan
Allah dan sesama makhluk-Nya.
Di zaman sekarang yang semuanya serba modern sangat
mempengaruhi kehidupan manusia yang terkena imbas dari kemajuan
zaman. Oleh karena itu,akhlak sangatlah penting untuk selalu kita perbaiki
agar tidak mudah terbawa arus karena Kepribadian seseorang mampu
dilihat melalui akhlak salah satunya.
Dalam islam orang tua diperintahkan dalam mendidik anak-
anaknya harus selalu sabar serta mengutamakan untuk mengajarkan akhlak
terlebih dahulu dari pada ilmu,karena sudah jelas kedudukan akhlak lebih
utama daripada ilmu sebagaimana hadits dari Usamah bin Syuraik
“hamba-hamba allah yang paling dicintai oleh allah adalah orang yang
paling baik akhlaknya diantara mereka”.
1
Hakekat beragama salah satunya adalah membangun dan
meningkatkan moralitas diri,Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT
untuk menyempurnakan akhlak manusia,karena akhlak sebagai salah satu
pondasi penting bagi setiap orang dalam menjalani kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana Islam dan persoalan moral?
2. Apa yang dimaksud dengan akhlak dan cakupan-cakupannya?
3. Bagaimana pendidikan akhlak mulia?
4. Apa yang dimaksud dengan tasawuf dan cakupan-cakupannya?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk memahami tentang islam dan persoalan moral
2. Untuk mengetahui tentang akhlak dan cakupan-cakupannya
3. Untuk memahami tentang pendidikan akhlak mulia
4. Untuk mengetahui tentang tasawuf dan cakupan-cakupannya
2
BAB II
ISI
3
dengan keinginan kita. Lantas siapakah yang akan menjadi hakim
atas perbuatan ini?
Untuk itulah dalam meniti dan menata kehidupan itu, kita
memerlukan norma: kita memerlukan standar ukuran untuk
menentukan secara obyektif apakan perbuatan dan tindakan yang
kita pilih itu baik atau tidak, benar atau salah sehingga yang
terperhatikan bukan lagi kepentingan diri kita sendiri saja,
melainkan juga kepentingan orang lain, kepentingan bersama,
kepentingan umat manusia secara keseluruhan. Dan untuk itu,
setiap individu dituntut memiliki moral, yaitu ikatan spiritual pada
norma kebajikan dan kebaikan itu (Begovic, 1992).
b. Agama (Islam) sebagai Rujukan Baik-Buruk dan Benar-Salah
Moral
Dalam surat Al Baqarah ayat 216 ditegaskan bahwa
manusia tidak bisa menentukan baik-buruk dan benar-salah:
َم اَل ت َۡعلَ ُم ۡونOُۡا َّوه َُو َش ٌّر لَّـ ُكمۡ ؕ َوهّٰللا ُ يَ ۡعلَ ُم َواَ ۡنـتOcًَٔوع َٰۤسى اَ ۡن تُ ِحب ُّۡوا َش ۡيــٔـ
4
Pertama, iblis bersumpah akan menciptakan pandangan
yang baik kepada manusia, padahal buruk (karena tidak sejalan
dengan kehendak Allah):
َم أَجْ َم ِعينOُْض َوأَل ُ ْغ ِويَنَّه ُ
ِ ْا َل َربِّ بِ َما أَ ْغ َو ْيتَنِي أَل َزيِّن ََّن لَهُ ْم فِي اأْل َر
ين
َ صِ ك ِم ْن هُمُ ْال ُم ْخ َل
َ إِ اَّل عِ َب ا َد
5
Kedua, syetan, baik dari bangsa jin dan bangsa manusia,
selalu membisik bisikkan pandangan sesatnya kepada setiap
manusia, yang dirasakan oleh manusia sebagai pandangan yang
baik (Qs. AI Nās/114 : 4-6). Sedangkan syetan itu merupakan
musuh yang nyata (bukan musuh yang samar-samar) bagi manusia.
ِ ُخطُ ٰوOٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُوا ۡاد ُخلُ ۡوا فِى الس ِّۡل ِم َکٓافَّةً ۖ َواَل تَتَّبِع ُۡوا
ؕت ال َّش ۡي ٰط ِن
اِنَّهٗ لَـ ُکمۡ َع ُد ٌّو ُّمبِ ۡي ٌن
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara totalitas (tidak sepotong-sepotong), dan
janganlah kamu uruti langkah-langkah syetan.
Sesunggulnya syetan itu musuh yang nyata bagimu." (QS.
Al Baqarah/2: 208).
Perintah masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan
(totalitas) ditujukan kepada orang-orang yang telah menyatakan
dirinya beriman (telah beragama Islam). Artinya, orang yang sudah
menyatakan beragama Islam haruslah menerima Islam secara
seutuhnya, tidak sebagian-sebagian. Kemudian ditegaskan bahwa
syetan itu musuh yang nyata' bagi manusia, yakni selalu aktif
yınwaswisu fi shudûrin nás. (berbisik-bisik dalam dada manusia),
dengan menciptakan pandangan yang baik pada agama dan
keyakinan yang sesat sehingga diyakininya agama dan keyakinan
yang dipeluknya itu baik dan benar, padahal tidak sejalan dengan
Kehendak Tuhan. Artinya. syetan itu (baik dari bangsa jin ataupun
bangsa manusia) benar-benar sebagai musuh yang nyata
membelokkan orang-orang Islam dari kehendak Allah.
Ketiga, manusia selain memiliki musuh eksternal (iblis
beserta bala tentaranya syetan-jin dan syetan-manusia) juga
memiliki musuh internal, yakni nafsu yang selalu mendorong
untuk melakukan perbuatan buruk, tapi sebagaimana iblis
merasakannya sebagai sesuatu yang baik (Qs. Ali Imran/3: 14). Al-
Quran menegaskan bahwa nafsu selalu mendorong kepada
6
perbuatan yang buruk, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhan (Qs. Yusuf/12: 53). Tentang nafsu akan dijelaskan secara
lebih rinci nanti. Keempat, karena memiliki kepercayaan yang
keliru, maka kebanyakan manusia sangat menyesal pada saat
kematiannya. Firman Allah swt.
7
oleh manusia itu, baik secara individu atau bersama-sama, sudah benar
atau tidak. Demikian pula, secara individu atau bersama-sama manusia
dapat memastikan apakah tindakan yang diambilnya itu benar atau
salah.
8
B. Akhlak: Dimensi Moral Ajaran Islam
Akhlak dalam islam menyangkut masalah-masalah kehidupan yang
berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran kehidupan baik
buruk atau benar salahnya suatu perbuatan. Akhlak bukan hanya sekedar
konsep danteori namun juga berupa amal yang nyata karena sangat
berkaitan dengan sifat dan sikap serta tindakan seseorang yang dapat
diukur moralitasnya.
1. Makna Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqu yang berarti
tabi’at,kelakuan,perangai,tingkah laku,karakter,budi pekerti dan adat
kebiasaan.Ibn Miskawaih (1994:3)menegaskan,akhlak adalah sifat
yang tertanam dalm diri seseorang yang dapat mengeluarkan suatu
perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran,penelitian dan
paksaan.
9
Akhlak terhadap Allah SWT
Perbuatan yang harus dilakukan sebagai makhluk ciptaanya
terhadap sang pencipta.Contohnya
tawakal,bersyukur,berprasangka baik dll.
10
Ketinggian akhlak rasul ditunjukan dengan kepribadiannya
yang terikat pada nilai-nilai hidup yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT.Beliau berfikir dan bertindak sepenuhnya dengan merujuk
pada apa yang diajarkan dalam Al-Qur’an.Oleh karena itu
Rasulullah SAW dijadikan oleh Allah sebagai model kepribadian
yang sempurna dalam menampilkan moral-moral ketuhanan dalam
kehidupan, Allah SWT berfirman yang artinya “Sesungguhnya
telah ada pada diri rasulullah suri tauladan(ikutan) yang sebaik-
baiknya bsgi kamu yang mengharapkan(ridho) Allah dsn
(kebahagiaan) hari akhirat.” (Q.S Al-Ahzab(33):21)
)28( ) ارْ ِجعِي إِلَى َربِّكِ َراضِ َي ًة َمرْ ضِ ي ًَّة27( َيا أَ َّي ُت َها ال َّن ْفسُ ْالم ُْط َم ِئ َّن ُة
11
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah
ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam
syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)
12
2. Riyadhoh (Latihan Batin) sebagai Proses Menuju Insan Kamil
Upaya untuk mencapai martabat insan kamil hanyalah melalui
riyadhoh(berlati teru menerus) menundukan nafsu dan syahwat. Ada 7
karakter ‘inti’ (sebagai dasar beragama) yang perlu dipersonalisasikan
melalui riyadhoh, yakni:
a. Taubat. Orang yang berada tahap ini selalu menuduh kepada
dirinya sendiri bahwa dirinya orang yang paling banyak
berbuat dosa,paling banyak sendiri salah dan banyak
kekurangannya, paling apes, dan lain sebagainya. Rasa hati
disini adalah tawadhu, handap asor,wira’i, dan sekaligus
menjaga akhlaqul-karimah.
b. Zuhud. Orang yang berada tahap ini mempunyai kepedulian
yang tinggi memajukan lingkungannya (masyarakatnya dan
bangsanya) tanpa pamrih.
c. Qona’ah. Bukan hanya menerima pemberian dari Tuhan
dengan senang hati seberapa pun besarnya. Maksud qona’ah
disini adalah seseorang yang kuat tekad dalam membuktikan
niatnnya mendekatkan diri kepada Allah sehingga sampai
dengan selamat bertemu denganNya.
d. Tawakkal ‘alallah. Orang yang bertawakal akan menyerahkan
segala urusannya kepada Allah,sehingga pikirannya tidak
difungsikan lagi.
e. Uzlah. Yakni menyendiri di tengah-tengah kalangan.
Maksudnya kalangan masing-masing mereka berusaha keras
untuk maju ke profesional dalam menyiapkan diri sebagai
SDM yang bermanfaat bagi kemajuan lingkungannya.
f. Mulazimatu Dzikr (melanggengkan zikir). Maksudnya
mengeluarkan dari dalam hati ingatan kepada apa saja selain
diriNya Ilahi Yang Al-Ghaib.
13
g. Sabar. Yakni selalu dengan sadar dan rela memaksa jiwa-
raganya sendiri hingga mau melaksanakan perintah Allah dan
RasulNya.
a) Menanamkan taubat
b) Tetap dalam kondisi taubat lalu berusaha Zuhud
c) Menanamkan karakter qona’ah
d) Menanamkan karakter tawakkal ‘alallah
e) Menanamkan karakter Uzlah
f) Menanamkan karakter Mulazimatu dzikir
g) Menanamkan karakter Sabar
14
Sumber ajaran tasawwuf sendiri dasarnya ada empat :
Pertama, Syariat atau ilmu fiqih. Seorang yang mendalami
tasawuf hendaknya mengkaji dan mempelajari ilmu fiqih dari
berbagai mazhab untuk mendalami sufism.
15
sebagai metode ibadat (bagaimana cara beribadat dengan benar dan
baik) saja. Tetapi mulai memunculkan juga konsep-konsep dan
metode-metode taqarub.
Istilah tasawwuf muncul kemudian pada awal abad 3 Hijriah.
Istilah ini dikenal dan dirumuskan oleh Ma'ruf al-Kurkhy dan
berkembang menjadi sebuah ilmu dengan ciri-ciri tersendiri yang
terpisah dari ilmu fikih. Konsep-konsep ketasawwufan ketika itu mulai
terumuskan secara sistematis, dicatat dan dibukukan. Pada periode ini,
gerakan tasawwuf mulai tumbuh sebagai metode menuju ma'rifat ".
Sekitar abad ke-4 H. muncullah, dalam gerakan tasawwuf,
thariqah-thariqah atau tarekat-tarekat yang merupakan lembaga-
lembaga atau madrasah-madrasah tempat para salik (santri tasawwuf)
berkumpul untuk mendapatkan ilmu ketasawwufan dan praktiknya dari
guru-guru sufi yang disebut syaikh. Tarekat-tarekat ini membimbing
dan mengajarkan praktek-praktek keagamaan yang dirumuskan oleh
guru sufi untuk mengantar manusia pada proses penyempurnaan diri.
Masih pada abad ke 4 H. muncul gerakan-gerakan dalam
tasawwuf yang dianggap menyimpang dari ajaran IsIam yang lurus.
Hal itu terjadi tatkala pengaruh asing, berupa ajaran falsafah dan
mistik, memengaruhi sebagian penganut sufi dan menjadikannya
sebagai sumber pengambilan konsep tasawuf. Termasuk dalam
gerakan ini adalah seperti al-Hailaj yang mengenalkan konsep
penyatuan diri dengan Tuhan.
Pada abad ke 5 H. datang Imam al Ghazali. Ia berusaha
mengembalikan tasawuf ke jalannya yang lurus dan selaras dengan
yang digariskan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Ia hanya menerima
konsep-konsep ketasawufan yang tidak bertentangan dengan Al-Quran
dan As-Sunnah.
Setelah itu, muncullah sufi-sufi besar seperti Ahmad Ar-Rifa'i dan
Abdul Qodir al Jailani yang membangun thariqah (tarekat) Ar-Rifaa
'iyyah dan Al-Gadariyyah.selain itu, banyak lagi tarekat-tarekat lain
16
yang muncul dan diakui (mu’tabarah) karena ajarannya selaras dengan
tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah.
Setelah ilmu filsafat masuk dan berkembang di negara-negara
Islam, muncullah aliran-aliran tasawwuf yang ajarannya merupakan
campuran antara ajaran Islam dan falsafah yang mengembangkan
aliran tasawwuf ini di antaranya adalah Syuhrawardi,Muhyiddin ibn
‘Araby yang mendirikan tarekat Al-Akhbariyyah, Abdul Haq Sab'in al-
Mursyi yang mendirikan tarekat As-Sab'iyyah, dsb. Tarekat-tarekat
aliran ini tidak mampu bertahan lama dan tidak berkembang.
Sejak abad ke 8 H., Ilmu tasawwuf tidak berkembang lagi dan
tarekat-tarekat baru pun tak muncul lagi. Para penempuh ilmu
tasawwuf hanya memanfaatkan ajaran-ajaran tarekat yang masih ada
yang merupakan peninggalan masa lampau.
Mereka hanya melakukan peringkasan peringkasan dan
penguraian- penguraian pada buku-buku tasawuf terdahulu para
pengikut tasawwuf pun,dalam Mengamalkan Praktik ketasawwufan,
Banyak cenderung dan terfokus pada upacara-upacara yang dicetuskan
dan bentuk-bentuk. peribadatan yang justru sering menjauhkan mereka
dari tujuan pokok ilmu tasawwuf. Bahkan, ada yang cenderung pada
pemujaan (kultus) pada guru-guru sufi (syaikh)nya itu. Dalam fase
ini,meskipun banyak pengikut dalam aliran tasawwuf, tidak pernah
muncul kepribadian sufi yang seperti ditunjukkan oleh para sufi pada
periodede-periode awal yang menunjukkan posisi spintual yang
mengagumkan ,tetapi fenomena ini tidak dijadikan dasar untuk
propaganda anti tasawuf dan mendiskreditkannya, karena hal demikian
masih bisa diluruskan kembul dengan menggunakan Al-Quran dan As-
Sunnah sebagai parameternya.
17
Jenjang-jenjang ini ada yang disebut maqamat (tempat-tempat berada
atau posisi-posisi) dan ada yang disebut dengan ahwal (keadaan-
keadaan atau kondisi).
a. Maqamat didefinisikan sebagai “maqamul ‘abdi bayna yadai
rabbihi fima yuqamu fihi minal ‘ibadati wal mujahadati war
riyadloti” (Posisi hamba di sisi Tuhan-nya dalam hal
melaksanakan ibadah, mujahadah, dan riyadhah). Yang
termasuk ke dalam maqamat itu diantarnya adalah:
1. zuhud (penjauhan dini dari kesenangan duniawi)
2. wara (penjauhan diri dari hal-hal yang tidak jelas halal
haramnya).
3. faqar (tidak menuntut lebih dan apa yang diperlukan)
4. shabr (tahan uji dalam segala urusan)
5. ridha (rela atas segala keputusan Tuhan)
6. tawakkal (penyerahan hasil usaha kepada putusan Tuhan)
b. Ahwal didefinisikan sebagai keadaan hati yang diperoleh dan
dirasakan selama menjalani maqam-maqam (maqamat) dalam
tasawwuf. Ahwal ini tidak diperoleh melalui upaya, baik
ibadah, mujahadah, maupun riyadhoh, tetapi diperoleh sebagai
efek dari pelaksanaan konsep-konsep yang termasuk dalam
maqamat. Yang termasuk ke dalam ahwal ini di antaranya
adalah :
1. Muraqabah (rasa kedekatan)
2. Mahabbah (rasa kecintaan)
3. Khauf (rasa takut dan kawatir)
4. Raja (rasa penuh harapan)
5. Syauq (rasa kerinduan)
6. Ins (rasa kelembutan)
7. Thuma’niinah (rasa ketengraman dan ketenangan jiwa)
18
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pendidikan akhlak tidak bisa dipisahkan dari pendidikan
manusia,karena akhlak merupakan dimensi ketiga dari ajaran
islam.Sumber dari akhlak islami dimana akhlak menyangkut masalah-
masalah kehidupan yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan ukuran
baik-buruk atau benar salahnya suatu perbuatan.
B. Saran
Sebagai manusia mungkin kita tidak luput dari berbuat kesalahan
dan kekhilafan, maka dari itu kita sebagai manusia harus sadar bahwa
akhlak itu sangat penting dimanapun dan kapanpun.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Rizal, A.S. dkk. (2017). Akhlak: Aspek Moral Ajaran Islam. Dalam Abd.
2. https://kalam.sindonews.com/ayat/216/2/al-baqarah-ayat-216
3. https://tafsirq.com/15-al-hijr/ayat-40
4. https://kalam.sindonews.com/ayat/20/34/saba-ayat-20
5. https://kalam.sindonews.com/ayat/208/2/al-baqarah-ayat-208
6. http://sultonimubin.blogspot.com/2013/04/saba-ayat-51-54-dan-
terjemah.html
7. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/raudhatulathfal/article/view/2673#:
~:text=Pada%20dasarnya%20akhlak%20bersumber%20pada,makna
%20yakni%20etika%20dan%20moral.arena
8. https://jambi.tribunnews.com/2018/05/24/7-macam-nafsu-dilihat-
dari-karakteristiknya-dan-trik-mengalahkannya?page=all
9. https://brainly.co.id/tugas/15732200#:~:text=Sumber%20ajaran
%20tasawuf%20sendiri%20dasarnya,bisa%20juga%20diartikan%20guru
%20rohani.
20
10. http://blog.unnes.ac.id/sitirofiah/2015/11/19/definisi-objek-pembahasan-
tujuan-dan-manfaat-mempelajari-tasawuf/#:~:text=Tasawuf%20memliki
%20tujuan%20yang%20baik,dan%20taqorrub%20kepada%20Allah
%20SWT.&text=Faedah%20Tasawuf%20ialah%20membersihkan
%20hati,Dan%20mendapat%20kebahagiaan%20abadi%20.
11. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-akhlak/
12. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-akhlak/
13. http://srimulya25.blogspot.com/2015/11/akhlak-membangun-pribadi-
yang-islami.html
21