Anda di halaman 1dari 22

PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM DALAM MENJAWAB

TANTANG PERKEMBANGAN ZAMAN:


KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH DAN
RELEVANSINYA DALAM STUDI ISLAM

MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Intermadiate Trainning (LK 2)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Koordinator Komisariat Walisongo
Cabang Semarang

Disusun oleh:

MOCH. MUKHLIS AL PARIZI


Email: mochammadmukhlisalparizi@gmail.com

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


KOMISARIAT FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
CABANG YOGYAKARTA
2023 M. / 1444 H
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan
nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH
DAN RELEVANSINYA DALAM STUDI ISLAM“ diajukan sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti Intermediate Training (Latihan Kader 2) yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Koordinator Komisariat
Walisongo Cabang Semarang.
Sholawat beserta salam semoga tetap di curahkan kepada nabi akhir zaman
habibina Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarga dan sahabat yang telah
menuntun umat islam kejalan yang lurus.
Tak lupa pula bahwa dalam mengasuh makalah ini banyak pihak yang
membantu penulis dapat menyelesaikan makalah ini oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada kanda-kanda dan yunda-yunda HMI Komisariat
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Cabang Yogyakarta yang telah membimbing
dan membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan
proses penulisan makalah ini dengan lancar dan baik.
Penulis menyadari dalam penulisan Makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karna itu, Penulis harapkan kritik dan saran yang membangun
dari pada pembaca guna perbaikan penulisan makalah berikutnya dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah........................................................................... 5
D. Perumusan Masalah............................................................................. 5
E. Tujuan dan Manfaat Penulisan............................................................ 5
F. Sistematika Penulisan.......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembaharuan..................................................................... 7
B. Kondisi Perkembangan Islam Pada Periode Modern.......................... 8
C. Pola Pembaharuan Islam Modern........................................................ 10
BAB III PEMBAHASAN
A. Mengenal Sosok Muhammad ‘Abduh................................................. 12
B. Corak Ide Pembaharuan Muhammad ‘Abduh..................................... 14
C. Relevansinya Dengan Studi Islam Kontemporer................................. 16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 17
B. Saran Saran .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berbicara tentang pembaharuan dalam Islam, atau lebih tepatnya
pembaharuan pemahaman Islam, maka muncul pertanyaan kaitannya dengan hal-
hal apakah dalam dunia Islam yang sudah mengalami pemutarbalikan suatu fakta,
penyimpangan sehingga harus diperbaiki. Karena kata “pembaharuan” selalu
membawa implikasi adanya hal-hal yang relevan di masa lampau tapi kini tidak
relevan lagi, atau adanya penyimpangan dari kemurnian suatu ide, ajaran dan
lainnya. Apabila pembaharuan itu dikaitkan dengan doktrin Islam, maka patut
dipertanyakan adakah ajaran-ajaran Islam yang sudah tidak relevan lagi untuk
diimplementasikan pada saat ini, atau ajaran-ajaran manakah yang sudah
diselewengkan oleh pemeluknya.
Konsep pembaharuan islam adalah keniscayaan yang tidak dapat dianggap
sederhana karena Islam tidak akan berjalan dengan baik jika terlena pada kejayaan
masa lalu dan tidak mempersiapkan diri dalam menghadapi tuntutan zaman di era
kontemporer. Keinginan untuk mengembalikan bendera kejayaan hanya omong
kosong, jika tidak berikhtiar mencari jalan terbaik dalam menyelesaikan seluruh
problematika islam.
Munculnya ide pembaharuan islam ditandai dengan terjadinya kontak islam
dengan barat untuk kedua kali sehingga terjadi pertukaran berbagai aspek.
Peristiwa ini terjadi pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 sehingga kontak
ini telah mengakibatkan dua sisi yang berbeda, satu sisi ilmu pengetahuan dan
teknologi barat yang masuk ke dalam dunia islam. Proses ini diawali dengan
ekspedisi Napoleon ke Mesir pada tahun 1798.1 Oleh karena itu, ekspedisi tersebut
setidak-tidaknya mempunyai dampak positif bagi dunia Islam, yaitu diperkenalkan
perbedaan barat modern, yang ketika itu dipandang telah sampai pada kemajuan.

1
Maslina Daulay, Inovasi Pendidikan Islam Muhammad Abduh, (Jakarta: Bulan Bintang, 2013)
Hlm. 78

1
2

Sedangkan pada sisi yang lain umat Islam mulai asyik dan menikmati
ajaran-ajaran Islam yang telah final dan telah dihasilkan oleh ulama-ulama pada
masa Shahabat dan Tabi’in sehingga semuanya merasa sudah tercantumkan,
manusia tinggal melaksanakan, tidak ada penafsiran baru, dan sepertinya pintu
pembaharuan telah tertutup.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan barat pada abad ke-18
jauh lebih maju apabila dibandingkan dengan kebudyaan Islam, sehingga dengan
mudah menguasai dunia Islam. Dengan adanya peristiwa diatas antara Islam dan
Barat, umat Islam abad ke-19 mulai sadar bahwa mereka telah mengalami
kemunduran dibanding Barat.2
Padahal agama Islam dalam perkembangan masyarakat dan lingkungan
kultural yang dinamis, dituntut mampu memberi rumusan-rumusan berupa cara
bertindak dalam berbagai lingkup kehidupan. Disinilah tugas para cendikiawan
muslim pembaharu yang harus melahirkan refleksi dan pemikiran untuk merespon
dan menyelesaikan berbagai permasalahan agama, budaya, politik dan etika umat
Islam di era modern secara kreatif, produktif dan kontributif. Upaya-upaya ini
dilakukan dalam rangka melahirkan ide-ide dan pemikiran yang mempu
merelevansikan doktrin islam dengan zaman. Kefakuman eksistensial
pembaharuan dalam peta pemikiran Islam akan membawa citra Islam menjadi
agama yang non universal dan non solutif bagi progresivitas zaman.3
Namun, patut direnungkan bahwa islam diturunkan oleh Allah untuk
mengatur kehidupan manusia di dunia, bahkan salah satu karakteristik konsep
islam adalah bersifat universal (Sayid Qutb: 1990). Sehingga islam tidak akan
membelenggu manusia untuk bersikap maju, akan tetapi berpedoman pada ajaran
islam.

2
Harun Nasution, Islam ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid III (Jakarta: UI Press, 2015), Hal.
68.
3
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi atas Pemikiran Hukum
Fazlur Rahman, (Bandung: Mizan, 1996), Hal. 38.
3

Dari fakta tersebut, ulama Islam pada masa itu mencoba merenungkan apa
yang seharusnya dilakukan kaum Muslim agar dapat meraih kembali kemajuan
yang pernah dicapainya. Gagasan dan ide-ide pembaharuan menjulat diberbagai
ruang diskusi baik terbuka maupun tertutup. Kesadaran tersebut semakin kuat
setelah melahirkan gagasan konkrit dalam menghadapi permasalahan umat Islam.
Salah satu tokoh pembaharu Islam adalah Muhammad Abduh.
Muhammad Abduh (1849-1905 M) adalah seorahng tokoh Islam yang
monumental dan bersemangat melakukan pembaharuan bagi dunia Islam. Usaha-
usaha pembaharuan yang dilakukannya mempunyai dampak yang luas dan sangat
menentukan bagi perjalanan mutakir sejarah Islam.4 Dampak yang signifikan
dalam berbagai tatanan kehidupan pemikiran masyarakat yaitu meliputi aspek
penafsiran Al-Qur’an, pendidikan, sosial masyarakat, politik, peradaban dan
sebagainya. Menurut Maryam Jameelah, prestasi Muhammad Abduh tak dapat
diabaikan begitu saja. Pengaruh yang jelas dari jasa-jasanya dapat dirasakan
beberapa dasawarsa setelah wafatnya. Beberapa pemikirannya yang dapat
dipengaruhi sebagian besar negarawan, pendidik dan seniman yang dikembangkan
oleh murid-murid dari para pengikutnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. 5
Ide-ide pokok pembaharuannya berangkat dari asumsi dasar bahwa
semangat rasional harus mewarnai sikap pikir masyarakat dalam memahami ajaran
isalm. Jika semangat ini dapat ditumbuhkan, maka ketergantungan pada nasib itu
yang sudah melekat pada diri masyarakat dengan mudah dikikis sehingga akan
tumbuh sikap dan paradigma baru dalam Islam.6
Bila orang mengikuti jalan pemikiran Muhammad ‘Abduh dalam seluruh
karyanya, maka orang akan tahu bahwa ia sangat berkepentingan untuk
membangun kembali kesadaran umat Islam akan tanggung jawab menjaga
khazanah keilmuan islam dengan pondasi intelektual yang kokoh. Pondasi ini

4
Nurcholis Majdid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1993) cet. XI
5
Maryam Jameelah, Islam dan Modernisme, alih bahasa , A. Jaenuri dan Syafiq A. Mugni,
(Surabaya: Usaha Nasional )
6
Taufiq, Huda dan Maudah, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam, 95.
4

hanyalah mungkin diciptakan bila Al-Qur’an Sunnah dan ijtihad sebagai sumber
ajaran Islam yang sempurna dipahami secara utuh dan padu. 7
Pemahaman yang benar dan utuh ini harus dikerjakan melalui konsep
pemikiran yang maju, yang dapat dipertanggungjawabkan secara agama dan ilmu.
Adapun alasannya mengapa penulis mengambil tema ini menurut pemikiran
Muhammad ‘Abduh, karena beliau adalah sosok pemikir kontemporer yang dapat
memberikan solusi terhadap perkembanagn Islam modern dan juga karena ijtihad
pemikirannya yang sangat relevan dengan kehidupan masa kini.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pembaharuan paradigma
Islam tersebut, maka konsep pemikiran Muhammad Abduh tentang pembaharuan
dan relevansinya terhadap Islam di era kontemporer menjadi sangat menarik dan
penting untuk dikaji lebih dalam mengenai ide-ide beliau sebagai salah satu
khazanah islam. Maka dari itu penulis sangat tertarik untuk mengkaji pemikiran
Muhammad Abduh yang akan dituangkan ke dalam bentuk Makalah dengan judul,
“PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM DALAM MENJAWAB
TANTANG PERKEMBANGAN ZAMAN: KONSEP PEMIKIRAN
PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH DAN RELEVANSINYA DALAM
STUDI ISLAM”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas pada
penulisan Makalah ini, penulis merasa perlu mengidentifikasikan masalah. Maka
dari penjelasan diatas, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terkait
dengan pembahasan ini, diantaranya:
1. Terdapat hubungan yang serasi antara agama dan ilmu pengetahuan.
2. Keterbelakangan umat Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
dikarenakan belum adanya pembaharuan dalam bidang pendidikan.

7
Mohammad, Dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Insani, 2006)
Hal. 228
5

3. Pandangan umat Islam tentang pembaharuan yang dianggap suatu yang


menyimpang dari ajaran Islam.

C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan bahwa pada masa
modern ini, Islam masih dihadapkan kepada beberapa problematika yang
konservatif. Agar masalah yang di teliti lebih terarah dan tidak keluar dari jalur
pembahasan, karena itu sepengetahuan penulis pemikiran atau ide-ide Muhammad
‘Abduh itu cukup beragam bidang terutama dibidang pendidikan. Selain itu, penulis
memberi batasan masalahnya sebagai berikut:
a) Usaha Muhammad Abduh menjadikan Islam sejalan dengan perkembangan
Zaman dan mampu menjawab tantangannya.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi seperti diatas, maka perumusan
masalah yang diajukan adalah:
1. Bagaimana sosok keperibadian Muhammad ‘Abduh?
2. Bagaimana Konsep Pemikiran yang digagas oleh Muhammad ‘Abduh?
3. Sejauh mana dampak dan pengaruh atau relevansinya terhadap dunia Islam?

E. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menemukan kurang lebih sedikit
pembahasan yang menyikapi ulang atas perumusan masalah diatas tentang
pemikiran pemaharuan Muhammad Abduh dan relevansinya terhadap studi Islam.
Selain itu tujuannya diajukan untuk melengkapi salah satu syarat dalam
mengikuti Intermediate Training (Latihan Kader 2) Himpinan Mahasiswa Islam
(HMI) Kordinator komisariat Walisongo Cabang Semarang.

F. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari kepenulisan Makalah ini setidaknya:
6

1. Hasilnya dapat menambah khazanah intelektual Islam di Indonesia, dan


diharapkan dapat memberi kontribusi dalam semua aspek.
2. Hasilnya dapat dijadikan acuan para pembaca dan pembahas kanda yunda
di Himpunan Mahasiswa Islam
3. Hasilnya merupakan langkah awal dan dapat ditindak lanjuti oleh penulis
berikutnya.

G. Sistematika Penulisan
Agar memudahkan penulis dalam membahas Makalah ini, penulis menyusun
secara sistematis 4 (empat) bab pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang
masalah, perumusan masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI, Pengertian Pembaharuan, Kondisi
Perkembangan Islam Pada Periode Modern, Pola
Pembaharuan Islam Modern.
BAB III : PEMBAHASAN, mengenal sosok Muhammad ‘Abduh,
corak ide pembaharuan Muhammad ‘Abduh, relevansinya
dengan studi Islam kontemporer.
BAB IV : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembaharuan
Dalam bahasa Indonesia kata pembaharuan selalu dipakai dengan kata
modern, modernisasi dan modernism, seperti halnya yang terdapat umpamanya
dalam “aliran-aliran modern dalam Islam” dan islam modernisasi”. Modernisme
dalam masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya, untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
Melihat berbagai definisi yang ada, Suryono (2010:128-129)
mengatagorikan definisi modernisasi kedalam 4 pakar pemikiran. Ia melihat bahwa
terdapat 4 pakar yang mendefinisikan modernitas yaitu Pakar Ekonomi, Pakar
Sosiologi, Pakar Politik dan Pakar Psikologi. Oleh sebab itu, Suryono
menyimpulkan bahwa modernisasi menurut pakar ekonomi diinterpretasikan
berdasarkan model-model pertumbuhan yang berisikan indeks-indeks serta
indikator ekonomi seperti standar hidup, pendapatan perkapita dan lain-lainnya.
Sedangkan pakar politik melihat modernisasi dianalisis sebagai dengan proses
politik di suatu Megara, pergolakan sosial yang terjadi dan hubungan antara
kelembagaan di dalam Negara tersebut. Adapun secara sosial, para pakar
mendefinisikan modernitas sebagai sebuah proses transformasi masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern. Adapun secara Psikologis, para pakar
psikologis memandang proses modernisasi adalah proses di mana terjadi perubahan
sikap dan tingkah laku yang memprakarsai dan menopang perkembangan sosio-
ekonomis. 8
Menurut Abdul Rahman Saleh dalam Armai Arief, pembaharuan biasanya
dipergunakan sebagai proses perubahan untuk memperbaiki keadaan yang ada

8
Muhammad Yamin, Agus Haryanto, Teori Pembangunan Internasional, (Yogyakarta: Pustaka
Ilmu, 2017) Hal. 54

7
8

9
sebelumnya ke cara atau situasi dan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan L. Stoddard menyatakan bahwa pembaharuan dapat disamakan artinya
dengan reformasi. Menurutnya, pembaharuan adalah reformation is radical change
for better in social, political or religious affair (perubahan secara radikal kea rah
yang lebih baik dalam bidang sosial, politik, maupun masalah-masalah
keagaman).10
Kaum orientalis yang sejak lama mengadakan studi tentang Islam dan umat
Islam, mempelajari perkembangan modern. Tersebut. Hasil penyelidikan itu pada
mulanya mereka siarkan dalam bentuk artikel di majalah-majalah ilmiah seperti
Muslim Word, Studia Islamica, Revue du Monde Musulman, Die Welt de Islam, dan
lain sebagainnya, dan kemudian dalam buku seperti Islam and Modernism in Egypt,
yang dikarang oleh CC Adams Smith di tahun 1943, Modern Reends in Islam, yang
disusun oleh H.AR. Gibb di tahun 1946, dan sebagainya.
Hasil penyidikan kaum orientalis barat ini segera melimpah ke dunia Islam.
Kaum terpelajar Islam mulailah pula memusatkan perhatian pada perkembangan
modern dan Islam dan kata modernism pun mulai pula diterjemahkan ke dalam
bahasa-bahsa yang dipakai dalam Islam seperti al-tajdid dalam bahasa arab dan
pembaharuan dalam bahasa Indonesia.

B. Kondisi Perkembangan Islam Pada Periode Modern


Modernisasi yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk
mengubah paham, adat istiadat, institusi, dan lain sebagainnya agar dapat
disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru yang timbul oleh
kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologu modern.11 Modernisasi atau
pembaharuan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga
maasyarakat untuk bisa tetap hidup sesuai tuntutan hidup masa kini.

9
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam Di MInangkabau, (Jakarta: Pustaka Pustazet
Perkasa, 1988), Hal. 19
10
Ibid.,h. 19.
11
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) Hal. 187.
9

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam,


terutama sesudah pembukaan abad ke – 19, yang dalam sejarah Islam dipandang
sebagai permulaan periode Modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya
membawa ide-ide baru ke dunia Islam seperti rasionalisme, nasionalisme,
demokrasi, dan sebagainya. Semua ini menimbulkan persoalan-persoalan baru, dan
pemimpin Islampun mulai memikirkan cara mengatasi peroslan-persoalan baru itu.
Periode ini dilator belakangi oleh munculnya renaissance di Eropa. Dan
kejadian tersebut membangkitkan bangsa Barat dari keterpurukan yang lama telah
terjadi dan mencapai kemajuan. Dengan kemajuan mereka, mereka mulai melakuka
berbagai riset dan perjalanan ke belahan bumi yang lain hingga mengalami
kemajuan dalam berbagai bidang. Dan terjadilah perputaran nasib yang hebat dalam
kesejahteraan umat manusia. Dengan kekuasan bangsa barat terhadap lautan,
dengan bebas mereka melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan
keseluruh dunia, tanpa mendapat hambatan yang merarto dari lawn-lawan mereka.
Sehingga satu persatu Negara Islam mulai jatuh ke dalam genggamannya sebagai
Negara jajahan.
Keadaan tersebut menyadarkan umat Islam akan kemundurannya dan mulai
membangun untuk kembangkitan Islam. Dan kebangkitan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang diantaranya adalah pertama, timbulnya kesadaran dikalangan
ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran
Islam. Dan ajaran-ajaran tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang
semestinya. Kedua, pada periode ini barat mendominasi dunia dibidang politik dan
peradaban. Hal ini menyadarkan para intelektual muslim yang meneruskan studinya
di Barat atas ketertinggalan umat Islam oleh Barat. 12
Sebagai halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan
untuk menyesuaikan faham-faham keagaman Islam dengan perkembangan baru
yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Dengan
jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern mengharap akan dapat

12
Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Hal. 173
10

melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada
kemajuan.

C. Pola Pembaharuan Islam


Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kemunduran dan kelemahan
umat Islam serta kemajuan dan kekuasaan yang dialami oleh bangsa barat, maka
secara garis besarnya pembaharuan umat Islam terbagi menjadi tiga pola, yaitu:
a) Pola pembaharuan berorientasi pada peradaban barat
Pola ini berpandangan bahwa kekuatan dan kemajuan yang telah
dicapai dunia. Barat merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Mereka berpegang pada pola pembaharuan barat ini
berkeyakinan bahwa kemajuan peradaban barat merupakan pengembangan
yang sebelumnya pernah berkembang di dunia Islam. Oleh sebeb itu, untuk
mengembalikan kekuatan dan kemajuan Islam, sumber dan kesejahteraan
tersebut harus dikuasai kembali.
b) Pola pembaharuan yang berorientasi pada sumber Islam murni
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam merupakan
sumber bagi kemajuan, perkembangan peradaban, dan ilmu pengetahuan
modern. Islam sudah penuh dengan ajaran-ajaran yang pada hakikatnya
mengandung potrnsi untuk membawa kemajuan, kesejahteraan, dan
kekuatan bagi umat islam. Dalam hal ini, Islam membuktikan pada masa-
masa kejayaannya.
Menurut analisa pola kedua ini, di antara sebab-sebab kelemahan
umat Islam adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran agama Islam
secara semestinya. Ajaran-ajaran Islam menjadi sumber kekuatan dan
kemajuan ditinggalkan dan menerima ajaram-ajaran Islam yang tidak
murni.
c) Pola pembaharuan berorientasi pada nasionalisme
Sebenarnya ide nasionalisme ini berasal pada baratyang memandang
bahwa setiap bangsa mempunyai potensi yang memungkinkan berkembang.
Dengan demikian, setiap bangsa memiliki sumber kekuatan masing-masing
11

yang harus dikembangkan. Bangsa Barat menjadi kuat dan maju, karena
berhasil mengembalikan potensi dan sumber kekuatan yang dimiliki dengan
kebersamaan sebagai satu bangsa. Berdasarkan rasa kebersamaan sebagai
satu bangsa itulah mereka berkembang dan bukan berdasarkan rasa
kesamaan agama yang mereka anut.
Pola pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini
didasarkan pada kenyataan bahwa umat Islam terdiri dari berbagai bangsa,
yang hidup dalam daerah dan lingkungan budaya yang berbeda-beda.
Semua itu memerlukan usaha pengembangan yang berbeda sesuai kondisi
masing-masing. Dengan asumsi bahwa ajaran Islam berlaku di segala situasi
pada segenap bangsa yang memiliki lingkungan budaya yang berbeda, maka
pandangan nasionalisme dianggap tidak bertentangan dengan Islam. Pola
pembaharuan yang berdasarkan nasionalisme ini berusaha untuk merenggut
secara berangsur-angsur mengislamkan sistem budaya bangsa yang
bersangkutan.
Berdasarkan hal di atas, jika dilihat dari pola pembaharuan Islam tersebut,
maka gagasan Muhammad ‘Abduh dalam pembaharuan lebih berorientasi pada
peradaban Barat. Terbukti dengan ungkapan dari gagasannya yang menyatakan
bahwa sebab yang membawa kemunduran Islam adalah bukan karena ajaran Islam
itu sendiri, melainkan adanya sikap jumud di tubuh umat Islam.13

13
Harun Nasution, Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Hal. 50-51.
12

BAB III
PEMBAHASAN

A. Mengenal Sosok Muhammad ‘Abduh


Muhammad ‘Abduh Nama lengkapnya Muhammad bin Abduh bin Hasan
bin Khairullah. Dia lahir di pedusunan delta Nil Mesir pada tahun 1849.
Keluarganya terkenal berpegang teguh kepada ilmu dan agama.
Ayahnya beristri dua. Muhammad ‘Abduh muda merasakan sejak dini
sulitnya hidup dalam keluarga poligami. Hal ini menjadi pokok persoalan yang dia
sampaikan di kemudian hari ketika dia menjelaskan perlunya pembaruan keluarga
dan hak-hak wanita. 14
Pada 12 tahun usianya ‘Abduh telah hafal al-Qur’an kemudian, pada ke-13
tahun usianya ia dibawa ke Tanta untuk belajar di Mesjid Ahmadi. Mesjid ini sering
disebut “Mesjid Syekh Ahmad”. Yang kedudukannya dianggap sebagai level kedua
setelah Al-Azhar dari segi menghafal dan belajar Al-Qur’an. Pelajaran di Mesjid
Ahmadi ini dia selesaikan selama 2 tahun. Namun ‘Abduh merasa tak mengerti apa-
apa. Tentang pengalamannya ini ‘Abduh menceritakan: “Satu setengah tahun saja
saya belajar di Mesjid Syeikh Ahmad dengan tak mengerti sesuatu apapun. Ini
adalah karena metodenya yang salah.
Pada saat ‘Abduh berumur 16 tahun, tepatnya pada tahun 1865, ‘Abduh
menikah dan bekerja sebagai petani. Namun hal itu hanya berlangsung selama 40
hari. Karena dia harus pergi ke Tahta untuk belajar kembali. Pamannya ‘Abduh
seorang Syeikh (guru spiritual) Darwisy Khadir – seorang sufi dari tarikat Syadzili
– telah membangkitkan kembali semangat belajar dan antusiaisme ‘Abduh terhadap
ilmu dan agama.
Syeikh ini mengajarkan kepadanya disiplin etika dan moral serta praktek
kezuhudan tarekatnya. Meski ‘Abduh tidak lama bersama Syeikh Darwisy,
sepanjang hidupnya ‘Abduh tetap tertarik kepada kehidupan ruhaniyah tasawuf.

14
Yvonne Haddad, “Muhammad Abduh: Perintis Pembaruan Islam”, dalam Ali Rahmena (ed),
Para Perintis Zaman baru Islam (Bandung: Mizan, 1998), Cet III, Hal. 36.
13

Namun kemudian dia menjadi kritis terhadap banyak bentuk lahiriyah dan ajaran
tasawuf, dank arena kemudian dia memasuki kehidupan Jamaludiin Al-Afghani.
Tahun 1866, ‘Abduh meninggalkan isteri dan keluarganya menuju Kairo
untuk belajar di Al-Azhar. Harapannya itu terpenuhi. Dia keluar kerena proses
belajar yang berlangsung menonjolkan ilmu dan hapalan luar kepalannya tanpa
pemahaman, seperti pengalamannya di Tanta. Inilah juga yang melatarbelakangi
‘Abduh ingin mengadakan pembaruan semua bidang salah satunya bidang
pendidikan.
Tiga tahun setelah ‘Abduh belajar di Al-Azhar, Jamaluddin Al-Afghani
dating ke Mesir. Segera saja ‘Abduh mulai bergabung bersamanya. Dibawah
bimbingan Al-Afghani. ‘Abduh mulai memperluas studinya sampai meliputi
filsafat dan ilmu sosial serta politik. Sekelompok pelajar muda AlAzhar bergabung
bersamanya, termasuk pemimpin Mesir di kemudian hari, Sa’d Zaghlul.
Afghani aktif memberikan dorongan kepada murid-muridnya ini untuk
menghadapi intervensi Eropa di negeri mereka dan pentingnya melihat umat Islam
sebagai umat yang satu.15 ‘Abduh memutar balik jalur hidupnya dari tasawuf yang
bersifat pantang dunia itu, lalu memasuki dunia aktivisme soio-politik.16
‘Abduh menyelesaikan studinya pada tahun 1877, dan mengajar pertama
kali di Al-Azhar. Dia mengajarkan Akhlak karya Ibn Miskawah, Muqaddimah Ibn
Khaldun, dan Sejarah Kebudayan Eropa karya Guizot yang diterjemahkan oleh
Tanthawi ke dalam bahasa Arab.
Muhammad ‘Abduh meninggal pada tanggal 11 Juli 1905. Banyaknya orang
yang memberikan hormat di kairo dan aleksanderia, membuktikan betapa besar
penghormatan orang kepada dirinya. Meskipun ‘Abduh menapat serangan sengit
karena pandangan dan tindakannya yang reformatif, terasa ada pengakuan bahwa
Mesir dan Islam merasa kehilangan atas meninggalnya seorang pemimpin yang
terkenal lemah lembut.

15
Harun Naution, Pembaharuan dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Hal. 59.
16
Albert Haurani, Arabic Thought in The Liberal Age (London: Oxford University Press, 1933),
Hal. 23.
14

B. Corak Ide Pembaharuan Muhammad ‘Abduh


Karir ‘Abduh sendiri di mulai setelah menamatkan kuliahnya pada tahun
1877, atas usaha Perdana Mentri Riadl Pasya, dia diangkat menjadi dosen di Al-
Azhar dan terus mengadakan perubahan-perubahan yang radikal sesuai dengan cita-
citanya, yaitu memasukan udara baru yang segar pada perguruan-perguruan tinggi
Islam iru, menghidupkan metode-metode baru sesuai dengan kemajuan zaman,
memperkembangkan kesuasteraan Arab sehingga dia merupakan bahasa yang hidup
kaya raya, serta melenyapkan cara-cara lama yang kolot dan fanatik.
‘Abduh memahami ajaran Islam sebagai ajaran yang tidak statis di dalam
menghadapi perkembangan zaman. Suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa
‘Abduh mewariskan ide-ide pembaruan yang amat berpengaruh di seluruh dunia
Islam. Harun Nasution mengungkapkan setidaknya ada enam ide pembaruan yang
dikedepankan oleh Muhammad ‘Abduh, yakni: Pertama, ijtihad dihidupkan
kembali sebagai penghapusan sikap taklid; kedua, kekuatan akal yang berfungsi
untuk melaksanakan ide yang pertama; ketiga, menentang sifat jumud atau statis
yang membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha; keempat, Islam tidak
bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern; karenanya kelima, kurikulum
pendidikan perlu diperbaiki.17 Sedangkan yang terakhir adalah pemikirannya
tentang politik. 18Untuk lebih jelas, ide-ide pembaharuan Muhammad ‘Abduh akan
dijelaskan sebagai berikut.
a) Pembaharuan Bidang Agama
Terdapat beberapa ide pembaharuan ‘Abduh dalam bidang agama,
yaitu sebagai berikut: pertama, ‘Abduh mengatagorikan ajaran-ajaran yang
terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadits menjadi dua kategori, yaitu Ibadah
dan Muamalah. Kedua, konsep perkawinan menurut ‘Abduh hanya satu atau
tidak berpoligami, jika tidak mampu berbuat adil secara lahir dan
batin.19Ketiga, menentang hal-hal bid’ah yang menyimpang terhadap

17
Harun Nasution, Ditunjau dari berbagai Aspeknya Jilid III, 98-99.
18
Ismail Ahmad, Amri, and Qomar, Pemikiran Modern Dalam Islam: Konsep, Tokoh Dan
Organisasi, 34.
19
Taufiq Huda, dan Maudah, Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Modernisme Islam, Hal 96.
15

akidah. Keempat, menentang perbuatan sogok menyogok atau suap


menyuap. Karena perbuatan yang buruk membahayakan agama dan Negara
karena dianggap sebagai perbuatan yang hina dan keji. Kelima, menentang
perbuatan yang tidak memperhatikan kemaslahatan umum. Keenam,
menentang sifat kikir dan boros yang dilakukan umat manusia.20
b) Pembaharuan Bidang Hukum
Dalam bidang hukum, menurut ‘Abduh hukum itu ada dua macam,
yaitu pertama, hukum yang bersifat absolut yang teksnya terdapat dala Al-
Qur’an dan perinciannya terdapat dalam hadit, dan kedua, hukum yang tidak
bersifat absolut dan tidak terikat pada konsesus ulama.21
c) Pembaharuan Bidang Politik
Dalam budang politik, ‘Abduh berusaha membangkitkan kesadaran
rakyat akan hak-haknya. Dan untuk mencapai keadilan dan rasa tanggung
jawab dalam pemerintahan maka harus melaksanakan musyawarah.22
d) Pembaharuan Bidang Pendidikan
Ide pembaharuan ‘Abduh dalam bidang pendidikan bukan hanya
pengajaran dengan sesuatu yang benar, tapi pendidikan harus didasarkan
pada agama Islam, sehingga akan timbul jiwa kebersamaan yang mengatasi
kepentingan pribadi.
Demikianlah ide-ide pembaharuan ‘Abduh yang mencakup bidang agama,
huku, politik dan pendidikan. Melalui ide-ide pembaharuan tersebut, kemudian
abduh dikenal sebagai seorang sarjana pendidik, mufti,’alim, teolog dan pembaharu
dunia Islam. 23
Oleh sebab itulah ‘Abduh digolongkan sebagai kaum modernis,
yakni orang yang paling cepat tanggap merespon perkembangan yang terjadi dan
sekaligus direspon oleh masyarakat sekitarnya.24

20
Ibid, 96
21
Ibid, 98
22
Ibid, 99
23
M. Abdul Wahid, “Teologi Muhammad Abduh”, (Al-Fikr: 2020), Hal. 84
24
Mursyid Fikri, ‘Rasionalisme Descrates dan Implikasinya terhadap pemikiran pembaharuan
Islam Muhammad Abduh’, Tarbawi 2018 74
16

C. Relevansinya Dengan Studi Islam Kontemporer


Dalam konteks Indonesia, pengaruh pemikiran ‘Abduh berawal dari para
mahasiswa Indonesia yang pernah belajar di Mesir secara langsung yang
bersentuhan dengan atus pembaharuan di sana. Tercatatlah Nama Syaikh Thahir
Jamaludin dan Haji Abdullah Ahmad. Melalui kedua orang inilah, ide-ide
pembaharuan ‘Abduh tersebar di Indonesia melalui majalh mereka terbitkan yaitu
majalah al-imam dan majalah al-munir. Begitu pula dengan KH. Ahmad Dahlan
dan Ahmad Syukarti, dua ulama yang dikenal sebagai pendiri dua organisasi Islam
di Indonesia yauitu Muhammadiyah dan Al-Irsyad. Kedua ulama di atas termaasuk
ulama yang pernah berkenalan dengan ide-ide pembaharuan Muhammad ‘Abduh.
Gerakan pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abduh juga banyak
dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya. Terutama setelah
berkembangnya ilmu pengetahuan dan pemdidikan di Mesir. Sebagaimana Mesir,
pada saat ini banyak studi-studi terkait ilmu pengetahuan umum, seperti kedokteran,
artistektue, sains dan teknik. Mencerminkan hasil dari pembaharuan yang dilakukan
Muhammad’Abduh.25
Pemikiran inilah yang mendorong adanya gagasan tentang pengembangan
Universitas yang mencakup bukan hanya fakultas-fakultas agama, tapi juga
fakultas-fakultas umum dengan corak epistimologi keilmuan dan etika moral
keagamaan yang integralistik.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, smeskipun Muhammad ‘Abduh
dan kawan-kawannya melakukan pembaruan tapi tidak menutup kemungkinan
seluruh aktivitasnya dikatakan telah mengangkat citra Islam dan kualitas umatnya
dari keterpurukan dan keterbelakanngan. Dia adalah seorang mujtahid sekaligus
mujadid pada masanya.

25
Fatimatur Rusyidiyah, Aliran Dan Paradigma Pemikiran Pendidikan Agama Islam
Kontemporer, 196-196
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pertama, ide-ide pembaruan Muhammad Abduh meliputi empat bidang,
yakni agama, hukum, politik, dan pendidikan. Gerakan pembaruan
Muhammad Abduh berangkat dari keprihatinannya terhadap kejumudan
berpikir dan tradisi taklid yang terdapat pada tubuh umat Islam. Maka
Abduh melontarkan gagasan untuk kembali kepada ajaran agama Islam
yang murni, yakni Al-Qur‘an dan Hadis. Tidak hanya itu, Abduh mengajak
umat Islam harus mampu mengadakan reinterpretasi secara kritis nilai
ajaran Al-Qur‘an dan Hadis terhadap masalah-masalah agama dalam
kehidupan umat Islam sekarang.
2. Kedua, berdasarkan pembacaan terhadap pemikiran Muhammad yang
ditulis oleh para peneliti sebelumnya, maka diperoleh simpulan tentang
implikasinya terhadap studi-studi Islam kontemporer: seperti pembaruan
yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan gerakan pemberantasan
taklid, bid‘ah, dan khurafat. Sementara di dunia akademisi, nama Amin
Abdullah muncul sebagai sosok yang berani merekonstruksi paradigma
Perguruan Tinggi Agama Islam, dari IAIN atau STAIN menjadi UIN.
B. Saran-saran
Maka dari itu penulis memberi saran pembaca terutama jika dilihat dari pola
pembaharuan Islam tersebut, maka gagasan Muhammad ‘Abduh dalam
pembaharuan lebih berorientasi pada peradaban Barat. Terbukti dengan ungkapan
dari gagasannya yang menyatakan bahwa sebab yang membawa kemunduran Islam
adalah bukan karena ajaran Islam itu sendiri, melainkan adanya sikap jumud di
tubuh umat Islam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Maslina Daulay, Inovasi Pendidikan Islam Muhammad Abduh, (Jakarta: Bulan Bintang,
2013).
Muhammad Yamin, Agus Haryanto, Teori Pembangunan Internasional, (Yogyakarta:
Pustaka Ilmu, 2017).
Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008).
Harun Naution, Pembaharuan dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
Albert Haurani, Arabic Thought in The Liberal Age (London: Oxford University Press,
1933).
Yvonne Haddad, “Muhammad Abduh: Perintis Pembaruan Islam”, dalam Ali Rahmena
(ed), Para Perintis Zaman baru Islam (Bandung: Mizan, 1998).
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam Di MInangkabau, (Jakarta: Pustaka Pustazet Perkasa,
1988).
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004).
Fatimatur Rusyidiyah, Aliran Dan Paradigma Pemikiran Pendidikan Agama Islam
Kontemporer.
M. Abdul Wahid, “Teologi Muhammad Abduh”, (Al-Fikr: 2020).
Mursyid Fikri, ‘Rasionalisme Descrates dan Implikasinya terhadap pemikiran
pembaharuan Islam Muhammad Abduh’, Tarbawi 2018.
Ismail Ahmad, Amri, and Qomar, Pemikiran Modern Dalam Islam: Konsep, Tokoh Dan
Organisasi.
1
Taufiq Huda, dan Maudah, Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Modernisme Islam.
CURICULUM VITAE

NAMA : MOCH. MUKHLIS ALPARIZI


TTL : TANGERANG, 08 JUNI 2003
ALAMAT : KP. KRONJO RT.001/01 KEC. KRONJO KAB.
TANGERANG - BANTEN
DOMISILI : SOROWAJAN BARU – DEMANGAN – KOTA
YOGTAKARTA
EMAIL : mochammadmukhlisalparizi@gmail.com
CONTACT : 085715073482

PENDIDIKAN FORMAL
SD : SDN KRONJO III
SMP/MTS : MTS DAARUL AHSAN
SMA/MAN : SMA DAARUL AHSAN
P. TINGGI : UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

PENGALAMAN ORGANISASI
INTERNAL HMI
KOMISARIAT : KOM. FAK. DAKWAH DAN KOMUNIKASI
CABANG YOGYAKARTA
TRAINING : LK 1 DI KOMISARIAT FAKULTAS 2021
JABATAN : KETUA BIDANG P3A (2022-2023)

EKSTERNAL HMI
ORGANISASI : UKM JQH AL-MIZAN (KALIGRAFI)
SORBAN (SCOOTER ORANG BANTEN)
KOMUNITAS LOGIKA FILSAFAT

MOTTO HIDUP
“KUN KAL BELUT, WALA TAKUN KAL CECURUT”

Anda mungkin juga menyukai