PEMBAHASAN
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud
lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang
bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk
menyatakan kalimat perintah.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Bila tidak memiliki kedua unsur tersebut,
pernyataan itu bukan kalimat, melainkan hanya sebuah frasa. Di sini, kalimat dibagi menjadi
dua, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Menurut Kanzunnudin (2011:105), kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan
untuk mengungkapkan gagasan penutur sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami
gagasan yang terungkap dalam kalimat itu sebagaimana gagasan yang dimaksudkan oleh
penutur. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat dan dapat dipahami secara
tepat pula oleh pembaca atau pendengar.Parera (dalam Doyin dan Wagiran, 2009:49)
menyatakan bahwa kalimat efektif tidak saja menyampaikan pesan, berita, atau amanat, tetapi
juga merakit gagasan gagasan ke dalam bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran
yang utuh. Razak (dalam Doyin dan Wagiran, 2009:49) mengungkapkan bahwa kalimat
efektif dikenal dalam hubungannya dengan fungsi kalimat sebagai alat komunikasi. Kalimat
dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan pesan
berlangsung dengan sempurna. Sebagai alat komunikasi, kalimat dikatakan efektif jika dapat
1
mencapai sasarannya dengan baik. Ada dua pihak yang terlibat yaitu yang menyampaikan
dan yang menerima pesan, gagasan, atau informasi. Kalimat yang efektif dapat
menyampaikan pesan, informasi, atau gagasan kepada penerima informasi sesuai dengan
yang ada di benak si penyampai.
Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat efektif dituntut
memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada hubungan antar unsur kalimat.
Contoh:
1) Saya sarankan sudah agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat
hadir.
2) Saya sudah sarankan agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat
hadir.
3) Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat ditunda agar semua anggota dapat hadir.
Dalam contoh (1) bukanlah kalimat karena tidak mengikuti kaidah struktur, contoh (2) adalah
kalimat yang masih mengandung kesalahan struktur, sedangkan contoh (3) adalah kalimat
yang mengikuti kaidah struktur tanpa kesalahan.
Dari uraian tersebut, dapat dilihat bahwa struktur kalimat berada dalam rentangan kebenaran
struktur. Ada yang betul-betul tidak berstruktur,ada yang berstruktur tetapi mengandung
kesalahan struktur, dan ada yang betul-betul berstruktur benar.
2
Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan yang
jelas. Dengan hubungan fungsi yang jelas itu, makna yang terkandung di dalamnya juga jelas.
Pada tataran frasa, dapat membedakan makna tadi pagi dan pagi tadi, ayah almarhum dan
almarhum ayah, usulan dana dan dana usulan berdasarkan hukum D-M. unsur yang di depan
pada frasa itu menjadi unsur inti, sedangkan unsur yang di belakang menjadi unsur atribut
atau penjelas. Pada tataran kalimat, unsur-unsur yang memiliki fungsi sintaktis seperti subjek,
predikat,objek, pelengkap, dan keterangan juga harus jelas.
b. Persyaratan kecocokan
Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan kalimat dalam konteks.
Kalimat (1), (2), (3), dan (4) berikut sudah memenuhi persyaratan kebenaran, tetapi hanya
pada contoh (1) dan (2) yang memenuhi persyaratan kecocokan.
1) Belum ada hujan di daerah yang mengalami kekurangan air itu. Gerimis pun tak pernah
ada.
3) Kemungkinan akan ada hujan bulan ini. Gerimis pun tak pernah ada.
4) Pada musim kemarau hanya ada satu atau dua kali hujan. Gerimispun tak pernah ada.
Kalimat yang digunakan dalam karangan ilmiah haruslah kalimat yang efektif. Artinya
kalimat tersebut harus jelas, benar, dan hemat sehingga mudah dipahami oleh orang lain
secara tepat. Menurut Doyin dan Wagiran (2009:50) sebuah kalimat dikatakan efektif jika
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki kehematan
3
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Pemusatan perhatian atau penekanan adalah adanya upaya penulis untuk menonjolkan salah
satu bagian dalam kalimat sesuai dengan kebutuhan. Kalimat aktif digunakan untuk
menonjolkan unsur pelaku. Sebaliknya kalimat pasif digunakan untuk menonjolkan unsur
hasil tindakan atau objek.
Contoh:
kalimat tersebut tidak memiliki unsur penekanan sehingga informasi hanya disampaikan
secara datar. Kalimat tersebut akan memiliki unsur penekanan jika diubah menjadi
(a) “Kamilah yang memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT”,
Menekankan perilaku, yaitu kami yang memilih, bukan orang lain,
(b) “Yang memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT adalah kami”,
Menekankan tindakan memilih, bukan mengangkat
4
(c) “Pak Damar Asa Pramudya kami pilih sebagai ketua RT”.,
Menekankan Pak Damar Asa Pramudya yang kami pilih, bukan orang lain. dengan
adanya penekanan atau pemusatan perhatian, informasi yang disampaikan oleh
kalimat menjadi lebih terfokus.
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar. (benar)
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Sebuah kalimat dikatakan memiliki keutuhan atau kesatuan gagasan jika kalimat tersebut
memiliki struktur gramatikal yang utuh. Subjek, predikat, dan objeknya harus jelas dan saling
mendukung dalam membentuk satu kesatuan gagasan. Arifin dan pusat bahasa (dalam Doyin
dan Wagiran, 2009:50) menyampaikan secara eksplisit bahwa subjek kalimat tidak boleh
5
didahului dengan preposisi, predikat tidak didahului dengan kata “yang” serta kalimat tidak
buntung. Kalimat buntung adalah kalimat yang memiliki predikat verba transitif yang
seharusnya diikuti oleh objek tetapi dihilangkan. Kalimat “Dalam buku ini mengandung
pelajaran filsafat” merupakan kalimat yang tidak utuh karena tidak memiliki subjek.
Hilangnya fungsi subjek dalam kalimat tersebut karena penggunaan preposisi “dalam” yang
tidak tepat. Kalimat tersebut akan menjadi kalimat yang utuh bila diubah menjadi “Buku ini
mengandung pelajaran filsafat”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduankalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.
Contoh:
6
5. Kesejajaran atau paralelisme
Kesejajaran atau paralelisme dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang
sama atau berkontruksi bahasa yang sama yang digunakan dalam susunan serial. Keparalelan
atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat
tersebut. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika
kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus
menggunakan kata kerja berimbuhan me-.
Contoh:
Kata yang dicetak miring pada kalimat (a) tidak paralel dalam penggunaan awalan.
Sedangkan pada kalimat (b) ketidakparalelan terjadi pada penggunaan kata bercanda yang
bukan berupa frase. Kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:
6. Memiliki kevariasian
a. Cara memulai kalimat, misalnya kalimat dimulai dengan subjek, dengan predikat,
dengan modalitas, atau dengan frase.
7
b. Panjang pendeknya kalimat.
c. Jenis kalimat, misalnya kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah.
d. Penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kalimat efektif:
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan
tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
(efektif).
2). Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
3). Keharmonisan
Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang dibuat harus harmonis antara pola berpikir
dan struktur bahasa. Agar kalimat menjadi harmonis, setiap kalimat yang dibuat harus
mempunyai kejelasan unsur-unsur gramatikalnya, seperti subjek, predikat, pelengkap, dan
keterangan.
a. Subjek
Subyek (S) adalahbagian kalimat yang menunjukan pelaku, tokoh, sosok, benda,
sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau pokok
pembicaraan. Ciri-ciri subjek yaitu: (1) jawaban apa atau siapa, (2) dapat
didahului oleh kata bahwa, (3) berupa kata atau frasa benda (nomina), (4) dapat
8
disertai kata ini atau itu, (5) dapat disertai pewatas yang, (6) tidak didahului
preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain.
b. Predikat
Predikat(P) adalah bagian kalimat yang menunjukkan apa yang dilakukan atau
dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status,
ciri, atau jati diri subjek.Predikat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) bagian
kalimat yang menjelaskan pokok kalimat, 2) dalam kalimat susun biasa, predikat
berada langsung di belakang subjek, 3) predikat umumnya diisi oleh verba atau
frasa verba, 4) dalam kalimat susun biasa (S-P) predikat berintonasi lebih rendah,
5) predikat merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah, 6) predikat
dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat)
ataubagaimana (pokok kalimat).
c. Obyek
Objek (O) merupakan bagian kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang
berupa kata kerja transitif.
d. Pelengkap
Pelengkap (Pel) merupakan bagian kalimat yang memiliki kesamaan dengan
obyek.
e. Keterangan
Keterangan (ket) merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih
lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Keteranganmempunyaiciri-
ciri sebagai berikut: 1) umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur
yang tidak wajib dalam kalimat, 2) keterangan dapat berpindah tempat tanpa
merusak struktur dan makna kalimat. Fungsi keterangan ini memiliki banyak
jenis, misalnya keterangan tempat, waktu, alat, cara, tujuan, perbandingan, sebab,
akibat, syarat, dll.
9
II.3. Membuat kalimat efektif
1. Pengedepanan
Pengedepanan informasi yang dianggap penting merupakan sesuatu yang perlu
dilakukan. Hal itu bertujuan untuk menimbulkan kesan yang kuat bagu pendengar atau
pembaca. Pendengar atau pembaca akan berpusat pada bagian yang pertama didengar
atau dibaca daripada bagian yang lain. oleh sebab itu, jika ada kepentingan menonjolkan
informasi, maka bagian yang berisi informasi ditampilkan pada bagian awal kalimat.
2. Penyejajaran
Penyejajaran bertujuan untuk menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan
sebagai hal yang penting. Hal yang disejajarkan merupakan bagian yang penting atau
menonjol. Dalam penyejajaran ada hal yang harus diperhatikan, yaitu konsistensi.
Konsistensi kategori dan konsistensi struktur. Konsistensi kategori diwujudkan dalam
kategori kata. Jika penyejajaran dikenakan pada verba, seperti melirik, anggota
selanjutnya juga harus menggunakan verba, seperti melihat, memperhatikan, dan
melotot. Begitu juga jika penyejajaran yang dikenakan pada kata benda, maka anggota
selanjutnya juga kata benda.
Contoh:
- Achmad didesanya dikenal sebagai anak yang mematuhi amanah kedua orang
tuanya yang telah meninggal. Ia selalu mengurus harta
pusaka, mengerjakansawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan
kedua orang tuanya.
Dalam penyejajaran juga bisa dengan konsistensi struktur bentukan seperti pen-an dan
men-. –
Contoh:
10
II.3.2. Sebab-sebab Ketidakefektifan Kalimat
Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud
penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya
termasuk kalimat yang tidak efektif. Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan
oleh beberapa hal sebagai berikut:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
11
4. Kesalahan penalaran
Contoh:
5. Kesalahan pembentukan kata
Contoh:
a. mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
b. menyetop seharusnya menstop
c. mensoal seharusnya menyoal
Contoh:
Contoh:
a. Para tamu sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
12
BAB III
PENUTUP
III.1. Simpulan
Menurut Doyin dan Wagiran (2009:50) sebuah kalimat dikatakan efektif jika memiliki
kehematan, pemusatan perhatian atau penekanan, keutuhan atau kesatuan gagasan, kepaduan
atau perpautan, kesejajaran atau paralelisme dan kevariasian.
III.2. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
- http://fajarnugraha06061996.blogspot.co.id/2015/08/makalah-kalimat-
efektif.html(Diakses pada Sabtu, 7 Oktober 2017)
- http://pujirokhayanti999.blogspot.co.id/2014/05/makalah-tentang-kalimat-
efektif.html (Diakses pada Sabtu, 7 Oktober 2017)
14