Anda di halaman 1dari 155

Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi

1. Pengantar
Modul ini membicarakan penerapan bahasa Indonesia, baik secara umum maupun
secara khusus. Pembicaraan secara umum meliputi berbagai bentuk pemakaian bahasa
Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari. Secara khusus, yang dibicarakan
adalah bagaimana menuangkan gagasan dengan nalar yang baik ke dalam bentuk tulisan.
Lebih khusus lagi adalah pengungkapan gagasan melalui tulisan yang bersifat ilmiah.

2. Tujuan Instruksional Umum


Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia, mahasiswa
memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif ini diwujudkan dengan
kesetiaan berbahasa Indonesia; kebanggaan akan pentingnya bahasa Indonesia sebagai
sarana komunikasi dan pengembang ilmu dan teknologi secara menyeluruh untuk
meningkatkan kehidupan bangsa, negara, dan juga agama; kesadaran berbahasa Indonesia
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan perkataan lain, mata kuliah ini ditujukan
mengarahkan mahasiswa pada kepribadian yang mengindonesia.
3. Tujuan Instruksional Khusus
Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia, mahasiswa
mampu dan terampil menuangkan gagasan secara lisan maupun tertulis baik ilmiah
maupun takilmiah dengan bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh semua lapisan
masyarakat dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Kegiatan Belajar I

Politik Bahasa Indonesia

1. Mengapa Kita Mempelajari Bahasa Indonesia?


Mengapa bahasa Indonesia masih harus dijadikan mata kuliah dan dipelajari di semua
jurusan atau program di seluruh fakultas di perguruan tinggi, padahal kini banyak di antara
kita sudah belajar berbahasa Indonesia sejak lahir dan secara formal sejak di sekolah dasar,
bahkan sejak di taman kanak-kanak? Alasannya tiada lain karena Undang-Undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pasal 37 Ayat 2 mewajibkan perguruan tinggi
menyelenggarakan beberapa mata kuliah pengembangan kepribadian yang lebih umum
disingkat menjadi MPK. Satu di antara beberapa MPK adalah mata kuliah Bahasa Indonesia.
Sebelumnya, mata kuliah Bahasa Indonesia dan sejenisnya diwadahi dalam Mata Kuliah
Dasar Umum (MKDU), lalu berkembang menjadi Mata Kuliah Umum (MKU), dan terakhir
menjadi MPK.
Mengapa pula undang-undang tersebut begitu? Landasan pemikirannya ada dua.
Pertama adalah satu dari tiga butir Sumpah Pemuda 1928 menyatakan Kami poetra dan
poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Kedua adalah
Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahasa negara adalah
bahasa Indonesia. Hal itu dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan
penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
Dengan perkataan lain, latar belakang mengapa bahasa Indonesia masih harus kita
pelajari secara formal sampai di perguruan tinggi adalah adanya dua kedudukan yang
dimiliki bahasa Indonesia. Tentu saja, kedua kedudukan tersebut memiliki fungsinya masingmasing.
a. Bahasa Nasional
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki tiga fungsi:
(1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan
antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan
berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masingmasing.
Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan
kita. Berdasarkan kebanggaan inilah, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan.

22

Selain itu, rasa bangga memakai bahasa Indonesia dalam berbagai bidang harus selalu kita
bina dan kita tingkatkan.
Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia sebagaimana halnya lambang
lain, yaitu bendera merah putih dan burung garuda mau takmau suka taksuka harus diakui
menjadi bagian yang takdapat dipisahkan dengan bangsa Indonesia. Jadi, seandainya ada
orang yang kurang atau bahkan tidak menghargai ketiga lambang identitas kita ini tentu
sedikitnya kita akan merasa tersinggung dan rasa hormat kita kepada orang tersebut
menjadi berkurang atau malah hilang. Karena itu, bahasa Indonesia dapat menunjukkan
atau menghadirkan identitasnya hanya apabila masyarakat bahasa Indonesia membina dan
mengembangkannya sesuai dengan keahlian dalam bidang masing-masing.
Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita berkomunikasi dengan siapa pun
memakai bahasa Indonesia apabila komunikator dan komunikan mengerti. Karena itu,
kesalahpahaman dengan orang dari daerah lain bisa kita hindari kalau kita memakai bahasa
Indonesia. Melalui fungsi ketiga ini pula kita bisa memahami budaya saudara kita di daerah
lain.
Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena kita telah memiliki
bahasa nasional yang berasal dari bumi kita sendiri sehingga kita dapat bersatu dalam
kebesaran Indonesia. Padahal, ketika dicanangkan sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia boleh dikatakan tidak memiliki penutur asli karena berasal dari bahasa Melayu.
Bahasa Jawa dan bahasa Sunda paling banyak penuturnya di antara bahasa-bahasa daerah
yang ada di Nusantara ini. Jadi, berdasarkan jumlah penutur, yang pantas menjadi bahasa
nasional sebenarnya kedua bahasa daerah itu. Apalah jadinya seandainya bahasa Jawa atau
bahasa Sunda yang diangkat menjadi bahasa nasional. Mungkin saja terjadi perpecahan
perang antarsuku, lalu muncul negara-negara kecil. Karena itu, tentu bukan soal jumlah
penutur yang menjadi landasan para pemikir bangsa waktu itu. Mereka berpikiran jauh ke
masa depan untuk kebesaran dan kejayaan bangsa; dan lahirlah bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional.
b. Bahasa Negara
Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara memiliki empat fungsi
yang saling mengisi dengan ketiga fungsi bahasa nasional. Keempat fungsi bahasa negara
adalah sebagai berikut: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia
pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi.
Dalam fungsi pertama bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam upacara, peristiwa,
dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu juga dalam penulisan dokumen
dan putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan
kenegaraan. Hal tersebut berlaku juga bagi pidato kenegaraan.

33

Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan menggunakan pengantar


bahasa Indonesia. Lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi
mau takmau dalam pelajaran atau mata kuliah apa pun pengantarnya adalah bahasa
Indonesia. Namun, ada perkecualian. Bahasa daerah boleh (tidak harus) digunakan sebagai
bahasa pengantar di sekolah dasar sampai tahun ketiga.
Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia untuk membantu
kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini kita berusaha
menjelaskan sesuatu, baik secara lisan maupun tertulis, dengan bahasa Indonesia agar orang
yang kita tuju dapat dengan mudah memahami dan melaksanakan kegiatan pembangunan.
Fungsi keempat mengingatkan kita yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Tentu segala
ilmu yang telah kita miliki akan makin berguna bagi orang lain jika kita sebarkan kepada
saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di seluruh pelosok Nusantara, atau bahkan
jika memungkinkan kepada saudara kita di seluruh dunia. Penyebaran ilmu tersebut akan
lebih efektif dan efisien jika menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah atau
bahasa asing.

c. Variasi Pemakaian Bahasa


Variasi pemakaian bahasa Indonesia pun merupakan landasan pemikiran diadakannya
mata kuliah bahasa Indonesia sampai di perguruan tinggi. Kita dapat mengetahui perbedaan
pemakaian bahasa Indonesia tatkala kita membaca koran nasional dan koran daerah,
misalnya. Perbedaan itu dapat juga dibuktikan ketika kita pergi ke daerah lain, baik pilihan
kata maupun intonasi, atau bahkan kalimatnya. Begitu pula ketika pergi ke pasar lalu ke
kantor atau ke kampus, kita akan segera tahu adanya perbedaan pemakaian bahasa
Indonesia. Contoh yang paling mudah untuk melihat perbedaan pemakaian ini adalah bahasa
dalam SMS atau ceting (chatting) dan dalam makalah. Bahasa SMS takketat, bahkan bisa dan
boleh semau kita, sedangkan bahasa makalah penuh dengan aturan yang harus kita taati.

d. Perkembangan Bahasa
Bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, Arab, Belanda, Mandarin, Jepang
atau bahasa asing lainnya, atau juga bahasa daerah, bahasa Indonesia relatif masih muda. Ia
baru lahir pada akhir tahun 1928, yaitu melalui Sumpah Pemuda. Namun, perkembangannya
begitu pesat. Hingga tahun 1988 berarti enam puluh tahun bahasa Indonesia sudah
memiliki lebih dari 60.000 kata.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai bahasa,
baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Banyak kosakata daerah, terutama Jawa dan
Sunda, masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa asing yang banyak diserap pada awalnya
adalah bahasa Arab, lalu bahasa Belanda, dan kini bahasa Inggris.

44

Hingga 1972 bahasa Indonesia dalam hal menyerap lebih berorientasi pada bahasa
Belanda. Karena itu, banyak kosakata yang berasal dari bahasa Belanda, misalnya,
tradisionil, formil, sistim. Namun, sejak 1972 bersamaan dengan lahirnya Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia dalam hal menyerap kosakata asing lebih
berorientasi pada bahasa Inggris. Karena itu, kosakata yang berasal dari bahasa Belanda
seperti ketiga contoh taklagi dianggap baku. Kosakata yang dianggap baku untuk ketiga kata
tersebut adalah tradisional, formal, dan sistem.
Pada akhir tahun 1990-an ketika yang memimpin Indonesia adalah Abdurrahman Wahid
perkembangan kosakata bahasa Indonesia memperlihatkan gejala lain. Pada waktu itu
muncul lagi kosakata yang berasal dari bahasa Arab yang sebelumnya hanya digunakan di
lingkungan pesantren. Contohnya adalah kata-kata istigosah, akhwat, ikhwan.
Perkembangan tidak hanya terjadi pada bidang kosakata, tetapi juga pada bidang lain
seperti istilah atau ungkapan dan peribahasa. Hal tersebut bisa kita temukan dengan
membaca Siti Nurbaya karya Marah Roesli dan Saman karya Ayu Utami, misalnya. Contoh
lain dapat kita temukan dengan membaca koran tahun 1980-an dan koran tahun 2000-an.
Tahun 1980-90an muncul ungkapan menurut petunjuk, demi pembangunan, dan sebagainya.
Tahun 2000-an lebih sering muncul kata-kata reformasi, keos (chaos), dan sebagainya.
Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada ragam resmi. Dalam ragam
takresmi pun terjadi perkembangan. Bahkan, perkembangan dalam ragam takresmi lebih
pesat, namun juga lebih cepat menghilang. Misalnya, pada tahun 1980-an muncul kata asoy
yang berarti asyik; tahun 1990-an muncul kata ni ye yang bertugas sebagai penegas
kalimat; tahun 2003-an muncul kata lagi yang bertugas baru sebagai penegas seperti pada
ungkapan PD (percaya diri) lagi atau abis lagi. Padahal arti lagi yang sebenarnya adalah
kembali atau sedang. Tahun 2004 muncul gitu lo atau getho lho, dan semacamnya.
Bidang makna pun mengalami perkembangan. Ada lima penyebab perkembangan
makna, yaitu (1) peristiwa ketatabahasaan, (2) perubahan waktu, (3) perbedaan bahasa
daerah, (4) perbedaan bidang khusus, (5) perubahan konotasi.
1) peristiwa ketatabahasaan
Sebuah kata, misalnya tangan, memiliki makna berbeda karena konteks kalimat berbeda.
- Agus pulang dengan tangan hampa.
- Dadang memiliki banyak tangan kanan.
- Tangan Didi sakit karena jatuh.
2) perubahan waktu
makna dahulu
bapak : orang tua laki-laki, ayah
canggih: cerewet, bawel
saudara : orang yang lahir dari ibu
dan bapak yang sama

makna sekarang
sebutan terhadap semua orang laki-laki yang
umurnya lebih tua atau kedudukannya lebih tinggi
pintar dan rumit, modern
sapaan bagi orang yang sama derajatnya, orang yang
dianggap lahir dari lingkungan yang sama seperti

55

sebangsa, seagama, sedaerah

3) perbedaan bahasa daerah


Kata atos dalam bahasa Sunda berarti sudah, sedangkan dalam bahasa Jawa berarti
keras. Kata bujur dalam bahasa Sunda berarti pantat, sedangkan dalam bahasa Batak
berarti terima kasih, dan dalam bahasa Indonesia berarti panjang.
4) perbedaan bidang khusus
Dalam bidang kedokteran kata koma berarti sekarat, sedangkan dalam bidang bahasa
berarti salah satu tanda baca untuk jeda. Kata operasi dalam bidang kedokteran
berarti bedah, bedel, dalam bidang kemiliteran atau yang lain berarti tindakan, dan
dalam bidang pendidikan berarti pelaksanaan rencana proses belajar mengajar yang
telah dikembangkan secara rinci.
5) perubahan konotasi
Kata penyesuaian berarti penyamaan, tetapi agar orang lain tidak terkejut atau marah,
kata itu dipakai untuk makna penaikan. Misalnya penaikan harga menjadi penyesuaian
harga.
Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia adalah pergantian ejaan. Sejak 1972 bahasa
Indonesia memakai sistem ejaan yang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang
dalam kenyataannya sampai sekarang belum diperhatikan penuh oleh masyarakat
pemakainya. Karena itu, kesalahan pemakaian masih banyak terjadi. Misalnya, banyak orang
masih kesulitan membedakan pemakaian huruf kecil dan huruf kapital; pemakaian singkatan
nama diri, nama gelar, dan nama lembaga. Padahal, jika diperhatikan, pemakaian ejaan
dapat juga membedakan makna.
Perhatikan contoh kedua kalimat matematis ini! Perbedaan ada pada pemakaian tanda
baca koma.
Diketahui A = 4, berapa nilai B, C, D, dan E pada kedua pernyataan berikut?
1) A = B, C, D, dan E.
2) A = B, C, D dan E.
Contoh lain tentang pemakaian huruf kapital dan huruf kecil:
- Kemarin ibu pergi dengan Ibu Neneng.
- Orang Sumedang makan tahu sumedang.

66

Kesalahan lain yang sering dijumpai adalah pelafalan yang taksesuai dengan kaidah
ejaan. Menurut EYD, setiap kata dilafalkan sesuai dengan hurufnya, kecuali untuk nama diri.
Untuk nama diri, penulisan dan pengucapan merupakan hak otonomi pribadi. Misalnya,
Deassy, Dessy, Desy, Desie, Desi, Deasie; Yenny, Yeny, Yenni, Yennie, Yenie, atau Yeni.
Namun, masih banyak di antara kita yang buta huruf sehingga takdapat membedakan
huruf c dan huruf k, dan huruf s; atau huruf t dengan huruf c, dalam beberapa kata yang
berbeda. Karena kurang perhatian pada hal-hal sepele itu, banyak orang melafalkan secara
taktepat kata-kata panitia, unit, pasca, aksesoris, lab (akronim dari laboratorium yang
diucapkan leb) dan sebagainya.

e. Sikap dan Kesadaran Berbahasa


Kita memiliki politik bahasa nasional kekuatan politis (political will) untuk
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada sisi lain, justru banyak
penyimpangan dari kekuatan pedoman itu sehingga timbul pertanyaan apakah berlaku
hukum ''di situ ada aturan, di situ pula ada pelanggaran''. Penelusuran dua variabel ini
memungkinkan kita untuk dapat mengantisipasi sikap kita terhadap kasus-kasus seperti itu
secara proporsional. Lebih-lebih sebagai cendekiawan, kita memiliki peran strategis untuk
menegakkan kebenaran politis dalam menjunjung martabat bahasa Indonesia, sekaligus
mengangkat jatidiri bangsa.
Politik bahasa nasional memberikan bobot kekuatan terhadap bahasa Indonesia
dibandingkan dengan bahasa daerah atau bahasa asing. Salah satu fungsi politik bahasa
nasional adalah memberikan dasar dan arah bagi perencanaan dan pengembangan bahasa
nasional sehingga dapat memberikan jawaban tentang fungsi dan kedudukan bahasa
(nasional) dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Alih-alih kita tahu bahwa Sumpah
Pemuda 1928 tidak hanya mengakui, tetapi juga menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan. Dengan demikian, mendudukkan bahasa Indonesia dalam status yang
tinggi tidaklah berlebihan, malah sudah sepantasnya.
Kita ketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki posisi penting dalam hubungannya
dengan bahasa lain. Kita dituntut untuk memiliki perencanaan matang dan terarah dalam
menghadapi perubahan dan perkembangan kebudayaan. Itulah yang dinamakan kemantapan
dinamis.
Pada pihak lain, banyak di antara kita yang kurang atau bahkan tidak memperhatikan
posisi bahasa Indonesia. Dengan berbagai alasan, mereka banyak menyelipkan kata bahkan
kalimat berbahasa asing, baik secara lisan maupun secara tertulis tanpa memperhatikan
kemampuan berbahasa orang yang dituju. Jangan jauh-jauh, kita lihat saja orang-orang di
sekitar kita, di kampus. Banyak dosen (padahal dia tidak fasih berbahasa asing)
menggunakan kata atau istilah asing sehingga mahasiswa harus berpikir dua kali atau
bahkan lebih. Si dosen tidak sadar bahwa bahasa Indonesia merupakan sarana pencerdas
bangsa. Ada pula anggota DPR RI kala diwawancara mengatakan, Kami akan mensaport

77

sepenuhnya. Disangkanya semua fonem [u] dalam bahasa Inggris diucapkan menjadi [a]
sehingga support dukungan diucapkan saport. Kalau mau, kata itu diserap menjadi supor
dan bentuk kata kerjanya menyupor. Contoh lain, kita berjalan-jalan ke toko di seantero
Nusantara. Banyak di antara mereka menggunakan kata berbahasa asing (baca: Inggris!)
misalnya cut price sehingga orang bisa menyangka bahwa itu nama orang Aceh seperti
halnya Cut Nyak Dhien. Atau juga ada soft opening yang disangka semacam sop buntut dan
ada escargot dibaca [s kaar g] yang disangka semacam es teler atau es campur.
Alasan mereka berkisar pada hal-hal yang sebenarnya tidak tepat dijadikan alasan.
Misalnya, bahasa Indonesia kaku, di dalam bahasa Indonesia kata asing itu tidak ada, atau
bahasa Indonesia tidak menarik minat calon pembeli. Singkatnya, bahasa Indonesia tidak
bergengsi tinggi. Karena itu, di klinik atau di puskesmas pun terbentang kain rentang
bertuliskan Medical General Check Up Paket Hemat bukan Paket hemat periksa
kesehatan menyeluruh. Sebabnya tiada lain yang cek-ap orang kaya, sedangkan yang
periksa orang miskin.
Jika kita telusuri, yang kaku bukan bahasa Indonesia, melainkan kita sebagai
pemakainya. Bahasa Indonesia memiliki imbuhan untuk pengaya kata. Jadi, jika belum ada
kata yang tepat, kita cari dalam kamus, kita ikuti prosedur pembentukan kata atau istilah
baru. Jika bahasa Indonesia kurang bergengsi, kitalah yang bertanggung jawab menaikkan
gengsinya karena kita pemilik sekaligus pemakainya.
Sebenarnya, kalau kita sadari, banyak dukungan politis bagi pengindonesiaan kata dan
istilah asing, antara lain, sebagai berikut:
1. Sumpah Pemuda 1928;
2. UUD 1945, Bab XV Pasal 36 tentang bahasa negara;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 tentang penggunaan Ejaan
yang Disempurnakan;
4. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 tanggal 28 Oktober 1991
tentang pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam rangka pemantapan persatuan dan
kesatuan bangsa;
5. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1/U/1992 tanggal
10 April 1992 tentang peningkatan usaha pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa; dan
6. Surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia kepada Gubernur, Walikota, dan Bupati
Nomor 434/1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang penertiban penggunaan istilah asing.
Sayangnya, keenam butir tersebut hanya dilirik dan ditaati selama empat tahun. Setelah
pergantian menteri, keenam butir itu tidak diperhatikan lagi, baik oleh perseorangan,
lembaga swasta, maupun lembaga pemerintah. Contoh kecil, hampir di pelbagai perguruan
tinggi di seluruh Nusantara ada gedung yang dinamakan Student Centre atau Student
Center. Mengapa tidak memakai Gedung Mahasiswa atau Pusat Mahasiswa atau yang lainnya

88

karena penghuninya masyarakat bahasa Indonesia? Mengapa pula di jalan yang banyak
dilalui angkutan kota terdapat rambu yang bertuliskan Slow Down? Apakah semua sopir atau
tukang ojeg mengerti bahasa Inggris? Contoh lain, di pertokoan sangat marak pemakaian
kata-kata asing, padahal pengunjungnya sangat sedikit yang mengerti bahasa asing secara
baik.
Pemakaian kata atau istilah asing tampaknya dipandang sebagai peningkat gengsi sosial.
Padahal, kalau kita sadari bersama secara kompak, bahasa Indonesia pun bisa dipakai untuk
menaikkan gengsi sosial. Misalnya, ketika kita masuk ke sebuah pusat perbelanjaan yang
megah dan di sana kita lihat label-label barang dan nama-nama sudut toko memakai bahasa
Indonesia, secara psikologis gengsi kita tetap sebagai orang kotaan, orang modern. Yang
menurunkan atau menaikkan gengsi sosial kita dalam hal ini mungkin saja pakaian dan cara
kita berpakaian atau juga perilaku kita secara menyeluruh.
2. Pelatihan

Ucapkan kata-kata atau singkatan/akronim di bawah ini sesuai dengan abjad yang
berlaku dalam bahasa Indonesia! Adakah perbedaan ucapan dan mengapa hal itu
terjadi?

-AIDS/HIV
-TransTV
-TVRI
-MetroTV
-BandungTV
-SCTV
-ANTV
-WHO
-MTQ
-HP
-IM3
-P3K
-psikologi
-unsur
-unit
-volume
-pascasarjana
-panitia
-logistik
-Indonesia (dalam lagu Indonesia Raya)
-http://www.simkuring-dewek.com

Bedakan penulisan singkatan nama diri dan nama gelar pada nama di bawah ini!

Dede Surede Syarif Hidayat Sarjana Hukum

Bagaimana pendapat Anda tentang hal-hal berikut?

1. Tadi Ibu menemui Ibu Asep atau Tadi ibu pergi dengan Ibu Asep atau

99

2. Buku kamu ada di saya.


3. Coba kasih buka itu pintu.
4. Gue lagi cekak ne.
5. Apa sech yang lo risaukan?
6. Semua sudah pada pergi.

3. Tes Formatif
1. Mengapa di perguruan tinggi ada mata kuliah pengembangan kepribadian seperti mata
kuliah Bahasa Indonesia?
2. Uraikan empat fungsi bahasa dalam kedudukannya sebagai bahasa negara dan bahasa
nasional!
3. Bedakan variasi pemakaian bahasa Indoensia ragam santai dan ragam ilmiah!
4. Uraikan dengan contoh tiga macam variasi pemakaian bahasa Indonesia.
5. Mengapa dalam bahasa Indonesia terjadi variasi pemakaian?
6. Sejak kapan EYD diberlakukan dan mengapa berorientasi pada bahasa Inggris?
7. Mengapa akhir tahun 1990-an banyak muncul kata baru dari bahasa Arab?
8. Tulislah lima kosakata baru takbaku dan lima kosakata baku!
9. Bagaimana sikap Anda terhadap dosen yang banyak menyelipkan kata asing padahal kata
tersebut ada dalam bahasa Indonesia?
10. Bagaimana pendapat Anda tentang bahasa Indonesia yang harus dijunjung seperti
tercantum dalam Sumpah Pemuda?

1010

Kegiatan Belajar II

Ejaan yang Disempurnakan I


Teks
BUNUH DIRI DIKALANGAN REMAJA
Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah. Tidak hanya
dikalangan orang dewasa tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak.
Sebenarnya tidak seorangpun yang menginginkan seperti ini tetapi keinginan
manusia sering kali diarahkan oleh banyak faktor yang terjadi diluar kendali kita
sendiori sampai akhirnya seseorang tiba pada keyakinan bahwa bunuh diri justru
adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Bagaimana hal itu bisa
terjadi? Dan bagaimana menghindarinya.
Ibu muda itu menjerit-jerit. Hanya dalam hitungan detik, dia lemas dan
jatuh pingsan. Tetangga yang mendengar teriakannya berdatangan. Dalam rumah
keluarga berada itu tersaji pemandangan yang sangat tragis. Sang ibu jatuh pingsan
di bawah mayat abaknya yang sedang tergantung dengan lidah menjulur dan wajah
membiru masih dengan seragam sekolah. Beritapun cepat menyebar. Anak kelas 3
SMP tewas bunuh diri. Apa yang sesungguhnya terjadi? Sangat irunis karena ternyata
remaja ini nekat bunuh diri hanya karena kalah bersaing dengan saudaranya dalam
hal rangking di sekolah. biasanya, dia rangking satu, tetapi belakangan rangkingnya
turun. Dia jadi malu ujar ibunya kepada pers.
Linda Utami, siswi kelas 2 SLTPN 12 Jakarta nekat mengakhiri hidupnya
dengan cara menggantung diri di kamar tidurnya. Warga jalan Nipah, Prapanca,
Kebayoran baru ini, menurut orang tuanya malu karena sering diejek teman
sekolahnya karena tidak naik kelas.
Masih tragedi yang sama, seorang siswa kelas 6 SD bernama Aman, juga
nekat mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri setelah sebelumnya meminum
racun tikus. Namun untunglah nyawa Aman masih bisa diselamatkan. Dia nekat
hampir mengakhiri hidupnya karena malu, orang tuanya tidak bisa memberikan dia
uang Rp150.000 untuk ujian akhir dan biaya perpisahan sekolahnya. Lalu ada kasus
Jonathan di Malang. Siswa SMA ini konon nekat mengakhiri hidupnya gara-gara putus
cinta. Hal ini menunjukkan bunuh diri dikalangan remaja kini seolah menjadi trend.
Bacaan di atas terdiri atas empat paragraf. Marilah kita analisis satu paragraf
melihat kesalahan penggunaan EYD

untuk

Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah. Tidak hanya
dikalangan orang dewasa tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak.
Sebenarnya tidak seorangpun yang menginginkan seperti ini tetapi keinginan
manusia sering kali diarahkan oleh banyak faktor yang terjadi diluar kendali kita
sendiri sampai akhirnya seseorang tiba pada keyakinan bahwa bunuh diri justru

1111

adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Bagaimana hal itu bisa
terjadi? Dan bagaimana menghindarinya.

Dalam paragraf di atas ada beberapa kesalahan penerapan EYD, yaitu penulisan kata
dikalangan, seorangpun, dan diluar seharusnya dipisahkan, penulisan kata sering kali
seharusnya digabungkan, dan sebelum kata tetapi seharusnya diberi tanda baca koma.

1; Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring


Teks
MENGGULUNG PABRIK EKSTASI
Inilah tahun keberhasilan polisi menghadapi sindikat narkotik dan obatobatan berbahaya. Secara berturut-turut polisi menggerebek kilang ekstasi dan
shabu-shabu berskala besar. Penggrebekan pertama terjadi pada bulan April tahun
2005 di sebuah pabrik pil godek di Jasinga, bogor, jawa barat. Hans philip, otak
dibalik pabrik ini, ditembak mati saat mencoba kabur.
Tujuh bulan kemudian, polisi kembali membongkar sebuah pabrik
ekstasi dan shabu-shabu, kali ini di Cikande, Banten. Presiden susilo bambang
yudhoyono menyebutnya the big fish. Polisi berhasil menangkap hidup-hidup
pemilik pabrik, Beni Sudrajat. Turut ditangkap pula seorang warga Prancis dan
Belanda serta lima warga negara republik rakyat cina yang menjadi pekerja di
kilang tersebut.
November 2005, giliran pabrik ekstasi di Batu dan Banyuwangi, Jawa
Timur, yang digerebek. Kedua kilang diduga saling berkaitan dan dimiliki oleh orang
yang sama.
Teks di atas tidak memperhatikan pemakaian huruf kapital dan huruf miring. Oleh sebab
itu, perbaikilah teks di atas.

2; Penulisan Kata
Teks
Komik adalah media komunikasi yang populer, tetapi yang paling sedikit di
perbincangkan sebagai suatu gejala kebudayaan. Sejauh ini, jumlah kajian tentang
komik di Indonesia sangat tidak seimbang di bandingkan popularitas atau pun usia
keberadaan komik itu. Sejarah komik di Indonesia, melalui strip komik bersambung
dimedia cetak, mencatat Put On karya Kho Wang Gie di surat kabar Sin Po sebagai
komik Indonesia terawal pada 1931, sedangkan strip komik Mentjari Poetri Hidjaoe,
karya Nasroen A.S., mengisi lembaran-lembaran mingguan Ratoe Timoer sejak 1939.
Dengan kata lain, sejarah komik di Indonesia sudah terentang selama 70 tahun
lebih. Namun, dalam kurun waktu itu, terlalu sedikit karya ilmiah yang mengkaji
komik Indonesia. Diantara yang sedikit itu sangat menonjol Les Bandes Dessinees
Indonesiennes, disertasi Marcel Bonneff yang selesai di tulis pada tahun 1972 untuk
di uji di Prancis, dan terbit dalam bahasa Prancis pada tahun 1976. Disertasi
tersebut baru di terjemahkan dan terbit sebagai buku pada 1998. Meski sejak tahun
80-an terdapat sejumlah kajian ilmiah, tetap belum sebanding dengan keberadaan
komik Indonesia itu sebagai gejala kebudayaan.

1212

Kesastraan Komik dan Wacana Indonesia (dengan perubahan)


Seno Gumira Ajidarma

Teks di atas tidak memperhatikan penulisan kata depan dan awalan. Oleh sebab itu,
perbaikilah teks di atas.
3. Pelatihan
Teks
KAMPUS SEBAGAI PUSAT BUDAYA
Saat membaca judul diatas, teman-teman mungkin bertanya
mengapa kampus di sebut demikian. Bukankah yang sering disebut sebagai pusat
budaya adalah kota-kota besar seperti jakarta, bandung, medan atau kota-kota
besar lainnya yang dopenuhi oleh orang-orang dengan latar budaya yang berbeda?
Tetapi ternyata tidak sebatas itu saja. Bila ditinjau kembali, pengertian pusat
budaya adalah tempat berkumpul atau bertemunya banyak orang dengan latar
budaya yang berbeda dalam jangka waktu yang lama. Pengertian tersebut mungkin
telah menjawab pertanyaan mengapa kampus di sebut sebagai pusat budaya.
Kampus adalah tempat mahasiswa belajar, berkreasi bahkan meraih
mimpi. Dalam melakukan hal-hal tersebut mereka pasti punya caranya masingmasing dan cara yang mereka tunjukkan menggambarkan budaya mereka. Mungkin
ada bahkan banyak mahasiswa yang cara belajarnya pasif dalam arti mereka datang
ke kampus hanya untuk duduk dan mendengar apa yang di bicarakan oleh dosen,
meskipun tidak sepenuhnya mereka mngerti. Namun sebaliknya banyak juga
mahasiswa yang budaya belajarnya aktif. Setiap ada kesempatan, dia mencoba
bertanya pada dosen tentang hal-hal yang tidak diketahuinya atau bila
memungkinkan, mahasiswa dapat berdiskusi diluar jadwal kuliah/ Hal-hal demikian
sangat sering kita lihat di dunia kampus. Budaya yang ditunjukkan setiap mahasiswa
selalu berbeda.
Memang wajar kampus di sebut sebagai pusat budaya. Yang mana
mahasiswanya tidak terbatas berasal dari daerah Universitas itu berada. Bahkan
universitas cendrawasih dan universitas syahkuala sebagai universitas paling timur
dan barat Indonesia, mahasiswanya majemuk. Bila demikian kita dapat
membayangkan kemajemukan budaya di universitas negeri yang ada di jawa yang
selama ini menjadi pavorite anak muda Indonesia. Mereka berlomba-lomba untuk
memperebutkan satu kursi saja. Saat mereka berkomunikasi satu sama lain, mereka
dapat mengetahui asal daerah teman mereka dengan mengenali logat mereka.
Contohnya adalah logat batak yang dikenal kasar. Logat inipun termasuk budaya.
Saat masih SMA, mungkin kita di tempatkan orangtua di sekolah
dekat rumah dengan alasan kenyamanan dan di anggap belum cukup dewasa untuk
merantau. Beda halnya saat kita menjadi seorang mahasiswa. Kita dapat mencari
universitas terbaik di Indonesia, yang kita suka. Otomatis kita juga harus rela
berpisah dengan orangtua. Karena saat itulah kepribadian kita di bentuk. Di kampus
kita dapat bertemu dengan teman-teman yang berbeda budayanya sehingga kita
dapat saling memahami tanpa harus menjadi seperti budaya oranglain. Satu sama
lain menunjukkan cirinya baik dalam berpakaian, berbicara, berpikir, dan
berprilaku. Yang masing-masing menggambarkan budaya.
Perbaikilah pemakaian huruf kapital, huruf miring, dan penulisan kata pada teks di atas.

4. Tes Formatif

1313

1. Kata berikut baku kecuali


A. izin
B. azas
C. jenazah
D. ijazah
2. Penggunaan huruf kapital yang benar terdapat pada kalimat .
A. Kita harus berusaha menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B. Pada Bulan Agustus ia akan berangkat ke Amerika.
C. Di mana banyak terdapat Suku Jawa?
D. Pegunungan yang membentang di dataran Sumatra itu bernama Bukit Barisan.
3. Pemakaian huruf miring atau garis bawah dibenarkan, kecuali untuk .
A. nama orang atau nama instansi alau lembaga.
B. menegaskan bagian kata, kata, atau kelompok kata.
C. menuliskan kata nama-nama ilmiah.
D. menuliskan nama buku dan majalah yang dikutip dalam karangan.
4. Penulisan gabungan kata berikut salah, kecuali .
A. Kita harus pandai mendayagunakan segala yang kita miliki
B. Atas perhatian Anda, kami sampaikan terima kasih.
C. Tidak benar membebastugaskan pegawai tanpa alasan.
D. Ada juga pengusaha non pribumi yang mau menjadi orang tua asuh.
5. Penulisan huruf kapital dalam kalimat berikut betul, kecuali .
A. Badak di Pulau Sumatera semakin berkurang.
B. Tegangan listrik di rumah kami 220 Volt.
C. Sebagai orang timur kita menghormati adat-istiadat kita.
D. Harga gula jawa lebih murah daripada gula pasir.
6. Penulisan nama majalah yang benar ialah
A; Telah lama saya berlangganan Femina.
B; Telah lama saya berlangganan Femina.
C; Telah lama saya berlangganan FEMINA.
D; Telah lama saya berlangganan FEMINA.
7. Penulisan singkatan yang benar ialah

A; a.l. singkatan antara lain


B;

a/n singkatan atas nama

C;

s.d.a. singkatan sama dengan atas

D;

d.a singkatan dengan alamat

8. A. Mohon maaf lahir dan bathin.


B. Mohon maap lahir dan bathin.
C C. Mohon maaf dlahir dan bathin.
D D. Mohon maaf lahir dan batin.
9. Penulisan yang benar menurut ejaan adalah.
A; masyarakat, tidak syah, komplek
B; masyarakat, tidak sah, komplek
C; masyarakat, tidak sah, kompleks
D; masyarakat, tidak syah, kompleks.

1414

10;
A;
B;
C;
D;

Himpunan kata yang semua anggotanya benar ialah


advokat, propesi, bugenvil.
zaman, azan, hewan
metoda, dzikir, takzim
akuarium, asesori, boutiq

1515

Kegiatan Belajar III

Ejaan yang Disempurnakan II


1. Pemakaian Tanda Baca
Teks
Pada umumnya, balita lebih dahulu dapat menyebut dan menirukan kata
mama ketimbang papa. Kenyataan itulah nampaknya yang mengilhami salah seorang
penggagas iklan untuk memperlihatkan kekecewaan seorang bapak saat balitanya
tetap saja menyuarakan bunyi mama, sekalipun ia mencontohkan kata papa. Para
orang tua, selanjutnya akan mengajari anak mereka nama-nama anggota badan,
serta benda-benda yang dekat dengannya. Dalam perkembangan selanjutnya
terutama orang tua terpelajar akan mengajari anak mereka membaca dan menulis
selain tentu saja memberikan berbagai macam mainan.
Nabila 2thn seorang anak balita yang beruntung, karena orang tuanya selain
terpelajar juga tergolong orang yang berada, maka sejak dini ia dilatih dan
dikenalkan dengan berbagai macam mainan dan gambar gambar binatang. Asliyana
dan Huda, orang tua Nabila menyediakan seperangkat alat tulis, kertas buram dan
spidol untuk corat-coret, menggambar dan menulis apa saja. Pikir orang tuanya,
ketimbang mencorat-coret tembok rumahnya yang bagus lebih baik anaknya coratcoret kertas. Tetapi anak tetap saja anak, sekalipun Nabila selalu diawasi
pengasuhnya, tetap saja tembok rumah yang bagus itu, dipenuhi oleh gambar dan
coretan di sana sini.
Bukan hanya Nabila. Kebanyakan balita biasanya tak akan melewatkan
kesempatan menggambar, mencorat-coret kertas, buku, atau tembok rumah,
manakala mendapat kesenpatan untuk itu. Selain memuaskan rasa penasarannya,
dengan mencoret-coret, balita dapat mengekspresikan emosi dan pikirannya dan
boleh jadi menyalurkan bakat dan minatnya. Dengan kesabaran dan ketelatenan
orang tua, kebiasaan corat-coret seorang balita dapat menghantarkan menjadi
seorang pelukis, jika kebetulan sang balita memang memiliki minat dan bakat ke
arah itu. Corat-coret yang terarah juga dapat membiasakan anak untuk
berkomunikasi, menyampaikan pesan dan ide, bukan melulu secara oral, melainkan
melalui gambar atau lukisan.
Menyampaikan ide secara tertulis, alias menulis, adalah sesuatu yang belum
mentradisi di negeri kita, Indonesia tercinta. Sejatinya, bangsa indonesia lebih
pandai bertutur ketimbang menulis. Kita bisa dibuat terkagum-kagum oleh
kepandaian para mubaligh dalam berolah kata dan berolah suara saat
menyampaikan ajaran-ajaran agama. Kita juga bisa terpada mendengar dan
menyaksikan kepiawaian para pembawa acara atau presenter saat memandu atau
membawakan suatu acara, baik pada siaran langsung maupun di layar kaca. Adapun
para pengunjuk rasa, terutama pemimpin atau provokatornya, kepandaian mereka
dalam mengolah kata, sekalipun terdengar kasar dan vulgar, tetap saja tidak bisa
dianggap remeh
Tulisan: Mustafid Amna- dengan perubahan

Perbaikilah teks di atas dengan memperhatikan pemakaian tanda baca yang tepat
Teks
Manusia memahami realitas melalui berbagai cara. Salah satu cara adalah
menggunakan sesuatu untuk mewakili realitas tersebut. Sesuatu tersebut
berfungsi sebagai representasi dan mediator. Dengan demikian, misalnya, masa

1616

lalu orang sunda sangat mungkin dimediasi oleh lutung kasarung, sangkuriang,
mundinglaya, amanat ti Galunggung dsb. Narasi tersebut membawa masa lampau
(past tense) untuk masa kini (present tense).
Saya masih ingat ketika seorang peserta KIBS pada tahun 2001 di Bandung
mempersoalkan penggunaan bahasa sunda dalam kongres tersebut. Ia
mengusulkan kepada forum untuk menggunakan bahasa sunda sebagai pengantar
dalam konferensi internasional itu. Panitia rupanya sulit menerima saran tersebut
dengan pertimbangan banyak peserta, tidak saja dari luar negeri tapi juga dalam
negeri, yang tidak paham bahasa Sunda dengan baik. Padahal, mereka ingin agar
konferensi tersebut dapat diikuti oleh halayak yang lebih luas.
Pengusul tentu sedikit kecewa karena baginya penggunaan bahasa Sunda
dapat meningkatkan, atau setidaknya, nanjeurkeun bahasa Sunda dalam forum
yang bergengsi tersebut. Dengan kata lain, pemakaian bahasa Sunda, seperti yang
dibayngkan oleh si penanya tersebut berurusan dengan representasi budaya yang
musti dimumule.
Bahasa dalam ilustrasi di atas menjadi bagian penting dari sebuah
representasi. Keadliluhungan orang Sunda diwakili oleh cara orang Sunda
menggunakan bahasanya. Realitas rumit ( kebudayaan adiluhung dengan mudah
ditampilkan dalam representasi-representasi yang singkat (bahasa). Padahal
keadiluhungan budaya tidak begitu saja tertampilkan oleh bahasa yang dipakai.
Peserta kongres disamping saya berbisik, bukankah mereka yang ngadaweung di
Pengkolan Braga sore-sore juga memakai bahasa Sunda?
Selain bahasa Sunda perilaku, seni rupa, seni tari, dan gejala sosial budaya
lainnya sudah barang tentu dapat tampil sebagai representasi pula. Representasi
(representation) menurut The New Shorter Oxford English Dictionary adalah
The doctrine that a perceived object is a representation of the real external
object (1993: 2553). Objek yang dapat dipersepsi merupakan sebuah perwakilan
dari objek eksternal yang nyata. Konsep representasi dalam khasanah kepustakaan
semiotik mendapat penekanan yang lebih jauh. Pembicaraan tentang representasi
dikemas dalam konsep teknis tanda (signs).
Semi Diutak-Atik-dengan perubahan
Tommy Christomy

Perbaikilah teks di atas dengan memperhatikan penerapan EYD.


2. Tes Formatif
1. Tulislah lima contoh pemakaian tanda titik!
2. Tulislah lima contoh pemakaian tanda koma!
3. Tulislah dua contoh pemakaian tanda titik koma!
4. Tulislah empat contoh pemakaian tanda titik dua!
5. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda hubung!
6. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda pisah!
7. Tulislah dua contoh pemakaian tanda elipsis!
8. Tulislah empat contoh pemakaian tanda kurung!
9. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda petik ganda!
10. Tulislah dua contoh pemakaian tanda petik tunggal!
1. Penulisan lambang bilangan yang benar terdapat pada kalimat
A; Tujuh belas pemeras berhasil ditangkap.
B; 17 pemeras berhasil ditangkap
C; sebanyak 17 pemeras berhasil ditangkap
D; tujuh belas (17) pemeras berhasil ditangkap.

1717

2. Penggunaan tanda baca yang benar dalam kalimat ini ialah


A; Kata Momon, Mahasiswa sekarang kreatif
B; Kata Momon, Mahasiswa sekarang kreatif.
C; Kata Momon: Mahasiswa sekarang kreatif
D; Kata Momon: Mahasiswa sekarang kreatif.
3. Kami berbicara seluruh rakyat.
A; a/n
B; an.
C; a.n.
D; a/n.
4. Mungkin akan meletus pada tahun 2099.
A;
Perang Dunia ke-III
B;
Perang Dunia ke-3
C;
Perang Dunia ke III
D; Perang Dunia ke 3
5. Pembimbing saya adalah.
A; Dr. Rifai M. Si.
B; Dr Rifai Msi.
C; Dr. Rifai, M.Si.
D; Dr. Rifai, M Si.
6. Mereka mengharapkan sumbangan berupa
A. makanan, pakaian, dan obat-obatan.
B. makanan, pakaian dan obat-obatan.
C. makanan pakaian dan obat-obatan.
D. makanan pakaian, dan obat-obatan.
7. Penulisan kata bilangan yang benar terdapat pada kalimat .
A. 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
B. Kami memerlukan 10 (sepuluh) buah bus pegawai.
C. Dua ratus lima puluh orang tamu diundang dalam pertemuan itu.
D. Anna menonton drama itu sampai tiga kali.
8. Penggunaan tanda koma yang benar terdapat dalam kalimat .
A. Dia lupa akan janjinya, karena sibuk
B. Semua siswa yang lulus ujian, mendaftarkan namanya pada panitia
C. Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari.
D. Saya tahu, bahwa soal itu penting.
9.

Pemakaian tanda baca yang taktepat terdapat dalam kalimat


A. Mengenai sakitnya itu, katanya, harus dikonsultasikan pada dokter.
B. Dokter sibuk memeriksa pasien; sementara suster menyiapkan alat suntik.
C. Seorang penderita AIDS meninggal di RS. Hasan Sadikin, Bandung.
D. Ingatlah, Jang, kata Ida kepada adiknya, jangan jajan sembarangan!

10. Pemakaian tanda titik yang tepat terdapat dalam kalimat


A. Moh.Yogie. SM adalah mantan Gubernur Jawa Barat.
B. Buku Teori Ekonomi Makro dikarang oleh Drs. Linus Suryadi d.k.k.
C. Bukti-bukti penyimpangan itu ditulis pada hlm. 34 buku karya Hade Lakuna.
D. Yang terhormat Bapak Robert. K Sembiring, kami persilakan.

1818

Kegiatan Belajar IV

Bahasa Baku
1 Ragam Bahasa
Ragam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi adalah ragam fungsional. Artinya
ragam bahasa yang didasarkan pada fungsi. Menurut Martin Joos, ragam fungsional ini
terbagai ke dalam lima jenis, yaitu (1) beku, (2) resmi, (3) usaha, (4) santai, (5) akrab.
Ragam beku adalah bahasa yang tidak dapat diubah karena sudah membeku.
Ragam ini terdapat dalam dokumen-dokumen resmi kenegaraan seperti teks Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, atau buku-buku suci.
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi seperti upacaraupacara kenegaraan atau pernikahan, ceramah, seminar, pendidikan, kantor pemerintah
(dan juga swasta). Bahasa yang digunakan dalam buku pelajaran dan makalah bisa
dimasukkan pada ragam ini.
Ragam usaha adaah bahasa yang digunakan dalam dunia usaha. Dunia usaha
memerlukan konsumen atau mitra sebanyak-banyaknya. Karena itu, di dalam ragam ini
bahasa yang digunakan bisa bermacam-macam, bisa santai, bisa juga resmi, atau pun akrab.
Perhatikan saja bahasa yang digunakan dalam iklan.
Ragam santai adalah bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok dalam situasi
santai. Misalnya kelompok arisan, teman sebaya, teman sehobi, keluarga.
Ragam akrab adalah bahasa yang digunakan karena keakraban dan bisa juga santai.
Ragam ini digunakan juga dalam suatu kelompok, tetapi ada kemungkinan tidak dimengerti
atau tidak digunakan oleh kelompok lain. Misalnya kelompok remaja, kelompok suatu geng,
atau kelompok lain. Bahasa yang digunakan dalam SMS, misalnya, bisa digolongkan ke sini.
Kegiatan tulis-menulis dan belajar-mengajar di perguruan tinggi berada dalam situasi
resmi. Karena itu, bahasa yang digunakan pun harus ragam bahasa resmi. Dalam ragam
resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku yang sesuai dengan kedudukan dan
fungsinya.

2 Ciri Bahasa Baku


Menurut pakar bahasa Indonesia, Anton M. Moeliono, ada dua ciri bahasa baku: mantap
dan cendekia. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis berupa kaidah yang tetap.
Kemantapan dinamis dapat diartikan adanya keterbukaan untuk perubahan bersistem, baik

1919

dalam bidang kosakata dan peristilahan maupun ragam dan gaya dalam bidang kalimat dan
makna.
Untuk mencapai kemantapan, perlu diusahakan penyusunan aturan (kodifikasi) bahasa
yang menyangkut dua aspek: (1) bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaiannya dan (2)
bahasa menurut strukturnya sebagai sistem komunikasi.
Aspek pertama akan menghasilkan sejumlah ragam dan gaya bahasa. Perbedaan ragam
dan gaya tampak salam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa tulisan. Masing-masing
akan mengembangkan variasi menurut pemakaian dalam berbagai situasi dan tujuan.
Misalnya, dalam pergaulan keluarga dan sahabat; administrasi pemerintahan, peradilan,
pengajaran, seminar, diskusi, dan ilmu pengetahuan.
Aspek kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosakata baku. Pada umumnya yang
dianggap baku adalah ujaran dan juga tulisan yang dipakai oleh golongan masyarakat yang
memiliki pengaruh besar seperti pejabat pemerintah, guru, dosen, ilmuwan, mahasiswa,
rohaniwan, wartawan, kolumnis, penyair, novelis, artis, dan selebritis. Pengaruh ini
terbukti, misalnya, ketika zaman Soeharto. Presiden Soeharto memiliki ciri khas bahasa
(idiolek). Dia sering menggunakan kata daripada walaupun tidak tepat pemakaiannya.
Akibatnya, hampir seluruh pejabat dan juga masyarakat terpengaruh oleh Soeharto.
Ciri lain yang dimiliki bahasa baku adalah kecendekiaan. Bahasa Indonesia harus
mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit dalam berbagai bidang ilmu,
teknologi, dan hubungan antarmanusia tanpa menghilangkan kodrat kepribadiannya.
Proses pencendekiaan ini amat penting untuk menampung aspirasi generasi muda yang
menuntut taraf kemajuan yang lebih tinggi dan ingin mencari pengalaman hidup sebagai
akibat perkenalannya dengan kebudayaan lain. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kehidupan
modern harus dapat dicapai lewat bahasa Indonesia. Orang yang ragu-ragu terhadap
kemampuan bahasa Indonesia biasanya menggunakan bahasa Inggris.
Contoh baik yang dapat kita tiru adalah bangsa Jepang. Mereka telah berhasil
mencendekiakan bahasa Jepang sambil mempertahankan tata aksaranya (kanji, hiragana,
dan katakana) dan tingkat bahasanya seperti bahasa Jawa dan Sunda, bahasa Jepang
mengenal undak usuk bahasa. Mereka menyalurkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
melalui penerjemahan besar-besar. Hasilnya? Kini bangsa Jepang menjadi bangsa modern.
Bangsa Indonesia pun sebetulnya bisa seperti bangsa Jepang jika pencendekiaan bahasa
segera dilakukan. Pencendekiaan bahasa takharus berarti pembaratan (baca: penginggrisan)
bahasa seperti banyak dilakukan oleh sebagian besar saudara kita. Banyak di antara kita
takmau susah-susah membuka-buka kamus bahasa Indonesia. Mereka langsung membaratkan
bahasa Indonesia. Mereka mengabaikan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

3. Fungsi Bahasa Baku


Ada empat fungsi bahasa baku: pemersatu, penanda kepribadian, penambah wibawa,
dan kerangka acuan.

2020

Fungsi pertama telah membuktikan bangsa Indonesia dapat bersatu dan mengatasi
kedaerahan. Karena bahasa merupakan wahana dan pengungkap kebudayaan nasional,
fungsi pemersatu dapat ditingkatkan lagi dengan mengintensifkan usaha berlakunya bahasa
baku yang adab yang menjadi salah satu ciri manusia Indonesia modern.
Fungsi kedua yang dijalankan oleh bahasa baku dan adab akan tampak jika di dalam
pergaulan dengan bangsa lain, orang Indonesia membedakan dirinya dengan menggunakan
bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Kalau fungsi ini sudah dilaksanakan secara luas,
bahasa Indonesia dapat dianggap melaksanakan perannya yang penting sebagai bahasa
nasional yang baku. Sayangnya, masih banyak di antara kita baru taram-taram bisa sedikit
berbahasa Inggris, ucapan atau tulisannya sudah keinggris-inggrisan.
Fungsi ketiga menduduki tempat tinggi pada skala tata nilai dalam masyarakat bahasa.
Gengsi yang lekat pada bahasa Indoneia baku karena dipakai oleh kalangan masyarakat
berpengaruh (pressure group) menambahkan wibawa pada setiap orang yang dapat
menguasai bahasa itu dengan mahir. Fungsi ini juga terlaksana jika bahasa Indonesia dapat
dipautkan dengan hasil teknologi modern dan unsur kebudayaan baru. Misalnya, kata-kata
Indonesia yang dicantumkan kepada pranata, lembaga, bangunan, jalan , atau yang lainnya,
warga masyarakat secara psikologis akan mengidentikkan bahasa Indonesia dengan
masyarakat dan kehidupan modern dan maju. Karena itu, misalnya, takperlu lagi
supermarket, student centre, mall, for sale, rent, break event point, shareholder,
bookkeeper, kit sebab sudah ada pasar utama, pusat mahasiswa, pasar besar, dijual, sewa,
titik impas, penyaham, pembuku, lengkapan.
Fungsi keempat merupakan ukuran tentang tepat atau taktepat pemakaian bahasa
dalam situasi tertentu. Fungsi ini akan terpenuhi jika pembinaan terus diupayakan seperti
dalam bidang surat-menyurat resmi, bentuk surat putusan, risalah, laporan, undangan iklan,
pengumuman, sambutan, ceramah, dan pidato.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
Kata Baku
absurd
agresif
akhir
aksesoris
aktif
aktivitas
akuarium
ambulans
analisis
atau
azan
balans
baru
batin
belum
bicara - berbicara
cina
dahulu

Kata Takbaku
absur
agresip
ahir
asesoris
aktip
aktifitas
aquarium
ambulance
analisa
atawa
adzan
balan
anyar
bathin
belon
ngomong
china
baheula

2121

dengan
doa
efektif
ekstensi
fakta
fasih
Februari
fotokopi
frekuensi

sama, ama
doa
epektip
ekstension
pakta
pasih
Pebruari
photo copy
frekwensi

gerejawi
hakekat
hipotesis
identifikasi
ilmuwan
informal
izin
jadwal
jumat
kaidah
kalkulasi - mengalkulasi
kata - berkata
kategori - mengategorikan
khawatir
komersil - mengomersilkan
komparatif
kompleks
komplemen
komputer
komunikasi
mengomunikasikan
konduite
konferensi
konsekuen
konstekstual
konsumsi - mengonsumsi
kontrak - dikontrakkan
kontrak - mengontrakkan
kritik
kritik - mengkritik
kualitas
kuantitas
kuitansi
kultus - mengultuskan
legal - melegalkan
mokal - melokalkan
lembap
mengapa
metode
modern
narasumber
nasihat
nikah - dinikahkan
nonaktif
nonblok
November
operasi

gerejani
hakikat
hipotesa
identipikasi
ilmiawan
informil
ijin
jadual
jumat
kaedah
mengkalkulasi
bilang
mengkatagorikan - mengkategorikan
kuatir
mengkomersilkan

mengkomersialkan
mengkomersialisasikan
komparatip
komplek
komflemen
computer
mengkomunikasikan
kondite
konperensi
konsekwen
kontextual
mengkonsumsi
dikontrakan
mengontrakan - mengkontrakkan
keritik
mengeritik
kwalitas
kwantitas
kwitansi
mengkultuskan
melegalisasi, melegalisir
melokalisasi - melokalisir
lembab
kenapa
metoda
moderen
nara sumber
nasehat
ditikahkan
non aktif
non blok
Nopember
oprasi

2222

paham
pasien
pasif
pengaruh - memengaruhi
pengeboman
perancis
percaya - memercayai
perkosa - memerkosa
pesona - memesona
problem
proyek
rapi
reformasi
rido

faham
pasen
pasip
mempengaruhi
pemboman
prancis
mempercayai
memperkosa
mempesona
problim
projek
rapih
repormasi
ridho, ridlo

rohaniwan
Sabtu
sah - mengesahkan
salih
sastra
sejahtera
menyejahterakan
seks
seksi
semifinal
sertifikat
servis
sesi
silakan
sintesis
sistem
staf
standar
standardisasi
subjek
sukses - menyukseskan
taksi
tampak
tampak - ditampakkan
tampak - menampakkan
teknik
teladan
telepon
telur
telusuri - menelusuri
temu - bertemu
temu - ditemukan
teoretis
teori
terampil
terap - diterapkan
terap - menerapkan
tertawa
tertawa - ditertawakan
tim
tradisional
trotoar
tunjuk - menunjukkan
vaksinasi

rohaniawan
Saptu
mensahkan mengesyahkan - mensyahkan
soleh
sastera
mensejahterakan

sek, sex
sie
semi final
sertipikat
service, serfis
sessi
silahkan
sintesa
sistim
staff
standard
standarisasi
subyek
mensukseskan
taxi
nampak
dinampakkan
menampakan
tehnik
tauladan
telefon
telor
selusur, menyelusuri
ketemu
diketemukan
tioritis, teoritis
tiori
trampil
ditrapkan
mentrapkan
ketawa
diketawakan
team
tradisionil
trotoir
menunjukan
faksinasi

2323

wudu
zaman

wudhu, wudlu
jaman

4. Pelatihan
Cari dan bedakan 10 kata baku dan takbaku dalam kamus!

5. Tes Formatif
1. Tulislah lima ragam fungsional bahasa!
2. Uraikan dua ciri bahasa baku!
3. Jelaskan empat fungsi bahasa baku!
4. Bagaimana sikap Anda apabila melihat papan nama gedung berbahasa asing?
5. Bagaimana sikap Anda ketika berhadapan dengan orang yang bahasa Indonesianya
jelek?
6. Tulislah lima kata baku dan takbaku bahasa Indonesia!
7. Tulislah lima kata baku dan takbaku serapan dari bahasa asing!
8. Mengapa jika ada istilah baru dalam bahasa Indonesia perlu diberi penjelasan dalam
bahasa Inggris?
9. Jelaskan tiga kelompok masyarakat yang berpengaruh dalam pemakaian bahasa!
10. Mengapa bahasa dalam makalah harus bahasa baku?

2424

Kegiatan Belajar V

Pengayaan Kosakata
1. Imbuhan
Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam bahasa
Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Karena sifatnya itulah,
imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Indonesia.
Dengan demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya, kita memiliki pengetahuan
mengenai hal ini.
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan
awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dalam ilmu bahasa. Awalan yang terdapat di
dalam bahasa Indonesia terdiri atas me(N)-, be(R)-, di- , pe(N)- , pe(R)- , te(R)-, ke-, dan
se-, sedangkan sisipan terdiri atas - el-, -em- , dan -er-; akhiran terdiri atas -kan, - i, dan
- an; konfiks terdiri atas semua gabungan awalan dengan akhiran. Awalan dan akhiran masih
sangat produktif digunakan, sedangkan sisipan sudah tidak atau kurang produktif. Walaupun
demikian, semua imbuhan termasuk sisipan di dalamnya, apabila diperlukan, masih dapat
kita manfaatkan, misalnya, dalam penciptaan kosakata baru atau dalam penerjemahan atau
penyepadanan istilah asing.

1.1 Awalan me (N)Proses pengimbuhan dengan awalan me(N)- terhadap bentuk dasar dapat mengakibatkan
munculnya bunyi sengau (bunyi hidung) dapat pula tidak. Hal tersebut bergantung pada
bentuk dasar yang dilekati awalan tersebut. Bunyi awal bentuk dasar dapat luluh, dapat
pula tidak. Ini pun bergantung pada bentuk dasar yang dilekati awalan. Untuk memperjelas
hal tersebut, perhatikan contoh berikut.
me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)me(N)-

+ buat
+ pakai
+ fotokopi
+ dengar
+ tatar
+ jabat
+ colok
+ suruh
+ ganti
+ kikis
+ hadap
+ undang
+ muat
+ nilai
+ lepas
+ rusak

membuat
memakai
memfotokopi
mendengar
menatar
menjabat
mencolok
menyuruh
mengganti
mengikis
menghadap
mengundang
memuat
menilai
melepas
merusak

2525

Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa satu suku kata, me(N)- berubah
menjadi menge-, misalnya, dalam contoh di bawah.
me(N)- + cap
me(N)- + pak
me(N)- + tik

mengecap
mengepak
mengetik

Namun demikian, perlu kita perhatikan jika bentuk dasar tersebut ditempeli atau
dilekati awalan di-, bentuk yang ditempelinya tidak mengalami perubahan. Kita lihat
contohnya:
di- + cap
di- + pak
di- + tik

dicap
dipak
ditik

Berdasarkan contoh-contoh yang sudah kita kenal dengan baik, dapat kita simpulkan
bahwa untuk membentuk kata secara benar, kita harus mengetahui bentuk dasarnnya. Kini
giliran Anda untuk berpendapat. Tepat atau taktepatkah bentuk kata yang dicetak miring
dalam kalimat-kalimat di bawah ini. Jika menurut Anda tepat, coba Anda kemukakan
alasannya. Begitu pula halnya jika taktepat, coba Anda kemukakan alasannya.
1. Mereka menterjemahkan buku berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
2. Kewajiban kita bersama untuk mensukseskan program yang dicanangkan pemerintah
kalau memang kita merasa sebagai warga yang baik.
3. Betulkah kita sudah menyintai bahasa Indonesia?
4. Tugas yang sedang kita laksanakan kait- mengkait dengan tugas orang lain.
5. Kita harus mulai menterapkan Gerakan Disiplin Nasional pada diri kita masing-masing.
6. Sebagai umat beragama kita patut selalu mensyukuri segala sesuatu yang kita peroleh
dan kita nikmati.
7. Sebagai pegawai yang baik, sepatutnyalah kita mentaati segala peraturan yang berlaku.
8. Jika dipandang perlu, kita bisa merubah sistem kerja agar mencapai hasil yang optimal.
9. Kami sudah mencoba mengkomunikasikan gagasan itu kepada seluruh karyawan, tetapi
hasilnya belum kami ketahui.
10. Beliau selalu memparkir mobilnya di samping kantor.
11. Mengapa kita tidak mencoba mempopulerkan istilah yang ada dalam bahasa Indonesia?
12. Dengan adanya Gerakan Disiplin Nasional, diharapkan tidak ada lagi pejabat yang
mengkomersialkan jabatannya.
13. Tiga orang yang memerkosa tersebut kini sedang diadili.
14. Bahasa asing dan bahasa daerah banyak mempengaruhi bahasa Indonesia.
15. TVRI Stasiun Bandung sering mentayangkan acara wayang golek.
16. Pemerintah kini mensinyalir adanya gerakan yang mencoba mengadudombakan kita.
17. Usaha koperasi tersebut, antara lain, ditujukan untuk menyejahterakan anggota.
18. Kami sudah mempercayakan kegiatan ini kepada seluruh anggota panitia.
19. Setiap hari dia selalu menyemir sepatu suaminya hingga mengilat seperti sepatu baru.

2626

20. PT Abadi Nanjaya memproduksi bahan keperluan rumah tangga.


1.2 Awalan be(R)Awalan be(R)- memiliki tiga variasi, yaitu ber- , be- , dan bel-. Variasi
tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya, misalnya, dalam
contoh berikut.
be(R)be(R)be(R)be(R)be(R)be(R)be(R)-

+
+
+
+
+
+
+

usaha
diskusi
korban
rencana
kerja
serta
ajar

berusaha
berdiskusi
berkorban
berencana
bekerja
beserta
belajar

Kata beruang sebagai kata dasar berarti sejenis binatang, sedangkan sebagai kata
berimbuhan, yang terdiri atas ber- dan uang memiliki arti mempunyai uang atau bisa juga
berarti memiliki ruang. Kata tersebut akan menjadi jelas artinya jika terdapat dalam
konteks kalimat, konteks situasi, atau konteks tempat dan waktu. Begitu pula halnya
dengan kata berevolusi yang terdiri atas ber- dan evolusi atau ber- dan revolusi.
Berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakan, bagaimana pendapat Anda mengenai
bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah ini.
1. Kita harus bercermin pada perjuangan mereka agar kita dapat bekerja dengan
sungguh-sungguh.
2. Selain berjualan pupuk, mereka juga berternak ayam dan kelinci.
3. Boleh saja kita beda pendapat, tetapi tekadnya demi kepentingan kita bersama.
4. Berdasar kesepakatan bersama dalam rapat, beliau diangkat menjadi pemimpin
perusahaan.
5. Saya kerja sebagai pegawai negeri sudah cukup lama.
6. Hampir semua instansi pemerintah di wilayah Jawa Barat langganan koran Pikiran
Rakyat.
7. Air sungai yang beriak itu kini sudah bewarna hitam.
8. Putra Bupati sudah tunangan minggu lalu.
9. Saya datang ke sini sama beberapa orang rekan sekantor.
10. Pergi ke kantor, setiap hari saya jalan kaki saja.
11. Penonton, sampai jumpa lagi minggu depan dalam acara yang sama.
12. Anaknya senang berpetualang ke rimba belantara.
13. Anak saya masih bersekolah di sebuah akademi.
14. Banyak karyawan yang belum berumah tangga sampai sekarang.
15. Sebagai warga yang baik, kita harus tanggung jawab atas ketertiban lingkungan sendiri.
16. Sudah tiga bulan saya tidak bertemu dengan sahabat.
17. Tetangga saya bersuamikan orang Amerika.

2727

18. Setelah diamati secara saksama, ternyata kegiatan tersebut tidak berdampak negatif.
19. Kertas di atas meja beterbangan karena tertiup angin.
20. Kami tidak berkeberatan jika Saudara ikut bergabung dengan kami dalam usaha
patungan ini.
Dalam keseharian kini sering digunakan kata berterima atau keberterimaan. Dalam hal
ini awalan ber- sejajar dengan awalan di-. Jadi, berterima sama dengan diterima,
misalnya, dalam kalimat Usulan yang disampaikan kepada Bapak Gubernur sudah
berterima. Kata berterima dan keberterimaan merupakan padanan acceptable dan
acceptability dalam bahasa Inggris. Imbuhan ber- dalam kata tersebut beranalogi pada
peribahasa yang sudah dikenal, yaitu gayung bersambut, kata berjawab yang berarti gayung
disambut, kata dijawab.

1.3 Awalan te(R)Awalan te(R)- memiliki variasi ter-, te-, dan tel-. Ketiga variasi tersebut muncul sesuai
dengan bentuk dasar yang dilekatinya. Layak diingat bahwa awalan ini memiliki tiga macam
arti dalam pemakaiannya. Pertama, artinya sama dengan paling. Kedua, menyatakan arti
tidak sengaja. Ketiga, menyatakan arti sudah di- Misalnya dalam contoh di bawah ini.
te(R)- + dengar

terdengar

te(R)- + pandai

terpandai

te(R)- + rasa

terasa

te(R)- + kerjakan

tekerjakan

te(R)- + perdaya

teperdaya

te(R)- + percaya

tepercaya

Berdasarkan uraian di atas, bergantung pada tautan kalimat, pemakai bahasa Indonesia
dapat menggunakan bentuk demikian:
- Saya terpercaya pada Anda daripada pada orang lain untuk menyelesaikan proyek ini.
- Saya tepercaya oleh majikan untuk menyelesaikan proyek ini secepatnya.
Bentuk pertama mengartikan paling percaya, sedangkan bentuk kedua mengartikan
dipercaya. Bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata yang dicetak miring
dalam kalimat di bawah?
1. Pasien itu tidur terlentang di tempat tidur.
2. Tas Bapak tertinggal di rumah.
3. Anak-anak telantar harus kita santuni.
4. Hal itu sudah telanjur saya katakan.
5. Indonesia itu terentang dari Sabang sampai Merauke.

2828

Selanjutnya, cobalah Anda menggunakan awalan tersebut dalam kata lain dan kalimat lain
yang sesuai dengan tautannya.

1.4 Awalan pe(N)- dan pe(R)Awalan pe(N)- dan pe(R)- merupakan pembentuk kata benda. Kata benda yang
dibentuk dengan pe(N)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan me(N)- . Kata benda
yang dibentuk dengan pe(R)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-. Awalan
pe(N)- memiliki variasi pe- , pem- , pen-, peny-, peng-, dan penge-. Variasi tersebut muncul
bergantung pada bentuk dasar yang dilekati pe(N)- . Kita lihat contoh berikut:
pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)pe(N)-

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

rusak
laku
beri
pasok
daftar
teliti
jual
cari
suluh
guna
kirim
cap
las
tik

perusak
pelaku
pemberi
pemasok
pendaftar
penyusun
penjual
pencari
penyuluh
pengguna
pengirim
pengecap
pengelas
pengetik

Dalam kesaharian sering dijumpai bentuk pengrajin yang berarti orang yang pekerjaannya
membuat kerajinan. Bila kita bandingkan dengan kata pe(N)- + rusak menjadi perusak yang
berarti orang yang membuat kerusakan, bentuk pengrajin merupakan bentuk yang tidak
tepat. Kita ingat saja bahwa kedua kata tersebut, rajin dan rusak, merupakan kata sifat.
Karena itu, bentuk tersebut harus dikembalikan pada bentuk yang tepat dan sesuai dengan
kaidah, yaitu perajin.
Awalan pe(R)- memiliki variasi bentuk pe-, per-, dan pel- . Variasi tersebut muncul
sesuai denngan bentuk dasar yang dilekati awalan pe(R)-. Kita lihat contoh berikut:
pe(R)pe(R)pe(R)pe(R)-

+
+
+
+

dagang
kerja
tapa
ajar

pedagang
pekerja
pertapa
pelajar

Kata-kata sebelah kanan berkaitan dengan awalan ber- yang dilekati dengan kata dasar
dagang, kerja, tapa, dan ajar. Jadi, kata-kata tersebut berkaitan dengan kata berdagang,
bekerja, bertapa, dan belajar.

2929

Selain kata-kata itu, kita sering melihat kata-kata lain seperti pesuruh dan
penyuruh. Kata pesuruh dibentuk dari pe(R)- + suruh, sedangkan penyuruh dibentuk dari
pe(N)- + suruh. Pesuruh berarti yang disuruh dan penyuruh berarti yang menyuruh.
Beranalogi pada kedua kata tersebut kini muncul kata-kata lain yang sepola dengan pesuruh
dan penyuruh, misalnya, kata petatar dan penatar, pesuluh dan penyuluh.
Dalam bahasa Indonesia sekarang muncul pula bentuk kata yang sepola dengan
kedua kata di atas, tetapi artinya berlainan. Misalnya, pegolf, pecatur, perenang, pesenam,
dan petenis. Awalan pe- pada kata-kata tersebut berarti pelaku olah raga golf, catur,
renang, senam, dan tenis. Selain itu, muncul juga bentuk lain seperti pemerhati yang
memperhatikan, pemersatu yang mempersatukan dan pemerkaya yang memperkaya.
Bentuk-bentuk itu merupakan bentuk baru dalam bahasa Indonesia. Kata-kata yang
termasuk kata benda itu berkaitan dengan kata kerja yang berawalan memper- atau
memper- + kan.
Kini mari kita mencoba menaruh perhatian pada pemakaian bentuk kata yang dicetak
miring dalam kalimat berikut:
1. Pertamina akan mendatangkan alat pembor minyak dari Amerika Serikat.
2. Generasi muda sekarang merupakan pewaris Angkatan 45.
3. Sebagai pengelola administrasi, dia begitu cekatan.
4. Betulkah bangsa Indonesia sebagai pengkonsumsi barang buatan Jepang.
5. Siapa pun pemitnahnya, harus dihukum.
6. Mereka merupakan pemrakarsa pembangunan gedung ini.
7. Setiap peubah dalam penyusunan harus dapat diuji.
8. Orang yang memfotokopi bisa disebut pengopi.
9. Dapatkah Anda membedakan siapa petembak dan siapa penembak?
10. Orang yang memberikan atau memiliki saham suatu perusahaan bisa disebut penyaham
perusahaan.

1.5 Konfiks pe(N)- an dan pe(R)-an


Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)-an menunjukkan proses yang berkaitan
dengan kata kerja yang berimbuhan me(N)-, me(N)-kan, atau me(N)- i. Kata benda yang
dibentuk dengan pe(R)-an ini menunjukkan hal atau masalah yang berkaitan dengan kata
kerja yang berawalan be(R)-. Kita perhatikan contoh berikut:
pe(N)- + rusak + -an
pe(N)- + lepas + -an
pe(N)- + tatar + -an
pe(N)- + sah + -an
pe(N)- + tik + -an
pe(R)- + kerja + -an
pe(N)- + ajar + -an

perusakan
pelepasan
penataran
pengesahan
pengetikan
pekerjaan
pelajaran

3030

Selain kata-kata yang dicontohkan, kita sering menemukan kata-kata yang tidak sesuai
dengan kaidah di atas seperti pengrumahan, pengrusakan, pengluasan, penyucian (kain),
penglepasan, penyoblosan, dan pensuksesan. Kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah ini
harus dikembalikan pada bentuk yang tepat (Bagaimana bentuk yang tepat dari kata-kata di
atas menurut Saudara?).
Bagaimana bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah ini menurut Anda?
1. Pemain Indonesia berhasil menjadi juara perorangan dalam turnamen itu.
2. Bumi Serpong Damai merupakan daerah pemukiman baru di Jawa Barat.
3. Pasien itu mengalami pendarahan pada bagian kepalanya.
4. Pendokumentasian surat-surat berharga perlu mendapat perhatian.
5. Pentayangan kesenian daerah ditingkatkan oleh TVRI Bandung.
6. Di sekolah-sekolah kini tidak digunakan lagi pemeringkatan untuk mengetahui murid
terpandai atau terbodoh di kelasnya.
7. Pengletakan batu pertama gedung itu sudah dilakukan.
8. Selain ada angkutan kota, ada juga angkutan pedesaan.
9. Ambruknya jembatan itu di luar perhitungan kontraktor.
10. Kami memperoleh pengarahan dari Bapak Gubernur.
11. Penakwaan umat Islam kepada Alloh Swt. merupakan hal utama yang harus dikemukakan
oleh khotib kepada mustaminya.
12. Perluasan dan pelebaran jalan raya di kota Bandung dan juga di kota lain mengalami
banyak hambatan.
13. Persentase peningkatan fosfat tersedia tanah dengan tanaman jagung perlakuan 2.57 x
10 adalah ....
14. Setiap HUT RI diadakan pelombaan maraton di kecamatan.
15. Salah satu cara yang ditempuh oleh pasukan itu adalah melaksanakan perlucutan
senjata.

1.6 Akhiran - an dan Konfiks ke- an


Kata benda dapat dibentuk dengan bentuk dasar dan akhiran -an atau konfiks ke- an.
Kata benda yang mengandung akhiran - an umumnya menyatakan hasil, sedangkan kata
benda yang mengandung konfiks ke- an umumnya menyatakan hal. Untuk memperjelas
uraian di atas, kita perhatikan contoh berikut:
Dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu, tetapi kiriman itu belum kami terima.
Sebulan setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan ke sebuah media massa.
Kata benda yang mengandung ke-an diturunkan langsung dari bentuk dasarnya seperti
contoh berikut:
a. Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru.
b. Kehadiran beliau di sana disambut dengan berbagai kesenian tradisional.

3131

a. Mereka terlambat menyerahkan tugasnya.


b. Keterlambatan itu menyebabkan mereka mendapatkan nilai jelek.
Isilah rumpang kalimat berikut dengan kata benda yang mengandung akhiran - an
atau konfiks ke- an.
1. Sejak lama ia dididik orang tuanya. ... yang diberikan orang tuanya itu menyebabkan dia
menjadi orang besar.
2. Mereka membantu kami sepekan lalu. ... itu sangat bermanfaat bagi kami.
3. Masyarakat di pulau terpencil itu masih terbelakang. ... itu menyebabkan taraf hidup
mereka masih rendah.
4;
Anak itu sangat pandai di kelasnya. Karena ... itu, dia memperoleh beasiswa dari
pemerintah.
5. Usaha yang ditempuhnya selalu gagal. Akan tetapi, dia tidak pernah putus asa akibat
...nya itu.
1.7 Kata Kerja Bentuk me(N)-kan dan me(N)Akhiran - kan dan - i pada kata kerja dalam kalimat berfungsi menghadirkan objek
kalimat. Beberapa kata kerja baru dapat digunakan dalam kalimat setelah diberi akhiran
- kan atau -i. Mari kita lihat contoh untuk memperjelas uraian.
1. Beliau sedang mengajar di kelas.
2. Beliau sedang mengajarkan bahasa Indonesia.
3. Beliau mengajari kami bahasa Indonesia di kelas.
4. Atasan kami menugasi kami mengikuti penyuluhan ini.
5. Atasan kami menugaskan pembuatan naskah pidato kepada sekretaris.
6. Pemerintah menganugerahi rakyat Jawa Barat tanda kehormatan.
7. Pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan kepada rakyat Jawa Barat.
8. Kami membeli buku-buku baru untuk perpustakaan.
9. Kami membelikan mereka buku baru untuk perpustakaan.
10. Setiap 28 Oktober kami memperingati hari Sumpah Pemuda.
Berdasarkan contoh-contoh di atas, bagaimana pendapat Anda tentang bentuk kata
yang dimiringkan dalam kalimat di bawah.
1. Kami belum tahu siapa yang akan menggantikan ongkos perjalanan kami.
2. Saya belum dapat memberitahukan Anda tentang kabar itu.
3. Mereka menemui kesulitan dalam mendata para korban musibah itu.
4. Persib memenangkan pertandingan itu semalam.
5. Camat membawahi lurah atau kepala desa.
6. Mereka mempertinggikan benteng pertahanan di perbatasan.
7. Setelah berdoa, kami mempersilahkan duduk kepada hadirin.
8. Dokter itu memperingatkan pasiennya agar tidak banyak bergerak.
9. Para petani menanami kebunnya dengan sayur-sayuran.
10. Beberapa negara Eropa menanamkan modalnya di Indonesia.

1.8 Awalan keAwalan ke- berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan, baik bilangan tingkat
maupun bilangan yang menyatakan kumpulan. Kata benda yang dibentuk dengan awalan ke-

3232

sangat terbatas, yaitu hanya pada kata tua, kasih, hendak yang menjadi ketua, kekasih, dan
kehendak. Penentuan apakah awalan ke- sebagai pembentuk kata bilangan tingkat atau
kata bilangan yang menyatakan umpulan harus dilihat dalam hubungan kalimat. Misalnya
kalimat berikut:
a. Tim kami berhasil menduduki peringkat ketiga dalam MTQ tingkat Jawa Barat.
b. Ketiga penyuluh itu ternyata teman kami waktu di SMA.
Dalam percakapan sehari-hari, awalan ke- sering mengganti awalan ter- sebagai
bentuk pasif. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa daerah atau dialek tertentu. Dalam
situasi resmi, hal ini harus dihindari. Kita perhatikan contoh berikut.
- Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu ketabrak mobil.
Seharusnya:
- Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu tertabrak
mobil.
Bagaimana

pendapat

Anda

mengenal

bentuk

kata

yang

dimiringkan

dalam

kalimat-kalimat berikut:
1.
2.
3.
4.

Kami ketemu dengan Bapak Bupati Bandung di sini kemarin.


Sejak tadi orang itu menyanyi diselingi ketawa.
Meja tulis itu tidak keangkat oleh tiga orang.
Buku saya kebawa teman saya kemarin.

1.9 Akhiran Lain


Selain akhiran asli bahasa Indonesia -kan, - i, dan -an, terdapat pula beberapa akhiran
yang berasal dari bahasa asing, misalnya, - wan, -man, dan -wati dari bahasa Sanskerta;
akhiran -i, -wi, dan -iah dari bahasa Arab. Akhiran -wan dan - wati produktif, sedangkan
akhiran -man tidak demikian. Akhiran - wi lebih produktif daripada akhiran -i dan -iah.
Akhiran - wi tidak hanya terdapat dalam bentukan bahasa asalnya, tetapi juga terdapat
dalam bentukan dengan bentuk dasar bahasa Indonesia. Perhatikan beberapa contoh kata
berikut.
-

karyawan
olahragawan
budiman
manusiawi
badani

karyawati
olahragawati
seniman
surgawi
badaniah

Bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata berikut ?


- ilmiawan
- rohaniawan

3333

- gerejani

BEBERAPA CONTOH BENTUK KATA YANG SALAH DAN YANG BENAR


Salah
memparkir
menterjemahkan
mentafsirkan
mensukseskan
memitnah
menyolok
menyintai
mengontrakan
membanding
mengundur
memberitahu
berserta
bewarna

Benar
memarkir
menerjemahkan
menafsirkan
menyukseskan
memfitnah
mencolok
mencintai
mengontrakkan
membandingkan
mengundurkan
memberi tahu
beserta
berwarna

Salah
bekerjasama
berterimakasih
dikata
dipensiun
terlantar
terlanjur
pengrusakan
pengletakan
penglepasan
pengrajin
nampak
dibanding
diselusuri

Benar
bekerja sama
berterima kasih
dikatakan
dipensiunkan
telantar
telanjur
perusakan
peletakan
pelepasan
perajin
tampak
dibandingkan dengan
ditelusuri

1.10 Prosedur Pengayaan Kosakata


Perhatikan tabel di bawah, kemudian lihat kata dasar. Setelah itu, beri tanda + di bawah
setiap imbuhan jika gramatikal, dan tanda jika takgramatikal. Langkah berikutnya adalah
cobalah membuat mencari padanannya dalam bahasa Inggris atau cobalah membuat kalimat
bahasa Indonesia dengan kata yang sudah diberi tanda + tadi.
Kata Dasar
me(N)-

me-i

me-kan

Imbuhan
memper-

memper-kan

memper-i

awak
hitung
hukum
gigi
siap
darah
politik
hubung
buku
bibit
bentang
luas
panjang
singkat
jiwa
mati
hidup
sosial
besar
anak

3434

Bila sudah berhasil dengan imbuhan tersebut, cobalah dengan imbuhan lain. Lalu, coba pula
kata-kata lain yang jarang digunakan, tetapi ada di dalam kamus bahasa Indonesia. Cari
pula kata dari bahasa daerah yang Anda kenal! Kemudian, Anda perhatikan bahasan
peristilahan dan bahasan pilihan kata pada modul berikut.
Catatan: Pengayaan ini bisa juga dilakukan dengan cara berbeda, yaitu senerai (daftar)
kata dasar ke samping dan senerai imbuhan ke bawah.

2. Pelatihan
Temukan sepuluh kata baru dan terapkan dalam kalimat!

3535

Kegiatan Belajar VI

Pilihan Kata (Diksi)


1. Aspek Kata
Bahasa terjadi dari kata-kata. Kata-kata ini membentuk kelompok kata, kalimat, dan
wacana berdasarkan kaidah bahasa yanng bersangkutan. Pemahaman terhadap suatu bahasa
tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap kata-kata dan kaidah yang terdapat dalam
bahasa tersebut. Menggunakan bahasa pada hakikatnya adalah memakai kata-kata dan
kaidah yanng berlaku dalam bahasa itu. Dengan demikian, agar dapat berbahasa dengan
baik, benar, dan cermat, kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah yang
terdapat di dalamnya. Hal ini berlaku bagi semua bahasa, termasuk di dalamnya bahasa
Indonesia.
Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan sesuatu
yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat
menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. Apabila ada seseorang
berteriak Banjir!, dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahui arti kata
tersebut. Karena itu, pikiran kita akan menyatakan ada gerakan air deras, besar, dan meluas
secara tiba-tiba. Jadi, yang dimaksud bentuk adalah kata semacam kata banjir, sedangkan
makna adalah reaksi yang timbul dalam pikiran kita. Reaksi tersebut tentu akan
berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini bergantung pada tingkat pemahaman setiap orang
akan bentuk dan makna suatu kata.
Untuk memahami kata, kita harus mengetahui bentuk dan makna kata itu sekaligus.
Pemahaman terhadap salah satu aspek saja tidak menjamin pemahaman terhadap kata.
Seseorang yang mengetahui bentuk atau rupa suatu benda belum tentu mengetahui
maknanya. Demikian pula halnya,seseorang yang mengetahui makna saja belum tentu
mengetahui bentuk atau rupa benda itu. Jadi, pemahaman terhadap bentuk dan makna kata
merupakan syarat bagi pemahaman kita terhadap kata.

2. Penggunaan Kata
Sebagaimana dikemukakan, untuk dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat,
kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa
yang kita gunakan. Misalnya, kita menggunakan bahasa Indonesia, maka yang harus kita
perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Indonesia; kita menggunakan bahasa Sunda, maka
yang harus kita perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Sunda, bukan bahasa lain.
Dalam

penggunaan

kata,

yang

terdiri

atas

bentuk

dan

makna,

kita

harus

mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh


pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide atau gagasan.

3636

Berdasarkan hal tersebut, untuk menyatakan gagasan atau ide, kita memerlukan ketepatan
kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan; kesesuaian kata dengan
situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.

3. Ketepatan Pilihan Kata


Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide
pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Pendengar atau pembaca akan
dapat menerima gagasan atau ide yang disampaikan pembicara atau penulis apabila pilihan
kata yang mengandung gagasan dimaksud tepat. Pilihan kata yang tidak tepat dari
pembicara atau penulis dapat mengakibatkan gagasan atau ide yang disampaikannya tidak
dapat diterima dengan baik oleh pendengar atau pembaca. Karena itu, kita perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
1. kata yang bermakna denotatif dan konotatif;
2. kata yang bermakna sama dan hampir sama;
3. kata umum dan kata khusus;
4. kata yang mengalami perubahan makna;
5. kata dengan ejaan yang mirip;
6. kata ciptaan sendiri;
7. kata ungkapan atau idiom;
8. kata yang singkat dan taksingkat.

3.1 Kata Bermakna Denotatif dan Bermakna Asosiatif


Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep dengan
kenyataan. Makna ini merupakan makna yang lugas, makna apa adanya. Makna ini bukan
makna kiasan atau perumpamaan. Sebaliknya, makna asosiatif atau konotatif muncul akibat
asosiasi perasaan atau pengalaman kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang
didengar. Makna asosiatif dapat muncul di samping makna denotatif suatu kata.
Dalam bahasa tulisan ragam ilmiah dan formal yang harus kita gunakan adalah
kata-kata denotatif agar keobjektifan bisa tercapai dan mudah dipahami tanpa adanya
asosiasi. Hal ini perlu diperhatikan karena apabila terdapat kata asosiatif, pemahaman
pembaca atau pendengar sangat subjektif dan berlainan. Kita bandingkan kata perempuan
dan pandai dalam kalimat:
- Perempuan itu ibu saya.
- Ah, dasar perempuan.
Saudara saya termasuk orang pandai dalam memotivasi orang lain untuk berpikir positif.
Karena keyakinannya, barang yang hilang itu ditanyakan kepada orang pandai di Garut.

3737

3.2 Kata Bersinonim


Kata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Banyak kata bersinonim yang berdenotasi sama, tetapi konotasinya berbeda. Akibatnya,
kata-kata yang bersinonim itu dalam pemakainnya tidak sepenuhnya dapat saling
menggantikan. Kata-kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan berpulang
memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari raga, tetapi makna
konotasinya berbeda. Relakah Saudara jika orang yang sangat Saudara hormati dan Saudara
cintai dikatakan Dia telah mampus kemarin, sebaliknya binatang yang menjijikkan,
misalnya, Binatang itu telah wafat dengan sukses.
Dengan contoh tadi jelaslah bagi kita bahwa setiap kata memiliki kekhususan dalam
pemakaiannya walaupun kata-kata yang digunakan memiliki makna denotasi yang sama.
Bagaimana pula Anda membedakan pemakaian kata mengandung, hamil, bunting, dan
kecelakaan?
Adakah perbedaan nuansa makna jenazah, mayat, bangkai? Kata apa yang harus Anda
katakan jika ada dua ekor domba mati lima menit yang lalu. Domba A mati disembelih dan
domba B mati keracunan. Tegakah Anda menyebut jasad orang yang sudah lima hari
bergelimpangan karena dilanda gelombang tsunami dengan kata bangkai? Tentu tidak karena
kita beradab dan memiliki rasa bahasa.

3.3 Kata Bermakna Umum dan Bermakna Khusus


Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar atau membaca kata yang bermakna
kabur akibat kandungan maknanya terlalu luas. Kata seperti itu sering mengganggu
kelancaran dalam berkomunikasi. Karena itu, agar komunikasi berlangsung dengan baik, kita
harus dengan cermat menggunakan kata yang bermakna umum dan bermakna khusus secara
tepat. Jika tidak, komunikasi terhambat dan kesalahpahaman mungkin muncul. Akibat lebih
jauh, timbul huru-hara atau malapetaka.
Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata bermakna umum dapat
menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata bermakna umum digunakan dalam
mengungkapkan gagasan yanng bersifat umum, sedangkan kata bermakna khusus digunakan
untuk menyatakan gagasan yang bersifat khusus atau terbatas.
a. Dia memiliki kendaraan.
b. Dia memiliki mobil.
c. Dia memiliki sedan.
Kata sedan dirasakan lebih khusus daripada kata mobil. Kata mobil lebih khusus daripada
kata kendaraan. Demikian pula halnya dalam kata beruntun ini binatang, binatang
peliharaan, kucing.

3838

3.4 Kata yang Mengalami Perubahan Makna


Sejarah perkembangan manusia dapat memengaruhi sejarah perkembangan makna
kata. Dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa lain, terdapat kata yang mengalami
penyempitan makna, peluasan makna, perubahan makna.
Kata sarjana dan pendeta merupakan contoh kata yang mengalami penyempitan
makna. Kata sarjana semula digunakan untuk menyebut semua cendekiawan. Kini kata
tersebut hanya digunakan untuk cendekiawan yang telah menamatkan pendidikannya di
perguruan tinggi. Kata pendeta semula memiliki arti orang yang berilmu, kini hanya
digunakan untuk menyebut guru/pemimpin agama Kristen.
Kata berlayar, bapak, ibu, saudara, dan putra- putri merupakan contoh kata yang
mengalami peluasan makna. Kata berlayar semula digunakan dengan makna bergerak di laut
menggunakan perahu layar. Kini maknanya menjadi luas, yaitu bepergian di atas laut, baik
memakai perahu layar maupun memakai alat transportasi lain. Kata bapak, ibu, dan
saudara semula hanya digunakan dalam hubungan kekerabatan. Kini ketiga kata tersebut
digunakan juga untuk menyebut atau menyapa orang lain yang bukan keluarga, bukan
kerabat. Begitu pula halnya kata putra- putri. Semula kata ini hanya digunakan untuk
menyebut anak raja. Kini anak siapa pun berhak dan boleh disebut putra- putri.
Kata wanita dirasakan lebih baik daripada perempuan. Karena itu, muncul darma
wanita. Akan tetapi, kita kenal pula kata wanita panggilan. , kata ini, dilihat dari segi
bahasa merupakan lawan kata perempuan murahan. Bagaiman pendapat Anda?

A. Faktor Lain
Demi ketepatan pilihan kata, kita pun harus berhati-hati menggunakan kata-kata yang
berejaan mirip seperti kata bahwa, bawa, dan bawah; gaji dan gajih; sangsi dan sanksi. Kita
pun harus berhati-hati menggunakan ungkapan tertentu seperti bercerita tentang, bukan
menceritakan tentang; sesuai dengan, bukan sesuai; bergantung pada atau tergantung
pada, bukan tergantung atau tergantung dari (bandingkan dengan depend on dan hang on
dalam bahasa Inggris)
Demi ketepatan pilihan kata, sebaiknya kita memilih kata atau ungkapan yang lebih
singkat. Misalnya, kita pilih membetulkan dan kita hindari membuat betul; kita pilih
menginformasikan dan kita hindari memberikan informasi. Bagaimana dengan kata-kata
peka dan pekak; khas dan kas; kotak dan kota?
B. Kesesuaian Pilihan Kata
Kesesuaian pilihan kata berkaitan dengan pertimbangan pengungkapan gagasan atau
ide dengan memperhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca. Dalam

3939

pembicaraan yang bersifat resmi atau formal, kita harus menggunakan kata-kata baku.
Sebaliknya, dalam pembicaraan takresmi atau santai, kita tidak dituntut berbicara atau
menulis dengan menggunakan kata-kata baku untuk menjaga keakraban.
Faktor kepada siapa kita berbicara atau kita menulis harus diperhatikan agar kata-kata
yang kita gunakan dapat dipahami mereka. Pada saat kita berbicara dengan masyarakat
awam, sebaiknya kita gunakan kata-kata umum (populer); jangan kita gunakan kata-kata
yang bersifat ilmiah. Tujuan kita berbicara atau menulis tentu untuk dimengerti oleh orang
lain. Jadi, kalau kita gunakan kata-kata ilmiah, sedangkan yang kita ajak bicara tidak
mengerti, tentu yang kita sampaikan tidak ada gunanya, percuma. Sebaliknya, jika kita
berbicara dengan golongan intelektual, pejabat, atau para ahli di bidang tertentu,
sebaiknya kita mengggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan mereka atau kata-kata
ilmiah. Layak diingat bahwa yang termasuk kata-kata ilmiah bukan hanya kata-kata yang
berasal dari bahasa asing. Dalam bahasa Indonesia pun banyak sekali kata-kata ilmiah.
Agar kesesuaian pilihan kata dapat kita capai, dalam berbicara atau menulis kita perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku;
Dalam situasi umum, kita gunakan kata-kata umum;
Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata khusus;
Kata-kata yang bersifat ilmiah tidak harus berbahasa asing;
Bahasa lisan berbeda dengan bahasa tulisan;
Hindari pemakaian kata-kata, ungkapan, atau basa-basi yang sudah usang.
3.5 Kata Baku dan Takbaku
Kata baku adalah kata yang tidak bercirikan bahasa daerah atau bahasa asing. Baik
dalam penulisan maupun dalam pengucapannya harus bercirikan bahasa Indonesia. Dengan
perkataan lain, kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah mengenai kata dalam
bahasa Indonesia. Perhatikan lagi modul IV.
Kita perhatikan beberapa contoh berikut yang mengandung perbedaan lisan atau
tulisan.
Kata Baku

Kata Takbaku

pikir, paham
nasihat
ijazah
jadwal
kualitas, kuantitas, kuitansi
karier
pasien
imbau
utang, isap
beri
dulu
hakikat
lewat

fikir, faham
nasihat
ijasah
jadual
kwalitas, kwantitas, kwitansi
karir
pasen
himbau
hutang, hisap
kasih
dulunya
hakekat
liwat

4040

mengapa
senang
asas
energi
hipotesis
kategori
sistem
metode
teknik
tim
seksi
subunit
pascapanen
antarbagian
semifinal
asusila
caturbidang
ekabahasa
monoloyalitas
supranatural
ekstrakurikuler
kontrarevolusi
antikomunis
purnajual
ultramodern
supersonik
peribahasa
sepak bola
terima kasih
tata usaha
kerja sama
beri tahukan

kenapa
seneng
azas
enerji
hipotesa
katagori
sistim
metoda
tehnik
team
sie
sub unit
pasca panen
antar bagian
semi final
a susila
catur bidang
eka bahasa
mono loyalitas
supra natural
ekstra kurikuler
kontra revolusi
anti komunis
purna jual
ultra modern
super sonik
peri bahasa
sepakbola
terimakasih
tatausaha
kerjasama
beritahukan

3.6 Kata Ilmiah dan Kata Populer


Kata ilmiah adalah kata yang biasa digunakan di lingkungan ilmuwan dan dunia
pendidikan umumnya. Kata populer adalah kata yang biasa digunakan di kalangan
masyarakat umum. Namun, pendapat itu tidak terlalu ketat. Kita lihat beberapa contoh.
Kata Ilmiah
dampak
formasi
frustasi
pasien
volume
koma

Kata Populer
akibat, kendala, hambatan, halangan
susunan
kecewa
orang sakit
isi
sekarat

Dalam pembicaraan di depan umum, sebaiknya kita menggunakan kata-kata populer agar
apa yang kita kemukakan dapat dipahami dengan baik dan mudah. Tahukah Anda apa arti
kata argumen, solusi, filial, final, kontradiksi, komitmen?

4141

3.7 Kata Percakapan dan Kata/Ungkapan Usang


Kata percakapan biasanya digunakan dalam bahasa lisan. Kata-kata ini umumnya
memiliki kaidah sendiri yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan dalam tulisan.
Kata-kata percakapan, di antaranya, memiliki ciri kedaerahan (dialek), tidak ajeg
menggunakan kaidah bentukan kata dan sering menyingkat kata. Beberapa contoh dapat
dikemukakan di sini, misalnya, nggak, belom, tau, ngerti, dapet, sikon, gini, gitu, sech, ne,
getho lho.
Kata-kata percakapan sebaiknya dihindarkan dalam tulisan atau pembicaraan resmi
karena

dapat

mengganggu

keresmian

atau

keilmuan.

Karena

itu,

berhati-hatilah

menggunakan kata percakapan ini.


Ungkapan atau idiom merupakan bentuk bahasa yang memiliki pola tertentu dan makna
tertentu pula. Ungkapan seperti makan garam, makan hati, panjang tangan memiliki arti
sendiri yang jauh dari arti kata denotasinya. Ungkapan yang masih dipahami oleh umum
dapat digunakan untuk menghidupkan suasana pembicaraan atau tulisan. Akan tetapi,
ungkapan yang sudah usang tidak lagi mempunyai kekuatan bahkan justru kalau masih
dipakai bisa membosankan dan melemahkan pembicaraan atau tulisan kita.

4. Tes Formatif
Perbaiki kata-kata yang dicetak miring berikut ini sehingga menjadi kata yang baku!
1. Setiap bulan karyawan pemerintah dapat pembagian beras.
2. Kita hendaknya menterapkan ilmu yang kita peroleh itu untuk mensejahterakan
masyarakat.
3. Bikin betul pagar yang roboh itu.
4. Marilah kita menyanyi Indonesia Raya.
5. Walaupun berulang kali dilakukan, latihan itu tidak bermanfaat.
6. Kehidupan penduduk desa di Jawa Barat umumnya bertani.
7. Bukan warna ini yang dipilihnya, tetapi warna hijau.
8. Kita sebaiknya selalu mentaati peraturan lalu lintas.
9. Kecuali alasan itu, perlu dipertimbangkan pula alasan lain.
10. Sementara menunggu saya, para pesuluh membaca-baca makalah.
11. Berhubung kekurangan biaya, pembuatan jalan itu diundur.
12. Kami tidak tahu kalau pertemuan itu dilaksanakan hari ini.
13. Bersama ini kami beritahukan bahwa kiriman Saudara sudah kami terima.
14. Surat itu sudah dikirimkan oleh kami minggu lalu.
15. Masing-masing pesuluh diberikan kesempatan untuk bertanya.
16. Baik saya dan dia sebagai teman selalu saling membantu.
17. Apakah sudah tersedia dana bagi membangun gedung itu?
18. Saya datang ke sini sama teman-teman.
19. Sepatutnyalah kita mensukseskan program yang dicanangkan itu.
20. Atas perhatiannya, diucapkan beribu- ribu terimakasih.
21. Mereka tidak berhasil menemui barang yang hilang itu.
22. Siapa pimpinan rombongan ini?
23.Kini dia menjadi sekertaris pribadi.

4242

24. Tugas yang diberikan merupakan tugas perorangan.


25. Pasukan perdamaian mempertinggikan benteng pertahanan.
Kegiatan Belajar VII

Pembentukan Istilah
1. Definisi Istilah
Bahasa yang digunakan wartawan, baik dalam media massa cetak maupun media massa
elektronik dinamakan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik ini merupakan
salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas, seperti singkat, padat, sederhana,
lancar, jelas, lugas, dan menarik (Rosihan Anwar, 1979:1).
Sejalan dengan era globalisasi yang salah satunya ditandai oleh adanya kontak bahasa,
saat ini bahasa Indonesia (termasuk juga dalam hal ini ragam bahasa jurnalistik) mengalami
perkembangan pesat. Perkembangan tersebut bisa kita lihat dari kemunculan kosakata dan
istilah yang sebelumnya tidak atau belum dikenal dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini,
peranan media massa (baik media massa cetak maupun elektronik) tidak bisa diabaikan
karena media massa tersebut juga memiliki andil dalam mewujudkan suatu masyarakat
bahasa. Media massa yang menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, secara
taklangsung menunjang terciptanya masyarakat bahasa yang baik. Sebaliknya, media massa
yang menggunakan bahasa yang buruk (banyak membuat kesalahan berbahasa) bisa
menimbulkan dampak yang buruk pula pada sikap berbahasa masyarakat. Hal ini disebabkan
masyarakat yang masih awam akan bahasa bisa saja beranggapan bahwa bahasa yang
disajikan

dalam

media

massa

tersebut

merupakan

bahasa

yang

benar

sehingga

berkecenderungan untuk menirunya. Oleh karena itu, bahasa dalam media massa sudah
seharusnya mengikuti kaidah tata bahasa, baik dalam hal tata kalimat, tata bentuk kata,
maupun kosakata.
Sehubungan dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa, masalah yang
timbul akhir-akhir ini salah satunya adalah seringnya digunakan istilah asing (terutama
istilah yang berasal dari bahasa Inggris) dalam media massa. Penggunaan istilah asing secara
berlebihan dalam media massa, bukan saja akan mempersulit pembaca dalam memahami isi
atau informasi yang terkandung di dalamnya, tetapi juga hal itu tidak sesuai dengan aturan
atau kaidah yang berlaku dalam bahasa jurnalistik. Dalam buku yang sama, Rosihan Anwar
menjelaskan bahwa penggunaan istilah asing dalam media massa harus sedapat mungkin
dihemat. Hal itu dimaksudkan agar bahasa dalam media massa mudah dipahami pembaca,
mengingat tidak semua pembaca menguasai atau memahami istilah asing. Dengan perkataan
lain, kalau masih ada padanan istilah asing itu dalam bahasa Indonesia, seorang wartawan
yang hendak menggunakan istilah asing hendaknya menggunakan istilah berbahasa
Indonesia.

4343

Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang dilampirkan pada buku Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (1988:419) dijelaskan bahwa istilah adalah kata atau gabungan kata
yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas
dalam bidang tertentu. Dengan demikian, suatu istilah pasti berupa kata atau frasa, tetapi
kata atau frasa belum tentu berupa istilahSelanjutnya, istilah dibedakan menjadi istilah
khusus dan istilah umum. Istilah khusus ialah istilah terbatas dalam arti hanya dipakai dalam
bidang tertentu. Istilah umum ialah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan
secara umum dalam berbagai bidang. Tabel di bawah ini menjelaskan kedua istilah itu
berikut artinya.

Istilah Khusus
diagnosis
morfologi

Istilah Umum
cek
ilmu bentuk

koma

Bidang
kedokteran
biologi, geologi,
bahasa
kedokteran; bahasa

aset
profit
kapten

bisnis
bisnis
militer; olah raga

modal
laba
ketua, kepala

remis

olah raga catur

seri

akomodasi

pariwisata

almarhum

agama

pemondokan,
tampung
mendiang

imam
terapi
penapis, filter
sampel
pasta

agama
kesehatan
industri
ilmu sosial
gigi

pemimpin
pengobatan
penyaring
model
odol

pingsan, sekarat

Arti
pemeriksaan
ilmu yang mempelajari tata
bentuk
tidak sadar diri,
menjelang mati; tanda baca
untuk jeda
harta
keuntungan berupa uang
nama pangkat; orang yang
memimpin
tidak ada yang
menang/kalah
tempat tinggal sementara;
proses penyesuaian sosial
sebutan untuk orang yang
sudah mati, orang yang dikasihi
orang yang memimpin
proses menyembuhkan
alat untuk menyaring sesuatu
contoh
krem pembersih gigi

2. Sumber Istilah
Istilah muncul atau lahir atau juga diciptakan dari berbagai bahasa dengan berbagai
cara. Untuk menciptakan suatu istilah yang baik dan benar, ada beberapa persyaratan yang
perlu diperhatikan oleh pencipta. Salah satu syarat utama berkenaan dengan sumber istilah.
Karena konsep yang akan dikemukakan untuk masyarakat Indonesia, yang sekaligus sebagai
masyarakat tutur bahasa Indonesia, tentu saja sumber istilah yang diutamakan haruslah
kosakata bahasa Indonesia.
Tambahan, untuk penjelasan lanjutan, berikut dikemukakan sumber-sumber untuk
menciptakan istilah, baik istilah khusus maupun istilah umum. Selain itu, dibahas pula tata
cara penciptaan istilah. Sumber yang dimaksud secara berurut adalah bahasa Indonesia,
bahasa daerah, dan bahasa Inggris. Urutan tersebut didasarkan pada kedudukan dan

4444

fungsinya masing-masing (bahasa daerah, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya berfungsi
sebagai pemerkaya bahasa Indonesia).

A. Kosakata Bahasa Indonesia


Kosakata bahasa Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah ialah kata yang dipakai
secara umum, terutama kata yang lazim dan sering digunakan sehari-hari, yang memenuhi
salah satu syarat berikut (bisa juga lebih):
Kata yang dengan tepat dapat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang
imaksudkan seperti tunak (steady), telur (percolate), dan imak (simulate).
a. Kata yang lebih singkat daripada kata lain dengan rujukan sama.
gulma lebih singkat daripada kata tumbuhan pengganggu;
suaka (politik) lebih singkat daripada perlindungan (politik).
b. Kata yang tidak bernilai rasa buruk atau jelek dan yang enak didengar (sopan).
pramuria terasa lebih sopan daripada kata hostes;
tunakarya lebih halus daripada kata penganggur
pekerja seks komersial dianggap lebih beradab daripada pelacur, wanita tuna
susila, dan sebagainya.
Di samping itu, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang lazim dipakai secara
umum. Kata tersebut diberi makna baru atau khusus, baik dengan peluasan maupun dengan
penyempitan makna. Misalnya, istilah berumah dua sebagai istilah baru yang menggantikan
istilah beristri dua; istilah garis bapak dan garis ibu sebagai pengganti istilah patrilinear
dan matrilinear; istilah temu kader untuk menyamarkan istilah kampanye;
Dengan cara yang sama, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang taklazim
digunakan sehari-hari. Misalnya; istilah canggih kini digunakan dengan makna baru (semula
bermakna rumit, cerewet, bawel) sebagai padanan istilah sophisticated; dan sembir
sebagai padanan kata margin, lalu perampatan sebagai padanan generalization.

B. Kosakata Bahasa Serumpun


Kosakata bahasa serumpun yang dimaksud di sini dalah bahasa-bahasa daerah yang
tersebar di wilayah kedaulatan Indonesia. Tidak menutup kemungkinan juga bahasa Melayu
sebagai bahasa sumber karena bahasa ini pun termasuk rumpun bahasa yang sama, yakni
rumpun bahasa Austronesia.
Keserumpunan bahasa ini diperhatikan mengingat banyak kesamaan, baik struktur
fonem, bunyi, maupun kata. Jika di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah dengan
persyaratan sebagaimana dikemukakan di atas, istilah dicari di dalam bahasa serumpun,

4545

baik yang masih lazim maupun yang tidak lazim lagi digunakan. Ketiga persyaratan di atas
tetap harus diperhatikan. Contoh berikut mengungkapkan uraian di atas:

Kata-kata yang lazim digunakan:


gambut (Banjar) sejenis tanah

peat (Inggris)

nyeri (Sunda)

pain (Inggris)

sakit karena sesuatu seperti dicubit

sukan (Melayu) bermain-main dalam pesta


jan + warta (Minang + Indonesia) menjadi janwarta atau dari Sunda
tongibur jangan diberitakan

off the record (Inggris)

ledot (Sunda)

tackle (Inggris)

kewong (Sunda)

upper cut (Inggris)

santai (Lampung)

relax (Inggris)

unduh (Sunda, Jawa)

down load

Kata-kata yang taklazim lagi digunakan:


gawai (Jawa)

device (Inggris)

luah (Sunda, Bugis, Bali, Minang)

discharge (Inggris)

C. Kosakata Bahasa Asing


Dalam hal sumber pencarian istilah, bahasa asing menduduki urutan ketiga. Dengan
demikian, selain melihat ke dalam kita juga tidak menutup kemungkinan adanya istilah yang
berasal dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris karena bahasa ini kini menjadi bahasa
utama dalam hubungan antarbangsa; dan menjadi orientasi bahasa Indonesia (Catatan:
sampai dasawarsa awal kemerdekaan, bahasa Indonesia berorientasi pada bahasa Belanda;
dan karena itu sampai kini masih banyak dipakai kata/ istilah yang berasal dari bahasa
tersebut).
Dalam buku Tata Istilah Indonesia (1978), yang dikutip oleh Suryaman (1986:41),
dijelaskan bahwa ada dua dasar umum yang perlu diperhatikan dalam pembentukan istilah
dari bahasa asing: Apabila perlu diambil dari bahasa asing, sumber utama bahasa yang
digunakan untuk istilah adalah bahasa Inggris. Pertimbangannya, bahasa Inggris merupakan
salah satu bahasa antarbangsa yang diakui dan digunakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Selain itu, sebagian buku dan bahan lain yang berpaut dengan keilmuan yang beredar di
Indonesia tertulis dalam bahasa Inggris. Hal ini diperkuat pula dengan kenyataan bahwa
bahasa Belanda, yang selama tiga abad dipergunakan di Indonesia, sudah hampir tidak
dikenal dengan baik oleh angkatan muda. Mereka lebih banyak mengenal dan
mempergunakan buku dan bahan lainnya yang ditulis dalam bahasa Inggris.Apabila istilah
asing yang diperlukan tidak dapat diganti dengan kata-kata yang terdapat di dalam bahasa
Indonesia atau bahasa daerah, istilah tersebut diindonesiakan dengan memperhatikan

4646

bentuk visualnya (tulisan), bukan ucapannya. Hal ini didasarkan pada masuknya istilah
tersebut sebagai bagian ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Indonesia umumnya melalui
tulisan., bukan melalui lisan. Istilah bau yang berasal dari kosakata bahasa asing dapat
dibentuk melalui penerjemahan, penyerapan, dan gabungan kedua cara itu.

a. Penerjemahan Istilah Asing


Pemunculan istilah baru dapat dilakukan dengan cara penerjemahan kata yang
sepadan. Misalnya, body language bahasa tubuh (yang kini berkembang maknanya menjadi
salah satu jenis senam untuk memperelok tubuh), sammenwerking kerja sama, balanced
budget anggaran berimbang, newsletter surat kabar.
Dalam penerjemahan istilah ternyata tidak selalu diperoleh, dan memang tidak selalu
diperlukan, bentuk yang berimbang arti satu lawan satu. Karena itu, yang perlu
diperhatikan ialah kesamaan dan kesepadanan konsep, bukan kemiripan bentuk luar atau
makna harfiahnya. Dalam hal ini, medan makna semantic field dan ciri makna istilah
bahasa asing memegang peran penting. Misalnya, begrotingspost mata anggaran,
brother-in-law ipar laki-laki, medication atau therapy pengobatan, network jaringan.
Untuk maksud tersebut, istilah dalam bentuk positif harus diterjemahkan ke dalam
bentuk positif pula dan sebaliknya bentuk negatif dengan bentuk negatif pula, misalnya,
bound morpheme menjadi morfem terikat, bukan morfem takbebas.

Istilah Asing tanpa Pemadanan


Pada bagian ini Anda diajak untuk memperhatikan pemakaian istilah asing tanpa
pemadanan. Artinya, istilah tersebut dipergunakan dalam tautan kalimat bahasa Indonesia.
(1) Pedesaan sudah menjadi sasaran minuman, tidak hanya yang masuk kategori softdrink,
tapi juga minuman keras.
(2) Mereka harus melalui jalur seperti public audit atau pihak pengacara yang ditunjuk
kedua saudara koruptor itu.
(3) Akuntan publik ini juga yang telah mengaudit Telkom sebelum go public ....
(4) Lima fenomena yang berkembang di masyarakat sekarang ini, menurut Kristiya, yaitu ...,
dan kecenderungan untuk menggerakkan people power .
(5) Pers juga diharapkan Pangdam dapat menyajikan berita secara clean and clear dengan
tidak menuduh.
(6) Namun, yang pasti saya bersedia di-cross check dengan Mintarjo soal pernyataan itu.
(7) Mereka tewas bukan dalam main operation, tapi karena kecelakaan, kata Kasum ABRI.
(8) Warga Desa Calderon di Negara Bagian Sinaloa, Meksiko, menjadi geger akibat teror
bloodsucker.
(9) Perwira itu mengatakan, senjata AK-47 dapat juga dimiliki oleh para anggota eks PKI
mengingat senjata tersebut memiliki life time yang relatif lama.
(10) Ia mengatakan, memang tidak tertutup kemungkinan direktur bank itu telah kabur ke
luar negeri. Kemungkinannya fifty-fifty, katanya.
(11) Desakan aliran alternatif yang dengan kuat menyeret trend musik dunia saat ini,
seakan tidak menyentuh Mr. Big.
(12) Para PNS menilai bahwa para petugas bagian ketertiban dalam melancarkan operasi
terkesan over acting.

4747

(13) Dirut Telkom mengharapkan seluruh pihak, khususnya karyawan di jajaran Telkom,
untuk bersama-sama memadukan tekad meningkatkan performance usaha yang lebih
baik di masa-masa mendatang.
(14) Dalam melakukan tugas penyidikannya, Polri selalu mendasarkan diri pada
profesionalisme dan scientific investigation.
(15) Anamnesa terakhir E. T. di medical record itu adalah: datang dengan wajah stres.
(16) Ia hanya mengatakan No Comment, tunggu sampai ditangkap.
(17) Bahkan juga berita di belakang berita sebagai inside information tentang perilaku
fraksi dan DPD masing-masing kekuatan sosial politik yang mengendalikannya, demikian
Ketua Golkar.
(18) Rahardi juga mengatakan, pelacakan terhadap sekolah Jenifer Tan di beberapa
primary school juga nihil.
(20) Dennis memang terkenal dengan reaksi start-nya yang bagus.
(21) Untuk menjadi pelari terbaik di dunia, Anda harus secara total memberikan diri Anda
pada event ini, 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, Anda harus menjadi sprinter terus.
(22) Sangat cukup untuk menghidupi saya, tuturnya seraya menolak menyebutkan
appearance fee yang diterimanya di kejuaraan Invitasi Atletik Indonesia.
(23) Dennis yang seringkali tampak cuek dan tidak senang ditanyai persoalan-persoalan
pribadi ini, juga dikenal sebagai The Angry Young Man, seperti dituliskan wartawan
Philadelphia Inquirer, Ron Reid.
(24) Dia tercatat tiga kali fault start, penundaan pertandingan sampai 40 menit, dan cuaca
yang buruk penuh kilat.
(25) Pejabat itu ternyata tidak memiliki sense of humor sedikit pun.
Istilah Asing dengan Pemadanan
Pada bagian ini Anda diperkenalkan dengan pemakaian istilah asing yang disisipkan ke
dalam tautan kalimat bahasa Indonesia disertai padanannya.
(1) Potensi konflik vertikal adalah yang bersifat perolehan (achievment) seperti penghasilan
(kekayaan), pekerjaan, pendidikan, status sosial.
(2) Sekitar 100 pemuda dari berbagai perguruan tinggi swasta di Yogyakarta yang tergabung
dalam Generasi Muda Muslim Yogyakarta (GMMY) mengadakan long march (jalan kaki).
(3) Rabu lalu empat buah helikopter terbang dua sorti dari Timika menuju sasaran dan
menurunkan 100 pasukan dengan tali (rappeling).
(4) Rencana pemerintah, mengenai alih suara bahasa asing (dubbing) yang mutlak harus
segera dilakukan, mendapat sorotan tajam dari kalangan akademis.
(5) Namun, medical record (catatan tentang kesehatan pasien) F.T. ada di Rumah Sakit
Graha Medika.
(6) Gempa dan gelombang tsunami di Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004
merupakan peristiwa (event) yang menggemparkan dunia karena puluhan ribu orang
meninggal seketika.
(7) Akibat luka pada kakinya, pengendara sepeda motor tersebut dilarikan ke Emergency
(gawat darurat) RSHS Bandung.
(8) Pokoknya kita melakukan delegation of authority (pendelegasian kewenangan), kata
Menko Polkam.
(9) Keempat tim yang bertarung semalam, tidak terkecuali Rumania, tampil all- in atau
habis-habisan.
(10) Dia berpendapat the small is beautiful (kecil itu cantik).

Istilah Asing dengan Penyesuaian


Bagian ini mencontohkan kepada Anda mengenai pemakaian istilah asing dengan
penyesuaian ejaan. Artinya, kata-kata atau istilah asing diindonesiakan.

4848

(1) Pengamanan terhadap tersangka menyusul setelah diketahui mobil yang dipergunakan
kawanan perampok itu milik sebuah rental di kawasan Gunung Batu, Bandung.
(2) Menurut Ketua DPR, gejolak yang marak belakangan ini tidak dapat diselesaikan dengan
tindakan represif semata.
(3) Seperti diberitakan sebelumnya, bos hasil bumi tersebut dirampok di tengah jalan.
(4) Keempat petinju berada di Kuba untuk berlatih sambil mengikuti dua turnamen tinju di
Kuba.
(5) Dia menegaskan, dalam kepemimpinan DPP PDIP kali ini pihaknya bersama para
formatur lainnya sepakat untuk menempatkan figur orang yang dapat bekerja sama
dengan orang lain.
(6) Rekan sejawat korban berkeyakinan, ekspedisi pria asal Shianghai tersebut akan
berjalan lancar mengingat selama delapan tahun terakhir Yu berhasil menjelajahi banyak
tempat berbahaya.
(7) Holden, mekanik dari Wellington, bertabrakan di Glenn Helen, bagian dari sirkuit itu.
(8) Pengeluaran dana tersebut dikaitkan pula dengan dana penyelenggaraan perangkat
telekomunikasi untuk keperluan konferensi APEC dan renovasi gedung.
(9) Karena gagal menjadi calo tenaga kerja setelah menarik uang dari korbannya Rp1,5 juta,
Prada D.S. melakukan desersi 414 hari.
(10) Upacara tersebut biasanya bersifat sakral, tapi sangat menarik bagi wisatawan.
(11) Herman, karyawan sebuah garmen di Tasikmalaya, tewas mengenaskan ditusuk tiga
pemuda.
(12) Warga setempat ada yang menitikkan air mata setelah menyaksikan keberingasan para
pelaku, seperti yang diperagakan dalam rekonstruksi kemarin.
(13) Sementara massa PDI berunjuk rasa di halaman Sekretariat DPD PDIP Jabar, di ruangan
berlangsung rapat konsolidasi para pengurus DPC-DPC.
(14) Dua jam kemudian AR (33), seorang residivis kakap, ditangkap polisi dalam suatu
Operasi Penyakit Masyarakat yang dilancarkan petugas.
(15) Menurut sumber, selama ini Hendra dan Tatang sebetulnya sering bekerja sama dalam
bisnis.
(16) Hari Kamis sekitar pukul 07.00 WIT (05.00 WIB) pasukan ABRI bertolak dari Bandara
Timika menuju Posko ABRI di Geselama guna meng-evakuasi para sandera baik yang
hidup maupun yang tewas terbunuh.
(17) Sementara itu, dua sandera yang tewas dibaringkan di rumah sakit milik PT Freeport
Indonesia Company untuk mendapatkan visum dokter, sebelum diberangkatkan ke
Jakarta.
(18) Navi W.T.H. Panekanan adalah koordinator lapangan, dan M. Yosias Lasamaku adalah
bagian akomodasi.
(19) Meskipun belum ada perjanjian ekstradisi, pemerintah Republik Rakyat Cina
menyatakan sanggup dan siap membantu pemerintah Indonesia untuk ikut mencari
tersangka.
(20) Pertanyaan Anda itu kan tendensius, kata Sutrisno ketika dihubungi Kompas hari Rabu
di Medan.

b. Analisis Pemakaian Istilah Asing


Pemakaian Istilah Asing tanpa Pemadanan
Pada bagian ini dikemukakan pemakaian istilah asing dalam media massa tanpa
disertai pemadanan. Istilah tersebut dicetak tebal miring oleh penyusun agar mudah
terbaca, dalam tulisan asli dicetak tegak. Pemakaian istilah sebagaimana dimaksud dalam
bagian ini boleh digunakan apabila langkah pemunculan istilah baru di dalam bahasa
Indonesia mengalami jalan buntu.

4949

Berdasarkan pengamatan, ada beberapa istilah yang bisa dipadankan ada juga yang
bisa disesuaikan ejaannya, ada juga istilah yang bisa digunakan dengan penyepadanan dan
penyesuaian sekaligus. Artinya, pemakai dapat memilih salah satu dari pilihan yang ada atau
mencari bentuk lain yang lebih tepat. Bagian berikut memperlihatkan pilihan tersebut:
softdrink
public audit
go public
people power
clean and clear
cross check
main operation
bloodsucker
life time
fifty-fifty
trend
over acting
performance
scientific investigation
sain(s)tifik anamnesa
medical record
no comment
inside information
primary school
start
event
sprinter
appearance fee
The Angry Young Man
fault start

minuman dingin; minuman segar; softdring


pemeriksa dana; pemeriksa keuangan; audit publik
tawarjual bebas; tawarjual saham bebas; gopublik
kekuatan rakyat; daya jelata/masyarakat
bersih dan jelas; cekas (Sunda)
periksa silang; uji silang; kroscek
bedah utama; bedah pertama; operasi utama
lintah darat; penghisap darah; bladsaker
masa hidup; waktu hidup
setengah-setengah; sepotong-sepotong
cenderung; condong; tren
banyak tingkah; loba ulah
tampilan; pelaksanaan kerja; performan(s)
penyelidikan
ilmiah;
pencarian
ilmiah;
investigasi
riwayat sakit; catatan penyakit; anamnesa
rekaman/catatan kesehatan; /catatan medis; rekor medis
takada ujar/keterangan; takada komentar; nokomen
keterangan rahasia; informasi rahasia; informasi dalam
sekolah dasar
mula, mulai; star
peristiwa, kejadian; iven, even
pelari dekat; sprinter
bayaran tampil
(orang muda) pemarah; pemberang
gagal mula/star; batal mula/star; lasut mula (Sunda); fault
star

Dari senerai di atas terdapat dua kata asing yang bisa menimbulkan kebingungan.
Pertama, kata main dalam main operation memiliki bentuk yang sama dengan bentuk kata
main dalam bahasa Indonesia. Kedua, kata event sering dipertukarkan dengan kata even,
padahal kedua kata ini berbeda bentuk dan artinya. Karena itu, kata-kata semacam itu
sebaiknya dihindari agar tidak terjadi kebingungan orang yang mendengar atau membaca.
Pemakaian Istilah Asing dengan Pemadanan
Pada bagian ini terdapat delapan kalimat yang mengandung pemakaian istilah asing
sekaligus dengan padanannya. Data memperlihatkan bahwa istilah-istilah asing tersebut
telah memiliki padanan yang sesuai di dalam bahasa Indonesia. Karena itu, sebenarnya
istilah asing tersebut tidak perlu dipergunakan lagi. Hal ini berkaitan dengan penghematan
pemakaian kata yang dianut oleh media massa.
Pemakaian istilah asing yang disertai dengan padanannya boleh dilakukan apabila
istilah dan atau padanannya dianggap baru. Jadi, dalam hal ini pemakaiannya dimaksudkan
sebagai pengenalan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

5050

Pemakaian Istilah Asing dengan Penyesuaian


Bagian ini merupakan cara yang paling banyak dianut. Hal ini dimungkinkan karena cara
tersebut merupakan cara yang paling mudah dilakukan oleh banyak orang. Cara seperti ini
pada satu sisi memiliki nilai positif dan pada sisi lain memiliki nilai negatif bagi
perkembangan bahasa Indonesia.
Nilai positif yang dimaksudkan di sini adalah dengan banyaknya kata atau istilah dari
bahasa asing, makin banyak pula jumlah kosakata bahasa Indonesa secara cepat. Pada pihak
lain, muncul nilai negatif, yaitu batasan kata asing dan bahasa Indonesia menjadi samar.
Dikatakan demikian karena ada kemungkinan bahasa asing menguasai bahasa Indonesia dan
karena itu bentuk bahasa Indonesia bisa menjadi kacau.
Kekacauan bisa dilihat, misalnya, pada bentuk sesuaian legalisasi dari legalization
muncullah pelegalisasian dan melegalisasi. Jika dilihat dari segi bentuk, -isasi sepadan
dengan pe-an. Dengan demikian, melegalisasi atau pelegalisasian dan yang semacamnya
tidak memiliki arti yang jelas. Contoh lain timbulnya nilai negatif bisa dilihat pada
pemakaian kata rental dan garmen. Pemakaian kedua kata tersebut mengakibatkan makna
yang sebenarnya tidak jelas. Kata rental berasal dari bentuk kata rent sewa, uang sewa.
Dalam The Contemporary English-Indonesian Dictionary (Salim, 1989:1628), rental berarti
1. uang sewa, harga sewa; 2. rumah, mobil, dsb. yang disewakan; 3. penghasilan yang
diperoleh dari hasil sewa. Dengan demikian, pemakaian kata rental seperti dalam kalimat
(1) tidaklah tepat. Karena itu, sebaiknya diganti saja dengan kata penyewaan mobil agar
maknanya jelas.
Contoh lain yang serupa dengan contoh di atas adalah pemakaian kata garmen pada
kalimat (11). Sepintas kata tersebut tidak menjadi masalah dipergunakan dalam kalimat
semacam itu. Berdasarkan makna asalnya, garmen (dari garment) berarti pakaian. Jadi,
kalimat itu jelas tidak logis karena yang memiliki karyawan adalah orang, bukan pakaian.
Karena itu, sesuai dengan apa yang hendak diinformasikan, di dalam kalimat tersebut harus
diselipkan kata pabrik, toko, atau kata lain yang membentuk frasa menjadi pabrik garmen,
toko garmen, perusahaan garmen, dan sebagainya.
3. Perlatihan
Carilah arti kata atau istilah yang dicetak miring tebal!
(1) Saat saya melakukan inspeksi mendadak ke LP Cipinang, saya sudah meng-antisipasi
gerakan yang dapat dilakukannya.
(2) Diharapkan agar jati diri ABRI sebagai tentara pejuang dapat terus dipelihara dan
di-implementasi- kan secara konsisten agar makin memberikan kontribusi positif
terhadap kemajuan bangsa dan negara.
(3) Menyangkut isu kolusi di Mahkamah Agung, dia mengingatkan agar hal tersebut dapat
diselesaikan secara proporsional tanpa mencacati citra lembaga peradilan tertinggi itu.

5151

(4) Dalam pidatonya itu, dia menyinggung berbagai hal yang berkembang di masyarakat
dewasa ini, seperti isu kolusi di MA, peristiwa berdarah di Timika, perkelahian pelajar,
inflasi, korupsi, dan kehadiran pemantau pemilu partikelir .
(5) Dia masih merasakan sangat kurangnya peran pers bercorak peliputan investigatif, yang
menggali ke arah kedalaman dan latar belakang suatu permasalahan.
(6) Komunikasikan tiap gerak langkah eksekutif dan legislatif, bahkan juga yudikatif,
se-transparan mungkin, apa adanya.
(7) Dalam kaitan ini, dia mengimbau pers untuk meningkatkan perannya sehingga
masyarakat dapat melakukan sosial kontrol- nya yang efektif atas lembaga-lembaga
tinggi negara.
(8) Kritik dan koreksi terhadap perilaku yang rendah integritas- nya perlu dilakukan.
(9) Penegasan tersebut disampaikan Menko Polkam kepada wartawan usai peresmian
kesepakatan mengenai transpalansi ginjal jenazah, Kamis.
(10) Soesilo yang juga Ketua Umum Yayasan Ginjal Nasional Indonesia (Yagina) dimintai
tanggapannya soal Insiden Ujungpandang serta unjuk rasa keprihatinan kasus tersebut
oleh para mahasiswa di Surabaya, Semarang, Jember, Solo, Bandung, dan
Ujungpandang beberapa hari belakangan.
(11) Suparti Nide menambahkan, meskipun DPR tidak bisa melihat langsung secara faktual
kasus kerusuhan tersebut, hal ini bukan berarti wakil rakyat yang ada di DPR, tidak
memperjuangkan aspirasi rakyat.
(12) Di Bandung, sekitar 300 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi hari Kamis kembali
bentrok fisik dengan aparat di pintu gerbang kampus Universitas Padjadjaran (Unpad),
Jalan Dipatiukur Bandung.
(13) Petugas akan berupaya bertindak persuasif agar tidak ada korban, katanya kepada pers
Kamis (2/5) pagi usai Upacara Hari Pendidikan Nasional tingkat Jawa Barat yang
dipusatkan di Lapangan Gasibu Bandung.
(14) Walau hasil ini lebih lambat dari yang diharapkannya, Dennis menyimpan tekad untuk
memecahkan rekor dunia jadi 9,83 detik, rekor Ben Johnson yang dibatalkan setelah
ketahuan dia kena doping.
(15) Walaupun ibunya, Lenora Mitchell, adalah manajer-nya, Dennis menolak bahwa ibunya
adalah yang mendorongnya untuk menjadi sprinter.
(16) Ditegaskan, semua pihak yang terlibat akan diusut, termasuk tindakan petugas
keamanan pun akan di-cek .
(17) Dengan kondisi demikian, bisa menjadi salah satu sebab munculnya kolusi.
(18) Suasana yang sama juga terjadi di Gedung DPR/MPR yang terlihat makin sepi pada masa
anggota dewan sedang reses ini.
(19) Sesekali pandang matanya diarahkan ke siaran televisi yang meliput prosesi
pemakaman.
(20) Mereka juga sepakat bahwa saat ini transpalansi organ amat diperlukan.

4. Rangkuman
Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang dilampirkan pada buku Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (1988:419) dijelaskan bahwa istilah adalah kata atau gabungan kata
yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas
dalam bidang tertentu. Dengan demikian, suatu istilah pasti berupa kata atau frasa, tetapi
kata atau frasa belum tentu berupa istilah. Selanjutnya, istilah dibedakan menjadi istilah
khusus dan istilah umum. Istilah khusus ialah istilah terbatas dalam arti hanya dipakai dalam
bidang tertentu. Istilah umum ialah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan
secara umum dalam berbagai bidang.
Pembentukan istilah dalam bahasa Indonesia harus mengutamakan bahasa Indonesia.
Jika dalam abahasa Indonesia tidak kita temukan, kita cari dalam bahasa daerah. Kalau

5252

masih juga tidak kita temukan, baru kita cari dalam bahasa asing, lalu kita sesuaikan
dengan bahasa Indonesia.
Prosedur lain yang harus ditempuh dalam pembentukan istilah adalah kata-kata harus
mudah diucapkan/dituliskan, lebih singkat, tidak berkonotasi buruk, dan bebas dari
larangan/tabu dalam suatu etnis.
Secara ringkas, prosedur pembentukan istilah baru dapat diperhatikan pada bagan
berikut:
KONSEP
Langkah 1
Kata Indonesia yang lazim

a. Ungkapan tepat
b. Ungkapan tersingkat
c. Ungkapan tanpa
konotasi buruk
d. Ungkapan yang
terdengar netral/baik

Langkah 2
Kata Indonesia yang
takbiasa lagi digunakan

Pilihan 1
Pilihan 2

Pilihan 3

Pilihan 4
Langkah 3
Kata lazim
dari bahasa lain yang serumpun
a. Ungkapan asing
bermakna umum
diterjemahkan dengan
makna umum
b. Ungkapan asing yang
serumpun diterjemahkan
secara sistematis

Langkah 4
Kata dari bahasa lain
yang takbiasa lagi digunakan

Langkah 5
Istilah bahasa Inggris

Langkah 6
Kata dari bahasa lain
yang takbiasa lagi digunakan

(1) Penerjemahan
(2) Pengambilan dengan/tanpa
penyesuaian ejaan atau ucapan
(3) Penerjemahan dan
pengambilan simultan

a. Istilah asing hanya


untuk penggunaan
antarbudaya
b. Istilah asing
lebih tepat
c. Istilah asing lebih
singkat
d. Lebih mudah
disetujui untuk
penggunaan istilah
asing

Pilihan 5

Pilihan 6

Langkah 7
Pilih satu yang terbaik
dari enam calon istilah

5. Tes Formatif
1. Kemukakan prosedur pembentukan istilah berikut dua contoh!
2. Mengapa bahasa asing menduduki peringkat terakhir sebagai sumber istilah?
3. Bagaimana pendapat Anda tentang istilah yang kini marak dalam bahasa asing?
4. Kemukakan perbedaan kata dengan istilah berikut lima contoh!
5. Apa yang dimaksud istilah umum dan istilah khusus; berikan lima contoh!

5353

Kegiatan Belajar VIII

Ujian Tengah Semester

5454

Kegiatan Belajar IX

Tata Kalimat
1. Ragam Bahasa
Untuk memahami struktur kalimat bahasa Indonesia, kita perlu membicarakan ragam
bahasa Indonesia yang berkaitan dengan ihwal struktur kalimatnya. Pada dasarnya,
pemakaian bahasa dapat dibedakan ke dalam bermacam-macam ragam bahasa, bergantung
pada pendekatan yang dilakukan. Jika dilihat dari sarana yang digunakan untuk
menghasilkannya, bahasa dapat dibedakan ke dalam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa
tulis (selanjutnya disebut ragam lisan dan ragam tulis). Bahasa yang dihasilkan dengan
menggunakan alat ucap bunyi bahasa (fonem) sebagai unsur dasarnya kita namakan
ragam lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan huruf
sebagai unsur dasarnya kita namakan ragam tulis.
Kita harus berhati-hati dengan pernyataan di atas karena ada bahasa yang dihasilkan
dengan menggunakan alat-alat ucap, tetapi sebelumnya telah dituliskan. Misalnya, teks
pidato, siaran berita di televisi atau di radio yang dibacakan. Sebaliknya, ada pula bahasa
lisan yang dituliskan seperti cerita rakyat (yang belum pernah dituliskan) atau pidato yang
ditranskripsikan. Oleh karena itu, pernyataan di atas harus dilengkapi dengan penjelasan
perbedaan kedua ragam itu yang dilihat dari segi struktur (tata bahasa), kosakata, dan segi
lain.
Ragam lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentukan kata dan susunan kalimat),
dan kosakata. Lafal merupakan aspek pembeda ragam lisan dari ragam tulis, sedangkan
ejaan merupakan aspek pembeda ragam tulis dari ragam lisan. Jadi, dalam ragam lisan kita
berusurusan dengan lafal, sedangkan dalam ragam tulis kita berurusan dengan ejaan.
Aspek tata bahasa dan kosakata dalam kedua ragam memiliki ciri yang berbeda
walaupun bidangnya sama dan memiliki hubungan timbal-balik. Ragam tulis, yang diatur
dengan kaidah ejaan, melambankan ragam lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan
seolah-olah ragam lisan dan ragam tulis itu sama. Hal ini terjadi karena keduanya telah
berkembang menjadi dua sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang takidentik
bentul walaupun memiliki persamaan.
Satu catatan yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam ragam lisan, penutur
(pembicara) dapat memanfaatkan peragaan (dramatisasi gerak tangan, mimik, dan suara)
untuk membantu kepahaman pengungkapan diri (ide, pengalaman, sikap, dan rasa),

5555

sedangkan dalam ragam tulis peragaan seperti itu takdapat dilambangkan dalam bentuk
tulisan. Oleh karena itu, untuk membantu kejelasan pengungkapan diri, dalam ragam tulis
diperlukan adanya kelengkapan unsur tata bahasa, baik dalam bentuk kata maupun struktur
kalimat, ketepatan pilihan kata, dan kebenaran penerapan kaidah ejaan.
Baik ragam tulis maupun ragam lisan, keduanya masih dapat dibedakan ke dalam dua
ragam bahasa masing-masing, yakni ragam baku dan ragam takbaku. Ragam baku adalah
ragam bahasa yang diakui oleh sebagian warga masyarakat penuturnya sebagai kerangka
acuan norma (kaidah) bahasa dalam penggunaannya, yaitu sebagai pedoman pemakaian
bahasa secara benar, baik ragam lisan maupun ragam tulis. Ragam baku merupakan ragam
yang diajarkan dan digunakan sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,
mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Ragam ini pula yang dipergunakan dalam
pemerintahan, media massa, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Oleh karena itu, penggunaan ragam baku, umumnya, dapat memberikan gengsi
dan menjadi lambang status sosial yang tinggi.
Dalam hubungan dengan ragam tulis baku, normanya dinyatakan secara tertulis dalam
bentuk buku tata bahasa (yang mencakupi masalah bentuk kata dan struktur kalimat),
kamus (yang memberikan pedoman dalam hal penggunaan kosakata), pedoman ejaan (yang
memberikan pedoman penulisan ejaan), dan pedoman pembentukan istilah (yang
memberikan tata cara membentuk istilah). Dengan demikian, semua itu merupakan
pedoman dalam penggunaan bahasa ragam baku. Hal-hal yang menyimpang dari ketentuan
pedoman tersebut termasuk pada ragam takbaku.
Penggunaan kedua ragam ini berkaitan pula dengan latar belakang, situasi, lawan, dan
tujuan pemakai. Dalam situasi resmi, umumnya pemakai menggunakan ragam baku. Akan
tetapi, dalam situasi takresmi pun ragam baku sering digunakan atau juga sebaliknya, dalam
situasi resmi pun kadang terselip pemakaian ragam takbaku. Hal ini terjadi baik dalam
ragam tulis maupun ragam lisan. Semuanya didasari oleh faktor situasi, latar belakang,
lawan/kawan, dan tujuan.
2. Struktur Kalimat
Banyak hal yang dapat kita persoalkan mengenai kalimat bahasa Indonesia. Beberapa
hal yang patut memperoleh perhatian kita sehubungan dengan upaya kita untuk memahami
struktur kalimat adalah (1) alat uji kalimat, (2) ciri-ciri unsur kalimat (subjek, predikat,
objek, pelengkap, keterangan), (3) pola kalimat, (4) kalimat majemuk, (5) kalimat baik dan
benar.
2.1 Alat Uji Kalimat
Apakah sebuah tuturan, baik lisan maupun tulis, merupakan sebuah kalimat ataukah
baru merupakan gabungan kata (frasa)? Untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang benar,
kita perlu memperhatikan syarat-syarat penyusunan kalimat. Persyaratan yang dimaksud
adalah (1) unsur predikat dan (2) pembalikan unsur kalimat.

5656

a. Unsur Predikat
Setiap kalimat sekurang-kurangnya memiliki predikat. Suatu kata atau kelompok kata
dapat berfungsi sebagai predikat jika dapat disertai kata benda atau kelompok kata benda
yang mempunyai relasi predikatif (hubungan subjek-predikat). Perhatikan contoh berikut.
Frasa

Kalimat

prajurit yang berlatih itu

Prajurit itu berlatih.

gadis yang cantik itu

Gadis itu cantik.

polisi wanita itu

Polisi itu wanita.

b. Pembalikan Unsur
Suatu tuturan merupakan kalimat jika urutan unsur-unsurnya dapat dipertukarkan
tempatnya, tanpa ada perubahan informasi yang disampaikan. Perhatikan kembali contoh di
atas yang ditulis lagi berikut.
prajurit yang berlatih itu
gadis yang cantik itu
Bandingkan:

yang berlatih itu, prajurit


(bukan perwira)
yang cantik itu, gadis
(bukan janda)

subjek

predikat

predikat

subjek

Prajurit itu
Gadis itu

berlatih.
cantik.

Berlatih,
Cantik,

prajurit itu.
gadis itu.

2.2 Ciri-Ciri Unsur Kalimat


Apakah tuturan-tuturan yang kita hasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat? Salah satu
syaratnya adalah kelengkapan unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan,
pelengkap. Agar mudah dikenali dan mudah pula dipahami, berikut dikemukakn ciri-ciri
unsur yang dimaksud.

2.2.1 Subjek
Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri berikut:
(a) merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan apa atau siapa;
(b) disertai kata ini atau itu (takrif);
(c) dapat diperluas/disertai frasa/klausa;
(d) tidak didahului kata depan (di, ke, dengan, dalam, kepada, tentang, dari, dan
sejenisnya);

5757

(e) berupa kata benda atau kelompok kata benda atau kelas kata lain yang dapat memiliki
salah satu ciri di atas.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kata dan kelompok kata yang dicetak miring pada contohcontoh berikut adalah subjek.
(1) Siswanto / mendapat / beasiswa.
S
P
O
(2) Pengobatan penyakit menular / harus menjadi / prioritas utama.
S
P
Pel
(3) Besi itu / benda padat.
S
P

2.2.2 Predikat
Ciri-ciri predikat di dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
(a) merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan mengapa atau
bagaimana;
(b) berupa kata adalah, ialah, atau merupakan;
(c) dapat disertai kata pengingkar tidak atau bukan;
(d) dapat disertai kata seperti ingin, hendak, mau, akan, belum, sudah, telah, akan;
(e) berupa kata kerja atau kelompok kata kerja, kata benda atau kelompok kata benda,
kata sifat atau kelompok kata sifat, kata bilangan atau kelompok kata bilangan, serta
kelompok kata/frasa preposisional.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kata dan kelompok kata yang dicetak miring pada contohcontoh berikut adalah predikat.
(1) Susilo / menyusun / skripsi.
S

(2) Semiotika / adalah / ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda.


S

Pel

(3) Dia / pengusaha sukses.


S
P
(4) Peserta seminar itu / dua ratus orang.
S
P

2.2.3 Objek
Ciri-ciri yang dimiliki oleh objek dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
(a) terdapat dalam kalimat aktif transitif;
(b) langsung mengikuti predikat (kata kerja transitif);
(c) tidak didahului kata depan;

5858

(d) dapat menjadi subjek kalimat pasif (dalam oposisi aktif);


(e) berupa kata benda, kelompok kata benda, atau anak kalimat.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kelompok kata pada (1)-(2) dan anak kalimat pada (3) yang
dicetak miring berikut ini adalah objek.

(1) Mereka / menceritakan / masa lalunya.


S
P
O
(2) Saat ini / manusia / telah dapat menciptakan / teknologi canggih.
K
S
P
O
(3) Pemerintah / menjelaskan / bahwa OPEC tidak dapat menurunkan produksi minyak.
S
P
O

2.2.4 Pelengkap
Hal-hal berikut merupakan ciri-ciri pelengkap kalimat dalam bahasa Indonesia:
(a) terdapat pada kalimat dengan predikat berupa kata adalah, ilalah, merupakan, atau
menjadi; atau predikat berupa kata kerja berimbuhan ber- atau ke-an;
(b) berada langsung di belakang predikat (pada kalimat semitransitif) atau di belakang O
(pada kalimat dwitransitif);
(c) tidak didahului kata depan;
(d) tidak dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kata dan kelompok kata pada contoh-contoh di bawah ini
adalah pelengkap.
(1) Manusia / adalah / makhluk yang berakal.
S
P
Pel
(2) Botol itu / berisi / air putih. (semitransitif)
S
P
Pel
(3) Dia / menghadiahi / saya / buku baru. (dwitransitif)
S
P
O
Pel

2.2.5 Keterangan
Keterangan kalimat bahasa Indonesia bercirikan hal berikut:
(a) memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat, tujuan, dan
sejenisnya;
(b) memiliki keleluasaan posisi (awal, akhir, atau di antara subjek dan predikat);
(c) didahului kata depan atau kata penghubung;
(d) berupa kata atau kelompok kata (frasa berpreposisi) atau anak kalimat.

5959

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kelompok kata pada (1)-(2) dan anak kalimat pada (3) yang
dicetak miring pada contoh-contoh berikut adalah keterangan.

(1) Hasil ujian / akan diumumkan / minggu depan.


S
P
K
(2) Dia / berasal / dari Surabaya.
S
P
K
(3) Sambil menunggu kedatangan mereka // saya / membaca / surat kabar.
K
S
P
O

3. Pelatihan
Bacalah kutipan di bawah ini dengan cermat. Kemudian, tandailah unsur-unsur kalimat yang
berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
TEKS
(1) Internet sebagai jaringan global telah menciptakan cyberspace, sebuah
ruangan maya dalam jaringan komputer global. (2) Dalam ruangan ini manusia saling
berhubungan lewat e-mail, bermain game, berkonferensi jarak jauh, bertukar
informasi mutakhir dalam sains dan teknologi, atau bahkan sekadar mengobrol. (3)
Informasi dalam sekejap bisa diperoleh dalam jarak yang hampir tidak mungkin.
(4) Jauh berabad-abad yang lalu, ketika kertas ditemukan dan buku
diciptakan, sebuah dunia maya juga telah tercipta dengan sendirinya. (5) Dari
ruang-ruang perpustakaan, ruang-ruang kelas, dari abad ke abad, buku telah
menciptakan dialog, menghadirkan gagasan, dan menjembatani sejarah yang
menghubungkan masa lalu dengan masa kini. (6) Komunitas yang terjalin pun sangat
melampaui ruang dan waktu.
(7) Sementara itu, tidak semua buku bisa ditempatkan pada rak-rak buku,
dibahas dalam ruang-ruang diskusi, dan diulas hangat oleh media massa. (8) Hanya
buku-buku bermutu yang berhak mengisi benak para penggemar buku. (9) Penerbit
yang mengutamakan mutu senantiasa mempersiapkan penulis, desain sampul,
desain isi, keakuratan editor, atau kualitas fisik buku. (10) Lalu, sebuah buku
tercipta dan dengan sendirinya tercipta dunia maya yang memungkinkan Anda online dengan tokoh-tokoh nasional, bahkan ratusan nama terkemuka dunia.
Dikutip dengan perubahan dari
Berbahasa Indonesia dengan Benar

4. Rangkuman
Banyak hal yang dapat kita persoalkan mengenai kalimat bahasa Indonesia. Beberapa
hal yang patut memperoleh perhatian kita sehubungan dengan upaya kita untuk memahami
struktur kalimat adalah (1) alat uji kalimat, (2) ciri-ciri unsur kalimat (subjek, predikat,
objek, pelengkap, keterangan), (3) pola kalimat, (4) kalimat majemuk, dan (5) kalimat baik
dan benar.

6060

Apakah sebuah tuturan, baik lisan maupun tulis, merupakan sebuah kalimat ataukah
baru merupakan gabungan kata (frasa)? Untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang benar,
kita perlu memperhatikan syarat-syarat penyusunan kalimat. Persyaratan yang dimaksud
adalah (1) unsur predikat dan (2) pembalikan unsur kalimat.
Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri berikut:
(a) merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan apa atau siapa;
(b) disertai kata ini atau itu (takrif);
(c) dapat diperluas/disertai frasa/klausa;
(d) tidak didahului kata depan (di, ke, dengan, dalam, kepada, tentang, dari, dan
sejenisnya);
(e) berupa kata benda atau kelompok kata benda atau kelas kata lain yang dapat memiliki
salah satu ciri di atas.
Ciri-ciri predikat di dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
(a) merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan mengapa atau
bagaimana;
(b) berupa kata adalah, ialah, merupakan
(c) dapat disertai kata pengingkar tidak atau bukan;
(d) dapat disertai kata seperti ingin, hendak, mau, akan, belum, sudah, telah, akan;
(e) berupa kata kerja atau kelompok kata kerja, kata benda atau kelompok kata benda,
kata sifat atau kelompok kata sifat, kata bilangan atau kelompok kata bilangan, serta
kelompok kata/frasa preposisional.

5. Tes Formatif
Tentukan unsur-unsur kalimat dalam soal di bawah ini!
1. Sambutan hangat terhadap deklarasi kemerdekaan Palestina dan pernyataan politik PLO
harus dikaji secara saksama.
2. Dalam penyusunan rencana ini panitia mendapat arahan dari dekan.
3. Upaya merehabilitasi dan melestarikan lingkungan akan segera dilakukan di Indonesia.
4. Cara hidup tidak bersih yang sering menimbulkan berbagai macam penyakit harus
ditinggalkan.
5. Zat tiruan yang berhasil dibuat dan identik dengan beberapa bentuk alamiah hirudin ialah
HBW 023.
6. Pola alamiah suatu kerangka karangan biasanya berdasarkan urutan kejadian, tempat,
atau ruang.
7. Dia berusaha mempelajari dan mendalami ajaran Islam di samping mengamalkannya.
8. Pada tahun-tahun belakangan ini banyak pekerja diberhentikan karena krisis moneter
yang tidak menentu.
9. Habitat terumbu karang di perairan Indonesia Timur semakin mengkhawatirkan.
10. Globalisasi informasi memang mempercepat penambahan khazanah pengetahuan kita.

6161

Kegiatan Belajar X

Tata Kalimat
1. Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat yang kita gunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan kita ini
sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas.
Dengan perkataan lain, semua kalimat yang digunakan berasal dari beberapa pola kalimat
dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar itu kita
kembangkan, kita luaskan. Pengembangan atau peluasan kalimat tentu saja harus
didasarkan pada kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa. Pola dasar kalimat bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
1) a. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Verba atau Kata Kerja)
(1) Semua peserta / datang.
S

(2) Mereka / tidur.


S

(3) Para penari / berhias.


S

(4) Anak-anak / terbangun.


S

1) b. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Nomina atau Kata Benda)


(1) Susi / anak pertama.
S

(2) Tanti / wartawan majalah Gadis.


S

(3) Kakak saya / peneliti.

6262

(4) Itu / rumah saya.


S

(5) Didin / penyair.


S

I) c. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Adjektiva atau Kata Sifat)


(1) Gunung itu / tinggi.
S

(2) Orang itu / salih.


S

(3) Dia / jujur.


S

(4) Gambar itu / bagus.


S

(5) Buku itu / mahal.


S

1) d. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Numeralia atau Kata bilangan)


(1) Penduduk Indonesia / 200 juta orang.
S

(2) Anak Pak Hari / dua orang.


S

(3) Hasil karyanya / banyak.


S

2) Kalimat Dasar Berpola SPK


(1) Presiden terpilih itu / berasal / dari Arkansas.
S

(2) Suku itu / bermukim / di muara Sungai Batanghari.


S

(3) Patung itu / terbuat / dari perunggu.


S

(4) Dia / tinggal / di Jakarta.

6363

(5) Saya / tertarik / pada matanya.


S

3) Kalimat Dasar Berpola SPPel.


(1) Pengangkatan pejabat itu / berdasarkan / hasil musyawarah.
S

Pel.

(2) Pamannya / berjualan / rokok.


S

Pel.

(3) Kantor kami / kemasukan / pencuri.


S

Pel.

(4) Kamu / kedatangan / tamu penting.


S

Pel.

(5) Anak pertamanya / telah menjadi / pengusaha.


S

Pel.

4) Kalimat Dasar Berpola SPO


(1) Mereka / membawa / pesan.
S

(2) Anak itu / menendang / bola.


S

(3) Kita / akan mendirikan / masjid.


S

(4) Anak itu / mengecilkan / suara radio.


S

(5) Para guru / ingin memperbaiki / kehidupannya.


S

(6) Mereka / mendatangi / Kedutaan Amerika.


S

5) Kalimat Dasar Berpola SPOPel


(1) Andi / memberi / istrinya / gelang mas.
S

Pel.

(2) Dia / membuatkan / temannya / proposal kegiatan.


S

Pel.

6464

(3) Marsel / membawakan / ibunya / parsel.


S

Pel.

(4) Guru / membacakan / murid-murid / cerita pendek.


S

Pel.

6) Kalimat Dasar Berpola SPOK


(1) Toni / memasukkan / tangannya / ke dalam kantong jaketnya.
S

(2) Dian / mengirimkan / uang / kepada adiknya.


S

(3) Dia / mengeluarkan / kuitansi / dari laci mejanya.


S

(4) Supir itu / meletakkan / kedua tangannya / di atas kemudi.


S

(5) Budi / sudah menyerahkan / uang bantuan itu / kepada sekretarisnya.


S

2. Kalimat Majemuk
Kalimat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) kalimat tunggal (kalimat yang
hanya terdiri atas satu kalimat dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat yang terdiri atas
sekurang-kurangnya dua kalimat dasar). Berdasarkan hubungan antarkalimat dasarnya,
kalimat majemuk dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat.

2.1 Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang di dalamnya terdapat, sekurangkurangnya, dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat
tunggal. Berdasarkan konjungsi atau kata sambung yang digunakan, kalimat majemuk setara
dapat dikelompokkan ke dalam empat macam, yaitu sebagai berikut.
(a) Kalimat majemuk penjumlahan
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi dan, serta, atau lagi pula.
Misalnya:
(1) Anak itu meniup seruling dan teman-temannya bernyanyi bersama.
(b) Kalimat majemuk pemilihan

6565

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi atau dan apa(kah).


Misalnya:
(2) Anda boleh mengikuti ujian lisan, atau membuat karangan ilmiah tentang bahasa
Indonesia.
(c) Kalimat majemuk urutan
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi lalu, lantas, terus, dan kemudian.
Misalnya:
(3) Para mahasiswa melihat-lihat majalah, lalu mereka membeli beberapa eksemplar.
(d) Kalimat majemuk perlawanan
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Misalnya:
(4) Dia lebih senang tinggal di kota, sedangkan saya ingin hidup di desa.
Urutan kalimat dasar pada kalimat majemuk setara bersifat tetap, tidak dapat
diubah. Jadi, kalimat-kalimat di atas tidak dapat diubah urutannya menjadi:
(1a) * Dan teman-temannya bernyanyi bersama, anak itu meniup seruling.
(2a) * Atau membuat karangan ilmiah tentang bahasa Indonesia, Anda boleh mengikuti ujian
lisan.
(3a) * Lalu mereka membeli beberapa eksemplar, para mahasiswa melihat-lihat majalah.
(4a) * Sedangkan saya ingin hidup di desa, dia lebih senang tinggal di kota.

2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat dasar sebagai
unsur langsungnya. Satu dari kalimat dasar itu merupakan induk kalimat dan satunya lagi
merupakan anak kalimat. Dengan perkataan lain, kalimat majemuk bertingkat memiliki
induk kalimat dan anak kalimat.
Ciri-ciri induk kalimat adalah (a) dapat berdiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri;
(b) mempunyai unsur kalimat yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan anak kalimat;
dan (c) tidak didahului konjungsi atau kata penghubung. Sementara itu, ciri-ciri anak
kalimat adalah (a) takdapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri; (b) pada
umumnya tidak memiliki unsur kalimat yang lengkap; (c) didahului konjungsi atau kata
sambung; dan (d) dapat menempati posisi awal dan akhir atau menyisip di dalam induk
kalimat (di antara subjek dan predikat).

6666

Berdasarkan perannya, anak kalimat dapat dibedakan atas beberapa jenis. Peran
anak kalimat terlihat dari jenis konjungsi atau kata sambung yang mendahuluinya.
(a)Anak kalimat keterangan waktu
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan
waktu, seperti ketika, waktu, sebelum, setelah, atau sesudah.
Misalnya:
(1) Saksi itu meneteskan air mata // ketika memberikan keterangan.
IK
AK
(b) Anak kalimat keterangan sebab
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan
sebab, seperti sebab, karena , dan lantaran.
Misalnya:
(2) Kami rajin menabung // karena ingin memiliki rumah sendiri.
IK
AK
(c) Anak kalimat keterangan akibat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan
akibat, seperti hingga, sehingga, maka, atau akibatnya.
Misalnya:
(3) Hujan turun berhari-hari // sehingga banjir besar melanda kota itu.
IK
AK
(d) Anak kalimat keterangan syarat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan
syarat, seperti jika, kalau, bila, atau andaikata.
Misalnya:
(4) Buku akan memberikan ilmu pengetahuan kepada kita // jika dibaca dengan cermat.
IK
AK
(e) Anak kalimat keterangan tujuan
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan
tujuan, seperti supaya, agar, untuk, guna, dan demi.
Misalnya:
(5) Pemimpin koperasi harus memiliki sifat demokratis // supaya mendapat dukungan
IK
AK
dari para anggota.

6767

(f) Anak kalimat keterangan cara


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan
cara, seperti dengan, dalam, seraya, atau sambil.
Misalnya:
(6) Dia memanjat ke lantai atas // dengan menggunakan tangga darurat.
IK
AK

(g) Anak kalimat keterangan konsesif


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan
konsesif, seperti walaupun, meskipun, atau kendatipun.
Misalnya:
(7) Ia terus aktif menulis // meskipun usianya sudah tidak muda lagi.
IK
AK
(h) Anak kalimat pengganti nomina
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung bahwa.
Misalnya:
(8) Kami sudah tahu // bahwa ujian akhir semester (UAS) akan dilaksanakan pada awal
IK
AK
Juni 2006.

Berbeda dengan urutan kalimat dasar pada kalimat majemuk setara, urutan kalimat
dasar pada kalimat majemuk bertingkat dapat diubah, kecuali anak kalimat keterangan
akibat. Dengan perkataan lain, anak kalimat dapat berada di belakang induk kalimat, dan
dapat pula berada di depan induk kalimat. Jadi, --kecuali anak kalimat keterangan akibat-anak kalimat pada contoh-contoh di atas dapat dipindahkan posisinya ke awal kalimat.
(1a) Ketika memberikan keterangan, // saksi itu meneteskan air mata.
AK
IK.
(2a) Karena ingin memiliki rumah sendiri, // kami rajin menabung.
AK
IK
(4a) Jika dibaca dengan cermat, // buku akan memberikan ilmu pengetahuan kepada
AK
IK
kita.

6868

(5a) Supaya mendapat dukungan dari para anggota, // pemimpin koperasi harus
AK
IK
memiliki sifat demokratis.
(6a) Dengan menggunakan tangga darurat, // dia memanjat ke lantai atas.
AK
IK
(7a) Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, // ia terus aktif menulis.
AK
IK
(8a) Bahwa ujian akhir semester (UAS) akan dilaksanakan pada awal Juni 2006, // kami
AK
sudah tahu.
IK

2.3 Kalimat Majemuk Campuran


Di dalam kenyataan penggunaan bahasa tampak bahwa kalimat-kalimat yang kita
gunakan tidak selamanya teratur rapi sebagai kalimat tunggal, kalimat majemuk setara,
atau kalimat majemuk bertingkat. Ada kalanya kalimat yang kita gunakan tidak dapat
disebut kalimat tunggal, tidak dapat disebut kalimat majemuk setara, dan tidak dapat pula
disebut kalimat majemuk bertingkat.

Kalimat-kalimat yang kita gunakan ternyata

merupakan campuran dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh berikut memperlihatkan hal itu.
(1) Karena ingin membebaskan para penumpang, pasukan komando itu terpaksa menyerbu
pesawat dan berakhirlah drama pembajakan yang telah berlangsung selama dua hari itu.
Pada kalimat tersebut terdapat dua konjungsi, yaitu konjungsi karena dan konjungsi
dan. Konjungsi karena merupakan konjungsi kalimat majemuk bertingkat, dan konjungsi
dan merupakan konjungsi kalimat majemuk setara.
3. Pelatihan
Bacalah kutipan berikut ini dengan teliti. Catatlah mana yang tergolong kalimat
tunggal, dan mana yang tergolong kalimat majemuk. Catatlah kalimat-kalimat majemuk
setara dan tandailah unsur-unsurnya. Catatlah kalimat-kalimat majemuk bertingkat, lalu
uraikan unsur-unsur yang menjadi induk kalimat dan unsur-unsur yang menjadi anak
kalimat. Catat pula kalimat yang merupakan gabungan majemuk setara dan bertingkat,
kemudian uraikan unsur-unsurnya.
TEKS
(1) Ibu yang berusia 26 tahun itu menatap anaknya yang sedang menghadapi
kematian karena leukemia stadium terminal. (2) Walaupun hatinya dipenuhi
kesedihan, ia punya tekad yang kuat seperti orang tua lainnya. (3) Ia ingin anaknya
tumbuh besar dan mencapai cita-citanya. (4) Sekarang, semuanya tidak mungkin

6969

lagi. (5) Leukemia telah menggerogoti hidupnya. (6) Tetapi, ia masih ingin mimpimimpi anaknya menjadi kenyataan.
(7) Ia memegang tangan anaknya dan berkata, Bopsy, pernahkah kamu
pikirkan ingin menjadi apa nanti kalau kamu sudah besar? (8) Apakah yang kamu
mimpikan untuk menjadi kenyataan dalam hidupmu? (9) Ibu, aku ingin menjadi
petugas pemadam kebakaran kalau aku sudah besar. (10) Ibu itu tersenyum dan
berkata, Akan kita usahakan keinginan kamu itu terpenuhi.
(11) Pada hari itu juga, ia pergi ke kantor pemadam kebakaran di Phoenix,
Arizona. (12) Ia berjumpa dengan petugas pemadam kebakaran, Bob, yang hatinya
sebesar burung phoenix. (13) Ia menceritakan keinginan akhir anaknya dan bertanya
apakah Bob berkenan memberikan kesempatan kepada anaknya yang berusia 6
tahun untuk naik mobil pemadam kebakaran satu putaran saja.
(14) Bob berkata, Kita bisa melakukan yang lebih baik dari itu. (15) Kalau
Ibu bisa membawa anakmu pada Rabu pagi pukul 07.00, kami akan mengangkatnya
sebagai anggota pemadam kebakaran kehormatan untuk sepanjang hari itu. (16) Ia
bisa datang ke kantor pemadam kebakaran, ikut makan bersama kami, dan keluar
memenuhi panggilan kebakaran. (17) Jika Anda bisa memberi kami ukuran bajunya,
akan kami buatkan seragam dan topi pemadam kebakaran yang pas untuknya bukan
mainandengan lencana The Phoenix Fire Department yang berwarna emas seperti
yang kami pakai, dan sepatu boot karet. (18) Semuanya dibuat di sini di Phoenix.
(19) Jadi, kami dapat mengambilnya dengan cepat.
(20) Tiga hari kemudian, Bob mengambil Bopsy, memakaikan seragam
pemadam kebakaran kepadanya, dan mengawalnya dari ranjang rumah sakit ke atas
truk yang dilengkapi dengan selang dan tangga. (21) Bopsy duduk di belakang
kemudi dan membantunya mengarahkannya ke kantor dinas pemadam kebakaran.
(22) Ia bahagia sekali.
(23) Pada hari itu, ada tiga kali panggilan kebakaran. (24) Bopsy ikut serta
pada ketiga-tiganya. (25) Ia berada pada mesin pemadam kebakaran yang berbeda,
mobil ambulans, dan bahkan mobil Kepala Pemadam Kebakaran. (26) Ia juga
direkam dalam video untuk siaran berita televisi lokal.
(27) Setelah mimpinya terwujud, dengan seluruh kecintaan dan perhatian
yang diberikan kepadanya, yang begitu menyentuh hatinya, Bopsy hidup tiga bulan
lebih lama dari yang diperkirakan dokter. (28) Pada suatu malam, seluruh tanda
kehidupan mulai turun secara dramatis. (29) Suster kepala, yang percaya bahwa
tidak boleh ada seseorang meninggal sendirian, mulai memanggil anggota keluarga
Bopsy ke rumah sakit. (30) Tiba-tiba, ia teringat hari ketika Bopsy menjadi penugas
pemadam kebakaran. (31) Ia menelepon Kepala Pemadam Kebakaran dan bermohon
kalau mungkin untuk mengirimkan seorang petugas pemadam kebakaran dalam
pakaian seragam ke rumah sakit untuk menyertai Bopsy pada perjalanan
terakhirnya.
(32) Bos pemadam kebakaran itu menjawab, Kita bisa melakukan yang
lebih baik dari itu. (33) Kita akan datang di sana dalam waktu lima menit. (34)
Maukah Anda membatuku? (35) Ketika Anda mendengar raungan sirene dan melihat
kedipan lampu, tolong umumkan melalui pengeras suara bahwa tidak ada
kebakaran! (36) Sebutkan bahwa Dinas Pemadam Kebakaran datang untuk
menjenguk anggota terbaiknya sekali lagi. (37) Dan maukah Anda membuka jendela
ke kamarnya?
(39) Lima menit kemudian, truk dengan tangga dan selang tiba di rumah
sakit. (40) Tangganya diangkat ke atas jendela kamar Bopsy di lantai tiga. (41)
Empat belas orang pemadam kebakaran laki-laki dan dua orang perempuan menaiki
tangga itu, lalu masuk ke kamar Bopsy. (42) Dengan izin ibunya, mereka
memeluknya, mendekapnya, dan membisikkan kepadanya betapa mereka
mencintainya.
(43) Dalam tarikan napas terakhir, Bopsy memandang Kepala Pemadam
Kebakaran, dan berkata, Bos, apakah sekarang saya sudah menjadi petugas
pemadam kebakaran? (44) Kepala Pemadam Kebakaran menjawab, Sudah, Bopsy.
(45) Setelah mendengar kata-kata itu, Bopsy tersenyum dan menutup matanya
untuk terakhir kalinya.

7070

Dikutip dengan perubahan dari


Meraih Kebahagiaan
Karya Jalaluddin Rakhmat, 2004: 73-76

4. Rangkuman
Semua kalimat yang digunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai
dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar itu kita kembangkan, kita luaskan.
Pengembangan atau peluasan kalimat tentu saja harus didasarkan pada kaidah-kaidah yang
ada dalam tata bahasa.
Kalimat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) kalimat tunggal (kalimat yang
hanya terdiri atas satu kalimat dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat yang terdiri atas
sekurang-kurangnya dua kalimat dasar). Berdasarkan jenis konjungsi atau kata sambung
yang digunakan, kalimat majemuk terdiri atas dua macam, yaitu kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk bertingkat.
Ciri-ciri induk kalimat adalah sebagai berikut:dapat berdiri sebagai kalimat tunggal
yang mandiri; mempunyai unsur kalimat yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan anak
kalimat; tidak didahului kata penghubung.
Ciri-ciri anak kalimat: takdapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri;
pada umumnya tidak memiliki unsur kalimat yang lengkap; didahului konjungsi atau kata
sambung; dapat menempati posisi awal dan akhir atau menyisip di dalam induk kalimat (di
antara subjek dan predikat).

5. Tes Formatif
Tuliskan inti kalimat-kalimat berikut!
1. Selain terkenal akan pemandangan alamnya yang indah, Jepang juga mempunyai
berbagai acara festival yang menawan.
2. Sepak terjang orang Betawi memang masih seperti dulu: lincah, jeli, dan gesit
memanfaatkan situasi dan kondisi.
3. Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha memperoleh kredit.
4. Agar pemakai laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, laporan keuangan
yang disusun harus berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum.
5. Semuanya terjadi setelah Perang Dunia II ketika beberapa negara Eropa barat
menganggap pariwisata sebagai suatu alat untuk membangun ekonomi.
6. Karena kata press dianggap berasosiasi pada kegiatan jurnalistik, berdasarkan Akte
Notaris Maria Kristiana Soeharjo, S.H. No. 265 / KN /1997, perusahaan ini pun berubah
nama.
7. Berdasarkan analisis, diperoleh simpulan bahwa faktor keamanan sangat menentukan
perkembangan ekonomi suatu negara.

7171

8. Polusi yang ditimbulkan oleh asap api, baik yang muncul akibat kebakaran, cerobong
pabrik, knalpot, maupun rokok, boleh dikatakan merupakan polusi terbesar yang saat ini
memenuhi udara.
9. Buku yang diperolehnya dari sebuah toko buku di Bandung, yang diterbitkan oleh sebuah
penerbit di Yogyakarta, hilang tadi.
10. Mereka yang sudah memiliki telepon dan komputer pribadi tinggal melengkapinya
dengan modem, lalu mendaftarkan diri ke salah satu penyedia jasa internet.

Kegiatan Belajar XI

Kalimat Baik dan Benar I


1. Definisi
Dalam buku-buku lama para ahli menyebut kalimat baik dan benar dengan istilah
kalimat efektif. Padahal jika kita lihat kenyataan, kalimat efektif adalah kalimat yang baik,
yang komunikatif; terlepas dari benar atau salah. Contoh apabila ingin memberhentikan
kendaraan umum yang kita tumpangi, kita cukup mengatakan Kiri! atau kala kita
mengakhiri pidato atau ceramah atau juga surat, kita menyampaikan kalimat Atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Kedua kalimat tersebut dapat dikatakan efektif atau komunikatif karena pendengar
atau pembaca dapat mengerti. Namun, dipandang dari sudut kaidah, keduanya tidak benar
karena kiri hanya menunjukkan keterangan tempat dan imbuhan -nya sebagai kata ganti
orang ketiga, padahal yang memperhatikan si saya adalah orang kedua (kamu, kau, engkau,
kalian). Berikut ini beberapa kekeliruan pandangan para ahli mengenai konsep kalimat
efektif yang terdapat di dalam pustaka acuan.
Menurut Razak (1988) konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungan fungsi kalimat
selaku

alat komunikasi. Kalimat dikatakan efektif bila mampu

membuat proses

penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Keraf (1993) juga
mengatakan bahwa penguasaan bahasa tidak saja mencakup persoalan kaidah-kaidah atau
pola-pola kalimat bahasa, tetapi juga mencakup beberapa aspek lain. Misalnya, penguasaan

7272

secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosakata), kemampuan menemukan gaya
yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan, dan tingkat penalaran (logika)
yang dimiliki seseorang.
Sebagai alat komunikasi, menurut Badudu (1991), kalimat dikatakan efektif apabila
mencapai sasarannya dengan baik. Ada dua pihak yang terlibat, yaitu yang menyampaikan
dan yang menerima. Selain itu, ada sesuatu yang disampaikan yang berupa gagasan, pesan,
atau pemberitahuan. Kalimat yang efektif dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide atau
pemberitahuan kepada si penerima sesuai dengan yang ada dalam benak si penyampai.
Akhadiah dan Sakura (1990): sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti
apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Arifin (1987): sebuah kalimat hendaklah mendukung suatu gagasan atau ide. Agar
gagasan atau ide kalimat mudah dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi
subjek, predikat, objek, dan keterangan, harus eksplisit, kalimat harus dirakit secara logis
dan teratur. Kalimat seperti itu disebut kalimat efektif.
Badudu (1986): sebuah kalimat dikatakan efektif apabila mencapai sasarannya dengan
baik sebagai alat komunikasi. Ada dua pihak yang terlibat, yaitu yang menyampaikan dan
yang menerima, dan di luar itu ada yang disampaikan yang berupa gagasan, pesan,
pemberitahuan, dan sebagainya. Kalimat yang efektif dapat menyampaikan pesan, gagasan,
ide, pemberitahuan itu kepada si penerima sesuai dengan yang ada dalam benak si
penyampai.
Keraf (1993): sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili
secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakili secara
segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang
dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang
dipikirkan pembicara atau penulis. Di samping itu, kalimat yang efektif selalu tetap
berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau penonjolan dalam pikiran
pembaca atau pendengar. Jadi, kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi
syarat-syarat berikut: (1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara
atau penulis; (2) sanggup menumbuhkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1991): kalimat efektif adalah kalimat
yang gagasannya jelas, ringkas, sesuai dengan kaidah, dan enak dibaca.
Razak (1988): kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu
tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang
disampaiakan. Kalimat yang polanya salah menurut tata bahasa, jelas tidak efektif. Namun,
kalimat yang menurut tata bahasa betul polanya juga belum tentu efektif. Selain polanya

7373

harus benar, kalimat efektif harus pula punya tenaga yang menarik dan di dalam karya tulis
membentuk kerja sama lewat sistem yang bervariasi.
Berdasarkan acuan di atas, jelaslah bahwa kata efektif yang dimaksud adalah baik
dalam arti dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca atau pendengar. Dengan demikian,
suatu kalimat bisa dikatakan baik walaupun tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa.
Misalnya, kalimat (1) Semoga kita diberikan kekuatan oleh Tuhan atau (2) Dalam
melaksanakan tugas ini saya menemui beberapa hambatan relatif dapat dipahami dengan
baik oleh penutur bahasa Indonesia padahal kalimat tersebut tidak sesuai dengan kaidah
tata bahasa. Kata diberikan dalam kalimat (1) menurut kaidah tata bahasa harus disertai
objek kedua, sedangkan kata menemui dalam kalimat (2) mengisyaratkan ada tindak
sengaja dan ada gerak. Jadi, kalimat (1) takgramatis atau dengan perkataan lain tidak
benar karena tidak sesuai dengan kaidah, sedangkan kalimat (2) gramatis, tetapi takcermat
karena hambatan bisa saja datang tanpa kita kehendaki. Karena itu, kedua kalimat tersebut
sebaiknya diubah menjadi Semoga kita diberi kekuatan oleh Tuhan atau Semoga kekuatan
diberikan (oleh) Tuhan kepada kita dan Dalam melaksanakan tugas ini saya menemukan
beberapa hambatan.
Berhubungan dengan karya ilmiah, segala sesuatu yang terkandung di dalamnya
termasuk kebahasaan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satu ciri
bahasa ilmiah adalah ketaatasasan terhadap tata bahasa. Karena itu, kalimat yang
dituangkan ke dalam karya ilmiah haruslah kalimat yang baik dan benar.

1.2 Ciri-Ciri
Memperhatikan beberapa pengertian tentang kalimat baik dan benar sebelumnya,
jelaslah bahwa kalimat baik dan benar memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu.
Menurut beberapa pustaka acuan, kalimat baik dan benar memiliki ciri-ciri yang khas: (1)
kesatuan atau kesepadanan, (2) kepaduan atau koherensi, (3) kesejajaran bentuk atau
paralelisme, (4) ketegasan* atau penekanan, (5) kehematan, (6) kevariasian*, (7)
kecermatan, dan (8) kelogisan.
Catatan: Ketegasan dan kevariasian berhubungan erat dengan hubungan antarkalimat
dalam paragraf, bukan kalimat lepas!
1.2.1 Kesatuan atau Kesepadanan
Kalimat baik dan benar harus mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan
struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran.
Berikut ini dijelaskan hal-hal yang menyangkut kesatuan dan kepaduan.
a. Subjek dan Predikat

7474

Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek di dalam


sebuah kalimat merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan. Predikat dalam kalimat
adalah kata atau kelompok kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau
bagaimana subjek itu. Perhatikan kalimat berikut.
(1) Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan diri ke sekretariat.
(2) Di dalam keputusan itu ternyata mengandung kebijaksanaan yang dapat
menguntungkan umum.
(3) Pada pameran ini mengetengahkan karya-karya pelukis terkenal.
Predikat ketiga kalimat di atas adalah diharap, mengandung, dan mengetengahkan.
Akan tetapi, ketiga kalimat tersebut tidak jelas subjeknya. Siapa yang diharap
mendaftarkan diri ke sekretariat? Apa yang ternyata mengandung kebijaksanaan yang dapat
menguntungkan umum? Apa yang mengetengahkan karya-karya pelukis terkenal itu? Agar
subjek ketiga kalimat itu jelas, kata depan yang mengawali kalimat, yaitu masing-masing
kepada, di dalam, dan pada, harus dihilangkan. Dengan demikian, jelaslah subjek ketiga
kalimat di atas, yaitu para mahasiswa, keputusan itu, dan pameran ini sehingga kalimat pun
menjadi padu.
(1a) Para mahasiswa diharap mendaftarkan diri ke sekretariat.
(1b) Keputusan itu mengandung kebujaksanaan yang dapat menguntungkan umum.
(1c) Pameran ini mengetengahkan karya pelukis-pelukis terkenal.
Contoh kalimat yang predikatnya tidak jelas.
(4) Gedung bertingkat yang menjulang tinggi.
(5) Uang untuk membeli obat.
(6) Mahasiswa yang memimpin teman-temannya.
Kata-kata kerja dalam pernyataan (4), (5), dan (6) tidak dapat menduduki fungsi
predikat karena di depan kata kerja itu terdapat partikel yang dan untuk. Kata-kata yang
menjulang tinggi merupakan keterangan dari gedung bertingkat yang berfungsi sebagai
subjek dalam pernyataan (4). Demikian juga kata-kata untuk membeli obat merupakan
keterangan dari uang yang berfungsi sebagai subjek dalam pernyataan (5), dan yang
memimpin teman-temannya merupakan keterangan dari mahasiswa yang berfungsi sebagai
subjek dalam pernyataan (6). Pernyataan (4), (5), dan (6) dapat dijadikan kalimat jika
ditambahakan kata-kata (bercetak miring) yang berfungsi sebagai predikat.
(4a) Gedung bertingkat yang menjulang tinggi itu mengganggu lalu lintas
penerbangan.
(5a) Uang untuk pembeli obat dipakai kakak.
(6a) Mahasiswa yang memimpin teman-temannya dipanggil rektor.

b. Konjungsi Intrakalimat dan Antarkalimat


Konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah frasa atau
menghubungkan klausa dengan klausa di dalam sebuah kalimat disebut konjungsi
intrakalimat.

7575

Contoh:
(7) Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang.
(8) Proyek ini akan berhasil dengan baik jika anggota bekerja sesuai dengan
petunjuk.
Struktur kalimat (7) dan kalimat (8) berbeda. Pada kalimat (7), urutan klausa tidak
dapat dipertukarkan sehingga kita tidak dapat meletakkan sedangkan pada awal kalimat.
Sebaliknya, pada kalimat (8), urutan klausanya dapat dipertukarkan sehingga kita dapat
menempatkan jika pada awal kalimat. Pada kalimat majemuk setara tempat konjungsi di
antara kedua klausa, sedangkan pada kalimat majemuk bertingkat di depan klausa yang
menjadi anak kalimat. Kalimat berikut adalah kalimat yang tidak dapat diterima.
(9) Dan dia belum memberi keputusan.
(10) Kalau semua orang mematuhi peraturan.
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat
lain dalam sebuah paragraf. Contoh:
(11) Dia sudah berkali-kali tidak menepati janjinya padaku. Karena itu, aku tidak dapat
memercayainya lagi.
(12) Sekolah harus menuediakan sarana dan prasarana yang menunjang. Dengan
demikian, pendidikan dapat terlaksana dengan baik.
c. Gagasan Pokok
Dalam menyususn kalimat, kita harus mengemukakan gagasan atau ide pokok kalimat.
Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian awal kalimat. Jika hendak menggabungkan
dua kalimat, penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung gagasan pokok
harus menjadi induk kalimat. Contoh:
(13) Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
(14) Ia masih dalam tugas militer ketika ditembak mati.
Gagasan pokok kalimat (13) ia ditembak mati, kalimat (14) ia masih dalam tugas militer.
Oleh karena itu, ia ditembak mati menjadi induk kalimat (13), sedangkan ia masih dalam
tugas militer menjadi induk kalimat dalam kalimat (14).

d. Penggabungan dengan yang atau dan


Seorang penulis sering menggabungkan dua kalimat atau klausa menjadi satu kalimat.
Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel dan, hasilnya kalimat majemuk setara. Jika
dua kalimat digabungkan dengan partikel yang, akan dihasilkan kalimat majemuk
bertingkat, artinya kalimat itu terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat. Contoh:
(15) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.
(16) Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas uatama perguruan tinggi.

7676

Kalimat (15) dan (16) mengandung gagasan pokok yang sama penting. Penggabungan yang
baik dan benar untuk kedua kalimat di atas ialah dengan mempergunakan partikel dan
sehingga kalimat gabungan itu menjadi
(17) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah dan
perbaikannya adalah tugas utama perguruan tinggi.
Perhatikan kalimat berikut
(18)Kongres lingkungan hidup diadakan di Vancouver Kanada.
(19) Kongres itu membicarakan beberapa masalah.
Kalimat (19) merupakan bagian dari kalimat (18), penggabungan kedua kalimat itu akan
baik dan benar bila menggunakan partikel yang.
(20) Kongres lingkungan hidup yang diadakan di Vancouver Kanada membicarakan
beberapa masalah.
e. Penggabungan Menyatakan sebab dan waktu
Untuk mencapai kefektifan komunikasi perlu diperhatikan perbedaan antara hubungan
sebab dan hubungan waktu. Hubungan sebab dinyatakan dengan karena, sedangkan
hubungan waktu dinyatakan dengan ketika. Kedua konjungsi itu sering digunakan pada
kalimat yang sama. Contoh:
(21) Ketika banjir besar melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke
tempat-tempat yang lebih tinggi.
(22) Karena banjir besar melanda kampung, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat
yang lebih tinggi.

f. Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hhubungan Tujuan


Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan konjingsi sehingga untuk
menyatakan hubungan akibat dan konjungsi agar atau supaya untuk menyatakan hubungan
tujuan. Contoh:
(24) Semua peraturan telah ditentukan.
(25) Para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.
Kedua kalimat tersebut digabungkan menjadi
(26) Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak
sendiri-sendiri.
(27) Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak
sendiri-sendiri.
Contoh lain :
(28) Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar
secara sistematik.
(29) Para mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu
yang sudah ditentukan.
Kedua kalimat dapat digabungkan dengan konjungsi sehingga dan agar.
(30) Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar

7777

secara sistematik sehingga dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu


yang sudah ditentukan.
(31) Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar
secara sistematik agar dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu yang
sudah ditentukan.
Penggunaan konjungsi sehingga dalam (26) dan (30) serta agar dalam kalimat (27) dan
(31) menghasilkan kalimat yang baik dan benar. Perbedaan hanya pada jalan pikiran si
penulis. Pada kalimat (26) dan (30) yang diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan
kalimat (27) dan (31) yang diinginkan adalah hubungan tujuan.

1.2.2 Koherensi atau Kepaduan yang Baik dan Kompak


Yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah
hubungan timbal balik yang baik dan jelas di antara unsur-unsur, yakni kata atau kelompok
kata, yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan antara subjek dan predikat,
hubungan antara predikat dan objek, serta keterangan yang menjelaskan tiap-tiap unsur
pokok tadi. Koherensi sebuah kalimat akan rusak karena faktor berikut.
a. tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan urutan fungsi sintaktis kalimat.
Contoh : tidak baik
(32) Adik saya yang paling kecil memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi
di kebun anjing.
Seharusnya:
(32a) Adik saya yang paling kecil memukul anjing dengan sekuat tenaganya.di
kebun kemarin pagi.
b. salah menggunakan preposisi dan konjungsi
Contoh :
(33) Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa
menentukan bagi pola kepribadian yang sedang berkembang.
Preposisi bagi seharusnya tidak digunakan dalam kalimat di atas. Perhatikan pula contoh
berikut.
Benar
membahayakan negara
berbahaya bagi negara

Salah
membahayakan bagi negara

membicarakan suatu masalah


berbicara tentang sesuatu

membicarakan tentang sesuatu

mengharapkan belas kasihan


berharap akan belas kasihan

mengharapkan akan belas kasihan

saling membantu
bantu-membantu

saling bantu membantu

7878

c. salah menempatkan kata keterangan aspek, seperti sudah, telah, akan, dan belum)
pada kata kerja tanggap
Contoh:
(36) Makalah itu saya pernah bicarakan.
(37) Saya ingin sampaikan berita duka tersebut
Seharusnya:
(36a) Makalah itu pernah saya bicarakan.
(37a) Ingin saya sampaikan berita duka tersebut.

2. Pelatihan
Perbaikilah kalimat di bawah ini!
1. Kepada para tamu kami persilakan duduk kembali.
2. Di dalam laporan ini membicarakan administrasi keuangan kantor.
3. Pada acara temu alumni menampilkan artis lokal dan nasional.
4. Sampel data yang kurang memadai.
5. Teori untuk memecahkan masalah.
6. Pejabat yang menggerogoti hak rakyat jelata.
7. Dan masalah itu harus diselesaikan dengan bijak.
9. Sedangkan rumusan masalah yang dikemukakannya sangat kuat.
10. Ketika seorang anggota mengetahui adanya seseorang yang ditengarai menjadi
pemicu keributan.
3 Rangkuman
Kalimat baik dan benar memiliki ciri-ciri yang khas: (1) kesatuan atau kesepadanan, (2)
kepaduan atau koherensi, (3) kesejajaran bentuk atau paralelisme, (4) ketegasan atau
penekanan, (5) kehematan, (6) kevariasian, (7) kecermatan, dan (8) kelogisan. Ketegasan
dan kevariasian berhubungan erat dengan hubungan antarkalimat dalam paragraf, bukan
kalimat lepas!
Kalimat baik dan benar harus mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan
struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran.

4 Tes Formatif
1. Mengapa suatu kalimat dikatakan sebagai kalimat baik dan benar? Contohkan!
2. Apa yang dimaksud kesatuan gagasan dalam kalimat? Contohkan!
3. Unsur apa yang mutlak harus ada dalam sebuah kalimat? Contohkan!
4. Mengapa kita harus membedakan pemakaian kata penghubung intrakalimat dengan kata
penghubung antarkalimat? Contohkan!
5. Kalimat apa yang dihasilkan dari penggabungan dua kalimat dengan partikel yang?
Contohkan!
6. Kalimat apa yang dihasilkan dari penggabungan dua kalimat dengan partikel dan?
Contohkan!

7979

7. Apa yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat? Contohkan!


8. Apa saja yang merusak kepaduan kalimat? Contohkan!
9. Buat kalimat yang mengandung kesatuan gagasan!
10. Buat kalimat yang mengandung kepaduan gagasan!

8080

Kegiatan Belajar XII

Kalimat Baik dan Benar II


1. Kesejajaran Bentuk atau Paralelisme
Kesejajaran bentuk atau paralelisme berarti pengungkapan gagasan-gagasan yang sama
fungsinya ke dalam suatu struktur/konstruksi yang sama pula. Bila salah satu gagasan itu
diungkapkan dalam struktur kata benda, kata-kata atau kelompok kata lain yang menduduki
fungsi sama harus diungkapkan dalam struktur kata benda pula; bila gagasan yang satu
diungkapkan dalam struktur kata kerja, yang lainnya pun harus diungkapkan dalam struktur
kata kerja. Kesejajaran atau paralelisme bentuk membantu memberikan kejelasan dalam
unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi
yang sama (Keraf, 1980:47). Kesejajaran pun bisa membantu kelancaran pembacaan teks.
Dengan demikian, gagasan yang ada dalam teks dapat dengan mudah dipahami.
Contoh:
(38) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia yang paling mengerikan dan
berbahaya, sebab pencegahan dan cara pengobatannya tak ada yang tahu!
Kata yang bercetak miring di atas tidak menunjukkan keparalelan, maka kalimat tersebut
harus ditata menjadi
(39) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan
dan membahayakan, sebab pencegahan dan pengobatannya tak ada yang tahu!
Contoh lain:
(39) Setelah dipatenkan, diproduksikan, dan dipasarkan, masih ada lagi sumber
pengacauan, yaitu berupa peniruan, yang langsung atau tidak langsung.
(40) Seorang teknolog bertugas memecahkan suatu masalah dengan cara tertentu dan
membuat masyarakat mau memilih dan memakai cara pemecahan yang dibuatnya.

2. Ketegasan atau Penekanan


Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok. Inti kalimat itu biasanya akan
ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Dalam penulisan ada berbagai
cara untuk memberikan tekanan dalam kalimat.
a. Posisi dalam kalimat
Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu dalam sebuah kalimat, penulis
dapat mengemukakan bagian itu pada bagian awal kalimat. Cara ini disebut juga
pengutamaan bagian kalimat. Contoh:

8181

(41) Prof. Dr. Herman Yohanes berpendapat, salah satu indikator yang menunjukkan
tidak efisiennya Pertamina adalah rasio yang masih timpang antara jumlah
pegawai Pertamina dan produksi minyak.
(42) Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina, menurut Prof.
Dr. Herman Yohanes, adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai
Pertamina dengan produksi minyak.
(43) Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi
minyak adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina.
Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
Walaupun ketiga kalimat di atas memiliki pengertian yang sama, gagasan pokok menjadi
berbeda.
Pengutamaan bagian kalimat, selain dapat mengubah urutan kata, juga dapat
mengubah bentuk kata dalam kalimat. Pengutamaann kalimat yang mengubah urutan dan
bentuk ini menghasilkan kalimat pasif, sedangkan kalimat aktif adalah kalimat normal yang
dianggap lebih lazim digunakan daripada kalimat pasif.
Contoh:
(44) Presiden mengharapkan dengan adanya pabrik semen di Nusa Tenggara Timur
pembangunan akan lancar.
(45) Dengan adanya pabrik semen di Nusa Tenggara Timur diharapkan oleh Presiden
pembangunan akan lancar.

b. Urutan yang logis


Sebuah kalimat biasanya memberikan suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian atau
peristiwa yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis.
Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin
lama makin penting atau dengan menggambarakan suatu proses. Contoh:
(46)

Telekomunikasi cepat-vital dimaksudkan


pembangunan, dan persatuan.
(47) Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

untuk

keamanan,

mobilitas,

c. Pengulangan kata
Pengulangan kata dalam sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan dengan tujuan
memberikan penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang
demikian dianggap dapat membuat informasi kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
(48) Dalam pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dengan swasta,
keseimbangan domestik dengan luar negeri, keseimbangan perbankan dengan
lembaga keuangan nonbank, dan sebagainya.
(49) Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi,
tidak hanya berdimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan
dimensi budaya.

8282

3 Kehematan
Kehematan berkaitan erat dengan pemakaian kata, frasa (kelompok kata), atau bentuk
lain. Kata, frasa, atau bentuk lain itu sebaiknya ditanggalkan apabila dipandang tidak perlu
karena hanya akan membuat kalimat tidak ringkas dan tidak lugas.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk menjaga kehematan, yaitu:

a; Tidak mengulang subjek dalam kalimat majemuk atau unsur-unsur lain yang sama
bentuk dan fungsinya
b;
Contoh :
(50) Dia sangat senang makan makanan yang berlemak sehingga dia berbadan
gemuk
(51) Jika saya lulus ujian, saya akan berdarmawisata ke Bali.
Demi kehematan, dia dan saya sebaiknya dihilangkan. Perlu diperhatikan bahwa unsur
yang boleh dihilangkan itu adalah unsur yang terdapat dalam anak kalimat, bukan unsur
yang terdapat dalam induk kalimat.
(b) Menghindarkan pemakaian kata superordinat setelah kata yang merupakan
hiponimnya.
Contoh :
(52) Adikku menyiram bunga mawar.
(53) Ibu mengenakan kebaya berwarna biru.
(54) Ayah sedang merokok rokok Dji Sam Soe.
Kata bunga, berwarna, dan rokok masing-masing merupakan superordinat dari mawar, biru,
dan Dji Sam Soe. Jadi, ketiga kata itu (yakni bunga, berwarna, dan rokok) tidak perlu
disebutkan.
(c) Tidak menjamakkan kata yang bermakna jamak.
Contoh :
(54) Para korban-korban pesawat jatuh dievakuasi ke rumah penduduk terdekat.
(55) Beberapa bukti-bukti keadaan alam raya memperkuat pandangan Galileo.
Kedua kalimat di atas mengandung gejala pleonastis karena adanya pemakaian kata yang
berlebihan. Demi kehematan, kata para dan beberapa pada kedua kalimat di atas sebaiknya
dihilangkan. Apabila kata para dan beberapa dipakai, bentuk kata benda tidak perlu
diulang. Bentuk ulang kata benda dapat dipertahankan jika kata para dan beberapa, yang
keduanya merupakan kata bilangan yang bermakna jamak, tidak dipakai.
d. Menghindarkan kata yang bersinonim
Contoh:
(56) Wawasan mereka tentang manusia Indonesia sangat luas sekali.
(57) Saya bekerja demi untuk menghidupi keluarga.
(58) Sejak dari kemarin kami mempersiapkan instrumen penelitian.

8383

Pada kalimat (56) kata sangat bersinonim dengan kata sekali, pada kalimat (57) kata demi
bersinonim dengan kata untuk, dan pada kalimat (58) kata sejak bersinonim dengan kata
dari. Demi kehematan, sebiknya salah satu kata saja yang kita pakai.

4. Kevariasian
Tulisan yang menggunakan pola serta bentuk kalimat yang terus-menerus sama akan
membuat suasana menjadi kaku dan monoton atau datar sehingga akan menimbulkan
kebosanan pada pembaca. Pembaca akan merasa letih sehingga membaca menjadi kegiatan
yang membosankan. Oleh karena itu, untuk menghindarkan suasana yang demikian, suatu
paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk pola dan jenis kalimat yang bervariasi.. Variasivariasi kalimat ini diberlakukan pada keseluruhan tulisan. Variasi kalimat dapat terjadi
dalam beberapa hal sebagai berikut.
1. Cara memulai
Ada beberapa kemungkinan dalam cara memulai kalimat untuk mencapai keefektifan,
yaitu dengan variasi pembukaan kalimat. Pada umumnya kalimat dapat dimulai dengan
subjek, predikat, frasa, dan kata modalitas.
a. Subjek pada awal kalimat
Contoh:
(59) Sendawa merupakan bahan kimia yang dipergunakan sebagai bumbu dalam
pembuatan daging kaleng, sosis, dan daging asap.
(60) Orang memang bisa ketagihan mencari uang.
(61) Hasrat lain yang mendorong orang mencari uang adalah ingin dipuji.
Tiga kalimat di atas subjeknya terletak di awal kalimat. Hal ini merupakan cara yang
orisinal dalam memulai kalimat.
b. Predikat pada awal kalimat
Kalimat yang dimuali dengan predikat disebut kalimat inversi atau kalimat susun balik.
Contoh:
(62) Bisa berbahasa Melayu sebagian besar perwira kulit putih ini.
(63) Turun perlahan- lahan kami dari kapal yang besar itu.
(64) Digiring kami melalui jalan kecil dan tiba di pondok yang terbuat dari bambu.
c. Kata keterangan modalalitas pada awal kalimat
Di dalam sebuah kalimat kata modal dapat mengubah arti kalimat secara
keseluruhan.
Contoh:
(65) Tentu keberhasilan usaha seperti ini adalah hasil kerja sama dan kerja keras
semua pihak.
(66) Barangkali anak-anak itu tidak cukup diperhatikan oleh orang tuanya.

8484

Kalimat di atas menjadi berbeda bila kata tentu dan barangkali dihilangkan. Dengan adanya
kata keterangan modalitas, kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu-ragu
atau sebaliknya, yang keras menjadi lembut atau sebaliknya.
d. Frasa pada awal kalimat
Contoh:
(67) Pada menit ke-50, kapten kesebelasan kembali memasukkan bola untuk kedua
kalinya.
(68) Menurut para ahli bedah, sulit untuk menentukan diagnosis jika keluhan hanya
berupa sakit perut.
(69) Secara tidak langsung, kesehatan para pekerja akan mempengaruuhi produktivitas
perusahaan.
2. Panjang pendek kalimat
Contoh:
Remaja

yang

sudah

sekolah

menengah

itu

mnurut

dokter

mengalami

nervous- breakdown. Ia harus meninggalkan sekolah. Sudah sejak kecil ia merisaukan orang
tuanya. Ia baru mulai berbicara padahal anak-anak sebayanya sudah pintar bercakap-cakap.
Ia tidak mempunyai teman. Guru-gurunya menganggap ia lambat menangkap pelajaran. Ia
tidak bergaul. Ia tenggelam dalam lamunan yang konyol.
Paragraf di atas terdiri atas kalimat yang strukturnya baik. Polanya tidak ada yang salah
atau menyalahi kaidah. Namun, paragraf tersebut tidak menarik, terasa monoton karena
kalimat-kalimatnya senada. Kita perhatikan penggunaan kata ia yang berulang. Kita dipaksa
untuk mengikuti apa yang dituturkan oleh paragraf itu sehingga terasa kurang
menyenangkan.
3. Jenis kalimat
Di dalam bahasa Indonesia ada tiga macam jenis kalimat, yaitu kalimat berita, kalimat
tanya, dan kalimat perintah atau kalimat pinta. Biasanya kalimat berita berfungsi memberi
tahukan sesuatu. Namun, tidak berarti bahwa dalam memberikan informasi, kalimat
perintah atau kalimat tanya tidak dipergunakan.
Contoh:
(70) Menghadapi anak begini, tidak heran kalau orang tua dan gurunya kehilangan
harapan. Tetapi, apa betul anak seperti ini pasti suram masa depannya? Belum
tentu. Buktinya, anak yang diceritakan di atas tidak lain adalah Albert
Einstein.
5. Kecermatan
Kecermatan dalam kalimat berkaitan dengan pemilihan kata dan penyusunan kata
dalam kalimat. Pemilihan kata yang tidak tepat dapat menimbulkan kehambaran atau
ketidaktegasan kalimat. Penyusunan kata yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
dapat mengacaukan keutuhan pesan kalimat, merusak koherensi kalimat, bahkan dapat pula
menimbulkan ketaksaan atau ambiguitas dalam kalimat.
Beberapa kalimat yang tidak cermat dapat dilihat dalam contoh berikut

8585

(71) Mereka mengeluarkan botol bir dari dapur yang menurut penelitian berisi
cairan racun.
(72) Tiba-tiba dalam pikirannya terasa suatu gagasan.
Pada kalimat (71) apa yang berisi cairan racun itu, botol bir atau dapur? Jika yang berisi
cairan racun itu bir, kalimat tersebut sebaiknya diperbaiki strukturnya menjadi:
(71a) Dari dapur, mereka mengeluarkan botol bir yang menurut penelitian berisi
cairan racun.
Pada kalimat (72), alangkah baiknya jika kata terasa digantikan dengan kata muncul atau
timbul karena penggunaan kata terasa pada kalimat tersebut kurang tegas.

6. Kelogisan
Kelogisan berkaitan dengan penalaran atau logika. Kalimat yang baik, bukan saja
menyajikan kaidah-kaidah ketatabahasaan, tetapi juga harus mengandung penalaran atau
logika yang baik atau dapat diterima oleh akal. Contoh kalimat berikut ini memperlihatkan
ketidaklogisan penalaran.
(72) Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini selesai
penulis susun.
(73) Angket ini diedarkan kepada guru yang mengajar Matematka.
Kalimat (72) dikatakan tidak logis karena tidak mungkin dengan mengucapkan puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa, suatu pekerjaan, termasuk menyusun skripsi, dapat
diselesaikan.

Pekerjaan

dapat

kita

selesaikan

bukan

dengan

mengucapkan

atau

memanjatkan puji, melainkan setelah kita kerjakan. Memang, segala sesuatu yang ada di
dunia ini bisa terjadi atau tidak terjadi apabila dikendaki Tuhan. Jadi, kalimat (72) di atas
dapat diperbaiki menjadi:
(72a) Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan.
Kalimat (73) juga dikatakan tidak logis karena tidak mungkin seorang guru mengajar
matematika. Yang diajar itu murid atu siswa, sedangkan mata pelajaran, seperti
matematika, fisika, kimia, biologi, tidak diajar, tetapi diajarkan kepada murid. Jadi,
perbaikan kalimat (73) adalah:
(73a) Angket itu diedarkan kepada guru yang mengajarkan matematika.
7. Pelatihan
Perbaikilah kalimat di bawah ini!
1. Setelah diperbaiki dan dicat warna lain, nelayan mengoperasikan perahu itu.
2. Saya ingin jelaskan duduk perkara masalah itu.
3. Penguasaan bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Jerman, Prancis, dan lain-lain, sangat
penting.
4. Karena mereka takut jatuh, mereka menuruni tebing dengan hati-hati.
5. Meskipun dokter menyarankan beristirahat, namun ia terus bekerja.

8686

6.
7.
8.
9.

Sudah beberapa hari kami tidak bisa mencuci baju dikarenakan PDAM tidak mengalir.
Dalam penyusunan laporan ini kami menemui banyak kesulitan.
Semoga kita diberikan kekuatan oleh Alloh swt.
Untuk dunia perbankan berhubungan dengan perusahaan-perusahaan yang
memerlukan pelayanan jasa-jasa bank.
10. Dalam Pasal 225 Kitab Undang-Undang Hukum Perniagaan menyatakan bahwa setiap
pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.
8. Rangkuman
Kesejajaran bentuk bisa membantu kelancaran pembacaan teks. Dengan demikian,
gagasan yang ada dalam teks dapat dengan mudah dipahami.
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan atau ide pokok. Inti kalimat itu biasanya akan
ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Dalam penulisan ada berbagai
cara untuk memberikan tekanan dalam kalimat.
Kehematan berkaitan erat dengan pemakaian kata, frasa atau kelompok kata, atau
bentuk lain. Kata, frasa, atau bentuk lain itu sebaiknya ditanggalkan apabila dipandang
tidak perlu karena hanya akan membuat kalimat tidak ringkas dan tidak lugas.
Kalimat bisa divariasikan untuk menghindari kebosanan. Variasi bisa dipakai dalam
bentuk kata, frasa, pola kalimat, atau juga struktur dan jenis kalimat.
Kecermatan dalam memilih kata bisa membantu menghindari kesalahan dalam
pemahaman. Karena itu, kita harus mengetahui pasti makna kata yang kita gunakan dalam
kalimat.
Kelogisan berkaitan dengan penalaran atau logika. Kalimat yang baik, bukan saja
menyajikan kaidah-kaidah ketatabahasaan, tetapi juga harus mengandung penalaran atau
logika yang baik atau dapat diterima oleh akal.

9. Tes Formatif
1. Susunlah kalimat yang mengandung kesejajaran!
2. Tentukan bagian kalimat yang tidak menunjukkan kesejajaran: Beberapa tahap
penyelesaian skripsi ini adalah pengumpulan data, mengklasifikasi data, data tersebut
kemudian dianalisis, dan tahap terakhir adalah membuat simpulan dan saran.
3. Perbaikilah kalimat berikut: Harga sepatu yang tinggi itu ingin dibeli oleh saya.
4. Mengapa kalimat berikut takbaik dan benar?
Tujuan dari diskusi yang mana kita selenggarakan ini adalah untuk meningkatkan
kepedulian kita kepada antar sesama manusia.
5. Perbaikilah kalimat berikut: Sedangkan hal tersebut sudah dibicarakan pada halaman 38.
6. Perbaikilah kalimat berikut: Menurut Komaruddin (1994, 269)mengatakan efektifitas
adalah sebagai berikut: "Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkatan
keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan lebih dahulu. "
7. Perbaikilah kalimat 7, 8, 9, dan 10: Apabila kita perhatikan tayangan TV dimana orangorang sudah tidak memperhatikan hukum yang mana adalah sangat kita hargai dimasa
lalu.
8. Jika Anda tidak menyanggupi, Anda takperlu mengerjakan hal itu.
9. Saya hanya sekedar memberi informasi kepada para tamu.
10. Dengan memanjatkan puji sukur ke illahi robbi penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

8787

Bacalah wacana berikut, kemudian perbaikilah kalimat-kalimat yang tidak baik di


dalamnya sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar!
Salah satu produk dari otak adalah pikiran. Manusia boleh saja mati, tetapi pikiranpikirannya bisa jadi akan tetap hidup. Mengapa demikian? Karena pikiran-pikiran
disebarkan, bahkan orang mendiskusikannya. Sebagai contoh, Marx, Einstein, Nabi Isa,
atau Nabi Muhammad, dan yang lainnya, yang telah tiada, tetapi mereka tetap dikenang
karena pikiran-pikiran mereka tidak pernah mati.
Manusia yang masih hidup, pikiran pun sedemikian dahsyatnya. Tidak seperti fisik
tubuh manusia yang terikat pada ruang dan waktu, pikiran bebas berkeliaran ke mana
pun sesuai keinginannya. Seseorang boleh saja duduk merokok, memegang cangkul di
tengah sawah, tetapi pikirannya dapat berada di bank, tempat ia memasukkan
permohonan Kredit Usaha Tani (KUT).
Pikiran tidak akan pernah dibatasi oleh fisik. Sangat banyak sekali terjadi seseorang
lemah secara fisik, tetapi memiliki kekuatan dalam berpikir. Hellen Keller atau Stephen
Hawking adalah merupakan sedikit contoh untuk hal itu. Wolfgang Amadeus Mozart
bahkan cacat pendengaran, tetapi komposisi-komposisi orkestranya menjangkau ke
seluruh belahan dunia.

8888

Kegiatan Belajar XIII

Paragraf
1. Definisi
Paragraf atau yang sering juga disebut alinea, secara visual ditandai oleh jarak baris
yang lebih merenggang, atau awal baris yang menjorok ke dalam. Dalam istilah komposisi,
paragraf yang secara visual ditandai oleh jarak kelompok baris yang lebih renggang daripada
jarak baris disebut paragraf merenggang, sedangkan paragraf yang secara visual ditandai
oleh baris pertama yang menjorok ke dalam disebut paragraf bertakuk (Sugiyono, 1997: 1).
Paragraf pada dasarnya merupakan satuan dasar tulisan, yang lebih panjang dari
kalimat, tetapi lebih pendek dari tulisan secara keseluruhan. Millward dalam Sugiyono
(1997:2) mendefinisikan paragraf sebagai sekelompok kalimat yang mengembangkan satu
gagasan. Paragraf mencakupi satu kalimat topik yang memuat gagasan itu, diikuti oleh
kalimat tambahan yang memperluas, memperjelas, menganalisis, atau menerangkan
kalimat topik tadi.
Sehubungan dengan itu, dapat disimpulkan hal-hal berikut yang berkaitan dengan
paragraf.

1; Paragraf harus mempunyai satu gagasan utama; gagasan utama itu biasanya
tertuang dalam kalimat topik.

2; Selain gagasan utama, dalam paragraf juga terdapat beberapa informasi yang
tertuang dalam kalimat penjelas atau kalimat pengembang.

3; Secara visual, paragraf ditandai oleh perenggangan baris antarkelompok kalimat


atau penjorokan ke dalam baris pertama kelompok kalimat tersebut.

2 Gagasan Utama dan Kalimat Topik


Gagasan utama dan kalimat topik sering dikacaukan dalam pembicaraan mengenai
paragraf. Gagasan utama dianggap sebagai pengendali isi paragraf. Oleh karena itu, gagasan
utama harus ada dalam setiap paragraf yang baik. Namun, tidak demikian halnya dengan
kalimat topik. Gagasan utama dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat topik, tetapi dapat
juga hanya tersirat dalam benak penulis paragraf itu.
Walaupun kalimat topik itu sangat penting artinya dalam menjalin kesatuan
paragraf, banyak paragraf yang baik tanpa menyatakan kalimat topik secara eksplisit.

8989

Paragraf seperti ini banyak ditemukan dalam tulisan yang deskriptif atau naratif (Sugiyono,
1997: 2-3). Perhatikan kedua contoh paragraf berikut ini.
[1] Aktivitas pembangunan subuah gedung salah satu rumah sakit terbesar
yang terletak di Jalan Tun Razak, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (3/2), tampak sepi.
Ribuan pekerja yang biasanya sejak pagi sibuk menangani konstruksi kini
menghilang. Sebagian besar alat berat terlihat menganggur akibat ketiadaan
operator. Gedung dengan luas sekitar 5.000 meter persegi dan berlantai 10 yang
direncanakan paling lambat pertengahan tahun ini sudah dimanfaatkan tersebut
terancam tertunda. (Kompas, 14 Februari 2005)
[2] Pada hari kiamat nanti, manusia dibangkitkan di padang mahsyar. Ketika
Allah membangkitkan seorang mukmin, dibangkitkan juga di depannya seseorang
seperti dia. Orang itu berjalan di depan dia seraya membimbing tangannya. Ketika
dia melihat sesuatu yang menakutkan, kawannya itu menentramkannya. Ketika ia
melihat hal-hal yang menyedihkan, kawannya menghiburnya. Kemudian, di hadapan
pengadilan Tuhan, ia bangkit membelanya. Pada akhir pengadilan, ia mendengarkan
keputusan: Adkhiluhul jannah. Masuklah dia ke surga. Kawannya kini mengantarkan
dia ke tempat yang penuh kebahagiaan. Mukmin itu terpesona dengan pembelaan
kawannya dan bertanya: Siapakah kamu? Orang itu berkata: Dahulu di dunia, setiap
kali kamu memasukkan rasa bahagia pada sesama manusia, Allah menciptakan
makhluk sepertiku, untuk memberikan kepada kamu kebahagiaan pada hari ini.
(Meraih Kebahagiaan: 29)
Kedua paragraf di atas tidak mempunyai kalimat topik. Namun, dapat dipastikan
bahwa keduanya memiliki gagasan pokok yang dijadikan pengendali. Gagasan pokok atau
gagasan utama paragraf [1] kurang lebih berbunyi Beginilah pembangunan salah satu
rumah sakit terbesar di Kuala Lumpur. Hal itu dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang
membentuk paragraf [1] di atas, yang semuanya menggambarkan bagaimana keadaan
pembangunan rumah sakit tersebut.
Paragraf [2] mempunyai gagasan utama yang jika dinyatakan dalam sebuah kalimat,
barangkali akan berbunyi Inilah yang akan terjadi di akhirat nanti bagi orang yang suka
membahagiakan sesamanya. Kalimat demi kalimat pada paragraf [2] memberikan petunjuk
tentang apa yang akan dialami oleh seorang manusia --yang suka membahagiakan
sesamanya-- mulai dia dibangkitkan di alam mahsyar sampai pada masuknya dia ke surga.
Dari kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa gagasan utama memang harus
ada dalam sebuah paragraf. Gagasan utama tersebut dapat dinyatakan secara eksplisit
melalui kalimat topik, tetapi dapat juga secara implisit atau tersirat.

3. Letak Kalimat Topik dalam Paragraf


Selain bermanfaat bagi penulis untuk mengontrol paragraf yang ditulisnya, kalimat
topik juga bermanfaat bagi pembaca agar pembaca mudah memahami isi paragraf itu. Oleh
karena itu, pada umumnya kalimat topik dinyatakan pada awal paragraf. Namun, kalimat
topik pun dapat dinyatakan di akhir, atau di awal dan di akhir paragraf sekaligus.

9090

3.1 Kalimat Topik di Awal Paragraf


Kalimat topik --yang memuat gagasan utama paragraf-- dinyatakan terlebih dahulu
di awal paragraf. Selanjutnya, kalimat topik tersebut disusul oleh kalimat-kalimat penjelas
yang berfungsi menguraikan, mempertegas, atau menjelaskan kalimat topik tadi.
[3] Bali kini punya sederetan nama warganya yang masuk kategori pengusaha
sukses. Ketika Bali merupakan tujuan wisata dunia, para pengusaha sukses bergerak di
sektor pariwisata. Seorang di antaranya adalah Bagus Sudibya. (Kompas)

3.2 Kalimat Topik di Akhir Paragraf


Kalimat topik juga sering ditempatkan di akhir paragraf. Model ini dianggap efektif
untuk menyimpulkan atau merangkum informasi-informasi yang telah disajikan sebelumnya.
[4] Menurut penelitian di Amerika Serikat, anak usia satu tahun yang mengonsumsi
televisi selama tiga jam sehari mendapat stimulus yang berlebihan. Akibatnya, anak
terganggu konsentrasinya dan tidak fokus saat mengerjakan sesuatu. Dengan demikian,
sebaiknya anak usia 0-3 tahun sama sekali tidak menyaksikan televisi. (Kompas).

3.3 Kalimat Topik di Awal dan di Akhir Paragraf


Penulis juga sering meletakkan kalimat topik di awal dan di akhir paragraf sekaligus.
Dalam hal ini, kalimat topik yang terletak pada awal paragraf dinyatakan kembali pada
akahir paragraf dengan sedikit tekanan atau variasi.
[5] Ketika kita marah, kita punya pilihan yang sedikit untuk berpikir atau
bertindak: misalnya lari, menyerang, atau mengusir. Pilihan itu sedikit karena ketika
marah, kita harus segera mengambil tindakan darurat. Ketika kita diserang fitnah yang keji,
misalnya, kita memilih keputusan yang cepat: membalas dendam atau menghindar. Tidak
banyak pilihan memang ketika kita dilanda emosi negatif. (Meraih Kebahagiaan: 80
dengan perubahan)

9191

Perlatihan 1:

Tentukan gagasan utama atau kalimat topik dalam paragraf berikut ini.
Selanjutnya, ubahlah letak kalimat topiknya.

1; Tidak selamanya televisi berdampak negatif bagi anak. Keunggulan televisi


sebagai media elektronik dibandingkan dengan media cetak --antara lain stimulus yang lebih
intens dan melibatkan beberapa indera sehingga lebih memukau-- bisa dimanfaatkan untuk
program yang dapat merangsang anak lebih kreatif. Hanya saja, terlalu berlebihan atau
keranjingan menonton televisi, tetap harus diwaspadai. Perhatikanlah durasi anak
menonton dan pilihkanlah program yang sesuai. (Kompas, 14 Februari 2005)

2; Suryani (18) termasuk salah seorang tenaga kerja wanita (TKW) di Kuala
Lumpur yang mengalami penyiksaan dari majikannya. TKW asal Pontianak, Kalimantan Barat
itu, sejak April 2003 bekerja sebagai PRT pada salah satu rumah di Petaling Jaya. Gaji yang
dijanjikan sebesar 400 ringgit per bulan. Namun, semuanya nihil. Selama 21 bulan bekerja,
Suryani tidak mendapatkan gaji sepeser pun. Bahkan, dia dibatasi makan, hanya sekali
dalam sehari. Jadi, persoalan yang mereka hadapi umumnya sama, yakni disiksa majikan,
diperkosa, dan gaji tidak dibayar selama lebih dari setahun. (Kompas, 14 Februari 2005
dengan perubahan)

3; Industri perbankan adalah industri yang menjual kepercayaan. Tidak satu


pihak pun bersedia menempatkan uangnya di bank apabila tidak mempercayai bank
tersebut. Menempatkan uang di bank adalah sebuah tindakan yang memberi potensi
keuntungan berupa bunga sekaligus risiko kehilangan uang itu. (Kompas, 14 Februari 2005)
4; Nosologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan bagaimana
penyakit-penyakit digolong-golongkan, diberi nama, dan diberi batasan. Meskipun
kelihatannya sangat sederhana, sebenarnya nosologi adalah masalah yang sangat penting
dan sangat rumit. TBC tulang dan TBC paru-paru, misalnya, selama bertahun-tahun harus
diteliti secara saksama hingga dapat dipastikan bahwa keduanya tergolong penyakit yang
sama. Demikian pula penyakit kanker yang ternyata variasinya jauh lebih banyak. (SG)

Peratihan 2: Buatlah paragraf dengan gagasan utama atau kalimat topik berikut ini.

9292

a; Harga gula pasir di beberapa pasar tradisional dalam beberapa pekan ini terus
merambat naik.

b; Di setiap lokasi pengungsian korban bencana tsunami, kaum perempuan hampir


selalu menanggung beban lebih berat dibandingkan dengan kaum laki-laki.

c; Merokok lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.


d; Kebutuhan akan air bersih di Jakarta meningkat dari tahun ke tahun.

4 Ciri Paragraf yang Baik


4.1 Kelengkapan
Paragraf yang baik adalah paragraf yang lengkap. Artinya, di dalam paragraf
tersebut telah tercakup semua informasi yang diperlukan untuk mendukung gagasan utama.
Seberapa berkembangkah paragraf yang lengkap itu? Sayang tidak ada rumusan yang
tegas mengenai hal itu. Bisa jadi paragraf itu sangat panjang, tetapi belum lengkap. Bisa
jadi pula paragraf itu pendek, tetapi sudah lengkap. Yang penting adalah bahwa setelah
membaca paragraf itu, pembaca sudah memperoleh informasi yang lengkap.
Bandingkan paragraf [6] (yang lengkap) dan paragraf [7] (yang tidak lengkap) di
bawah ini.
[6] Dalam proses penanggulangan bencana, ada dua jenis infrastruktur
telekomunikasi yang dibutuhkan yakni suara dan data. Keduanya dibutuhkan untuk
berkomunikasi, baik antartitik di daerah bencana maupun dari dalam daerah bencana ke
dunia luar. Suara dibutuhkan untuk berkomunikasi via telepon. Data dibutuhkan untuk
mengirimkan data, tulisan, gambar, bahkan video ke dunia luar. (Kompas)

[7] Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit
demam berdarah. Pertama, memberantas sarang tempat berkembang biak nyamuk

9393

penyebar demam berdarah. Seperti kita ketahui bersama, nyamuk penyebar demam
berdarah ini biasanya berkembang biak di genangan air. Benda-benda yang dapat
menampung air harus dikubur di dalam tanah. Dengan demikian, nyamuk-nyamuk itu tidak
akan dapat berkembang biak. (SG)

Paragraf [6] dianggap sudah lengkap karena ada dua jenis infrastruktur
telekomunikasi yang dibutuhkan yang dinyatakan dalam kalimat topik sudah dikemukakan
pada kalimat-kalimat penjelasnya. Sebaliknya, paragraf [7] dianggap tidak lengkap karena
beberapa cara yang disebutkan pada kalimat topik belum diuraikan pada kalimat-kalimat
penjelasnya.

Dalam paragraf tersebut baru satu cara yang dikemukakan, yaitu

memberantas sarang tempat berkembang biak nyamuk penyebar demam berdarah. Dengan
demikian, setelah membaca paragraf [7], kita masih bertanya-tanya tentang cara yang lain
untuk memberantas penyebaran demam berdarah.
Ada dua cara untuk menyempurnakan paragraf [7] di atas. Pertama, dengan cara
melengkapi kerumpangan informasi melalui kalimat-kalimat penjelas yang dituntut oleh
kalimat topik. Kedua, dengan cara mengubah redaksi kalimat topiknya menjadi Salah satu
cara mencegah penyebaran penyakit demam berdarah adalah memberantas sarang tempat
berkembang biaknya nyamuk penyebar demam berdarah [7a], atau mengganti kata pertama
menjadi salah satu di antaranya adalah [7b].
[7a] Salah satu cara mencegah penyebaran penyakit demam berdarah adalah
memberantas sarang tempat berkembang biaknya nyamuk penyebar demam berdarah.
Seperti kita ketahui bersama, nyamuk.
[7b] Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit
demam berdarah. Salah satu di antaranya adalah memberantas sarang tempat berkembang
biaknya nyamuk penyebar demam.

Pelatihan
I. Tentukanlah apakah paragraph di bawah ini memenuhi syarat kelengkapan atau
tidak. Jika tidak, sempurnakanlah paragraph-paragraf berikut dengan
memperhatikan kelengkapan paragraf.

(1) Selain suhu badan yang meninggi disertai muntah-muntah, sesekali penderita
juga batuk berdahak darah. Nafsu makan penderita hilang, hingga pada stadium
tertentu tubuhnya akan menjadi kurus kering. Dengan demikian, sebenarnya ada
beberapa gejala penyakit yang paling membahayakan ini. Gejala ini adalah suhu
badan yang meninggi. Gejala ini akibat dari tidak seimbangnya air tubuh yang
sebagian besar terbuang ketika penderita muntah-muntah. Gejala ini saja sering
dapat mengakibatkan kematian.

9494

(2) Ada tiga orang pemuda yang berhasil menerobos pagar betis yang
menghadangnya. Mereka adalah Tagor, Muas, dan warkum. Akan tetapi, ketiganya
terpaksa harus terpincang-pincang sambil merintih kesakitan. Tubuh mereka babak
belur dilempari oleh kawan-kawannya sendiri. Akhirnya Tagor roboh tak berdaya
lagi.

II. Buatlah paragraph yang baik dengan memperhatikan syarat kelengkapanuntuk


gagasan utama atau kalimat topic berikut ini
a. Ada berapa perbedaan karakteristik antara media massa cetak dan media massa
elektronik.
b. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menekan tingginya kolesterol dalam tubuh kita.
c. Imunisasi sangat penting, baik bagi ibu hamil maupun bagi balita.

4.2 Kesatuan
Paragraf yang baik harus terfokus pada satu gagasan. Dalam satu paragraf, mungkin
ada beberapa gagasan sederhana, tetapi semua gagasan sederhana itu harus menjelaskan
atau mendukung satu gagasan utama. Gagasan sederhana itu biasanya dituangkan dalam
bentuk kalimat penjelas atau kalimat pengembang.
Kesatuan dalam paragraf hanya akan terbentuk apabila informasi-informasi atau
gagasan-gagasan dalam paragraf itu tetap dikendalikan oleh gagasan utama. Untuk itu,
penulis harus senantiasa ingat, apakah gagasan utama paragraf itu dan apakah kalimatkalimat yang ditulisnya berhubungan erat dengan gagasan utama tadi.
Jika dalam sebuah paragraf terdapat gagasan yang tidak berkaitan dengan gagasan
utama, gagasan itu harus dikeluarkan dari paragraf tersebut. Demikian juga jika dalam satu
paragraf terdapat dua gagasan utama atau lebih, paragraf tersebut harus dipecah, dan
setiap gagasan utama tadi dikembangkan dalam paragraf yang berbeda. Perhatikan kedua
paragraf berikut ini.

[8] Gangguan stres pascatrauma ini bisa sembuh. Namun, pada sejumlah kecil
penderita, gangguan bisa berlanjut dan menjadi kronis. Dalam jangka panjang, gangguan ini
dapat mengubah kepribadian seseorang, seperti mudah putus asa, tidak percaya diri,
merasa terpojok, dan terasing. Perubahan kepribadian ini bisa muncul dua tahun setelah
kejadian. Pada anak-anak, gangguan seperti ini sangat mengganggu kosentrasi belajar.
(Kompas)

[9] Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. Ia tidak tahu mengapa
desanya itu dinamai Desa Kedunggalar. Ia tidak tahu mengapa Sangkanurip, salah satu sungai
yang ada di desa itu, kini mengering. Ia juga tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu
sampai di desa itu. Meski sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan. Begitu bangun

9595

pagi, tanpa harus minum kopi dulu, ia sudah memanggul pangkur menuju ke ladangnya. Ia
terus mengayun pangkurnya membongkar tanah liat yang sudah keras karena musim
kemarau yang panjang. (SG)

Gagasan utama paragraf [8] di atas adalah ganggguan stres pascatrauma. Kalimat
(1)-(4) paragraf tersebut membicarakan, atau mendukung gagasan utama tadi. Namun,
ketika kita membaca kalimat (5) atau kalimat terakhir, terasa ada semacam perpindahan
gagasan. Kalimat terakhir sudah membicarakan hal yang lain, yaitu dampak gangguan stres
pada anak-anak. Dengan demikian, untuk menjaga kesatuan, kalimat terakhir itu sebaiknya
dikeluarkan dari paragraf tersebut, dan bisa dikembangkan dalam paragraf berikutnya.
Sementara itu, kalau diperhatikan baik-baik, paragraf [9] mengandung dua gagasan
utama, yaitu (1) Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya dan (2) Meski
sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan. Supaya memenuhi syarat kesatuan,
paragraf tersebut harus dipecah menjadi dua paragraf, dengan kalimat Mbah Marto tidak
tahu banyak tentang desa kelahirannya sebagai gagasan utama paragraf pertama, dan
Meski sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan sebagai gagasan utama paragraf
kedua.
Perlatihan 1: Tentukan apakah paragraf berikut ini memenuhi syarat kesatuan atau
tidak. Jika tidak, perbaikilah paragraf ini dengan memperhatikan syarat
kesatuan.

1; Akhir-akhir ini merebak berita seputar rencana menggabungkan Bank Tabungan


Negara (BTN) dengan Bank Negara Indonesia (BNI) atau dengan Bank Rakyat
Indonesia (BRI). Dari ketiga bank tersebut, memang hanya BTN yang belum melepas
sahamnya kepada publik. Karena itu, belum banyak informasi yang bisa digali dari
pihak manajemen BTN. Dapat dipastikan bahwa pola penggabungan alias merger
yang akan terjadi tentu tidak akan mengibarkan bendera BTN, lalu menghilangkan
nama bank yang lain. Sejauh yang terdengar, BTN-lah yang akan hilang. Ada yang
mengatakan BTN bakal menjadi divisi saja dari salah satu bank BNI atau BRIyang
akan menang dari perebutan ini (Kompas)

2; Jalan sekeliling telaga itu tampak baru saja diaspal. Kini pengunjung bias dengan
leluasa membawa mobil mengelilingi telaga tersebut. Meski sudah berdiri sejumlah
rumah di sekitar telaga, secara umum kondisi lingkungan alamnya masih enak
dinikmatiBeberapa onggok tumpukan batu kali dan tong-tong aspal masih
berserakan di tepi jalan. Tanaman pinus tumbuh melambai-lambai menjulang ke
langit. Pohon-pohon besar dengan diameter sampai dua meter masaih berdiri tegar.
Gesekan daun-daun hutan ketika angin bertiup bagai konser simfoni yang indah

Perlatihan 2: Kembangkanlah kalimatkalimat topik berikut ini menjadi paragraf-paragraf,


dengan memperhatikan syara kesatuan.

a;

Persaingan iklan niaga di telda jarak baris disebut paragraf mengkhawairkan bagi
konsumen.

9696

b;

Kemunculan televisi swasta di Indonesia memacu pertumbuhan dunia hiburan di


tanah air.

c;

Banjir di beberapa kota di Jakarta pada umumnya disebabkan oleh kebiasaan


membuang sampah yang tidak pada tempatnya.

4.3 Kepaduan
Paragraf dikatakan padu apabila kalimat yang satu dengan kalimat-kalimat yang
lainnya secara logis dan secara gramatis berkaitan. Dengan begitu, pembaca akan dapat
mengikuti maksud penulis setapak demi setapak dengan perpindahan dari satu kalimat ke
kalimat berikutnya secara runtut, tanpa ada lompatan berpikir.
Pada prinsipnya, untuk membangun kepaduan paragraf diperlukan perpindahan yang
tepat, baik dari kalimat yang satu ke kalimat berikutnya maupun dari paragraf yang satu ke
paragraf berikutnya. Ada beberapa sarana yang dapat digunakan untuk melakukan
perpindahan secara tepat, yaitu di antaranya (1) kata-kata kunci atau sinonim, (2) kata
ganti, dan (3) kata-kata transisi.

4.3.1 Kata-kata Kunci atau Sinonim


Cara ini biasanya dilakukan dengan mengulang kata-kata yang dianggap penting
atau menjadi pembicaraan; atau mengulang-ngulang sinonim dari kata kunci tersebut. Jika
topik pembicaraannya tentang virus HIV, misalnya, beberapa sebutan lain untuk virus
tersebut, seperti virus penyebab AIDS, virus kematian, atau virus yang sulit ditaklukkan
dapat digunakan sebagai pembangun paragra
[10] Omzet penjualan telepon genggam (handphone) di pasar gelap diperkirakan
mencapai 370 juta dollar AS atau senilai RP 3,3 triliun per tahun. Perkiraan itu didasarkan
pada perhitungan nilai impor telepon genggam resmi yang tercatat pada Badan Pusat
Statistik dibandingkan perkiraan volume penjualan telepon genggam di pasar domestik.
Sebagian besar telepon genggam di pasar diduga hasil impor ilegal (Kompas, 14 Februari
2005).
Pada paragraf di atas, telepon genggam dianggap sebagai kata kunci. Oleh karena
itu, unsur tersebut diulang pada setiap kalimat pada paragraf tersebut.

4.3.2 Kata Ganti


Suatu gejala universal bahwa dalam berbahasa, kata atau kelompok kata yang
mengacu kepada manusia, benda, atau hal tidak akan digunakan berulang-ulang dalam
sebuah konteks yang sama. Pengulangan kata yang sama tanpa tujuan yang jelas akan
menimbulkan rasa yang kurang enak. Pengulangan hanya dilakukan jika kata itu
dipentingkan atau mendapat penekanan. Oleh sebab itu, untuk menghindarkan segi-segi

9797

yang negatif dari pengulangan itu, pemakai bahasa menggunakan kata ganti (Keraf, 1979:
77). Perhatikan kedua paragraf berikut ini.
[11] Adi dan Boy adalah dua sahabat yang akrab. Setiap hari Adi dan Boy selalu
kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah karena rumah Adi
lebih jauh letaknya daripada rumah Boy. Adi dan Boy juga selalu siap sedia menolong
kawan-kawan Adi dan Boy bila kawan-kawan Adi dan Boy mengalami kesusahan. Guru Adi
dan Boy merasa senang dan bangga melihat kelakuan Adi dan Boy yang demikian itu. Watak
dan kelakuan Adi dan Boy aselalu dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya.
Walaupun demikian, Adi dan Boy tidak pernah menjadi sombong atau angkuh karena pujian
yang sering Adi dan Boy terima. (GK)

[12] Lima menit kemudian, truk dengan tangga dan selang tiba di rumah sakit.
Tangga diangkat ke atas jendela kamar Bopsy di lantai 3. Empat belas orang pemadam
kebakaran laki-laki dan dua orang perempuan menaiki tangga itu, masuk ke kamar Bopsy.
Dengan izin ibunya, mereka memeluknya, mendekapnya, dan membisikkan kepadanya
betapa mereka mencintainya. (MK: 76)

Dapat Anda bandingkan kedua paragraf di atas. Paragraf [11] tidak menggunakan
kata ganti, sedangkan paragraf [12] menggunakannya. Paragraf yang manakah yang memiliki
kepaduan antarkalimat-kalimatnya?

4.3.3 Kata Transisi


Kata transisi di sini digunakan untuk menyebut kata sambung atau konjungsi, yang
digunakan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam sebuah kalimat, kalimat-kalimat
dalam sebuah paragraf, atau paragraf yang satu dengan paragraf yang lain dalam sebuah
tulisan. Melalui sarana kata-kata transisi inilah penulis dapat memainkan argumen dan
penalarannya. Dikatakan demikian karena pemakaian kata transisi tertentu akan
menimbulkan pengertian tertentu pula meskipun kalimat-kalimat yang dirangkaikannya
sama (Sugiyono, 1997: 19). Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Walaupun demikian, rumahnya


sangat kotor.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Akan tetapi, rumahnya


kotor.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Sementara itu, rumahnya sangat


kotor.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Selain itu, rumahnya sangat kotor.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Bahkan, rumahnya sangat kotor.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Sebaliknya, rumahnya sangat


kotor.

sangat

9898

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Dengan perkataan lain, rumahnya


sangat kotor.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Setelah itu, rumahnya sangat


kotor.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Akibatnya, rumahnya sangat kotor.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Dengan demikian, rumahnya


sangat kotor.

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Oleh sebab itu, rumahnya sangat
kotor.

Walaupun banyak konjungsi yang dapat digunakan untuk merangkaikan kalimat-kalimat pada
contoh di atas, harus disadari bahwa ada konjungsi-konjungsi tertentu yang tidak mungkin
digunakan karena logika menolaknya.

5. Saling Pengaruh Antarkalimat


Berhubungan dengan ketegasan dan kevariasian dalam menyusun kalimat, perlu kita
perhatikan bahwa kalimat yang kita munculkan berkaitan dengan kalimat lain dalam menuju
kepaduan dan kemantapan informasi yang kita sampaikan. Hal ini akan memengaruhi
tingkat keterbacaan wacana. Jika ketegasan dan kevariasian terbina dengan baik, pembaca
akan mudah menangkap dan memahami segala sesuatu yang diinformasikan dalam rangkaian
kalimat. Oleh karena itu, kemesraan hubungan antarkalimat patut selalu diperhatikan sebab
kalimat pertama yang kita munculkan akan memengaruhi kalimat kedua, begitu pula
kalimat kedua akan memengaruhi kalimat ketiga, dan seterusnya.
Kalimat kedua muncul berdasarkan kalimat pertama. Oleh karena itu, kita harus
mengetahui gagasan pokok yang ada dalam kalimat pertama dan apa yang akan
diinformasikan selanjutnya. Gagasan pokok bisa terletak pada awal kalimat, bisa juga di
tengah, atau pada akhir kalimat. Untuk ketegasan dan kevariasian, dalam bahasa Indonesia
gagasan pokok umumnya diletakkan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh berikut.
(1) Saya diam di rumah itu.
(2) Saya hendak menjual rumah itu.
Jika kedua kalimat itu disusun dalam suatu paragraf dengan urutan seperti itu, kalimat
(2) akan berubah karena gagasan pokok menjual rumah dipengaruhi oleh gagasan pokok
diam di rumah pada kalimat (1). Dengan perkataan lain, kalimat (1) dan kalimat (2)
membicarakan rumah, maka perubahan kalimat (2) menjadi demikian:
(2a) Rumah itu hendak saya jual.
Contoh lain:

9999

(3) Ia masih sakit.


(4) Kemarin saya telah membawanya ke dokter.
Perubahannya adalah (4a) Kemarin ia telah saya bawa ke dokter.
Perubahan dari (2) menjadi (2a) dan (4) menjadi (4a) akibat pendekatan posisi
unsur-unsur/gagasan yang sama dan berhubungan. Dengan demikian, kalimat (6) Ia sedang
membeli buku itu yang muncul setelah kalimat (5) Ia bertemu dengan saya di Toko Buku
Gramedia tadi tidak perlu berubah karena unsur yang sama, ia, pada kedua kalimat itu
sama-sama terletak pada bagian awal.
(7) Dipa memberikan barang itu kepada Lutfi.
(8) Lutfi menyimpan barang itu di rumahnya.
Dalam kedua kalimat di atas ada dua hal yang sama, yakni Lutfi dan barang itu, maka
perubahan (8) menjadi
(8a) Oleh Lutfi, barang itu disimpan di rumahnya.
(8b) Barang itu, oleh Lutfi disimpan di rumahnya.
(8c) Barang itu disimpan di rumahnya oleh Lutfi.
Pada (8a) tampak ketegasan karena pada (8) yang menerima barang itu adalah Lutfi. Selain
itu, kevariasian antara (8) dan (8a) juga terbina karena pada kalimat (8) yang muncul
bentuk aktif memberikan dan pada (8a) yang muncul bentuk pasif disimpan. Agak berbeda
halnya jika yang muncul (8b) atau (8c) karena penegasan terjadi pada barang itu.
Untuk membuktikan adanya pangaruh kalimat awal kepada kalimat selanjutnya, kita
perhatikan paragraf berikut.
(1) Kalimantan Tengah bisa dikatakan propinsi sejuta sungai saking banyaknya
sungai besar- kecil dan luasnya rawa-rawa. (2) Sungai merupakan urat nadi
perhubungan. (3) Dalam kondisi alam yang sangat keras ini, pengembangan lahan
gambut satu juta hektar di Kalteng memang harus dilakukan oleh kontraktor yang
berpengalaman menangani lahan gambut. (4) Seperti yang dikatakan Wakil
Presiden, kawasan pengembangan lahan gambut satu juta hektar harus berada
dalam satu pola tata air. (5) Ini merupakan proyek pertama dengan sistem utama
berupa pembangunan saluran primer dan sekunder. (6) Penanganannya harus
ekstrahati- hati karena jika terjadi kerusakan sangat sulit dipulihkan.
Kemesraan hubungan antarkalimat dalam paragraf di atas diperlihatkan dengan dua
macam cara, yakni secara eksplisit seperti hubungan (2) pada (1) dengan mengawali kalimat
dengan kata sungai; dan kedua secara implisit sebagaimana halnya hubungan (3) pada (2).
Banyaknya sungai dan rawa memberikan referensi atau konotasi sulit dan keras kepada kita.
Kalimat (3) dimulai dengan mengemukakan referensi tersebut. Agak berbeda dengan itu,
hubungan (4) pada (3) kurang tegas karena kalimat (4) tidak disertai penegasan gagasan;

100100

yang menjadi pokok pembicaraan bukan Wakil Presiden, melainkan kawasan sebagaimana
(1), (2), dan (3). Jadi, untuk memesrakan hubungan tersebut, kalimat (4) harus dimulai
dengan kata kawasan, sedangkan keterangannya Seperti yang dikatakan Wakil Presiden
ditempatkan pada posisi akhir kalimat. Hubungan (5) dengan (4) dan (6) dengan (5) tampak
mesra karena menggunakan kata transisi ini pada awal kalimat (5) dan - nya pada kalimat
(6).
Dengan memperhatikan contoh analisis, tampak pada kita bahwa paragraf di atas
kurang baik karena memiliki kalimat yang takmesra berhubungan dengan kalimat lain. Agar
tidak membuat paragraf seperti itu, kita perlu memperhatikan pemakaian tiga macam
ungkapan pemesra hubungan antarkalimat, yaitu kata transisi, kata ganti, dan kata kunci
(pengulangan kata yang dipentingkan):

6. Saling Pengaruh Antarparagraf


Paragraf yang baik adalah paragraf yang dibangun dengan kalimat baik dan benar.
Karena itu, setiap kalimat harus memiliki hubungan yang mesra. Kemesraan kalimat bisa
menciptakan kemesraan dan keeratan hubungan antarparagraf. Hubungan antarparagraf
bisa dibangun dengan hubungan antargagasan utama.
Sama halnya dengan saling pengaruh antarkalimat, paragraf pertama (baca: pembuka)
memengaruhi paragraf lanjutan (baca: pengembang), dan paragraf lanjutan memengaruhi
paragraf simpulan (baca: penutup). Ketiga macam paragraf ini bisa dikembangkan dengan
berbagai cara seperti deduktif-induktif atau induktif-deduktif yang umum digunakan dalam
karya ilmiah yang meletakkan kalimat utama pada bagian awal paragraf atau sebaliknya
yang meletakkan kalimat utamanya pada bagian akhir paragraf.
Cara lain pengembangan paragraf (lebih tepat lagi pengembangan gagasan utama
menjadi paragraf) berdasarkan tekniknya, yaitu penampilan contoh, fakta, dan alasan, serta
penceritaan. Cara lainnya lagi, pengembangan paragraf dilakukan secara deskriptif,
ekspositoris, argumentatif, dan naratif.
Kita perhatikan hubungan antarparagraf di bawah ini. Perhatikan pula kata-kata yang
dicetak tebal. Lalu, kemukakan pendapat Anda tentang paragraf tersebut.

Semakin kompleknya penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan


pembangunan dalam mewujudkan tujuan nasional yang setiap tahun pembangunan
pada dasarnya selalu sama, yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
seluruh rakyat dan meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan
berikutnya yang berlandaskan pada Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yakni
Pancasila.
Sehingga peningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat yang
adil dan merata yang ingin diusahakan melalui pembangunan itu, hanya dapat
dicapai jika ada peningkatan kemampuan ekonomi, yang harus dihasilkan oleh
usaha pembangunan dari tahun ke tahun ikut pula meningkat.
Karena itu pengelola keuangan negara sebagai sub sistem administrasi
negara menjadi hal yang amat penting. Administrasi keuangan terdiri dari
serangkaian langkah-langkah dimana dana-dana disediakan bagi lembaga-

101101

lembaga pemerintah tertentu dibawah prosedur-prosedur yang akan menjamin sah


dan berdaya gunanya pemakaian dana-dana itu. Bagian utama yaitu meyusun
anggaran belanja, pembukaan, pemeriksaan pembukuan, pembelian dan
persediaan.
Anggaran adalah perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang harus
berimbang dan dinamis untuk setiap tahun anggaran sesuai dengan asas Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam APBN, dana untuk membiayai
pembangunan berasal dari tabungan pemerintah dan penerimaan pembangunan
berupa bantuan luar negeri. Tabungan pemerintah itu berasal dari penerimaan
dalam negeri dikurangi dengan pengeluaran rutin.

7. Pelatihan
Kembangkanlah gagasan-gagasan utama berikut menjadi paragraf yang baik!
1. Bencana alam sebagai peringatan bagi manusia
2. Pengelolaan aset perusahaan perlu dikaji ulang
3. Penegakan hukum perlu dirintis dan dikembangkan
4. Bahasa Indonesia berperan penting dalam pengembangan ilmu pengatahuan dan teknologi
5. Bantuan dana dari luar negeri masih diperlukan.
8. Rangkuman
Paragraf dibangun untuk memudahkan pembaca memahami gagasan yang dikemukakan
secara tertulis. Setiap paragraf hanya berisi satu gagasan utama yang didukung lebih oleh
beberapa gagasan penjelas.
Sebuah paragraf dibangun oleh kalimat utama yang memengaruhi kemunculan kalimat
penjelas. Karena itu, hubungan antarkalimat harus jelas dan tegas. Karena itu pula,
paragraf pertama memengaruhi paragraf selanjutnya karena ada saling pengaruh
antarparagraf.

9. Tes Formatif
1. Ubahlah teks di bawah ini menjadi dua paragraf dengan memperhatikan pemakaian
ejaan, diksi, dan kalimat!
Berbahagialah orang-orang yang suka melakukan olah raga lari secara teratur. Sebuah
penelitian yang dilansir British Medical journal seseorang yang secara teratur
melakukan olahraga lari akan hidup lebih lama dibanding orang yang tak pernah
melakukan joging sama sekali. Dimana penelitian itu memakan waktu lebih dari 5 tahun
dilakukan oleh Copenhagen City Heart Study. Tidak kurang dari 4658 responden yang
memberikan yang mana mereka memberikan jawaban. Usia mereka antara 2079 tahun
dan takpernah terserang penyakit jantung. Sebanyak 217 orang mengakui lakukan olah
raga lari secara teratur dimana selama 5 tahun itu mereka dicheque kesehatannya 2
kali. Kesimpulan yang diambil Dr. Peter Schnohr dari Copenhagen Cuty Heart Study
secara tegas menyebutkan ada hubungan yang signifikansi antara melakukan latihan
olah raga joging dengan panjang umur. Orang yang tidak melakukan lari secara teratur
lebih cepat meninggal dibanding orang yang melakukan lari joging secara teratur.

102102

2. Susun seperangkat kalimat di bawah ini menjadi paragraf yang baik!

1; Tempat tinggal perlu memenuhi syarat kesehatan, ketenangan, dan penerangan.


2; Dari segi penerangan, tempat tinggal harus cukup terang agar dapat tidak melelahkan
mata dan otak.

3; Harus terdapat peredaran udara yang langsung berhubungan dengan udara bersih di
luar.

4; Dari segi ketenangan, tempat tinggal harus bebas dari keramaian sebab tempat tinggal
5;

yang ramai akan mengacaukan konsentrasi belajar.


Dari segi kesehatan, tempat tinggal harus bebas dari udara lembap dan bau busuk.

103103

Kegiatan Belajar XIV

Korespondensi

1. Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia


1.1 Format atau Bentuk Surat
Yang dimaksud dengan format atau bentuk surat ialah pola surat menurut susunan
bentuk letak bagian surat. Sebagaimana kita ketahui, setiap bagian surat memiliki peran
yang sangat penting sebagai petunjuk pengelolaan surat. Yang tergolong pada format surat,
di antaranya, adalah tanggal, nomor, salam pembuka, salam penutup, dan tembusan. Di
dalam pola umum surat-menyurat dikenal enam macam format surat, yaitu sebagai berikut:
(1) format lurus penuh (full block style)
(2) format lurus (full block)
(3) format semilurus (semiblock style)
(4) format tekuk (indented style)
(5) format resmi Indonesia lama
(6) format resmi Indonesia baru

104104

Format lurus penuh

Format lurus

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------

105105

Format semilurus

------------

Format tekuk

----

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

106106

Format resmi Indonesia lama

------------- -------------- : ---------- : ---------- : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(------------------)

Format resmi Indonesia baru

------------------ : ---------- : ---------- : -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-------

107107

Kepala Surat
15 Januari 2005
Nomor :
Lampiran :
Perihal : .
Yth. Intan Cemerlang Bunganegara
Jalan Jenderal Ahmad Yani 645
Bandung 40282
Salam pembuka,
Isi
surat
(tubuh
surat)

....

Salam penutup,

Nama pengirim

Jabatan

Tembusan
Inisial pengetik/pengonsep surat

1.2 Bagian-Bagian Surat


Bagian surat resmi terdiri atas kepala surat, tanggal, nomor, lampiran, hal atau perihal,
alamat tujuan, salam pembuka, isi surat, salam penutup, pengirim surat, tembusan, dan
inisial.
a. Kepala Surat
Penulisan kepala surat harus lengkap, yaitu nama instansi, alamat domisili, kode pos,
(kalau ada ditambah nomor telepon, kotak pos, alamat kawat, faksimili, e-mail, dan
website), lambang atau logo. Kita perhatikan contoh berikut:

108108

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV/5, Rawamangun
Jakarta 13220
Kotak Pos: 2625 Telepon: (021) 4896558, 4894564, 4894584

Catatan: Anda perhatikan bahwa di dalam kepala surat takada singkatan karena memang
takboleh.
b. Tanggal
Penulisan tanggal surat (titi mangsa, Sunda) harus lengkap (lihat contoh). Bila titi
mangsa diletakkan pada bagian atas kanan, nama kota takperlu dicantumkan. Namun, bila
diletakkan di bagian bawah kanan, nama kota harus dicantumkan.
c. Nomor, Lampuran, dan Hal
Penulisan nomor, lampiran, dan hal atau perihal diawali dengan huruf kapital dan
diikuti tanda titik dua. Penulisan ketiga bagian surat ini boleh disingkat asal taat asas untuk
ketiganya, jangan salah satu saja yang disingkat. Perhatikan contoh berikut:
Nomor

: 110/U/Pan/2005

Lampiran : Satu berkas


Hal

: Permintaan Tenaga Keamanan

No.

: 110/U/Pan/2005

Lamp.

: Satu berkas

Hal

: Permintaan Tenaga Keamanan

atau

Catatan: Pada bagian ini ada juga yang mencantumkan sifat di bawah hal atau perihal
seperti di lingkungan militer. Contoh:
Sifat

: Rahasia

Sifat

: Segera

Sifat

: Sangat Rahasia

d. Alamat Surat
Penulisan alamat surat dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, alamat surat ditulis
sebelah kanan atas (di bawah penulisan tanggal). Kedua, alamat itu ditulis sebelah kiri atas
(di bawah bagian hal atau sebelum salam pembuka). Kata kepada, baik dalam surat
maupun pada sampulnya takperlu dicantumkan (lihat contoh di atas) karena logikanya
pengirim berhadapan langsung (diwakili surat) dengan penerima.
e. Salam Pembuka
Salam pembuka merupakan awal dalam berkomunikasi antara penulis surat dengan

109109

penerimanya. Di dalam penulisan salam pembuka, kata pertama diawali dengan huruf
kapital, sedangkan kata kedua atau ketiga ditulis dengan huruf kecdil saja, kecuali nama
diri. Selanjutnya, salam pembuka ini diakhiri dengan tanda koma, bukan dengan tanda titik.
Alasannya karena salam pembuka bukan kalimat dan pemakaian tanda koma hanya untuk
penanda bahwa itu merupakan salam pembuka. Perhatikan contoh salam pembuka berikut:
Dengan hormat,
Salam sejahtera,
Saudara Annisa yang terhormat,
Salam perjuangan,
f. Isi Surat
Isi surat adalah segala sesuatu yang dikomunikasikan pengirim kepada penerima.
Sesuatu itu bisa berupa ajakan, tawaran, tolakan, perintah, jawaban, tanyaan, atau yang
lain.
g. Salam Penutup
Salam penutup merupakan pengakhir komunikasi pengirim dan penerima surat.
Penulisannya sama dengan salam pembuka, yaitu diakhiri dengan tanda koma. Kita lihat
contoh berikut:
Hormat saya,
Salam takzim,
Hormat kami,
Wassalam,
h. Nama Pengirim
Penulisan nama pengirim surat ditempatkan di bawah salam penutup yang disertai
tanda tangan dan cap sebagai tanda keabsahan surat dinas. Kini tanda kurung tidak
diperlukan mengapit nama pengirim.
i. Tembusan
Dalam penulisan tembusan, kita takperlu lagi mencantumkan Yang terhormat atau
disingkat menjadi Yth. karena yang ditembusi tidak kita tuju, tetapi hanya untuk
mengetahui adanya surat. Yang juga takperlu dicantumkan adalah kata arsip atau
pertinggal karena bagian pengarsipan pun tidak ditembusi sebab memang tugasnya
mengarsipkan surat. Kita lihat contoh berikut:
Tembusan:
1. Manajer Pemasaran
2. Kepala Bagian Gudang
3. Seluruh staf Bagian Pemasaran

110110

j. Inisial
Penempatan inisial atau sandi berada paling bawah sebelah kiri, yaitu di bawah
tembusan bila ada. Inisial diperlukan untuk mengetahui siapa yang mengonsep atau
mengetik surat. Contoh berikut kita perhatikan:
AH/ds
Inisial itu dapat dibaca bahwa AH adalah singkatan nama pengonsep, sedangkan ds (dengan
huruf kecil) merupakan nama pengetik.
1.3 Bahasa Surat
Pada dasarnya bahasa yang dipakai dalam surat sama saja dengan bahasa yang dipakai
dalam komunikasi lain. Semua komunikasi senantiasa bergantung pada siapa komunikan dan
komunikator, situasi, tujuan, tempat, sifat. Namun, ada bahasa yang khas digunakan dalam
surat seperti salam pembuka dan penutup. Selain itu, ada juga bagian isi yang khas surat.
Kita cermati contoh berikut:
Bersama dengan ini kami lampirkan satu berkas Daftar Calon Pegawai
Atas perhatian dan kerja sama yang baik, kami mengucapkan/menyampaikan terima
kasih.
2. Perlatihan
1.
2.
3.
4.
5.

Buatlah
Buatlah
Buatlah
Buatlah
Buatlah

surat
surat
surat
surat
surat

yang menyatakan Anda tidak bisa mengikuti perkuliahan hari ini.


undangan tentang acara pengumpulan dana untuk korban bencana alam.
pemberitahuan tentang mutasi jabatan di suatu kantor.
penawaran kerja sama untuk mendukung suatu acara.
kesediaan menjadi donatur perbaikan gedung sekolah.

3. Tes Formatif
1. Jelaskan enam format surat!
2. Jelaskan sepuluh bagian surat!
3. Buatlah sebuah kepala surat
4. Kemukakan kekhasan bahasa surat!
5. Mengapa kata kepada tidak diperlukan dalam sampul surat dan alamat yang dituju?
6. Mengapa kata arsip atau pertinggal tidak diperlukan dalam tembusan?
7. Apa maksud pemakaian bersama dengan dalam surat?
8. Jika tidak ada yang dilampirkan, perlukah menuliskan kata lampiran pada bagian surat?
Mengapa?
9. Mengapa salam pembuka dan salam penutup tidak diakhiri tanda titik?
10. Apa perlunya mencantumkan inisial pada surat resmi?

111111

Kegiatan Belajar XV

Penulisan Karya Ilmiah


1. Etika Penulisan
Dalam etika menulis, terdapat dua prinsip yang sangat mendasar, yaitu prinsip
penghormatan (atau kehormatan) dan prinsip pengakuan. Prinsip penghormatan ini
mengandung tuntutan moral bahwa kalau kita menulis karya ilmiah, di dalam batin kita
harus timbul suatu keinginan atau sikap untuk menghormati orang lain, yaitu menghormati
pembaca dan menghormati hak-hak orang lain. Seperti telah disebutkan, suatu prinsip
moral mengandung tuntutan bahwa sikap batin itu dapat terwujud dalam tindakan nyata.
Dari sinilah kita akan masuk ke dalam masalah prinsip-prinsip penata.
Prinsip penata adalah prinsip-prinsip yang menata, menuntun, atau mengatur
para pelaku bagaimana seharusnya berkelakuan. Jadi, dalam hal tulis-menulis, mengatur
para penulis bagaimana seharusnya menulis.
Prinsip pengakuan mengandung tuntutan bahwa kita harus memiliki sifat bersedia
mengakui gagasan yang sudah tertuang dalam suatu publikasi adalah milik si penulis. Hal
ini berimplikasi terhadap prinsip penata dan aspek teknisnya. Untuk dapat mewujudkan
dasar moral ini menjadi tindakan nyata maka masyarakat memaksakan suatu norma yang
wajib dipatuhi, yaitu asas pengutipan.
Prinsip pengutipan adalah asas yang mengatur bagaimana caranya mewujudkan
dasar moral bahwa kita mengakui sekaligus menghormati gagasan milik orang lain (Wiradi,
1996: 1118).

1.2 Teknik Pengutipan


1.2.1 Kutipan Langsung
Kutipan langsung (KL) adalah kutipan yang dilakukan dengan mengangkat kata,
kata-kata, frase, kalimat atau paragraf (sebagian atau seluruhnya), secara tepat sama
seperti yang tertulis dalam teks aslinya ke dalam teks karya sendiri. Tujuan KL ada dua,
pertama, memeperkenalkan sesuatu yang baru. Dapat berupa istilah baru, konsep baru,
gagasan baru, dan sebagainya. Dikarenakan bersifat baru, agar tidak disalahtafsirkan,
aslinya dikutip langsung. Kedua, memberi tekanan (untuk diberi perhatian) pada suatu yang
khas dari urang lain. Walaupun bukan hal yang baru, kalau mengandung cirri khas, kekhasan
tersebut diperkenalkan sesuai dengan aslinya (Wiradi, 1996: 2528).
Tata cara mengutip langsung mencakup syarat-syarat sebagai berikut.

1; Sumbernya harus disebutkan (dengan cara yang dibenarkan)

112112

2; Prinsipnya, apa saja yang dikutip, harus tepat sama dengan teks aslinya, termasuk
segenap tanda bacanya.

3; Apabila ada yang dihilangkan misalnya kata atau anak kalimat, harus diberi tanda
selang ()

4; Apabila ada yang diganti atau ada kosakata sendiri yang ditambahkan, harus diberi
tanda (cetak miring, garis bawah, dll.), untuk membedakan mana yang asli dan
mana yang tambahan atau pengganti dan harus diberi catatan mengenai tanda itu.
Catatannya bisa berupa catatan kaki, atau dengan cara lain.
Contoh:
ketika (si A, 1978:32. Garis bawah dari penulis-GWR).
Contoh di atas menandakan bahwa kata ketika adalah asli, tetapi dalam teks aslinya
tidak digarisbawahi. Apabila kata ketika merupakan tambahan daru kita sendiri maka
bunyi catatan menjadi sedikit berbeda
ketika(si A, 1978:32. Kata yang diberi garis bawah, dari penulisGWR).

5; Apabila dalam teks asli ada kata atau kata-kata yang kita yakini salah, tetapi kita
ingin mengutip sesuai dengan aslinya, maka tepat di belakang kata tersebut harus
diberi tanda kurung (persegi). Di dalamnya dimuat keterangan kata sic!
Contoh:
Prinsip penata menyangkut masalah nona-nona [sic!] yang mengatur
kelakuan manusiadst (si A 19 halaman)

Pada contoh tersebut dengan melihat konteksnya, kita yakin bahwa kata nona-nona
itu tentu salah dan kita duga yang dimaksud adalah norma-norma. Namun, untuk tidak
menutup kemungkinan bahwa dugaan itu pun salah, kata tersebut kita biarkan sesuai
dengan aslinya. Tanda [sic!] lebih efisien daripada catatan kaki yang panjang, untuk
menerangkan dan menekankan bahwa kata itu salah. Namun, , sekalipun sudah dipakai
ntanda tersebut, kalau masih diperlukan penjelasan harus disertai cartatan kaki.

6; Apabila sesuatu itu sudah menjadi kutipan orang lain maka tidak dibenarkan
mengutipnya begitu saja seolah-olah kita memang membaca sendiri sumber aslinya.

113113

Kita garus memperlakukan karya terakhir yang memang kita baca itulah sebagai
sumber acuan, tapi tetap mencantumkan nama pemilik gagasan asli.
Contoh:
(si A 1970, seperti dikutip si B 1984:15)
Jadi, secara jujur kita harus mengakui bahwa yang dibaca adalah karya si B, 1984,
sekaligus juga mengakui bahwa gagasan yang kita pinjam adalah milik si A.

1.2.2 Kutipan Taklangsung


Biasanya KTL menyajikan gagasan orang lain dengan cara menyatakan kembali
gagasan tersebut dalam kalimat-kalimat yang dirumuskan sendiri. Sumber kutipan tetap
disebutkan, tetapi tidak usah menggunakan tanda kutip bagi isi kutipan tersebut. Terdapat
tiga jenis kitipan tidak langsung, yaitu:

1; Menyajikan gagasan atau argumentasi orang lain secara utuh, sekalipun itu
terdiri dari alinea panjang, dengan maksud agar komponen, butir-butir pokok,
struktur, dan alur pikiran asli tidak ada yang hilang. Sementara bila
menggunakan KL, dianggap mengganggu kelancaran teks. Jadi, di sini masalah
keutuhan, kelengkapan, dan alur gagasan menjadi tekanan. Sebut saja jenis ini
KTL utuh.

2; Memotong-motong gagasan asli, yaitu hanya mengambil butir-butir pokok yang


dianggap penting, dirangkai mengikuti alur asli. Butir-butir pokok yang
dipinjam tetap harus dinyatakan dengan rumusan sendiri. Alur asli
dipertahankan, tapi keutuhan dan kelengkapannya diabaikan. Tujuannya,
menghindari KTL yang panjang. Sebut saja jenis ini dengan KTL potongan.

3; Menyadur. Ini semacam meringkas, tetapi di sini dengan sadar orang


memasukkan atau mengintegrasikan pikiran sendiri. Jadi, isi gagasan yang
dikutip sudah tidak murni lagi karena telah dirangkai melalui alur dan rumusan
kalimat yang berbeda. Walaupun demikian, menyadur masih tetap dianggap
sebagai kutipan. Dengan demikian, tetap harus dicantumkan sumbernya. Sebut
saja jenis ini KTL saduran (op.cit. 2830).

1.2.3 Membuat Parafrase


Pertama-tama perlu dipahami dulu pengertian berikut ini. Merumuskan kembali
pernyataan orang lain dengan kalimat sendiri disebut membuat parafrase. Ternyata,
membuat

parafrase

itu

tidak

sederhana.

Pembuatan

parafrase

justru

menuntut

keterampilan berbahasa yang sangat luar biasa dan ketekunan serta kesabaran yang sangat
luar biasa pula. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi ketika akan menyusun parafrase,

114114

yaitu: Pertama, harus mengikuti alur pikiran si penulis asli dari sumber yang kita baca:
kalimat demi kalimat, ide demi ide, tetapi dengan kata-kata dan kalimat kita sendiri. Ide
sekecil apa pun harus tercermin, takboleh hilang. Apabila ternyata alurnya terjungkir balik
dengan yang asli, bukanlah parafrase. Demikian juga bila hanya mengganti kata-katanya
dengan sinonimnya, tetapi susunan kalimatnya masih sama, itu juga bukan parafrase.
Kedua, kalau karena satu dan lain hal kita terpaksa takterelakkan menggunakan kata atau
frase dari sumber aslinya maka kata atau frase tersebut harus diberi tanda kutip.
Implikasinya, jika hanya sekadar memindahkan kata-kata atau frase asli agar kelihatan
seperti struktur kalimat baru rumusan sendiri, tetapi kata-kata dan frase asli tersebut tidak
diberi tanda kutip, maka hal ini masih tetap dianggap plagiat. Jadi, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa parafrase itu dianggap benar apabila alurnya asli, tetapi kata-kata dan
susunan kalimatnya berbeda (op.cit. 30).

2. Tata Cara Pengutipan dan Penulisan Kepustakaan di Universitas Padjadjaran


2.1 Tata Cara Penulisan Kutipan

1; Kutipan langsung (bisa dalam bahasa aslinya atau terjemahannya), yang terdiri atas
tidak lebih dari tiga baris, dapat dimasukkan ke dalam teks dengan jarak tetap dua
spasi, diikuti dengan nama penulis, tahun,dan halaman)

2; Kutipan langsung (bisa dalam bahasa aslinya atau terjemahannya), yang terdiri atas
empat baris atau lebih , diketik terpisah dari teks, dengan jarak satu spasi dan
menjorok masuk lima ketukan dari marjin kiri teks, diikuti nama penulis, tahun, dan
halaman.

3; Jarak antarbaris teks dengan kutipan langsung tersebut pada butir (2) di atas, dan
jarak antara baris kutipan langsung itu dengan baris awal teks berikutnya adalah
dua spasi.

4; Penggunaan gagasan atau pemikiran seorang penulis buku, artikel, dan sebagainya,
walaupun disusun dengan menggunakan kata-kata sendiri, harus mencantumkan
namanya (apabila perlu, dapat pula dicantumkan judul karya tulisnya) dan tahun
buku/artikel itu ditulis, sesuai dengan kebiasaan penulis pada setiap disiplin ilmu).

5; Beberapa program studi tidak memperbolehkan dilakukannya pengutipan secara


langsung maupun penggunaan catatan kaki (foot note)
Contoh kutipan:
..tingkah laku agresif yang secara potensial berbahaya atau merugikan, yang dilakukan
untuk tujuan yang dianggap layak oleh kebudayaan (Sears dkk., 1965 : 113), dalam
kendali orang lain (Sears dkk., 1965 : 112). Secara singkat , agresi
atau
Gefland dan Hartmann mengemukakan:

115115

Berdasarkan orientasi belajar sosial, keduanya menyangsikan definisi


definisi altrulisme yang tidak memasukkan kemungkinan penguatan
(reinforcement) dari luar, dan mereka menyarankan untuk menghapus
ciri-ciri yang tidak dapat diobservasi (dalam Eisenberg, 1982 : 168).
atau
Meskipun definisi dan pengertian yang berbeda beda, kebanyakan ahli sepakat
bahwa tingkah laku altruitis pada manusia adalah tindakan sukarela dengan tujuan untuk
kepentingan orang lain, dan lebih merupakan tujuan tingkah laku itu sendiri daripada alat
untuk mendapatkan ganjaran dari luar (Bartal, 1976; Mussen dan Eisenberg Berg, 1977;
Staub, 1979).
2.2 Tata Cara Penulisan Kepustakaan dan Daftar Pustaka
Pencantuman kepustakaan harus benar-benar sempurna karena daftar pustaka
merupakan tanggung jawab sepenuhmya penulis makalah, tugas akhir, atau skripsi. Daftar
pustaka yang baik harus:

Memuat semua pustaka yang (hanya) digunakan di dalam manuskrip/naskah karya


ilmiah

Ditulis dengan lengkap dan berurutan alfabetis sehingga pembaca yang ingin
menelusuri pustaka aslinya akan dapat melakukannya dengan mudah;

Mencantumkan hanya pustaka yang telah diterbitkan;

Menggunakan sistem penulisan nama penulis artikel yang berlaku internasional


(nama belakang sebagai entry), terlepas apakah nama penulis artikel merupakan
nama marga atau bukan.
Secara umum pengetikan buku, jurnal, dan artikel yang digunakan sebagai bahan

referensi, dilakukan seperti di bawah ini:


a. Jarak antarspasi yang digunakan untuk pengetikan daftar pustaka adalah satu
spasi.
b. Baris kedua tiap buku (jurnal, artikel lain) referensi diketik menjorok ke dalam
lima ketukan.mesin tik atau 1 tab dengan keyboard komputer.
c. Urutan pengetikan adalah sebagai berikut.
Nama penulis, baik penulis Indonesia maupun bukan Indonesia, dimulai dengan nama
belakang (diketik lengkap), diikuti nama depan (diketik singkatannya), diakhiri dengan
tanda (.);

116116

- Tahun terbit, diakhiri dengan tanda titik (.);


- Judul buku, semua huruf awalnya kapital kecuali kata sambung atau kata depan
ditulis dengan huruf kecil, sedangkan judul artikel dari jurnal hanya huruf awal kata
pertama dan nama diri saja yang dimulai dengan huruf kapital. Beberapa bidang
ilmu mengharuskan judul untuk dicetak miring atau diberi garis bawah, tetapi ada
juga yang tidak menganut penulisan miring atau penggarisbawahan. Penulisan
diakhiri dengan tanda titik(.).
- Kota tempat penerbit atau negara bagian tempat penerbit (yang

didahului

dengan kota tempat penerbit), diakhiri dengan tanda titik dua (:};dan
- Nama penerbit, diakhiri dengan tanda titik (.).
Masing-masing dengan jarak dua ketukan, kecuali kota tempat penerbit berjarak
satu ketukan.
d. Apabila dua referensi atau lebih digunakan, sedangkan nama penulisnya )atau
penulis-penulis) sama, nama penulis pada referensi kedua (dan selanjutnya) tidak
ditulis lagi,. nama penulis diganti dengan garis bawah sebanyak tujuh ketukan.
e. penulisan dua referensi yang nama penulis dan tahunnya sama, digunakan
penanda a, b, c, dan seterusnya.
Contoh:
Rasyid, Abdul. 1999a. Sufi dan Perkembangannya Masa Kini. Bandung:
Bintang Grafika
___________. 1999b. Bagaimana Anda Menjadi Sufi yang Baik? Bandung:
Bintang Grafika
Contoh penulisan pustaka di dalam teks:

Dua penulis : Rasyid dan Rahman (2002) atau ( Rasyid dan Rahman, 2002);
Tiga penulis atau lebih : Aldrich, et al. (1997) atau (Aldrich, et al., 1997).

Gunakan et al, untuk pustaka berbahasa asing dan gunakan dkk., untuk pustaka
berbahasa Indonesia. Untuk penulis dua author pengarang gunakan kata and, jika
pustakanya berbahasa asing (agar pembaca tahu bahwa kepustakaan tersebut
berbahasa asing) dan jika berbahasa Indonesia, gunakan kata dan)
Contoh penulisan Daftar Pustaka :
- Buku : Judul buku semua huruf awalnya kapital kecuali kata depan, kata tugas, dan kata
penghubung.
Contoh:
Widagdo, K.S.2004. Sistem Pemerintahan di Indonesia pada Era Reformasi. Bandung:
Grafika Utama Jaya
- Bab dari satu buku/artikel.

117117

Contoh:
Yahya, A.2005. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Marjinal hlm. 124 dalam
Pembangunan Mikro Ekonomi Masyarakat. Bandung: Pustaka Aghnia

Artikel jurnal/majalah: Penyingkatan nama jurnal mengikuti anjuran dari jurnal


yang disitir.

Contoh:
Wahyuningtyas, S. 2002. Sifat-sifat Genetik Tanaman Jagung (Zea mays) asal Sumatera
Barat.J. Agrikultura 12: 54---60.
Pustaka yang diakses dari internet
a. Versi Elektronik
Contoh:
Delate, K.C.A. Cambardella, and D.I. Karlen. 2002. Transition Strategies for post-CRP
Certified Organic Grain Production. (Online). Crop Management doi: 10:1094/CM
-20020828-01-RS. Available at: http://www.cropmanagementnetwork.org. (diakses
15 Januari 2003).
b. Dari CD-Rom
Contoh:
Agronomy Journal, Volumes 1722, 19251930 [CD-ROM computer file]. ASA
Madison, WI and Natl. Agric.Libr. Madison, WI (Nov.1994)

3. Teknik Pengetikan
3.1 Bahan yang Digunakan

1; Kertas yang digunakan untuk mengetik, misalnya, skripsi adalah kertas HVS 80 gram
ukuran kuarto (21,5 cm x 28 cm) warna putih.

2; Untuk sampul luar (kulit luar) ditetapkan sampul keras (hard cover). Bahan yang
digunakan adalah karton buffalo atau linen, dengan warna dasar sesuai dengan
warna yang ditetapkan oleh fakultas masing-masing.

3; Tiap bab diberi pembatas dengan kertas dorslag (doorslag), dengan warna kuning
muda.
3.2 Lay-out (tata letak)
Tata letak kertas, untuk pengetikan naskah skripsi dengan mesin tik manual, mesin
tik listrik, atau dengan menggunakan word processor (komputer) adalah sebagai berikut.
- Marjin atas

: 3 cm dari tepi kertas

118118

- Marjin kiri
- Marjin bawah
- Marjin kanan

: 4 cm dari tepi kertas


: 3 cm dari tepi kertas
: 3 cm dari tepi kertas

3.3 Cara Pengetikan

1; Pengetikan hanya dilakukan pada satu muka kertas, tidak bolak-balik.


2; Pengetikan dapat dilakukan dengan mesin tik manual, mesin tik elektronik, atau
komputer.

3; Jenis huruf yang digunakan adalah jenis huruf standar, yaitu Times New Roman,
Arial, Arial Narrow, Book Antiqua, Tahoma, atau Courier New.

4; Ukuran huruf yang digunakan harus standar, yaitu pica untuk mesin tik, atau ukuran
12 untuk komputer.

5; Pita atau tinta pada komputer, yang digunakan berwarna hitam.


6; Apabila menggunakan komputer, pencetakannya harus dengan kualitas yang baik
(letter quality atau near letter quality)

7; Perbanyakan hasil ketikan, atau print out komputer, dilakukan dengan fotokopi
sejumlah yang ditetapkan fakultas masing-masing. Bahan yang digunakan adalah
fotokopi ukuran kuarto.

4. Pelatihan
Buatlah karya ilmiah yang bertemakan bahasa Indonesia sebagai sarana pencerdas bangsa.
Isi karya ilmiah disesuaikan dengan ilmu yang ditekuni di jurusan atau fakultas masingmasing.

XVI. Ujian Akhir Semester

119119

DAFTAR PUSTAKA

Achadiah, M.K. Sabarti, 1993. Pengembangan Kemampuan Bernalar Kreativitas, dan Budaya
Tulis melalui Jalur Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia,
Kongres Bahasa Indonesia VI, Jakarta.
Achadiah, Sabarti dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta :
Erlangga.
Alwi, Hasan serta Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono, 1993,
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Depdikbud/Balai Pustaka.
Alwi, Hasan, 1993, Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000, Kongres Bahasa Indonesia VI,
Jakarta.
Anwar, Rosihan, 1979. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, Jakarta: Pradnya Paramita.
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai, 1991. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa.: Jakarta: Akademika
Presindo.
__________.1999. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: MSP.
Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
_________. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta : Gramedia.
_________. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia 1. Jakarta: PT Gramedia.
_________. 1987. Membina Bahasa Indonesia Baku 2, Cet. X, Bandung : Pustaka Prima.
Bertens, K, 1980, Ada Kesatuan antara Pemakai Bahasa dan Jalan Pikirannya, Kompas, 22
November.
_________.1983, Filsafat Barat Abad XX, Inggris - Jerman, Gramedia, Jakarta.
Depdikbud, 1981, IA, Materi Pendidikan Program Akta Mengajar V. Filsafat Ilmu.
_________. 1982/1983, IIA, Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V Dasar Ilmu
Pendidikan.
_________.1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud/Balai Pustaka, Jakarta.
_________.1991, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
_________.1992, Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
_________.1993, Putusan Kongres Bahasa Indonesia VI.
Djabarudi, Slamet. 1981. Peranan Media Massa dalam Pembinaan Bahasa Indonesia,
Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, 1(Tahun VII), 29- 37.
Effendy, Uchjana Onong. 1985. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: CV Remaja
Karya.
Esau, Helmut (ed.), 1980, Language and Communication, Hornby Press, South Carolina.
Halim, Amran. 1981. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia dalam Politik Bahasa
Nasional Jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamid, Abdul. 1996. Bentuk dan Pilihan Kata Makalah pada Penataran Guru. Bandung: Tim
Pemasyarakatan Bahasa Indonesia.
--------------------. 1996. Kalimat dalam Surat-Menyurat Makalah pada Penataran Guru.
Bandung: Tim Pemasyarakatan Bahasa Indonesia.
-------------. 2003. Bahasa Indonesia, Gengsi Sosial dan Nasionalisme dalam J.S. Badudu 77
Tahun. Jakarta: Kompas.
Hamid, Abdul dan Aseng Budiman. 2003. Ringkasan Materi Bahasa Indonesia.
Keraf, Gorys, 1990, Komposisi, Penerbit Nusa Indah, Ende,
Flores.
Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta.
Lapoliwa, Hans, 1993, Strategi Pemasyarakatan Hasil Pengembangan Bahasa: Beberapa
Pokok Pikiran, Kongres Bahasa Indonesia VI
Lumintaintang, Yayah B., 1993, Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Bermasyarakat, Kongres
Bahasa Indonesia VI
Moeliono, Anton M., 1981. Ciri-ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam Politik Bahasa
Nasional Jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka.
__________. 1989, Penalaran dan Pembuatan Paragraf dalam Karangan Ilmiah, dlm.
Kembara Bahasa, Penerbi PT Gramedia, Jakarta.
Muchtar. 1987. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Makalah untuk Penyuluhan
Bahasa Indonesia, Biro Bagian dan Subbagian Universitas Padjadjaran dari 26 s.d. 29

120120

Oktober 1987.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah
Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Noerhadi, Toeti Herati, 1991, Bahasa sebagai Penggambaran Dunia, Pertemuan Linguistik
Lembaga Atma Jaya Kelima (Pelba V).
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1978. Tata Istilah Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
-------------. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
-------------. 1992. Seri Penyuluhan 2: Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
-------------. 1993. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Razak, Abdul. 1988. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
Salim, Peter. 1989. The Contemporary English-Indonesia Dictionary. Jakarta: Modern English
Press.
Schoenfeld, Clerence A, 1971, Effective Feature Writing, Harper & Row, Publishers, New
York, Evanston, London.
Sugiyono, Dendi. 1997. Hakikat Paragraf Bahasa Indonesia, Bahan Penyuluhan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Supriyadi, dkk. 1994. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. PPDG2331/4 SKS. Buku III, 4
B Modul 7 12 . Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek
Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II.
Suryaman, Ukun. 1985. Dasar- Dasar Bahasa Indonesia Baku
Bandung : Alumni.
Tadjuddin, Moh., 1984, Kemampuan Berbahasa Indonesia Para Lulusan Perguruan Tinggi,
Laporan Penelitian, Unpad.
__________.1993. Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Wawasan
Tridharma, Kopertis Wilayah IV, Jawa Barat.
__________.1994. Komposisi dan Penalaran, Bahan Pelatihan Penulisan Naskah Buku
Pelajaran, Kanwil Depdikbud, Jawa Barat.
__________, Abdul Hamid, Wahya. 1995. Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Skripsi
Mahasiswa Program Sarjana Laporan Penelitian, Unpad, Depdikbud.
Universitas Padjadjaran. 2005. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Laporan Tugas Akhir dan
Skripsi.
Wiradi, Gunawan. 1996. Etika Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Akatiga.

121121

LAMPIRAN: Ejaan Yang Disempurnakan


Pemakaian Huruf

A; Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa Inonesia terdiri atas huruf berikut. Nama tiap
huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf
Aa

Nama
a

Huruf
Jj

Nama
je

Huruf
Ss

Nama
es

Bb

be

Kk

ka

Tt

te

Cc

ce

Ll

el

Uu

Dd

de

Mm

em

Vv

ve

Ee

Nn

en

Ww

we

Ff

ef

Oo

Xx

eks

Gg

ge

Pp

pe

Yy

ye

Hh

ha

Qq

ki

Zz

zet

Ii

Rr

er

B; Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas a, e, i, o, dan
u.
Contoh pemakaian dalam kata
di awal
di tengah
api
padi

di akhir
lusa

enak

petak

sore

emas

kena

tipe

itu

simpan

murni

oleh

kota

radio

ulang

bumi

ibu

Huruf Vokal
a
e*

u
Dalam pengujaran lafal kata dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (tras).

122122

Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.


Kami menonton film seri (sri).
Pertandingan itu berakhir seri.

C; Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas hurufhuruf b, c, d, f, g, h, j, k,l,m,n, p, q, r, s, t, v, w, dan z.
Huruf

Contoh Pemakaian dalam Kata

Konsonan

di awal

di tengah

di akhir

bahasa

sebut

adab

cakap

kaca

dua

ada

abad

fakir

kafir

maaf

guna

tiga

balig

hari

saham

tuah

jalan

manja

mikraj

kami

paksa

sesak

rakyat*

bapak

lekas

alas

kesal

maka

kama

diam

nama

anak

daun

pasang

apa

siap

q**

quran

furqan

raih

bara

putar

sampai

asli

lemas

tali

mata

rapat

varia

lava

wanita

hawa

x**

xenon

yakin

payung

zeni

lazim

juz

D;

123123

Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.
Huruf

Contoh Pemakaian dalam Kata

Diftong

di awal

di tengah

di akhir

ai

ain

syaitan

pandai

au

aula

saudara

harimau

oi

boikot

amboi

E; Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahas Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Gabungan

Contoh Pemakaian dalam Kata

Huruf Konsonan

di awal

di tengah

di akhir

kh

khusus

akhir

tarikh

ng

ngilu

bangun

senang

ny

nyata

hanyut

sy

syarat

isyarat

arasy

F. Pemenggalan Kata*)

1; Pemenggalan pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.


a; Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan
kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la

bukan

a-u-la

sau-da-ra

bukan

sa-u-da-ra

am-boi

bukan

am-bo-i

b; Jika di tengah kata ada konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di


antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf
konsonan.
Misalnya:
ba-pak

ba-rang

su-lit

la-wan

de-ngan

ke-nyang

124124

mu-ta-khir

c; Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara ke dua huruf konsonan itu. Gabungan-gabungan
konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
man-di

som-bong

swas-ta

cap-lok

Ap-ril

bang-sa

makh-luk

d; Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
pemenggalan dilakukan di antara dua huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ins-tru-men

ul-tra

in-fra

bang-krut

ben-trok

ikh-las

2; Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami


perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an

me-rasa-kan

mem-bantu

pergi-lah

Catatan:

a; Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.


b; Akhiran i tidak dipenggal, (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, BabV, Pasal E, Ayat 1).

c; Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan


sebagai berikut.
Misalnya:
te-lun-juk
si-nam-bung
ge-li-gi

3; Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b,
1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi, fo-to-gra-fi

125125

intro-speksi, in-tro-spek-si
kilo-gram, ki-lo-gram
pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali ada pertimbangan khusus.
Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

A; Huruf Kapital atau Huruf Besar


1; Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebgai huruf pertama kata pada awal
kalimat. Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus belekrja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.

2; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya:
Adik bertanya, Kapan kita ulang?
Bapak menasihatkan, berhati-hatilah, Nak!
Kemarin engkau terlambat,
Besok pagi, kata ibu, dia akan berangkat.

3; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah

Alkitab

Yang Maha Kuasa


Yang Maha Pengasih

Islam
Quran

Kristen

Weda

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.


Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,


keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii

126126

Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat sebagai sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.

5; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.


Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere

7; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda

127127

bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan

8; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya , dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustus

hari Natal

bulan Maulid

Perang Candu

hari Galungan

tahun Hijriah

hari Lebaran

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya:
Asia Tenggara

Kali Brantas

Banyuwangi

Lembah Baliem

Bukit Barisan

Ngarai Sianok

Cirebon
Danau Toba

Pegunungan Jayawijaya
Selat Lombok

Dataran Tinggi Dieng Tanjung Harapan


Gunung Semeru

Teluk Benggala

Jalan Dipenogoro

Terusan Suez

Jazirah Arab
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyebrangi selat
pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.

128128

Misalnya:
garam inggris
gula jawa
kacang bogor
pisang ambon

10; Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata
seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawarahan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahtraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi.
Misalnya:
Menjadi sebuiah republik
Beberapa badan hukum
Kerja sama antara pemerintah dan rakyat
Menurut undang-undang yang berlaku

11; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.

12; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

129129

13; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr.doktor
M.A. Master of Arts
Tn.

Tuan

Sdr.

Saudara

14; Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Kapan Bapak berangkat? tanya Harto.
Adik Bertanya, Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Silakan duduk, Dik! Kata Ucok.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

B; Huruf Miring
1; Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan.
Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Surat kabar Suara Karya.

2; Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan


huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

130130

Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3; Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan dengan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia.
tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.
Penulisan Kata

A; Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Bukan itu sangat tebal.

B; Kata Turunan
1; Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar
dikelola
penetapan
menengok
mempermainkan

2; Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5)
Misalnya:
bertepuk tangan

garis bawahi

menganak sungai

sebar luaskan

3; Jika bentuk dasar yang berupa kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab V, Pasal E, Ayat5)
Misalnya:
menggarisbawahi

menyebarluaskan

131131

dilipatgandakan

penghancurleburan

4; Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati

mahasiswa

kolonialisme

asrodinamika

mancanegara

tritunggal

antarkota

multilatera

kosponsor

introspeksi

transmigrasi

ultramodern

Catatan:

1; Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf
kapital, di antara dua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia

pan-afrikanisme

2; Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata
yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

C; Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak

gerak-gerik

biri-biri

huru-hara

buku-buku

lauk-pauk

bumiputra-bumiputra mondar-mandir

D; Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar

mata pelajaran

orang tua

simpang empat

kambing hitam

meja tulis

persegi panjang

kereta api cepat luar biasa

132132

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan


pengertian, ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara
unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar

buku sejarah-baru

ibu-bapak kami

orang-tua muda

anak-istri saya

mesin-hitung tangan

4; Gabungan kata ini ditulis serangkai.


Misalnya:
acapkali

manakala

adakalanya

manasuka

bagaimana

olahraga

padahalbarangkali

paramasastra

belasungkawa peribahasa

daripada

segitiga sebagaimana

saputangan

dukacita

E; Kata Ganti ku, kau-, -mu, dan nya


Kata ganti ku dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -mu,
dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinnya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F; Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada. (Lihat jiga Bab III, Pasal D, Ayat 3).
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.

133133

Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

G; Kata si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim

H; Partikel
1; Partikel -lah, -kah, dan tah diteulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik..
Jakarta adalah Ibukota Republik Indonesia.
Apakah yang tersirat dalam surat iotu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?

2; Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jangankan dua kali,satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun,
ataupun,

bagaimanapun,

biarpun,

kalaupun,

kendatipun,

maupun,

meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.


Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaan dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3; Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.

134134

Singkatan dan Akronim

1; Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.

a; Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
M.B.A.

master of business administration

Bpk.

bapak

b; Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan


atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR

: Dewan Perwakilan Rakyat

GBHN

: Garis-Garis Besar Haluan Negara

KTP

: Kartu Tanda Pengenal

c; Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
Misalnya:
dll.

dan lain-lain

dst.

dan seterusnya

Yth.

yang terhormat

tetapi:
a.n.

atas nama

d.a.

dengan alamat

u.b.

untuk beliau

d; Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata


uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu

kuprum

TNT

trinitrotoluen

cm

centimeter

kg

kilogram

Rp

rupiah

135135

2; Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.

a; Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI

Angkata Bersenjata Republik Indonesia

LAN

Lembaga Administrasi Negara

SIM

Surat Izin Mengemudi

b; Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri

Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


Kowani

Kongres Wanita Indonesia

c; Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dai deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu

pemilihan umum

rudal

peluru kendali

tilang

bukti pelanggaran

Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syaratsyarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku
kata yang lazim pada suku kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan
mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai
dengan pola kata Indonesia yang lazim.
Angka dan Lambang Bilangan

1; Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam


tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi.
angka arab:

0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

angka romawi:

I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D


(500), M (1.000).

2; Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iiii) kuantitas.

136136

Misalnya:
0,5 sentimeter

5 kilogram

4 meter persegi

10 liter

Rp5.000,00

2.000 rupiah

1 jam 20 menit

17 Agustus 1945 27 orang

3; Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,


atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, Halaman 206
Surah Yasiin: 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan Utuh
Misalnya:
dua belas

12

dua puluh dua 22


dua ratus dua puluh dua

222

b; Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengah

tiga per empat

satu persen

1%

6; Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku Bumono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh

7; Penulisan lambang bilangan tyang mendapat akhiran an mengikuti cara yang


berikut (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat5)
Misalnya:
tahun50-an

atau

tahun lima puluhan

uang 5000-an atau

uang lima ribuan

uang lima 1000-an

atau

uang lima seribuan

8; Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan
seperti dalam perincian dan pemaparan.

137137

Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang memberikan suara blangko.

9; Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubahsehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata tidak terdapat pada kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakan itu.
250 orang tamu diundang Pak Darmo
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10; Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.

11; Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus adalam teks
kecuali dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12; Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima per seratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluih lima per seratus) rupiah.
Penulisan Unsur Serapan

138138

Dalam perekembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis,
Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
atas dua golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke adalam bahasa Indonesia
seperti reshuffle, shuttle cock, Iexploitation de Ihomme par Ihomme. Unsur-unsur ini
dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti bentuk
asalnya.
Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi
paal

a
pal

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


aerobe

aerob

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e


haemoglobin

hemoglobin

ai tetap ai
trailer

trailer

au tetap au
audiogram

audiogram

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k


construction

konstruksi

c di muka e, I, oe, dan y menjadi s


circulation

sirkulasi

cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k


accomodation

akomodasi

cc di muka e dan I menjadi ks


vaccine

vaksin

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k


charisma

karisma

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s


machine

mesin

ch yang lafalnya c menjadi c


China

Cina

(Sanskerta) menjadi s

139139

abda

sabda

e tetap e
description

deskripsi

ea tetap ea
idealist

idealis

ee (belanda) menjadi e
systeem

sistem

ei tetap ei
eicosane

eikosan

eo tetap eo
geometry

geometri

eu tetap eu
neutron

neutron

f tetap f
fanatic

fanatik

gh menjadi g
sorghum

sorgum

gue menjadi ge
gigue

gige

i, pada awal suku kata di muka vokal, tetap i


ion

ion

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i


politiek

politik

ie tetap ie jika lafalnya bukan i


patient

pasien

kh (Arab) tetap kh
khusus

khusus

ng tetap ng
contingent

contingen

oe (oi Yunani) menjadi e


oestrogen

estrogen

oo (Belanda) menjadi o
komfoor

kompor

oo (Inggris) menjadi u
cartoon

kartun

oo (vokal ganda) tetap oo


zoology

zoologi

ou menjadi u jika lafalnya u

140140

gouvernour

gubernur

ph menjadi f
physiology

fisiologi

ps tetap ps
pshychiatry

psikiatri

pt tetap pt
pteridology

pteridologi

q menjadi k
aquarium

akuarium

rh menjadi r
rhapsody

rapsodi

sc di muka a, o, u, dan konsonan nebjadi sk


scandium

skandium

sc di muka e, I, dan y menjadi s


scenography

senografi

sch di muka vokal menjadi sk


schema

skema

t di muka I menjadi s jika lafalnya s


action

aksi

th menjadi t
theocracy

teokrasi

u tetap u
structure

struktur

ua tetap ua
aquarium

akuarium

ue tetap ue
duet

duet

ui tetap ui
conduite

konduite

uo tetap uo
quota

kuota

uu menjadi u
prematuur

prematur

v tetap v
television

televisi

x pada awal kata tetap x


xanthate

xantat

x pada posisi lain, menjadi ks

141141

executive

eksekutif

xc di muka e dan i menjadi ks


excitation

eksitasi

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk


exclusive

eksklusif

y tetap y jika lafalnya y


yuan

yuan

y menjadi i jika lafalnya i


psychology

psikologi

z tetap z
zygote

zigot

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.


Misalnya:
accu

aki

effect

efek

ferrum

ferum

tetapi:
mass

massa

Catatan:

1;

Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah.
Misalnya:

2;

kabar

sirsak

iklan

perlu

bengkel

hadir

Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian
abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua hururf itu diindonesiakan
menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam
penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut
ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa
Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti
standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata
standar, efek, dan implemen.

aat (Belanda) menjadi at


advokaat

advokat

plaat

plat

tractaat

traktat

142142

age menjadi ase


percentage

persentase

etalage

etalase

al, eel (Belanda), aal (Belanda) menjadi al


structural, structureel

struktural

formal, formeel

formal

normal, normaal

normal

ant menjadi an
accountant

akuntan

informant

informan

archy, archie (Belanda) menjadi arki


anarchy, anarchie

anarki

olgarchy, oligarchie

oligarki

ary, air (Belanda) menjadi er


complementary, complementair

komplementer

primary, primair

primer

secondary, secondair

sekunder

(a)tion, (a)tie (Belanda) menjadi asi, si


action, actie

aksi

publication, publicatie

publikasi

eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi il
materieel,

materiil

moreel

moril

principieel

prinsipiil

ein tetap ein


casein

kasein

ic, ics, ique, iek, ica (nomina) menjadi ik, ika


logic, logica

logika

physics, physica

fisika

technique, techniek

teknik

ic (nomina) menjadi ik
electronic

elektronik

ic, ical, isch (adjektiva) menjadi is


elctronic, elektronischelektronis
economical, economisch

ekonomis

ile, iel menjadi il


mobile, mobiel

mobil

ism, isme (Belanda) menjadi isme

143143

modernism, modernisme

modernisme

ist menjadi is
egoist

egois

ive, ief (Belanda) menjadi if


descriptive, descriptief

deskriptif

logue menjadi log


dialogue

dialog

logy, logie (Belanda) menjadi log


technology, technologie

teknologi

loog (Belanda) menjadi log


analoog

analog

oid, oide (Belanda) menjadi oid


anthropoid, anthropoide

anthropoid

oir(e) menjadi oar


trottoir

trotoar

or, eur (Belanda) menjadi ur, ir


director, directeur

direktur

amateur

amatir

or tetap or
dictator

diktator

ty, teit (Belanda) menjadi tas


university, universiteituniversitas
ure, uur (Belanda) menjadi ur
structure, struktuur

struktur

Pemakaian Tanda Baca

A; Tanda Titik (.)


1; Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.

2; Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar
Misalnya:

a; III. Departemen Dalam Negeri


A; Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

144144

B; Direktorat Jendera Agraria


1;
b; 1. Patokan Umum
1.1;
Isi Karangan
1.2;
Ilustrasi
1.2.1; Gambar Tangan
1.2.2; Tabel
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan
atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.30.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul, tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Nomor gironya 56456784.

7; Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Salah Asuhan

145145

8; Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponogoro 82
Jakarta
1 April 1991
Yth. Sdr. Moh. Hassan
Jalan Arif 43
Palembang

B; Tanda Koma
1; Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli karcis, pena, dan tinta.

2; Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

4; Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat


yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi,
meskipun begitu, dan tetapi.
Misalnya:
. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
. Jadi, soalnya tidak semudah itu.

5; Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan,
dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:

146146

O, begitu?
Wah, bukan main!

6; Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M).
Misalnya:
Kata Ibu, Saya gembira sekali.

7; Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Padjadjaran, Jalan Dipatiukur 35, Bandung.

8; Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid I
dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

9; Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


Misalnya:
W.J.S.

Poerwadarminta,

Bahsa

Indonesia

untuk

Karang-mengarang

(Yogyakarta: UP Indonesia. 1967), hlm. 4.

10; Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
C. Ratulangi, S.E.

11; Tanda koma dipakai di muka angka per sepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Misalnnya:
12,5 m

12; Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F).
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit
tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

147147

13; Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa.

14; Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
Di mana Saudara tinggal? tanya Karim.
C. Tanda Titik Koma (;)

1; Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2; Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ibu mengurus tanamannya di kebun itu; Ayah sibuk bekerja di dapur; Saya
sendiri asyik mendengarkan siaran radio.

D; Tanda Titik Dua


1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: Kursi, meja, dan lemari.
1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau prian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerluakan
pemerian.
Misalnya:
Ketua

: Ahmad Wijaya

148148

Sekretaris : Nuri Handayani


Bendahara : Darmawan
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu

: (Meletakkan beberapa kopor)


Bawa kopor ini, Mir!

Amir : Baik, Bu (mengangkat kopor dan masuk)

4; Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor halaman, (ii) di anatara
bab dan ayat dalam Kitab Suci, (iii) di anatara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yaasin: 9
Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjakranegara, Soetomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa
Persatuan Kita? Djakarta: Eresco.

E; Tanda Hubung (-)


1; Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau
pangkal baris.

Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan .
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak .
atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
itu telah disampaikan .
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau

149149

beranjak .
bukan
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan .
Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak

2; Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau


akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
Senjata ini merupakan alat pertahanan yang canggih.
Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal
baris.

3; Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.


Misalnya:
anak-anak
Angka dua sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

4; Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5.

Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata
atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan (100.000)
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-lima ribuan (25.000)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke dengan angka, (iii) angka dengan an, dan

150150

(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama
jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
mem-PHK-kan
Menteri-Sekretaris Negara

7; Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya:
di-smash

C; Tanda Pisah ( )
1; Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.

2; Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang alin
sehingga kalimat menjadi yang lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3; Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai.
Misalnya:
1910 1945
Jakarta Bandung
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa
spasi sebelum dan sesudahnya. Pengetikan dengan komputer bisa diakali
dengan cara sebagai berikut: Tekan spasi (space bar), ketik angka, tekan spasi,
ketik tanda hubung, tekan spasi, ketik angka lagi, lalu tekan spasi lagi. Setelah
itu, untuk selanjutnya, tanda pisah bisa kita kopi.

D; Tanda Elipsis ()
1; Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang berputus-putus.

151151

Misalnya:
Kalu begitu ya, marilah kita bergerak.

2; Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemorosotan akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk
menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ..

E; Tanda Tanya (?)


1; Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?

2; Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1987 (?).

F; Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya.

G; Tanda Kurung (.)


1; Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan)
kantor itu.

2; Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.

152152

Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul Ubud (nama tempat terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.

3; Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

4; Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

H; Tanda Kurung Siku ( )


1; Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat dalam
naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba mendengar bunyi gemerisik.

2; Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya:
Persaman kedua proses itu (perbedaannya lihat halaman 35-38 tidak
dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.

I; Tanda Petik Ganda ()


1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Saya belum siap, kata Mira, tunggu sebentar!
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.

2; Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya:
Bacalah Bola Lampu dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul Rapor dan Nilai Prestasi di
SMA diterbitkan dalam Tempo.
Sajak Berdiri Aku terdapat pada halaman 5 buku itu.

153153

3; Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara coba dan ralat saja.

4; Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misanya:
Kata Tono, Saya juga minta satu.

5; Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang


tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan Si Hitam.
Catatan:
Tanda petikpembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu
ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

M; Tanda Petik Tunggal ()


1; Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengan bunyi kring-kring tadi?

2; Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata


ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J).
Misalnya:
feed-back balikan

N; Tanda Garis Miring


1; Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat II/10
tahun anggaran 1985/1986

2; Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp1.500,00/lembar

154154

O; Tanda Penyingkat atau Apostrof ()


Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali kan kusurati. (kan = akan)
Malam lah tiba. (lah = telah)
1 Januari 88 (88 = 1988)

155155

Anda mungkin juga menyukai