Mazhab Kelakuan
Titik vokal penting daripada tidakan manajerial adalah kelakuan manusia apa yang
dicapai, bagaimana hal tersebut dicapai dan mengapa hal tersebut dicapai dipandang
sehubungan dengan impaknya dan pengaruhnya atas manusia yang dianggap sebagai
entitas penting daripada manajemen. Topik-topik yang dipersoalkan antara lain:
hubungan manusia, motivasi, kepemimpinan, latihan serta komunikasi. Mazhab ini
merupakan perkembangan daripada penerapan ilmu-ilmu tentang kelakuan, khususnya
ilmu jiwa dan ilmu jiwa sosial terhadap ilmu manajemen. Mazhab ini menekankan pula
pengaruh vital daripada lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelakuan.
Hasilnya berupa penemuan-penemuan penting mengenai persoalan kebutuhan dan
motivasi manusia yang sedang bekerja, penggunaan otoritas, pengaruh irasional pada
kelakuan manusia dan hubungan-hubungan informal yang timbul dalam sesuatu
lingkungan kerja.
Mazhab Sosial
Manajemen sebagai sebuah sistem sosial atau secara lebih spesifik, sebagai suatu
sistem antar hubungan kulturil. Mazhab ini berorientasi pada ilmu sosiologi dan
mempersoalkan pengindentifikasian berbagai kelompok sosial maupun maupun
hubungan-hubungan kulturil mereka di samping itu, kelompok-kelompok tersebut
diintegrasi dalam sebuah sistem sosial lengkap.
Hal yang mendasari keyakinan mazhab sosial ini adalah kebutuhan untuk memecahkan
berbagai macam pembatasan yang dihadapi oleh manusia dan lingkungan mereka.
Biasanya digunakan sebuah kesatuan social yang ideal, dimana manusia
berkomunikasi secara efektif satu sama lain, dan dimana mereka dengan sukarela
membantu kearah dicapainya tujuan umum.
Kadang-kadang kesauan yangn dipersoalkan adalah seluruh entitas social. Apabila hal
itu dilakukan maka mazhab terrsebut dipengaruhi secara ekologis dan mempersoalkan
hubungan-hubungan antara: organisasi, lingkungan intern dan ekstern, kekuatan-
kekuatan yang menimbulkan perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesuaian.
Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa mazhab sosial menentukan interaksi serta
kerjasama manusia yang bersama-sama membentuk sebuah entitas sosial. Ia
melakukan kelakuan organisasi maupun rasional dan pengembangan pengertian yang
didasarkan atas penelitian-penelitian empiris.
Mengoptimalkan atau mengoptimalisasi berarti bahwa apa yang paling baik bagi
sebuah factor yang terseleksi dipilih daripada sebuah keseluruhan seperti misalnya
sebuah organisasi secara keseluruhan, departemen atau kelompok kerja dan setiap
alternative lain adalah adalah kurang baik. Mengoptimalisasi biasanya berhubungan
dengan penjualan, laba bruto, penggunaan mesin-mesin, service atau produktivitas.
Sebaliknya tindakan meminimalisasi bersifat typis bagi biaya dan waktu yang
dipergunakan.
Perlu diingat pula bahwa penggunaan approach ini tidaklah mengurai resiko, tetapi
sekalipun demikian, pihak manager banyak mendapatkan bantuannya dalam rangka
mengambil resiko yang tepat.
Salah satu mazhab relative baru yang muncul adalah mazhab manajemen menurut
keadaan. Pada pengikutnya menekankan relavansi tindakan manajerial dengan cirri-ciri
khusus situasi dimana terjadi kejadian tersebut. Dinyatakan bahwa manajemen harus
sesuai dengan lingkungannya. Hal tersebut berarti kondisi-kondisi atau lingkungan
didalam msns msnsjemen terjadi. Istilah tersebut lazim digunakan oleh dunia militer,
yang menyusun rencana untuk berbagai kondisi yang diasumsi akan terjadi.
Konsepsi tersebut telah ditekankan pada apa yang dikenal sebagai situational
management dan dalam sebuah piper tahun 1919, Mary Parker Follet, menggunakan
istilah law of the situation. Sebenarnya kebanyakan manajer mempertimbangkan
situasi individual dalam hal melaksanakan tugas manajerial mereka, tetapi mungkin
mereka melupakan factor situasional tertentu sewaktu makin banyak pengetahuan
diperoleh mengenai factor apa perlu diperhatikan dama situasi macam apa, maka
caliber manajemen akan bertambah baik dan manajer tersebut akan dapat menjalankan
manajemen dengan kepastian yang lebih besar.
PENGANTAR MANAJEMEN
(Dr. H.B. Siswanto, M.Si.)