Malik
MODULE 4
Oleh
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TAHUN 2011
1. Pendahuluan
Bahasa berisi pikiran, keinginan atau perasaan yang ada pada pembicara atau pun penulis.
Bahasa yang digunakan hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan dapat diterima pendengar atau pembaca. Guna mencapai
maksud tersebut, kalimat haruslah haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Hasil ini berarti
kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah –kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut
meliputi: unsur- unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, aturan-aturan tentang Ejaan
yang Disempurnakan (EYD), cara memilih kata dalam kalimat, kesepadanan dan kesatuan,
kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata,
kevariasian dalam struktur kalimat. Hal-hal seperti tersebut di atas merupakan unsur/hal-hal
penentu keefektifan suatu kalimat.
Modul empat akan membahas tentang kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk,
penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata, kevariasian dalam
struktur kalimat. Unsur-unsur penting lainnya seperti EYD, unsur-unsur pembentuk kalimat
dan pola pengembangannya berurut-turut telah diuraikan pada modul satu sampai dengan
modul tiga.
2. Penyajian
2.1. Pengertian dan Ciri-ciri Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengungkapkan pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara. Agar kalimat yang
ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh
penulis, perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri kalimat efektif yaitu:
a. kesepadanan struktur
b. keparalelan bentuk
c. ketegasan makna
d. kehematan dalam mempergunakan kata
e. kevariasian dalam struktur kalimat.
2.1.1 Kesepadanan Struktur
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
a) Fungsi unsur subjek dan predikat kalimat jelas. Ketidakjelasan subjek atau
predikat menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat
suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan
di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
1) Bagi semua mahasiswa Fapet Undana harus membayar uang
kuliah.
2) Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti harus ke lapangan.
Kedua kalimat di atas tidak efektif karena kalimat pertama tidak
memiliki kesepadanan karena fungsi subjek tidak jelas. Kalimat di atas
tidak menampilkan apa atau siapa yang harus membayar uang kuliah.
Ketidakjelasan subjek disebabkan penggunaan kata depan
bagi. Selanjutnya, kalimat kedua tidak berpredikat.
Kalimat di atas seharusnya ditulis seperti kalimat
berikut (kalimat efektif).
1a) Semua mahasiswa Fapet Undana harus membayar uang kuliah .
2a) Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti harus pergi ke
lapangan.
d) Kata pewatas yang, kata keterangan aspek dan modalitas digunakan secara
tepat.
Contoh 1:
1) Mahasiswa Fapet Undana yang berasal dari Pulau Sumba.
2) Kandang ternak unggas yang terletak di dekat kampus.
Kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menghilangkan pewatas
yang karena antara subjek dan predikat tidak boleh disisipi dengan kata
lain. Perbaikannya adalah sebagai berikut.
1a) Mahasiswa Fapet Undana berasal dari Pulau Sumba.
2a) Kandang ternak unggas terletak di dekat kampus
Contoh 2:
1) Laporan ini saya harus perbaiki secepatnya.
2) Kita telah bahas masalah tersebut dalam diskusi kita bulan lalu.
Seperti halnya kalimat pada contoh 1, kedua kalimat pada contoh 2
adalah kalimat pasif dengan penanggalan awalan me(N): perbaiki
dan bahas. Dalam kedua kalimat pasif tersebut, antara pelaku (subjek) dan
kata kerjanya tidak boleh disisipkan unsur lain. Jadi, untuk menjaga
kepaduan, keterangan modalitas harus dan keterangan aspek telah pada
kalimat pertama dan kedua harus dipindahkan ke depan pelaku. Kedua
kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi seperti kalimat 1a) dan 1b)
berikut.
1a) Laporan ini harus saya perbaiki secepatnya.
2a) Telah kita bahas masalah tersebut dalam diskusi kita bulan lalu.
2.1.4 Kehematan
Awalan di-
Bentuk-bentuk yang mengandung kata kerja yang berawalan di- tanpa pelesapan
merupakan kalimat-kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata
di- yang dilesapkan merupakan kalimat tidak baku.
Baku
Dua orang pemulung dihukum dua tahun.
Pompa air di Karanganyar, Demak tetap difungsikan.
Soviet dituntut menarik pasukannya yang berada di Ceko.
Tidak Baku
Dua orang pemulung hukum dua tahun.
Pompa air Karanganyar, Demak tetap fungsikan.
Soviet tuntut tarik pasukannya di Ceko.
2) Pelesapan Akhiran
Ada dua buah akhiran yang penggunaannya dilesapkan, yaitu akhiran -kan dan -i.
Akibatnya, kalimat-kalimatnya menjadi tidak baku.
Baku
Laporkan kejadian itu!
Kita menantikan hubungan dengan Jakarta.
Keduanya saling mencintai.
Tidak Baku
Lapor kejadian itu!
Kita menanti hubungan dengan Jakarta.
Keduanya saling mencinta.
Tidak Baku
Ia menjagoi kesebelasan Putra Mataram.
Ia membawahi beberapa orang.
Presiden menghadiahi bintang jasa kepadanya.
e) Kesalahan Ejaan
Ejaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Karena ejaannya benar,
sebuah kalimat dapat menjadi baku dan karena ejaannya salah,sebuah kalimat dapat
menjadi tidak baku.
1) Penggunaan tanda koma yang salah
Bentuk-bentuk yang tidak mengandung tanda koma merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung tanda koma merupakan kalimat tidak
baku karena penggunaannya salah.
Baku
Saya tidak datang jika turun hujan.
Maranggi tertawa puas karena musuhnya telah mati.
Ayah mengatakan bahwa adik sakit
Tidak Baku
Saya tidak datang, jika turun hujan.
Anggi tertawa puas, karena musuhnya telah mati
Ayah mengatakan, bahwa adik sakit.
2) Pelesapan tanda koma
Bentuk-bentuk yang mengandung tanda koma merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang tidak mengandung tanda koma merupakan
kalimat tidak baku.
Baku
Jadi, batasan bahasa adalah sebagai berikut.
Di samping itu, kita tidak beruntung.
Akan tetapi, dia tetap tidak datang.
Tidak Baku
Jadi batasan adalah sebagai berikut.
Di samping itu kita tidak beruntung.
Akan tetapi dia tetap tidak datang.
3) Kesalahan penulisan Sapaan
3. PENUTUP
3.1 Ringkasan
Kalimat-kalimat yang digunakan dalam ragam formal, apalagi dalam penulisan
karya ilmiah, haruslah kalimat yang baik dan benar. Kalimat yang benar adalah kalimat yang
sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku, baik yang berkaitan dengan tata bahasa,
pemilihan kata, maupun ejaan. Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif,
yaitu kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Berkaitan dengan
karya ilmiah, kalimat-kalimat yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah haruslah kalimat
yang baik dan benar. Artinya, kalimat-kalimatnya harus disusun sesuai dengan kaidah yang
berlaku, serta harus dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Artinya, kalimat-
kalimatnya harus disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku, serta harus dapat
menyampaikan pesan/informasi secara tepat.
Guna mencapai tujuan seperti tersebut di atas, kalimat yang digunakan adalah kalimat
yang efektif dan baku. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengungkapkan pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Selanjutnya, kalimat baku merupakan kalimat yang penggunaannya sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku. Keefektifan kalimat sangat ditentukan oleh kesepadanan
struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran,
kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.Sedangkan kebakuan suatu kalimat sangat
ditentukan oleh struktur kalimat yang lengkap, pilihan kata yang digunakannya tepat dan
sesuai, menggunakan ejaan yang benar dan struktur kalimatnya benar, logis, dan lancar.
3.2 Evaluasi
3.2.1 Soal Latihan
Perbaikilah kalimat berikut agar menjadi kalimat efektif dan atau kalimat baku!
1. Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan diri di subbagian akademik.
2. Dengan ransum yang memiliki keseimbangan nutrisi mempengaruhi pertambahan bobot
badan ternak babi.
3. Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan.
4. Proposal ini saya harus perbaiki secepatnya.
5. Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan menyusun rancangan.
6. Setelah tugas kelompok diperbaiki, tugas kelompok akan segera dipresentasikan.
7. Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena sering kebanjiran.
8. Atas bantuannya kami ucapkan terima kasih.
9. Karena sakit, maka ia tidak mengikuti kuliah.
10. Jadi mahasiswa harus belajar secara teratur.
1. Kata depan kepada dihilangkan sehingga para mahasiswa dapat berfungsi sebagai subjek
kalimat.
(Para mahasiswa diharap mendaftarkan diri di subbagian akademik).
2. Kata keterangan dengan dihilangkan agar ransum yang memiliki keseimbangan nutrisi
dapat berfungsi sebagai subjek kalimat.
(Ransum yang memiliki keseimbangan nutrisi mempengaruhi pertambahan bobot badan
ternak babi).
3. Konjungsi atau kata sambung sedangkan merupakan konjungsi intrakalimat. Konjungsi
tersebut berfungsi menghubungkan bagian-bagian di dalam sebuah kalimat, bukan
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
(Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan, sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan
4. Susunan kalimat tidak padu karena antara pelaku dan kata kerjanya disisipi keterangan
modalitas haru.
(Makalah ini harus saya perbaiki secepatnya).
5. Kalimat tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan unsur yang sama fungsinya.
(Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, mencari bahan
bacaan, dan menyusun rancangan. atau
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah pengumpulan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan penyusunan rancangan).
6. Untuk menjaga kehematan, subjek yang sama cukup disebutkan satu kali. Subjek yang
harus dihilangkan adalah subjek yang terdapat pada anak kalimat.
(Setelah diperbaiki, tugas kelompok akan segera dipresentasikan).
7. Kalimat majemuk nomor tujuh termasuk kalimat majemuk bertingkat. Subjek anak kalimat
tidak disebutkan berarti subjek anak kalimat tersebut sama dengan subjek induk kalimat
(kontraktor). Jadi, struktur kalimat akan menjadi “Kontraktor tidak jadi memilih lokasi
tersebut karena (kontraktor) sering kebanjiran”. Kalimat ini tidak logis. Ketidaklogisan
penalaran pada kalimat ini terjadi karena pembuat kalimat salah menghilangkan unsur
kalimat. Penghilangan unsur kalimat dapat dilakukan apabila unsur-unsur kalimat tersebut
memiliki fungsi yang sama, dalam hal ini sama-sama berfungsi sebagai subjek. Akan
tetapi, jika unsurunsur kalimat yang sama tersebut memiliki fungsi yang berbeda, atau jika
subjek diisi oleh unsur bahasa yang berbeda, penghilangan salah satu unsur tidak dapat
dilakukan. Jadi, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi seperti kalimat dalam
tanda kurung berikut.
(Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut sering kebanjiran).
8. Bentuk –nya pada anak kalimat tidak jelas atau multi makna. Agar tidak multi makna
(ambigu), bentuk –nya harus dinyatakan secara eksplisit misalnya, Saudara, Bapak, Ibu.
(Atas bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih.
9. Kalimat tidak baku karena menggunakan konjugasi ganda karena dan maka.
(Karena sakit, ia tidak mengikuti kuliah).
10. Jadi merupakan konjugasi antar kalimat yang penggunaannya selalu diikuti oleh tanda
koma.
(Jadi, mahasiswa harus belajar secara teratur).
4. Daftar Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan S Amran Tasai.2006. Cermat Berbahasa Indonesia: untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Kosasih, H.E., 2003. Ketatabahasaan dan Kesusteraan: Cermat Berbahasa Indonesia. Yrama
Widya, Bandung.
Putrayasa, I B., 2008. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori dan Peran). P.T. Refika Aditama,
Bandung.
P3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992. Tata Bahasa Basku Bahasa Indonesia,
Perum Balai Pustaka, Jakarta.
P3B Depdiknas. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Indonesiatera, Yogyakarta.
Sofyan, A.N., Eni, K., Wahya, K. Yudaatmadja, dan R. Y. Permadi, 2007. Bahasa Indonesia
dalam Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Wydyatama, Bandung.
Modul 4: Kalimat Efektif dan BakuAgus. K. Malik