PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
IDENTITAS NASIONAL
Disusun oleh:
Kelompok 5
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan karunia, rahmat serta
hidayah-Nya sehingga makalah MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
IDENTITAS NASIONAL dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
2. Orang tua kami yang telah mendoakan yang terbaik untuk penyelesaian tugas ini
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mohon maaf atas kesalahan dalam
makalah ini. Penulis berharap kepada dosen pengampu khususnya dapat memberikan saran
dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan makalah penulis di masa yang akan
datang.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada penulis
khususnya dan kepada pembaca umumnya. Dan semoga makalah ini dapat menjadi salah satu
sumber acuan bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia saat ini telah memasuki suatu dekade waktu yaitu era globalisasi, dimana
semua aspek yang meliputi politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan
menitikberatkan pada sebuah kemajuan teknologi.
Beragamnya suku bangsa serta bahasa di Indonesia, merupakan suatu tantangan besar
bagi bangsa ini untuk tetap dapat mempertahankan identitasnya, terlebih di era globalisasi
seperti saat ini. Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan
perubahan tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya teknologi informasi sehingga interaksi manusia menjadi sempit, serta seolah-olah
dunia tanpa ruang. Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan
menggeser nilai-nilai yang telah ada. Kondisi seperti ini telah menciptakan struktur baru,
yaitu struktur global yang sangat mempengaruhi pola pikir dan mentalitas bangsa dalam
menghadapi situasi dunia yang seperti ini.
Identitas nasional adalah citra diri dari sebuah bangsa yang dilihat oleh Negara lain.
Jangan sampai kita tergiur oleh arus global yang menampilkan pesona Negara lain, sehingga
kita terlena dan takjub yang pada akhirnya bisa membuat kita untuk melupakan dan tidak
mau mengenal identitas bangsa kita sendiri. Untuk itu, sebagai generasi muda Indonesia
seharusnya kita sudah mengenal dan mengetahui apa saja identitas nasional bangsa kita.
Namun pada kenyataannya banyak generasi muda Indonesia yang belum tahu tentang apa itu
identitas nasional dan apa saja wujud dari identitas nasional bangsa Indonesia itu sendiri.
Seringkali kita marah ketika aset identitas nasional kita direbut atau ditiru oleh Negara lain,
tapi dalam pengaplikasiannya kita sebagai warga Negara Indonesia bersikap pasif dan enggan
untuk mengembangkan dan mengoptimalkannya.
Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Departemen
Pertahanan telah membuat suatu orientasi ke arah sana. Salah satunya dengan membekali
para siswa dan mahasiswa dengan kurikulum mengenai pendidikan kewarganegaraan, yang di
dalamnya ditekankan pentingnya kesadaran berbangsa dan bernegara serta diharapkan dapat
1
bermanfaat untuk kita semua dalam memahami, mengoptimalkan dan melestarikan identitas
nasional bangsa kita yaitu Indonesia.
1.3. Tujuan
1) Agar mahasiswa dapat memahami latar belakang pendidikan kewarganegaraan dan
kompetensi yang diharapkan dari pendidikan kewarganegaraan tersebut.
2) Agar mahasisiwa mampu memahami pengertian dan tujuan pendidikan
kewarganegaraan.
3) Agar mahasiswa dapat memahami mengenai landasan ilmiah dan landasan hukum
pendidikan kewarganegaraan.
4) Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian identitas nasional.
5) Agar mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor pendukung kelahiran identitas
Pancasila.
6) Agar mahasiswa mampu memahami Pancasila sebagai kepribadian dan identitas
nasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Negara Indonesia terlahir sebagai bangsa yang besar, terdiri dari berbagai macam
suku, agama, ras dan budaya. Indonesia adalah Negara paling heterogen di dunia. Terdapat 14
(empat belas) etnis utama dan 300 kelompok etnik. Bentang alam geografis dan topografisnya
yang terpisah dan terisolasi dengan satu pulau dan yang lainnya, ini adalah kondisi yang
mendorong bertumbuhnya ciri ciri suku bangsa, bahasa dan kebudayaan yang beraneka
ragam sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Dengan sifat yang plural ini, negara
Indonesia sangat rawan timbul sebuah konflik karena lebih sulit menjaganya dari pada
ketentraman dan keamanan masyarakat yang homogeny sehingga sering terjadi konflik di
beberapa daerah. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah pendidikan yang dapat membekali para
siswa dan mahasiswa dimana di dalamnya diajarkan bagaimana bernegara yang baik dan
benar.
Selain itu, Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era
sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan
mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan menimbulkan
kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh Bangsa Indonesia
berdasarkan kesamaan nilainilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan
berkembang. Kesamaan nilainilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan.
Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah Nusantara.
Tetapi semangat perjuangan itu kini telah mengalami pasang surut sesuai dengan
dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa
3
telah mengalami penurunan pada titik yang kritis. Hal ini disebabkan antara lain oleh
pengaruh globalisasi.
Sedangkan dalam era globalisasi dan masa yang akan datang kita memerlukan
perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Perjuangan non fisik ini
memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga Negara Indonesia pada umumnya
dan mahasiswa sebagai calon cendikiawan pada khususnya, yaitu melalui Pendidikan
Kewarganegaraan.
4
pertumbuhan civic culture, untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan
pemerintahan demokrasi ( Mansoer, 2005).
5
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
6
Oleh karena itu, kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi
ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis,
berkeadaban. Selain itu kompetensi yang diharapkan maahasiswa menjadi warga negara yang
memiliki daya saing, bedisiplin, berpartisispasi aktif dalam membangun kehidupan yang
damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
a) Memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila sebagai falsafah,
dasar ideologi, dan pandangan hidup negara RI.
b) Melek konstitusi (UUD NRI 1945) dan hukum yang berlaku dalam negara RI.
c) Menghayati dan meyakini tatanan dalam moral yang termuat dalam butir di atas.
d) Mengamalkan dan membakukan hal-hal di atas sebagai sikap perilaku diri dan
kehidupannya dengan penuh keyakinan dan nalar.
Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan dinamika internal bangsa
Indonesia, program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi harus
mampu mencapai tujuan:
7
e) Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
2.3. Landasan Ilmiah dan Landsan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan
Landasan Ilmiah
Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara
dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya.
Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai-nilai
budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup
setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahasan
Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga negara dengan negara, serta
pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta
dasar filosofi bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk enumbuhkan
sikap dan perilaku cintatanah air yang besendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.
Di beberapa negara dikembangkan pula bidang studi yang sejenis dengan Pendidika
Kewarganegraan, yaitu yang dikenal dengan Civics Education.
8
b) Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode,
system, dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek material
maupun objek formalnya. Objek material adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh
suatu bidang atau cabang ilmu. Sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu yang
dipilih untuk membahas objek material tersebut. adapun objek material dari Pendidikan
Kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara yang meliputi
wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek
formalnya mencakup 2 segi, segi hubungan antara warga negara dan negara dan segi
pembelaan negara. Dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan terarah pada warga negara
Indonesia dalam hubungannya dengan negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara
Indonesia.
c) Rumpun Keilmuan
Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.
Sedangkan kata hukum adalah sesuatu yang dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut
ditaati. Hukum atau aturan baku diatas tidak selalu dalm bentuk tertulis. Jadi landasan hukum
dapat diartikan sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu.
1) UUD 1945
a. Pembukaan UUD 1945, khususnya pada alinea kedua dan keempat yang memuat
cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya.
9
b. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat memberikan dasar pemikiran tentang
tujuan negara. Salah satu tujuan negara adalah Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa yang mengandung makna yang dalam. Dalam kehidupan
berkewarganegaraan, pernyataan ini memberikan pesan kepada para
penyelenggara negara dan segenap rakyat agar memiliki kemampuan dalam
berpikir, bersikap, dan berperilaku.
c. Pasal 27 (1) menyatakan bahwa Segala warga Negara bersama kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
d. Pasal 30 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaan negara.
e. Pasal 31 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan
pengajaran
2) Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
3) UU No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia dalam Lembaran Negara 1982 No. 51,
TLN 3234
a. Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak dan kewajiban warga negara yang
diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan
melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tak terpisahkan
dalam sistem Pendidikan Nasional.
b. Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap
awal pada tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah ada dalam
gerakan pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada dalam
Pendidikan Kewarganegaraan.
4) Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000
tentang pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian
Hasil belajar Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan.
5) Keputusan Bersama Mendikbud dan Menhankam
Keputusan tersebut menetapkan realisasi pendidikan bela negara melalui jalur
pengajaran/ pendidikan khususnya pendidikan tinggi.
10
2.4. Pengertian Identitas Nasional
Dipandang dari padanan katanya, identitas nasional yang terdiri dari istilah identitas
yang berasal dari istilah identity dan nasional yang berasal dari istilah nation, yang mana
identitas (identity) dapat diterjemahkan sebagai karakter, ciri, tanda, jati diri ataupun sifat
khas, sementara nasional (nation) yang artinya bangsa; maka identitas nasional itu merupakan
sifat khas yang melekat pada suatu bangsa atau yang lebih dikenal sebagai kepribadian atau
karakter suatu bangsa.
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.
Berdasarkan perngertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa
tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana dijelaskan di atas
maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau
lebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa.
Tingkah laku tersebut terdiri atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang
berada dalam seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya.
Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang
dengan hubungan dengan manusia lain.
Jikalau kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya
adalah bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok
besar manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga
mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta
mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional. Para tokoh besar ilmu
11
pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat kepribadian bangsa tersebut adalah dari beberapa
disiplin ilmu, antara lain antropologi, psikologi dan sosiologi. Tokoh-tokoh tersebut antara
lain Margareth Mead, Ruth Benedict, Ralph Linton, Abraham Kardiner, David Riesman.
Menurut Mead Anthropology Today (1954) misalnya, bahwa studi tentang National
Character mencoba untuk menyusun suatu kerangka pikiran yang merupakan suatu
konstruksi tentang bagaimana sifat-sifat yang dibawa oleh kelahiran dan unsur-unsur
ideotyncrotie pada tiap-tiap manusia dan patroon umum serta patroom individu dari proses
pendewasaannya diintegrasikan dalam tradisi sosial yang didukung oleh bangsa itu
sedemikian rupa sehingga nampak sifat-sifat kebudayaan yang sama, yang menonjol yang
menjadi iri khas suatu bangsa tersebut.
Demikian pula tokoh antropologi, Ralph Linton bersama dengan pakar psikologi
Abraham Kardiner, mengadakan suatu proyek penelitian tenteng watak umum suatu bangsa
dan sebagai objek penelitiannya adalah bangsa Maequesesas dan Tanada, yang kemudian
hasial penelitiannya ditulis dalam suatu buku yang bertitel The Individual and His Society
(1938). Dari hasil penelitian tersebut dirumuskan bahwa sebuah konsepsi tentang basic
personality structure. Dengan konsepsi itu dimaksudkan bahwa semua unsur watak sama
dimiliki oleh sebagian besar warga suatu masyarakat. Unsur watak yang sama ini disebabkan
oleh pengalaman-pengalaman yang sama yang telah dialami oleh warga masyarakat tersebut,
karena mereka hidup di bawah pengaruh suatu lingkungan kebudayaan selama masa tumbuh
dan berkembangnya bangsa tersebut.
12
character atau national identity. Dalam hubungannya dengan identitas nasional Indonesia,
kepribadian Indonesia kiranya sangat sulit jikalau hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas
fisik. Hal ini mengingat bangsa Indonesia itu terdiri atas berbagai macam unsur etnis, ras,
suku, kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak asalnya memang memiliki suatu
perbedaan. Oleh karena itu kepribadiaan bangsa Indonesia sebagai suatu identitas nasional
secara historis berkembang dan menemukan jati dirinya setelah proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945. Namun identitas nasional suatu bangsa tidak cukup hanya dipahami secara
statis mengingat bangsa adalah merupakan kumpulan dari manusia-manusia yang senantiasa
berinterkasi dengan bangsa lain di dunia dengan segala hasil budayanya. Oleh karena itu
identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional Indonesia juga harus dipahami
dalam konteks dinamis.
Menurut Robert de Ventos sebagaimana dikutip oleh Manuel Castells dalam bukunya,
The Power of Identity, dikemukakan bahwa selain faktor etnisitas, teritorial, bahasa, agama
serta budaya, ada juga faktor dinamika suatu bangsa dalam proses pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu identitas nasional bangsa Indonesia juga harus
dipahami dalam arti dinamis, yaitu bagaimana bangsa itu melakukan akselerasi dalam
pembangunan, termasuk proses interaksinya secara global dengan bangsa-bangsa lain di
dunia internasional.
Dalam hubungan dengan konteks identitas nasional secara dinamis dewasa ini
nampaknya bangsa Indonesia tidak merasa bangga dengan bangsa dan negaranya di dunia
internasional. Akibatnaya dewasa ini semangat patriotisme, semangat kebangsaan, semangat
untuk mempersembahkan karya terbaik bagi bangsa dan negara d ibidang ilmu pengetahuan
dan teknologi dewasa ini, bangsa Indonesia belum menunjukkan akselerasi yang berarti,
padahal jikalau kita lihat sumber daya manusia Indonesia dapat dibanggakan. Sebagai contoh
fakta kongkrit, anak-anak kita sering berprestasi internasional dalam Olimpiade Ilmu
Pengetahuan. Terlebih lagi dewasa ini muncul budaya mudah menyalahkan orang lain
tanpa diimbangi dengan ide serta solusi yang realistik.
Oleh karena itu dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa
ini bangsa Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi, melalui
dasar filosofi bangsa dan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang terkandung dalam filosofi
Pancasila. Masyarakat harus semakin terbuka dan dinamis, namun harus berkeadaban serta
sadar akan tujuan hidup bersama dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dengan kesadaran
13
akan kebersamaan dan persatuan tersebut maka insyaallah bangsa Indonesia akan mampu
mengukir identitas nasionalnya secara dinamis di dunia internasional.
Secara lebih jauh, Sigmund Freud pernah menggariskan bahwa, Character is striving
system with underly behaviour yang dapat diartikan bahwa karakter itu adalah kumpulan
data nilai yang diwujudkan dalam suatu sistem daya juang (daya dorong) yang melandasi
pikiran, sikap, dan prilaku. Artinya identitas nasional tersebut berada pada kedudukan yang
luhur dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena itu sebagai nilai, asas,
norma kehidupan bangsa sudah semestinya untuk dijunjung tinggi oleh warga dari bangsa
tersebut. Identitas nasional suatu negara pada hakikatnya merupakan suatu bentuk
kepribadian bangsa yang sesungguhnya untuk mewujudkan kredibilitas, integritas, dan harkat
dan martabat bangsa dalam rangka mencapai tujuan negara.
1) Sebagai penanda keberadaan atau eksistensinya. Bangsa yang tidak mempunyai jadi diri
tidak akan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2) Sebagai pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan kematangan jiwa, daya juang,
dan kekuasaan bangsa ini. Hal ini tercermin dalam kondisi bangsa pada umumnya dan
kondisi ketahanan bangsa pada khususnya, dan
3) Sebagai pembeda dengan bangsa lain di dunia.
Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi dibentuk dan dibangun secara sadar
dan sengaja, berdasarkan jati diri masing-masing. Telah menjadi suatu kemafhuman bahwa
suatu bangsa yang terdiri atas manusia-manusia yang dalam peradabannya senantiasa
bergerak dan berinteraksi dengan bangsa lain melalui segala identitasnya masing-masing,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Akan tetapi jika suatu bangsa hendak terus
berkarakter, maka bangsa tersebu harus dapat mempertahankan identitas nasionalnya sebagai
penyanggah untuk kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menghadapi kekuatan-kekuatan
luar. Sebab kalau tidak, negara itu akan mati.
Tanda-tanda suatu negara akan mati, menurut Mahatma Gandhi (Founding Fathers
bangsa India) dalam teori Seven Deadly Sins-nya (tujuh dosa yang dapat mematikan suatu
negara), yakni apabila telah bertumbuh-kembangnya budaya, nilai-nilai, dan perilaku:
Kekeyaan Tanpa Bekerja (wealth without work); Kesenangan Tanpa Hati Nurani (pleasure
14
without conscience); Pengetahuan Tanpa Karakter (knowledge without character); Bisnis
Tanpa Moralitas (bussiness without morality); Ilmu Tanpa Kemanusiaan (science without
humanity); Agama Tanpa Pengorbanan (religion without sacrifice); dan Politik Tanpa Prinsif
(politics without principle).
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa
Indonesia meliputi (1) faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan
demografis, (2) faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002).
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya The Power
og Identity (Suryo, 2002), mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu
bangsa sebagai hasil interaksi historis antara 4 (empat) faktor penting, yaitu faktor primer,
faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif. Keempat faktor tersebut pada dasarnya
tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah
berkembbang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan
bangsa lain. pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan
perjuangan bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan Negara dengan konsep nama
Indonesia Bangsa dan negara Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan
dibangun menjadi suatu kesatuan bangsa dan negara dengan prinsip nasionalisme modern.
Oleh kkarena itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur
15
lainnya seperti sosial, ekonomi, buadaya, etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan
dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang.
a. Primordial
Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa,
dan adat-istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat membentuk negara-bangsa.
Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan
persepsi yang sama tentang masyarakat negara yang dicita-citakan. Walaupun ikatan
kekerabatan dan kesamaan budaya itu tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa (karena
mungkin ada faktor yang lain yang lebih menonjol), namun kemajemukan secara budaya
mempersulit pembentukan satu nasionalitas baru (negara bangsa) karena perbedaan ini akan
melahirkan konflik nilai.
b. Sakral
Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi yang kuat
dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat membentuk negara-bangsa.
c. Tokoh
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara luas oleh
masyarakat dapat menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa-negara. Pemimpin ini
menjadi panutan sebab warga masyarakat mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin,
dan ia dianggap sebagai penyambung lidah masyarakat.
d. Sejarah
Persepsi yang sama tentang asal-usul (nenek moyang) dan tentang pengalaman masa
lalu, seperti penderitaan yang sama akibat dari penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas
(sependeritaan dan sepenanggungan), tetapi juga tekad dan tujuan yang sama antar kelompok
suku bangsa. Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas yang
menyatukan mereka sebagai bangsa, sebab dengan membentuk konsep ke-kita-an dalam
masyarakat.
16
e. Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) merupakan salah satu faktor yang
dapat membentuk bangsa-negara. Bersatu dalam perbedaan artinya kesediaan warga
masyarakat untuk bersama dalam suatu lembaga yang disebut Negara, atau pemerintahan
walaupun mereka memiliki suku bangsa, adat-istiadat, ras atau agama yang berbeda.
f. Perkembangan Ekonomi
g. Kelembagaan
17
2.6. Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat Internasional, memiliki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkal bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanlah prisip-
prinsip dasar filsafat sebagi suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Para pendiri
negara menyadari akan pentingnya dasar filsafat ini, kemudian melakukan suatu penyidikan
yang dilakukan oleh badan yang akan meletakkan dasar filsafat bangsa dan negara yaitu
BPUPKI. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa tersebut yang diangkat
dari filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan
menjadi suatu prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Jadi dasar filsafat suatu bangsa
dan negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri.
Hal inilah menurut Titus dikemukakan bahwa salah satu fungsi filsafat adalah kedudukannya
sebagai suatu pandangan hidup masyarakat (Titus, 1984).
Dapat pula dikatakan bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara
Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaanyang dimiliki
oleh bangsa Indonesiasebagai kepribadian bangsa. Jadi filsafat Pancasila ini bukan muncul
secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu fase
historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara formal yuridis dalam
Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada
bangsa Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandanagn hisup,sehingga
materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri. Dalam pengertian seperti ini Notonogaro bangsa Indonesia adalah sebagai kausa
matrealis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal
oleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Proses
perumusan materi Pancasila seacra formaltersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI
pertama, sidang Panitia 9, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara formal
yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang.
Berdasarkan kenyataan objektif tersebut maka untuk memahami jati diri bangsa Indonesia
serta indentitas nasional bangssa Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar
budaya yang mendasari identitas nasional bangsa Indonesia. Kepribadian, jati diri, serta
18
identitas nasional Indonesia yang terumuskan dalam filsafat Pancasila harus dilacak dan
dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman Kutai, Sriwijaya,
Majapahit serta kerajaan lainnya sebelum penjajahan bangsa asing di Indonesia.
Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perfektif
sejarah sekaligus juga merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang
tumbuh dan berkembaang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.
19
A. Naskah Pancasila
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
B. Penjabaran kelima sila sebagai kepribadian dan identitas nasional adalah sebagai
berikut:
1) KeTuhanan Yang Maha Esa
Indonesia memiliki 5 agama yang dianut oleh masyarakatnya, antara lain Islam
sebagai agama dominan, Katolik, Protestan, Budha, dan Hindu. Tentunya, setiap agama
tersebut mengajarkan kebaikan kepadaumat pengikutnya yang membuat mereka menaati
aturanNya serta berbakti kepadaNya. Sebagai manusia harus berbuat baik kepada sesama
dengan melakukan tindakan sosial dan beramal, bertindak ramah, serta harus menjunjung
toleransi antar umat beragama. Pribadi manusia inilah yang kemudian menjadi karakteristik
bangsa Indonesia.
20
Sila kerakyatan berakar dalam masyarakat Indonesia dan merupakan suatu unsur
kepribadian bangsa Indonesia. Memang, pada saat ini demokrasi Indonesia yang berasal dari
barat itu, menduduki peringkat ke-3 tertinggi di Dunia. Akan tetapi dalam pelaksanaannya,
demokrasi ini hanya dijadikan alat bagi para birokrat pemerintah yang saling bertarung
bahkan menggunakan cara kotor untuk memenuhi individual-interest nya. Hal ini cukup
bertentangan dengan sifat kerakyatan Indonesia yang didasarkanatas kekeluargaan dan
keputusannya harus mencapai mufakat. Maka, pengambilan keputusan dengan musyawarah
mufakat lah yang harus dilakukan dan menjadi ciri dari bangsa Indonesia sekarang.
Kepribadian bangsa Indonesia yaitu keadilan sosial Indonesia yang menuju kepada
cita-cita mencapai suatu tata masyarakat yang adil dan makmur. Keadilan harus dirasakan
oleh keseluruhan lapisan masyarakat Indonesia agar dapat memajukan kesejahteraan dan
kemakmuran Indonesia yang menyeluruh. Oleh karena itu perbuatan luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan haruslah
dikembangkan.
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
22
Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia
meliputi (1) faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis,
(2) faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia (Suryo, 2002).
Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional yaitu primordial, sakral, tokoh,
sejarah, Bhinneka Tunggal Ika, perkembangan ekonomi, kelembagaan (Surbakti,
1999).
Pancasila sebagai identitas nasional mampu mendorong bangsa Indonesia agar tetap
berjalan dalam koridornya untuk lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan
menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta. Bila menghubungkan kebudayaan
sebagai karakteristik bangsa dengan Pancasila sebagai identitas nasional, tentunya
kedua hal ini merupakan suatu kesatuan layaknya keseluruhan sila dalam Pancasila
yang mampu menggambarkan karakteristik yang membedakan Indonesia dengan
negara lain.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://lathevha.wordpress.com/2016/05/03/kewarganegaraan-identitas-nasional-sebagai-
karakter-bangsa-indonesia/ Diakses pada tanggal 9 Oktober 2017. Pukul 20:05
https://www.scribd.com/doc/41009743/Pancasila-Sebagai-Kepribadian-Dan-Identitas-
Nasional Diakses pada tanggal 9 Oktober 2017. Pukul 20:50
24