Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur selalu dan senantiasa kami panjatkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayahNya kepada kami, yang dengan
karunianya kami dapat menjalankan apa yang menjadi perintahnya dan menjauhi apa yang
menjadi larangannya. Sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat menulis makalah ini
dengan baik.

Sholawat serta salam selalu kita haturkan kehadirat Rasulullah Muhammad SAW
beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang masih memegang teguh tali Allah
SWT.

Kami telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik mungkin dan sebenar-benarnya. Kami menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik materi, penganalisaan, dan pembahasan. Semua hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengalaman.

Kami berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para pembaca. Dan Kami
juga mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak terutama yang bersifat membangun,
guna terciptanya kesempurnaan makalah ini. Dan bila didalamnya ada kesalahan dan
kekurangan mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata Saya ucapkan terima kasih.
Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi semua pihak.

Kudus, September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................i

Daftar isi.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Permasalahan...............................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI

Pancasila Dalam Ketatanegaraan Indonesia....................................................................3


Lembaga Negara Pasca Amandemen...............................................................................17

BAB III PENUTUP


Kesimpulan .....................................................................................................................29

BAB IV DAFTAR PUSTAKA


Daftar Pustaka .................................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh
struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak
bahkan sangat banyak anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal, jika membahas
negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami
kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh
para pendiri dan pembentuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai
Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia harus
mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu
pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa
Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun
dengan bangsanya sendiri.
Dalam perjalanannya, UUD 1945 mengalami empat kali amandamen yang telah
dilakukan oleh MPR pasca Orde Baru, perubahan ini menyebabkan sistem ketatanegaraan
Indonesia berubah, terutama perubahan pada lembaga-lembaga Negara, mulai dari posisi
hingga wewenang lembaga-lembaga Negara.
Namun, selain lembaga-lembaga Negara yang mengalami perubahan, perubahan juga
terjadi pada urutan perundang-undangan Indonesia, yang mengalami setidaknya empat kali
perubahan. Oleh karena hal tersebut, didalam makalah ini, kami akan membahas mengenai
tata urutan perundang-undangan serta lembaga-lembaga Negara di Indonesia.

B. Permasalahan
1. Bagaimanakah tata urutan perundang-undangan Indonesia ?
2. Bagaimanakah mekanisme nilai-nilai dasar, instrumen dan praksis/operasional ?
3. Bagaimanakah posisi lembaga Negara pasca amandemen ?
4. Apa saja fungsi dan peran lembaga-lembaga Negara ?

1
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tata urutan perundang-undangan Indonesia
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan meknisme nilai-nilai dasar, instrumen dan
praksis/operasional
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan posisi lembaga Negara pasca amandemen
4. Agar mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan peran lembaga-lembaga Negara

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PANCASILA DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA


1. Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia
 Pengertian Peraturan Perundang- undangan Nasional
Negara indonesia adalah negara hukum sebagaimana dinyatakan dalam UUD negara
Republik Indonesia tahun 1945 pasal 1 ayat (3) “Negara Indonesia adalah negara
2
hukum”. Hal ini mengandung arti bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara harus didasarkan pada hukum yang berlaku. Sebagai negara hukum, segala
aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk
pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai sistem hukum nasional. Sistem
hukum nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemenya
yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan
mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara Republik
Indonesia tahun 1945. Untuk mewujudkan sistem hukum nasional maka sesuai amanah
Pasal 22 A UUD negara Republik Indonesia tahun 1945, menegaskan bahwa “ketentuan
lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-
undang.”
Peraturan perundang-undangan menurut undang-undang Nomor 12 tahun 2011
memiliki pengertian peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara
umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Hukum
memiliki berbagai bentuk hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Hukum
tertulis dalam kehidupan saat ini memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kepastian
hukum. Meskipun hukum tidak tertulis tetap diakui keberadaanya sebagai salah satu
hukum yang mengikat masyarakat.
Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara. Hal ini sesuai dengan
kedudukan pancasila dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yaitu sebagai dasar negara dan ideologi negara. Sehingga setiap materi perundang-
undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai pancasila.

 Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia


Tata urutan ini perlu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau azas umum yang
berlaku dalam hukum yaitu :
a. Dasar peraturan Perundang-undangan selalu peraturan perundang-undangan.
b. Hanya peraturan perundang-undangan tertentu saja yang dapat dijadikan landasan
yuridis.
c. Peraturan Perundang-undangan yang masih berlaku hanya dapat dihapus, dicabut,
atau diubah oleh peraturan perundang-undangan.
3
d. Peraturan Perundang-undangan yang baru mengesampingkan peraturan perundang-
undangan lama.
e. Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan
Perundang-undangan yang lebih rendah.
f. Peraturan perundangan yang bersifat khusus mengenyampingkan peraturan
Perundang-undangan yang bersifat umum.
g. Setiap jenis peraturan perundang-undangan memiliki materi yang rendah.
Tata Perundang-undangan di Republik Indonesia

Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996

Tap MPR No. III/MPR/2000

Undang-Undang
1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 Nomor
tentang 10 Tahun 2004
Memorandum DPR-GR mengenai sumber
tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan Republik
Indonesia. Urutannya yaitu :
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Undang-Undang. Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan
perundang-undangan RI yaitu :
1) UUD 1945;
2) TapMPR;
3) UU;
4) Peraturan pemerintah pengganti UU;
5) PP;
4
6) Keppres;
7) Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini juga sudah tidak berlaku.

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan. Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) UU/Perppu;
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden
5) Peraturan Daerah.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan. Undang-undang ini merupakan perubahan terbaru dan masih berlaku sampai
saat ini. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Ketetapan MPR
3) UU/Perppu
4) Peraturan Pemerintah (PP)
5) Peraturan Presiden (Perpres)
6) Peraturan Daerah Provinsi
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tata perundangan Republik Indonesia :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Sebagai hukum dasar maka UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan sumber hukum bagi peraturan perundangan, dan merupakan hukum
tertinggi dalam tata urutan peraturan perundangan di Indonesia serta sekaligus
mengikat setiap warga negara dan berisi norma dan ketentuan yang harus ditaati.
Secara historis UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun oleh Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan ditetapkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada atanggal 18 Agustus 1945.
Perubahan terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah
dilakukan sebanyak 4 kali perubahan, hal ini dilakukan karena adanya tuntutan
reformasi dalam sistem pemerintahan Indonesia. Dalam perubahan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 terdapat beberapa kesepakatan dasar, yaitu :
5
 Tidak mengubah Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
 Mempertegas sistem pemerintahan presidential
 Penjelasan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang membuat hal-hal
bersifat normatif (hukum) akan dimasukkan dalam Pasal-pasal.
 Melakukan perubahan dengan cara adendum,artinya menambah pasal perubahan
tanpa menghilangkan pasal sebelumnya. Tujuan perubahan bersifat adendum karena
untuk kepentingan sejarah.

2) Ketetapan MPR
Ketetapan MPR adalah putusan majelis yang memiliki kekuatan hukum mengikat
ke dalam dan ke luar majelis. Mengikat ke dalam berarti mengikat kepada seluruh
anggota majelis. Sedangkan mengikat ke luar berarti setiap warga negara, lembaga
masyarakat dan lembaga negara terikat oleh Ketetapan MPR.
Sedangkan yang dimaksud dengan “Ketetapan MPR” dalam UU Nomor 12 Tahun
2011 adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud antara
pasal 2 dan pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Tahun 1960 sampai Tahun 2002 tanggal 7 Agustus 2003.

3) UU/Perppu
Undang-Undang adalah perturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR
dengan persetujuan bersama Presiden. Sedangkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang adalah peraturan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal
kegentingan yang memaksa. Kedua bentuk peraturan perundangan ini memiliki
kedudukan yang sederajat. Suatu rancangan undang-undang dapat diusulkan oleh DPR,
Presiden, maupun DPD.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah peraturan yang
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Dengan kata
lain, diterbitkanlah Perppu bila keadaan dipandang darurat dan perlu payung hukum
untuk melaksanakan suatu kebijakan pemerintah. Perppu diatur dalam dalam UUD’45
pasal 22 ayat 1, 2 dan 3 dengan ketentuan sebagai berikut :

6
 Presiden berhak mengeluarkan perppu dalam hal ikhwal kepentingan yang
memaksa
 Perppu harus mendapat persetujuan DPR dalam masa persidangan berikutnya
 Apabila perppu tidak mendapat persetujuan DPR, maka perpu harus dicabut.
Sedangkan apabila disetujui oleh DPR maka Perppu ditetapkan menjadi undang-
undang.

4) Peraturan Pemerintah (PP)


Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundangan-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk melaksanakan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Hal ini
sesuai dengan UUD’45 pasal 5 ayat 2. Peraturan pemerintah ditetapkan oleh Presiden
sebagai pelaksana kepala Pemerintahan. Contoh dari PP adalah PP No.32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
untuk melaksanakan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

5) Peraturan Presiden (Perpres)


Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

6) Peraturan Daerah Provinsi;


Peraturan Daerah ( Perda Provinsi) adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh DPRD provinsi dengan persetujuan bersama gubernur. Peraturan Daerah
dibuat dengan untuk melaksanakan peraturan perundangan yang lebih tinggi. Perda
juga dibuat dalam rangka melaksanakan kebutuhan daerah. Perda tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Pemerintah pusat dapat membatalkan
Perda yang nyata-nyata bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota


Peraturan Daerah (Perda Kabupaten/Kota) adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama
Bupati/Walikota. Perda dibentuk sesuai dengan kebutuhan daerah yang
bersangkutan,sehingga peraturan daerah dapat berbeda-beda antara satu daerah dengan
daerah lain.

Perubahan tata perundang-undangan Indonesia dirangkum dalam table berikut ini :

7
Tap MPRS NO. Tap MPR No. Undang-Undang Undang-Undang
XX/MPRS/1996 III/MPR/2000 Nomor 10 Tahun 2004 Nomor 12 Tahun 2011

1) UUD 1945; 1) UUD 1945; 1) UUD 1945; 1) UUD 1945


2) Tap MPR; 2) UU/Perppu; 2) Ketetapan MPR
2) Ketetapan MPR;
3) UU; 3) Peraturan 3) UU/Perppu
3) UU; 4) Peraturan 4) Peraturan
Pemerintah;
4) Peraturan pemerintah 4) Peraturan Presiden Pemerintah (PP)
5) Peraturan Daerah. 5) Peraturan Presiden
Pemerintah; pengganti UU;
5) PP; (Perpres)
5) Keputusan
6) Keppres; 6) Peraturan Daerah
Presiden; 7) Peraturan Daerah;
Provinsi
6) Peraturan 7) Peraturan Daerah
Pelaksana yang Kabupaten/Kota
terdiri dari :
Peraturan Menteri
dan Instruksi
Menteri.

2. Mekanisme Nilai-nilai Dasar, Instrumen dan Praksis atau Operasional


Mekanisme adalah pandangan bahwa interaksi bagian-bagian dengan bagian-bagian
lainnya dalam suatu keseluruhan atau sistem secara tanpa disengaja menghasilkan kegiatan
atau fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan. Untuk mengetahui mekanisme nilai-nilai dasar,
instrumental, dan praksis/operasional, terlebih dahulu diharapkan dapat memahami
pengertian dari ketiga nilai tersebut. Pengertian dari nilai dasar, nilai instrumental dan nilai
praksis/operasional adalah sebagai berikut:

 Nilai Dasar
Nilai dasar adalah nilai-nilai dasar yang mempunyai sifat tetap (tidak berubah), nilai-
nilai ini terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial) kemudian dijabarkan menjadi
nilai-nilai instrumental dan nilai praksis yang lebih bersifat fleksibel dalam bentuk aturan
atau norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

 Nilai Instrumental
8
Nilai instrumental adalah penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar atau nilai ideal
secara lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan Perundang
undangan lainnya, dan dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Negara
menurut UU No. 10 Tahun 2004. Nilai instrumental ini dapat berubah atau diubah.

 Nilai Praksis
Nilai Praksis adalah nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata
sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praksis
juga dapat berubah/diubah atau bisa juga dikatakkan nilai praksis merupakan penerapan
dari nilai instrumental dan nilai ideal pada kehidupan sehari hari.

Dan berikut ini merupakan nilai ideal, instrumental dan praksis dari pancasila yang
terdiri dari sila ke 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga), 4 (empat), dan 5 (lima).

Sila ke 1 : Ketuhanan Yang Maha Esa


Nilai Dasar :
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis.
Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk
agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku
diskriminatif antar umat beragama.

Nilai Instrumental :
Berikut beberapa nilai instrumental dari sila ke 1 :
 Pasal 28E
Ayat (1) : Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
Ayat (2) : Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
 Pasal 29

9
Ayat (1) : Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ayat (2) : Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.

Nilai Praksis :
Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 1
1. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
2. Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
3. Tidak melakukan penistaan dari suatu agama seperti melakukan pembakaran rumah
rumah ibadah.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

Sila ke 2 : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Nilai Dasar :
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.

Nilai Instrumental :
Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 2 :
Pasal 14
1. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung.
2. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.

10
 Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
 Pasal 28B
1. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
 Pasal 28G
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat menusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain.

 Pasal 28I
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut,
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
2. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
3. Identitas budaya dan hak masyarakat dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.
4. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
5. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokaratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
11
 Pasal 28J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nilai Praksis :
Perilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 2
1. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membedakan.
2. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti acara acara bakti sosial,


memberikan bantuan kepada panti panti asuhan sebagai bentuk kemanusiaan peduli
akan sesama.

Sila ke 3 : Persatuan Indonesia

Nilai Dasar :
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia..

Nilai Instrumental :
Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 3 :
 Pasal 25A
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang.
 Pasal 35
12
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
 Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
 Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
 Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.

Nilai Praksis :
Perilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 3 :
1. Mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa.
3. Memajukan pergaulan demi peraturan bangsa.
4. Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia.
5. Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Sila ke 4 : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan

Nilai Dasar :

Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan.

Nilai Instrumental :
Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 4
 Pasal 2
1. Majelis Permusyawaratan rakyat terdiri atas anggauta-anggauta Dewan Perwakilan
rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari Daerah-daerah dan golongan-golongan,
menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang.

13
2. Madjelis Permusjawaratan rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di
ibu-kota Negara.
3. Segala putusan Majelis Permusyawaratan rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak
 Pasal 3
Majelis Permusjawaratan rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis
besar daripada haluan Negara.
 Pasal 6 ayat 2
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan rakyat dengan
suara yang terbanyak
 Pasal 19
1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
2. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.
3. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

Nilai Praksis :
Perilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 4 :
1. Menghindari aksi “Walk Out” dalam suatu musyawarah.
2. Menghargai hasil musyawarah.
3. Memberikan kepercayaan kepada wakil wakil rakyat yang telah terpilih dan yang
menjadi wakil rakyat juga harus mampu membawa aspirasi rakyat.
4. Tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
5. Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

Sila ke 5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai Ideal :
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai
dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur
secara lahiriah atauun batiniah.
Nilai Instrumental :
ilai instrumental dari sila ke 5 :
14
 Pasal 27
1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
3. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
 Pasal 33
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
 Pasal 34
1. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.

Nilai Praksis :
Perilaku/pengamalan yang mencerminkan sila ke 5 :
1. Suka melakukan perbuatan dalam rangka mewujudkan kemajuan dan keadilan sosial.

15
2. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekluargaan dan kegotongroyongan.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Tidak bersifat boros, dan suka bekerja keras
7. Tidak bergaya hidup mewah.

B. LEMBAGA NEGARA PASCA AMANDEMEN


1. Posisi Lembaga Negara Pasca Amandemen
Dengan adanya perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap UUD 1945, maka
secara langsung akan menimbulkan perubahan-perubahan yang mendasar didalamnya.
Perubahan ini juga mempengaruhi struktur dan mekanisme struktural organ-organ Negara
Republik Indonesia. UUD 1945 hasil amandemen ini juga mengadopsi pokok-pokok
pemikiran baru yang berbeda dengan UUD 1945 yang lama. Empat diantaranya adalah
sebagai berikut :
 Penegasan dianutnya cita demokrasi dan monokrasi secara sekaligus dan saling
melengkapi secara komplementer
 Pemisahan kekuasaan dan prinsip “check and balances”
 Pemurnian sistem pemerintahan presidensial
 Penguatan cita persatuan dan keragaman dalam wadah Negara kesatuan Republik
Indonesia
Dengan dilakukannya amandemen terhadap UUD 1945 ini, maka rakyat merupakan
pemegang kekuasaan Negara tertinggi dan kedaulatan rakyat ini ditentukan dibagikan
secara horizontal dengan cara memisahkannya (separation of power) menjadi kekuasaan-
kekuasaan yang dinisbatkan sebagai fungsi lembaga-lembaga Negara yang sederajat dan
saling mengendalikan satu sama lain berdasarkan prinsip “check and balances”
Oleh karena itu, susunan lembaga-lembaga Negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia telah dilakukan penyempurnaan sesuai dengan aspirasi rakyat, sehingga
mengalami beberapa perubahan. Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang dilakukan MPR pada awal reformasi telah membawa perubahan yang mendasar
terhadap lembaga-lembaga Negara. Ada lembaga Negara yang semula terdapat dalam UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945 menjadi dihapuskan, adapula perubahan kedudukan
dan kewenangan lembaga Negara, dan ada pula pembentukan lembaga Negara baru.
16
Untuk lebih jelasnya, berikut ini gambaran mengenai posisi lembaga-lembaga Negara
sebelum dan setelah perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 :

Posisi Lembaga Negara Sebelum Amandemen

UUD 1945

MPR

DPR DPA MA
BPK
PRESIDEN
Kekuasaan Kekuasaan Kekuasaan
Legislatif Eksaminatif WAKIL KEKUASAAN
Konsultatif
= Inspektif PRESIDEN KEHAKIMAN
(Kekuasaan
KEKUASAAN
Posisi Lembaga Negara Setelah Amandemen Yudikatif)
PEM.NEGARA
(Kekuasaan
Eksekutif)
UUD 1945

DPD
DPR MPR Presiden BPK MA MK KY

Perubahan yang sangat jelas terlihat pada kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), karena sebelum UUD 1945 diamandemen, kedudukan MPR berada lebih tinggi
daripada lembaga-lembaga Negara yang lainnya. Namun setelah UUD 1945 mengalami
amandemen, kedudukan MPR disejajarkan dengan lembaga-lembaga Negara yang lainnya
seperti DPR, MA, BPK, dan Presiden.
Lembaga Negara yang dihapuskan dari UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
dan sistem tatanegaraan Indonesia adalah DPA. Penghapusan atau pembubaran DPA ini

17
dikarenakan tidak efisiennya lembaga negara ini. DPA tidak memiliki kewenangan hukum
atau politik, dan hanya dapat memberikan saran kepada lembaga Negara lainnya. Oleh
karena itu, MPR menyepakati untuk menghapus lembaga DPA dan menggatikannya dengan
lembaga pertimbangan presiden yang merupakan bawahan dari presiden sebagaimana
tercantum dalam pasal 16 dan bab IV Dewan Pertimbangan Agung sebagai hasil perubahan
ke empat UUD 1945 yang disahkan 10 Agustus 2002.

Dan adapun lembaga Negara baru yang dibentuk sebagai hasil perubahan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah
Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY).

Lembaga-lembaga Negara Pasca Amandemen :

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat


Dengan perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengadopsi
system saling control dan mengimbangi (checks and balances) antar cabang kekuasaan
Negara, kini tidak ada lagi lembaga tertinggi Negara dan tinggi Negara. Semua
lembaga Negara mempunyai kedudukan sederajad dan sama, yang membedakan adalah
fungsi dan tugasnya. Dengan demikian kedudukan MPR pun tidak lagi sebagai lembaga
tertinggi Negara, tetapi sejajar dan setara dengan lembaga-lembaga Negara lainnya.
Seiring perubahan konstitusi yang mengatur bahwa pemilihan presiden dan wakil
presiden dilakukan secara lansung oleh rakyat melalui Pemilu, maka MPR tidak lagi
mempunyai wewenang memilih presiden dan wakil presiden dalam keadaan normal.
Untuk pertama kalinya amanat konstitusi tersebut dilaksanakan pada pemilu presiden
dan wakil presiden secara langsung pada 2004 lalu.

2) Dewan Perwakilan Rakyat


Salah satu agenda dalam perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
adalah memberdayakan lembaga legislative yang secara teoritis memang mempunyai
fungsi legislasi (membentuk undang-undang). Terkait hal ini, MPR pada perubahan
pertama UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah berhasil mengembalikan
fitrah DPR sebagai lembaga pembentuk undang-undang melalui pengesahan pasal 20
ayat (1). Disisi lain perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga

18
memberikan presiden wewenang untuk mengajukan usul rancangan undang-undang
[Pasal 5 ayat (1)].
Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. Dan keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan
presiden. Anggota DPR berdomisili di Ibu Kota Negara dan mempunyai masa jabatan
selama 5 tahun.

3) Dewan Perwakilan Daerah


Pada UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan, tidak
dikenal lembaga DPD. Dalam susunan keanggotaan MPR sesuai UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan, terdapat unsur Utusan Daerah
yang sedikit banyak mempunyai kemiripan dengan anggota DPD hasil perubahan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni sama-sama mewakili daerah.
Keberadaan DPD memang sangat terkait dengan daerah dan dipandang sebagai
lembaga perwakilan yang saling melengkapi dengan DPR. Anggota DPD dipilih dari
setiap provinsi melalui pemilu dan jumlahnya dari setiap provinsi sama dan jumlah
seluruh anggota DPD tidak boleh lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR.

4) Presiden

Perubahan UUD NRI tahun 1945 juga mengubah ketentuan mengenai presiden
yang mayoritas yang berada dalam Bab kekuasaan pemerintahan negara. Perubahan ini
di pandang sebagai konsekuensi logis dari kehendak MPR untuk menbangun sistem
saling kontrol dan mengimbangi (checks and balances system) antar cabang kekuasaan
negara yang hanya dapat berjalan efektif apabila antar cabang kekuasaan negara
mempunyai kedudukan sejajar dan dengan kewenangan yang dapat saling diimbangi
dan di kontrol.

Beberapa perubahan konstitusi penting yang terkait dengan presiden antara lain
sebagai berikut :

1. Pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat [pasal 6A ayat (1)].


2. Masa jabatan presiden dibatasi hanya dibatasi untuk dua periode saja
(pasal 7).

19
3. Kewenangan presiden terkait dengan pembentukkan undang-undang
hanya dalam bentuk mempunyai hak mengajukan rancangan undang-undang
kepada DPR [pasal 5 ayat 1 (1)] dan pembahasan bersama rancangan undang-
undang dengan DPR [pasal 20 ayat (2)].
4. Perhentian presiden (pemakzulan/impeachment) dalam masa jabatannya
hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan hukum (pasal 7 A).
5. Keterlibatan lembaga negara lain dalam melaksanakan wewenang
presiden, yakni mmeperhatikan pertimbangan DPR dalam pengangkatan duta
besar dan penerimaan duta besar dengan negara lain (pasal 13); memperhatikan
pertimbangan MA dalam memberikan grasi dan rehabilitasi [pasal 14 ayat (1)];
dan memperhatikan pertimbangan DPR dalam pemberian amnesti dan abolisi
[pasal 14 ayat (2)].
6. Pembentukan suatu dewan pertimbangan sebagai pengganti keberadaan
DPA (pasal 16).

Salah satu hasil monumental dan fundamental dalam reformasi konstitusi terkait
dengan presiden adalah pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat dalam
pemilihan umum (pemilu) yang mengubah pemilihan presiden sebelumnya yang
dilakukan oleh MPR.

5) Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga Negara yang memegang kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hokum dan keadilan.
Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dari semua Lingkungan
Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan
pengaruh-pengaruh lain. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukumdan keadilan (Pasal 24 ayat (1)
UUD 1994)
Ketika masuk era reformasi, ketentuan mengenai MA diperkuat dalam perubahan
konstitusi. Melalui perubahan ketiga UUD NRI tahun 1945 yang disahkan pada 19
november 2001, ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman didalam UUD NRI tahun
1945 sebelum perubahan yang hanya terdiri dari 2 pasal, nerkembang menjadi 5 pasal,

20
yakni pasal 24, pasal 24A, pasal 24B, pasal 24C, dan pasal 25. Hanya satu pasal yakni,
pasal 25 yang tidak berubah, adapun empat pasal lainnya merupakan pasal baru.

6) Mahkamah Konstitusi
Pembentukan MK dalam UUD NRI tahun 1945 segera di tindak lanjuti dengan
pembahasan RUU tentang MK oleh DPR bersama pemerintah. Setelah melalui
pembahsan yang panjang, UU tentang MK di sahkan oleh DPR pada 13 Agustus 2003.
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga Negara baru, lembaga ini merupakan
salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sesuai dengan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 24 C. Selanjutnya Mahkamah Konstitusi diatur dengan
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

7) Badan Pemeriksa Keuangan


Pada awal era reformasi, MPR memperkuat kedudukan BPK sebagai lembaga
pemeriksa eksternal dibidang keuangan Negara dengan menerbitkan Ketetapan MPR
No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan BPK sebagai satu-
satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara peranannya perlu lebih
dimantapkan sebagaai lembaga yang independen dan profesional.
Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan
diresmikan oleh Presiden.

8) Komisi Yudisial
Perkembangan monumental terjadi ketika MPR membentuk lembaga negara
Komisi Yudisial (KY) sebagai salah satu materi perubahan ketiga UUD NRI tahun 1945
yang disahkan dalam forum ST MPT 2001.
Maksud dasar yang menjadi semangat pembentukan KY disandarkan pada
keprihatian mendalam mengenai kondisi wajah yang muram dan keadilan di indonesia
yang tak kunjung tegak. Sebagai tindak lanjut amanat konstitusi tersebut, DPR dan
pemerintah membahas RUU tentang KY dan akhirnya dibentuk UU no 22 tahun 2004
tentang KY yang disahkan pada 13 Agustus 2004.
Komisi Yudisial meupakan lembaga Negara yang bersifat mandiri dan dalam
pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya.

2. Fungsi dan Peran Lembaga-lembaga Negara

21
Secara umum, fungsi dan peran lembaga Negara adalah untuk membantu menjalankan
roda pemerintahan Negara dan menjadi badan penghubung antara Negara dengan
rakyatnya.
Fungsi dan Peran Lembaga-lembaga Negara seiring dengan perkembangan perundang-
undangan juga mengalami beberapa perubahan fungsi dan peran. Perubahan fungsi dan
peran ini dikarenakan adanya amandemen UUD 1945 yang telah terjadi sebanyak 4 kali,
perubahan ini mengakibatkan lembaga Negara memiliki fungsi dan peran yang setara satu
sama lain dan tidak dapat saling menjatuhkan. Fungsi dan peran lembaga Negara juga
diatur dalam UUD 1945, sehingga jika suatu lembaga Negara tidak menjalankan tugasnya
dengan baik dan tidak sesuai pasal, maka akan dikenakan sanksi.

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat


Wewenang MPR berdasarkan Pasal 3 UUD Tahun 1945 adalah:
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu
3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut Undang-Undang Dasar sesuai usulan DPR
4. Melantik wakil Presiden menjadi Presiden, jika Presiden berhenti atau
diberhentikan
5. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya
6. Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua pasangan calon Presiden dan calon
Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa
jabatannya

Hak :
 Mengajukan usul pengubahan pasal UUD 1945
 Menentukan sikap dan pilihan dalam mengambil keputusan
 Memilih dan dipilih
 Membela diri
 Imunitas
 Protokoler
 Keuangan dan administratif

Kewajiban :
22
 Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
 Melaksanakan UUD 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan
 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga
keutuhan NKRI
 Mendahulukan kepentingan Negara
 Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah

2) Dewan Perwakilan Rakyat


Posisi dan kewenangannya diperkuat sebagai berikut :
1. Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan
presiden, sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara
pemerintah berhak mengajukan RUU.
2. Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan
Pemerintah.
3. Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran,
dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.

DPR mempunyai 3 fungsi yaitu :


 Fungsi legislasi
Menetapkan undang-undang dengaan persetujuan presiden
 Fungsi anggaran
Menyusun dan menetapkan APBN melalui undang-undang
 Fungsi pengawasan
Mengawasi pelaksanaan pemerintahan oleh presiden

Agar DPR dapat menjalankan fungsi dengan baik, maka DPR diberihak-hak tertentu
sebagai berikut :
 Hak Interpelasi
Hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah dalam menjalankan
pemerintahan
 Hak Angket
Hak DPR untuk melakukan penyelidikan mengenai kebijakan pemerintah yang
diduga bertentangan dengan hokum
 Hak Imunitas
Kekebalan Hukum dimana setiap anggota DPR tidak dapat dituntut karena
pernyataannya selama sidang baik lisan maupun tertulis, sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik
 Hak Mengeluarkan Pendapat
Hak DPR untuk menyampaikan pendapat atau usul mengenai kebijakan
pemerintah

23
Diantara tugas dan wewenang DPR adalah :
 Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan
bersama.
 Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti UU.
 Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan
bidang tertentu dan menginstruksikannya dalam pembahasan.
 Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah.
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuanagan negara yang disampaikan oleh BPK.
 Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.

3) Dewan Perwakilan Daerah


Menurut pasal 22 D UUD 1945, DPD memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.
1. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam atau sumber ekonomi
lainnya, juga yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat daerah.
2. Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan mengenai hal-hal di atas tadi, serta
menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR untuk ditindaklanjuti. DPD ini
bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

Fungsi DPD :
 Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan
berkaitan dengan bidang legislasi tertentu
 Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu

4) Presiden
Masa jabatan Presiden (juga Wakil Presiden) adalah lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa jabatan saja (pasal 7
UUD 1945 hasil amendemen). Kedudukan presiden meliputi dua macam, yakni:
 Presiden sebagai Kepala Negara

24
Sebagai kepala negara, Presiden mempunyai wewenang, kewajiban dan hak sebagai
berikut :
1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara (pasal 10 UUD 1945).
2. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR (pasal 11 UUD 1945).
3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12 UUD 1945).
4. Mengangkat duta dan konsul.
5. Memberi grasi, amnesti, dan rehabilitasi.
6. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.

 Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.


1. Sebagai kepala pemerintahan Presiden mempunyai
wewenang dan kekuasaan sebagai berikut.
2. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
3. Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang)
kepada DPR.
4. Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk
menjalankan undang-undang.
5. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.

5) Mahkamah Agung
MA memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.
1. Mengadili pada tingkat kasasi, ialah pengajuan pekara kepada Mahkamah Agung.
Keputusan pada tingkat kasasi merupakan keputusan tertinggi dlam proses
peradilan
2. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan terhadap
Undang-undang. Hal ini sering disebut dengan hak uji material atas peraturan
dibawah undang-undang terhadap undang-undang. Mahkamah Agung berhak
menemtukan bertentangan atau tidaknya isi suatu peraturan dibawah undang-
undang, seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah,
bahkan peraturan sekolah dengan undang-undang.
3. Memilih 3 (tiga) orang hakim Mahkamah Konstitusi
4. Memberikan pertimbangan kepada presiden mengenai grasi dan rehabilitasi

7) Mahkamah Konstitusi
Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the
constitution). MK memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk :
25
a. Menguji undang-undang terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
c. Memutus pembubaran partai politik
d. Memutus perselisihan hasil pemilihan umum
2. Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai pelanggaran hukum
Presiden atau wakil Presiden menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

8) Badan Pemeriksa Keuangan


Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksan
Keuangan yang bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan
keuangan negara. Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD
sesuai dengan kewenangannya.

9) Komisi Yudisial
Tugas :
 Mencalonkan Hakim Agung
 Melakukan pengawasan moralitas dan kode etik para Hakim
Wewenang :
 Mengusulkan pengangkatan hakim agung
 Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan makalah yang telah kami susun, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia telah mengalami beberapa kali


perubahan, dan Tata Urutan Perundang-undangan yang terbaru dan masih digunakaan
sampai saatini, diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Berikut ini
adalah tata urutannya:

1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


26
2) Ketetapan MPR
3) UU/Perppu
4) Peraturan Pemerintah (PP)
5) Peraturan Presiden (Perpres)
6) Peraturan Daerah Provinsi
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
2. Nilai-nilai dasar pancasila tercerminkan melalui nilai-nilai instrumen yang dapat
dilihat pada UUD 1945, nilai-nilai dasar dari pancasila mulai dari sila pertama sampai
dengan sila kelima dijabarkan dan ditafsirkan didalam pasal-pasal yang terdapat di
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dari pasal-pasal tersebut dapat
dijabarkan lebih lanjut melalui nilai-nilai praksis/operasional.
3. Perubahan UUD 1945 yang bersifat
mendasar tentu mengakibatkan perubahan pada posisi kelembagaan Negara. Dan
berikut ini Posisi Lembaga Negara Pasca Amandemen :

UUD 1945

DPD
4. Fungsi dan peran lembaga Negara adalah untuk membantu menjalankan roda
DPR MPR Presiden BPK MA MK KY
pemerintahan Negara dan menjadi badan penghubung antara Negara dengan
rakyatnya. Seiring dengan perkembangan perundang-undangan, fungsi dan peran
lembaga negara juga mengalami beberapa perubahan, perubahan ini mengakibatkan
lembaga Negara memiliki fungsi dan peran yang setara satu sama lain dan tidak dapat
saling menjatuhkan. Dan setiap lembaga Negara memiliki fungsi dan peran yang
berbeda-beda dan sudah diatur didalam UUD 1945, sehingga jika suatu lembaga
Negara tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak sesuai pasal, maka akan
dikenakan sanksi.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

27
Akbar, Patrialis, 2013, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun1945, Sinar Grafika,
Jakarta.
C.S.T, Kansil, 2005, Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Balitbang, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai