Anda di halaman 1dari 15

LECTURE NOTES

Indonesian

Minggu ke-4

Kalimat Efektif
LEARNING OUTCOMES

LO 1: Identify spelling errors in sentences and paragraphs


LO 2: Create scientific writing

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. Pola kalimat

2. Jenis kalimat

3. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

4. Kesalahan kalimat
ISI MATERI

1. Pola Kalimat

2. Jenis Kalimat
a. Menurut Jumlah Klausanya
1) Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Kalimat tunggal hanya
mengandung satu unsur S, P, O, Pel dan Ket.
Contoh:
Kami mahasiswa Binus.
2) Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal.
Contoh:
Seorang spesialis media sosial harus memiliki kemampuan mengembangkan rencana
konten dalam media sosial yang sesuai dan konsisten dengan identitas merek produk.

Indonesian
b. Menurut Fungsi
1) Kalimat berita
Contoh:
Pembagian kalender tahun baru di Kelurahan Cijantung dilakukan pada tanggal 1
Januari.
2) Kalimat tanya
Contoh:
Apakah ini akun Tiktok milik Anda?
3) Kalimat perintah
Contoh:
Tolonglah perbaiki laptopku ke pusat servis elektronik
4) Kalimat seru
Contoh:
Aduh, powerbank-ku ketinggalan!

3. Ciri-Ciri Kalimat Efektif


Abdul Razak (1986:2) mendefinisikan kalimat efektif sebagai “konsep yang dikenal
dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi”. Dalam hubungan ini, setiap kalimat
terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Kalimat efektif adalah kalimat yang baik
karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat
diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa
yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si penulis (Badudu, 1995).
Terdapat enam ciri kalimat efektif: keutuhan, kesejajaran, kecermatan, kehematan,
kelogisan, dan kefokusan. Keenam ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Keutuhan
Kalimat efektif haris mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa
yang dipergunakan. Kesatuan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan struktur bahasa dalam
mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepanduan pikiran.

Indonesian
1) Subjek dan Predikat
Sebuah kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek di dalam
sebuah kalimat merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan. Predikat dalam kalimat adalah
kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subjek itu.
(1a) Kepada para peserta seminar diharapkan duduk di tempat yang paling depan.
(1b) Di dalam keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.

Predikat dari kalimat di atas adalah diharapkan dan mengandung. Subjek dari kalimat diatas
adalah para peserta seminar, dan Keputusan itu. Akan tetapi, karena kata-kata itu didahului oleh
partikel kepada dan di dalam, kata-kata itu tidak berfungsi sebagai subjek. Kata-kata Pada,
didalam, kepada, haarus dihilangkan agar subjeknya menjadi jelas dan keseluruhan kalimat
menjadi padu.
(1a) Para peserta seminar diharapkan duduk di tempat yang paling depan.
(1b) Keputusan itu mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum.

2) Kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat


Kata penghubung atau konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah frase
atau menghubungkan klausa dengan klausa didalam sebuah kalimat disebut konjungsi
intrakalimat.
(2a) Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang.
(2b) Proyek ini akan berhasil dengan baik jika semua anggota bekerja sesuai dengan
petunjuk.
Struktur kalimat (2a) dan (2b) terdapat perbedaan. Kalimat (2a) urutan klausa tidak dapat
dipertukarkan sehingga kita tidak dapat meletakkan konjungsi sedangkan pada awal kalimat.
Sebaliknya, kalimat (2b) urutan klausanya dapat dipertukarkan sehingga kita dapat menempatkan
konjungsi jika pada awal kalimat.

Indonesian
3) Gagasan pokok
Dalam menyusun kalimat, kita harus mengemukakan gagasan pokok diletakan pada
bagian depan kalimat. Biasanya ide pokok diletakan pada bagian depan kalimat atau di akhir
kalimat.
(3a) Ia tertabrak motor ketika ia masih menggenggam telepon seluler.
(3b) Ia masih menggenggam telepon seluler ketika ia tertabrak motor.

Gagasan pokok kalimat (3a) ialah ‘ia tertabrak motor’ merupakan induk kalimat, di
kalimat ke (3b) ‘ia masih menggenggam telepon seluler’ merupakan induk kalimatnya.

4) Penggabungan dengan ‘yang’ dan ‘dan’


Jika kedua kalimat digabungkan dengan partikel ‘dan’ maka hasilnya kalimat majemuk
setara. Jika kedua kalimat digabungkan dengan partikel ‘yang’ maka akan menghasilkan kalimat
majemuk baertingkat.
(4a) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah.
(4b) Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan tinggi.
Kalimat diatas mengandung gagasan pokok yang penting. Penggabungan yang efektif untuk
kedua kalimat tersebut adalah mengunakan partiken ‘dan’ sehingga kalimat tersebut digabung
menjadi:
(4c) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan masih rendah dan perbaikannya adalah
tugas utama perguruan tinggi.

5) Penggabungan menyatakan ‘sebab’ dan’waktu’


Hubungan sebab dinyatakan dengan kata karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan
dengan kata ketika. Kedua kata itu sering digunakan pada kalimat yang sama.
(5a) Ketika gempa mengguncang Cianjur, masyarakat berlari ke tempat yang luas dan
terbuka.
(5b) Karena gempa mengguncang Cianjur, masyarakat berlari ke tempat yang luas dan
terbuka.

Indonesian
Kalimat (a) dan (b) keduanya sudah tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran
penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Yang perlu diperhatikan
ialah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.

6) Penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan


Dalam menggabungakn kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel ‘sehingga’ untuk
menyatakan hubungan akibat, dan partikel ‘agar’ atau ‘supaya’ untuk menyatakan hubungan
tujuan.
(6a) Semua peraturan telah ditentukan.
(6b) Para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.

Kedua kalimat tersebut digabungkan menjadi

(6c) Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak sendiri-
sendiri.
(6d) Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.

b. Keparalelan/Kesejajaran
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat
tertentu. Semisal dalam suatu perincian, jika unsur pertama menggunakan verba, dan seterusnya
harus verba. Jika unsur pertamanya nomina, bentuk berikutnya juga nomina.

Contoh:
1) Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan
desa, dan membuat tali air. (salah)
2) Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, melebarkan jalan
desa, dan membuat tali air. (benar)

Indonesian
c. Kecermatan
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam
pilihan kata.

Contoh:
1) Dosen baru datang (salah)
2) Dosen baru saja datang (benar)
3) Dosen baru itu sudah datang (benar)
4) Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah (salah)
5) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah (benar)

d. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu.Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam
pemakaian kata, frasa atau bentuk lain yanng dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu
menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang
diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan.
1) Pengulangan subjek kalimat
Contoh:
(1a) William segera membatalkan pesanannya setelah dia menemukan harga yang lebih
murah di toko lain.
(1b) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan.

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:


(1c) William segera membatalkan pesanannya setelah menemukan harga yang lebih murah
di toko lain.
(1d) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan.

Indonesian
2) Hiponimi
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih
tinggi. Di dalam makna kata tersebut terkadang makna dasar kelompok makna kata yang
bersangkutan. Kata merah sudah mengandung makna kelompok warna. Kata desember sudah
bermakna bulan.
Contoh:
(2a) Saat masuk ke dalam bioskop, pengunjung harus menyimpan makanan yang dibawa
dari luar di petugas keamanan.
(2b) Mereka turun ke bawah melalui tangga samping kantor

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:


(2c) Saat masuk bioskop, pengunjung harus menyimpan makanan yang dibawa dari luar di
petugas keamanan.
(2d) Mereka turun melalui tangga samping kantor.

e. Kelogisan
Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu
dengan logika. Sebuah kalimat memiliki kelogisan jika masuk akal atau ide kalimat dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
1) Waktu dan tempat kami persilahkan
2) Hermawan Susanto menduduki juara pertama Indonesia Terbuka Kalimat itu tidak logis
(tidak masuk akal).

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:


3) Bapak Menteri kami persilahkan
4) Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.

Indonesian
f. Kefokusan
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami. Kefokusan
ditandai dengan adanya satu unsur subjek/ predikat/ objek/ keterangan. Kalimat dikatakan
memenuhi syarat kefokusan, apabila fokus dengan satu unsur S-P-O-K .
Contoh:
Printer itu saya perbaiki
S S P

Kalimat tersebut tidak efektif karena memiliki dua unsur S (subjek). Agar efektif, kalimat
tersebut dapat diubah menjadi:

Saya memperbaiki printer itu


S P O

4. Kesalahan Kalimat
Dalam menulis kalimat, terdapat kesalahan pembentukan dan pemilihan kata. Hal tersebut
dijabarkan sebagai berikut.
a. Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun,
dalam teks beritanya awalan meng- harus eksplisit.
Contoh:
1) Rusia luncurkan pesawat bolak-balik Ukraina (Salah)
2) Rusia meluncurkan pesawat bolak-balik Ukraina (Benar)

b. Penanggalan Awalan ber


Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan walan ber-. Padahal, awalan ber- harus
dieksplisitkan secara jelas. Di bawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam
pemakaiannya.
1) Sampai jumpa lagi. (Salah)
2) Sampai berjumpa lagi. (Benar)

Indonesian
c. Peluluhan Bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-.
Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-.
1) Nathalie lebih menyintai Steven daripada menyintai Arthur. (Salah)
2) Nathalie lebih mencintai Steven daripada mencintai Arthur. (Benar)

d. Penyegauan Kata Dasar


Penyegauan kata dasar adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah
dalam pemakaian. Contohnya, kata mandang-memandang, nyuap-menyuap, nabrak-menabrak.

e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-


Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan
meng- atau peng. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus menjadi bunyi sengau.
Contoh:
1) Eksistensi Indonesia sebagai Negara pensuplai kopi sebaiknya dipertahankan. (salah)
2) Eksistensi Indonesia sebagai Negara penyuplai kopi sebaiknya dipertahankan.
(benar)

f. Awalan ke- yang Keliru


Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter-sering diberi berawalan
ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
1) Penghasilan Stephanie meningkat karena sudah banyak tas selempang yang kejual.
(salah)
2) Penghasilan Stephanie meningkat karena sudah banyak tas selempang yang terjual.
(benar)
Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di
depan kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih,
kehendak, dan ketua.

Indonesian
g. Pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran ir- adalah asi atau –isasi.
Contoh:
1) Alfin lupa untuk mengkoordinir konsumsi cemilan untuk seminar siang ini. (salah)
2) Alfin lupa untuk mengoordinasi konsumsi cemilan untuk seminar siang ini. (benar)

h. Padanan yang Tidak Serasi


Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul
dalam pembicaraan sehar-hari adalah padanan yang tidak sepadan ata tidak serasi. Hal itu
terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1) Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (salah)
2) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)
3) Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)

i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap Dalam kehidupan
berbahasa sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan.
Contoh:
1) Topokki ini terbuat daripada tepung beras. (salah)
2) Topokki ini terbuat dari tepung beras. (benar)

j. Pemakaian Akronim (Singkatan)


Singkatan adalah hasil menyingkat atau memendekkan berupa huruf atau gabungan huruf,
seperti UI, DPR, BPK, KY, MK, MA, SPBU, dan KTSP. Seterusnya, yang dimaksud dengan
bentuk singkat ialah kontraksi bentuk kata sebagaimana dipakai dalam ucapan cepat, seperti lab
(laboratorium), memo (memorendum).

Indonesian
k. Penggunaan dimana, yang mana, hal mana.
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana tersebut harus di
ubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya yang sesuai dengan konteks. Bias saja kata
di mana berkedudukan sebagai pengganti kata ketika, pada saat, tentang, dan bagi.

Indonesian
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberap hal berikut:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar
(pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si
penutur atau si penulis.
2. Terdapat beberapa ciri kalimat efektif:
a. Kesatuan: Kalimat efektif haris mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipergunakan.
b. Keparalelan: pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat
tertentu.
c. Kecermatan: kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
d. Kehematan: Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu
e. Kelogisan: kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu dengan logika.
f. Kevariasian: suatu paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk pola dan jenis kalimat
yang bervariasi
3. Kesalahan pembentukan dan pemilihan kata, meliputi:
a. Penanggalan awalan meng-
b. Penanggalan Awalan ber
c. Peluluhan Bunyi /c/
d. Penyegauan Kata Dasar
e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
f. Awalan ke- yang Keliru
g. Pemakaian Akhiran –ir
h. Padanan yang Tidak Serasi
i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada
j. Pemakaian Akronim (Singkatan)
k. Penggunaan dimana, yang mana, hal mana.

Indonesian
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Z. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo.

H.P. Achmad dan Alex. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hs., Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Kalimat Efektif https://binus.ac.id/bits/learning-object/Kalimat-Efektif-805/index.html

Indonesian

Anda mungkin juga menyukai