Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MATA KULIAH

SEJARAH PENDIDIKAN
PENGARUH BARAT DALAM
SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Di Susun oleh:
1 Khairida Fahriya Imtinan ( 06081281924022)
2 Lisa Amelia ( 06081181924008 )
3 Rezkiko Mulya ( 06081181924009 )

DOSEN PEMBIMBING
HUDAIDAH

TAHUN AJARAN
2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa saya haturkan kepada kehadirat Allah SWT,


yang mana atas rahmat dan berkahnya, kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Pengaruh Barat dalam Sitem Pendidikan di Indonesia”. Kami
ucapkan terima kasih juga kepada teman-teman yang telah memberikan kontribusi
bantuannya kepada kami dalam proses menyelesaikan makalah ini.
kami sadar “tak ada gading yang tak retak” oleh sebab itu terbuka
kritik dan saran bagi para pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ini.
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman sebagaimana yang diharapkan.

Indralaya, 1 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Bangsa Barat......................................................................................3
B. Sekilas tentang Sistem Pendidikan Barat.............................................................3
C. Sistem Pendidikan yang pernah ada Indonesia....................................................6
D. Dampak Pengaruh Barat dalam Sistem Pendidikan Indonesia.........................11
BAB III........................................................................................................................14
KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana yang kita tahu bahwa sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini sudah bisa dibilang sistem yang kompleks. Namun tetap saja awal
mulanya merupakan perwujudan dari segala macam bentuk evolusi sistem
pendidikan yang pernah ada di Indonesia pada zaman dahulu.
Terlintas dipikiran bahwa apa yang membuat sekolah-sekolah Indonesia
di zaman sekarang ini memiliki kurikulum, sistem pembelajaran bentuk kelas,
adanya sistem penilaian serta tahun akademik, dll. Apa yang menjadi indikator
pemerintah Indonesia dalam menetapkan kebijakan sistem pendidikan seperti itu?
apakah ada keterkaitannya dengan sistem pendidikan di era zaman penjajahan dan
kolonialisme dahulu? Apakah sistem pendidikan Indonesia saat ini merupakan
sistem pendidikan yang telah melalui banyak modifikasi dari sistem pendidikan
yang dilakukan para Penjajah terhadap Indonesia dahulu?
Oleh sebab itu, kami membuat makalah ini disamping untuk pemenuhan
tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan, tentu diharapkan agar menambah
wawasan darimana asal sistem pendidikan yang kita rasakan di zaman sekarang
ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara
lain;
a. Siapa itu bangsa Barat?
b. Bagaimana sistem Pendidikan Bangsa Barat?
c. Apa saja Sistem Pendidikan yang pernah berpengaruh di Indonesia?
d. Bagaimana Dampak Pengaruh Barat terhadap sistem Pendidikan
Indonesia?

1
C. Tujuan
a. Menjelaskan tentang Pengertian Bangsa Barat.
b. Untuk mengetahui sekilas tentang sistem pendidikan bangsa barat.
c. Untuk mengenal sistem pendidikan yang pernah berpengaruh di Indonesia.
d. Agar dapat Menganalisis pengaruh barat dalam sistem pendidikan di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bangsa Barat.


Dari judulnya saja yang terdiri dari dua kata yakni “Bangsa” dan “Barat”.
Berdasarkan KBBI Bangsa Barat yang berarti Seseorang atau sekelompok besar
rakyat yang mendiami sebagian benua Eropa dan benua Amerika dan yang
termasuk dalam suatu kebudayaan tertentu. Jika melihat dari konteks pengertian
KBBI tersebut maka bangsa Belanda, Portugis, Spanyol, dan Inggris merupakan
salah satu bagian dari bangsa barat yang pernah menjajah Indonesia. Umumnya
lebih sering dikaitkan terhadap dengan negara-negara yang mempunyai mayoritas
penduduk berkulit putih.
Dikarenakan iklim dan kondisi negara-negara barat terbilang ekstrim,
menyebabkan mereka yang telah mempunyai pengetahuan dan teknologi yang
mumpuni, terkhusus dalam bidang pelayaran melakukan pelayaran ke belahan
dunia untuk mencari sumber daya alam yang dapat membuat mereka bertahan
menghadapi kondisi alam di negara-negara mereka, dalam hal ini target utama
yang mereka cari adalah rempah-rempah. Sebelumnya saat Konstantinopel (pasar
dagang dunia saat itu) telah jatuh ke tangan turki ustmani menjadi faktor
pendukung sehingga bangsa barat kesulitan mencari rempah-rempah.
Ekspedisi pun dimulai, dengan berbekal sejumlah rasa ingin tahu akan
kebenaran dunia luar, dunia dibalik lautan, semangat 3G, pembuktian teori
Copernicus, serta masih banyak hal pemicu lainnya. Membuat bangsa barat
berlomba-lomba mencari daerah yang subur akan rempah-rempah. Salah satu
daerah tersebut yang sudah terkenal akan sumber daya alamnya adalah Indonesia.
Sehingga banyak bangsa barat mulai berdatangan ke Indonesia.

B. Sekilas tentang Sistem Pendidikan Barat


John Dewey, salah seorang tokoh Pendidikan Barat menyebutkan bahwa
Pendidikan suatu bangsa dapat ditinjau dari dua hal, yang pertama mengenai sudut
pandang masyarakat atau yang biasa disebut Community Perspective dan yang

3
kedua sudut pandang individu atau yang biasa disebut (Individual Perspective).
Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat berarti pendidikan adalah pewarisan
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan
berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi.
Disisi lain pendidikan merupakan suatu proses yang bukan hanya sekedar
mengembangkan aspek intelektual semata atau hanya sebagai transfer
pengetahuan dari satu orang ke orang lain saja, tetapi juga sebagai proses
transformasi nilai dan pembentukan karakter dalam segala aspeknya. Dengan kata
lain, pendidikan juga ikut berperan penting dalam membangun peradaban dan
membangun masa depan bangsa.

Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan


pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan
materialisme, idealisme, sekularisme dan rasionalisme. Pemikiran ini
mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna itu sendiri. Rene Descartes,
seorang tokoh filsafat Barat asal Prancis menjadikan rasio sebagai kriteria satu-
satunya dalam mengukur kebenaran. Para Filosof lain seperti Jhon Locke,
Immanuel Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan
yang lainnya juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu
mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti
empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan
lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam
filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya.
Menurut Syed Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak
dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi
budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan
sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu
pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus
menerus berubah. Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya
akan melahirkan ilmu-ilmu sekular.

4
Menurutnya ada lima Faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat
yakni;
1. Menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia
2. Bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran
3. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan
hidup sekular
4. Menggunakan doktrin humanisme
5. Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan
dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.
Kelima Faktor ini sangat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuan barat
sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.

Salah satu hal yang paling dominan dalam sistem pendidikan Barat
adalah adanya sistem kejuruan pada sistem pendidikannya. Sistem kejuruan ini
berbeda-beda antara negara-negara yang termasuk dalam bangsa Barat. Jika
dilihat dari negara Belanda, sistem penjurusan tersebut dikategorikan menjadi;
1. Pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (Primary en secondary
education)
2. Pendidikan tingkat menegah kejuruan (senior secondary vocational
education and training)
3. Pendidikan tingkat tinggi (higher education)
Begitu juga di negara Amerika, sistem penjurusan juga dibagi menjadi
beberapa kategori antara lain;
1. Pendidikan dasar,
2. Pendidikan Menengah
3. Pendidikan lanjutan

Salah satu sistem yang juga diterapkan pada pendidikan barat adalah
pendekatan STEAM (Sains, Teknologi, Teknik, Seni, dan Matematika). Sistem ini
berfokus pada siswa tak sekadar diajarkan menghapal teori, melainkan melakukan

5
pemecahan masalah dan membuat suatu proyek tertentu secara kolaboratif,
sehingga menyebabkan siswa dapat berpikir kreatif.

C. Sistem Pendidikan yang pernah ada Indonesia


Tercatat ada beberapa sistem pendidikan yang pernah mempengaruhi
terbentuknya sistem pendidikan Indonesia seperti sekarang, antara lain:
1. Pada Zaman VOC
Pada awalnya kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia yang bertujuan
menjajah dan memonopoli segala macam sumber kekayaan alam Indonesia
ternyata terus merambat menuju aspek-aspek kehidupan bangsa lainnya, termasuk
Pendidikan. Disebabkan karena melihat telah berdirinya tonggak bendera katholik
oleh orang portugis menyebabkan minat Belanda untuk menggantikannya dengan
agama Protestan melalui sekolah-sekolah. sasaran utama mereka adalah tempat-
tempat yang dulu pernah menjadi markas besar katholik orang portugis.

Untuk mewujudkan ambisi tersebut, proyek pendirian sekolah-sekolah


mulai dilalukan. Terbukti dengan berdirinya sekolah pertama Belanda di Ambon
pada tahun 1607 dengan membaca, menulis dan sembahyang sebagai
pelajarannya. Selang 20 tahun setelah itu, telah tercatat sekitar 18 buah sekolah
telah berdiri di bumi ambon dengan jumlah murid diperkirakan mendekati 1300
siswa. Untuk beberapa dekade sistem tersebut dipegang oleh badan pengurus
perdagangan belanda yang dikenal dengan VOC, tepatnya dipegang oleh NZG
atau Netherlands Zendelingen Genootschap yang ikut dalam misi VOC. Badan ini
merupakan salah satu penunjang penting peranan pendidikan di Indonesia kala
itu.

2. Pada Zaman Hindia Belanda

Setelah Era VOC usai, pendidikan dilanjutkan langsung oleh pemerintah


Hindia Belanda. Dibubarkannya VOC tersebut membuat sistem pendidikan
berubah dari Indirect Rulle ke Direct Rulle. Pada saat Daendels memegang

6
kekuasaan tepatnya pada 1808, ia mengerahkan beberapa bupati-bupati di Jawa
untuk menggelompokkan sekolah-sekolah untuk anak-anak yang berasal dari
pribumi ke suatu kurikulum yang mencakup kultur jawa dan agama yang
diharapkan dapat membuat anak-anak tumbuh menjadi anak-anak Jawa yang baik.
Namun angin segar yang diharapkan tersebut tak kunjung datang, sampai 3,5
dekade berlalu kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda untuk bidang pendidikan
tidak pernah menunjukkan kesiapan yang matang. Terlihat dari perhatian
pendidikan yang lebih berfokus untuk anak-anak Belanda ketimbang anak-anak
pribumi.
Pemerintah seolah-olah kembali memberikan harapan palsu kepada
bangsa Indonesia melalui ditetapkannya undang-undang bagi Hindia Belanda
yang berisi pernyataan bahwa seluruh sekolah negeri Hindia Belanda dapat
dimasuki baik oleh orang Indonesia/pribumi maupun orang Eropa. Namun
faktanya yang tercatat oleh sejarah hanya sedikit sekali anak-anak yang
bersekolah waktu itu berasal dari bangsa Indonesia sendiri. Hingga tahun 1848
belum ada bukti yang ditunjukkan oleh Pemerintah Hindia-Belanda yang
menyatakan peduli terhadap pendidikan di Indonesia.

Era pun berganti, ketika Kekuasaan dipegang oleh Rochussen, keluar


Dekrit Kerajaan yang menetapkan Komitmen Pemerintah Belanda untuk
mendirikan sekolah-sekolah dasar bagi orang-orang pribumi yang menggunakan
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Sekolah yang dimaksud tersebut
dikenal dengan Volkschool (sekolah rakyat) dengan pelajaran utamanya menulis,
memperlajari bahasa melayu dan jawa, serta perhitungan dan ilmu eksak tingkat
rendah. Seiring berjalannya waktu sekolah-sekolah rakyat banyak didirikan
bahkan sampai ratusan sekolah. Namun dikemudian hari dekrit ini dikenal bukan
dimaksudkan untuk mencerdaskan bangsa Indonesia melainkan tidak lepas dari
kepentingan-kepentingan kolonial. Lulusan-lulusan dari sekolah ini disiapkan
menjadi pegawai rendahan yang mampu membaca dan menulis untuk mendukung
birokrasi pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia.

7
3. Pada Zaman Politik Etis

Beberapa waktu kemudian Muncul artikel yang dikenal dengan Een


Eereschuld atau utang kehormatan yang dimuat dalam majalah De Gids tahun
1899 yang ditulis oleh Th Van Deventer. Berujung pada lahirnya suatu sistem
yang dijuluki Politik Etis atau Politik Balas Budi. Politik Etis ini berisi tentang
kemakmuran negeri Belanda diperoleh dari kerja keras dan jasa masyarakat
pribumi. Bangsa Belanda sebagai bangsa yang maju dan bermoral harus
membayar hutang itu dengan menyelenggarakan trilogi atau trias, yaitu irigasi,
edukasi, dan emigrasi. Politik Etis ini secara resmi dicanangkan oleh Ratu
Wilhelmina Belanda yang berjudul Ethische Richting (Haluan Etis) atau Nieuw
Keurs (Haluan baru). Pidato ini dikemukakan oleh Ratu Wilhelmina pada tahun
1901 antara lain ditegaskannya usaha-usaha untuk menanggulangi kemunduran
kesejahteraan masyarakat pribumi, dengan menyelidikinya. Dihidupkannya
kembali usaha-usaha dibidang agraris maupun industrial. Diadakannya aturan
untuk mencegah kemunduran rakyat yang lebih jauh, dengan memberi pinjaman
tidak berbunga sebesar f 30 juta dengan jangka waktu 5 atau 6 tahun, serta
pemberian hadiah sebesar f 40 juta. Menerima usulan-usulan sebagai mana yang
telah dikemukakan oleh van Deventer, Kielstra, dan D. Fock untuk dapat
memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat pribumi (A. Daliman, 2012: 64-65).

Pelaksanaan Politik Etis tidak terlepas dari kepentingan PKB sendiri.


PKB melakukan hal ini karena takut adanya kritikan dan kalau tetap membiarkan
penderitaan masyarakat pribumi terus menerus akan memicu timbulnya
perlawanan rakyat secara meluas. Oleh karena itu dilaksanakannya kebijakan
Politik Etis yang terdiri dari irigasi, emigrasi dan edukasi. Perbaikan sarana
irigasi, sejak tahun 1885 telah dibangun di Brantas dan Demak seluas 96.000
bahu, dan pada tahun 1902 mengalami perluasan menjadi 173.000 bahu. Namun
kenyataannya bangunan-bangunan irigasi ini bukan untuk mengairi daerah-daerah
persawahan rakyat, melainkan untuk mengairi daerah-daerah perkebunan seperti

8
tebu. Pembangunan sarana irigasi ini bukan untuk mensejahterakan rakyat, namun
lebih diarahkan kepada kepentingan ekonomi PKB.
Emigrasi merupakan perpindahan dari negara asal ke negara lain, namun
dalam penjelasan di dalam Sistem Politik Etis hanya perpindahan antar pulau.
seperti di daerah-daerah yang subur tanahnya menjadi padat penduduknya, dan
pada umumnya tidak ada lagi tanah kosong bahkan tanah persawahan juga telah
digunakan untuk penanaman tanaman ekspor seperti tebu dan tembakau. Untuk
mengatasi permasalahan ini PKB melakukan program emigrasi, namun dalam
pelaksanaannya bukan dimaksud untuk membuka lahan pertanian bagi masyarakat
pribumi melainkan untuk memenuhi permintaan tenaga kerja di daerah-daerah
perkebunan. Pada abad XIX telah terjadi emigrasi dari Jawa Tengah ke Jawa
Timur untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan tebu. Emigrasi
(transmigrasi) perpindahan dari Pulau Jawa juga dimaksudkan untuk memenuhi
tenaga kerja di daerah Sumatra Utara, khususnya di daerah Deli. Sampai tahun
1903 jumlah pekerja yang dikirimkan ke luar Jawa sebanyak 300.000 jiwa.
Pelaksanaan edukasi pada dasarnya bersifat diskriminatif, karena terdapat
dua macam sekolahan, yaitu Sekolah Ongko Loro dan Sekolah Ongko Siji.
Sekolah Ongko Siji diperuntukkan bagi pribumi khususnya, dan orang-orang yang
memiliki kedudukan atau berharta. Sekolah Ongko Loro diperuntukkan bagi anak-
anak pribumi. Pendidikan yang dilaksanakan adalah pendidikan tingkat rendah
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendahan seperti mandor, atau
pelayan yang bisa membaca, menulis, dan berhitung. Upah yang diberikan juga
sangat murah dibandingkan dengan orang Eropa. Anggaran yang diberikan oleh
PKB untuk membiayai pendidikan anak-anak pribumi sangatlah kecil. Anggaran
yang diberikan oleh PKB pada tahun 1905 termasuk dalam tunjangan subsidi
sekolah swasta sebesar f 2 juta, sehingga apabila dibagi 40 juta penduduk, maka
hanyalah 5 sen per orang (A. Daliman, 2012: 72-76).
Adapun beberapa jenjang pendidikan yang pernah ada saat politik Etis
berkuasa dapat dikategorikan menjadi beberapa jenjang, antara lain;
a. Pendidikan Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa Belanda
(Westersch Lager Onderwijs), Pendidikan Rendah dengan Bahasa

9
Pengantar Bahasa Belanda (Westersch Lager Onderwijs) terdiri dari,
Sekolah Rendah Eropa atau ELS (Europeesche Lagere School),
Sekolah Cina-Belanda atau HCS (Hollandsch Chineesche School),
Sekolah Bumiputra-Belanda atau HIS (Hollandsch Inlandsche
School), Sekolah Peralihan (Schakelschool) dan Sekolah Taman
Kanak- Kanak (Frobelschool).
b. Pendidikan Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa Melayu,
Pendidikan Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa Melayu terdiri
dari Sekolah Ongko Loro (De scholen der tweede Klasse), Sekolah
Desa (Volksschool) dan Sekolah Lanjutan (Vervolgschool)
c. Pendidikan Lanjutan (Middelbare Onderwijs), Pendidikan Lanjutan
terdiri dari MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), AMS
(Algemeene Middelbare School), dan HBS (Hoogere Buger School).
d. Pendidikan Tinggi, Pendidikan Tinggi terdiri dari NIAS
(Nederlandsch Indische Artsen School) dan STOVIT (School tot
Opleiding voor Indische Tandartsen)

4. Pada Zaman Jepang


Suatu hal yang menarik dalam kebijakan pendidikan pada zaman
pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) adalah meskipun waktunya singkat,
terjadi perubahan yang sangat penting dalam kebijakan pendidikan di Indonesia.
a. Nama-nama sekolah yang berbahasa Belanda diganti dengan nama
sekolah Indonesia maupun Jepang, walaupun dilihat dari sistem
penjenjangan dan materi kurikulumnya relatif tetap, kecuali Bahasa
Belanda.
b. Bahasa Indonesia menjadi bahasa wajib atau pengantar di sekolah-
sekolah.
c. Kepala Sekolah yang semula disandang oleh orang-orang Belanda
juga menjadi dijabat oleh guru Bangsa Indonesia yang dianggap
senior di sekolah itu.

10
d. Mengingat saat itu dalam suasana perang melawan Sekutu, para
siswa dan guru hampir setiap hari menjalani latihan baris berbaris
model tentara Jepang. Inilah yang menyebabkan pengkategorikan
sebagai bentuk romantisasi pendidikan publik sebagai ”penyeimbang
besar” atau great equalizer, terutama dikaitkan dengan kepentingan-
kepentingan status-qou yang militeristik khususnya di zaman Orde
Baru, di mana pembelajaran upacara bendera mingguan tiap senin
tidak pernah lekang ditelan zaman sekalipun terjadi perubahan
kurikulum bahkan hingga sekarang.

D. Dampak Pengaruh Barat dalam Sistem Pendidikan Indonesia


Berikut ini merupakan salah satu diantara sekian banyaknya pengaruh
barat yang diberikan terhadap sistem pendidikan di Indonesia antara lain;
a. Pengaruh Sekularisme
Apa itu yang dimaksud dengan Sekularisme? Sekularisme dapat diartikan
sebagai sebuah ideologi yang memusatkan terpisahnya institusi atau badan negara
dari agama dan kepercayaan. Oleh karena itu, Sekularisme yang terjadi di
kehidupan barat memiliki arti Pendidikan Agama diserahkan kepada orangtua.
Namun hal ini bukan berarti mereka tidak belajar agama sama sekali melainkan
dalam bentuk kegiatan amal atau charity. Mereka beraktivitas/beramal untuk
masyarakat dengan mempraktikannya langsung.
Namun dampak yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya, nyatanya
pendidikan agama di Indonesia kerap hanya dianggap sebatas ceramah saja. Hal
ini tentu merupakan akibat dari daya tangkap yang salah akan sekularisme yang
dilakukan oleh bangsa barat.

b. Beasiswa dan Perpustakaan Barat


Dalam pokok ini hal yang dimaksud adalah negara-negara barat yang dikenal
sebagai negara yang memiliki pendidikan yang diatas rata-rata didunia tentu
menjadikan pendidikannya mempengaruhi pendidikan di Indonesia agar dapat
mencontoh pendidikan mereka. Sehingga menyebabkan banyak siswa-siswa di

11
seluruh dunia (termasuk Indonesia) mengejar beasiswa kesana yang menyebabkan
terjadinya akulturasi budaya dan sistem pada siswa yang belajar di daerah barat.
Selain itu pada zaman sekarang ini Barat sudah banyak mendidirikan
perpustakaan-perpustakaan mereka di berbagai universitas ternama di Indonesia.
Tentu saja didalam perpustakaan tersebut terdapat informasi/pemahaman yang
berkaitan dengan sistem di Barat yang apabila dibaca oleh generasi bangsa
Indonesia dapat menyebabkan masuknya nilai-nilai kebudayaan dan pemahaman
yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa jika tidak disaring dan
diseleksi terlebih dahulu. Akibatnya bangsa barat semakin meningkatkan aset
penting tersendiri mereka dalam hal proses menduniakan budayanya.

c. Jenjang Pendidikan
Jika berbicara tentang jenjang pendidikan, tentu hal ini sudah sangat
berpengaruh pada sistem pendidikan di Indonesia dan masih dilakukan sampai
saat ini. Sistem adanya jenjang pendidikan merupakan produk pendidikan barat
yang telah ada pada zaman kolonialisme belanda dan berpengaruh di kehidupan
pendidikan bangsa sampai dengan sekarang.

d. Sistem STEAM dan Teknis Diskusi kelas


Sistem STEAM telah sempat dibahas pada poin pembahasan
sebelumnya. Tentu saja sistem belajar STEAM dan Diskusi Kelas ini juga
merupakan produk dari sistem pendidikan barat sebelumnya. Di Barat siswa-
siswanya banyak diarahkan kepada sistem diskusi dalam menanggulangi
permasalahan dan pengetahuan yang ingin dipelajari. Sistem ini juga berpengaruh
dalam pendidikan di Indonesia, terlihat dari banyak siswa-siswa di Indonesia yang
lembaga pendidikannya menggunakan sistem diskusi kepada siswanya dalam
pembelajaran sehari-hari.

e. Sistem Penilaian dan Tahun Akademik


Seperti halnya contoh-contoh diatas, sistem penilanan dan tahun
akademik juga merupakan contoh produk sistem pendidikan barat yang diterapkan

12
di sistem Pendidikan Indonesia. Sistem penilaian yang menggunakan total
kumulatif nilai dari masing-masing tugas dikonversi menjadi nilai-nilai dengan
simbol huruf (A,B,C,D,E). Hal ini banyak diterapkan di lembaga pendidikan di
Indonesia terutama pada perguruan tinggi. Begitupun dengan tahun akademik,
Indonesia juga mencontoh sistem pendidikan Barat yang memiliki periode tahun-
tahun pembelajaBarat yang memiliki periode tahun-tahun pembelajaran.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Jika dilihat dari jejak history bangsa, sistem Pendidikan di Indonesia saat
ini tentu saja merupakan sistem pendidikan yang dihasilkan dari turunan
pengaruh-pengaruh sistem pendidikan Barat yang pernah berlaku di Indonesia
dahulu ataupun masih berlaku sampai sekarang.

B. Saran
Menurut kelompok kami meskipun kebanyakan masyarakat di
Indonesia apabila telah mendengar konteks “Budaya Barat” berfokus pada hal-hal
negatif dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa, namun ada baiknya
kita tetap harus melakukan seleksi terlebih dahulu, jangan sampai mengklaim
mutlak seluruh aspek yang didapat dari luar bangsa Indonesia sendiri adalah yang
yang negatif. Karena pada kenyataannya masih banyak sistem-sistem yang baik
yang dapat kita contoh dalam meningkatkan kualitas bangsa terutama dalam hal
pendidikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Vikasari, Melinda. (2012). “Pengaruh Politik Etis Terhadap Perkembangan


Pendidikan Indonesia Tahun 1901-1942”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Pendidikan Sejarah. Universitas Jember. Jawa Timur.

Supardan, Dadang. (2008). Menyingkap Perkembangan Pendidikan Sejak Masa


Kolonial Hingga Sekarang. Persfektif Pendidikan, 1, 96-104.

Salindri, Dewi dan Gusti Muhammad Prayudi. (2015). Pendidikan Pada Masa
Pemerintahan Kolonial Belanda di Surabaya Tahun 1901-1942. Pendidikan, 1,
20-32.

Sumanti, Titin Solihah. (2018). Analisis Kebijakan Kolonial Belanda Terhadap


Pendidikan Islam. Pendekatan Pendidikan, 1, 44-61.

Harkantiningsih, Naniek. (2014). Pengaruh Kolonial di Nusantara. Pendidikan,


67-78.

Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

15

Anda mungkin juga menyukai