Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan Ke-12:

KALIMAT EFEKTIF DALAM BAHASA


INDONESIA

Sabtu, 2 Desember 2023

UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA


Jl. Gatot Subroto No. Kav. 97, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan 12790
KALIMAT EFEKTIF

Pengertian

 Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau


tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
 Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara atau penulis (Arifin, 2009: 150).
 Kalimat efektif sebagai kalimat yang mempersoalkan bagaimana
ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan
penulisnya, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan
sanggup menarik perhatian pembacanya terhadap apa yang
dibicarakan. (keraf dalam Hikmat dan Solihati, 2013: 44-45)
 Kalimat efektif hendaknya juga dipahami bahwa situasi
terjadinya komunikasi sangatlah berpengaruh.
Perhatikan contoh penggunaan kalimat berikut ini :

 “Berapa Bang ke Pasar Rebo?”


 “Berapa saya harus membayar Bang, bila saya menumpang becak Abang
ke Pasar Rebo?”

Kalimat pertama yang digunakan jelas lebih efektif dibandingkan


dengan kallmat kedua jika berkomuiikasi dengan abang tukang becak.
Contoh di atas menggambarkan bahwa kalimat yang dipandang effektif
dalam situasi tidak resmi, belum tentu dipandang efektif jika dipakai
pada situasi resmi ataupun sebliknya.

 Kalimat efektif adalah kalimat singkat, padat, jelas, lengkap dan dapat
menyampaikan informasi secara tepat. (Widjono, 2015: 205)
 Kalimat efektif dapat mengkomunikasikan pikiran atau perasaan penulis
atau pembicara kepada pembaca atau pendengar secara tepat.
Ciri-ciri kalimat efektif adalah :
a. Kesepadanan struktur yaitu keseimbangan antara pikiran atau
gagasan dan struktur bahasa yang dipakai meliputi :
1) Adanya subjek dan predikat yang jelas. Kejelasan subjek dan
predikat pada kalimat dapat dilakukan dengan cara menghindari
pemakaian kata depan “di, dalam, bagi, untuk atau pada” di awal
subjek. Contoh: di kampung-kampung terpencil sudah mulai
memberantas buta huruf.
2) Tidak terdapat subjek ganda. Contoh : Anak itu, tidak mau
pulang ke rumah, ia pun bersembunyi di samping kandang ayam
tetangganya.
3) Tidak mengunakan kata penghubung intrakalimat pada kalimat
tunggal. Contoh : Tika baru pulang dari Surabaya, sedangkan
orang tuanya belum pulang dari Bandung.
4) Predikat kalimat tidak didahului dengan kata “yang”. Contoh :
Kampus UI yang terletak di Salemba, Depok.
b. Kepararelan yaitu kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat.
Contoh: Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian system pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.

c. Ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat.
Penekanan dalam kalimat dapat diakukan dalam beberapa cara diantaranya
adalah:
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
Contoh: Harapan presiden ialah agar rakyat Indonesia
dapat hidup sejahtera.
2) Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh: Bukan seratus, seribu, atau
sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar.
3) Melakukan repetisi atau pengulangan kata/frasa. Repetisi adalah
pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam sebuah kalimat.
Contoh: Kemajuan bagsa ini meliputi kemajuan di segala bidang, kemajuan
terhadap kesadaran politik, kesadaran bermasyarakat, dan kesadaran
beragama.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh: Mahasiswa itu tidak boleh malas dan curang, tetapi
rajin dan jujur.
5) Mempergunakan pertikel penekanan/penegasan.
Contoh: Orang tualah yang harus bertanggungjawab terhadap
perkembangan anak.
d. Variasi merupakan suatu upaya yang bertolakbelakang dengan repetisi.
Variasi menghindari kesamaan bentuk yang berulang agar tidak terlalu
menoton.
Variasi dapat dilakukan dalam beberapa cara diantaranya adalah:
1) Variasi sinonim kata, contoh: Seribu armada AS dikerahkan
untuk menyerang pasukan Rusia.
2) Variasi panjang pendeknya kalimat.
3) Variasi penggunaan bentuk awalan me dan di.
4) Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat.
Contoh:
a) Guru diharapkan mempunyai banyak wawasan sastra,
agar murid mendapat pelajaran tentang sastra yang mendalam dan
menyeluruh.
b) Wawasan tentang sastra yang luas diharapkan dipunyai oleh guru
agar murid mendapat pelajaran tentang sastra yang mendalam dan
menyeluruh.

e. Kehematan adalah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu selama hal tersebut tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Kriteria kehemtan dalam kalimat efektif diantaranya adalah:

1) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan


subjek.

Contoh:
a) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden
datang. (kurang efektif)
b) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.

Contoh:
a) Dia hanya membawa badannya saja.
b) Dia hanya membawa badannya .

Penghematan dengan tidak menjamak kata-kata yang berbentuk jamak.


Contoh:
Bentuk tidak baku bentuk baku
Para tamu-tamu para tamu
Para hadirin hadirin

f. Kecermatan artinya bahwa kalimat tersebut tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat
dalam pemilihan kata.

Contoh:
1) Suami pegawai koperasi yang kaya itu berasal dari Bandung.
2) Suami-pegawai keperasi yang kaya itu berasal dari Bandung (yang kaya adalah suami
pegawaii koperasi)
3) Pegawai koperasi yang suaminya kaya itu berasal dari Bandung (yang kaya suaminya)
4) Pegawai koperasi yang gemuk itu suaminya dari Bandung. (yang gemuk pegawai
koperasi)
g. Kepaduan merupakan kepaduan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikan tidak pecah-pecah..
1) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris.
2) Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
3) Penggunaan dua macam kalimat pasif (kalimat pasif biasa dan kalimat pasif
pesona) secara tepat.
 Kalimat pasif biasa terjadi apabila kalimat yang berpola SP dialihkan
dengan memosisikan objek menjadi subjek dan predikat yang
berawalan me- menjadi predikat yang berawalam di-.
 Kalimat pasif pesona terjadi apabila awalam di- pada predikat pasif
biasa digantikan dengan Promina pelaku.

Contoh:
o Saya mencari uang. (SPO aktif)
o Uang itu dicari oleh saya. (pasif biasa)
o Uang itu saya cari. (pasif pesona)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai