Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan reproduksi merupakan bagian paling penting dalam program

kesehatan, kesehatan reproduksi mempunyai pengaruh terhadap aspek kehidupan yaitu

sejak dalam kandungan sampai ia berusia lanjut. Beberapa penyakit ginekologi dan

gangguan kesehatan reproduksi merupakan masalah yang serius seperti gangguan

kemandulan, keputihan, kanker rahim, menstruasi(Sari, 2020)

Menurut laporan World Health Organization (WHO) prevalensi gangguan siklus

menstruasi pada wanita sekitar 45% (2012). Prevalensi rata-rata wanita umur 10-19 tahun

yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur di Indonesia sebesar13,7%, sementara

prevalensi di DKI Jakarta mencapai 17,2%. Persentase tertinggi haid tidak teratur

terdapat di daerah Gorontalo 23,3% dan terendah di Sulawesi Tenggara 8,7%, sedangkan

di Maluku Utara sebesar 15,7%. Siklus haid dalam satu tahun terakhir di Provinsi

Lampung wanita berusia 10-59 tahun melaporkan 72,1% haid teratur, 8,4 belum haid dan

8,8% haid tidak teratur(Riskerdas, 2018)

Gangguan menstruasi memerlukan evaluasi yang seksama karena gangguan

menstruasi yang tidak ditangani dapat mempengaruhi kualitas hidup dan aktivitas sehari-

hari. Pada sebuah studi yang dilakukan terhadap mahasiswa didapatkan data bahwa

sindrom pramenstruasi (67%) dan dismenorea (33%) merupakan keluhan yang dirasakan

paling mengganggu. Efek gangguan menstruasi yang dilaporkan antara lain waktu

istirahat yang memanjang (54%) dan menurunnya kemampuan belajar (50%)(Setiawati,

2015). Menstruasi adalah fenomena alam yang melibatkan keluarnya darah dari rahim
melalui vagina, terjadi kurang lebih secara teratur setiap bulan interval selama masa

reproduksi wanita(Fitriani & Hapsari, 2022)

Normal menstruasi pertama kali terjadi pada remaja antara usia 11 hingga 14

tahun, dengan jangka 3 hari hingga 7 hari dan panjang siklus normal 24 hingga 35 hari

dengan rata-rata kehilangan darah 20-80 ml. Pola siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh

usia, tingkat stres, obat- obatan dan alat kontrasepsi dalam rahim, kehamilan dan

gangguan kehamilan, serta kelainan genetik(Fitriani & Hapsari, 2022)

Pada usia remaja seringkali rawan terhadap stres perubahan psikologis seperti

emosi yang tidak stabil sehingga dapat mempengaruhi remaja dalam menghadapi dan

memecahkan masalah yang sedang dialami. Keadaan emosi yang selalu berubah- ubah

akan menyebabkan remaja sulit memahami diri sendiri dan akan mendapatkan jalan yang

buntu. Apabila masalah tidak ditangani secara benar, maka akan menimbulkan stres pada

remaja, namun berbeda dengan usia dewasa yaitu perubahan pada perilaku emosionalnya

dan lebih mampu mengontrol stres sehingga bisa mencegah terjadinya stres yang lebih

berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan teori (Sa’id, 2015, 54) dimana pada usia dewasa

Mengalami banyak perubahan kognitif, emosional dan sosial, mereka berpikir lebih

kompleks, sehingga mampu mengendalikan terjadinya stres dan mampu mencegah

terjadinya stres secara berkelanjutan(wahyuningsih, 2018)

Pada siswi yang menghadapi atau menjalani pendidikan yang terlalu padat yang

sangat melelahkan, tugas yang banyak merupakan faktor pemicu stres sehingga

menyebabkan menstruasi tidak teratur (Delvia & Azhari, 2020) Stres merupakan respon

tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap tuntutan beban yang merupakan respon

fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan
mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stresor)(Setiawati, 2015). Stres yang

berkelanjutan dapat menyebabkan depresi yaitu apabila sense of control atau kemampuan

untuk mengatasi stres pada seseorang kurang baik. (Setiawati, 2015)

stres digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan

intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respon fisiologis, perilaku dan subjektif

terhadap stresor, konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus

yang membuat stres, semua sebagai suatu system. Dalam pengaruhnya terhadap siklus

menstruasi, stres melibatkan system neuroendokrinologi sebagai system yang besar

peranannya dalam reproduksi wanita(Angrainy et al., 2020)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Fadillah et al., 2022) 43

responden dengan tingkat stress berat, sebanyak 35 (38,9%) responden memiliki siklus

menstruasi tidak normal dan 8 (8,9%) responden normal. Dari 39 responden dengan

tingkat stress sedang, sebanyak 23 (25,6%) memiliki sikus menstruasi tidak normal dan

16 (17,8%) dengan sikus menstruasi normal. Dari 8 responden dengan tingkat stress

rendah, sebanyak 3 (3,3%) responden memiliki siklus menstruasi tidak normal dan 5

(5,6%) normal. Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,025yang berarti <α (0,05), maka

Maka H0 ditolak dan Ha diterima dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat

stress dengan siklus menstruasi pada siswi SMA N 12 Depok. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh (Angrainy et al., 2020) 80 responden, sebagian besar responden memiliki

tingkat stress yang sedang dengan Siklus Menstruasi yang pendek yaitu sebanyak 16

orang (20,0%). Hasil uji chi sqaure diperoleh p.value = 0,012 < 0,05 yang artinya ada

hubungan antara tingkat stress dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMAN 5

Pekanbaru Tahun 2019. Berdasarkan penelitian diketahui untuk variabel tingkat stress
didapatkan mayoritas responden memiliki tingkat stress yang sedang 31 orang (38,8%)

dan untuk variabel siklus menstruasi didapatkan mayoritas responden memiliki siklus

menstruasi yang pendek sebanyak 33 orang (41,2%).

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMAN 1 Pringsewu berdasarkan hasil

wawancara dengan 8 orang siswi kelas 12 didapatkan mereka mengalami Stres pada saat

menjelang menstruasi dan pada saat menstruasi, lebih dari 4 orang takut mengalami nyeri

perut menjelang menstruasi, 8 orang takut tembus pada saat jam pelajaran, 1 orang tidak

konsetrasi dalam menerima pelajaran, 5 orang mengalami siklus normal, 3 orang

mengalami siklus tidak normal.

Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stress dengan siklus menstruasi di

SMAN 1 Pringsewu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Dari Latar Belakang Diatas, Maka Rumusan Masalah Yang

Dikemukakan Yaitu “Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi Kelas XII

Di SMA Negri 01 Pringsewu”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi Kelas XII

Di SMA Negri 01 Pringsewu

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui Stres Pada Siswi Kelas XII Di SMA Negri 01 Pringsewu

b. Mengetahui Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Pada Siswi Kelas XII Di

SMA Negri Pringsewu

c. Mengetahui Distribusi Frekuensi Stress Dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi

Kelas XII Di SMA Negri Pringsewu

D. Ruang lingkup

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional

2. Variable penelitian

Variable independen dalam penelitian tersebut adalah stress

Variable dependen dalam penelitian tersebut adalah siklus menstruasi

3. Sasaran penelitian

Sasaran penelitian ini adalah siswi kelas XII SMA Negri 01 Pringsewu

4. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negri 01 Pringsewu

5. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil data primer sejak bulan oktober 2022

6. Metode penelitian

Instrument penelitian ini adalah pengisian kuesioner. Uji statistic yang digunakan

adalah uji statistik non parametrik yaitu Chi-square.

E. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi Peneliti


Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai hubungan stress dengan Siklus

Menstruasi Pada Siswi Kelas XII Di SMA Negri Pringsewu.

2. Manfaat bagi remaja Putri

Untuk menambah pengetahuan mengenai stres dan siklus menstruasi sehingga remaja

putri dapat lebih menjaga kesehatan serta mencegah terjadinya gangguan sistem

reproduksi.

3. Manfaat bagi institusi

Diharapkan bagi penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu dan pengetahuan yang

bermanfaat bagi dunia keperawatan dalam kesehatan khususnya mahasiswa/I

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung mengenai stres dengan siklus

menstruasi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Stres

1. Definisi Stres

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap tuntutan

beban yang merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia

yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan

eksternal (stresor) (Manggul & Syamsudin, 2016).

Stres merupakan tekanan yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara situasi

yang diinginkan dengan harapan, di mana terdapat kesenjangan antara

tuntutan lingkungan dengan kemampuan individu untuk memenuhinya yang

dinilai potensial membahayakan, mengancam, mengganggu, dan tidak

terkendali. Stres yang berkelanjutan dapat menyebabkan depresi yaitu apabila

kemampuan untuk mengatasi stres pada seseorang kurang baik(Anggraeni et

al., 2022)

2. Klasifikasi stress

Klasifikasi menurut Hatmanti, (2015) antara lain:

1) Stres ringan

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi

ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah

berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Pada stres ini hanya berlangsung

hanya beberapa menit atau jam. Contoh dari stress ringan ini diantaranya
individu merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,

namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis, pada respon

perilaku didapatkan semangat kerja yang terlalu berlebihan.

2) Stres sedang

stres sedang adalah stress yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa

hari. Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini

dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan

persepsinya. Contoh stres sedang misalnya situasi yang tidak tuntas

dengan rekan kerja, perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan

seseorang. Ciri-ciri stress sedang yakni sakit perut, mulas, ketegangan

pada otot, rasa tegang, gangguan pola tidur, badan terasa ringan, dan lain-

lain.

3) Stres berat

stres berat merupakan kondisi yang dapat dirasakan seseorang dalam kurun

waktu yang lama antara beberapa minggu hingga beberapa bulan. Pada

tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung

memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada

lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan. Pada tingkat stres ini juga

mempengaruhi aspek fisiologik yang didapatkan seperti, gangguan system

pencernaan semakin berat, ketidakteraturan pada siklus menstruasi,

debaran jantung semakin keras, sesak napas dan sekujur tubuh terasa

gemetar. Pada respon psikologis didapatkan, merasa kelelahan fisik


semakin mendalam, timbul perasaan takut, cemas yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik. Respons perilaku dapat terjadi tidak

dapat menyelesaikan tugas sehari-hari.

3. Penyebab stres

Menurut (Lestari, 2015) penyebab stress diantaranya :

a. Daily hassles

Adalah kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti

masalah tugas di kantor, sekolah dan sebagainya.

b. Personal stressor

Adalah ancaman atau gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar

terhadap sesuatu y ang terjadi pada level individual seperti kehilangan

orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan dan masalah

pribadi lainnya. Umur adalah salah satu faktor penting yang menjadi

penyebab stres, semakin bertambah umur sesorang, semakin mudah

mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang

telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti

kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar. Pengalaman kerja

juga mempengaruhi munculnya stres kerja.

c. Appraisal

Adalah penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat menyebabkan stres

disebut stres appraisal. Menilai suatu keadaan yang dapat mengakibatkan

stres tergantung dari dua faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan

orangnya (personal faktor) dan faktor yang berhubungan dengan


situasinya. Personal factor didalamnya termasuk intelektual, motivasi, dan

personality characteritics. Selanjutnya masih ada beberapa faktor lain yang

dapat mempengaruhi tingkat stres yaitu kondisi fisik, ada tidaknya

dukungan sosial, harga diri, gaya hidup dan juga tipe kepribadian tertentu.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Stres

e. Gejala Stres

Menurut (Donsu,. J D T, 2020) :

1) Fisik ; nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan lembap,

panas, otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih tak beralasan,

gelisah.

2) Perilaku ; bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, gagal, tiidak

menarik, tidak bersemangat, susah konsentrasi.

3) Watak dan kepribadian ; berlebihan berhati-hati, panik, pemarah.

f. Respon Terhadap Stress.

B. Konsep Menstruasi

1. Definisi menstruasi
Menstruasi adalah fenomena alam yang melibatkan keluarnya darah dari

rahim melalui vagina, terjadi kurang lebih secara teratur setiap bulan interval

selama masa reproduksi wanita(Fitriani & Hapsari, 2022)

Menstruasi merupakan perdarahan dari rahim yang berlangsung secara

periodik dan siklik. Hal tersebut akibat dari pelepasan (deskuamasi)

endometrium akibat hormon ovarium (estrogen dan progesteron) yang

mengalami perubahan kadar pada akhir siklus ovarium, biasanya dimulai pada

hari ke-14 setelah ovulasi.(Novita, 2018)

Menstruasi biasanya berlangsung 3-5 hari, meskipun beberapa wanita

mungkin mengalami periode yang lebih lama atau bahkan lebih pendek.

Meskipun diketahui secara luas bahwa siklus menstruasi kebanyakan terjadi

sekitar 21 & 35 hari, tidak semua wanita memiliki periode yang berlangsung

seperti siklus menstruasi normal atau pada umumnya. Kebanyakan haid

berlangsung sekitar beberapa hari atau paling tidak selama lima hari. Namun,

haid bisa berlangsung antara 2 hingga 7 hari(Setiawati, 2015)

2. Fase menstruasi

Menurut Setiawati, (2015)terdapat 4 fase saat menstruasi terjadi

a. Fase Folikuler/ Proliferasi

Fase ini terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-14. Pada masa ini adalah

masa paling subur bagi seorang wanita. Dimulai dari hari 1 sampai sekitar

sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi).

Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel

didalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit


meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang

masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus

tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium

dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormone estrogen

dan progesterone. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas

dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap

dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk

kedua lapisan yang telah dilepaskan. Pada akhir dari fase ini terjadi

lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat meningkat yang

menyebabkan terjadinya proses ovulasi.

b. Fase Luteal/ Fase Sekresi/ Fase Pramenstruasi

Fase ini terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28. Pada fase ini

menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari

sisa-sisa folikel folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel ovum pada

saat terjadinya proses ovulasi. Pada fase ini terjadi peningkatan hormone

progesteron yang bermakna, yang diikuti oleh penurunan kadar hormon-

hormon FSH, estrogen, dan LH. Keadaan ini digunakan sebagai penunjang

lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim dalam

menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan, dan proses peluruhan

dinding Rahim yang prosesnya akan terjadi pada akhir fase ini(khusna,

2019)

c. Fase Menstruasi
Fase ini terjadi pada hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3. Pada fase ini

menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari lapisan endometrium

uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya. Terjadi kembali

peningkatan kadar dan aktivitas hormone-hormon FSH dan estrogen yang

disebabkan tidak adanya hormone LH dan pengaruhnya karena

produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormone

progesterone secara maksimal.

d. Fase Regenerasi/ Pasca Menstruasi

Fase ini terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-5. Pada fase ini terjadi proses

pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium uteri,

sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali membentuk folikel-folikel

yang terkandung didalamnya melalui pengaruh hormone-hormon FSH dan

estrogen yang sebelumnya sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.

3. Gangguan siklus menstruasi

Gangguan pola menstruasi yang berhubungan dengan siklus menstruasi

digolongkan menjadi 3 macam yaitu(Nur, 2018)

a. Polimenorea

Pada polimenore, siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya (kurang

dari 21 hari). Polimenore dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan

hormon yang menyebabkan gangguan ovulasi atau pemendekan siklus

luteal. Penyebab lain adalah kongesti ovarium karena peradangan,

endometriosis, dan sebagainya

b. Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada

oligomenore biasanya berkurang. Pada sebagian besar kasus

oligomenore, kesehatan wanita tidak berisiko dan fertilitas baik. Siklus

menstruasi juga biasanya ovulasi dan periode proliferasi lebih lama

dari biasanya.

c. Amenorea

Amenorea didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi selama lebih

dari tiga bulan berturut-turut. Ketidakteraturan menstruasi dapat

dikaitkan dengan peristiwa kehidupan normal seperti kehamilan,

menopause, atau penggunaan alat kontrasepsi sepanjang hidup

seseorang. Berbagai penyakit atau kondisi telah dikaitkan dengan

amenorea yang tidak normal. Ada tiga jenis amenorea:

1) Amenorea primer, ketika seorang wanita tidak mengalami siklus

bulanan sejak masa kanak-kanak atau tidak pernah mengalami

menstruasi sampai usia 18 tahun, penyebabnya adalah karena

kelainan anatomi pada alat kelamin (tidak ada rahim, tidak ada

saluran vagina atau gangguan hormonal).

2) Amenorea fisiologis (normal), yang menyerang seorang wanita

sejak masa kanak-kanak hingga awal menstruasi, terjadi sebagian

selama kehamilan dan menyusui, dan setelah akhir menstruasi

(menopause)

3) Amenorea sekunder, bila haid seorang wanita tidak berlangsung

atau terjadi lebih dari tiga bulan setelah ia mencapai usia delapan
belas tahun. Masalah nutrisi atau metabolisme, masalah hormonal,

tumor genital, atau gangguan kronis semuanya bisa menjadi faktor

penyebab amenorea Sekunder.

4. Hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi

Menurut khusna, (2019)faktor-faktor berikut ini mempengaruhi siklus

menstruasi:

a. Status Gizi

Hipotalamus bertanggung jawab atas reproduksi, yang disinkronkan oleh

sistem saraf pusat, yang diatur oleh kecepatan metabolisme. Status gizi

berpengaruh pada laju metabolisme. Status gizi pada wanita dapat

mempengaruhi fungsi hipotalamus, yang mencegah hipofisis anterior

menghasilkan hormon FSH. Hormon FSH merangsang perkembangan tiga

sampai tiga puluh folikel, yang masing-masing berisi satu telur. Hormon

LH terlibat dalam pematangan sel telur serta ovulasi (fase sekretori).

Peluruhan akan terjadi pada sel telur yang tidak dibuahi (haid). Periode

menstruasi dapat terganggu jika produksi FSH dan LH terganggu.

b. Aktivitas Fisik

Amenorea, oligominorea, polimenorea, dan anovulasi semuanya dapat

disebabkan oleh aktivitas fisik dengan intensitas tinggi. Penyebabnya

adalah gangguan pada sumbu Hipotalamus Pituitari Adrenal (HPA).

Dengan membatasi pelepasan Luteizing Hormone (LH) dan Follicle

Stimulating Hormone (FSH), penekanan aksis Gonadotropin Releasing


Hormone (GnRH) yang disebabkan oleh masalah hipotalamus terkait

dengan latihan fisik yang berlebihan dapat menunda menarche dan

mengganggu siklus menstruasi. Sementara itu, dapat meningkatkan

cadangan energi di jaringan adiposa pada wanita yang kurang atau tidak

beraktivitas . Hormon leptin merupakan salah satu hormon yang

dihasilkan oleh jaringan adiposa. Hormon leptin adalah anggota

adipositokin yang berperan dalam pensinyalan hormon jaringan adiposa.

Setiap kelainan pada leptin atau reseptornya menyebabkan masalah berat

badan atau obesitas. Penelitian menyebutkan bahwa wanita dengan kondisi

obesitas berhubungan dengan proses peruubahan androgen menjadi

estrogen. Hipotalamus merangsang peningkatan sekresi hormon LH dan

terjadi hiperandrogenisme. Selain itu, masalah pematangan folike yang

terjadi akibat peningkatan LH dan kadar testosteron rendah. Tinggi

rendahnya estrogen dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya androgen.

Androgen adalah hormon yang dibutuhkan tubuh untuk menyediakan

estrogen. Peningkatan kadar androgen dalam darah akan mengganggu

fungsi hipotalamus dan menekan sekresi GnRH, yang menyebabkan

gangguan perkembangan seksual, dan terjadinya penekanan langsung

gonadotropin pada tingkat hipotalamus.

c. Stres

Aksis HPA mengalami pengaktifan pada saat keadaan stres, yang

menyebabkan hipotalamus melepaskan CRH. Sebagai respons terhadap

sekresi CRH, hipofisis anterior melepaskan ACTH, yang merangsang


kelenjar adrenal untuk mensekresi kortisol. Kortisol menghambat sintesis

estrogen dan progesteron dengan menekan LH pulsatil. Efek kortisol

menginduksi kelainan hormonal, yang mengakibatkan periode menstruasi

tidak teratur.

d. Pengaruh Rokok

Siklus menstruasi perokok berat seringkali lebih pendek dan lebih tidak

teratur daripada yang bukan perokok. Tembakau dalam rokok dapat

menyebabkan peningkatan folikel dalam fase plasma estrogen dan

progesteron, sehingga terjadi peningkatan metabolisme estrogen. Merokok

menyebabkan dismenore, ketegangan pramenstruasi, kelainan bulanan,

dan amenore sekunder. Racun ditemukan dalam asap rokok dalam

komposisi yang kompleks. Asap rokok dapat menyebabkan penyakit

serius seperti infertilitas (kesulitan hamil), gangguan menstruasi, gangguan

kehamilan, masalah perkembangan janin, dan menopause dini jika dihirup.

e. Mengomsumsi Obat Tertentu

Kontrasepsi hormonal dan obat lain yang meningkatkan kadar proklatin

dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi. Hormon yang dihasilkan

oleh perawatan kontrasepsi mendorong tubuh untuk membentuk siklus

buatan, yang dapat mengganggu siklus menstruai.

f. Diet

Ada beberapa jenis diet yang dapat mempengaruhi menstruasi

salahsatunya, vegetarian berisiko mengalami anovulasi, gangguan respons

hormon hipofisis, fase folikular singkat, dan siklus menstruasi yang tidak
teratur (kurang dari 10 kali per tahun) karena pola makan mereka. Diet

rendah lemak dikaitkan dengan periode menstruasi yang lebih lama dan

perdarahan yang lebih tinggi, sedangkan diet rendah kalori dan rendah

lemak yang tinggi daging merah dikaitkan dengan amenorea.

6. Upaya untuk mencegah terjadinya gangguan siklus menstruasi

Upaya untuk mencegah terjadinya gangguan siklus menstruasi yaitu

mengurangi stres dengan penggunaan mekanisme koping yang baik misalnya

dengan mengatur diet dan nutrisi, istirahat dan tidur, berolahraga, berhenti

merokok, menghindari minuman keras, mengatur berat badan, mengatur

waktu dengan tepat, terapi psikofarmaka, terapi somatik dan terapi

religius(Setiawati, 2015)

C. Kerangka teori

Gambar 2.1

Kerangka Teori

Faktor Penyebab Faktor Penyebab


Stres Stres
Stres
- Daily hassles - Daily hassles
- Personal stressor - Personal
- Appraisal stressor

Klasifikasi Tingkat Stres Faktor Yang Mempengaruhi


Siklus Menstruasi
Ringan
Sedang Berat Badan
Bserat Aktivitas Fisik
Diet
Stres
Paparan Lingkungan
Kondisi Lingkungan Sekolah
Gambar 2.1

Kerangka konsep

Tingkat stres Siklus Menstruasi


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, L., Fauziah, N., Gustina, I., Studi Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan,

P., & Binawan, U. (2022). Dampak tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada mahasiswa

tingkat akhir Di Universitas Binawan. Journal.Ipts.Ac.Id, 10(2), 629–633.

http://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/3491

Angrainy, R., Yanti, P. D., & Oktavia, E. (2020). Hubungan Tingkat Stres Dengan Siklus

Menstruasi Pada Remaja Putri Di Sman 5 Pekanbaru Tahun 2019. Al-Insyirah Midwifery:

Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences), 9(2), 114–120.

https://doi.org/10.35328/kebidanan.v9i2.719

Delvia, S., & Azhari, M. H. (2020). Hubungan Tingkat Stress Terhadap Siklus Menstruasi.

Cendekia Medika, 5(April), 31–35.

Fadillah, R. T., Usman, A. M., & Widowati, R. (2022). Hubungan Tingkat Stres Dengan Siklus

Menstruasi Pada Siswi Putri Kelas X Di SMA 12 Kota Depok. MAHESA : Malahayati

Health Student Journal, 2(2), 258–269. https://doi.org/10.33024/mahesa.v2i2.5907

Fitriani, H., & Hapsari, Y. (2022). Hubungan Stres dengan Gangguan Siklus Menstruasi

Mahasiswi Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Jakarta Angkatan 2019. Muhammadiyah Journal of Midwifery, 2(2), 40.

https://doi.org/10.24853/myjm.2.2.40-46
Hatmanti, N. M. (2015). Tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa. 58–67.

khusna, D. D. (2019). HUBUNGAN STATUS GIZI DAN PERSEN LEMAK TUBUH

DENGAN POLA MENSTRUASI SANTRI PUTRI DI PONDOK PESANTREN ISLAM

AL MUKMIN SUKOHARJO. Doctoral Dissertation, Institud Teknologi Sains Dan

Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta,. Society.

http://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-s2.0-

84865607390&partnerID=tZOtx3y1%0Ahttp://books.google.com/books?

hl=en&amp;lr=&amp;id=2LIMMD9FVXkC&amp;oi=fnd&amp;pg=PR5&amp;dq=Principl

es+of+Digital+Image+Processing+fundamental+techniques&amp;ots=HjrHeuS_

Manggul, M. S., & Syamsudin, M. (2016). Hubungan Stress Dengan Gangguan Siklus

Menstruasi Pada Siswi Kelas XII SMA Karya Ruteng. Jurnal Wawasan Kesehatan, 1(2),

142–148.

Novita, R. (2018). Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Menstruasi pada Remaja Putri di

SMA Al-Azhar Surabaya. Amerta Nutrition, 2(2), 172.

https://doi.org/10.20473/amnt.v2i2.2018.172-181

Nur, S. E. P. (2018). Hubungan Tingkat Stres Terhadap Pola Menstruasi Pada Siswi Kelas 1 Di

Sman 1 Di Sman 1 Makassar 2017. 88. https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/2897-

Full_Text.pdf

Riskerdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS). Journal of Physics A:

Mathematical and Theoretical, 8(44), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-

8113/44/8/085201

Sari, I. N. (2020). Hubungan Tingkat Stres Akademik Dengan Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswi Program Studi D3 Farmasi Tingkat 1 (Satu) Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Mataram Tahun 2019. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan

UM. Mataram, 5(1), 52. https://doi.org/10.31764/mj.v5i1.1082

Setiawati, S. E. (2015). Pengaruh Stres Terhadap Siklus Menstruasi pada Remaja. Journal

Majority, 4(1), 94–98.

wahyuningsih, E. (2018). TINGKAT STRES REMAJA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI (Di

SMK Bakti Indonesia Medika Jombang).

Anda mungkin juga menyukai