SEJARAH PENDIDIKAN
PENGARUH BARAT DALAM
SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA
Di Susun oleh:
1 Khairida Fahriya Imtinan ( 06081281924022)
2 Lisa Amelia ( 06081181924008 )
3 Rezkiko Mulya ( 06081181924009 )
DOSEN PEMBIMBING
HUDAIDAH
TAHUN AJARAN
2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Bangsa Barat......................................................................................3
B. Sekilas tentang Sistem Pendidikan Barat.............................................................3
C. Sistem Pendidikan yang pernah ada Indonesia....................................................6
D. Dampak Pengaruh Barat dalam Sistem Pendidikan Indonesia.........................11
BAB III........................................................................................................................14
KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana yang kita tahu bahwa sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini sudah bisa dibilang sistem yang kompleks. Namun tetap saja awal
mulanya merupakan perwujudan dari segala macam bentuk evolusi sistem
pendidikan yang pernah ada di Indonesia pada zaman dahulu.
Terlintas dipikiran bahwa apa yang membuat sekolah-sekolah Indonesia
di zaman sekarang ini memiliki kurikulum, sistem pembelajaran bentuk kelas,
adanya sistem penilaian serta tahun akademik, dll. Apa yang menjadi indikator
pemerintah Indonesia dalam menetapkan kebijakan sistem pendidikan seperti itu?
apakah ada keterkaitannya dengan sistem pendidikan di era zaman penjajahan dan
kolonialisme dahulu? Apakah sistem pendidikan Indonesia saat ini merupakan
sistem pendidikan yang telah melalui banyak modifikasi dari sistem pendidikan
yang dilakukan para Penjajah terhadap Indonesia dahulu?
Oleh sebab itu, kami membuat makalah ini disamping untuk pemenuhan
tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan, tentu diharapkan agar menambah
wawasan darimana asal sistem pendidikan yang kita rasakan di zaman sekarang
ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara
lain;
a. Siapa itu bangsa Barat?
b. Bagaimana sistem Pendidikan Bangsa Barat?
c. Apa saja Sistem Pendidikan yang pernah berpengaruh di Indonesia?
d. Bagaimana Dampak Pengaruh Barat terhadap sistem Pendidikan
Indonesia?
1
C. Tujuan
a. Menjelaskan tentang Pengertian Bangsa Barat.
b. Untuk mengetahui sekilas tentang sistem pendidikan bangsa barat.
c. Untuk mengenal sistem pendidikan yang pernah berpengaruh di Indonesia.
d. Agar dapat Menganalisis pengaruh barat dalam sistem pendidikan di
Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kedua sudut pandang individu atau yang biasa disebut (Individual Perspective).
Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat berarti pendidikan adalah pewarisan
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan
berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi.
Disisi lain pendidikan merupakan suatu proses yang bukan hanya sekedar
mengembangkan aspek intelektual semata atau hanya sebagai transfer
pengetahuan dari satu orang ke orang lain saja, tetapi juga sebagai proses
transformasi nilai dan pembentukan karakter dalam segala aspeknya. Dengan kata
lain, pendidikan juga ikut berperan penting dalam membangun peradaban dan
membangun masa depan bangsa.
4
Menurutnya ada lima Faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat
yakni;
1. Menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia
2. Bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran
3. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan
hidup sekular
4. Menggunakan doktrin humanisme
5. Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan
dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.
Kelima Faktor ini sangat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuan barat
sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.
Salah satu hal yang paling dominan dalam sistem pendidikan Barat
adalah adanya sistem kejuruan pada sistem pendidikannya. Sistem kejuruan ini
berbeda-beda antara negara-negara yang termasuk dalam bangsa Barat. Jika
dilihat dari negara Belanda, sistem penjurusan tersebut dikategorikan menjadi;
1. Pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (Primary en secondary
education)
2. Pendidikan tingkat menegah kejuruan (senior secondary vocational
education and training)
3. Pendidikan tingkat tinggi (higher education)
Begitu juga di negara Amerika, sistem penjurusan juga dibagi menjadi
beberapa kategori antara lain;
1. Pendidikan dasar,
2. Pendidikan Menengah
3. Pendidikan lanjutan
Salah satu sistem yang juga diterapkan pada pendidikan barat adalah
pendekatan STEAM (Sains, Teknologi, Teknik, Seni, dan Matematika). Sistem ini
berfokus pada siswa tak sekadar diajarkan menghapal teori, melainkan melakukan
5
pemecahan masalah dan membuat suatu proyek tertentu secara kolaboratif,
sehingga menyebabkan siswa dapat berpikir kreatif.
6
kekuasaan tepatnya pada 1808, ia mengerahkan beberapa bupati-bupati di Jawa
untuk menggelompokkan sekolah-sekolah untuk anak-anak yang berasal dari
pribumi ke suatu kurikulum yang mencakup kultur jawa dan agama yang
diharapkan dapat membuat anak-anak tumbuh menjadi anak-anak Jawa yang baik.
Namun angin segar yang diharapkan tersebut tak kunjung datang, sampai 3,5
dekade berlalu kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda untuk bidang pendidikan
tidak pernah menunjukkan kesiapan yang matang. Terlihat dari perhatian
pendidikan yang lebih berfokus untuk anak-anak Belanda ketimbang anak-anak
pribumi.
Pemerintah seolah-olah kembali memberikan harapan palsu kepada
bangsa Indonesia melalui ditetapkannya undang-undang bagi Hindia Belanda
yang berisi pernyataan bahwa seluruh sekolah negeri Hindia Belanda dapat
dimasuki baik oleh orang Indonesia/pribumi maupun orang Eropa. Namun
faktanya yang tercatat oleh sejarah hanya sedikit sekali anak-anak yang
bersekolah waktu itu berasal dari bangsa Indonesia sendiri. Hingga tahun 1848
belum ada bukti yang ditunjukkan oleh Pemerintah Hindia-Belanda yang
menyatakan peduli terhadap pendidikan di Indonesia.
7
3. Pada Zaman Politik Etis
8
tebu. Pembangunan sarana irigasi ini bukan untuk mensejahterakan rakyat, namun
lebih diarahkan kepada kepentingan ekonomi PKB.
Emigrasi merupakan perpindahan dari negara asal ke negara lain, namun
dalam penjelasan di dalam Sistem Politik Etis hanya perpindahan antar pulau.
seperti di daerah-daerah yang subur tanahnya menjadi padat penduduknya, dan
pada umumnya tidak ada lagi tanah kosong bahkan tanah persawahan juga telah
digunakan untuk penanaman tanaman ekspor seperti tebu dan tembakau. Untuk
mengatasi permasalahan ini PKB melakukan program emigrasi, namun dalam
pelaksanaannya bukan dimaksud untuk membuka lahan pertanian bagi masyarakat
pribumi melainkan untuk memenuhi permintaan tenaga kerja di daerah-daerah
perkebunan. Pada abad XIX telah terjadi emigrasi dari Jawa Tengah ke Jawa
Timur untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan tebu. Emigrasi
(transmigrasi) perpindahan dari Pulau Jawa juga dimaksudkan untuk memenuhi
tenaga kerja di daerah Sumatra Utara, khususnya di daerah Deli. Sampai tahun
1903 jumlah pekerja yang dikirimkan ke luar Jawa sebanyak 300.000 jiwa.
Pelaksanaan edukasi pada dasarnya bersifat diskriminatif, karena terdapat
dua macam sekolahan, yaitu Sekolah Ongko Loro dan Sekolah Ongko Siji.
Sekolah Ongko Siji diperuntukkan bagi pribumi khususnya, dan orang-orang yang
memiliki kedudukan atau berharta. Sekolah Ongko Loro diperuntukkan bagi anak-
anak pribumi. Pendidikan yang dilaksanakan adalah pendidikan tingkat rendah
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendahan seperti mandor, atau
pelayan yang bisa membaca, menulis, dan berhitung. Upah yang diberikan juga
sangat murah dibandingkan dengan orang Eropa. Anggaran yang diberikan oleh
PKB untuk membiayai pendidikan anak-anak pribumi sangatlah kecil. Anggaran
yang diberikan oleh PKB pada tahun 1905 termasuk dalam tunjangan subsidi
sekolah swasta sebesar f 2 juta, sehingga apabila dibagi 40 juta penduduk, maka
hanyalah 5 sen per orang (A. Daliman, 2012: 72-76).
Adapun beberapa jenjang pendidikan yang pernah ada saat politik Etis
berkuasa dapat dikategorikan menjadi beberapa jenjang, antara lain;
a. Pendidikan Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa Belanda
(Westersch Lager Onderwijs), Pendidikan Rendah dengan Bahasa
9
Pengantar Bahasa Belanda (Westersch Lager Onderwijs) terdiri dari,
Sekolah Rendah Eropa atau ELS (Europeesche Lagere School),
Sekolah Cina-Belanda atau HCS (Hollandsch Chineesche School),
Sekolah Bumiputra-Belanda atau HIS (Hollandsch Inlandsche
School), Sekolah Peralihan (Schakelschool) dan Sekolah Taman
Kanak- Kanak (Frobelschool).
b. Pendidikan Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa Melayu,
Pendidikan Rendah dengan Bahasa Pengantar Bahasa Melayu terdiri
dari Sekolah Ongko Loro (De scholen der tweede Klasse), Sekolah
Desa (Volksschool) dan Sekolah Lanjutan (Vervolgschool)
c. Pendidikan Lanjutan (Middelbare Onderwijs), Pendidikan Lanjutan
terdiri dari MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), AMS
(Algemeene Middelbare School), dan HBS (Hoogere Buger School).
d. Pendidikan Tinggi, Pendidikan Tinggi terdiri dari NIAS
(Nederlandsch Indische Artsen School) dan STOVIT (School tot
Opleiding voor Indische Tandartsen)
10
d. Mengingat saat itu dalam suasana perang melawan Sekutu, para
siswa dan guru hampir setiap hari menjalani latihan baris berbaris
model tentara Jepang. Inilah yang menyebabkan pengkategorikan
sebagai bentuk romantisasi pendidikan publik sebagai ”penyeimbang
besar” atau great equalizer, terutama dikaitkan dengan kepentingan-
kepentingan status-qou yang militeristik khususnya di zaman Orde
Baru, di mana pembelajaran upacara bendera mingguan tiap senin
tidak pernah lekang ditelan zaman sekalipun terjadi perubahan
kurikulum bahkan hingga sekarang.
11
seluruh dunia (termasuk Indonesia) mengejar beasiswa kesana yang menyebabkan
terjadinya akulturasi budaya dan sistem pada siswa yang belajar di daerah barat.
Selain itu pada zaman sekarang ini Barat sudah banyak mendidirikan
perpustakaan-perpustakaan mereka di berbagai universitas ternama di Indonesia.
Tentu saja didalam perpustakaan tersebut terdapat informasi/pemahaman yang
berkaitan dengan sistem di Barat yang apabila dibaca oleh generasi bangsa
Indonesia dapat menyebabkan masuknya nilai-nilai kebudayaan dan pemahaman
yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa jika tidak disaring dan
diseleksi terlebih dahulu. Akibatnya bangsa barat semakin meningkatkan aset
penting tersendiri mereka dalam hal proses menduniakan budayanya.
c. Jenjang Pendidikan
Jika berbicara tentang jenjang pendidikan, tentu hal ini sudah sangat
berpengaruh pada sistem pendidikan di Indonesia dan masih dilakukan sampai
saat ini. Sistem adanya jenjang pendidikan merupakan produk pendidikan barat
yang telah ada pada zaman kolonialisme belanda dan berpengaruh di kehidupan
pendidikan bangsa sampai dengan sekarang.
12
di sistem Pendidikan Indonesia. Sistem penilaian yang menggunakan total
kumulatif nilai dari masing-masing tugas dikonversi menjadi nilai-nilai dengan
simbol huruf (A,B,C,D,E). Hal ini banyak diterapkan di lembaga pendidikan di
Indonesia terutama pada perguruan tinggi. Begitupun dengan tahun akademik,
Indonesia juga mencontoh sistem pendidikan Barat yang memiliki periode tahun-
tahun pembelajaBarat yang memiliki periode tahun-tahun pembelajaran.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jika dilihat dari jejak history bangsa, sistem Pendidikan di Indonesia saat
ini tentu saja merupakan sistem pendidikan yang dihasilkan dari turunan
pengaruh-pengaruh sistem pendidikan Barat yang pernah berlaku di Indonesia
dahulu ataupun masih berlaku sampai sekarang.
B. Saran
Menurut kelompok kami meskipun kebanyakan masyarakat di
Indonesia apabila telah mendengar konteks “Budaya Barat” berfokus pada hal-hal
negatif dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa, namun ada baiknya
kita tetap harus melakukan seleksi terlebih dahulu, jangan sampai mengklaim
mutlak seluruh aspek yang didapat dari luar bangsa Indonesia sendiri adalah yang
yang negatif. Karena pada kenyataannya masih banyak sistem-sistem yang baik
yang dapat kita contoh dalam meningkatkan kualitas bangsa terutama dalam hal
pendidikan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Salindri, Dewi dan Gusti Muhammad Prayudi. (2015). Pendidikan Pada Masa
Pemerintahan Kolonial Belanda di Surabaya Tahun 1901-1942. Pendidikan, 1,
20-32.
15