MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Intermadiate Trainning (LK 2)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Koordinator Komisariat Walisongo
Cabang Semarang
Disusun oleh:
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan
nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “KONSEP PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH
DAN RELEVANSINYA DALAM STUDI ISLAM“ diajukan sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti Intermediate Training (Latihan Kader 2) yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Koordinator Komisariat
Walisongo Cabang Semarang.
Sholawat beserta salam semoga tetap di curahkan kepada nabi akhir zaman
habibina Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarga dan sahabat yang telah
menuntun umat islam kejalan yang lurus.
Tak lupa pula bahwa dalam mengasuh makalah ini banyak pihak yang
membantu penulis dapat menyelesaikan makalah ini oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada kanda-kanda dan yunda-yunda HMI Komisariat
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Cabang Yogyakarta yang telah membimbing
dan membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan
proses penulisan makalah ini dengan lancar dan baik.
Penulis menyadari dalam penulisan Makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karna itu, Penulis harapkan kritik dan saran yang membangun
dari pada pembaca guna perbaikan penulisan makalah berikutnya dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah........................................................................... 5
D. Perumusan Masalah............................................................................. 5
E. Tujuan dan Manfaat Penulisan............................................................ 5
F. Sistematika Penulisan.......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembaharuan..................................................................... 7
B. Kondisi Perkembangan Islam Pada Periode Modern.......................... 8
C. Pola Pembaharuan Islam Modern........................................................ 10
BAB III PEMBAHASAN
A. Mengenal Sosok Muhammad ‘Abduh................................................. 12
B. Corak Ide Pembaharuan Muhammad ‘Abduh..................................... 14
C. Relevansinya Dengan Studi Islam Kontemporer................................. 16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 17
B. Saran Saran .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Maslina Daulay, Inovasi Pendidikan Islam Muhammad Abduh, (Jakarta: Bulan Bintang, 2013)
Hlm. 78
1
2
Sedangkan pada sisi yang lain umat Islam mulai asyik dan menikmati
ajaran-ajaran Islam yang telah final dan telah dihasilkan oleh ulama-ulama pada
masa Shahabat dan Tabi’in sehingga semuanya merasa sudah tercantumkan,
manusia tinggal melaksanakan, tidak ada penafsiran baru, dan sepertinya pintu
pembaharuan telah tertutup.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan barat pada abad ke-18
jauh lebih maju apabila dibandingkan dengan kebudyaan Islam, sehingga dengan
mudah menguasai dunia Islam. Dengan adanya peristiwa diatas antara Islam dan
Barat, umat Islam abad ke-19 mulai sadar bahwa mereka telah mengalami
kemunduran dibanding Barat.2
Padahal agama Islam dalam perkembangan masyarakat dan lingkungan
kultural yang dinamis, dituntut mampu memberi rumusan-rumusan berupa cara
bertindak dalam berbagai lingkup kehidupan. Disinilah tugas para cendikiawan
muslim pembaharu yang harus melahirkan refleksi dan pemikiran untuk merespon
dan menyelesaikan berbagai permasalahan agama, budaya, politik dan etika umat
Islam di era modern secara kreatif, produktif dan kontributif. Upaya-upaya ini
dilakukan dalam rangka melahirkan ide-ide dan pemikiran yang mempu
merelevansikan doktrin islam dengan zaman. Kefakuman eksistensial
pembaharuan dalam peta pemikiran Islam akan membawa citra Islam menjadi
agama yang non universal dan non solutif bagi progresivitas zaman.3
Namun, patut direnungkan bahwa islam diturunkan oleh Allah untuk
mengatur kehidupan manusia di dunia, bahkan salah satu karakteristik konsep
islam adalah bersifat universal (Sayid Qutb: 1990). Sehingga islam tidak akan
membelenggu manusia untuk bersikap maju, akan tetapi berpedoman pada ajaran
islam.
2
Harun Nasution, Islam ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid III (Jakarta: UI Press, 2015), Hal.
68.
3
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi atas Pemikiran Hukum
Fazlur Rahman, (Bandung: Mizan, 1996), Hal. 38.
3
Dari fakta tersebut, ulama Islam pada masa itu mencoba merenungkan apa
yang seharusnya dilakukan kaum Muslim agar dapat meraih kembali kemajuan
yang pernah dicapainya. Gagasan dan ide-ide pembaharuan menjulat diberbagai
ruang diskusi baik terbuka maupun tertutup. Kesadaran tersebut semakin kuat
setelah melahirkan gagasan konkrit dalam menghadapi permasalahan umat Islam.
Salah satu tokoh pembaharu Islam adalah Muhammad Abduh.
Muhammad Abduh (1849-1905 M) adalah seorahng tokoh Islam yang
monumental dan bersemangat melakukan pembaharuan bagi dunia Islam. Usaha-
usaha pembaharuan yang dilakukannya mempunyai dampak yang luas dan sangat
menentukan bagi perjalanan mutakir sejarah Islam.4 Dampak yang signifikan
dalam berbagai tatanan kehidupan pemikiran masyarakat yaitu meliputi aspek
penafsiran Al-Qur’an, pendidikan, sosial masyarakat, politik, peradaban dan
sebagainya. Menurut Maryam Jameelah, prestasi Muhammad Abduh tak dapat
diabaikan begitu saja. Pengaruh yang jelas dari jasa-jasanya dapat dirasakan
beberapa dasawarsa setelah wafatnya. Beberapa pemikirannya yang dapat
dipengaruhi sebagian besar negarawan, pendidik dan seniman yang dikembangkan
oleh murid-murid dari para pengikutnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. 5
Ide-ide pokok pembaharuannya berangkat dari asumsi dasar bahwa
semangat rasional harus mewarnai sikap pikir masyarakat dalam memahami ajaran
isalm. Jika semangat ini dapat ditumbuhkan, maka ketergantungan pada nasib itu
yang sudah melekat pada diri masyarakat dengan mudah dikikis sehingga akan
tumbuh sikap dan paradigma baru dalam Islam.6
Bila orang mengikuti jalan pemikiran Muhammad ‘Abduh dalam seluruh
karyanya, maka orang akan tahu bahwa ia sangat berkepentingan untuk
membangun kembali kesadaran umat Islam akan tanggung jawab menjaga
khazanah keilmuan islam dengan pondasi intelektual yang kokoh. Pondasi ini
4
Nurcholis Majdid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1993) cet. XI
5
Maryam Jameelah, Islam dan Modernisme, alih bahasa , A. Jaenuri dan Syafiq A. Mugni,
(Surabaya: Usaha Nasional )
6
Taufiq, Huda dan Maudah, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam, 95.
4
hanyalah mungkin diciptakan bila Al-Qur’an Sunnah dan ijtihad sebagai sumber
ajaran Islam yang sempurna dipahami secara utuh dan padu. 7
Pemahaman yang benar dan utuh ini harus dikerjakan melalui konsep
pemikiran yang maju, yang dapat dipertanggungjawabkan secara agama dan ilmu.
Adapun alasannya mengapa penulis mengambil tema ini menurut pemikiran
Muhammad ‘Abduh, karena beliau adalah sosok pemikir kontemporer yang dapat
memberikan solusi terhadap perkembanagn Islam modern dan juga karena ijtihad
pemikirannya yang sangat relevan dengan kehidupan masa kini.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pembaharuan paradigma
Islam tersebut, maka konsep pemikiran Muhammad Abduh tentang pembaharuan
dan relevansinya terhadap Islam di era kontemporer menjadi sangat menarik dan
penting untuk dikaji lebih dalam mengenai ide-ide beliau sebagai salah satu
khazanah islam. Maka dari itu penulis sangat tertarik untuk mengkaji pemikiran
Muhammad Abduh yang akan dituangkan ke dalam bentuk Makalah dengan judul,
“PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM DALAM MENJAWAB
TANTANG PERKEMBANGAN ZAMAN: KONSEP PEMIKIRAN
PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH DAN RELEVANSINYA DALAM
STUDI ISLAM”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas pada
penulisan Makalah ini, penulis merasa perlu mengidentifikasikan masalah. Maka
dari penjelasan diatas, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terkait
dengan pembahasan ini, diantaranya:
1. Terdapat hubungan yang serasi antara agama dan ilmu pengetahuan.
2. Keterbelakangan umat Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
dikarenakan belum adanya pembaharuan dalam bidang pendidikan.
7
Mohammad, Dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Insani, 2006)
Hal. 228
5
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan bahwa pada masa
modern ini, Islam masih dihadapkan kepada beberapa problematika yang
konservatif. Agar masalah yang di teliti lebih terarah dan tidak keluar dari jalur
pembahasan, karena itu sepengetahuan penulis pemikiran atau ide-ide Muhammad
‘Abduh itu cukup beragam bidang terutama dibidang pendidikan. Selain itu, penulis
memberi batasan masalahnya sebagai berikut:
a) Usaha Muhammad Abduh menjadikan Islam sejalan dengan perkembangan
Zaman dan mampu menjawab tantangannya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi seperti diatas, maka perumusan
masalah yang diajukan adalah:
1. Bagaimana sosok keperibadian Muhammad ‘Abduh?
2. Bagaimana Konsep Pemikiran yang digagas oleh Muhammad ‘Abduh?
3. Sejauh mana dampak dan pengaruh atau relevansinya terhadap dunia Islam?
E. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menemukan kurang lebih sedikit
pembahasan yang menyikapi ulang atas perumusan masalah diatas tentang
pemikiran pemaharuan Muhammad Abduh dan relevansinya terhadap studi Islam.
Selain itu tujuannya diajukan untuk melengkapi salah satu syarat dalam
mengikuti Intermediate Training (Latihan Kader 2) Himpinan Mahasiswa Islam
(HMI) Kordinator komisariat Walisongo Cabang Semarang.
F. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari kepenulisan Makalah ini setidaknya:
6
G. Sistematika Penulisan
Agar memudahkan penulis dalam membahas Makalah ini, penulis menyusun
secara sistematis 4 (empat) bab pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang
masalah, perumusan masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI, Pengertian Pembaharuan, Kondisi
Perkembangan Islam Pada Periode Modern, Pola
Pembaharuan Islam Modern.
BAB III : PEMBAHASAN, mengenal sosok Muhammad ‘Abduh,
corak ide pembaharuan Muhammad ‘Abduh, relevansinya
dengan studi Islam kontemporer.
BAB IV : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembaharuan
Dalam bahasa Indonesia kata pembaharuan selalu dipakai dengan kata
modern, modernisasi dan modernism, seperti halnya yang terdapat umpamanya
dalam “aliran-aliran modern dalam Islam” dan islam modernisasi”. Modernisme
dalam masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya, untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
Melihat berbagai definisi yang ada, Suryono (2010:128-129)
mengatagorikan definisi modernisasi kedalam 4 pakar pemikiran. Ia melihat bahwa
terdapat 4 pakar yang mendefinisikan modernitas yaitu Pakar Ekonomi, Pakar
Sosiologi, Pakar Politik dan Pakar Psikologi. Oleh sebab itu, Suryono
menyimpulkan bahwa modernisasi menurut pakar ekonomi diinterpretasikan
berdasarkan model-model pertumbuhan yang berisikan indeks-indeks serta
indikator ekonomi seperti standar hidup, pendapatan perkapita dan lain-lainnya.
Sedangkan pakar politik melihat modernisasi dianalisis sebagai dengan proses
politik di suatu Megara, pergolakan sosial yang terjadi dan hubungan antara
kelembagaan di dalam Negara tersebut. Adapun secara sosial, para pakar
mendefinisikan modernitas sebagai sebuah proses transformasi masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern. Adapun secara Psikologis, para pakar
psikologis memandang proses modernisasi adalah proses di mana terjadi perubahan
sikap dan tingkah laku yang memprakarsai dan menopang perkembangan sosio-
ekonomis. 8
Menurut Abdul Rahman Saleh dalam Armai Arief, pembaharuan biasanya
dipergunakan sebagai proses perubahan untuk memperbaiki keadaan yang ada
8
Muhammad Yamin, Agus Haryanto, Teori Pembangunan Internasional, (Yogyakarta: Pustaka
Ilmu, 2017) Hal. 54
7
8
9
sebelumnya ke cara atau situasi dan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan L. Stoddard menyatakan bahwa pembaharuan dapat disamakan artinya
dengan reformasi. Menurutnya, pembaharuan adalah reformation is radical change
for better in social, political or religious affair (perubahan secara radikal kea rah
yang lebih baik dalam bidang sosial, politik, maupun masalah-masalah
keagaman).10
Kaum orientalis yang sejak lama mengadakan studi tentang Islam dan umat
Islam, mempelajari perkembangan modern. Tersebut. Hasil penyelidikan itu pada
mulanya mereka siarkan dalam bentuk artikel di majalah-majalah ilmiah seperti
Muslim Word, Studia Islamica, Revue du Monde Musulman, Die Welt de Islam, dan
lain sebagainnya, dan kemudian dalam buku seperti Islam and Modernism in Egypt,
yang dikarang oleh CC Adams Smith di tahun 1943, Modern Reends in Islam, yang
disusun oleh H.AR. Gibb di tahun 1946, dan sebagainya.
Hasil penyidikan kaum orientalis barat ini segera melimpah ke dunia Islam.
Kaum terpelajar Islam mulailah pula memusatkan perhatian pada perkembangan
modern dan Islam dan kata modernism pun mulai pula diterjemahkan ke dalam
bahasa-bahsa yang dipakai dalam Islam seperti al-tajdid dalam bahasa arab dan
pembaharuan dalam bahasa Indonesia.
9
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam Di MInangkabau, (Jakarta: Pustaka Pustazet
Perkasa, 1988), Hal. 19
10
Ibid.,h. 19.
11
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) Hal. 187.
9
12
Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Hal. 173
10
melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada
kemajuan.
yang harus dikembangkan. Bangsa Barat menjadi kuat dan maju, karena
berhasil mengembalikan potensi dan sumber kekuatan yang dimiliki dengan
kebersamaan sebagai satu bangsa. Berdasarkan rasa kebersamaan sebagai
satu bangsa itulah mereka berkembang dan bukan berdasarkan rasa
kesamaan agama yang mereka anut.
Pola pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini
didasarkan pada kenyataan bahwa umat Islam terdiri dari berbagai bangsa,
yang hidup dalam daerah dan lingkungan budaya yang berbeda-beda.
Semua itu memerlukan usaha pengembangan yang berbeda sesuai kondisi
masing-masing. Dengan asumsi bahwa ajaran Islam berlaku di segala situasi
pada segenap bangsa yang memiliki lingkungan budaya yang berbeda, maka
pandangan nasionalisme dianggap tidak bertentangan dengan Islam. Pola
pembaharuan yang berdasarkan nasionalisme ini berusaha untuk merenggut
secara berangsur-angsur mengislamkan sistem budaya bangsa yang
bersangkutan.
Berdasarkan hal di atas, jika dilihat dari pola pembaharuan Islam tersebut,
maka gagasan Muhammad ‘Abduh dalam pembaharuan lebih berorientasi pada
peradaban Barat. Terbukti dengan ungkapan dari gagasannya yang menyatakan
bahwa sebab yang membawa kemunduran Islam adalah bukan karena ajaran Islam
itu sendiri, melainkan adanya sikap jumud di tubuh umat Islam.13
13
Harun Nasution, Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Hal. 50-51.
12
BAB III
PEMBAHASAN
14
Yvonne Haddad, “Muhammad Abduh: Perintis Pembaruan Islam”, dalam Ali Rahmena (ed),
Para Perintis Zaman baru Islam (Bandung: Mizan, 1998), Cet III, Hal. 36.
13
Namun kemudian dia menjadi kritis terhadap banyak bentuk lahiriyah dan ajaran
tasawuf, dank arena kemudian dia memasuki kehidupan Jamaludiin Al-Afghani.
Tahun 1866, ‘Abduh meninggalkan isteri dan keluarganya menuju Kairo
untuk belajar di Al-Azhar. Harapannya itu terpenuhi. Dia keluar kerena proses
belajar yang berlangsung menonjolkan ilmu dan hapalan luar kepalannya tanpa
pemahaman, seperti pengalamannya di Tanta. Inilah juga yang melatarbelakangi
‘Abduh ingin mengadakan pembaruan semua bidang salah satunya bidang
pendidikan.
Tiga tahun setelah ‘Abduh belajar di Al-Azhar, Jamaluddin Al-Afghani
dating ke Mesir. Segera saja ‘Abduh mulai bergabung bersamanya. Dibawah
bimbingan Al-Afghani. ‘Abduh mulai memperluas studinya sampai meliputi
filsafat dan ilmu sosial serta politik. Sekelompok pelajar muda AlAzhar bergabung
bersamanya, termasuk pemimpin Mesir di kemudian hari, Sa’d Zaghlul.
Afghani aktif memberikan dorongan kepada murid-muridnya ini untuk
menghadapi intervensi Eropa di negeri mereka dan pentingnya melihat umat Islam
sebagai umat yang satu.15 ‘Abduh memutar balik jalur hidupnya dari tasawuf yang
bersifat pantang dunia itu, lalu memasuki dunia aktivisme soio-politik.16
‘Abduh menyelesaikan studinya pada tahun 1877, dan mengajar pertama
kali di Al-Azhar. Dia mengajarkan Akhlak karya Ibn Miskawah, Muqaddimah Ibn
Khaldun, dan Sejarah Kebudayan Eropa karya Guizot yang diterjemahkan oleh
Tanthawi ke dalam bahasa Arab.
Muhammad ‘Abduh meninggal pada tanggal 11 Juli 1905. Banyaknya orang
yang memberikan hormat di kairo dan aleksanderia, membuktikan betapa besar
penghormatan orang kepada dirinya. Meskipun ‘Abduh menapat serangan sengit
karena pandangan dan tindakannya yang reformatif, terasa ada pengakuan bahwa
Mesir dan Islam merasa kehilangan atas meninggalnya seorang pemimpin yang
terkenal lemah lembut.
15
Harun Naution, Pembaharuan dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Hal. 59.
16
Albert Haurani, Arabic Thought in The Liberal Age (London: Oxford University Press, 1933),
Hal. 23.
14
17
Harun Nasution, Ditunjau dari berbagai Aspeknya Jilid III, 98-99.
18
Ismail Ahmad, Amri, and Qomar, Pemikiran Modern Dalam Islam: Konsep, Tokoh Dan
Organisasi, 34.
19
Taufiq Huda, dan Maudah, Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Modernisme Islam, Hal 96.
15
20
Ibid, 96
21
Ibid, 98
22
Ibid, 99
23
M. Abdul Wahid, “Teologi Muhammad Abduh”, (Al-Fikr: 2020), Hal. 84
24
Mursyid Fikri, ‘Rasionalisme Descrates dan Implikasinya terhadap pemikiran pembaharuan
Islam Muhammad Abduh’, Tarbawi 2018 74
16
25
Fatimatur Rusyidiyah, Aliran Dan Paradigma Pemikiran Pendidikan Agama Islam
Kontemporer, 196-196
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pertama, ide-ide pembaruan Muhammad Abduh meliputi empat bidang,
yakni agama, hukum, politik, dan pendidikan. Gerakan pembaruan
Muhammad Abduh berangkat dari keprihatinannya terhadap kejumudan
berpikir dan tradisi taklid yang terdapat pada tubuh umat Islam. Maka
Abduh melontarkan gagasan untuk kembali kepada ajaran agama Islam
yang murni, yakni Al-Qur‘an dan Hadis. Tidak hanya itu, Abduh mengajak
umat Islam harus mampu mengadakan reinterpretasi secara kritis nilai
ajaran Al-Qur‘an dan Hadis terhadap masalah-masalah agama dalam
kehidupan umat Islam sekarang.
2. Kedua, berdasarkan pembacaan terhadap pemikiran Muhammad yang
ditulis oleh para peneliti sebelumnya, maka diperoleh simpulan tentang
implikasinya terhadap studi-studi Islam kontemporer: seperti pembaruan
yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan gerakan pemberantasan
taklid, bid‘ah, dan khurafat. Sementara di dunia akademisi, nama Amin
Abdullah muncul sebagai sosok yang berani merekonstruksi paradigma
Perguruan Tinggi Agama Islam, dari IAIN atau STAIN menjadi UIN.
B. Saran-saran
Maka dari itu penulis memberi saran pembaca terutama jika dilihat dari pola
pembaharuan Islam tersebut, maka gagasan Muhammad ‘Abduh dalam
pembaharuan lebih berorientasi pada peradaban Barat. Terbukti dengan ungkapan
dari gagasannya yang menyatakan bahwa sebab yang membawa kemunduran Islam
adalah bukan karena ajaran Islam itu sendiri, melainkan adanya sikap jumud di
tubuh umat Islam.
17
DAFTAR PUSTAKA
Maslina Daulay, Inovasi Pendidikan Islam Muhammad Abduh, (Jakarta: Bulan Bintang,
2013).
Muhammad Yamin, Agus Haryanto, Teori Pembangunan Internasional, (Yogyakarta:
Pustaka Ilmu, 2017).
Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008).
Harun Naution, Pembaharuan dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
Albert Haurani, Arabic Thought in The Liberal Age (London: Oxford University Press,
1933).
Yvonne Haddad, “Muhammad Abduh: Perintis Pembaruan Islam”, dalam Ali Rahmena
(ed), Para Perintis Zaman baru Islam (Bandung: Mizan, 1998).
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam Di MInangkabau, (Jakarta: Pustaka Pustazet Perkasa,
1988).
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004).
Fatimatur Rusyidiyah, Aliran Dan Paradigma Pemikiran Pendidikan Agama Islam
Kontemporer.
M. Abdul Wahid, “Teologi Muhammad Abduh”, (Al-Fikr: 2020).
Mursyid Fikri, ‘Rasionalisme Descrates dan Implikasinya terhadap pemikiran
pembaharuan Islam Muhammad Abduh’, Tarbawi 2018.
Ismail Ahmad, Amri, and Qomar, Pemikiran Modern Dalam Islam: Konsep, Tokoh Dan
Organisasi.
1
Taufiq Huda, dan Maudah, Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Modernisme Islam.
CURICULUM VITAE
PENDIDIKAN FORMAL
SD : SDN KRONJO III
SMP/MTS : MTS DAARUL AHSAN
SMA/MAN : SMA DAARUL AHSAN
P. TINGGI : UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
PENGALAMAN ORGANISASI
INTERNAL HMI
KOMISARIAT : KOM. FAK. DAKWAH DAN KOMUNIKASI
CABANG YOGYAKARTA
TRAINING : LK 1 DI KOMISARIAT FAKULTAS 2021
JABATAN : KETUA BIDANG P3A (2022-2023)
EKSTERNAL HMI
ORGANISASI : UKM JQH AL-MIZAN (KALIGRAFI)
SORBAN (SCOOTER ORANG BANTEN)
KOMUNITAS LOGIKA FILSAFAT
MOTTO HIDUP
“KUN KAL BELUT, WALA TAKUN KAL CECURUT”