Anda di halaman 1dari 13

BAHAN AJAR

A. INFORMASI UMUM

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Kode/SKS : UNP 1.60.1404/2 SKS
Pokok bahasan : Kalimat Efektif
Pertemuan Ke :6
Dosen : Tim Dosen MK Bahasa Indonesia

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan kalimat efektif dengan
tepat.

C. MATERI
Mengacu kepada capaian pembelajaran di atas, ada beberapa materi yang akan dijelaskan
untuk menambah pemahaman dan wawasan peserta didik.

1. Hakikat Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat dan mudah dipahami oleh pembaca. Kalimat efektif juga dikatakan sebagai kalimat yang
benar dan jelas dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut
dengan kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang
terdapat pada pikiran penulis atau pembicara. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah
disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis atau pembicara.
Razak (1988) mengemukakan kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mewakili gagasan
atau pikiran yang disampaikan oleh pengarang sehingga tergambar jelas dalam pikiran pembaca,
persis seperti yang disampaikannya. Manaf (1999) memberikan defenisi bahwa kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mengungkapkan pikiran atau perasaan penutur atau penulis secara
lengkap dan akurat dan dapat dipahami secara mudah dan tepat oleh penyimak atau pembaca.
Pakar lain, Semi (1989) berpendapat bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang harus
memenuhi sasaran, mampu menimbulkan pengaruh dan me-ninggalkan kesan. Selanjutnya, Gani
(1999) mengemukakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memungkinkan: (a) pembaca
mudah memahami dengan baik dan cepat pesan, berita, dan amanat yang disampaikan, (b)
pembaca tergerak oleh pesan, berita, dan amanat itu, dan (c) pembaca berbuat sebagaimana
pesan, berita, dan amanat tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kalimat efektif merupakan kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun sedemikian rupa
untuk mencapai daya informasi dengan tepat dan baik. Melalui penggunaan kalimat efektif,

1
pendengar/pembaca akan mudah menerima dan memahami informasi sebagaimana yang
dimaksudkan oleh pembicara/penulis.

2. Ciri-Ciri /Persyaratan Kalimat Efektif


Arifin dan S. Amran (2005) menyimpulkan ada tujuh ciri-ciri kalimat disebut sebagai kalimat
efektif.
a. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan mengacu kepada keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan dan struktur
bahasa yang dipakai (Arifin dan Amran, 2005). Kesepadanan kalimat mengimplikasikan
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran. Kesepadan dalam kalimat efektif
dapat dinilai dari ciri-ciri sebagai berikut :
1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Kejelasan subjek dan
predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan penggunaan kata
depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek.
2) Tidak terdapat subjek yang ganda.
3) Beberapa kata penghubung intrakalimat (seperti sehingga, dan, atau, lalu, kemudian,
sedangkan, bahkan) tidak digunakan pada kalimat tunggal.

b. Kehematan Kata
Kehematan dalam kalimat efektif adalah menghindari penggunan kata, frase, atau
bentuk lain yang tidak perlu, yang mana tidak menyalahi kaidah tata bahasa dan tidak
mengubah makna kalimat. Penghematan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Hindari pengulangan subjek yang tidak diperlukan.
2) Hindari penggunaan superordinat pada hiponimi kata.
3) Hindari kesinoniman dalam satu kalimat.
4) Hindari penjamakan kata-kata yang sudah berbentuk jamak.

c. Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran bentuk atau keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat yang dibuat. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan ungkapan nominal,
bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan bentuk nominal; kalau yang pertama
menggunakan bentuk verbal, hendaknya yang kedua dan seterusnya juga menggunakan
bentuk verbal. Begitu juga sebaliknya, jika kalimat yang dibuat kalimat majemuk, maka
kedua predikat juga memiliki bentuk yang sama dalam uraian.

d. Ketegasan Makna
Ketegasan atau penekanan adalah menonjolkan ide pokok dalam kalimat. Kalimat itu
memberikan penekanan atau penegasan makna dengan menonjolkkan kata-kata yang ingin
ditekankan. Ciri-ciri penegasan kalimat efektif sebagai berikut.

2
1) Meletakkan kata yang ingin ditonjolkan maknanya di depan kalimat.
2) Membuat urutan kata secara bertahap sehingga akan menghasilkan makna yang lebih
mendalam.
3) Melakukan pengulangan kata.
4) Melakukan pertentangan atau perbandingan terhadap kata yang berusaha ditonjolkan
dalam kalimat tersebut.
5) Menggunakan partikel penegas, sehingga akan menghasilkan kalimat yang sesuai
maknanya.

e. Kelogisan Kalimat
Kelogisan adalah ide yang ada dalam kalimat itu dapat diterima oleh akal dan sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Kelogisan dilihat dari segi makna kalimat yang disusun oleh
penulisan. Salah satu cara untuk membuat kalimat logis adalah dengan memperhatikan struktur
susunan unsur kata yang dibuat. Jika susunan kata atau unsur kata yang dibuat tidak tepat, maka
akan menghasilkan kekaburan makna kalimat. Oleh karena itu, diksi dan susunan unsur kata
mempengaruhi kelogisan kalimat yang mana ditinjau dari segi makna kalimat.

f. Kepaduan Makna
Kepaduan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Ciri-ciri kalimat yang
padu, yaitu:
1) Hindari penggunaan kalimat yang panjang dan bertele-tele.
2) Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verba secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat persona.
3) Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat kata kerja transiti
dan ojek penderita.

g. Kecermatan
Kecermatan dalam kalimat efektif dimaksudkan sebagai kalimat yang tidak menimbulkan
pengertian ganda dan tepat dalam pilihan kata. Hal ini mengacu kepada pembentukan kalimat
ambigu dalam tulisan yang dibuat. Pembentukan kalimat ambigu bisa terjadi ditinjau dari
bentuk kalimat yang susunan unsur kalimat tidak beraturan, sehingga akan membuat kesalahan
dalam pemaknaan. Kecermatan dalam kalimat efektif, juga ditinjau dari penulisan huruf,
pemakaian tanda baca, penulisan unsur serapan, dan pemilihan kata yang sesuai di dalam
kalimat.

Untuk pemahaman lebih lanjut tentang kalimat efektif, bacalah materi di bawah ini.

1. Hakikat Kalimat Efektif


Ermanto dan Emidar (2018:114) mengemukakan bahwa kalimat baku merupakan kalimat
yang tepat mengungkapkan maksud penulis kepada pembaca. Kalimat baku merupakan salah

3
satu syarat untuk membentuk kalimat efektif. Kalimat efektif merupakan suatu jenis kalimat
yang dapat memberikan efek tertentu dalam komunikasi. Efek yang dimaksud dalam hal ini
adalah kejelasan informasi.
Keefektifan sebuah kalimat pada ragam lisan agak berbeda dengan keefektifan pada
ragam tulis. Pada ragam lisan informasi yang disampaikan dalam kalimat dapat diperjelas
dengan menggunakan intonasi tertentu, gerakan anggota tubuh, atau situasi tempat pembicaran
itu berlangsung. Hal-hal yang dapat memperjelas informasi pada ragam lisan itu tidak terdapat
pada ragam tulis. Oleh karena itu, unsur-unsur kebahasaan yang digunakan pada ragam tulis
dituntut lebih lengkap agar dapat mendukung kejelasan informasi.
Keefektifan kalimat tidak hanya ditentukan oleh kejelasan informasinya, tetapi juga
ditentukan oleh kelengkapan unsur-unsurnya. Dalam hal ini, kalimat dikatakan memiliki unsur
yang lengkap jika sekurang-kurangnya mengandung unsur wajib, yaitu unsur subjek (S) dan
unsur predikat (P). Selain itu, keefektifan sebuah kalimat tidak hanya ditentukan oleh kejelasan
informasi, tetapi ditentukan pula oleh kesesuaiannya dengan kaidah pemakaian bahasa, baik
yang berupa kaidah kebahasaan seperti kaidah ejaan dan tata bahasa maupun kaidah
nonkebahasaan seperti situasi pemakaian bahasa dan normal sosial budaya yang berlaku di
masyarakat.

Apakah yang dimaksud dengan efektif? Sebagian besar pasti akan menjawab “sesuai dengan tujuan”. memang
seperti itulah pengertian dalam arti sempit dari istilah efektif tersebut. Misalnya dapat dilihat pada kalimat berikut.

Hari ini Anda merencanakan akan mengikuti kelas online pada tiga mata kuliah berbeda dari jam 08.00
hingga 16.00.

Kalimat di atas dikatakan efektif, jika tujuan Anda untuk mengikuti kuliah online tercapai. Kemudian Anda
malamnya ingin menyampaikan sesuatu kepada seseorang yang sudah lama Anda perhatikan. Anda bertekad harus hari
ini disampaikan supaya tidak terlambat. Jika malam itu Anda berhasil menyampaikan dan dapat dimengerti
dengan baik oleh orang tersebut maka bisa dikatakan efektif. Apalagi jika orang tersebut menerima dengan baik.

Pada kasus kalimat di atas, jelas bahwa satu aktivitas dikatakan efektif jika aktivitas tersebut dapat mencapai
tujuan yang diharapkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas lebih dikaitkan dengan jumlah,
sedangkan kualitas lebih diutamakan pada mutunya.

Kegiatan penulisan ilmiah memiliki tujuan yang bersifat kualitatif. Dalam menulis bukan jumlah halaman yang
menjadi tujuan, melainkan kualitas komunikasi tertulis yang disampaikan kepada pembaca apakah tercapai atau

4
tidak. Anda menghasilkan ratusan halaman buku jika isinya tidak dapat mencerahkan pembaca, sama saja dengan
aktivitas yang sia-sia. Untuk itulah keterampilan menulis kalimat secara efektif dibutuhkan.

Lalu apakah yang dimaksud kalimat efektif? Berbagai definisi banyak ditulis dalam buku-buku literatur
penulisan ilmiah. Penulis sendiri mendefinisikan sebagai berikut, kalimat efektif adalah kalimat yang
disusun mengikuti kaidah komunikasi efektif supaya gagasan atau ide yang akan disampaikan dapat
dipahami dengan baik oleh pembaca. Proses penyusunan kalimat efektif dengan demikian akan mengikuti
alur berikut:

Ide & gagasan

akan
•PENUL
IS
disampaikan ide & • KOMUNIKASI
gagasan

diubah EFEKTIF

Ide & gagasan PEMBACA


dipahami
dengan •
Gambar 1. Proses sejak ide & gagasan didapat,
baik disusun, hingga diterima pembaca

Dari gambar 1, tahap awal dibutuhkan kalimat efektif adalah adanya ide-ide dan gagasan yang dimiliki
seseorang. Penulis karya ilmiah memiliki minat yang tinggi untuk menyampaikan ide dan gagasan tersebut
kepada pembaca dalambentuk komunikasi tertulis.

Tahap kedua, penulis menyampaikan ide dan gagasan menggunakan prinsip- prinsip komunikasi efektif
supaya dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Prinsip komunikasi efektif yang dapat diterapkan pada
penulisan kalimat adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan pembaca, memperhatikan struktur
kalimat, dan tidak terjadi pengulangan kata dan makna.

Tahap ketiga, ide dan gagasan diharapkan dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh pembaca. Penulis
harus memiliki target yaitu pembaca langsung mengerti hanya dengan satu kali membaca.

5
2. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Kalimat efektif memiliki empat sifat/ciri, yaitu (a) kesatuan (unity), (b) kehematan
(economy), (c) penekanan (emphasis) dan (d) kevariasian (variety). Secara rincir butir-butit
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Kesatuan (Unity)
Kalimat efektif haruslah mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu kesatuan pikiran.
Kesatuan bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek, dan predikat-
keterangan. Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak mempunyai S dan P.
Ada pula kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang diantarkan oleh partikel. Hal
seperti ini hendaknya dihindari oleh pemakai kalimat agar kesatuan gagasan yang hendak
disampaikan ditangkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar.
b. Kehematan (Economy)
Kehematan kata adalah hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan
makna yang diacu. Sebuah kalimat dikatakan hemat bukan karena jumlah katanya sedikit,
sebaliknya dikatakan tidak hemat karena jumlah katanya terlalu banyak. Yang utama adalah
seberapa banyakkah kata yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, tidak
usah menggunakan belasan kata, kalau maksud yang dituju bisa dicapai dengan beberapa kata
saja. Oleh karena itu, kata-kata yang tidak perlu bisa dihilangkan.
c. Penekanan (Emphasis)
Yang dimaksud dengan penekanan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi,
pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat agar unsur atau
bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar atau pembaca.
Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin ditekankan atau
ditonjolkan oleh penulis atau pembicara dengan memperlambat ucapan, meninggikan suara, dan
sebagainya pada kalimat tadi.
d. Kevariasian (Variety)
Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang dipergunakan. Ada
kalimat yang pendek, dan ada kalimat yang panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat
dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana menjadi monoton atau datar sehingga
akan menimbulkan kebosanan pada pembaca. Demikian juga jika penulis terus-menerus memilih
kalimat yang pendek. Akan tetapi, kalimat panjang yang terus-menerus dipakai akan membuat

6
pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok yang memungkinkan timbulnya kelelahan pada
pembaca. Oleh sebab itu, dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi.
Berkaitan dengan uraian di atas, Ermanto dan Emidar (2018:115) mengatakan bahwa
keefektifan sebuah kalimat tidak hanya ditentukan oleh kejelasan informasi, tetapi ditentukan
pula oleh kesesuaiannya dengan kaidah pemakaian bahasa (kaidah berbahasa baku).
Kalimat baku memiliki lima ciri-ciri, yaitu (a) memiliki kejelasan struktur, (b) memiliki
kelogisan makna, (c) memiliki kehematan kata, (d) memiliki kebakuan kata, dan (e) memiliki
variasi. Berikut uraian kelima ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.

a. Memiliki Kejelasan Struktur (Normatif)


Ermanto dan Emidar (2018:115) mengemukakan bahwa kalimat baku adalah kalimat
yang memiliki kejelasan struktur (normatif). Artinya, kalimat baku haruslah sesuai dengan
struktur kalimat bahasa Indonesia. Seperti dijelaskan sebelumnya, struktur kalimat bahasa
Indonesia memiliki enam pola kalimat dasar. Setiap pola dasar dapat ditambah dengan berbagai
fungsi keterangan. Selain itu, setiap fungsi dapat dijelaskan dengan frasa atau klausa tertentu
yang menghasilkan berbagai bentuk kalimat majemuk.
Kalimat baku yang memiliki kejelasan struktur memiliki lima ciri, yaitu (1) jelas struktur
aktif atau pasif, (2) subjek tidak berbentuk keterangan, (3) predikat tidak hilang, (4) keterangan
tidak berbentuk subjek, (5) subjek tidak hilang, dan (6) bagian kalimat majemuk tidak dipenggal.
Keenam ciri ini akan dijelaskan satu persatu.

1) Dilihat dari Segi Kejelasan Struktur Aktif atau Pasif


Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya sebagai pelaku, sedangkan kalimat pasif
adalah kalimat yang subjeknya merupakan sasaran perbuatan. Berikut kalimat nonbaku yang
harus diperbaiki.

(1) Permasalahan itu kami sudah merundingkannya dengan rektor. (nonbaku)

Kalimat di atas diperbaiki sesuai struktur kalimat yang baik. Hasilnya adalah kalimat baku
berikut ini.

(1a) Permasalahan itu sudah kami rundingkan dengan rektor. (baku/pasif)

(1b) Kami sudah merundingkan permasalahan ini dengan rektor. (baku/aktif)

7
2) Dilihat dari Segi Kejelasan Subjek
Kalimat yang efektif harus sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dari segi kaidah tata
bahasa, sekurang-kurangnya kalimat itu harus memiliki unsur subjek dan predikat. Jika unsur
subjek itu tidak ada, kalimatnya pun berarti tidak memenuhi kriteria sebagai kalimat yang baku.
Kalimat yang tidak bersubjek itu umumnya terjadi karena penggunaan kata depan di awal
kalimat. Kata depan boleh saja terletak di awal kalimat asalkan kata depan itu merupakan bagian
dari keterangan. Dalam kalimat efektif, subjek juga tidak boleh berbentuk keterangan
(konjungsi). Berikut kalimat nonbaku yang harus diperbaiki.

(2) Dalam masyarakat Jawa juga mengenal sistem religi.

Penggunaan kata dalam pada kalimat (2) menjadikan kalimat tersebut tidak memiliki
subjek. Jika unsur yang diawali kata dalam dianggap sebagai keterangan, kalimat itu pun tidak
tepat karena predikatnya berupa kata kerja aktif. Kalimat (2) di atas dapat diperbaiki dengan dua
cara. Pertama, dengan menghilangkan kata depan dalam. Kedua, jika kata depan itu akan tetap
dipertahankan, predikat kalimatnya harus diubah menjadi pasif. Hasilnya adalah kalimat baku
berikut ini.

(2a) Masyarakat Jawa juga mengenal sistem religi.

(2b) Dalam masyarakat Jawa juga dikenal sistem religi.

3) Dilihat dari Segi Kejelasan Predikat


Kalimat yang tidak berpredikat juga tidak tepat disebut kalimat yang baku karena unsur-
unsurnya menjadi tidak lengkap. Dalam kalimat baku, predikat tidak boleh hilang karena
predikat merupakan unsur utama kalimat. Berikut kalimat nonbaku yang harus diperbaiki.

(3) Salah satu ciri logam, yaitu akan memuai jika dipanaskan.

(4) Wilayah yang akan dikembangakan menjadi kawasan industri misalnya Jakarta Timur dan
Jakarta Barat.

Kata yaitu pada kalimat (3) dan kata misalnya pada kalimat (4) berfungsi untuk
menjelaskan hubungan antarunsur sebelum dan sesudah kata itu. Keduanya tidak bersifat
predikatif sehingga unsur yang terletak dibelakangnya tidak dapat disebut sebagai predikat. Jika

8
unsur di belakang kata itu dijadikan sebuah predikat, unsur itu harus digantikan dengan kata lain
yang bersifat predikatif, misalnya ialah atau adalah. Hasilnya adalah kalimat baku berikut ini.

(3a) Salah satu ciri logam adalah akan memuai jika dipanaskan.

(4a) Wilayah yang akan dikembangkan menjadi industri, antara lain, adalah Jakarta Timur dan
Jakarta Barat.

4) Dilihat dari Segi Kejelasan Keterangan


Dalam kalimat baku, keterangan kalimat tidak boleh berbentuk subjek agar jelas
perbedaan keterangan dengan subjek. Berikut kalimat nonbaku yang harus diperbaiki.

(5) Penempatan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti ujian dengan
tertib. (nonbaku)

Kalimat di atas diperbaiki sesuai struktur kalimat yang baik. Hasilnya adalah kalimat baku
berikut ini.

(5) Dengan menempatkan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti ujian
dengan tertib. (baku)

5) Dilihat dari Segi Keberadaan Subjek


Apabila subjek sebuah kalimat jelas dan tidak hilang, kalimat tersebut merupakan bentuk
baku. Berikut kalimat nonbaku yang harus diperbaiki adalah

(6) Sejak didirikan, kami belum pernah memperbaiki rumah itu. (nonbaku)

Kalimat di atas diperbaiki sesuai struktur kalimat yang baik. Hasilnya adalah kalimat baku
berikut ini.

(6) Sejak rumah itu didirikan, kami belum pernah memperbaikinya. (baku)

6) Dilihat dari Segi Bagian Kalimat Majemuk Tidak Dipenggal


Dalam pemakaian bahasa sering ditemukan adanya bagian kalimat majemuk yang ditulis
terpisah dari bagian sebelumnya. Misal:

(7) Pembangunan gedung itu belum dapat dilaksanakan. Karena dana yang diusulkan belum
turun.

9
Kata karena pada kalimat (7) sebenarnya bukan merupakan penghubung antarkalimat,
artinya, bukan sebagai penghubung kalimat yang satu dan kalimat yang lain. Sebagai bagian
kalimat, unsur yang diawali kata penghubung karena tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Oleh karena itu, bagian kalimat tersebut harus ditulis serangkai dengan bagian yang lain
sehingga bentuknya menjadi seperti berikut.

(7a) Pembangunan gedung itu belum dapat dilaksanakan karena dana yang diusulkan belum
turun.

b. Memiliki Kelogisan Makna (Logis)


Ciri kalimat baku kedua adalah memiliki kelogisan makna. Kelogisan makna, meliputi
logis hubungan S dengan P dan logis hubungan makna rincian (paralel). Hal itu dijelaskan
berikut ini.
1) Dilihat dari Segi Kelogisan Hubungan Makna S dengan P
Kalimat dikatakan baku apabila memiliki kelogisan hubunan makna subjek dengan
predikat. Berikut kalimat nonbaku yang harus diperbaiki.

(6) Permasalahan tersebut saya ingin tuntaskan pada malam ini. (nonbaku)

Kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan kelogisan hubungan makna S dengan P. Hasilnya
adalah kalimat baku berikut ini.

(6) Saya ingin menuntaskan permasalahan tersebut malam ini. (baku)

2) Dilihat dari Segi Kelogisan Makna yang Berkaitan dengan Keparalelan Rincian
Kalimat yang paralel harus konsisten dalam menggunakan kata. Bentuk kalimat yang
tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat itu tidak serasi. Misal:

(7) Tahap akhir penyelesaian gedung rektorat itu adalah kegiatan pengecatan dinding,
memasang instalasi listrik, pengujian sistem pembagian air, dan menata ruangan. (nonbaku)

Kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan kelogisan makna rincian (paralel). Hasilnya adalah
kalimat baku berikut ini.

(7) Tahap akhir penyelesaian gedung rektorat itu adalah kegiatan pengecatan dinding,
pemasangan instalasi listrik, pengujian sistem pembagian air, dan penataan ruangan. (baku)

10
c. Memiliki Kehematan Kata (Ekonomis)
Ciri kalimat baku ketiga adalah memiliki kehematan kata. Kalimat memiliki kehematan
kata, seperti (1) menggunakan satu subjek dari subjek yang sama, (2) menggunakan satu kata
dari beberapa kata yang bersinonim, dan (3) menggunakan kata yang dibutuhkan untuk
mengungkapkan maksud penulis. Hal itu dijelaskan berikut ini.
1) Dilihat dari Segi Tidak Mengulang Subjek yang Sama dalam Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk bertingkat yang anak kalimat dan induk kalimatnya memiliki subjek
yang sama dapat dihilangkan salah satunya. Subjek yang dihilangkan adalah subjek yang terletak
pada anak kalimatnya. Misal:

(8) Para undangan serentak berdiri setelah para undangan mengetahui Presiden Indonesia itu
telah datang. (nonbaku)

Kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan kehematan kata. Hasilnya adalah kalimat baku berikut
ini.

(8) Para undangan serentak berdiri setelah mengetahui Presiden Indonesia itu telah datang.
(baku)

2) Dilihat dari Segi Penghilangan Bentuk yang Bersinonim


Dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama dapat menyebabkan kalimat
menjadi tidak baku. Hal ini perlu ditinjau agar kata tidak mubazir. Misal:

(9) Para guru-guru mengikuti seminar hari ini. (nonbaku)

Kalimat (9) di atas memiliki bentuk yang bersinonim, yaitu para guru-guru. Oleh karena itu,
pengefektifan kalimat tersebut dapat dilakukan dengan menghilangkan salah satu dari kata
tersebut. Hasilnya adalah kalimat baku berikut ini.

(9a) Guru-guru mengikuti seminar hari ini. (baku)

(9b) Para guru mengikuti seminar hari ini. (baku)

3) Dilihat dari Segi Penggunaan Kata yang Dibutuhkan Untuk Mengungkapkan Maksud
Penulis

Kalimat dikatakan efektif apabila kata yang dibutuhkan digunakan untuk


mengungkapkan maksud penulis. Misal:

11
(10) Penyaji makalah itu membahas tentang sistem pemilihan legislatif yang ideal untuk masa
datang. (nonbaku)

Kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan kehematan kata. Hasilnya adalah kalimat baku berikut
ini.

(10) Penyaji makalah itu membahas sistem pemilihan legislatif yang ideal untuk masa datang.
(baku)

d. Memiliki Kebakuan Kata


Ciri kalimat baku keempat adalah kalimat yang memiliki kebakuan kata. Perhatikan
kalimat nonbaku berikut ini.

(11) Jadi, pendekatan akselarasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan memanfaatkan gaya
belajar sendiri dibarengi dengan pemberian kesan yang penuh kegembiraan. (nonbaku)

Kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan kebakuan kata. Hasilnya adalah kalimat baku berikut ini.

(11) Jadi, pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan memanfaatkan gaya
belajar sendiri diikuti dengan pemberian kesan yang penuh kegembiraan. (baku)

e. Memiliki Variasi
Kalimat baku memiliki beberapa variasi kalimat. Variasi kalimat ini diperlukan untuk
menghindari kemonotonan penyampaian gagasan. Beberapa variasi kalimat yang dapat
digunakan adalah (1) variasi pengutamaan informasi, (2) variasi kalimat aktif-pasif, (3) variasi
kalimat tunggal-majemuk, (4) variasi panjang pendek, dan (5) variasi bentuk inversi.

1) Variasi Pengutamaan Informasi


Untuk mewujudkan variasi kalimat dalam karangan formal adalah dengan cara
memvariasikan pengutamaan informasi. Hal ini dapat dilakukan salah satu dengan pengubahan
posisi keterangan seperti dalam kalimat di bawah ini.
(12) a. Karena keterbatasan anggaran, pemerintah daerah hanya dapat membangun sepuluh
gedung SD pada tahun ini.

b. Pemerintah daerah hanya dapat membangun sepuluh gedung SD pada tahun ini karena
keterbatasan anggaran.

Lebih lanjut, variasi pengutamaan informasi dapat juga dilihat pada contoh kalimat berikut.

12
(13) Biaya dua miliar rupiah diperlukan untuk pembangunan jembatan itu.

Dari segi struktur informasinya, kalimat (13) lebih menonjolkan informasi tentang biaya
atau besarnya biaya daripada informasi tentang pembangunan jembatan. Berbeda dengan itu,
jika penulis lebih mementingkan informasi tentang perlunya biaya, kalimat tersebut dapat diubah
menjadi seperti berikut.
(13a) Diperlukan biaya dua miliar rupiah untuk pembangunan jembatan itu.

2) Variasi Kalimat Aktif dan Pasif


Variasi kalimat dapat diwujudkan dengan cara memvariasikan kalimat aktif dan pasif
seperti dalam kalimat di bawah ini.
(14) a. Mahasiswa akan melaporkan masalah ini kepada rektor. (aktif)

b. Masalah ini akan mahasiswa laporkan kepada rektor. (pasif)

(15) a. Saya akan menguraikan ciri-ciri kalimat pasif dalam subbab berikut. (aktif)

b. Ciri-ciri kalimat pasif akan saya uraikan dalam subbab berikut. (pasif)

3) Variasi Kalimat Tunggal dan Majemuk


Variasi kalimat dapat diwujudkan dengan cara memvariasikan kalimat tunggal dan
majemuk. Artinya, kalimat-kalimat yang digunakan dalam ragam formal dapat bervariasi, seperti
kalimat tunggal, kalimat majemuk setara (koordinatif), kalimat majemuk bertingkat
(subordinatif), dan kalimat majemuk campuran.
(16) Perbuatannya diketahui oleh KPK.
(17) Rektor mengundang mahasiswa berprestasi dan memberinya hadiah.
(18) Jika masyarakat menyadari pentingnya program ini, mereka pasti mau berpartisipasi
dalam menyukseskan program tersebut.

4) Variasi Bentuk Panjang-Pendek

Variasi bentuk panjang-pendek merupakan variasi penggunaan kalimat panjang dan


pendek secara bergantian. Misal:

(19) Penelitian ini memerlukan waktu dua bulan. Meskipun demikian, target yang telah
ditetapkan sebelumnya diharapkan dapat tercapai karena lokasi yang akan diteliti mudah
dijangkau dengan kendaraan umum.

13

Anda mungkin juga menyukai