Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Kalimat dan kalimat efektif

II.1.1 Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud
lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang
bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk
menyatakan kalimat perintah.

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Bila tidak memiliki kedua unsur tersebut,
pernyataan itu bukan kalimat, melainkan hanya sebuah frasa. Di sini, kalimat dibagi menjadi
dua, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

II.1.2. Pengertian Kalimat Efektif

Menurut Kanzunnudin (2011:105), kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan
untuk mengungkapkan gagasan penutur sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami
gagasan yang terungkap dalam kalimat itu sebagaimana gagasan yang dimaksudkan oleh
penutur. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat dan dapat dipahami secara
tepat pula oleh pembaca atau pendengar.Parera (dalam Doyin dan Wagiran, 2009:49)
menyatakan bahwa kalimat efektif tidak saja menyampaikan pesan, berita, atau amanat, tetapi
juga merakit gagasan gagasan ke dalam bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran
yang utuh. Razak (dalam Doyin dan Wagiran, 2009:49) mengungkapkan bahwa kalimat
efektif dikenal dalam hubungannya dengan fungsi kalimat sebagai alat komunikasi. Kalimat
dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan pesan
berlangsung dengan sempurna. Sebagai alat komunikasi, kalimat dikatakan efektif jika dapat

1
mencapai sasarannya dengan baik. Ada dua pihak yang terlibat yaitu yang menyampaikan
dan yang menerima pesan, gagasan, atau informasi. Kalimat yang efektif dapat
menyampaikan pesan, informasi, atau gagasan kepada penerima informasi sesuai dengan
yang ada di benak si penyampai.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat


yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud
oleh penulis atau pembicaranya.

II.2. Syarat dan ciri-ciri kalimat efektif

II.2.1  Syarat-syarat kalimat efektif

Kalimat efektif dapat diwujudkan dengan memperhatikan persyaratan yang berlaku.


Setidaknya,ada persyaratan yang harus diperhatikan, yakni persyaratan kebenaran struktur
(correctness) dan persyaratan kecocokkan konteks (appropriacy), sesuai yang dikemukakan
oleh Widdowson (1979) tentang penggunaan bahasa.

a. Persyaratan kebenaran struktur

Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat efektif dituntut
memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada hubungan antar unsur kalimat.

    Contoh:

1) Saya sarankan sudah agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat
hadir.

2) Saya sudah sarankan agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat
hadir.

3) Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat ditunda agar semua anggota dapat hadir.

Dalam contoh (1) bukanlah kalimat karena tidak mengikuti kaidah struktur, contoh (2) adalah
kalimat yang masih mengandung kesalahan struktur, sedangkan contoh (3) adalah kalimat
yang mengikuti kaidah struktur tanpa kesalahan.

Dari uraian tersebut, dapat dilihat bahwa struktur kalimat berada dalam rentangan kebenaran
struktur. Ada yang betul-betul tidak berstruktur,ada yang berstruktur tetapi mengandung
kesalahan struktur, dan ada yang betul-betul berstruktur benar.

2
Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan yang
jelas. Dengan hubungan fungsi yang jelas itu, makna yang terkandung di dalamnya juga jelas.
Pada tataran frasa, dapat membedakan makna tadi pagi dan pagi tadi, ayah almarhum dan
almarhum ayah, usulan dana dan dana usulan berdasarkan hukum D-M. unsur yang di depan
pada frasa itu menjadi unsur inti, sedangkan unsur yang di belakang menjadi unsur atribut
atau penjelas. Pada tataran kalimat, unsur-unsur yang memiliki fungsi sintaktis seperti subjek,
predikat,objek, pelengkap, dan keterangan juga harus jelas.

b.      Persyaratan kecocokan

Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan kalimat dalam konteks.
Kalimat (1), (2), (3), dan (4) berikut sudah memenuhi persyaratan kebenaran, tetapi hanya
pada contoh (1) dan (2) yang memenuhi persyaratan kecocokan.

1)      Belum ada hujan di daerah yang mengalami kekurangan air itu. Gerimis pun tak pernah
ada.

2)      Sudah lama tidak hujan. Gerimis pun tak pernah ada.

3)      Kemungkinan akan ada hujan bulan ini. Gerimis pun tak pernah ada.

4)      Pada musim kemarau hanya ada satu atau dua kali hujan. Gerimispun tak pernah ada.

II.2.2 Ciri-ciri kalimat efektif

Kalimat yang digunakan dalam karangan ilmiah haruslah kalimat yang efektif. Artinya
kalimat tersebut harus jelas, benar, dan hemat sehingga mudah dipahami oleh orang lain
secara tepat. Menurut Doyin dan Wagiran (2009:50) sebuah kalimat dikatakan efektif jika
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.      Memiliki kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata,


frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Kalimat efektif perlu menghindari penggunaan kata yang mubazir. Apabila kata-kata dalam
sebuah kalimat dapat dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat berarti kalimat tersebut
menggunakan kata-kata mubazir. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan
mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk
dapat melakukan penghematan, yaitu:

3
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:

1) Nama gadis yang mengenakan kerudung putih itu Fatimah.


Kalimat tersebut menggunakan kata-kata yang mubazir, yaitu yang mengenakan
kerudung, yang semestinya dapat diubah menjadiberkerudung. Awalan ber- pada
kata berkerudung  memiliki maknamengenakan. Selain itu, pemakaian
kata nama juga mubazir karena Fatimah pada akhir kalimat sudah menunjukkan
nama. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi “Gadis berkerudung putih itu
Fatimah”.
2) Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidakefektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
3) Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

2.      Memiliki pemusatan perhatian atau penekanan

Pemusatan perhatian atau penekanan adalah adanya upaya penulis untuk menonjolkan salah
satu bagian dalam kalimat sesuai dengan kebutuhan. Kalimat aktif digunakan untuk
menonjolkan unsur pelaku. Sebaliknya kalimat pasif digunakan untuk menonjolkan unsur
hasil tindakan atau objek.

Contoh:

“Kami memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT”

kalimat tersebut tidak memiliki unsur penekanan sehingga informasi hanya disampaikan
secara datar. Kalimat tersebut akan memiliki unsur penekanan jika diubah menjadi

(a) “Kamilah yang memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT”,
Menekankan perilaku, yaitu kami yang memilih, bukan orang lain,
(b) “Yang memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT adalah kami”,
Menekankan tindakan memilih, bukan mengangkat

4
(c) “Pak Damar Asa Pramudya kami pilih sebagai ketua RT”.,
Menekankan Pak Damar Asa Pramudya yang kami pilih, bukan orang lain. dengan
adanya penekanan atau pemusatan perhatian, informasi yang disampaikan oleh
kalimat menjadi lebih terfokus.

Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)

b. Membuat urutan kata yang bertahap.

Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar. (salah)

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar. (benar)

c. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –


kah.

Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?

Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

3.      Memiliki keutuhan atau kesatuan gagasan

Sebuah kalimat dikatakan memiliki keutuhan atau kesatuan gagasan jika kalimat tersebut
memiliki struktur gramatikal yang utuh. Subjek, predikat, dan objeknya harus jelas dan saling
mendukung dalam membentuk satu kesatuan gagasan. Arifin dan pusat bahasa (dalam Doyin
dan Wagiran, 2009:50) menyampaikan secara eksplisit bahwa subjek kalimat tidak boleh

5
didahului dengan preposisi, predikat tidak didahului dengan kata “yang” serta kalimat tidak
buntung. Kalimat buntung adalah kalimat yang memiliki predikat verba transitif yang
seharusnya diikuti oleh objek tetapi dihilangkan. Kalimat “Dalam buku ini mengandung
pelajaran filsafat” merupakan kalimat yang tidak utuh karena tidak memiliki subjek.
Hilangnya fungsi subjek dalam kalimat tersebut karena penggunaan preposisi “dalam” yang
tidak tepat. Kalimat tersebut akan menjadi kalimat yang utuh bila diubah menjadi “Buku ini
mengandung pelajaran filsafat”.

4.      Memiliki kepaduan atau perpautan

Kalimat dikatakan memilikikepaduan atau perpautan jika kalimat tersebut memiliki


hubungan yang logis diantara unsur-unsur di dalam kalimatnya. Kalimat dikatakan tidak padu
jika keliru dalam menggunakan preposisi atau konjungsi.  Kesatuan atau kepaduan di sini
maksudnya adalahkepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduankalimat, yaitu:

a.    Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.

b.    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata


seperti daripadaatau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh:

a. Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota


yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidakefektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
b. Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
c. Karena ayah kemarin libur, maka ia memperbaiki talang dan atap.
(merupakan kalimat yang tidak padu karena informasi pada klausa pertama tidak
seiring dengan informasi pada klausa kedua. Hal ini mengakibatkan kerancuan
informasi).
Karena kemarin libur, ayah memperbaiki talang dan atap (efektif)

6
5.      Kesejajaran atau paralelisme

Kesejajaran atau paralelisme dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang
sama atau berkontruksi bahasa yang sama yang digunakan dalam susunan serial. Keparalelan
atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat
tersebut. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika
kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus
menggunakan kata kerja berimbuhan me-.

Contoh:

a. Alzheimer alias pikun merupakan penyakit yangpaling mengerikan dan berbahaya


sebab pencegahan dan cara pengobatannya tidak ada yang tahu.
Alzheimer alias pikun merupakan penyakit yang paling mengerikan dan
membahayakan sebab pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu. (Efektif)
b. Ayah muda menimang mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, danbercanda.
Ayah muda menimang mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, dan mengajak
bercanda. (Efektif)

Kata yang dicetak miring pada kalimat (a) tidak paralel dalam penggunaan awalan.
Sedangkan pada kalimat (b) ketidakparalelan terjadi pada penggunaan kata bercanda yang
bukan berupa frase. Kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:

c. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidakefektif)


Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

d. Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)


Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

6.      Memiliki kevariasian

Kevariasian digunakan untuk menghindarkan pembaca dari kebosanan karena membaca


kalimat yang pola dan bentuknya sama. Paragraf memerlukan pola dan jenis kalimat yang
bervariasi. Variasi kalimat dapat terjadi dalam beberapa hal, antara lain:

a. Cara memulai kalimat, misalnya kalimat dimulai dengan subjek, dengan predikat,
dengan modalitas, atau dengan frase.

7
b. Panjang pendeknya kalimat.
c. Jenis kalimat, misalnya kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah.
d. Penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung.

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kalimat efektif:

1). Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan


tafsiran ganda).

Contoh:

Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan
tidak efektif).

Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
(efektif).

2). Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.

Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)

Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

3). Keharmonisan

Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang dibuat harus harmonis antara pola berpikir
dan struktur bahasa. Agar kalimat menjadi harmonis, setiap kalimat yang dibuat harus
mempunyai kejelasan unsur-unsur gramatikalnya, seperti subjek, predikat, pelengkap, dan
keterangan.

a. Subjek
Subyek (S) adalahbagian kalimat yang menunjukan pelaku, tokoh, sosok, benda,
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau pokok
pembicaraan. Ciri-ciri subjek yaitu: (1) jawaban apa atau siapa, (2) dapat
didahului oleh kata bahwa, (3) berupa kata atau frasa benda (nomina), (4) dapat
8
disertai kata ini atau itu, (5) dapat disertai pewatas yang, (6) tidak didahului
preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain.

b. Predikat
Predikat(P) adalah bagian kalimat yang menunjukkan apa yang dilakukan atau
dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status,
ciri, atau jati diri subjek.Predikat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) bagian
kalimat yang menjelaskan pokok kalimat, 2) dalam kalimat susun biasa, predikat
berada langsung di belakang subjek, 3) predikat umumnya diisi oleh verba atau
frasa verba, 4) dalam kalimat susun biasa (S-P) predikat berintonasi lebih rendah,
5) predikat merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah, 6) predikat
dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat)
ataubagaimana (pokok kalimat).

c. Obyek
Objek (O) merupakan bagian kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang
berupa kata kerja transitif.

d. Pelengkap
Pelengkap (Pel) merupakan bagian kalimat yang memiliki kesamaan dengan
obyek.

e. Keterangan
Keterangan (ket) merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih
lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Keteranganmempunyaiciri-
ciri sebagai berikut: 1) umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur
yang tidak wajib dalam kalimat, 2) keterangan dapat berpindah tempat tanpa
merusak struktur dan makna kalimat. Fungsi keterangan ini memiliki banyak
jenis, misalnya keterangan tempat, waktu, alat, cara, tujuan, perbandingan, sebab,
akibat, syarat, dll.

9
II.3. Membuat kalimat efektif

II.3.1 Strategi Penyusunan Kalimat Efektif

Ada beberapa strategi dalam menyusun kalimat efektif, yaitu:

1. Pengedepanan
Pengedepanan informasi yang dianggap penting merupakan sesuatu yang perlu
dilakukan. Hal itu bertujuan untuk menimbulkan kesan yang kuat bagu pendengar atau
pembaca. Pendengar atau pembaca akan berpusat pada bagian yang pertama didengar
atau dibaca daripada bagian yang lain. oleh sebab itu, jika ada kepentingan menonjolkan
informasi, maka bagian yang berisi informasi ditampilkan pada bagian awal kalimat.

2. Penyejajaran
Penyejajaran bertujuan untuk menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan
sebagai hal yang penting. Hal yang disejajarkan merupakan bagian yang penting atau
menonjol. Dalam penyejajaran ada hal yang harus diperhatikan, yaitu konsistensi.
Konsistensi kategori dan konsistensi struktur. Konsistensi kategori diwujudkan dalam
kategori kata. Jika penyejajaran dikenakan pada verba, seperti melirik, anggota
selanjutnya juga harus menggunakan verba, seperti melihat, memperhatikan, dan
melotot. Begitu juga jika penyejajaran yang dikenakan pada kata benda, maka anggota
selanjutnya juga kata benda.

Contoh:
- Achmad didesanya dikenal sebagai anak yang mematuhi amanah kedua orang
tuanya yang telah meninggal. Ia selalu mengurus harta
pusaka, mengerjakansawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan
kedua orang tuanya.

Dalam penyejajaran juga bisa dengan konsistensi struktur bentukan seperti pen-an dan
men-. –

Contoh:

- Penelitian dilakukan melalui tiga tahap,


yakni penyusunan proposal,pelaksanaan penelitian, dan pembuatan laporan.

10
II.3.2. Sebab-sebab Ketidakefektifan Kalimat

Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud
penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya
termasuk kalimat yang tidak efektif. Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan
oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.

Contoh:

a. diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)


b. memperkuat, menguatkan (benar) - memperkuatkan (salah)
c. sangat baik, baik sekali (benar) - sangat baik sekali (salah)
d. saling memukul, pukul-memukul (benar) - saling pukul-memukul (salah)
e. Di sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah)

2. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.

Contoh:

a. para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)


b. para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
c. banyak siswa-siswa (banyak siswa)
d. saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
e. agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
f. disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)

3. Adanya kata depan yang tidak perlu

Contoh:

a. Perkembangan  daripada teknologi informasi sangat pesat. (kata daripadadihilangkan)


b. Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepada dihilangkan)
c. Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada dihilangkan)

11
4. Kesalahan penalaran

Contoh:

a. Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)


b. Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
c. Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
d. Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
e. Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
f. Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek
bernyawa)

5. Kesalahan pembentukan kata

Contoh:

a. mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
b. menyetop seharusnya menstop
c. mensoal seharusnya menyoal

6. Pengaruh bahasa asing

Contoh:

a. Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …)


(kata rumahseharusnya tempat)
b. Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel)
(kata daripadadihilangkan)

7. Pengaruh bahasa daerah

Contoh:

a. Para tamu sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)

12
BAB III

PENUTUP

III.1. Simpulan

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesandaripenulis, sehingga


pendengar atau pembaca dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penutur atau
penulis secara tepat.

Kalimat efektif dapat diwujudkan dengan memperhatikan persyaratan yang berlaku.


Setidaknya,ada persyaratan yang harus diperhatikan, yakni persyaratan kebenaran struktur
(correctness) dan persyaratan kecocokkan konteks (appropriacy), sesuai yang dikemukakan
oleh Widdowson (1979) tentang penggunaan bahasa.

Menurut Doyin dan Wagiran (2009:50) sebuah kalimat dikatakan efektif jika memiliki
kehematan, pemusatan perhatian atau penekanan, keutuhan atau kesatuan gagasan, kepaduan
atau perpautan, kesejajaran atau paralelisme dan kevariasian.

Penyusunan kalimat efektif perlu memperhatikan strategi pengedepanan informasi yang


dianggap penting merupakan sesuatu yang perlu dilakukan. Hal itu bertujuan untuk
menimbulkan kesan yang kuat
bagi pembaca.. Juga perludiperhatikan mengenai penyejajaran .Penyejajaran bertujuan untuk
menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan sebagai hal yang penting.

Sebab-sebab ketidakefektifan kalimat meliputi: kontaminasi, pleonasme, adanya kata depan


yang tidak perlu, kesalahan penalaran, kesalahan pembentukan kata, pengaruh bahasa asing,
dan pengaruh bahasa daerah.

III.2. Saran

     Penulis harus memeperhatikan penggunaan kalimat terutama dalam hal apakah kalimat


yang ditulisnya sudah efektif  atau belum agar hasil tulisannya mudah dipahami oleh
pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

- http://fajarnugraha06061996.blogspot.co.id/2015/08/makalah-kalimat-
efektif.html(Diakses pada Sabtu, 7 Oktober 2017)
- http://pujirokhayanti999.blogspot.co.id/2014/05/makalah-tentang-kalimat-
efektif.html (Diakses pada Sabtu, 7 Oktober 2017)

14

Anda mungkin juga menyukai