Anda di halaman 1dari 123

BAB I

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Tujuan Umum
Bab ini merupakan bab pertama yang menjelaskan tentang komunikasi pembangunan.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan Komunikasi
pembangunan.

Tujuan Khusus
Secara umum tujuan modul ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai
Komunikasi pembangunan. Tujuan khusus bab ini adalah setelah mempelajari diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan mengenai:

1. Pengertian Komunikasi pembangunan


2. Tujuan Komunikasi Pembangunan
3. Prinsip-prinsip Komunikasi Pembangunan

Pengertian Komunikasi pembangunan


Mengaitkan pembahasan komunikasi dengan pembangunan sudah tentu kajiannya
tidak lepas dari usaha penyebaran pesan – pesan (ide, gagasan dan inovasi) kepada sejumlah
besar orang. Bagaimana suatu ide, gagasan, atau inovasi pembangunan diperkenalkan,
dijelaskan hingga menimbulkan efek tertentu sebagai sesuatu yang bermanfaat. Yang jelas,
komunikasi dan pembangunan mempunyai keterkaitan memperbincangkan hal yang sama
yaitu tentang dimensi perubahan pada individu dan masyarakat.
Menurut Peterson, komunikasi pembangunan adalah usaha yang terorganisir untuk
menggunakan proses komunikasi dan media dalam meningkatkan taraf sosial dan ekonomi
yang secara umum berlangsung dalam negara yang sedang berkembang (Dilla, 2007).
Komunikasi pembangunan ada pada segala macam tingkatan, dari seorang petani sampai
pejabat pemerintah dan negara, termasuk juga di dalamnya dapat berbentuk pembicaraan
kelompok, musyawarah pada lembaga resmi siaran dan lain – lain. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang diterima oleh
masyarakat melalui proses komunikasi.

1
Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktik komunikasi dalam
konteks negara-negara sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan
sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar
meningkatkan pembangunan manusiawi. Komunikasi pembangunan yang diutamakan adalah
kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat, bukannya memberikan laporan yang tidak
realistik dari fakta-fakta atau sekedar penonjolan diri. Tujuan komunikasi adalah untuk
menanamkan gagasan-gagasan, sikap mental, dan mengajarkan keterampilan yang
dibutuhkan oleh suatu negara berkembang. Secara pragmatis dapat dirumuskan bahwa
komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana
pembangunan suatu negara (Harun dan Ardianto, 2011).
Berdasarkan pandangan dan kenyataan yang berkembang, menurut beberapa ahli
secara umum konsep komunikasi pembangunan dapat dirangkum menjadi dua perspektif
pengertian, yakni pengertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti sempit (Dilla,
2007:116). Dalam pengertian yang luas, komunikasi pembangunan dapat digolongkan
berbagai pendekatan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu yang mengupas masalah relasi
dan interelasi komunikasi dengan pembangunan. Singkatnya, komunikasi pembangunan
dalam arti yang luas meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai aktivitas pertukaran pesan
secara timbal balik di antara masyarakat dan pemerintah, mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi
pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan
pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat
yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam
pembangunan.

Pada konteks ini, komunikasi pembangunan dilihat sebagai rangkaian usaha


mengkomunikasikan pembangunan kepada masyarakat, agar mereka ikut serta dalam
memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa.
Usaha tersebut mencakup studi, analisis, promosi dan evaluasi teknologi komunikasi untuk
seluruh sektor pembangunan.

Tujuan Komunikasi Pembangunan


Tujuan komunikasi pembangunan ialah untuk memajukan pembangunan.
Pembangunan diperlukan agar rakyat yang mempunyai kadar huruf serta pendapatan dan
2
sosial-ekonomi yang rendah lebih dapat terangkat taraf hidupnya. Untuk itu mereka harus
diberitahu mengenai ide dan kemahiran yang belum mereka kenal dalam jangka waktu yang
singkat. Seperti halnya yang dinyatakan oleh Nora C. Quebral (Harun dan Ardianto, 2011).

Tujuan komunikasi pembangunan adalah mencapai pembangunan yang berkelanjutan.


Pembangunan menginginkan bahwa sekelompok massa orang- orang dengan tingkat literasi
(melek huruf) dan penghasilan rendah, dan atribut-atribut sosio-ekonomi bahwa mereka harus
berubah, pertama-tama semua menjadi terbuka tentang informasi dan dimotivasi untuk
menerima dan menggunakan secara besar-besaran ide-ide dan keterampilan- keterampilan
yang tidak familiar dalam waktu yang singkat dibanding proses yang diambil dalam keadaan
normal.

Rogers dan Andhikarya menyarankan perlunya dirumuskan suatu pendekatan baru


dalam proses komunikasi antarmanusia yaitu suatu pendekatan konvergensi yang didasarkan
pada model komunikasi yang sirkuler, menggantikan model linear yang umumnya dianut
selama ini. Selain itu, diketengahkan pula perlunya ditingkatkan partisipasi semua pihak yang
ikut serta dalam proses komunikasi, demi tercapainya suatu fokus bersama dalam
memandang permasalahan yang dihadapi. Dengan kata lain, pendekatan ini bertolak dari
dialog antarsemua pihak, dan bukan seperti selama ini hanya atau lebih banyak ditentukan
oleh salah satu pihak saja.

Prinsip-prinsip Komunikasi Pembangunan


Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya serta dapat
menghindarkan kemungkinan-kemungkinan efek yang tidak diinginkan, tentunya harus
mempertimbangkan hal-hal yang disorot tadi. Kesenjangan efek yang ditimbulkan oleh
kekeliruan cara-cara komunikasi selama ini, menurut Rogers dan Adhikarya dapat diperkecil
bila strategi komunikasi pembangunan dirumuskan sedemikian rupa mencakup prinsip-
prinsip sebagai berikut (Harun dan Ardianto, 2011).

1. Penggunaan pesan yang dirancang khusus (tailored messages) untuk khalayak


yang spesifik. Misalnya bila hendak menjangkau khalayak miskin, pada perumusan
pesan, tingkat bahasa, gaya penyajian dan sebagainya disusun sedemikian rupa
agar dapat dimengerti dan serasi dengan kondisi mereka.
3
2. Pendekatan ceiling effect yaitu dengan mengkomunikasikan pesan – pesan yang
bagi golongan yang tidak setuju, katakanlah golongan atas, merupakan redundansi
(tidak lagi begitu berguna karena sudah dilampaui mereka) atau kecil manfaatnya,
namun tetap berfaedah bagi golongan khalayak yang hendak dijangkau. Dengan
cara ini, dimaksudkan agar golongan khalayak yang benar – benar berkepentingan
tersebut mempunyai kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya, dan dengan
demikian diharapkan dapat mempersempit jarak efek komunikasi.
3. Penggunaan pendekatan narrow casting atau melokalisasi pesan bagi kepentingan
khalayak. Lokalisasi di sini berarti disesuaikannya penyampaian informasi yang
dimaksud dengan situasi kesempatan di mana khalayak yang berada.
4. Pemanfaatan saluran tradisional yaitu berbagai bentuk pertunjukan rakyat yang
sejak lama memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan
masyarakat setempat.
5. Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang
berkekurangan (disadvantage), dan meminta bantuan mereka untuk menolong
mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan.
6. Mengaktifkan keikutsertaan agen-agen perubahan yang berasal dari kalangan
masyarakat sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi di
kalangan rekan sejawat mereka sendiri.
7. Diciptakan dan dibina cara-cara atau mekanisme bagi keikutsertaan khalayak
sebagai pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri, dalam proses pembangunan yaitu
sejak tahap perencanaan sampai evaluasinya.

Ringkasan
Menurut Peterson, komunikasi pembangunan adalah usaha yang terorganisir untuk
menggunakan proses komunikasi dan media dalam meningkatkan taraf sosial dan ekonomi
yang secara umum berlangsung dalam negara yang sedang berkembang (Dilla, 2007).
Komunikasi pembangunan ada pada segala macam tingkatan, dari seorang petani sampai
pejabat pemerintah dan negara, termasuk juga di dalamnya dapat berbentuk pembicaraan
kelompok, musyawarah pada lembaga resmi siaran dan lain – lain.

4
Tujuan komunikasi pembangunan adalah mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Pembangunan menginginkan bahwa sekelompok massa orang- orang dengan tingkat literasi
(melek huruf) dan penghasilan rendah, dan atribut-atribut sosio-ekonomi bahwa mereka harus
berubah, pertama-tama semua menjadi terbuka tentang informasi dan dimotivasi untuk
menerima dan menggunakan secara besar-besaran ide-ide dan keterampilan- keterampilan
yang tidak familiar dalam waktu yang singkat dibanding proses yang diambil dalam keadaan
normal.
Prinsip-prinsip komunikasi pembangunan menurut Rogers & Adhikarya:
1. Penggunaan pesan yang dirancang khusus (tailored messages) untuk khalayak
yang spesifik.
2. Pendekatan ceiling effect
3. Penggunaan pendekatan narrow casting atau melokalisasi pesan bagi kepentingan
khalayak.
4. Pemanfaatan saluran tradisional.
5. Pengenalan para pemimpin opini di kalangan lapisan masyarakat yang
berkekurangan.
6. Mengaktifkan keikutsertaan agen-agen perubahan.
7. Diciptakan dan dibina cara-cara atau mekanisme bagi keikutsertaan khalayak.

Soal-soal Latihan
1. Apakah Pengertian Komunikasi pembangunan?
2. Apakah yang menjadi tujuan Komunikasi Pembangunan?
3. Apa saja Prinsip-prinsip Komunikasi Pembangunan?

Rujukan Pengayaan
Harun, Rochajat, Elvinaro Erdianto. 2011. Komunikasi Pembangunan & Perubahan Sosial.
Rajawali Pers, Jakarta.
Dilla, Sumadi. 2007. Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Kartasasmita, G. 1995. Pembangunan Untuk Rakyat : memedukan pertumbuhan dan
pemerataan. Jakarta: CIDES.

5
BAB II

KOMUNIKASI PENYULUHAN

Tujuan Umum
Bab ini merupakan bab kedua yang menjelaskan tentang komunikasi penyuluhan.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan Komunikasi
Penyuluhan.

Tujuan Khusus
Secara umum tujuan modul ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai
Komunikasi Penyuluhan. Tujuan khusus bab ini adalah setelah mempelajari diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan mengenai:
1. Pengertian Komunikasi dan Penyuluhan
2. Pengertian dan Ruang Lingkup Penyuluhan
3. Fungsi, Tujuan, dan Falsafah Penyuluhan
4. Perbedaan Antara Penyuluhan, Penerangan dan Propaganda

Pengertian Komunikasi dan Penyuluhan


Manusia tidak dapat hidup kalau tidak berkomunikasi dengan manusia lain, yaitu
terutama lingkungan sekitarnya, dimana ia selalu berinteraksi dengan orang lain, misalnya
komunitas kampus, kantor, pasar, bandara, stasiun, terminal dan di masyarakat. Komunikasi
sudah menjadi kebutuhan manusia. Komunikasi tidak mungkin dipisahkan dari keseharian
dan setiap aktivitas manusia. Meskipun posisi komunikasi sangat esensial, tetapi para ahli
dalam memaksimalkan komunikasi masih sangat beragam. Secara sederhana komunikasi
dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dengan orang yang menerima
pesan. Kesamaan disini bisa dimaknai dengan kesamaan terhadap makna yang di terima.
Senada dengan hal ini bahwa komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin “
com-munis”. Yang artinya sama. Apabila kita berkomunikasi (to communication), ini berasal
dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan (Sowandi, 1986: 13).

Secara umum, pengertian komunikasi adalah suatu pernyataan antara manusia, baik
secara perseorangan maupun berkelompok yang bersifat umum dengan menggunakan

6
lambang-lambang tertentu yang berarti.menurut shcramm (1977) dikutip oleh mardikonto
(1993), proses komunikasi di artikan sebagai ”proses penggunaan pesan oleh dua orang atau
lebih, dimana semua. Pihak saling berganti pesan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan,
sampai ada saling memahami atas pesan yang di sampaikan oleh semua pihak”.

Komunikasi menurut Effendy (2005), secara umum pengetian komunikasi dapat


dilihat dari tiga segi, yaitu pengertian secara etimologis, terminologis, dan paradigmatis.
Etimologis, yaitu menurut asal kata dari bahasa latin ”communication” yang arti sama
makna, jadi komunikasi akan berlangsung dari dua orang atau lebih bila ada kesamaan makna
terbentuk. Terminologis berarti suatu proses penyampian suatu pernyataan oleh seseorang
kepada orang lain dan karna melibatkan orang dalam prosesnya, maka sering di sebut
komunikasi manusia (human communication). Paradigmatis, komunikasi yang mengandung
tujuan tertentu, dapat di lakukan secara lisan dengan tatap muka atau melalui media. Melalui
media massa (seperti surat kabar, televisi, radio, film, spanduk dan poster) maupun non
media massa (melalui surat menyurat, telepon, fax, dll) karena komunikasi paradigmatis ini
bersifat intensional (mengadung tujuan) maka diperlukan perencanaan yang matang.
Kematangan tergantung pada pesan yang akan di sampaikan, seberapa penting dan sejauh
mana tujuan perubahan yang ingin di capai dari adanya pesan tersebut. Secara lebih luas,
pangertian komunikasi secara paradigmatis di artikan sebagai ”proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat atau
perilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media”. Intinya terjadi proses
pencapaian tujuan tertentu, yakni memberi tahu sampai mengubah sikap (attiude) pendapat
(opinion)atau perilaku (behavior).

Charles H. Cooley yang dikutip oleh Djoenaesih (1991) mengemukakan konsep


komunikasi, menurut defenisinya yakni “by communication is here meant the mevhanic
throught which human ralation eaist develop all the symbol of the mind, together with the
means of comerying them through space and preserving them in time“ artinya “Dengan
komunikasi dimaksudkan mekanisme yangmengadakan hubungan antara manusia
mengembangakn semua lambang dari pikiran bersama dengan arti yang menyertainya dan
melalui keleluasaan yang menyediakan tepat pada waktunya”

7
Sedangkan menurut Carl I. yang kemudian dikembangkan oleh Effendy (2005) bahwa
komunikasi adalah mengubah perilaku orang lain (communication is the proses to modify the
behavior of other individual). Apa yang dikemukakan oleh Carl I. Hovland dapat di mengerti,
bahwa seseorang dapat merubah perilaku orang lain.

Komunikasi juga dapat dilihat dari keterlibatan 2 orang yang sedang melakukan
aktivitas komunikasi. Dalam komunikasi tersebut keterlibatan yang cukup jelas adalah
keterlibatan dalam hal informasi. Keterlibatan ini dipahami oleh Siregar (1985) sebagai
keterlibatan seseorang terhadap informasi.

Definisi lain tentang komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Moor (1993) yaitu
komunikasi adalah penyampaian pengertian antara individu. Dikatakannya semua manusia
dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan, dan
pengalaman dari orang yang satu pada orang lainnya. Pada pokoknya komunikasi adalah
pusat minat dan situasi perilaku, di mana satu sumber menyampaikan pesan kepada seorang
penerima dengan berupaya mempengaruhi perilaku penerima tersebut.

Ada juga yang memahami komunikasi dari definisi penciptaan pesan bersama dari
sumber kepada penerima. Maksudnya antara penyampai pesan dan penerima pesan sama-
sama terlibat dalam penciptaan pesan. Ini dapat di artikan bahwa penerima tidak lah pasif,
akan tetapi ikut aktif dalam penciptaan pesan. Hal ini seperti yg dikemukakan oleh
Department Penerangan Republik Indonesia, yaitu proses komunikasi ialah proses
penyampaian pesan dari sumber kepenerima atau pencipataan bersama (Deppen RI, 1984).

Komunikasi juga dianggap sangat penting bagi suatu keberhasilan organisasi.


Argumen ini tentulah melihat bahwa setiap orang atau individu dalam suatu organisasi selalu
terlibat dalam pengalihan informasi. Dimana dalam sebuah organisasi banyak ditemukan
bagian-bagian, seperti yang sering dilihat dalam struktur organisasi. Karena itu maka Parton
(1992:3) mengatakan komunikasi terdiri dari pengaliahan informasi dan pengertian di antara
bagian-bagian dan orang dalam suatu organisasi serta barbagai cara dan media yang terlibat
dalam pertukaran. Oleh karena itu komunikasi efektif sangat penting bagi keberhasilan
organisasi.

8
Secara pragmatis komunikasi dapat diartikan sebagai proses dengan makna yang
hakiki. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberi tahu atau mengubah sikap-sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung
atau tidak langsung melalui media (Effendy, 2005).

Uraian lain yang di nilai cukup representatif dalam menjelaskan komunikasi seperti
yang dirumuskan oleh Colin Cherry (1957, dalam Mardikanto (1992:69) disebutkan:
“Komunikasi adalah suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi
dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama (pengertian bersama) yg lebih baik
mengenai masalah-masalah yg penting bagi semua pihak yg bersangkutan. Komunikasi
bukan jawabannya sendiri, tetapi pada hakekatnya merupakan kaitan hubungan yang timbul
oleh penerima rangsangan dan pembangkiatan balasan”. Berdasarkan beberapa uraian tentang
komunikasi tersebut diatas dapat dipastikan memiliki kesamaan dalam memberikan uraian
terhadap komunikasi itu. Mengedukasi dari beberapa uraian tadi, maka dapat digeneralisasi
secara tegas terhadap komunikasi. Komunikasi dapat di definisikan sebagai proses
penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau Lambang yang melibatkan dua orang atau
lebih yang terdiri atas pengiriman (komunikator) dan penerima (komunikasi) dengan maksud
untuk mencapai tujuan bersama mengenai masalah atau persoalan masing-masing pihak.

Mengacu pada pemahaman tentang komunikasi tersebut, akan dapat membantu dalam
memahami penyuluhan. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa batasan penyuluhan dan
komunikasi itu tidak jauh berbeda. Akan tetapi antara keduanya masih terdapat perbedaan.
Secara harfiah penyuluhan dan komunikasi ini tidak jauh berbeda. Akan tetapi antara
keduanya masih terdapat perbedaan. Secara harafiah penyuluham bersumber dari kata
“Suluh” yang berarti obor atau alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Kata menerangi
disini bermakna sebagai petunjuk bagi masyarakat dari tidak tahu menjadi mengerti, dari
mengerti menjadi lebih mengerti lagi. (Nasution, 1996). Kemudian Claar et (1984) yang
kemudian dikembangkan oleh Nasution (1996) membuat suatu rumusan bahwa penyuluhan
merupakan jenis khusus pendidikan problem solving yang berorientasi pada tindakan
pengajaran sesuatu, memodernisasikan, memotivasi, tetapi tidak melakukan pengaturan
(regulating) dan tidak melaksanakan program noneducative.

9
Pengertian dan Ruang Lingkup Penyuluhan
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses
perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik
sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan bagi masyarakat sendiri, menurut Carter V
(1995) adalah merupakan proses perkembangan pribadi, proses sosial, proses perkembangan
keterampilan sesuai profesi serta kegiatan bersama dalam memahami ilmu pengetahuan yang
tersusun dan dikembangkan dari masa ke masa oleh setiap generasi bangsa.

Pendidikan masyarakat juga mengandung pengertian usaha manusia untuk


meningkatkan kepribadian, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat diserap atau
dipraktikkan oleh masyarakat. Contohnya dapat dilihat dari penyuluhan pertanian dimana
penyuluhan ini berusaha mengubah perilaku petani dan keluarganya agar mereka mengetahui,
menyadari, mempunyai kemampuan dan kemauan, serta tanggung jawab untuk memecahkan
masalahnya sendiri dalam rangka kegiatan usaha tani dan kehidupannya (Kartasapoetra
1994). Petani di pedesaan perlu mendapatkan pendidikan yang berupa pendidikan non-formal
dengan cara yang sederhana dan mudah sehingga dapat dipahami dan dapat diterapkan sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat. Untuk hal tersebut, maka perlu ada pengetahuan yang
cukup yang berkaitan dengan teknik penyuluhan.

Fungsi, Tujuan, dan Falsafah Penyuluhan


Fungsi penyuluhan adalah menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa
dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang
menjadi kebutuhan para petani tersebut. Dengan demikian, penyuluhan dengan para
penyuluhnya merupakan penghubung yang bersifat dua arah (two way traffic) antara :
1. pengetahuan yang dibutuhkan petani dan pengalaman yang biasa dilakukan oleh
petani.
2. pengalaman baru yang terjadi pada pihak para ahli dan kondisi yang nyata dialami
petani.
Karena tujuan penyuluhan pertanian jangka panjang adalah terjadi peningkatan taraf
hidup masyarakat, maka hal ini hanya dapat dicapai apabila para petani dalam masyarakat
telah melakukan langkah-lngkah sebagai berikut.

10
1. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha taninya debgan cara-
cara yanglebih baik.
2. Better business, berusaha yang lebih baik menguntungkan, mau dan mampu
menjauihi parapengijon, lintah darat, dan melakukan teknik pemasaran yang benar.
3. Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak berfoya-foya dan
setelahberlangsungnya masa panenan, bisa menabung, bekerja sama memperbaiki
hygiene lingkungan, dan mampu mencari alternative lain dalam hal usaha, misal
mendirikan industri rumah tangga yang lalin dengan mengikutsertakan keluarganya
guna mengisi kekosongan waktu selama menunggu panenan berikutnya.

Pengertian falasafah ialah sebagai suatu pendangan hidup, sebagai landasan pemikiran
yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan
dalam praktik. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan
falsafah penyuluhan tersebut.
-Penyuluh harus bekerja sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk masyarakat.
-penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi justru harus mampu mendorong
kemandirian.
-penyuluh harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat.
-penyuluh harus mengacu pada peningkatan harkat dan martabat manusia sebagai individu,
kelompok, dan masyarakat umumnya.

Di Amerika Serikat, dikembangkan falsafah penyuluhan yang dikenal dengan istilah


3T, yaitu Teach(Pendidikan),Trust(Kepercayaan), dan Truth(Kebenaran/Keyakinan).
Artinya, bahwa dalam penyuluhan harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

1. Pendidikan untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan keterampilan.


2. membantu masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri, oleh karenanya
harus ada kepercayaan dari masyarakat sasaran.
3. belajar sambil melakukan sesuatu, sehingga ada keyakinan atas kebenaran terhadap
apa yang diajarkan.

Penyuluhan juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

11
1. Penyuluhan adalah proses pengembangan individu maupun kelompok untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkatkan harkat dan
martabatnya.
2. Penyuluhan adalah pekerjaan yang harus diselaraskan dengan budaya masyarakat
setempat.
3. Penyuluhan adalah proses dua arah dan harus merupakan pendidikan yang
berkelanjutan.
4. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati dan
saling mempercayai.
5. Penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk berfikir
kreatif, dinamis, dan inovatif.
6. Penyuluhan harus mengacu pada kenyataan-kenyataan dan selalu disesuaikan
dengan keadaan yang dihadapi.

Pada konteks penyuluhan, baik itu penyuluhan pertanian, maupun penyuluhan lainnya
tentulah penyuluhan yang disampaikan adalah pengetahuan yang berkaitan dengan
konteks pemasalahan yang dihadapi oleh khalayak masyarakat. Dengan sasaran yang
sebelumnya telah teridentifikasi, baik itu atas dasar klasifikasi pekerjaan, pendidikan, usia,
jenis kelamin dan sebagainya. Kesemuanya tentunya masih dalam bingkai pemberian
pengetahuan, yang dalam istilah penyuluhan dipakai kata yang dominan dipakai dalam
penyuluhan. Samsudin (1997:1) dalam bukunya Dasar-dasar Penyuluhan dan Modrenisasi
Pertanian menyebutkan penyuluhan adalah suatu acara atau usaha pendidikan yang sifatnya
nonformal. Karena penyuluhan dapat dipersepsikan sebagai pendidikan non-formal, tentu
saja implementasi bukan saja untuk pertanian, akan tetapi dapat diterapkan pada aktivitas
lainnya,yang berkaitan pemberitahuan kepada orang lain. Senada dengan pendapat tersebut,
Totok (1992:9) menyebutkan bahwa: “Suatu pendidikan non-formal diluar sekolah bagi
petani dan keluarganya agar terjadi perubahan perilaku yang lebih rasional dengan belajar
sambil berbuat (Learning by Doing) sampai mereka tahu mau dan mampu berswakarsa untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersamaan guna terus memajukan usaha tani dan menaikan jumlah mutu, macam serta jenis
dan nilai produksi sehingga tercapai suatu kenaikan pendapatan yang lebih bermanfaat bagi
dirinya sendiri, keluarga dan kesejahteraan masyarakat. ”Jika dipahami lagi, ungkapan
12
tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan mempunyai posisi yang strategis bagi masyarakat
untuk mendapatkan pengetahuan, terutama dalam aktivitas belajar mengajar di luar sekolah.
Dengan pendidikan masyarakat mempunyai pengalaman meningkatkan kualitas hidup
mereka. Seperti yang ditulis oleh Omar Malik (1990:4) bahwa konsep pendidikan dewasa ini
harus mengacu pada penyiapan tenaga siap pakai dan adiptif. Ungkapan ini mengisyaratkan
bahwa pendidikan itu harus mampu mempersiapkan kader-kader yang siap pakai. Untuk
tenaga penyuluhan konsep ini cukup relavan, ini dikarenakan mereka mempunyai pendidikan
dan pengetahuan yang sifatnya formal. Dan tenaga penyuluhan ini mempunyai kemampuan
untuk memberikan kegiatan pendidikan kepada masyarakat.

Dalam masyarakat barat, sebagaimana yang disebutkan oleh Sayoga (1998:28) telah
dikembangkan falsafah 3T: Teach, Truth dan Trust (Pendidikan, Kebenaran, dan
Kepercayaan). Artinya penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan untuk menyampaikan
kebenaran, dan telah diyakini. Dengan kata lain dalam penyuluhan, merupakan informasi
yang baru yang telah diuji kebenarannya dan telah diyakini dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat (baik ekonomi maupun non ekonomi).

Beberapa konsep diatas menunjukan bahwa penyuluhan dianggap sebagai suatu


proses memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Pada konteks pemberian pengetahuan
inilah komunikasi menepati peranan yang strategis. Senada dengan ini, komunikasi dalam
proses pembangunan menurut Wilbur Schramm dalam Aggresif (1982:53), memainkan tiga
peranan penting, yaitu :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat
2. Komunikasi berperan menumbuhkan keinginan untuk mengadakan perubahan dan
penerimaan suatu gagasan baru.
3. Komunikasi berperan untuk mengajarkan keahlian baru yang diperlukan dalam
perubahan tadi. Disini yang terjadi adalah penyuluhan, yakni pendidikan yang
sifatnya informal dengan cara belajar sambil berbuat tantang suatu kepandaian
tertentu.

Peranan penting komunikasi tersebut di atas tentulah akan semakin lengkap bila
disertai dengan kemampuan penyuluh yang baik. Kemampuan disini dapat dipahami sebagai

13
kualitas dari penyuluh itu sendiri. Sebagaimana yang disebutkan dalam kamus besar Bahasa
Indonesia (1994:533) bahwa kualitas merujuk pada derajat atau taraf (kepandaian,
kecakapan, dst.)dan diartikan juga dengan mutu, disini sangat di butuhkan tenaga terampil
yang tinggi. Artinya human resource sangat di butuhkan untuk aktivitas penyuluhan.
Sebagaimana yang ungkapkan oleh Soeharso (1989:60) bahwa human resource mampu
meningkatkan kualitas hidup melalui suatu proses pendidikan, latihan, dan pengembangan
yang akan menjamin produktivitas kerja yang semakin meningkat.

Soekijo Nokatmojo (1992:4) mengartikan kualitas itu sama dengan kemampuan,


sebagaimana yang dikatakannya, yaitu: “Kualitas menyangkut sumber daya manusia tersebut
yang menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik maupun kemampuan non fisik
(kecerdasan dan mental). Dan untuk kualitas sumber daya manusia, menyangkut dua aspek
juga, yaitu aspek fisik (kualitas fisik) dan aspek non fisik (kualitas non fisik), yang
menyangkut kemampuan bekerja, berfikir, dan keterampilan-keterampilan lainnya.”

Jadi penyuluhan di tuntut mempunyai kemampuan-kemampuan dalam memberikan


informasi kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat memiliki pengetahuan dan
kemampuan berswakarsa untuk memecahkan persoalan-persoalannya sendiri. Inti dari
kegiatan penyuluhan adalah penyampaian informasi. Penyampaian informasi berarti
informasi yang masih tersimpan dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh lapisan masyarakat
secara bersama-sama baik oleh sumber informasi sendiri maupun oleh pihak yang
memerlukan dan atau menjadi sasaran informasi. (Totok, 1982:69). Disebutkannya juga
bahwa penyuluhan tidak lepas dari aktivitas komunikasi. Sebab kegiatan penyuluhan
merupakan proses penggunaan bersama informasi mengenai berbagai masalah penting yang
semua pihak memerlukan. Dengan kata lain, penyuluhan merupakan proses komunikasi.

Perbedaan Antara Penyuluhan, Penerangan dan Propaganda


Sebagai seorang penyuluh, harus dapat membedakan tugas-tugas yang
dilaksanakannya dan tugas penerangan dan propaganda. Penyuluhan adalah sistem
pendidikan formal tanpa paksaan atau perintah, yang dapat membimbing para petani ke arah
kesadaran, mendorong dan meyakinkan para petani bahwa apa yang telah dianjurkan yang
14
merupakan petunujuk-petunjuk praktis di bidang pertanian, jika diikuti atau dipraktekkan
akan membawa ke arah perbaikan, yang meliputi better farming, better business dan better
living. Ciri- ciri penyuluhan yaitu: (1) Dilakukan secara kontinuitas. (2) Merupakan kegiatan
nyata untuk membantu peningkatan kegiatan yang telah ada, (3) Mendorong dan merangsang
melakukan perbaikan sendiri dan secara bersama (4) Mengandung unsur pendidikan, (5)
Menimbulkan perubahan cara berpikir, cara kerja dan cara hidup.

Penerangan dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang hanya sekedar


memberitahu tanpa mengharapkan bahwa orang yang diberi penerangan itu akan
menerapkan apa yang telah diberitahukannya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: (1)
Dilakukan saat diperlukan, (2) Kegiatan insidental, sekedar memberitahukan, (3) Bersifat
penjelasan, (4) Tidak kontinuitas, (5) Tidak mengenal bimbingan lanjutan, (6) Tidak
mengenal pelayanan yang praktis.

Sedangkan propaganda biasanya dilakukan oleh seorang petugas atau agen dari suatu
lembaga usaha yang memiliki ciri-ciri antara lain: (1) Dilakukan pada saat diperlukan, (2)
Kegiatan insidental di tempat itu sekedar ada kesempatan, (3) Bertujuan komersial untuk
memperoleh pasaran, (4)Tanpa bimbingan lanjutan, (5)Kadang-kadang menjatuhkan lawan
atau saingan.

Ringkasan
Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian
pesan dengan orang yang menerima pesan. Kesamaan disini bisa dimaknai dengan kesamaan
terhadap makna yang di terima. Sedangkan penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan
problem solving yang berorientasi pada tindakan pengajaran sesuatu, memodernisasikan, me-
motivasi, tetapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan tidak melaksanakan program
non-educative. penyuluhan ini berusaha mengubah perilaku petani dan keluarganya agar
merekamengetahui, menyadari, mempunyai kemampuan dan kemauan, serta tanggung jawab
untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam rangka kegiatan usaha tani dan kehidupannya.
Fungsi penyuluhan adalah menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa
dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang
menjadi kebutuhan para petani tersebut. Ciri- ciri penyuluhan yaitu: (1) Dilakukan secara

15
kontinuitas, (2) Merupakan kegiatan nyata untuk membantu peningkatan kegiatan yang telah
ada, (3) Mendorong dan merangsang melakukan perbaikan sendiri dan secara bersama, (4)
Mengandung unsur pendidikan, (5) Menimbulkan perubahan cara berpikir, cara kerja dan
cara hidup.

Soal-soal latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyuluhan pertanian?
2. Sebutkan sasaran yang dituju dalam komunikasi pertanian penyuluhan !
3. Jelaskan pengertian dari komunikasi penyuluhan pertanian !
4. Jelaskan pengertian komunikasi antar perorangan dan bagaimana cirinya !
5. Mengapa komunikasi kelompok dalam masyarakat modern cendrung lebih
efektif dibanding pada masyarakat pedesaan yang sederhana ?
6. Jelaskan efektifitas two way traffic communication !
7. Jelaskan pengertian komunikasi secara paradigmatis !

Rujukan Pengayaan
Slamet Margono dkk. 2001. Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju
TerwujudnyaMasyarakat Madani, Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Kartasapoetra A. G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian, Jakarta: Bumi Aksara.
Levis, Leta Rafael, 1996, Komunikasi Penyuluhan Pedesaan, Bandung: Cipta Aditya
Bakti.
Sulistyowati, fadjarini dkk, 2005. Komunikasi Pemberdayaan. Yogyakarta: APMD
Press.
Suprapto, Tya Bak. & fahrianoor, 2004. Komunikasi Penyuluhan, dalam Teori dan

Praktek. Yogyakarta. Arti Bumi Intaran.

16
BAB III
KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PENGEMBANGAN
MASYARAKAT

Tujuan Umum
Bab keenam ini menjelaskan komunikasi partisipatif dalam pengembangan
masyarakat. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
mengenai komunikasi partisipatif dalam pengembangan masyarakat.

Tujuan Khusus
Secara umum tujuan modul ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai
komunikasi partisipatif dalam pengembangan masyarakat. Tujuan khusus bab ini adalah
setelah mempelajari diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mengenai:
1. Proses Komunikasi dalam Masyarakat
2. Dinamika Kelompok
3. Rintangan Komunikasi

Proses Komunikasi dalam Masyarakat


Potensi Sumber Daya Manusia sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan di
era globalisasi. Sumber daya manusia yang tersedia mestilah yang handal. Sumber Daya
Manusia yang handal akan mampu mengalihkan dan menggali segala ilmu dan teknologi
secara individu. Namun yang terjadi sekarang justru ketidakberdayaan masyarakat
menghadapi kehidupan mereka. Pada umumnya, mereka tidak mempunyai kesanggupan
untuk membebaskan diri dari keadaan yang tengah mereka hadapi, bahkan tak jarang keadaan
tersebut tidak mereka rasakan. Hal ini terjadi disebabkan masyarakat tidak memiliki wadah
atau media yang dapat membantu mereka melihat permasalahan secara objektif. Wadah atau
media itu yang akan menjadi sarana mengembangkan Untuk konteks Indonesia saat ini,
dibutuhkan strategi komunikasi yang sistematis yang berorientasi pada masyarakat. sikap
kritis mereka, sehingga sebagai manusia mereka mampu melihat realitas hidup.

Strategi komunikasi yang berorientasi pada masyarakat seharusnya menyerahkan


produksi, pengelolaan dan pengendalian media kepada masyarakat, sehingga aspirasi,
17
kebutuhan dan masalah mereka tercermin dalam media itu dan akan mendorong mereka ke
arah transformasi. Masyarakat harus lebih banyak berkesempatan untuk memperoleh sumber-
sumber komunikasi yang ada. Strategi ini bukan hanya berisi tentang istilah-istilah yang
menarik. Lebih dari itu, strategi ini merupakan upaya yang sungguh-sungguh untuk
memberdayakan masyarakat yang paling bawah sekalipun.

Andragogi atau cara belajar orang dewasa dipandang sebagai suatu model sistem
belajar “feed back loop” (gelung umpan balik) yang sangat tepat jika diterapkan sesuai
dengan paradigma pemberdayaan masyarakat. Andragogi dapat dipandang sebagai suatu
proses perkembangan yang berkelanjutan untuk belajar orang dewasa. Fungsi utama
komunikator (fasilitator) dalam kegiatan andragogi adalah mengatur dan membimbing proses
andragogi itu sendiri, ketimbang mengatur “isi” pesan sebagaimana halnya dalam pedagogi.
Seorang fasilitator tidak perlu “ahli” dalam pesan pengetahuan yang diberikan, sebab yang
diperlukan adalah bagaimana ia dapat mengefektifkan jalannya proses belajar. Namun sedikit
banyak ia harus mengetahui isi pesan pengetahuan tersebut.

Menurut US Dept. of Health and Education (Eva, 1996), andragogi merupakan : (1)
cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman; (2) suatu proses pendidikan kembali
yang dapat mengurangi konflik-konlik sosial melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam
kelompok belajar tersebut; (3) suatu proses belajar yang diarahkan sendiri dimana kita secara
terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar kita yang timbul dari tuntutan situasi
yang selalu berubah. Dengan demikian, melalui proses belajar andragogi, masyarakat akan
memiliki bekal baru untuk menghadapi masalah-masalah yang setiap saat akan terjadi sesuai
dengan tuntutan perubahan.

Untuk memungkinkan masyarakat memiliki kemampuan memecahkan masalahnya


sendiri, sangat dibutuhkan bentuk komunikasi yang mengkondisikan mereka bebas
berpendapat, berekspresi, dan mengungkapkan diri secara terbuka satu terhadap yang lain.
Pendekatan yang dibutuhkan adalah pendekatan atau model komunikasi yanng
memungkinkan adanya pertukaran informasi antar komponen dalam proses komunikasi
dengan banyak dimensi. Pendekatan ini sering disebut dengan model partisipasi
(participatory model) atau model interaksi (interchangemodel). Model partisipatori memiliki

18
pertanyaan utama “Who is talking back to the who talked to them?”, artinya semakin banyak
dimensi yang diperhatikan. Model ini memiliki anggapan bahwamanusia bukanlah
komunikan yang pasif, tetapi merupakan hasil dari lingkungan sosialnya. Artinya, reaksi
terhadap setiap pesan yang masuk akan ditentukan oleh lingkungan tersebut. Pemikiran inti
dari model komunikasi ini adalah bahwa dalam proses pembicaraan dapat dimungkinan dan
diperhitungkan timbulnya ide-ide baru pada waktu komunikasi sedang berlangsung.

Dinamika Kelompok
Fenomena yang sering terjadi di masyarakat adalah tidak berfungsinya media rakyat
atau media kelompok sebagai media yang seharusnya dialogis, dua arah, dan partsipatif.
Medi-media tersebut masih sering digunakan dalam struktur yang vertikal dengan
menjejalkan informasi siap pakai yang diproduksi secara terpusat kepada khalayak pasif
(Oepen, 1998:150). Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya program “Appropriate
Communication for Development ofCommunities (ACDC)” atau yang disebut juga dengan
“Komunikasi Tepat Guna untukPengembangan Masyarakat.”

Litlejohn (2002), mengatakan bahwa proses interaksi kelompok melibatkan dua jenis
energi kelompok, yaitu: (1) energi tujuan, diarahkan pada pemecahan masalah; (2)
energisosioemosional, diarahkan pada pemeliharaan dan hubungan interpersonal. Efektivitas
kelompoktampaknya bergantung pada keseimbangan antara dua jenis energi tersebut.
Perhatian yang tidak cukup atas dua jenis energi tersebut, dapat membawa kepada
ketidakpuasan dan keputusan yang buruk.

Slamet Sentosa dalam buku Dinamika Kelompok (1999), berusaha mendefinisikan


dinamika kelompok sebagai suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang
mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang
berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama. Jadi dinamika suatu kelompok
terlihat dari tingkah laku anggota yang secara langsung saling mempengaruhi secara timbal
balik. Artinya, ada interaksi dan interdepedensi antar anggota kelompok secara timbal balik
dan antar anggota dengan kelompok secara keseluruhan.

Berkomunikasi dengan orang lain berarti membuka diri terhadap dunia yang
dihadapinya. Hal ini membantu agar manusia semakin mampu membuka diri kepada pribadi-
19
pribadi lain. Berkat keterbukaan itu seseorang berani berhadapan dengan pribadi lain, masuk
ke dalam dirinya sendiri dengan segala ikatan dan risikonya, sehingga tindak perbuatannya
selalu ditandai oleh hubungan dan kehadiran pribadi-pribadi lain. Dengan kata lain
menemukan diri dalam orang lain (Kamari, 1994).

Dalam dinamika kelompok terdapat, berbagai metode yang dapat dipakai sesuai yang
dibutuhkan, yakni:
1. Permainan : Merupakan suatu pola dimana peserta terlibat dalam perlombaan
dengan yanglainnya, ini menyangkut pula sekumpulan peraturan yang diberikan.
Permainan biasanya termasuk beberapa tipe hadiah atau hukuman. Sebagian besar
permainan latihan bertujuan agar tiap individu bersaing dengan diri mereka sendiri,
bukan bersaing dengan peserta lainya. Ini menghindari situasi ada pihak menang
dan pihak kalah. Istilah permainan berkisar antara permainan kecerdasan, yang
melatih keterampilan psikomotor. Sebagian besar permainan kesempatan.
Beberapa tipe permainan yang lazim termasuk ular dan tangga, sepakbola, scrabble
permainan menebak kata dan sebagian besar permainan kartu. Termasuk juga
solitaire (permainan kartu seorang diri), permainan kesabaran, teka-teki silang dan
mesin-mesin permainan poker.
2. Simulasi : Pada umumnya digunakan untuk melatih para operator masa mendatang
dimanaadalah tidak praktis dan berbahaya bagi peserta untuk menggunakan lokasi
atau peralatan yang sesungguhnya. Simulasi adalah contoh buatan dari situasi yang
sesungguhnya atau situasi yang dibayangkan, Simulasi biasanya dirancang menjadi
realistis mungkin sehingga peserta latihan dapat belajar dari tindakan-tindakan
mereka tanpa mencemaskan mengeluarkan biaya untuk memperbaiki atau
mengganti peralatan yang rusak. Contoh, simulasi termasuk simulator penyetiran,
dan permainan peperangan.
3. Pengasah otak : Kesemua itu bukanlah permainan atau simulasi murni, tetapi teka-
teki yangsalah satu di antara dua memelihara daya ingat peserta atau menyoroti
bagian-bagian kunci. Pengasah otak pada umumnya tidak memiliki peraturan-
peraturan apa pun. Pengasah otak yang khas termasuk pola-pola penggunaan
seperti halnya menghubungkan titik-titik dan sebagian besar pola penggunaan
pemahaman atau persepsi.
20
4. Permainan Peranan : Digunakan dalam melatih pemahaman para perserta bereaksi
dalamsituasi-situasi tertentu, sebelum dan setelah pertemuan latihan. Permainan
peranan sangat bermanfaat untifk memberikan para peserta praktek dalam terlibat
dengan orang-orang lain dalam skenario tertentu mana pun. Bahkan apabila peserta
melakukannya salah, mereka masih mempelajari.
5. Studi-studi kasus : Suatu kasus dipelajari oleh salah satu diantara dua kelompok,
atau olehindividual. Penelitian yang mendalam tentang skenario kehidupah nyata
atau yang disimulasikan dilaksanakan untuk menggambarkan hasil-hasil tertentu .
Bila kelompok atau individu mempunyai jawaban terhadap problema atau situasi
maka jawaban itu dapat diperbandingkan dengan apa yang sebenarnya terjadi dan
apa hasil-hasilnya (Eva,1996).

Ada beberapa prinsip di dalam menyelenggarakan dinamika kelompok:


1. Prinsip "belajar sambil mengerjakan" (learning by doing). Dari macam latihan atau
permainan yang baru dilaksanakan diharap dapat dilihat dan dipelajari makna atau
esensinya.
2. Prinsip "pembukaan tabir secara bertahap" (striptease). Artinya dari Dinamika
Kelompok tidak memberikan pesan yang disampaikan lewat ceramah atau kualiah,
melainkan secara bertahap, pesan itu akan diperoleh dari latihan atau permainan
yang dilakukan dari waktu-waktu.
3. Prinsip "variasi yang menarik latihan atau permainan” yang timbul atau
ditimbulkan inisiatifnya oleh pelatih atau fasilitator dengan cara yang bebas
ataupun yang dipersiapkan oleh pelatih dalam kedua cara lainnya seyogyanya
penuh variasi yang menarik. Misalnya dengan latihan pemecahan kasus, permainan
peranan, foto gambar, slide, film dan sebagainya.
4. Prinsip "disini dan sekarang" (here and now). Dalam melakukan tugasnya pelatih
harus berorientasi pada hal-hal yang dihadapinya di situ (segala yang terjadi dalam
kelompok itu, bukan dalam kelompok lain) dan pada waktu itu (bukan pada waktu
lain, misalnya sebelumnya). Hal ini dimaksudkan karena setiap kelompok berbeda,
demikian pula dinamika dan ciri-cirinya tergantung dari manusia yang ada di
dalamnya (Kamari, 1994).

21
Rintangan Komunikasi
Walaupun teramat sulit untuk melakukan komunikasi secara sempurna, selama ada
kesadaran dan pengetahuan tentang rintangan-rintangan yang dapat mempengaruhinya, maka
efektivitas komunikasi relatif bisa dicapai. Beberapa rintangan komunikasi dikemukakan
oleh J. William Pfeiffer (Kamari, 1994) sebagai berikut:
1. Kepentingan diri sendiri
Kepentingan diri sendiri yang begitu memenuhi pikiran dan perasaan seseorang,
sehingga cenderung tidak perhatian terhadap pembicaraan dari orang lain, sebab
orang tersebut bicara tentang kepentingan dirinya sendiri.
2. Emosional
Emosional merupakan rintangan yang menyukarkan komunikasi secara
wajar untuk mengarah saling mengerti.
3. Permusuhan
Permusuhan menimbulkan cacat pada komunikasi. Apabila kita sedang marah
pada seseorang, oleh karenanya berada dalam konfrontasi, maka komunikasi
sangat sulit, karena komunikator cenderung memilih kata-kata tajam sedangkan
komunikan menafsirkan pesan sebagai serangan.
4. Kharisma
Kharisma atau karunia yang dimiliki seorang komunikator, sehingga ia dapat
menyampaikan komunikasi dengan cara begitu meyakinkan dan menarik,
sehingga komunikan terpukau dan tidak bertanya lebih lanjut, walaupun pada
akhirnya ia sadar, bahwa tidak ada yang ia mengerti tentang apa yang dikatakan
tadi.
5. Pengalaman yang lampau
Pengalaman yang lampau dapat merintangi komunikasi yang efektif, karena
sudah ada prasangka. Jika seseorang dikenal sering berbohong, maka pesannya
yang sekarang ini pun pasti bohong.
6. Ucapan yang kurang jelas
Sebuah usulan yang bagus jika dikemukakan secara tidak jelas, maka akan
mudah menghasilkan penolakan. Karena pendengar dapat salah mengartikannya.
7. Stereotip

22
Gambaran tertentu mengenai pribadi seseorang menurut golongarinya yang
bersifat negatif disebut stereotip.
8. Lingkungan fisik
Apabila keadaan sebuah ruangan berhawa sangat panas, pengab, hal ini akan
merintangi daya persepsi orang terhadap komunikasi dan mengurangi
kesabarannya untuk menyatakan dirinya secara tidak jelas.
9. Pikiran melayang
Hal ini akan membuat orang tidak sanggup berkonsentrasi mendengar lawan
bicaranya agak lama. Isi komunikasi orang tidak ditangkapnya secara lengkap.
10. Bela diri
Bela diri merupakan rintangan komunikasi yang sering menimbulkan
pertengkaran. Ini mempengaruhi orang yang merasa dirinya tidak aman, sehingga
pertanyaan dapat diartikannya sebagai tuduhan, sedangkan jawaban menjadi
pembenaran.
11. Hubungan
Hubungan antara komunikator dan komunikan juga mempengaruhi komunikasi,
apabila perhatian lebih ditumpahkan kepada sifat hubungan itu daripada isi
komunikasinya.
12. Status
Status adalah rintangan komunikasi yang barangkali paling sulit diatasi. Status
sebagai pimpinan membuat sulitnya komunikasi dengan bawahan, karena
perbedaan sikap mereka terhadap status. Begitu juga sebaliknya.

Konsep utama pembangunan partisipatif yang berpusat pada masyarakat cukup


sederhana. Konsep ini merupakan suatu pendekatan yang memandang inisiatif kreatif dari
rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang utama dan memandang kesejahteraan
material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui proses pembangunan.

Idealnya, tujuan tersebut akan tercapai jika usaha membangun komunikasi bersama
masyarakat berjalan efektif. Tindakan yang inovatif dan adaptif sebagai proses belajar perlu
terjadi secara berkesinambungan di seluruh sistem yang dikelola oleh masyarakat. Proses

23
penentuan sasaran dan pemecahan masalah akan menjadi struktur yang dipakai dalam
pembangunan yang berpusat pada masyarakat.

Pendekatan ini menyarankan sistem pemakai agar kritis terhadap isu-isu yang mereka
hadapi dan menganalisis situasi mereka sendiri, bebas dari sistem sumber. Mereka harus
berperan dalam pembangunan, baik dalam perencanaan, maupun pelaksanaan. Karena itu,
pembangunan haruslah bersifat partisipatif dan interaktif. Dalam perspektif ini komunikasi
dianggap suatu proses, yang partisipan-partisipannya bertukar tanda-tanda informasi untuk
mengurangi ketidakpastian. Dalam komunikasi terdapat transaksi atau pertukaran informasi
diantara para partisipan, yang dengan eranya sendiri telah memberikan kontribusi pada proses
tumbuhnya pengertian.

Dinamika kelompok sebagai salah satu metode pendidikan, ternyata bukan sekedar
permainan biasa. Metode ini mencakup dua jenis energi kelompok yaitu energi untuk
pemeliharaan dan kohesi. Dinamika kelompok sebagai metode yang partisipatif dan interaktif
dapat membangun sebuah tim yang kohesif, dimana setiap orang di dalamnya dapat berlatih
ketrampilan berkomunikasi, memecahkan masalah kepemimpinan, dan metode diskusi.
Sambil bermain setiap orang dapat menggali dan menemukan pengetahuan sendiri.

Hal yang perlu diingat adalah, tiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat,
sama-sama mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk mengatur diri sendiri. Jadi setiap
orang adalah subjek bagi diri dan dunianya. Ini merupakan wajah demokrasi yang
sebenarnya.

Ringkasan
Potensi sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan di era
globalisasi. Sumber Daya Manusia yang tersedia mestilah yang handal. Sumber Daya
Manusia yang handal akan mampu mengalihkan dan menggali segala ilmu dan teknologi
secara individu. melalui proses belajar andragogi, masyarakat akan memiliki bekal baru
untuk menghadapi masalah-masalah yang setiap saat akan terjadi sesuai dengan tuntutan
perubahan. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi dalam kelompok yang wujudnya adalah

24
dinamika suatu kelompok terlihat dari tingkah laku anggota yang secara langsung saling
mempengaruhi secara timbal balik.

Dalam dinamika kelompok terdapat, berbagai metode yang dapat dipakai sesuai yang
dibutuhkan, yakni: permainan, simulasi, pengasah otak, permainan peranan, studi-studi
kasus. Beberapa prinsip di dalam menyelenggarakan dinamika kelompok adalah: belajar
sambil mengerjakan, pembukaan tabir secara bertahap, variasi yang menarik Latihan atau
permainan, disini dan sekarang. Beberapa rintangan komunikasi antara lain; kepentingan diri
sendiri, emosional, permusuhan, kharisma, pengalaman yang lampau, ucapan yang kurang
jelas, stereotip, lingkungan fisik, pikiran melayang, hubungan, status. Dinamika kelompok
sebagai metode yang partisipatif dan interaktif dapat membangun sebuah tim yang kohesif,
dimana setiap orang di dalamnya dapat berlatih ketrampilan berkomunikasi, memecahkan
masalah kepemimpinan, dan metode diskusi. Sambil bermain setiap orang dapat menggali
dan menemukan pengetahuan sendiri.

Soal-soal latihan
1. Bagaimanakah androgogi menurut US. Dept. of Healt and Education ?
2. Pendekatan apakah yang dibutuhkan dalam komunikasi partisipatif ?
3. Sebutkan pertanyaan utama pada model partisipatif beserta maksudnya !
4. Sebutkan pendapat Oepen, 1998 yang menyebabkan munculnya program ACDC !
5. Sebutkan pendapat littlejohn (2002) ?
6. Sebutkan pengertian dinamika kelompok menurut Sudarwan Danim (2004) ! dan
apa itu kondisi dinamis ?

Rujukan Pengayaan
Effendy, Onong Uchjana 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Nasution, Zulkarimen, 2004, Komunikasi Pembangunan; Pengenalan Teori dan
Penerapannya, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
Rogers, Everett M., 1989, Komunikasi dan Pembangunan; Perspektif Kritis, LP3ES, Jakarta.
Setiana,Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor. Ghalia
Indonesia

25
Slamet Margono dkk. 2001. Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju
TerwujudnyaMasyarakat Madani, Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

26
BAB IV
PERANAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

Tujuan Umum
Bab ketiga ini menjelaskan peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mengenai peranan
penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat.

Tujuan Khusus
Secara umum tujuan modul ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai
peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat. Tujuan khusus bab ini adalah setelah
mempelajari diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mengenai:
1. Konsep Masyarakat yang Diidamkan
2. Konsep Pemberdayaan Manusia
3. Peranan Pemerintah yang Perlu Diperhatikan

1. Konsep Masyarakat yang Diidamkan


Pembangunan sebagai proses selalu mengalami perubahan baik pada tingkat visi,
misi, strategi, maupun pada tingkat teknik operasionalnya. Perubahan ini seiring dengan
tuntutan masyarakat sebagaimana didasari dan dikehendaki oleh subjek pembangunan itu
sendiri. Pembangunan yang berlangsung di era reformasi diharapkan mampu melahirkan
Masyarakat Baru (Masyarakat Madani). Untuk mencapai hal ini membutuhkan dukungan
berbagai disiplin ilmu termasuk didalamnya peran Ilmu Penyuluhan Pembangunan.
Perubahan konsep masyarakat baru yang dikehendaki akan mempengaruhi desain dan proses
pendekatannya.

Visi nasional kita adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang mandiri, beriman, bertakwa,
berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.
27
Misi nasionalnya adalah : (1) Pengamalan pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (2) Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala
aspek kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara; (3) Peningkatan pengalaman
ajaran agama dalam kehiduupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan, dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan
umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai; (4) Penjaminan kondisi
aman, damai, tertib dan ketentraman masyarakat; (5) Perwujudan sistem hukum nasional,
menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan
kebenaran; (6) Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif
dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi; (7) Pemberdayaan masyarakat dan seluruh
kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan
mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang
berkeadilan berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif,
mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ; (8) Perwujudan
otonomi daerah dalam rangka pembangunan dan pemerataan pertumbuhan dalam wadah
negara Kesatuan Republik Indonesia; (9) Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh
meningkatnya kualitas kehidupan layak dan bermatabat serta memberi perhatian utama pada
tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan,kesehatan, dan lapangan kerja;
(10) Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu, guna
memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
berdisiplin, dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia; dan (12) Perwujudan
poliltik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan proaktif bagi kepentingan nasional
dan menghadapi perkembangan global, masyarakat berdaya adalah masyarakat yang: (a)
Mampu memahami diri dan potensinya; (b) Mampu merencanakan, dan mengarahkan dirinya
sendiri; (c) Memiliki kekuatan untuk berunding “bargaining power”; (d) Memiliki
kemampuan bersanding dan berbanding dengan kelompok masyarakat lainnya; dan (e)
Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

28
Pembangunan dan perkembangan teknologi memiliki sifat yang ekspansif sehingga
mengakibatkan pengubahan manusia dari becoming menjadi having, serta memberikan
perubahan-perubahan pada perilaku :

• Dalam proses psikologis individu, wawasan individu makin terbuka terhadap


kemungkinan atau gejala yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Selain itu
terjadi peningkatan interaksi, interpendensi, dan saling mempengaruhi;
• Terhimpunnya informasi-informasi yang telah di kenal oleh individu yang
bersangkutan untuk menentukan arah tindakan berikutnya
• Tersedia berbagai kemungkinan dan kecendrunggan baik yang lama maupun
yang baru yang dapat menjadi pilihan bagi individu yang bersangkutan untuk
menentukan tindakan berikutnya;
• Berbagai kemungkinan dan kecenderungan tersebut (butir 3) membawa akibat
makin kayanya pilihan pengembangan diri manusia, sehingga yang bersangkutan
dapat melakukan penyesuaian prioritas tindakan secara terus menerus sesuai
dengan keinginan dan kebutuhannya.

Pola dan kecenderungan proses interaksi masyarakat bangsa diwarnai hal-hal sebagai
berikut:
• Makin terbukanya negara dan bangsa yang satu terhadap lainnya, yang berarti
kesempatan untuk saling berkunjung dan berkenalan menjadi lebih mudah,
Boundaries diantara negara-negara juga makin tipis sehingga kehidupan mental
psikologis, ekonomis, sosial, dan budaya mudah saling bersentuhan.
• Makin terbukanya bangsa-bangsa terhadap informasi tentang berbagai kejadian di
seluruh belahan dan pelosok dunia.
• Makin meningkatnya frekuensi kunjungan, pertukaran informasi, ekspos pola dan
gaya hidup dan ketergantungan serta pengaruh elemen-elemen kebudayaan antar
bangsa.
• Meningkatnya intensitas informasi tentang perkembangan mutakhir yang terjadi
di berbagai belahan dunia.

29
2. Konsep Pemberdayaan Manusia
Berbagai pendekatan dalam pembangunan masyarakat di antaranya: (1) Pendekatan pada
masyarakat secara menyeluruh; (2) Pendekatan berdasarkan kemandirian; (3) Pendekatan
pemecahan masalah tertentu, (4) Pendekatan demontrasi; (5) Pendekatan eksperimental dan
pendekatan konflik kekuasaan. Tiga tujuan akhir pembangunan sekaligus pemenuhan hak
yang paling mendasar bagi setiap warga adalah : (1) hak memperoleh kesempatan hidup sehat
dan panjang umur; (2) hak berpendidikan tinggi dan pertumbuhan mental yang sehat; serta
(3) hak memperoleh kesempatan untuk menikmati hidup sejahtera.

Yunus Jarmi (1994) membagi dalam tiga wilayah perilaku petani dalam menerima ide
baru, dalam perubahan komersialitas usaha tani, dengan produktivitasnya. Yase (1997)
menemukan wahana yang tepat pada kelembagaan adat (Banjar) sebagai wahana
pembangunan dan penyuluhan pembangunan. Rata Ginting (1998) menemukan masih
relevannya peran kepemimpinan nonformal dalam pembangunan dan penyuluhan
pembangunan. Beberapa pola partisipasi sebagai pendekatan dalam pembangunan bahwa
kajian Madrie (1984), Arifuddin Syahidu (1998) mengungkapkan lingkup partisipasi yang
menekankan kemampuan, kemauan, dan kesempatan, yang baru mengarah pada penggiringan
masyarakat untuk ambil bagian dalam pembangunan.

Pemberdayaan masyarakat berisikan: (1) Membangun kapasitas interen keluarga


(pengetahuan, keterampilan, informasi, dan sebagainya); (2) Merubah kepercayaan dan
perilaku yang menghambat kemajuan (perkawinan usia dini, pelanggaran disiplin dan
kriminalitas); dan (3) Memperkuat nilai-nilai tradisional yang kondusif untuk pembangunan
(gotong royong, rasa hormat) dan penyaringan nilai-nilai baru.

Strategi pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta membangun kemitraan perlu


didasarkan pada : (1) Analisis yang jelas tentang situasi masyarakat (yang sangat heterogen)
yang akan diberdayakan; (2) Pemilihan kelompok yang seksama; (3) Mekanisme dibentuk
untuk menjamin keterlibatan anggota masyarakat yang tersisih/marjinal (misal kuota
keanggotaan wanita didalam lembaga pembangunan setempat); dan (4) Unit-unit organisasi
lokal yang ada disesuaikan/memadahi untuk ikut dalam proses daripada menciptakan
struktur-struktur baru dan atau yang paralel.

30
Pemahaman yang mendalam tentang peran penyuluhan sebagai proses penyebarluasan
infromasi, sebagai proses penerangan, sebagai proses perubahan perilaku, sampai dengan
proses transformasi sosial. Pendalaman tentang pendidikan penyuluhan yang dikaitkan
dengan pemberdayaan masyarakat dimaksudkan agar pembaca memahami bahwa dalam
kerangka pemberdayaan masyarakat, maka peran pendidikan penyuluhan sangat penting bagi
sebagai bagian dari intervensi pihak luar komunitas ke dalam komunitas tertentu. Peranan
pendidikan penyuluhan tersebut meliputi anatara lain:

a. Penyuluhan Sebagai Proses Penyebarluasan Informasi


Titik berat dari proses penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi adalah,
masyarakat desa diharapkan dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan usaha tani
mereka, bagaimana mereka sebaiknya berusaha tani yang benar, melakukan budi daya yang
tepat dan baik sehingga produktivitas meningkat. Pada proses penyuluhan ini, sasaran
diharapkan bisa memperoleh informasi seluas-luasnya tanpa memandang apakah itu sasaran
utama atau sasaran penunjang.

b. Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan


Proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang
belum diketahui untuk dilaksanakan atau diterapkan dalam rangka peningkatan produksi dan
pendapatan yang ingin dicapai melalui proses pembangunan pertanian.

Titik berat proses penyuluhan sebagai proses penerangan adalah sebagai bagian dari
penerangan kepada masyarakat yang tidak tahu atau belum mengetahui. Masalah yang timbul
yang belum dipahami oleh masyarakat desa menyangkut usaha tani mereka, terutama inovasi
yang perlu dikembangkan atau diterapkan di wilayah tersebut. Sebagai proses penerangan,
maka titik berat yang hendak dicapai adalah masyarakat desa yang tadinya belum mengetahui
inovasi tersebut akan menjadi tahu.

c. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku


Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan

31
dalam usaha taninya demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan, dan perbaikan
kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian.

Titik berat proses penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan
yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah
tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuannya saja, namun diharapkan juga
adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mental yang menjurus kepada tindakan
atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan. Penyuluhan sebagai proses
perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan
pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses
perubahan perilaku, juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah, dan
berkesinambungan.
d. Penyuluhan Sebagai Proses Pendidikan
Suatu sistem pendidikan bagi masyarakat untuk membuat mereka tau, mau dan mampu
berswadaya melaksanakan upaya peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan
kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya.

Titik berat penyuluhan sebagai proses pendidikan adalah di samping mereka meningkat
pengetahuannya proses pendidikan mengajarkan masyarakat lebih kritis dan mampu
memahami fenomena yang berkembang dalam masyarakat, sehingga apabila masyarakat
akan menerapkan suatu teknologi mereka tahu benar apa, bagaimana sebaiknya sesuatu hal
itu baru dilaksanakan. Penyuluhan sebagai proses pendidikan tidak mengajarkan
ketergantungan, tetapi justru harus mampu mengembangkan kemandirian.

e. Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial


Proses rekayasa sosial atau transformasi sosial untuk terciptanya perubahan perilaku dari
anggota-anggotanya, seperti yang dikehendaki demi tercapainya peningkatan produksi,
pendapatan, dan kesejahteraan keluarga serta masyarakatnya.

Titik berat penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial atau transformasi sosial adalah
pandangan bahwa perubahan hanya akan terjadi apabila ada campur tangan orang lain, baik
institusi pemerintah maupun non pemerintah dalam berbagai aspek kehidupan dalam
masyarakat tersebut.
32
Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial atau transformasi sosial secara langsung
maupun tidak langsung membutuhkan partisipasi masyarakat desa yang terlibat didalamnya.
Pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan secara sederhana adalah keikutsertaan
masyarakat dalam bentuk pernyataan atau kegiatan. Keikutsertaan dapat terbentuk akibat
terjadinya interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat lain dalam
pembangunan. Menurut pandangan beberapa ahli, dtinjau sebagai proses rekayasa sosial,
maka waktu memegang peranan penting, yang artinya inovasi yang telah dikenal lebih dulu
atau lebih lama akan lebih mudah diterima masyarakat setempat dibanding yang baru di kenal

Ada beberapa orientasi penyuluhan dalam rangka pembangunan masyarakat pedesaan,


yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Penyuluhan yang berorientasi pada profesi yang mendukung kehidupan masyarakat
desa setempat.
2. Penyuluhan yang berorientasi pada kelangsungan hidup masyarakat setempat dari
masa ke masa.
3. Penyuluhan yang berorientasi pada penerapan teknologi tertentu dalam rangka
mendukung program nasional dibidang tertentu, mislanya bidang pangan,
perikanan, peternakan, dan sebagainya
4. Penyuluhan yang berorientasi pada perubahan sosial masyarakat yang diharapkan
dapat terjadi secara bertahap sesuai standar yang telah ditetapkan.

3. Peranan Pemerintah yang Perlu Diperhatikan


Pemerintah merupakan komponen penting dalam pembangunan. Kepincangan pada
komponen pemerintah adalah sangat fatal, karena dapat memutuskan roda pembangunan
masyarakat. Oleh karena itu peranan pemerintah yang harus diperhatikan adalah sebgai
berikut:

1. Good governance atau pemerintahan yang baik merupakan pra-syarat dari


masyarakatmadani dapat dianggap sebagai penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan
pasar yang efisien. Selain itu good governance mempersyaratkan penghindaran
salah alokasi dana investasi yang langka danpencegahan korupsi, baik secara
33
politik maupun administrasi. Disiplin anggaran harus dijalankan serta penciptaan
peraturan – peraturan yang kondusif bagi tumbuhnya aktivitas kewirausahaan.
Definisi lainnya adalah adanya hubungan yang sinergi dan kondusif antara Negara,
sektor swasta dan masyarakat. Oleh karena itu, institusi dari goodgovernance
meliputi tiga dominan yaitu : state ( Negara atau pemerintah ), private sector (
sektor swasta atau dunia usaha ), dan society ( masyarakat ) yang saling
berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing – masing.
2. Salah satu formula yang diberlakukan dalam upaya mewirausahakan birokrasi
pemerintah adalah pemerintah sebagai pembuat segala kebijaksanaan haruslah
lebih menjadi pengarah dari pada menjadi pelaksana. Dan pemerintah sebagai
milik masyarakat harus lebih memberdayakannya ketimbang terus–terusan
melayani dan menyuntikan semangat persaingan ke dalam tubuh aparat dan
organisasi pelayanannya. Sehingga tidak boleh ditabukan lagi hadirnya lembaga
swadaya dalam menangani urusan yang sebelumnya di monopoli pemerintah.

3. Peranan pemerintah dalam pembangunan pertanian meliputi pengaturan


(regulation), pelayanan (services), penyuluhan (extension), dan penggerak
pembangunan (agent ofdevelopment). Peran swasta dalam pembangunan adalah
sebagai subjek atau pelakupembangunan di bidang usaha sarana produksi,
budidaya, penampungan, pengolahan, dan pemasaran.
4. Peranan pemerintah dalam pengaturan tidak dapat digantikan swasta pemerintah
bersama DPR membuat undang – undang pemerintah, membuat peraturan
pemerintah dan menteri membuat ketentuan–ketentuan teknis. Dalam
menyongsong era perdagangan bebas di abad 21, pemerintah perlu menerjemahkan
kebijaksanaan dan strategi ke dalam peraturan perundangan. Hal ini berarti harus
ditinjau ulang dan sesuaikan dengan ketentuan yang dimuat dalam persetujuan
GATT. Untuk itu pemerintah melakukan berbagai langkah deregulasi sejak tahun
1983 sampai sekarang yang meliputi penurunan tarif bea masuk, penghapusan bea
masuk tambahan, menghilangkan hambatan teknis yang tidak perlu ( nontariff
barrie ) dalam tata niaga dan insentif investasi.
5. Dalam rangka AFTA dan APEC, perlu penyesuaian peraturan impor – ekspor
khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan hak melindungi manusia, hewan,
34
tanaman dan lingkungan, yaitu mengenai Sanitary and phytosanitary measures (
SPM ). Dalam penyusunan SPM dan perubahan undang – undang atau peraturan
pemerintah meminta dari swasta. Dalam rangka menekan ekonomi biaya tinggi
dilakukan debirokratisasi, desentralisasi dan privatisasi.
6. Dalam hal pelayanan (service), maka desentralisasi dan privatisasi pelayanan akan
terus didorong. Tahap pertama dilakukan desentralisasi yaitu penyerahan sebagian
urusan pemerintah pusat ke daerah otonomi. Jenis urusan yang diserahkan ke
daerah otonomi pada umumnya adalah pelayanan yang langsung pada masyarakat.
Dari urusan yang diserahkan ke daerah otonomi pada perkembangan berikutnya
dapat diserahkan ke swasta. Jenis urusan ini umumnya pelayanan yang secara
finansial dapat dipikul oleh masyarakat peternak atau pelayanan teknis
perusahaan/industry peternakan melalui divisi Technical Service-nya.
7. Ada beberapa jenis pelayanan yang memang tidak dapat diserahkan pada swasta
ialah diagnose, karantina, pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan OPT serta
pelayanan yang sifatnya melindungi kesehatan manusia, hewan, tanaman dan
lingkungan
8. Pemerintah masih berperan dalam kegiatan penyuluhan walaupun urusan
penyuluhan telah diserahkan ke otonomi tingkat II. Dalam jangka panjang
penyuluhan dapat diserahkan pada swasta. Contoh : Technical Service dari
pengusaha obat–obatan hewan, pabrik pakan dan pengusaha pembibitan ayam.
9. Peranan pemerintah sebagai Agent of development masih diperlukan terutama
dalam membantu investor dan pertanian rakyat untuk melaksanakan kemitraan.
Peran swasta dalam pembangunan pertanian akan semakin besar di masa yang akan
datang. Di satu pihak dana pemerintah terbatas sedang untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan diperlukan dana investasi yang besar. Saat
ini dana APBN hanya 5 % dari seluruh investasi yang oleh sektor pertanian (data
ini masih memerlukan klarifikasi lebih lanjut).

Kesembilan peranan pemerintah yang tersebut di atas mestilah diperhatikan dalam


menjalakan roda pembangunan. Penyuluhan pembangunan yang dilakukan dengan maksimal
tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan bila kesembilan peranan pemerintah tersebut
tidak berjalan dengan baik.

35
Ringkasan
Bab ini menjelaskan bahwa pendidikan penyuluhan dalam kerangka pemberdayaan
masyarakat berimplikasi sangat luas terhadap kondisi masyarakat sasaran, tidak terbatas pada
aspek pengetahuan semata, namun juga menjurus pada adanya perubahan yang sifatnya
menyeluruh, meliputi sikap perubahan mental yang mengarah kepada tindakan atau perilaku
yang menunjukkan produktivitas tinggi. Pendidikan dalam penyuluhan mengarahkan agar
individu atau kelompok masyarakat sasaran dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
produktif, terutama yang berkaitan dengan usaha tani yang dijalankan. Dengan demikian,
implikasinya adalah bahwa program pendidikan penyuluhan harus terus menerus
berkesinambungan.

Soal-soal Latihan
1. Apa visi pembangunan nasional Negara Indonesia?
2. Sebutkan pola dan kecenderungan proses interaksi masyarakat!
3. Apakah isi dari pemberdayaan masyarakat?
4. Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta membangun
kemitraan?
5. Sebutkan Peranan pendidikan penyuluhan !

Rujukan Pengayaan
Effendy, Onong Uchjana 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja
Rosdakarya.
Bandung.
Nasution, Zulkarimien, 2004, Komunikasi Pembangunan; Pengenalan Teori dan
Penerapannya, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
Rogers, Everett M, Shoemaker, Floyd. 1988. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Usaha
Nasional. Surabaya
Rogers, Everett M., 1989, Komunikasi dan Pembangunan; Perspektif Kritis, LP3ES, Jakarta.
Setiana,Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor. Ghalia
Indonesia
Slamet Margono dkk. 2001. Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju
TerwujudnyaMasyarakat Madani, Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

36
BAB V
PENGARUH SISTEM SOSIAL-BUDAYA TERHADAP ADOPSI INOVASI

Tujuan Umum
Bab ini menjelaskan tentang pengaruh sistem sosial-budaya terhadap adopsi inovasi.
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengaruh
sistem sosial-budaya terhadap adopsi inovasi.

Tujuan Khusus
Secara umum tujuan modul ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai
pengaruh sistem sosial-budaya terhadap adopsi inovasi. Tujuan khusus bab ini adalah setelah
mempelajari diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mengenai :
1. Sistem Sosial.
2. Norma Sosial, Nilai Hidup dan Pandangan Hidup Masyarakat Pedesaan.
3. Status dan Peranan dalam Masyarakat Desa.
4. Jenis Keputusan Inovasi.
Sistem Sosial
Sistem sosial adalah kesatuan unit-unit sosial, dimana masing-masing unit sosial
tersebut pada hakikatnya mempunyai fungsi yang berbeda-beda, dan selanjutnya bersatu serta
saling bergantung untuk melaksanakan fungsi tertentu, serta mencapai tujuan tertentu pula.
Unit sosial dapat juga disebut elemen sosial yang di dalam pengertian sosiologis terdiri dari :
1. Status dan peranan.
2. Kekuasaan.
3. Kepercayaan.
4. Perasaan (emosional).
5. Norma sosial.
6. Sation (sangsi).
7. Sosial rank (kelas sosial, tangga sosial).
8. Fasiliteit (fasilitas)
9. “Strees and strain” (tegangan).
10. Tujuan.
37
Norma Sosial, Nilai Hidup dan Pandangan Hidup Masyarakat Pedesaan
Dalam masyarakat Indonesia, faktor norma sosial, nilai hidup serta pandangan hidup
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan sangat kuat pengaruh terhadap proses
pembangunan dalam masyarakat bersangkutan termasuk dalam hal komunikasi inovasi.
Inovasi serta perilaku para komunikator yang tidak mempedulikan ketiga hal tersebut sering
mengalami kegagalan dalam mengemban untuk memahami hal-hal tersebut sering
mengalami kegagalan dalam mengemban misinya sebagai seorang komunikator.
a. Norma Sosial
Norma sosial adalah batasan-batasan yang tumbuh dalam masyarakat untuk mengatur
tertib tingkah laku hubungan atau interaksi. Agar anggota masyarakat menaati segala norma
yang ada dalam masyarakat bersangkutan, maka dibuatlah sanksi-sanksi. Bentuk sanksi
tersebut dapat berupa penghargaan dan dapat juga berupa hukuman masyarakat yang disebut
juga sanksi sosial. Sehubungan dengan kekuatan norma beserta sanksinya, dikenal adanya
empat pengertian yaitu : (1) Cara (usage), (2) Kebiasaan (folksways), (3) Tata kelakuan
(mores), dan (4) Adat istiadat (customs).

b. Nilai Hidup
Segala hal yang dianggap bernilai tinggi bagi kehidupan individu sebagai anggota
masyarakat disebut nilai hidup. Nilai hidup merupakan pedoman tertinggi bagi pikiran,
perasaan, sikap dan tingkah laku di dalam masyarakat. Nilai hidup tersebut tidak tampak,
tetapi tercermin pada tingkah laku seseorang dan memberikan arah dan bentuk kepada
tingkah laku orang tersebut. Isi dari nilai hidup tersebut biasanya antara lain mencakup :
1. Nilai kepercayaan,
2. Nilai pandangan (falsafah) hidup,
3. Nilai pergaulan hidup.
Berikut ini diuraikan secara singkat, beberapa contoh nilai hidup masyarakat
pedesaan.
1. Rasionalisme (harus masuk akal)
Hal ini merupakan segi praktis dari ilmu pengetahuan.
2. Tradisionalisme (memegang teguh kebiasaan)
Menerapkan cara lama sebagai mana telah diwariskan oleh nenek moyang.
38
3. Efisiensi dan praktis
Hal ini merupakan pemilihan cara-cara berusaha, dengan paling sedikit pengorbanan
waktu, tenaga dan kebendaan.
4. Kerja keras
Nilai ini membuat keyakinan bahwa orang yang bersangkutan dapat menentukan masa
depannya dengan melakukan banyak pekerjaan dan kesederhanaan.
5. Keberhasilan (prestasi)
Keberhasilan adalah keberadaan perasaan puas berdasarkan pemilihan usaha yang
menghasilkan suatu kedudukan tinggi dalam suatu masyarakat. Nilai ini sejalan
dengan nilai sukses, yakni sebagai bentuk balas jasa dari nilai prestasi.
6. Kemajuan
Kemajuan merupakan suatu kepercayaan bahwa pada akhirnya manusia akan
mengalami keadaan-keadaan yang lebih baik.
7. Kenikmatan lahir
Kenikmatan lahir merupakan perasaan puas karena memiliki benda-benda
kebudayaan. Nilai-nilai tersebut sangat meluas, banyak berhubungan dengan lembaga-
lembaga perekonomian.
8. Keamanan
Semacam perasaan tentram kalau melakukan pemilihan diantara kemungkinan-
kemungkinan cara usaha dengan risiko yang paling sedikit akan dapat mengubah
keadaan.
9. Demokrasi
Demokrasi adalah proses dari musyawarah dan mufakat (diskusi dan kompromi),
dalam hal ini orang-orang atau kesatuan-kesatuan sosial mengambil keputusan
bersama yang mengikat semua orang, tetapi kehendak orang terbanyak disesuikan
dengan rasa kepuasan pihak minoritas.
10. Individualisme
Nilai individualisme mengandung keyakinan, bahwa keadaan yang terbaik kalau
orang percaya kepada kemampuan dirinya, bertanggung jawab atas keputusan-
keputusannya.

39
11. Etnosentrisme
Suatu keyakinan, bahwa pandangannya sendiri yang terbaik dan benar, sedangkan
pandangan (pendapat) orang lain atau pihak lain dianggap sebagai sesuatu yang baik
tetapi tidak benar.
12. Pandangan Hidup masyarakat pedesaan.
Anggota masyarakat desa memiliki pandangan-pandangan atau penilaian-penilaian
terhadap alam, kerja, waktu dan hubungan dengan alam.

Dibawah ini uraian secara singkat, bagaimana pandangan-pandangan masyarakat


pedesaan terhadap hal-hal tersebut:
• Pandangan terhadap hakikat hubungan dengan alam.
Pada umumnya mereka tidak tunduk kepada alam dan juga belum mampu menguasai
alam, melainkan menyelaraskan diri dengan alam. Hidup mereka atau kegiatan mereka selalu
didasarkan kepada menyesuaikan diri kepada alam.

• Pandangan terhadap kerja atau karya


Banyak yang menduga bahwa pada umumnya masyarakat pedesaan mempunyai
penilaian atau pandangan terhadap hakikat kerja terbatas, yaitu pandangan bahwa kerja itu
hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terutama makan (pangan).

• Pandangan terhadap hakikat waktu


Pada umumnya masyarakat pedesaan hidup mereka berada pada irama waktu yang
ditentukan oleh kebiasaan yang memperhitungkan fase-fase kegiatan pertanian. Dengan
begitu segala keputusan dan arah pandangan hidup mereka ditentukan oleh keadaan masa
kini. Dengan kata lain jangkauan kemasa depan terbatas sekali. Keadaan tersebut
mengakibatkan jarang yang memiliki perencanaan hidup untuk masa yang akan datang.

• Pandangan terhadap hubungan dengan sesama manusia


Sebagai makhluk sosial, manusia hidup tidak sendiri, tetapi mempunyai hubungan
dengan sesamanya. Masyarakat pedesaan pada umumnya menilai tingkat hidup sama rata
sama rasa dengan sesamanya atau sesama tingkatnya. Sifat pergaulannya tidak keatas, tetapi

40
terkungkung dalam hubungan pribadi. Keadaan itu menyebabkan pandangan mereka sempit,
terutama bagi golongan masyarakat lapisan bawah.

Ciri-ciri kehidupan masyarakat desa di Indonesia yang kuat dikaitkan dengan adopsi
inovasi (Sayogyo, 1982) adalah :
1. Konflik dan persaingan,
2. Kegiatan bekerja,
3. Sistem tolong-menolong,
4. Gotong-royong dan jiwa gotong royong
5. Musyawarah

Dari hal yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai atau
pandangan-pandangan hidup yang positif (berfaedah) bagi kemajuan kehidupan masyarakat
pedesaan adalah sebagai berikut :
1. Pandangan terhadap hubungan dengan alam
Para petani harus mempunyai hasrat menguasai alam. Dalam rangka itu, maka daya
inovasi, yaitu kemampuan dan kesediaan mencari atau menerima hal-hal baru harus
ditingkatkan.

2. Pandangan terhadap hakikat kerja


Pandangan ini harus diarahkan kepada timbulnya dorongan untuk berhasil dalam
pekerjaannya, agar dapat dicapai tingkat hidup, kedudukan, pendidikan, dan sebagainya
secara lebih baik.

3. Pandangan terhadap hakikat waktu


Pandangan ini harus diarahkan kepada tumbuhannya kegairahan untuk menguasai
masa depan. Tidak berorientasi kepada waktu sekarang saja, atau ke masa lalu yang tidak
bermanfaat, tidak pasrah kepada nasib. Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang, jika
yang bersangkutan tidak berusaha untuk mengubahnya.

41
4. Pandangan terhadap hubungan dengan sesama manusia
Selain berhubungan sesama tingkat, lebih baik lagi jika berpandangan ketingkat atas
agar tidak terkungkung di dalam dunia sempit, terutama supaya lebih responsive terhadap
hal-hal baru yang lebih bermanfaat sehingga dapat memperbaiki tingkat kehidupan.

Pandangan-pandangan demikianlah yang harus menjadi nilai-nilai baru bagi golongan


masyarakat pedesaan yang masih berpandangan negative terhadap program pembangunan
inovatif.

Status dan Peranan dalam Masyarakat Desa


Status (kedudukan) dan peranan merupakan unsur-unsur dalam pelapisan sosial yang
memiliki arti penting bagi suatu sistem sosial terutama yang menyangkut pendekatan
kemasyarakatan dalam penyebaran suatu inovasi. Kita mengetahui bahwa yang terjadi di
dalam suatu sistem sosial adalah terjadinya suatu pola hubungan interaksi antara satu dengan
yang lainnya.

Status
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, dalam
hubungannya dengan orang-orang lain dalam kelompok tersebut atau kelompok lainnya
dalam kelompok yang lebih besar.

Peranan
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya maka yang bersangkutan menjalankan
peranan. Peranan dan kedudukan tidak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu bergantung
pada yang lain. Tidak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.

Jenis Keputusan Inovasi


Keputusan inovasi adalah proses mental yang berjalan sejak seseorang mengetahui
inovasi sampai pada pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut
serta mengukuhkannya. Keputusan inovasi merupakan suatu tipe pengambilan keputusan
yang khas, yang memiliki ciri-ciri tersendiri yang tak dikemukakan dalam jenis penampilan
keputusan yang lain. Pembedanya adalah kebaruan inovasi.

42
Tipe atau jenis keputusan inovasi dapat dibedakan menjadi :
1. keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh
individu yang berada pada posisi atas.
2. keputusan kolektif, yaitu keputusan di mana individu bersangkutan ambil peranan
dalam pengambilan keputusan.
3. keputusan individual yaitu suatu keputusan yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengadopsi inovasi.

Dalam keputusan ini mengikuti pola pengambilan keputusan sebagaimana yang


dikemukakan oleh Rogers dalam tahap-tahap pengambilan keputusan:
1. Keputusan jenis individual, terdiri dari tahap sadar, tahap minat, tahap menilai,
tahap mencoba dan tahap menerapkan/adopsi. Namun demikian di dalam
pembahasan tentang keputusan optional ini akan ditambah dengan penjelasan
tentang hal-hal yang selalu terjadi dalam keputusan optional yaitu terjadinya
disonansi tindakan. Disonansi atau ketidakselarasan sebagai penyebab terjadi
perubahan tingkah laku manusia. Jika seseorang merasakan ketidak selarasan ini,
biasanya ia terdorong untuk mengurangi keadaan ini dengan jalan mengubah
pengetahuan, sikap atau tindakan-tindakannya.
2. Keputusan kolektif, yaitu keputusan yang diambil anggota sistem sosial dalam
kelompok dimana keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
Suara mayoritas mendominir jenis keputusan ini, akan tetapi kepentingan minoritas
tetap diakomodir. Biasanya pada keputusan ini, kemungkinan untuk terjadi distorsi
akan lebih besar. Lebih banyak terjadi perbedaan persepsi yang menjurus pada
perpecahan. Sehingga biasanya hal yang harus dilakukan untuk jenis keputusan ini
adalah :
• memperkenalkan ide baru kedalam sistem sosial
• mengadakan penyesuaian ide baru dengan kondisi setempat
• mengukuhkan ide baru, serta
• mencari dukungan terhadap ide baru tersebut.

43
Dengan demikian, tahap-tahap dalam pengambilan keputusan kolektif terdiri dari :
1. Tahap stimulasi minat ke arah kebutuhan terhadap ide baru oleh stimulator,
2. Tahap inisiasi ide-ide baru dalam sistem sosial oleh inisiator atau para pemula,
3. Tahap legitimasi ide baru oleh penguasa yang disesuaikan dengan kondisi tempat,

4. Tahap keputusan untuk bertindak oleh anggota sistem sosial, dan


5. Pelaksanaan ide baru oleh anggota sistem sosial.

3. Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang diambil oleh penguasa setempat kemudian
dipaksakan untuk dilaksanakan oleh anggota sistem sosial. Keputusan ini biasanya
mengabaikan kebebasan individu, keputusan ini berada pada titik ekstrim paling
rendah, sedangkan keputusan kolektif berada di antara kedua jenis keputusan itu.

Ciri-ciri berikut ini membedakan keputusan otoritas dengan keputusan lainnya :


a) Seseorang tidak bebas menentukan pilihannya dalam menerima atau menolak
inovasi,
b) Pembuatan keputusan dan pengadopsiannya dilakukan oleh orang atau unit yang
berbeda,
c) Unit pengambilan keputusan menduduki posisi kekuasaan lebih tinggi dalam sistem
sosial dari pada unit adopsi,
d) Karena hubungan hirarki antara unit pengambil keputusan dan unit adopsi, unit
pengambilan keputusan dapat memaksa unit adopsi untuk menyesuaikan diri dengan
keputusan atau dengan inovasi,
e) keputusan inovasi otoritas lebih sering terjadi dalam organisasi formal. Organisasi
formal yaitu suatu organisasi dalam masyarakat yang sengaja didirikan atau dibentuk
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan /ditetapkan lebih dahulu. Jadi organisasi
formal adalah juga sistem sosial yang dengan sengaja didirikan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang ditandai oleh penetap peranan, struktur kekuasaan
dan dirumuskan sistem peraturan yang formal untuk mengatur tindakan/perilaku para
anggotanya.

44
Dalam keputusan otoritas terdapat lima tahap, yaitu : (1) Tahap pengenalan tentang
kebutuhan inovasi untuk berubah, (2) Tahap persuasive dan penilaian terhadap inovasi oleh
unit pengambilan keputusan, (3) Tahap keputusan berupa penerimaan atau penolakan inovasi
oleh unit pengambilan keputusan. Ketiga tahap diatas terdapat dalam fase pembuatan
keputusan, (4) Tahap komunikasi keputusan kepada unit-unit adopsi dalam organisasi, (5)
Tahap tindakan atau implementasi keputusan: pengadopsian atau penolakan inovasi oleh unit
adopsi. Tahap ke-4 dan ke-5 ini termasuk dalam fase implementasi keputusan.

Hal yang perlu kita perhatikan dalam tahap pengambilan keputusan otoritas ini adalah
pada tahap komunikasi inovasi dari unit pengambilan keputusan kepada unit adopsi/arus
bawah. Karena aspek yang terpenting dalam komunikasi jenis ini adalah penerimaan
bawahan. Menurut Likert (1961) menyatakan bahwa dalam organisasi formal yang “otoratif”
pesan-pesan kebawah diterima dengan penuh kecurigaan, menimbulkan kesalahpahaman dan
penolakan. Sedangkan dalam organisasi yang “partisipatif” komunikasi kebawah lebih mudah
di terima.

Sedangkan dalam tahap tindakan akan terjadi kemungkinan konsonan dan disonansi.
Disonansi dalam organisasi formal ialah tidak cococknya sikap anggota terhadap inovasi
dengan perilaku nyata (menolak atau menerima) yang dituntut oleh unit pengambilan
keputusan. Jika sikap terhadap inovasi selaras dengan tuntutan atasan maka disebut
konsonan.

Ada 4 tipe disonansi-konansi tindakan dalam organisasi formal, yaitu: (1) seseorang
tidak menyukai inovasi dan tindakan yang dituntut organisasi agar dia menolaknya, maka ia
berada dalam kondisi penolak yang konsonan, (2) seseorang tidak meyukai inovasi
dantindakan yang dituntut organisasi ialah agar ia menerimanya, maka ia berada dalam
kondisi “penerima yang disonan”, (3) seseorang menyukai inovasi sedangkan tindakan yang
dituntut organisasi adalah agar ia menolaknya, maka ia berada dalam kondisi “penerima yang
disonan”, (4) seseorang menyukai inovasi sedangkan tindakan yang dituntut organisasi
adalah agar ia menerimanya, maka ia berada dalam kondisi “penerima yang konsonan”.

45
Menurut teori keseimbangan, kondisi pada tipe I dan IV tidak menimbulkan masalah
bagi seseorang. Akan tetapi jika seseorang berada pada tipe II dan III, seiring dengan
berjalannya waktu ada kecendrungan seseorang untuk : mengubah sikap mereka (suka atau
oleh organisasi) yang tidak cocok dengan tindakan yang dituntut oleh organisasi, atau
melanjutkan pengadopsian atau penolakan inovasi tetapi juga menyelewengkan atau
mengubah inovasi itu sedemikian rupa sehingga cocok dengan sikap mereka. Kecendrungan
yang terakhir seseorang akan tetap mempertahankan sikapnya semula. Jika sikap seseorang
tidak cocok dengan tindakan yang dituntut organisasi, maka orang itu akan berusaha
mengubah tingkah lakunya.

Ringkasan
Sistem sosial adalah kesatuan unit-unit sosial, dimana masing-masing unit sosial
tersebut pada hakikatnya mempunyai fungsi yang berbeda-beda, dan selanjutnya bersatu serta
saling bergantung untuk melaksanakan fungsi tertentu, serta mencapai tujuan tertentu pula.

Dalam masyarakat Indonesia, faktor norma sosial, nilai hidup serta pandangan hidup
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan sangat kuat pengaruh terhadap proses
pembangunan dalam masyarakat bersangkutan termasuk dalam hal komunikasi inovasi.
Inovasi serta perilaku para komunikator yang tidak mempedulikan ketiga hal tersebut sering
mengalami kegagalan dalam mengemban untuk memahami hal-hal tersebut sering
mengalami kegagalan dalam mengemban misinya sebagai seorang komunikator.

Soal-soal Latihan
1. Apa yang dimakasud dengan sistem sosial?
2. Jelaskan tentang norma sosial, nilai hidup dan pandangan hidup masyarakat
Pedesaan?
3. Apa yang dimaksud dengan status dan peranan dalam masyarakat desa?
4. Sebutkan berbagai Jenis Keputusan Inovasi!
5. Sebutkan ada 4 tipe disonansi-konansi tindakan dalam organisasi formal!

46
Rujukan Pengayaan
Levis, Leta Rafael, 1996, Komunikasi Penyuluhan Pedesaan, Bandung: Cipta Aditya Bakti.
Mulyana, Dedy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Remaja Rosdakarya.
Bandung
Nasution, Zulkarimien, 2004, Komunikasi Pembangunan; Pengenalan Teori dan
Penerapannya, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
Rogers, Everett M., 1989, Komunikasi dan Pembangunan; Perspektif Kritis, LP3ES, Jakarta.
Slamet Margono dkk. 2001. Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya
Masyarakat Madani, Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

47
BAB VI
PROSES ADOPSI INOVASI

Tujuan Umum
Bab kelima ini menjelaskan tentang metode dan teknik penyuluhan. Setelah
mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan metode dan teknik
penyuluhan.
Tujuan Khusus
Secara umum tujuan modul ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai proses
adopsi inovasi. Tujuan khusus bab ini adalah setelah mempelajari diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan mengenai:
1. Pengertian adopsi inovasi.
2. Peranan komunikasi dalam adopsi inovasi.
3. Sistem adopsi inovasi.
4. Kecepatan adopsi inovasi.
5. Peranan penyuluhan pertanian dalam proses difusi inovasi.
6. Pengaruh adopsi inovasi terhadap perubahan sosial dan konsekuensi inovasi.
7. Akibat (konsekuensi) adopsi inovasi.

Pengertian Adopsi Inovasi


Pembangunan pertanian akan memberikan hasil yang optimal, jika penyuluhan
pertanian dilakukan secara baik, karena penyuluhan pertanian merupakan “Ujung tombak”
pembangunan pertanian. Tujuan penyuluhan pada akhirnya adalah berusaha agar para petani
mau mengadopsi inovasi yang diberikan oleh penyuluh serta mau mengubah perilaku petani
kearah perilaku yang inovatif dan adaptif dengan inovasi yang disuluhkan.

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau teknologi, termasuk barang yang dianggap baru
oleh seseorang. Setiap inovasi pasti mempunyai komponen ide, tetapi banyak inovasi yang
tidak mempunyai wujud fisik, misalnya ideologi. Inovasi yang mempunyai komponen ide
dan komponen fisik, misalnya traktor, pupuk, pestisida dan sebagainya. Inovasi yang hanya
48
mempunyai komponen ide tidak dapat diadopsi secara fisik. Pengadopsiannya hanyalah
berupa keputusan simbolis. Sedangkan inovasi yang mempunyai komponen ide dan fisik,
pengadopsiannya diikuti dengan keputusan tindakan nyata ( Rogers dan Shoemaker,1971).
Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu
inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan atau dengan kata lain
siatu inovasi yang diterima. Misalnya teknologi baru tentang jenis pupuk dan cara memupuk,
pestisida jenis unggul,cara menggunakannya, bibit unggul baru, klebihan, tingkat produksi,
umur berproduksi. Semuannya merupakan rangkaian dari proses adopsi.

Mardikanto (1982) menyatakan bahwa adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau
penggunaan suatu idea tau alat teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi
(lewat penyuluhan).

Peranan Komunikasi dalam Adopsi Inovasi


Berdasarkan tujuannya, komunikasi dibedakan atas tiga, yaitu pertama : (1)
komunikasi yang bertujuan untuk memberikan keterangan atau informasi, (2) komunikasi
persuasive, yaitu komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi perasaan atau emosi, (3)
komunikasi „entertainment‟, yaitu komunikasi yang sifatnya sekedar memberikan
penghiburan pengisi waktu-waktu senggang. Didalam kegiatan penyuluhan pertanian
diutamakan komunikasi informative dan komunikasi persuasive. Sedangkan komunikasi
entertaintment hanya digunakan sebagai unsure penunjang dalam memperlancar kegiatan
penyuluhan, karena sifatnya sebagai hiburan.

Mengingat pentingnya peranan komunikasi dalam keberhasilan penyuluhan pertanian,


maka bagi setiap penyuluh diharapkan untuk lebih memperhatikan hal-hal yang langsung
mempengaruhi efektivitas pelaksanaan komunikasi, seperti : sistem sosial masyarakat
setempat, cara-cara komunikasi inter personal, saluran komunikasi, penampilan, kebahasaan
dan lain sebagainya.

Sistem Adopsi Inovasi


Adopsi inovasi merupakan hasil akhir dari komunikasi inovasi setelah unsur yang
terkait diperhatikan serta dilaksanakan, terutama unsure-unsur yang secara langsung
mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi. Sistem adopsi inovasi adalah kesatuan fungsi dari
49
unsur-unsur seperti : tahap adopsi, sifat inovasi, kategori adopter, faktor-faktor yang
berpengaruh, dan peranan penyuluh. Unsur-unsur tersebut bekerja di dalam keadaan
seimbang dan saling melengkapi serta mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan satu unsur
dengan unsur yang lain. Dengan demikian, jika terjadi aliansi salah satu unsur akan
menyebabkan sistem adopsi inovasi terganggu. Akibatnya proses komunikasi tidak mencapai
tingkat adopsi sesuai harapan.

a. Tahap Adopsi Inovasi


Rogers ( 1973 ), mengetengahakan 5 tahapan adopsi, yaitu :
o “Awaraness” atau keadaan mengenai adanya sesuatu.
o “Interest” atau tumbuhnya minat untuk mengetahui lebih lanjut.
o “Evaluasi” atau melakukan penilaian dan pengukuran mengenai inovasi yang
disampaikan.
o “Trial” atau mencoba inovasi dalam skala kecil.
o “Adoption” Adopsition, atau adopsi (menerima, menerapkan, melaksanakan)
inovasi berdasarkan keberhasilan yang dicapai selama percobaan dilaksanakan.

Akan tetapi, banyak ahli yang mengkritik model diatas. Kritik tersebut antara lain;
▪ Model itu menyatakan bahwa proses itu berakhir dengan keputusan untuk
mengadopsi, sedangkan kenyataan mungkin saja hasil akhirnya penolakan.
▪ Lima tahap itu tidak selalu terjadi pada hal-hal tertentu dan mungkin beberapa
diantaranya dilewatkan, misalnya tahap percobaan. Penilaian biasanya terjadi pada
keseluruhan proses , tidak hanya pada salah satu tahap saja, atau dengan kata lain,
penilaian biasa dilakukan setiap akhir dari masing-masing tahap.
▪ Proses itu jarang berakhir dengan adopsi, biasanya proses itu masih berlanjut
dengan pencarian informasi untuk memperkuat atau mengukuhkan keputusan yang
telah dibuat. Dengan kata lain, seorang akan mungkin berubah haluan dari
menerima menjadi menolak, dan sebaliknya.
Rogers dan Shoemaker (1971 ) membedakan empat tahap pada proses keputusan
inovasi sebagai berikut :
1. Pengenalan, dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh beberapa
pengertian tentang bagaimana inovasi itu berfungsi.

50
2. Persuasif, dimana seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap
inovasi Keputusan, dimana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada
pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi.
3. Konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah
dibuatnya.

b. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Adopsi Inovasi


Menurut Dixon (1982) faktor yang mempengaruhi sikap para petani dalam menerima
inovasi adalah :
1. Prasangka Inter-Personal
Pada umumnya petani berprasangka terhadap pihak luar terutama yang bukan berasal
dari lingkungannya sendiri atau yang tidak berlatar belakang kehidupan serupa dengannya.
Kondisi seperti ini dipandang akan sangat menghambat proses pengambilan keputusan atas
inovasi yang ditawarkan.
2. Pandangan terhadap kondisi yang terbatas
Menurut Foster (1965), Shanin (1973) dalam Mardikanto (1982) tidak ada perbedaan
yang nyata mengenai tingkat kesejahteraan petani dalam satu kelompok masyarakat tertentu
mengenai perumahan, kesehatan, pendidikan maupun harta kekayaannya.
3. Sikapnya terhadap penguasa
Kadang-kadang ada pihak petani yang menganggap bahwa penguasa adalah pihak
yang mendominir dan mengeksploitir masyarakat arus bawah. Tetapi di pihak lain, mereka
juga berpendapat bahwa hanya pihak penguasalah yang mampu memberikan perlindungan
dan bantuan serta kekuasaan untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.
4. Peranan individual terhadap tercapainya tujuan keluarga
Kehidupan para petani di pedesaan, tidak ada (atau hampir tidak ada) yang hidup
individual. Mereka sadar bahwa mereka adalah anggota keluarga kepada siapa mereka
bergantung dan melandaskan pikiran-pikiran serta keputusan-keputusan individualnya.
5. Kelemahan dalam menerima inovasi
Petani berpendapat bahwa menerima sesuatu yang bukan biasa justru akan
mendatangkan malapetaka. Mereka selalu yakin bahwa sesuatu yang telah dialarni dan
dipraktekkan secara turun-ternurun adalah yang terbaik.

51
6. Fatalisme
Fatalisme adalah tidak adanya kernampuan untuk mengatur masa depannya sendiri.
Petani yang pekerjaannya sangat bergantung dan dipengaruhi keberhasilannya oleh kondisi
alam merasa tidak mampu untuk merencanakan dan merekayasa keadaan masa depannya
sendiri.
7. Kelemahan Aspirasi
Aspirasi adalah keinginan masa depan. Tetapi, pada umumnya petani tidak terlalu
banyak mempunyai keinginan untuk merencanakan masa depannya sendiri.
8. Kelemahan untuk menunda kepuasan
Petani cenderung untuk mencari kepuasan hari ini saja. Kalaupun ada
kesempatan menabung, itu bukannya karena demi kesejahteraan di kemudian hari, tetapi
karena tidak habis dikonsumsi hari ini.
9. Keterbatasan Pandangan Tentang Dunia Luas
Rogers dan Shoemaker (1971) menggunakan istilah "Lokaliteness" bagi golongan
masyarakat yang berorientasi pada kondisi lokal saja. Dan ada juga masyarakat yang disebut
"Cosmopoliteness'" masyarakat yang mempunyai pandangan dan hubungan luas dengan
dunia luar, dengan kelompok sosial yang lain.
10. Kelemahan dalam berempati
Berempati artinya merenungkan sendiri mengenai peranannya dalam kehidupan orang
lain. Kelemahan berempati akan menyebabkan para penyuluh sulit untuk mengembangkan
kegiatan penyuluhan.
11. Kurang Berpikir Kritis
Seperti yang dikemukakan oleh Foster (1962) petani kurang berpikir kritis akibat
fatalisme lokalite, lemahnya empati, serta prasangka inter-personal yang dimilikinya.
12. Sistem sosial budaya masyarakat setempat yang terdiri dari
▪ Sistem atau norma-norma sosial dalam hubungannya dengan perubahan,
▪ Status peranan individu di dalam sistem masyarakatnya,
▪ Sistem-sistem sosial dalam suatu masyarakat saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.

Kecepatan Adopsi Inovasi


Kecepatan Adopsi Inovasi ditentukan oleh berbagai variabel bebas, sebagai berikut :

52
2. Sifat inovasi terdiri dari;
a. Keuntungan relative: setiap ide baru (inovasi) akan selalu dipertimbangkan seberapa
jauh keuntungan relative yang dapat diberikan.
b. Kompaklibilitas, setiap inovasi akan cepat diadopsi bila mempunyai kecocokan atau
berhubungan dengan kondisi setempat yang telah ada dalam masyarakat.
c. Kompleksitas inovasi, inovasi akan sangat mudah dimengerti dan disampaikan
manakala cukup sederhana,dan tidak rumit
d. Triabilitas, suatu inovasi yang tidak mudah dicoba karena perlengkapan yang
kompleks dan memerlukan biaya atau modal yang besar.
e. Observabilitas, suatu inovasi akan lebih cepat diadopsi manakala pengaruhnya atau
hasilnya mudah atau cepat dilihat atau diambil oleh komunikannya.
f. Input komplementoryang diperlukan.

Roger dan Shoemaker (1971) menyebutkan hal ini sebagai perpaduan antara
kompaktibilitas dan kompleksitas. Tetapi Butz (1972) (dalam Mardikanto, 1982) secara
khusus memisahkannya.
2. Jenis Keputusan Inovasi
Dalam mengadopsi inovasi terhadap tiga jenis keputusan yaitu
a) keputusan individual (optional),
b) keputusan kelompok
c) keputusan otorita (penguasa).
3. Saluran Komunikasi
Penyampaian inovasi media massa relatif lambat diadopsi oleh komunikan
dibandingkan peyampaian inovasi melalui saluran inter-personal (hubungan antar pribadi).
Sebab dengan hubungun lansung atau inter-personal para komunikan akan cepat menerima
penjelasan-penjelasannya. Sedangkan penyampaian lewat media massa tidak mungkin
dilakukan karena komunikan berjalan satu arah saja sehingga tertutup kemungkinan terjadi
“feed back” dari komunikan.
4. Ciri-ciri Sistem Sosial
Menurut Mardikanto (1982) Ciri-ciri masyarakat dalam adopsi inovasi dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu :

53
(a) Adopsi inovasi dalam masyarakat modern , relatif lebih cepat dibandingkan dengan
adopsi inovasi dalam masyarakat yang masih tradisional.
(b) Demikian pula, proses adopsi inovasi dalam masyarakat lokalite akan lebih lamban
bila dibandingkan di dalam masyarakat kosmopolite.
5. Kegiatan Promosi
Kegiatan promosi dapat mendorong semangat para komunikan untuk lebih cepat
menerima suatu inovasi. Hal ini dimengerti karena prinsip dalam proses belajar mengajar
adalah pengulangan (replication). Kecepatan adopsi inovasi juga sangat ditentukan oleh
semakin intensif dan seringnya intensitas atau frekuensi promosi yang dilakukan oleh agen
pembaharu (penyuluh) setempat dan atau pihak-pihak lain yang berkompoten dengan
adopsinovasi tersebut seperti lembaga penelitian, produsen, pedagang dan atau sumber
inovasi tersebut.

Peranan Waktu di dalam Proses Adopsi


Rogers dan Shoemaker (1971) membedakan kategori adopter berdasarkan cepat-
lambatnya penerimaan terhadap suatu inovasi ke dalam lima kategori sebagai berikut :
a. Inovator (perintis) hanya 2,5% dari 200 orang contoh.
b. Early adopter (pelopor) sebanyak 13,5%dari 200 orang
c. Early majority (penganut dini) sebanyak 34%
d. Lato majority (penganut lambat) sebanyak 34%
e. Langgards (kolot) sebanyak 10% dari 200 orang contoh
Pada penelitian menghadapi tiga masalah mendasar sewaktu mereka berusaha untuk
mengkategorikannya adopter ini yaitu :
1) Penentuan jumlah kategori yang perlu dikonsepsualisasikan.
2) Menentukan posisi anggota sistem yang termasuk dalam setiap kategori, dan
3) Menentukan metode, statistika atau lainnya untuk menentukan kategori tersebut.
Dalam kategori ini hal yang harus diperhatikan adalah :
▪ Sempurna, yakni meliputi semua responden sample
▪ Satu sama lain terpisah atau antara satu kategori dengan kategori lainnya jelas, dan
▪ Terjabar dalam suatu rumus klasifikasi.

54
Karakteristik Adopter
Ciri-ciri adopter dapat disebutkan sebagai berikut, inovasi atau perintis atau
petualang, mereka ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
▪ Gemar mencoba setiap hal-hal baru
▪ Selalu mencari tahu dari orang-orang yang sudah berhasil
▪ Kadang-kadang mereka mencari sesuatu yang baru dari luar sistem sosialnya sendiri
walaupun secara geografis letaknya sangat jauh.
▪ Mereka sangat berani dan berjiwa petualang.
▪ Berani menerima resiko
▪ Kadang-kadang mereka ini terburu nafsu.

Pelopor atau teladan, mereka ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


▪ Lebih berorientasi ke dalam sosial sendiri.
▪ Selalu menggunakan perhitungan ekonomis sebelum dia memutuskan untuk
menerima inovasi.
▪ Terdiri dari pemuka pendapat/tua adat.
▪ Menjadi teladan bagi anggota sistem sosial lainnya..
▪ Tetap berpegang pada aturan atau norma sosial yang berlaku dalam sistem sosial yang
bersangkutan untuk menjaga posisinya dalam masyarakat yang bersangkutan.

Pengikut dini, mereka ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut :


1) Banyak berinteraksi dengan anggota sistem sosial lainnya tetapi jarang dengan para
pemimpinnya.
2) Terlalu banyak pertimbangan.
3) Prinsipnya mereka tidak mau yang pertama dan juga tidak mau yang terakhir.

Pengikut akhir atau skeptist, mereka ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1) Mereka baru menerima setelah rata-rata masyarakat telah menerimanya.
2) Mereka menerima inovasi karena tekanan sosial ekonomi.
3) Sangat skeptist dan bersifat hati-hati.
4) Mereka menerima jika inovasi tersebut sesuai dengan norma yang ada dalam
masyarakat yang bersangkutan.
55
5) Mereka butuh dorongan dan tekanan dari teman-teman.

Si kolot atau tradisional, mereka ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


1) Paling akhir menerima inovasi.
2) Memiliki pandangan / wawasan paling sempit.
3) Terasing.
4) Berorientasi masa lalu.
5) Keputusan yang diambilnya berdasarkan apa yang dibuat nenek moyang mereka,
6) Selalu tertinggal dengan anggota sistem yang lain.
7) Tidak memahami ide-ide baru.

Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Proses Difusi Inovasi


Difusi inovasi diartikan sebagai suatu proses penyebaran inovasi dari satu individu
kepada individu-individu lainnya dalam satu sistem sosial yang sama. Rogers dan Shoemaker
(1971) mengartikan difusi sebagai tipe khusus komunikasi. Pengkajian difusi adalah telaah
tentang pesan-pesan bersifat inovasi, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi telaah
terhadap semua bentuk pesan. Perbedaan lainnya adalah bahwa di dalam riset komunikasi
kita hanya memperhatikan pada perubahan sikap dan pengetahuan komunikasi tanpa
memperhatikan resiko terjadinya perubahan tingkah laku yang tampak dari komunikan. Akan
tetapi pada riset difusi, kita lebih mengarahkan perhatian pada perubahan tingkah laku yang
tampak, dimana mereka (komunikan) menyatakan menerima atau menolak inovasi yang kita
berikan, bahkan bukan sekedar perubahan sikap dan pengetahuan saja. Unsur-unsur difusi
terdiri dari :
(1)Inovasi.
(2)Dikomunikasikan melalui saluran tertentu.
(3)Dalam jangka waktu tertentu.
(4)Anggota suatu sistem sosial.

Unsur waktu merupakan unsur yang membedakan difusi dengan tipe riset komunikasi
lainnya, riset difusi hanya yang berkenan dengan inovasi. Peranan penyuluhan dalam usaha
memperlancar proses difusi inovasi menurut Margono, 1978 adalah :
1. Menumbuhkan kebutuhan untuk perubahan, menuju kondisi yang diinginkan.

56
2. Membangun hubungan yang semakin erat antara petani dengan penyuluh (penyuluh
dengan petani sasarannya)
3. Mendiaknosis segala permasalahan yang dihadapi petani sehingga dengan melihat
masalah-masalah tersebut petani mandapat motivasi untuk melakukan perubahan-
perubahan.
4. Menumbuhkan keinginan-keinginan petani menjadi suatu tindakan nyata.
5. Menumbuhkan keinginan-keinginan yang belum terpikir sebelumnya.
6. Memperkokoh perubahan-perubahan yang tidak berlangsung (terjadi) untuk
memungkinkan adanya tindak lanjut.
7. Memutuskan hubungan untuk perubahan, dimana petani menjadi mampu berdiri
sendiri dan tidak hanya pandai mengharapkan bantuan yang sebenarnya dapat
diusahakan sendiri.

Pengaruh Adopsi Inovasi terhadap Perubahan Sosial dan Konsekuensi Inovasi


Perubahan adalah segala sesuatu yang terlihat atau terasa berbeda dalam suatu jangka
waktu tertentu. Perubahan ditinjau dari sifatnya dibagi menjadi :
• Perubahan alamiah dan
• Perubahan berencana.
• Perubahan teknik
• Perubahan sosial dan
• Perubahan perilaku atau pendidikan.
• Perubahan struktural dan
• Perubahan proses.
Perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat dari adopsi inovasi termasuk dalam
perubahan berencana. Namun harus diingat bahwa perubahan sosial dapat juga terjadi secara
alamiah. Namun dalam pembahasan ini, penulis mengarahkan pembaca kepada perubahan
sosial terencana, karena adopsi inovasi mengarah perubahan perilaku dalam diri petani.
Unsur-unsur perubahan berencana terdiri dari :
1. Agen perubahan
2. Sasaran perubahan
3. Terjadinya hubungan antara agen perubahan dengan perubahan.
4. Perencanaan perubahan
57
Perubahan sosial terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Invensi yaitu proses dimana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan.
2. Difusi, ialah proses di mana ide-ide baru tersebut dikomunikasikan ke dalam
sistem sosial, dan
3. Konsekuensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai
akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.

Perubahan Individual dan perubahan sistem


Perubahan yang terjadi sebagai akibat menerima inovasi dapat dilihat dalam
individual maupun dalam sistem sosial. Perubahan dalam individu di mana seseorang
bertindak sebagai individual disebut difusi, adopsi, modernisasi, aktualisasi, belajar atau
sosialisasi. Perubahan ini disebut dengan perubahan mikro. Sedangkan perubahan yang
terjadi dalam sistem sosial, disebut juga pembangunan, spesialisasi, integrasi, atau adaptasi.
Karena terjadi pada level sistem sosial maka disebut perubahan makro. Kedua jenis
perubahan diatas sangat erat hubungannya.

Akibat (Konsekuensi) Adopsi Inovasi


Konsekuensi diartikan sebagai perubahan yang terjadi dalam diri seseorang maupun
dalam sistem sosial, sebagai hasil pengadopsian atau penolakan suatu inovasi. Suatu inovasi
itu kecil kegunaannya sebelum ia tersebar kepada orang lain dan kemudian menggunakannya.
Jadi invesi dan difusi adalah perantara menuju tujuan akhir yaitu konsekuensi dari penerima
atau penolakan suatu inovasi menuju perubahan sosial.

Pembagian Konsekuensi
Secara sederhana konsekuensi dapat dibagi menjadi :
Pertama, konsekuensi yang diinginkan dan yang tak diinginkan.
Konsekuensi yang diinginkan apabila perubahan sesuai rencana semula atau sesuai
harapan sedangkan konsekuensi yang tak diinginkan yaitu perubahan yang terjadi yang sesuai
dengan keinginan semula.

58
Kedua, konsekuensi fungsional dan konsekuensi difungsional.
Konsekuensi fungsional adalah akibat-akibat yang diinginkan dari penyebab suatu
inovasi dalam suatu sosial. Sebaliknya konsekuensi difungsional adalah efek-efek yang tak
diinginkan. Penentuan apakah konsekuensi itu fungsional ataukah difungsional bergantung
inovasi itu mempengaruhi adopter.

Konsekuensi Langsung dan Tak Langsung


Sering terjadi bahwa konsekuensi inovasi itu tidak berupa pengaruh langsung
terhadap orang yang mengadopsi. Konsekuensi langsung adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada adopter yang dapat dilihat atau diamati secara langsung. Sedangkan konsekuensi
tak langsung adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada adopter sebagai kelanjutan atau
dampak dari konsekuensi secara langsung. Karena rumitnya jalinan hubungan antara unsur
dalam suatu sistem kebudayaan sering menyebabkan konsekuensi itu tak kelihatan. Suatu
perubahan pada salah satu bagian dari suatu sistem sering menjadi penyebab terjadinya
serangkaian konsekuensi.

Ringkasan
Pembangunan pertanian akan memberikan hasil yang optimal, jika penyuluhan
pertanian dilakukan secara baik, karena penyuluhan pertanian merupakan “Ujung tombak”
pembangunan pertanian. Tujuan penyuluhan pada akhirnya adalah berusaha agar para petani
mau mengadopsi inovasi yang diberikan oleh penyuluh serta mau mengubah perilaku petani
kearah perilaku yang inovatif dan adaptif dengan inovasi yang disuluhkan.

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau teknologi, termasuk barang yang dianggap baru
oleh seseorang. Setiap inovasi pasti mempunyai komponen ide, tetapi banyak inovasi yang
tidak mempunyai wujud fisik, misalnya ideology. Inovasi yang mempunyai komponen ide
dan komponen fisik, misalnya traktor,pupuk,pestisida dan sebagainya. Inovasi yang hanya
mempunyai komponen ide tidak dapat diadopsi secara fisik. Pengadopsiannya hanyalah
berupa keputusan simbolis. Sedangkan inovasi yang mempunyai komponen ide dan fisik,
pengadopsiannya diikuti dengan keputusan tindakan nyata.

Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu
inovasi sejak mengenal,menaruh minat,menilai sampai menerapkan. Atau dengan kata lain
59
siatu inovasi yang diterima. Misalnya teknologi baru tentang jenis pupuk dan cara memupuk,
pestisida jenis unggul,cara menggunakannya, bibit unggul baru, kelebihan, tingkat produksi,
umur berproduksi. Semuannya merupakan rangkaian dari proses adopsi.

Soal-soal Latihan
1. Sebutkan pengertian dari inovasi dan adopsi !
2. Rogers dan Shoemaker membedakan empat tahap pada proses keputusan inovasi.
Sebutkan apa-apa saja tahapan itu !
3. Sebutkan peranan penyuluhan dalam usaha memperlancar proses difusi inovasi !
4. Sebutkan karakteristik dari adopter !
5. Sebutkan ciri-ciri masyarakat dalam adopsi inovasi menurut Mardikanto !
6. Secara sederhana konsekuensi terbagi dua, sebutkan !

Rujukan Pengayaan
Levis, Leta Rafael, 1996, Komunikasi Penyuluhan Pedesaan, Bandung: Cipta Aditya Bakti.
Mulyana, Dedy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Remaja Rosdakarya. Bandung.
Nasution, Zulkarimien, 2004, Komunikasi Pembangunan; Pengenalan Teori dan
Penerapannya, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
Rogers, Everett M., 1989, Komunikasi dan Pembangunan; Perspektif Kritis, LP3ES, Jakarta.
Slamet Margono dkk. 2001. Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya
Masyarakat Madani, Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

60
BAB VII
KOMUNIKASI KONFLIK

Tujuan Umum
Bab ini merupakan bab yang menjelaskan tentang komunikasi pembangunan. Setelah
mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan Komunikasi konflik.

Tujuan Khusus
Secara umum tujuan modul ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai
Komunikasi konflik. Tyjuan khusu bab ini adalah setelah mempelajari diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan mengenai : (a) Pengertian Komunikasi, (b) Pengertian
Konflik, (c) Pengertian Komunikasi Konflik.

Komunikasi
Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat (Cangara 2012). Istilah komunikasi
berasal dari bahasa latin yaitu Communicatio yang berarti pemberitahuan yang pertukaran,
kata sifatnya komunis yang bermakna umum, bersama atau membangun kebersamaan atara
dua orang atau lebih. (Effendy 2003, Wiryanto 2005, Cangara 2013). Moore (2004)
mengatakan bahwa communications (komunikasi bermedia) menunjukkan cara teknis
komunikasi secara tak langsung atau berperantara, meliputi media-media mulai dari
genderang suku primitif, isyarat dengan asap dan batu prasasti sampai telegrafi, cetakan,
siaran dan film. Menurut, Everett M. Rogers dalam Mulyana 2007, Cangara 2012),
komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima
atau lebih dimaksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Dance dan Larson dalam
Vardiansyah (2004) berpendapat komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk
mendapatkan saling pengertian.

Awalnya Berlo (1960) membuat komunikasi dengan lebih sederhana. Formula itu
dikenal dengan nama “ SMCR,” yakni: source (pengirim), message (pesan), channel
(saluran-media) dan receiver (penerima). Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Osgood,
Miller (dalam Cangara 2012) dan DeFleur (1982) menambahkan lagi unsur efek dan umpan
61
balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna.
Kemudian munculnya pandangan dari Sereno (1970), Vora (dalam Cangara 2012) dan deVito
(2009), yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam
mendukung terjadinya proses komunikasi. Selanjutnya, Seitel (1988), Kotler dan Keller
(2007), deVito (2009) menambahkan gangguan komunikasi pada model komunikasi nya.
Beliau berpandangan gangguan komunikasi juga merupakan unsur penting yang harus
diperhatikan dalam proses komunikasi . Definisi unsur-unsur komunikasi tersebut antara lain:

1. Sumber sering disebut pengirim, komunikator, source, sender, atau encoder


adalah seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang
mengambil inisiatif menyampaikan pesan
2. Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan bisa berupa lambang atau tanda seperti kata-
kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka, gestura. Dalam Bahasa Inggris
pesan biasa diterjemahkan dengan kata message, content atau information.
3. Saluran/media, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat yang digunakan untuk
memindahkan/menyampaikan pesan dari sumber ke penerima. Misalnya dalam
konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka menggunakan panca indera
dan gelombang udara. Selanjutnya, media cetak dan media elektronik yang biasa
digunakan seperti; misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV,
internet dan lainnya.
4. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau
negara. Penerima biasa disebut dengan bermacam istilah, seperti khalayak,
sasaran, komunikan, atau dalam Bahasa Inggris disebut audience atau receiver.
5. Akibat/ efek/ pengaruh adalah hasil yang terjadi pada pihak penerima/
komunikan.
6. Tanggapan Balik/ umpan balik/feedback yakni tanggapan balik dari pihak
penerima/ komunikan atas pesan yang diterimanya.
7. Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor penentu yang dapat mempengaruhi
jalannya komunikasi . Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni

62
lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi
waktu.
8. Noise (gangguan), yakni faktor fisik atau psikologis yang dapat menghambat atau
mengganggu kelancaran proses komunikasi . Noise bisa terjadi pada sumber,
pesan, media, penerima. Faktor fisik contohnya, suara gaduh, bising, suhu udara,
sehingga mempengaruhi tingkat konsentrasi konsentrasi. Faktor psikologis
misalnya rasa takut, emosi, “grogi”.

Gambar 1 Modifikasi unsur-unsur komunikasi dari beberapa ahli

1. Karakteristik Komunikator
Aristoteles (1954) menyebut karakter komunikator sebagai ethos yang terdiri dari
pikiran baik (good sense), akhlak yang baik (good moral character) dan maksud yang baik
(good will). Hovland dan weiss (1951) menyebutkan ethos ini credibility yang terdiri dari dua
unsur, keahlian (expertise) dan dapat dipercaya (trustworthness). Sedikitnya ada tiga
karakteristik komunikator yang perlu diperhatikan yaitu: Kredibilitas (credibility); Daya
Tarik Sumber (attractiveness); Kekuasaan (power) (Sendjaya 2008, Cangara 2012).
Berkaitan dengan komunikator Hamidi (2007) membaginya menjadi tiga, yaitu: ethos
komunikator, kredibilitas komunikator, dan efektivitas komunikator.

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator.


Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikan tentang komunikator sebelum ia
melakukan komunikasi nya disebut prior ethos. Komponen kredibilitas yaitu; (1) keahlian,
adalah kesan yang dibentuk komunisi tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya
dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap

63
cerdas namun, jika komunikator yang dinilai rendah pada keahlian dianggap tidak
berpengalaman; Kepercayaan adalah kesan komunisi tentang komunikator yang berkaitan
dengan wataknya.

Atraksi terdapat faktor faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal


seperti daya tarik fisik, ganjaran dan kemampuan. Karena itulah, komunikator yang ingin
mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan adanya kesamaan antara
dirinya dan komunikate. Kenneth Burke, seorang ahli retorika menyebut upaya ini sebagai
“strategy of identification.”

Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia
ingin memengaruhi orang lain (Cangara 2012). Menurut Sendjaya (2008) Kekuasaan adalah
kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti halnya kredibilitas dan atraksi, ketundukan
timbul dari antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seseorang
memaksakan kehendaknya kepada orang lain karena ia memiliki sumber daya yang sangat
penting.

2. Pesan
Pesan atau informasi yang disampaikan oleh sumber/komunikator hendaknya
merupakan pesan yang mudah untuk dimengerti oleh komunikan/ penerima. Hal ini akan
menciptakan persamaan makna dan pengertian diantara pihak-pihak yang melakukan
pertukaran pesan. Biasanya pihak-pihak yang melakukan pertukaran pesan akan
mempertimbangkan pesan yang diterimanya tersebut berguna bagi dirinya atau tidak. Pesan
yang berguna akan dijadikan referensi dalam kehidupannya sedangkan yang tidak akan
dibiarkan hilang.

Menurut Hamidi (2007) menyatakan bahwa komunikasi bisa dikatakan efektif jika:
(1) pesan yang disampaikan dipahami oleh komunikan; (2) komunikan bersikap dan
berperilaku seperti yang dikehendaki komunikator; (3) ada kesesuaian antar komponen.
Sperber dan Wilson (1986) menyatakan bahwa mutu informasi adalah materi informasi yang
sesuai dengan kebutuhan, jelas dan dapat dimengerti oleh penerimanya, dapat dipercaya dan
mempunyai daya tarik.

64
Pesan pada penelitian ini adalah program CSR/PKBL PTPN. Sumaryo (2009)
mengukur pelaksanaan program CSR dengan menggunakan empat (4) indikator yaitu; (1)
perencanaan program, (2) proses pelaksanaan program, (3) kompatibilitas program, (4)
keberlanjutan program. Perencanaan program adalah kualitas ketrliabtan seseorang dalam
proses penyusunan rencana. Proses pelaksanaan program adalah tingkat keterlibatan
seseorang dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Kompatibilitas program
adalah keterhubungan atau kesesuain jenis program yang dijalankan dengan kebutuhan
seseorang. Keberlanjutan program merupakan keberlanjutan program dari awal kegiatan
sampai saat pengumpulan data dilakukan.

Selanjutnya, Sperber dan Wilson (1986) berpendapat bahwa ada lima hal yang terkait
dengan mutu pesan yang dapat dipertimbangkan oleh penerima yaitu (1) pesan sesuai atau
relevan dengan kebutuhan penerima, relevan dengan konteks dan budaya yang berlaku bagi
pengguna, (2) ada kebaruan/novelty dalam materi pesan tersebut, (3) dapat dipercaya, (4)
mudah dimengerti, dan (5) dapat memecahkan permasalahan pengguna.

3. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan sumber pesan dalam
menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Saluran ini dianggap
sebagai sarana penyampai informasi yang berasal dari sumber kepada penerima informasi
dengan berbagai jenis saluran komunikasi yang dapat digunakan sesuai dengan informasi
yang disampaikan.

Menurut Rogers (2003) mengatakan bahwa ada dua macam saluran komunikasi yang
dapat menyampaikan pesan-pesan pembangunan pertanian atau informasi pertanian yaitu
saluran media massa dan saluran interpersonal. Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Sendjaya (2008) bahwa secara umum ada dua saluran komunikasi dalam upaya
penyebarluasan pesan: saluran komunikasi personal (personal channels) dan saluran
komunikasi nonpersonal (non-personal channels) atau lazim disebut dengan saluran
komunikasi melalui media massa. Sedangkan, Cangara (2012) membagi media komunikasi

65
kedalam empat kelompok. Empat kelompok media atau saluran tersebut adalah: media antar
pribadi, media kelompok, media publik dan media massa.

Rogers (2003) menguraikan tentang kategorisasi saluran komunikasi bahwa seringkali


sulit bagi bagi penerima pesan untuk membedakan sumber pesan dan saluran yang membawa
pesan. Sumber adalah individu atau institusi yang menghasilkan pesan. Saluran adalah pesan
yang didapatkan dari sumber untuk disampaikan kepada penerima.

Menurut Rogers (2003) dan Sendjaya (2008) beberapa tipologi saluran komunikasi ,
di antaranya: (1) Saluran interpersonal, yaitu komunikasi tatap muka dengan keluarga,
tetangga/teman, pedagang alat usaha tani, penyuluh. Saluran interpersonal antar individu
sangat efektif, ada dialog, interaktif, ada umpan balik langsung. Saluran interpersonal antar
individu dapat merubah sikap khalayak, berlangsung tatap muka antara satu penerima atau
lebih dengan pemberi informasi. Tempat pertemuan di kantor penyuluh, rumah, lahan atau
pasar. (2) Saluran media massa, yaitu dalam bentuk tercetak dan elektronik. Tercetak adalah:
koran pedesaan, majalah, brosur, buku, poster. Elektronik adalah radio, televisi, internet.
Saluran media massa mempunyai potensi menyebarkan informasi dengan cepat.

4. Komunikan
Komunikan atau receiver (penerima pesan) adalah pihak yang menjadi sasaran pesan
yang dikirimkan oleh sumber (komunikator). Reciver juga bisa disebut dengan istilah
khalayak, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan.
Berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh penerima pesan. Penerima
pesan dalam komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Menjadi tugas
seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayaknya sebelum
proses komunikasi berlangsung agar proses komunikasi bisa berlangsung dengan baik dan
pesan komunikasi bisa tersampaikan. Penerima pesan mempunyai karakteristik fisik dan
psikologis yang membuat receiver itu unik. Karakteristik fisik dan psikologis penerima pesan
akan mempengaruhi penerimaan, interpretasi dan evaluasi pesan-pesan. Karakteristik
penerima pesan tersebut adalah karakteristik demografis, psikologis, dan karakteristik
perilaku receiver Sendjaya (2008).

66
5. Akibat/ Efek/ Pengaruh
Akibat/ efek/ pengaruh adalah hasil yang terjadi pada pihak penerima/ komunikan.
Dalam program CSR efek yang diingankan adalah pemberdayaan masyarakat. Oleh karena
itu aspek-aspek yang dijadikan tujuan program CSR untuk memberdayakan masyarakat perlu
diperhatikan dengan baik. Efek atau hasil akhir dari suatu komunikasi , merupakan sikap dan
tingkah laku individu, sesuai atau tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.
Jika sikap dan tingkah laku individu tersebut sesuai, maka komunikasi dapat dikatakan
berhasil, demikian pula sebaliknya (Sendjaja 2008, Muhammad 2009, Cangara 2012).

6. Umpan Balik/ feedback


Tanggapan balik/ umpan balik/feedback yakni tanggapan balik dari pihak penerima/
komunikan atas pesan yang diterimanya. DeVito (1997) menyatakan bahwa umpan balik
adalah informasi yang dikirim balik ke sumbernya. Manfaat program CSR perusahaan salah
satunya adalah citra positif dari masyarakat sebagai komunikannya. Oleh karena itu, kesan,
persepsi, penilaian, tanggapan, opini dan kepercayaan publik harus dijaga dengan sebaik
mungkin (Sendjaya 2008). Menurut Cangara (2012) umpan balik adalah salah satu bentuk
daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik juga
berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.
Tujuan program jangka panjang dari perusahaan adalah reputasi perusahaan yang baik.

7. Lingkungan Komunikasi
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor penentu yang dapat mempengaruhi
jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan
fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu (Cangara 2012).
Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak
terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi jarak jauh akan sulit dilakukan bila
tidak didukung oleh ketersediaan alat komunikasi . Alat komunikasi jarak jauh, misalnya
telepon, handpone, kantor pos atau jalan raya.

Selanjutnya, lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan


politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi , misalnya kesamaan bahasa,
kepercayaan, adat-istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan
67
kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi . Misalnya menghindari kritik yang
menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak.
Dimensi psikologis ini biasa dikenal disebut dimensi internal. Sedangkan, dimensi waktu
menunjukkan situasi yang tepat untuk

melakukan kegiatan komunikasi . Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan


waktu, misalnya musim (Mulyana 2007, Cangara 2012).

8. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi bisa terjadi pada sumber, pesan, media, penerima. Hambatan
terdiri atas : hambatan sosiologis, antropologis dan psikologis. Hambatan sosiologis
berhubungan dengan pergaulan dalan kehidupan bermasyarakat. Kemudian, hambatan
antropologis berkaitan dengan gaya hidup, kebudyaan, norma, kebiasaan dan bahasa.
Selanjutnya, hambatan psikologis berkaitan dengan kondisi psikologi seseorang, marah,
senang, kecewa, bingung dan lain sebagainya (Effendy 2002).

Selanjutnya, Cangara (2012) menyatakan beberapa gangguan komunikasi diantaranya


sebagai berikut; gangguan teknis, gangguan semantik dan psikologis, gangguan fisik.
Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami
gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan
(channel noise), sedangkan gangguan semantik terjadi disebabkan karena kesalahan pada
bahasa yang digunakan. Kemudian gangguan psikologis terjadi dikarenakan adanya
persoalan-persoalan dalam diri individu, misalnya rasa curiga pada komunikator, situasi
berduka atau karena gangguan kejiwaan. Selanjutya gangguan fisik adalah rintangan yang
disebabkan karena kondisi georgrafis misalnya jarak jauh, tidak ada sarana, gangguan
organik
Setiap unsur memiliki peranan dan sangat penting dalam membangun proses
komunikasi . Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnnya. Artinya, tanpa
keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi (Cangara 2012).

68
1.1 Model Komunikasi
Model Komunikasi terdiri kata model dan komunikasi. Model ialah suatu gambaran
yang sistematik dan Abstrak, dimana menggambarkan potensi-potensi tertentu yang berkaitan
dengan berbagai aspek dari sebuah proses (Book 1980) (dalam Cangara 2012). Model adalah
representasi suatu fenomena baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur
terpenting dari fenomena tersebut. Terdapat ratusan model komunikasi yang digagas para ahli
dalam perkembangan studi komunikasi. Model komunikasi menurut Gordon Wisemen dan
Larry Barker (dalam Mulyana 2007) berfungsi: pertama melukiskan proses komunikasi;
kedua, menunjukan hubungan visual; dan ketiga membantu dalam menemukan dan
memperbaiki kemacetan komunikasi. Setiap model mempunyai kelebihan dan kekurangan
dan hanya dapat diukur berdasarkan kemanfaatannya dengan dunia nyata khususnya ketika
menjaring data dalam penelitian (Mulyana 2007). Mulyana (2007) mengutip pendapat
Wenburg dan Wilmot, Sereno dan Bodaken yang mengemukakan bahwa perkembangan
komunikasi meliputi tiga kerangka konsep yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah,
sebagai interaksi dan sebagai transaksi. Model diartikan oleh Mulyana (2007) sebagai
representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur
terpenting dalam fenomena tersebut. Rahmat (2007) menyatakan bahwa model dapat
mempermudah dalam menganalisis masalah.

Pertama, komunikasi sebagai tindakan satu arah atau proses linier adalah pesan dari
pengirim kepada penerima (source oriented communication). Mulyana (2007) menghimpun
definisi komunikasi menurut Hovland adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain (communicate). Menurut Lasswell cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut, ”Who says what in which channel
to whom with what effect” (komunikasi adalah siapa mengatakan apa kepada siapa melalui
media yang menimbulkan efek tertentu) (Cangara 2012). Berlo (1960) mendefinisikan
komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima, model yang
dikenal adalah SMCR; Rogers (2003) mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan tujuan untuk
mengubah tingkah laku. Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi dengan pendekatan

69
linier adalah terjadinya perubahan perilaku. Komunikasi linier divisualisasikan oleh Adler
dan Rodman (2006) pada Gambar 1.

Kedua, komunikasi sebagai interaksi lebih dinamis daripada proses linier. Peran
sebagai pengirim dan penerima dilakukan secara bergantian namun masih berorientasi
sumber, oleh karenanya masih bersifat mekanis dan statis. Salah satu unsur yang
ditambahkan dalam pendekatan interaksi ini adalah umpan balik, yakni apa yang disampaikan
penerima pesan kepada sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas komunikasi
yang disampaikan sebelumnya. Konsep komunikasi sebagai interaksi di antaranya
dikemukakan oleh Rogers dan Shoemaker (1986) dalam Adler dan Rodman (2006)
memperkenalkan model komunikasi inovasi. DeVito (2009) mendefenisikan komunikasi
sebagai tindakan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, mengirim dan menerima pesan,
dapat terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh
pada perubahan perilaku manusia dan ada peluang untuk melakukan umpan balik. Model ini
dikenal dengan Model SMCRE seperti tersaji pada Gambar 2.

Ketiga, komunikasi sebagai transaksi dipandang sebagai proses pembentukan makna


oleh dua orang atau lebih. Dalam model transaksional, komunikasi dianggap berlangsung bila
seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain baik verbal maupun non verbal. Wenburg
dan Wilmot (1973), Tubbs dan Moss (1996), Ivy dan Backlun (1994) (dalam Mulyana 2007)
menyatakan komunikasi sebagai proses transaksional adalah usaha untuk berbagi dan

70
memperoleh kesamaan makna. Adler dan Rodman (2006) memvisualisasikan model
transaksional seperti tersaji pada Gambar 3.

Dalam konsep komunikasi sebagai transaksional, komunikasi difokuskan pada


receiver sebagaimana pada model relational (Schramm 1973) dan model convergen (Rogers
dan Kincaid 1981) dalam Adler dan Rodman (2006). Kedua model (relational dan convergen)
bersifat pertukaran informasi dua arah, memperhatikan kebutuhan dan adanya saling berbagi
pengetahuan (knowledge-sharing model). Model ini memiliki pertanyaan utama ”who is
talking back to the who talk to them”. Artinya komunikasi dialogis membentuk ke arah saling
pengertian, persetujuan bersama dan kerjasama. Terjadinya saling pengertian berarti
terbentuknya pengertian yang relatif sama di antara peserta komunikasi mengenai suatu
realita atau obyek komunikasi. Bersifat relatif karena dua pengertian atau lebih yang sama
persis tidak mungkin secara empiris, akan tetapi saling mendekati. Dalam model konvergen,
perbedaan pengertian, baik konsep maupun makna, untuk maksud tujuan-tujuan tertentu terus
berkurang sampai derajat toleransi berlangsung dalam kurun waktu tercapainya kesepakatan.

Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan sumber pesan dalam


menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Saluran ini dianggap
sebagai sarana penyampai informasi yang berasal dari sumber kepada penerima informasi
dengan berbagai jenis saluran komunikasi yang dapat digunakan sesuai dengan informasi
yang disampaikan.

71
Rogers (2003) mengatakan bahwa ada dua macam saluran komunikasi yang dapat
menyampaikan pesan-pesan pembangunan pertanian atau informasi pertanian yaitu saluran
media massa dan saluran interpersonal. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sendjaya
(2008) bahwa secara umum ada dua saluran komunikasi dalam upaya penyebarluasan pesan:
saluran komunikasi personal (personal channels) dan saluran komunikasi nonpersonal (non-
personal channels) atau lazim disebut dengan saluran komunikasi melalui media massa.
Sedangkan, Cangara (2012) membagi media komunikasi ke dalam empat kelompok. Empat
kelompok media atau saluran tersebut adalah: media antar pribadi, media kelompok, media
publik dan media massa.

Rogers (2003) menguraikan tentang kategorisasi saluran komunikasi bahwa seringkali


sulit bagi bagi penerima pesan untuk membedakan sumber pesan dan saluran yang membawa
pesan. Sumber adalah individu atau institusi yang menghasilkan pesan. Saluran adalah pesan
yang didapatkan dari sumber untuk disampaikan kepada penerima.

Menurut Rogers (2003) dan Sendjaya (2008) beberapa tipologi saluran komunikasi,
diantaranya: (1) Saluran interpersonal, yaitu komunikasi tatap muka dengan keluarga,
tetangga/teman, pedagang alat usaha tani, penyuluh. Saluran interpersonal antar individu
sangat efektif, ada dialog, interaktif, ada umpan balik langsung. Saluran interpersonal antar
individu dapat merubah sikap khalayak, berlangsung tatap muka antara satu penerima atau
lebih dengan pemberi informasi. Tempat pertemuan di kantor penyuluh, rumah, lahan atau
pasar. (2) Saluran media massa, yaitu dalam bentuk tercetak dan elektronik. Tercetak adalah:
koran pedesaan, majalah, brosur, buku, poster. Elektronik adalah radio, televisi, internet.
Saluran media massa mempunyai potensi menyebarkan informasi dengan cepat.

Cara Berfikir Tentang Komunikasi


Komunikasi biasanya dianggap sebagai proses untuk transmisi informasi dan untuk
mempengaruhi orang. Dalam kursus berbicara di depan umum, misalnya, menunjuk mey
belajar untuk memberikan untuk pesan yang efektif kepada audiens. Dalam kelas persuasi,
Anda akan menekankan metode untuk influenceing sikap, dan dalam iklan, tujuannya adalah
untuk menjual produk, jasa, dan gagasan.

72
Model transmisi ini berguna sekaligus membatasi pemahaman kita tentang kekuatan
komunikasi dalam kehidupan manusia. Untuk alasan ini, kami ingin memperkenalkan konsep
yang lebih luas tentang komunikasi: dan menunjukkan bagaimana komunikasi adalah media
yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia.

Lebih dari perangkat, komunikasi menciptakan makna dan bentuk realitas yang
bervariasi menurut tempat kita berada. Simbol-simbol dan makna yang membentuk
pengalaman manusia dibangun melalui komunikasi, dan orientasi kita untuk setiap aspek
kehidupan ditentukan oleh makna simbolik yang muncul dari interaksi sosial. Singkatnya,
dunia kita dibuat dalam komunikasi.

Bagi banyak orang, hal ini sulit untuk memahami titik yang tidak terdapat di luar
komunikasi, jadi mari kita jelaskan hanya sedikit lebih. Kami tidak mengklaim bahwa benda
tidak ada, tapi kita hanya bisa mengetahui dan berhubungan dengan benda-benda melalui
makna sosial berasal. "Hal-hal" yang kita alami dalam hidup kita dikonseptualisasikan ke
dalam kategori, dan kita membangun hubungan melalui interaksi dalam kelompok sosial.
Kami tidak hanya berorientasi "benda" dengan cara ini, tetapi juga semua bentuk
pengalaman.
Perspektif Komunikasi
Ketika kita melihat bagaimana makna dibangun, bagaimana manusia berorientasi
kepada dunia melalui simbol-simbol, dan bagaimana orang yang berbeda berpikir tentang
kehidupan, kita mengambil perspektif komunikasi. Perspektif ini menarik perhatian kita
kepada orang yang membuat perbedaan yang membantu mereka mengatur fluks dan aliran
pengalaman mereka dan berbicara tentang hal-hal ini dengan orang lain. Perspektif
Komunikasi membantu kita melihat bagaimana setiap aspek dari pengalaman diciptakan
melalui komunikasi.

Dalam bab ini, kami memperkenalkan tesis - dilakukan di seluruh sisa buku ini -
bahwa manusia membangun dan mengelola perbedaan mereka melalui komunikasi. Kadang-
kadang perbedaan dipandang sebagai sesuatu yang berharga, kadang-kadang bermasalah, dan
kadang-kadang berbahaya. Seperti yang kita eksplorasi dalam tesis ini, kita akan melihat
cara-cara di mana perbedaan dibangun dan bagaimana konflik dibuat.
73
Proses Komunikasi Dalam Kehidupan Manusia
Sains adalah suatu usaha sosial di mana bahasa digunakan untuk membuat kategori
pemahaman dan penjelasan. Dunia harus disimbolkan, dikategorikan, dan disusun dalam
bentuk yang berguna yang memungkinkan kita untuk berpikir dan berbicara tentang hal itu.

Semua hal-hal yang berkaitan dengan dunia dibuat melalui proses ini. Apa yang kita
ketahui selalu datang dalam satu cara lain dari pengalaman, dan pengalaman kami adalah
keeratan sosial. Sebuah pertanyaan yang berguna adalah apa yang kita buat ketika kita
berkomunikasi. Ketika Anda berpikir tentang komunikasi, dengan orang tua Anda misalnya,
menurut Anda apa yang Anda buat? Perasaan permusuhan? Sebuah hubungan yang erat?
Etika saling membantu? Mungkin banyak hal yang dilakukan di berbagai titik dalam
hubungan Anda dengan orang tua Anda.

Kita bisa berpendapat bahwa apa yang kita buat melalui komunikasi sebagai
seperangkat resources (sumber daya) yang dapat kita andalkan. Sumber daya ini adalah
makna, atau cara pemahaman, yang mencakup nilai-nilai, sikap, keyakinan, prinsip moral,
emosi, persepsi, dan teori. Identitas Anda sebagai orang pada setiap titik dalam hidup Anda
terganggu di bagian sumber daya yang tersedia untuk Anda, pencapaian komunikasi.

Jika Anda mengatakan sesuatu yang sangat pribadi kepada teman Anda, dan teman
Anda itu menjaganya sebagai sesuatu yang rahasia, Anda berarti telah membangun hubungan
kepercayaan. Jika kelompok studi Anda sangat efektif meningkatkan nilai atau peringkat
semua anggota kelas pada saat ujian, itu berarti kelompok Anda berhasil membangun
perasaan yang efektivitas. Selama hidup, sumber daya simbolis Anda dibuat, dibuat ulang,
diperluas, dan diubah melalui komunikasi. Sumber daya Anda tidak hanya hal-hal materi -
seperti uang - yang diam di suatu tempat dan menunggu untuk digunakan. Sebaliknya, makna
simbolis Anda terus-menerus membimbing tindakan Anda. Anda curhat lagi di teman Anda
karena Anda pikir Anda bisa mempercayai orang ini. Anda antusias akan menghadiri
pertemuan kelompok studi karena keyakinan Anda bahwa kelompok tersebut efektif, dan
Anda melakukan sesuatu dengan baik di tempat kerja karena kepercayaan diri dan loyalitas
Anda telah dikembangkan di sana.

74
Makna dapat berubah begitu komunikasi memperkenalkan perspektif yang baru.
Begitu orang bereaksi berbeda terhadap apa yang kita lakukan, resources yang ada pada kita
diubah. Kita tidak hanya belajar tentang ekspresi dan makna baru, tetapi kita juga melihat
orang lain menanggapi tindakan kita dengan cara-cara baru yang dapat menggeser
pemahaman kita tentang arti suatu tindakan dan perbuatan. Lebih beragam percakapan mitra
kami, sumber daya kami bisa menjadi lebih luas.

Ketika sumber daya dan praktik konsisten dan memperkuat diri, kita mengalami
koherensi, perasaan jelas dan konsistensi. Koherensi dialami ketika sumber daya kami jelas
dan tidak ambigu, tindakan kita tampaknya sesuai dengan apa yang menurut kita harus
terjadi, kita pahami dan merasa dipahami, dan setiap orang merespon dengan cara yang tepat.

Karena itu, koherensi adalah sebuah prestasi. Dalam masyarakat yang sangat ketat di
mana sumber daya yang dijaga ketat dan disahred, koherensi adalah sesuatu yangkita
harapkan dan sesuatu yang umum. Suatu kelompok menggunakan seperangkat praktek yang
dapat diprediksi terus memperkuat sumber daya mereka, dan perubahan tidak banyak.
Kehidupan kontemporer, bagaimanapun, tidaklah sederhana, begitu ada kekurangan
tantangan koherensi atas apa yang kita pikir kita tahu, kita rasakan, dan harus kita lakukan.

Konflik dapat merupakan koherensi dan membingungkan pada saat yang bersamaan.
Koheren bila pihak bertindak mengunakan cara yang terasa konsisten dengan pandangan
mereka tentang apa itu konflik dan bagaimana hal itu harus dilakukan. Koherensi kurang
ketika mereka tidak bisa ditebak atau tidak konsisten dengan apa yang salah satu pihak
mungkin ingin lakukan.
Hubungan Manusia Dan Komunitas
Manusia, hubungan, dan komunitas adalah sebuah ekosistem. Ketiga komponen
tersebut saling mempengaruhi dan tidak bisa berdiri sendiri sehingga ekosistem komunikasi
tersebut tak bisa dipisahkan. Ekosistem itu mengimplikasikan:

1. Komunikasi pribadi tergantung pada standar komunikasi yang telah melekat kuat
dalam masyarakat dan berbagai peran diasumsikan dalam hubungan tertentu.

75
Agama, budaya, era komunikasi menentukan pola komunikasi yang satu sama lain
diadopsi pada kondidi dan situasi yang berbeda.
2. Pemahaman tentang diri kita sendiri sebagian ditentukan oleh masyarakat yang
pengaruhnya paling kuat dalam kehidupan seseorang. Ada budaya yang
mengajarkan tentang kemandirian, sementara budaya lai mengajarkan
kebersamaan.
3. Jenis relationship yang kita negosiasikan dengan orang lain dalam situasi tertentu
tergantung pada langkah yang kita ambil tentang bagaimana kita melihat diri kita
dalam relationship tersebut dan bagaimana masyarakat mendefinisikan hubungan
itu.
Kontradiksi Dan Kesesuaian
Semua orang mengalami konflik dari waktu ke waktu karena kita semua memiliki
aspirasi , keinginan dan sebagainya yang berbeda. Banyak orang berhasil membawa
perbedaan-perbedaan itu menjadi suatu kesesuaian. Meskipun konflik mungkin tidak
nyaman, tetapi hal itu bisa membuat orang menjadi pribadi yang positif.
Teori Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin yaitu configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. (2) Adapun pengertian konflik yang
diacu pada sumber lain adalah sebuah situasi sikap mereka yang saling mempertahankan diri
ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang,
sekelompok bahkan sebuah organisasi dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka
berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama. (3) Sedangkan pengertian dari komunikasi
sendiri dilihat dari para ahli komunikasi ialah : a. Everet M. Rogers: ”Proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku” b. Josep A. Devito “Suatu pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain
atau sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan umpan balik langsung.” c. Bernard
dan Gery ”Transmisi, gagasan. Emosi, keterampilan, dsb, dengan menggunakan simbol-
simbol, kata-kata, gambar, figur, dsb. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasa
disebut komunikasi.” Sehingga dapat ditarik kepada sebuah kesimpulan mengenai pengertian
konflik komunikasi itu sendiri. Konflik komunikasi ialah suatu perbedaan bahasa atau makna
76
yang terjadi antara komunikator dengan komunikan dalam menyampaikan sebuah message
(pesan). Karena suatu komunikasi akan berjalan efektif (tidak akan melahirkan sebuah
konflik) bila terdapat suatu kesamaan makna dan bahasa. Bila demikian dapat kita artikan
bahwa konflik komunikasi itu sama dengan hambatan komunikasi. Karena sama-sama
diawali oleh ketidaksamaan akan suatu bahasa dan makna.

Fisher (2001) menjelaskan teori penyebab konflik dalam masyarakat. Pertama, teori
hubungan masyarakat, bahwa konflik yang terjadi lebih disebabkan polarisasi,
ketidakpercayaan (distrust) maupun permusuhan antar kelompok yang berada ditengah-
tengah masyarakat kita. Kedua, teori negosiasi prinsip, bahwa konflik disebabkan oleh posisi-
posisi yang tidak selaras serta perbedaan pandangan tentang konflik antara pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya.

Weber dan kaum Weberian (dalam Sanderson, 1995) menyatakan fenomena


munculnya konflik tidak sekedar disebabkan oleh ketimpangan sumber daya ekonomi atau
produksi saja sebagaimana yang disinyalir oleh berbagai pihak selama ini. Dalam hal ini
Weber (1995) menekankan bahwa konflik terjadi dengan cara jauh lebih luas dari hal-hal
tersebut. Walaupun demikian ia juga mengakui bahwa sumber daya ekonomi merupakan ciri
dasar kehidupan sosial.

Weber (1995) melihat banyak tipe-tipe konflik yang terjadi dalam masyarakat. Dalam
hal ini ia membedakan dua tipe konflik. Pertama, konflik dalam arena politik. Konflik ini
tidak hanya didorong oleh nafsu untuk memperoleh kekuasaan atau keuntungan ekonomi
oleh sebagian individu atau kelompok. Dikatakan Weber (1995) konflik tipe ini tidak hanya
terjadi pada organisasi politik formal, tetapi juga dalam setiap tipe kelompok, organisasi
keagamaan dan pendidikan. Kedua, konflik dalam hal gagasan dan cita-cita. Konflik tipe ini
ditekankan pada individu atau kelompok yang tertantang untuk memperoleh dominasi dalam
pandangan dunia mereka, baik yang menyangkut doktrin agama, doktrin nilai budaya, filsafat
sosial, ataupu konsepsi gaya hidup kultural. Dengan demikian di samping kesenjangan
ekonomi masih banyak faktor lain yang bisa menyebabkan terjadinya konflik dalam
masyarakat.
Ragam Konflik
77
Sebuah tipologi konflik berguna ketika isu-isu dalam konflik dipusatkan di salah satu
dari lima kategori di bawah ini. Ketika fokus masalah terjadi, respon yang berbeda terhadap
suatu konflik diperlukan. Misalnya, jika konflik utamanya adalah konflik data, berbagi
informasi dan menjadi yakin bahwa masing-masing pihak menafsirkan fakta dengan cara
yang sama akan berguna. Namun, jika konflik utamanya adalah tentang nilai-nilai, berbagi
data faktual saja akan sedikit berguna atau tidak sama sekali. Beberapa ragam konflik antara
lain:

1. Konflik Data: Konflik yang muncul akibat kurangnya informasi, informasi yang
berbeda, informasi yang ditafsirkan secara berbeda atau ditahan, atau cara pandang
terhadap data yang relevan.
2. Konflik kepentingan: Konflik yang terjadi ketika ada sumber daya yang langka
nyata atau dirasakan seperti aset fisik (uang atau hal-hal berwujud lainnya), isu-isu
prosedural (bagaimana keputusan harus dibuat) atau masalah psikologis (yang
berada di ranah emosional).
3. Konflik Hubungan (relational conflict) : Konflik hubungan biasanya terjadi di
lingkungan dimana orang-orang berinteraksi memiliki emosi yang kuat, stereotip,
pola komunikasi yang buruk dan negatif.
4. Konflik Nilai: Konflik yang terjadi ketika orang memiliki cara hidup yang berbeda,
tujuan berakar atau kriteria yang berbeda-beda tentang bagaimana untuk
mengevaluasi perilaku.
5. Konflik Struktural: Konflik yang diakibatkan oleh ketidakadilan struktural dalam
penguasaan, pemilikan, kekuasaan, wewenang atau pemisahan geografis.
6. Konflik Moral. Konflik ini ditandai dengan adanya perbedaan pandangan terhadap
dunia atau ideology, Konflik tersebut melibatkan perbedaan filosofis yang
mendalam di mana pemahaman satu pihak terhadap suatu tidak cocok dengan yang
lain. Pentingnya konflik moral ini karena konflik tersebut melibatkan perbedaan
signifikan yang tidak sekadar ketidaksepakatan belaka. Perbedaan nilai sering
merupakan bagian, tetapi hanya sebagian, konflik tersebut. Konflik moral
cenderung persisten dan sulit untuk dikelola.

78
Christopher Moore (1996), mediator dan penulis, membahas jenis konflik dilihat oleh
mediator dan menawarkan cara untuk memeriksa penyebab dasar konflik. Moore mengklaim
bahwa masalah dalam konflik yang berpusat di satu atau lebih dari lima arena tadi.
Sebuah tipologi konflik berguna ketika isu-isu dalam konflik dipusatkan di salah satu
dari lima kategori. Ketika fokus masalah terjadi, respon yang berbeda untuk konflik
diperlukan. Misalnya, jika konflik terutama konflik data, berbagi informasi dan menjadi
yakin bahwa masing-masing pihak menafsirkan fakta dengan cara yang sama berguna.
Namun, jika konflik terutama adalah tentang nilai-nilai, berbagi data faktual saja akan
berguna sedikit atau tidak ada.

Ingat bahwa metafora adalah perbandingan tersirat. Seringkali kita bahkan tidak
menyadari bahwa kata-kata yang kita pilih menyampaikan arti khusus. Sebagai contoh, kita
sering mendengar atau mengatakan "dia menyerang saya" atau “mereka menembak jatuh ide
saya” tanpa tanpa harus secara tegas mengakui bahwa frase itu adalah metafora untuk perang.
Pendekatan Konflik
Tindakan berjuang terhadap beberapa bentuk perlawanan seperti mendorong terhadap
pintu yang menempel, serta berusaha mengatasi pola-pola sosial atau politik yang
menghambat kita, seperti mencoba menembus garis polisi atau mencoba untuk mendorong
kembali musuh militer. Ini merupakan upaya mendasar untuk menjauh dari atau mengubah
status quo atau untuk mempertahankan posisi langsung seseorang terhadap upaya untuk
mengubahnya.

Dalam beberapa kasus, mengurangi atau menghapus upaya penyelesaian tampaknya


penting untuk menghambat kerusakan lebih lanjut. Dalam kasus lain, upaya untuk mengelola
perbedaan menuntut strategi pemecahan masalah yang multiguna. Kebanyakan kerusakan
muncul karena upaya penanganan dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan. Lalu apa
pendekatan yang bisa menghasilkan kondisi perbedaan yang produktif dan berguna? Keltner
melihat bahwa kita perlu membuat tempat dalam masyarakat kita mengelola berbagai macam
upaya. Dalam bagian ini, kami memperkenalkan pilihan dan model ketika dihadapkan pada
situasi konflik.

79
Pada saat penulisan ini, perjuangan di dunia tampaknya berada pada puncaknya.
Dalam era yang ditandai dengan tragedi 9/11, perang Irak, polarisasi dunia, dukungan dari
sistem pengadilan, dan tingkat perceraian yang tinggi, sulit untuk mendorong metode
manajemen konflik yang menawarkan harapan. Namun masyarakat kadang-kadang berhasil
bekerja melalui konflik yang berpotensi merugikan.

Berbagai sistem politik menunjukkan konflik dengan cara yang berbeda-beda. Para
pendiri Amerika Serikat, misalnya, mengantisipasi bahwa negara baru mereka akan
memerlukan seperangkat prosedur, pembingkaian hokum, yang memungkinkan resolusi
konflik secara damai. Seperti negara-negara besar dunia, sistem yurisprudensi kami didirikan
untuk tujuan ini. Selain itu, Amandemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat memungkinkan
kita bebas mencoba untuk mempengaruhi orang lain dan kemampuan untuk memohon
pemerintah melakukan ganti rugi. Beberapa negara menggunakan diplomasi internasional,
sanksi, dan angkatan bersenjata untuk menyelesaikan sengketa internasional. Keluarga,
organisasi, dan masyarakat juga bekerja di luar cara-cara untuk membuatnya melalui konflik.

Pendekatan konflik bervariasi menurut tingkat konfrontasi dan antagonisme yang


terjadi. Mari kita lihat dua genre yang luas dari manajemen konflik - metode permusuhan
yang cenderung konfrontatif dan metode alternatif yang cenderung kerjasama yang lebih.

Jika Anda yang memiliki komunikasi sebagai bidang utama di perguruan tinggi, Anda
mungkin akan memiliki minimal satu saja dalam persuasi dan argumentasi, di mana Anda
belajar tentang bagaimana mempengaruhi orang lain melalui komunikasi. Pengaruh persuasi
begitu berakar dalam sejarah dan tradisi yang telah diasumsikan penting luar biasa dalam
urusan pribadi dan masyarakat. Terutama dalam masyarakat Barat, orang-orang yang
mendorong untuk membawa kecerdasan masing-masing untuk menanggung dalam
menciptakan suatu kasus untuk apa yang mereka yakini benar.

Dalam situasi konflik, ini berarti bahwa persaingan dengan lawan adalah untuk
menghasilkan argumen terbaik dan pesan yang paling efektif. Setidaknya secara teori, cita-
cita domenstik, cita-cita demokrasi bahwa setiap orang membawa keempat argumen terbaik,
dan kebenaran akan memiliki cara yang berlaku. Setidaknya secara teori, demokrasi yang
80
ideal adalah bahwa setiap orang membawa argumen terbaik, dan kebenaran akan memiliki
cara yang kuat.

Yang ideal ini didasarkan pada filosofi demokrasi liberal, rasionalitas individu, dan
pragmatisme. Dalam kehidupan nyata, kita tahu bahwa persuasi hanya sebagian yang
didasarkan pada kekuatan rasionalitas. Bahkan, persuasi juga melibatkan banyak dayatarik
non-rasional yang menggunakan kekuatan untuk memberikan atau menahan apa yang orang
lain inginkan dan butuhkan, seperti akses ke forum publik termasuk media, kewenangan
untuk membuat keputusan, dan keanggotaan dalam kelompok yang kuat.

Persuasi, kemudian, terdiri dari sejumlah bentuk penyelesaian yangsetidaknya


berfokus pada upaya yang bersifat antikekerasan. Dalam persuasi, kita menggunakan kata-
kata, bukan kekuatan, untuk mempengaruhi pihak lain. Kita mungkin mencoba untuk
mempengaruhi orang lain secara langsung, atau kita mungkin menyerukan kepada pengambil
keputusan - orang tua, bos, pembuat kebijakan, hakim, atau juri - untuk mengambil tindakan
yang menguntungkan dari sudut pandang kita.

Persuasi, tentu saja, tidak terbatas pada individu. Grup membuat kampanye dan lobi
untuk mempengaruhi hasil dari undang-undang. Faktor yang menyulitkan adalah bahwa
pihak yang bertikai tidak selalu memiliki logika umum yang rasional, rasa berbagi bagaimana
menyelesaikan sengketa, atau ide kolektif tentang persuasi yang tepat. Seringkali, sengketa
bukan hanya melibatkan isu-isu tetapi juga kesesuaian bentuk persuasi yang digunakan.

Orang-orang mempengaruhi satu sama lain, dan pengambil keputusan mendengarkan


argumen, tapi persuasi biasanya gagal ketika pihak yang bertikai tidak bersedia untuk
menyetujui proposal lain. Strategi retoris mungkin efektif dalam beberapa perselisihan,
terutama ketika kompetensi komunikasi membawa kejelasan untuk masalah di bahas. Debat,
bagaimanapun, tidak selalu bekerja ketika standar argumen dari sisi keduanya tidak cocok.
Dalam situasi seperti ini, persuasi. Adversarial methods cenderung konfrontasi dan
Alternative methods cenderung kerjasama.

81
Adversarial Methods
Litigation: Ketika konflik tidak dapat diselesaikan melalui cara biasa saja (misalnya
dengan perundingan adat diskusi), maka alternatifnya adalah dengan menyelesaikannya
melalui jalur pengadilan.

Diatribe: Makian. Dalam situasi konflik, seringkali kita jumpai - bahkan di ranah
public sekalipun, misalnya, acara dengar pendapat pemerintah dan DPR yang disiarkan
langsung melalui TV – satu pihak bisa saja frustasi melihat ketidakmampuan pihak lain dari
sudut pandang mereka sehingga mereka meluncurkan kata-kata cacian - nama panggilan,
berteriak, dan sebagainya. Dalam situasi konflik sangat panas - baik di rumah atau di tempat
umum - upaya untuk menurunkan konflik dengan cara ini biasanya menimbulkan reaksi
cacian balik.

Force: Pemaksaan berarti pengharapan dan kepentingan. Di rumah, orang tua


bersikap tegas memaksakan sesuatu kepada anaknya yang masih kecil dengan harapan anak
tersebut mematuhinya. Manajer memaksa karyawannya untuk melakukan hal-hal yang bisa
saja tak mereka ingin lakukan dengan menerapkan sejumlah sanksi organisasi, dan
pemerintah memaksa warganya untuk mematuhi hokum dengan harapan terwujudnya suatu
ketertiban.
Alternative Dispute Resulution
Negotiation: Dalam negosiasi, partisipasi bersifat sukarela dan tidak ada pihak ketiga
yang memfasilitasi atau memaksakan resolusi.

Mediation. Dalam mediasi, ada pihak ketiga, mediator hanya memfasilitasi proses
penyelesaian (dan bahkan mungkin menyarankan resolusi. Biasanya dikenal sebagai
"proposal mediator"), tetapi tidak bisa memaksakan resolusi pada pihak yang berselisih. Di
beberapa negara (misalnya, Inggris), ADR ini identik dengan yang negara lain umumnya
disebut sebagai mediasi.

Mediators are impartial concerning the outcome of the process: Pendekatan


komunikasi mereka tidak berdasarkan pada preferensi tertentu, untuk setiap peserta atau salah

82
satu pilihan potensial kesepakatan yang dihasilkan oleh para peserta. Para mediator
mengesampingkan bias personal.

Mediators open communication channel: Dengan menciptakan suasana yang


memungkinkan terpecahnya masalah, mediator dapat melakukan komunikasi yang dibingkai
secara enak dan membuka kemungkinan terjadinya pertukaran yang produktif.

Mediators model dignity, respect, and compassion: Mediator berasumsi bahwa pihak
yang berselisih cukup kompeten dan cerdas untuk menangani masalah mereka
sendiri.Dimulai dengan cara berkomunikasi co-mediator satu sama lain yang dilanjutkan
dialog dengan peserta, mediator mendengarkan secara hati-hati, mengekspresikan
ketertarikan dan kepedulian terhadap isu-isu yang muncul, dan memberi contoh bagaimana
pihak-pihak yang berselisih memperlakukan satu sama lain.

Mediators recognize the need for humans to address emotions as well as facts and
issues: Proses mediasi adalah tempat yang aman untuk untuk berbagi kesedihan, kemarahan,
ketidakpastian, frustrasi, serta segudang emosi lainnya. Disini mediator memahami
kebutuhan orang untuk curhat tentang fakta danisuyang muncul. Seringkali perasaan tersebut
dapat dinyatakan -- dan diakui – bisa menciptakan perasaan lega. Mediator memfasilitasi itu

Mediators believe in the strength of voluntary settlements: Mengetahui bahwa


keterlibatan dalam menciptakan masa depan seseorang membawa kepemilikan dan
komitmen, mediator mendorong kepercayaan bahwa kerjasama untuk menyelesaikan
perbedaan akan memberikan hasil yang memuaskan. Proses litigasi mengandung ketegangan
dan misteri tentang "apa yang akan terjadi selanjutnya." Disini mediator meyakinkan semua
pihak bahwa langkah berikutnya selalu berada di tangan peserta. Merekalah yang paling logis
untuk mengelola masalah-masalah mereka sendiri.

Arbitration. Dalam arbitrase, partisipasi biasanya sukarela, dan ada pihak ketiga yang
berperan sebagai hakim swasta yang bisa memaksakan resolusi. Arbitrase sering terjadi
karena pihak yang berselisih berdasarkan kontrak setuju bahwa bila setiap muncul
perselisihan di masa depan mereka akan menyelesaikan melalui arbitrase.
83
Mengelola Konflik
1. Konflik Pribadi
Realisme pribadi datang kemudian ketika seseorang menyadari adanya perbedaan
tujuan, nilai-nilai, dan gaya. Ini berlangsung ketika hal-hal yang berkaitan dengan masalah
kemerdekaan dan kebebasan dipertaruhkan. Ketika dua tetangga berkonflik tentang apakah
akan menebang pohon atau tidak, mereka perlu memahami perbedaan pendapat mereka
sesuai dengan konteksnya.
Personal Identity. Identitas pribadi adalah sekumpulan makna yang terorganisir dan
mengarahkan perasaan, pikiran, ingatan, dan perilaku kita. Personal identity terdiri dari sikap
yang dirasakan, perilaku dan gaya tertentu, kepribadian, minat, kemampuan, karakter, dan
sebagainya.
Sebagai ilustrasi, sementara Anda berusaha agar berbeda dengan yang lain, Anda juga
mengatur identtas-identitas yang Anda miliki menjadi satu kesatuan yang koheren. Meskipun
Anda tahu bahwa Anda melakukan perubahan dari waktu ke waktu, Anda juga melihat diri
Anda sebagai relatif tidak berubah (stabil), setidaknya sebagian besar waktu.
2. Konflik Moral.
Konflik moral terjadi ketika mereka yang berselisih tidak dapat menyepakati
seperangkat standar yang digunakan untuk menilai kualitas argumen moral secara
memuaskan. Mereka memiliki asumsi yang sangat berbeda tentang realitas, pengetahuan, dan
resolusi konflik.

Setiap kali Anda berperilaku sesuai dengan gambaran umum tentang seutau yang
benar atau salah, Anda tetap bertindak dalam konteks moral. Setiap kali Anda mengkritik
perilaku seseorang atas dasar pelanggaran moral, Anda bertindak dalam konteks moral.
3. Intrapersonal Conflict
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus. Konflik intrapersonal dapat berasal dari keragaman yang biasa terdapat dalam diri
sendiri dan perbedaan antara bagaimana Anda melihat diri Anda dengan bagaimana orang
lain melihat anda.

84
4. Cognitive Inconsistency
Pikiran, perasaan, dan perilaku merupakan bagian dari sistem kognitif yang kompleks
yang terdiri dari jaringan koneksi konseptual yang dibangun selama seseorang
berinteraksi sosial. Pikiran, perasaan, dan perilaku merupakan bagian dari sistem kognitif
yang kompleks yang terdiri dari sebuah jaringan yang terkoneksi. Koneksi ini membuat
satu rangkaian persepsi, makna, kepercayaan, sikap, emosi, dan nilai-nilai yang
mempengaruhi perilaku.

Sistem kognitif seperti kolam sumber daya yang membantu kita menavigasi situasi
yang kita hadapi setiap hari. Kita melakukan sesuatu sesuai dengan sumber daya, dan
tindakan kita pada gilirannya mempengaruhi sistem kognitif. Koneksi tersebut terdiri dari
tiga macam. Pertama, kosong atayu tidak berhubungan. Kedua, cocok atau sesuai, dan
ketiga tidak cocok atau disonansi.

Konflik kognitif (Cognitive Conflict), yang timbul apabila para individu menyadari
bahwa ide-ide atau pemikiran mereka tidak konsisten satu sama lainnya. Misalnya, kita
percaya bahwa lemak jenuh berbahaya bagi kesehatan. Hal ini tidak sesuai dengan
realitas bahwa banyak orang yang memakan daging merah (yang biasanya mengandung
banyak lemak jenuh), atau melihat realitas banyaknya daging merah.

Banyak perjuangan dalam hidup yang merupakan hasil dari upaya untuk
menyelaraskan sumber daya kognitif dengan tindakan. Konflik dapat terjadi ketika
sumber daya tidak konsisten sehingga menyebabkan kebingungan tentang bagaimana kita
harus bertindak. Kita menghadapi dilema ketika dua tindakan merasa sama-sama
berharga, tapi di sisi lain kita tidak mengetahui mana yang harus memilih. Kita
menghadapi ikatan ganda ketika kita merasa menghukum tidak peduli apapun tindakan
kita ambil, dan kita menghadapi paradoks ketika diperlukan untuk mengambil tindakan
yang tidak diinginkan untuk mencapai satu yang diinginkan.

Paradoksnya alkohol adalah contoh yang baik: untuk menunjukkan bahwa mereka
berada dalam kendali, mereka tidak minum. Tetapi ketika mereka abstain (tidak ada
hubungan), mereka menunjukkan kemampuan mereka dalam mengontrol minuman
85
mereka dan percaya bahwa mereka dapat minum. Tapi ketika mereka mulai minum
lagi,ini membuat mereka merasa bahwa mereka sekarang di luar kendali dan harus
berhenti minum. Pecandu alkohol yang kembali minum atau tidak minum tergantung
pada posisi mereka dalam lingkaran paradox ini. Perhatikan bahwa masalah di sini adalah
bahwa pergeseran makna minum dari "berada dalam kendali" ke "berada di luar kendali ",
yang menyebabkan kebingungan dan konflik dari waktu ke waktu.

Cognitive inconsistency atau cognitive dissonance (Cognitive Dissonance Theory -


Festinger, 1957) seringkali disebut sebagai salah satu satu bentuk dari intrapersonal conflict
yang dapat membawa ke perubahan. Dalam teorinya, Problematic Integration (Teori
Penggabungan Masalah) Austin Babrow menjelaskan beberapa cara bagaimana konflik bisa
mempengaruhi cara kita kita berpikir dan bertindak. Babrow menemukan bahwa kita
mempunyai kecenderungan untuk kecenderungan untuk meng-urut-kan harapan dengan
keinginan kita, tetapi mengintegrasikan “apa yang kita anggap mungkin” dengan “apa yang
kita inginkan terjadi” sering kali sulit.

Penggabungan masalah tersebut bisa terjadi melalui beberapa cara:


Divergence. Ini terjadi ketika antara keinginan dan harapan tidak cocok (berbeda).
And aingin menurunkan berat badan Anda sebanyak 25 kg, tetapi Anda sendiri tidak yakin
bisa melakukan itu.
Ambiguitas. Ini merupakan hasil dari ketidakjelasan tentang yang diharapkan. Anda
baru saja memiliki bayi, tetapi Anda tidak mengetahui apa yang diharapkan dari pengasuhan.
Anda mungkin sangat tertarik pada sepatu tenis, tetapi Anda sendiri tak yakin apakah Anda
akan berhasil dalam olahraga tenis.
Ambivalence. Perasaan atau penilaian yang bertentangan. Anda menyukai
kepribadian teman sekamar Anda, tetapi Anda tidak menyukai kerapiannya yang begitu
obsessive. Anda mungkin mengetahaui seseorang dapat menyertakan Anda dalam sebuah
kencan “buta”, tetapi Anda tidak yakin apakah hal tersebut merupakan jalan terbaik untuk
menemukan pasangan yang tepat.
Impossibility. Konflik ini terjadi karena kita yakin bahwa apa yang kita merasa
bahwa yang harapkan tidak mungkin terjadi. Misalnya ketika saya mencintai seorang bintang
film.
86
Tujuan Konflik
Konflik terjadi ketika tujuan kami tidak yakin apa yang ingin kita lakukan. Dalam
teori bidang, ini berarti suatu masalah tersebut ditarik dan/atau didorong ke arah yang
berbeda berdasarkan pada kombinasi faktor yang mencakup tuntutan, keterbatasan,
kebutuhan, dan nilai-nilai. Misalnya, seseotrang sering mengalami konflik antara apa yang
ingin mereka lakukan dan apa yang mereka harus lakukan. Ini adalah seperti perjuangan
antara "keinginan diri" dan "keharusan diri."

Lewin mengidentifikasi empat jenis konflik tujuan:


Approach-approach. Konflik pendekatan-pendekatan terjadi ketika seorang individu
tertarik pada dua tujuan yang diinginkan tetapi tidak bisa mengejar keduanya. Sebagai contoh
sederhana, bayangkanAnda memilih item dari sebuah menu makanan penutup. Disitu ada
chocolate brownie sundae dan strawberry cheesecake. Anda ingin hanya satu makanan
penutup tapi sama-sama tertarik pada keduanya. Oleh karena itu, Anda memiliki konflik
pendekatan-pendekatan di mana Anda harus memilih antara dua tujuan yang menurut Anda
menarik.
Approach-avoidance. Dalam konflik pendekatan-menghindari, seorang individu
tertarik dan sekaligus ditolak oleh tujuan yang sama. Dalam contoh sebelumnya, Anda bisa
memiliki konflik pendekatan-menghindari jika Anda sedang diet ketat namun menginginkan
makanan penutup. Bayangkan Anda benar-benar ingin makan chocolate brownie sundae,
tetapi diet Anda tidak mengizinkan makan makanan penutup. Anda tertarik untuk makanan
penutup tapi ditolak oleh gagasan yang merusak diet Anda.
Avoidance-avoidance. Dalam kasus konflik penghindaran-penghindaran, seseorang
dihadapkan pada dua alternatif yang sama-sama tidak diinginkan. Untuk menggambarkan
konflik jenis ini, mari kita ubah sedikit contoh dessert tadi. Bayangkan, Anda diundang ke
rumah bos Anda untuk makan malam. Setelah makan malam, strawberry cheesecake
disajikan, tetapi Anda sedang diet dan berusaha untuk memenuhi tujuan Anda untuk tidak
memakan makanan penutup. Dalam situasi ini, Anda harus memilih antara dua alternatif yang
sama-sama tidak Anda inginkan. Anda dapat menolak makanan penutup, yang mungkin
dapat dianggap sebagai kasar oleh atasan Anda, atau Anda dapat makan makanan penutup
dan melanggar diet Anda.

87
Double approach-avoidance conflict. Konflik ini terjadi ketika seseorang dihadapkan pada
dua tujuan yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya, profesi
akuntan tidak menarik (kekurangan-disadvantage), tapi di sisi lain menguntungkan
(advantage).
Value Conflict (Konflik Nilai)
Identitas kita melekat kuat pada masyarakat tertentu, nilai-nilai kita tampaknya cukup
solid. Ini karena mereka mencerminkan seperangkat apa yang diutamakan dan ditetapkan
oleh masyarakat secara konsisten. Namun, sebagian besar dari identitas kita dengan beberapa
komunitas - agama, politik, profesional, dan budaya - dapat saling bertentangan.

Konflik nilai disebabkan oleh adanya persepsi dan aktualisasi dari sistem kepercayaan
yang tidak cocok. Nilai adalah keyakinan yang digunakan orang untuk memberi arti bagi
kehidupan mereka. Nilai menjelaskan apa yang "baik" atau "buruk," "benar" atau "salah,"
"adil" atau "tidak adil." nilai-nilai yang berbeda tidak perlu menimbulkan konflik. Orang
dapat hidup bersama secara harmonis dengan sistem nilai yang berbeda.

Konflik nilai muncul hanya ketika orang mencoba untuk memaksakan seperangkat
nilai pada orang lain atau mengklaim sistem nilai eksklusif yang tidak memungkinkan
terjadinya perbedaan keyakinan. Ini tidak ada gunanya untuk mencoba untuk mengubah nilai
dan sistem kepercayaan selama intervensi mediasi yang relatif singkat dan strategis. Hal ini
bisa, bagaimanapun, akan membantu untuk mendukung ekspresi setiap peserta nilai-nilai dan
keyakinan mereka untuk pengakuan oleh pihak lain.
Konflik Relasional
Konflik relasional merujuk pada perbedaan antara kita -- yang merasa diri kita sendiri
dan orang lain -- tentang bagaimana kita berhubungan satu sama lain. Sebagai contoh, pada
pertemuan staf, manajer menyela karyawan dan berbicara kepada mereka dengan nada kritis.
Para karyawan mulai texting pada ponsel mereka, mengabaikan manajer. Konflik meletus
karena baik manajer dan karyawan merasa tak dihargai. Hal ini biasanya disebabkan tidak
oleh satu orang maupun lainnya, namun muncul dalam hubungan mereka. Konflik relasional
biasanya berkaitan dengan perbedaan yang tidak kompatibel antara individu atas isu-isu (1)
harga diri, (2) kontrol, dan (3) afiliasi.

88
Negotiating Relationship
Hubungan tampaknya menjadi lahan subur bagi konflik. Apakah hubungan romantis,
keluarga, tempat kerja, lingkungan, atau jenis hubungan lainnya, perbedaan pendapat
diperkirakan muncul. Hubungan yang terdiri dari harapan bersama untuk diri sendiri dan
lainnya -- dinegosiasikan.

Individu mengadopsi cara yang melebihi atau di bawah standar dalam menanggapi
perbedaan. Orang Amerika keturunan Afrika memiliki identitas etnis yang lebih kuat dan
identitas budaya yang lebih lemah dari kelompok etnis lainnya. Sedangkan orang Amerika
keturunan Eropa memiliki identitas etnis yang lebih lemah daripada kelompok lain.

Orang Amerika Latin dan Amerika keturunan Asia lebih suka menghindari dan
konflik pihak ketiga daripada Amerika Afrika, dan, Amerika Asia menggunakan gaya lebih
menghindari konflik dari Eropa Amerika, (4) Individu dengan identitas budaya yang kuat
(misalnya, mengidentifikasi dengan budaya AS yang lebih besar) menggunakan
mengintegrasikan, kompromi, dan konflik emosional ekspresif gaya lebih dari individu
dengan identitas budaya yang lemah, (5) individu dengan identitas etnis yang kuat (misalnya,
mengidentifikasi dengan keanggotaan etnis mereka) menggunakan gaya konflik
mengintegrasikan lebih dari individu dengan identitas etnis yang lemah, (6) Dwibudaya,
berasimilasi, dan kelompok berorientasi tradisional menggunakan integrasi dan gayalebih
berkompromi daripada kelompok marjinal, dan kelompok marjinal menggunakan pihak
ketiga membantu lebih dari tiga kelompok lainnya.
Relational Tensions
Relationship secara terus-menerus diwarnai dengan ketegangan diantara kekuatan-
kekuatan yang berpotensi menentang. Mereka ini harus dikelola. Kita harus berkomunikasi
untuk mengelola perbedaan dan menemukan persamaan . Ada beberapa kekuatan yang
menimbulkan ketegangan:
Mikhail Bakhtin: Centrifugal sebagai kekuatan yang mendorong pemisahan dan
kekuatan centripetal yang mendorong kebersamaan.
Montgomery and Leslie Baxter:
1. Integration and separation

89
Ketegangan ini berupa dua situasi yang datang bersamaan tetapi menjauh secara
terpisah. Anda mungkin, misalnya, bekerja sama dengan rekan kerja saat memplajari
pekerjaan baru Anda, tetapi pada titik tertentu mungkin merasa bahwa Anda perlu untuk
menetapkan diri sebagai seorang pekerja yang terpisah dengan berusaha sedikit menjauh.
2. Expression and non-expression
Konflik antara menjadi terbuka atau menjadi tertutup, mengungkapkan informasi atau
menyimpannya sebagai pribadi, mengungkapkan lebih atau kurang.
3. Stability and change
Terkadang kita ingin sesuatu yang manis dan konsisten, tapi di sisi lain kita juga ingin
keberagaman dan perubahan.
Gaya Konflik
Jika anda melihat tingkah laku seseorang yang cenderung berulang , bagaimana orang
tersebut dapat di prediksi, Anda akan mulai mengidentifikasikan sifat-sifatnya. Jika orang
tersebut mudah menerima, misalnya, maka kita akan mengatakan bahwa dia memiliki sifat-
sifat lahiriah dengan gaya yang ramah. Kita harus berhati-hati, sebab sifat dan gaya hanya
dapat dikenali dengan mengamati pola tersebut dari waktu ke waktu. Sekalipun orang
tersebut sangat tepat dalam segala situasi mungkin tidak tepat dari situasi yang lainnya.

Beberapa psikologi melihat sifat-sifat sebagai akibat dari perubahan genetik, dimana
di anggap dapat diprediksikan. Dalam pandangan ini , Anda tidak memiliki banyak kontrol
atas gaya anda, itu akan ditentukan oleh neurochemistry dari otak. Akhirnya kita mengetahui
bahwa orang-orang membuat rencana, mengatur strategi, menjadi sukarelawan, dan
beradaptasi dan menggeser tingkahlaku sesuai dengan tujuannya. Dalam kata lain gaya
komunikasi sangat tergantung dari zona kenyamanan seseorang, factor situasi objektivitas
dan pilihan-pilihan. Meskipun beberapa orang tetap sebagian besar dalam kisaran sempit
gaya, orang lain bergerak secara luas di antara banyak gaya. Untuk beberapa alasan,
sebaiknya kita tidak membicarakan apa itu karakteristik atau gaya yang anda punya. Tapi
ketika anda memperlihatkan bebagai gaya dan apa yang terjadi ketika anda menggabungkan
gaya tersebut.
J.R. Davids menemukan umumnya orang-orang merespon orang lain kedalam tiga cara:
bergerak menuju, bergerak melawan, bergerak menjauh. Tiga kategori ini adalah

90
(1)Kerjasama dan membangun hubungan (2)Menyerangan dan bersaing (3)Menarik atau
menghindari.

Ralph Killman and Keneth Thomas menggambarkan secara detail. Penulis memberi
catatan anda akan memberi respon kerjasama, jika anda punya perhatian dengan orang lain
tapi bersifat agresif, jika anda punya perhatian yang tinggi terhadap diri sendiri, Jika anda
tidak perduli dengan orang lain, maka anda cenderung akan menghindari konflik sama sekali.
Kecenderungan ini menghasilkan 5 gaya :
a) Akomadasi (memberi)
b) Menghindari ( menghindari atau mengalihkan perhatian dari konflik )
c) Bersaing (mencoba untuk menang)
d) Kompromi/ mengorbankan ( memberi dan menerima) and
e) Kolaborasi (bekerjasama mencari keuntungan dan solusi bersama

A) Menghindari dan Mengakomodasikan


Jika kamu tidak perduli tentang hasil dirimu atau tentang orang lain, kamu mungkin
menghindari konflik. Dimana mempunyai perasaan memiliki konflik dan tidak perduli
bagimu. Disaat yang bersamaan, kita dapat berfikir segala alasan untuk menghindari konflik
walaupun ketika kita perduli. Mungkin waktunya tidak tepat. Kita mungkin lebih peduli
memakai potensi emosional dan air mata dari segera melawan, atau kita dapat “memilih
pertempuran” dan menghemat energi untuk melawan yang lebih penting.

Jika kamu perduli tentang orang lain tetapi potensi kemajuan tidak benar (ngawur) ,
kamu mungkin akan ditampung. Akomodasi merupakan hal yang umum dalam situasi
konflik. Kita mengakomodasikan karena kita sangat perduli dengan orang lain. ( dalam kasus
anak-anak atau seseorang yang sangat membutuhkan). Hubungan sangat penting bagi kami,
dan kami bersedia menyerahkan banyak untuk itu, atau bahaya bisa datang kepada kita jika
kita mencoba untuk mendapat jalan keluar.
B) Persaingan dan Kompromi
Persaingan adalah hal yang nyata dan umum dalam konflik. Ketika anda bersaing
anda berusaha untuk menang, artinya anda lebih perduli keuntungan sendiri dari pada
perhatian kepihak lain. Kompromi berarti memberi dan menerima negosiasi ketika pihak lain
91
memperoleh sesuatu apa yang mereka ingini, tetapi harus menyerahkan sesuatu juga.
Kadang-kadang kita berfikir kompromi itu positif, karena dapat menangani masalah dan
mendapatkan sesuatu dari itu. Jika tidak, walaupun kompromi mempunyai perasaan negative,
artinya seseorang dapat menyerah untuk kepentingan menyelesaikan perselisihan. Dalam
kehidupan sehari-hari kompromi merupakan jalan yang bijaksana dan nyaman untuk
mengatur perselisihan dan kebanyakan digunakan. Dalam hal ini berkolaborasi merupakan
sesuatu yang penting dan disukai.
C) Kolaborasi
Kolaborasi berarti anda ingin sukses bagi setiap orang. Ini adalah posisi klasik win-
win solution. Kita akan berbicara leih dalam mengenai kolaborasi. Kadang-kadang disebut
Integrative problem solving or principled negotiation. Maing-masing pihak mencoba
menciptakan solusi agar menolong setiap orang mencapai sebanyak mungkin sesuai dengan
tujuannya.

Akomodasi, Kompromi dan kompetisi bertujuan mendistribusikan atau membagi


seperangkat tetap aset antara pihak yang bersengketa. Dalam kompetisi dan Akomodasi salah
satu pihak mendapat lebih dari yang lainnya. Kolaborasi berbeda karena hasilnya tidak
tentang pembagian sumber daya, tetapi solusi yang saling dibuat yang mengintegrasikan
keuntungan untuk semua orang.

Anda sedang berdebat dengan tetangga karena kepemilikan batas pagar . Jika Anda
bersaing maka Anda berusaha meminta tetangga untuk membayar pagar sesuai dengan
keinginanmu. Jika Anda mengakomodasikan maka anda akan membagi biaya dan
tetanggamu akan memutuskan pagar yang seperti apa. Jika Anda berkompromi maka anda
akan membagi biaya dan mencari beberapa model pagar dimana tetangga dan anda
menyukainya.

Kolaborasi juga berbeda, bukan hanya focus pada uang, namun kedua belah pihak
akan bekerjasama dengan mengidentifikasikan apa keinginan dari masing-masing pihak dan
mencoba datang untuk membawa solusi dan menerimanya. Contoh: Anda mungkin ingin
pagar alami yang menarik pagar dari tumbuhan yang seperti pagar, dan tetangga Anda ingin
batas aman untuk menjaga anjing terus di dalam pekarangan. Di samping itu, masing-masing
92
dari Anda menginginkan solusi murah. Anda setuju untuk bekerja sama untuk membuat
pagar kawat tumbuk yang akan menjaga anjing di tempat tidur dan aman di dalam dan di
tanam di setiap sisi dengan tanaman merambat menarik yang akan mengisi jala dan
menyembunyikan mereka dari pandangan. Biayanya murah dan kedua tetangga senang. ini
adalah apa yang kita maksud dengan kolaborasi.
Kolaborasi tidak selalu mungkin dan efisien. Kenyataanya tidak ada yang salah
dengan pendekatan masalah. Masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Masalahnya
terlalu seringnya kita menggunakan pola pendekatan yang akrab., ketika kolaborasi
merupakan pendekatan yang terbaik.
1. Strategi Pesan/ Message Strategies
Ketika kita bicara dengan siswa kita membicarakan tentang kasus-kasus dimana
mereka menggunakan satu atau lebih dari lima model komunikasi. Percakapan mengarah
pada ide yang kaya tentang bagaimana, kapan, dan mengapa orang berkomunikasi dengan
cara tertentu.
Komunikasi dalam situasi konflik yang luas membutuhakan beberapa perencanaan
tertentu. Dalam hal pernikahan, pekerjaan dan Negara komunikasi biasanya digunakan sangat
hati-hati sesuai dengan tujuan dan bagaimana mereka ingin mencapainya. Dalam kasus-kasus
konflik yang lebih penting ada tiga hubungan yang menagtur tujuan yang akan dicapai yaitu :
tujuan Identitas, tujuan hubungan dan tujuan instrument .
Tujuan Komunikasi dalam konflik
Tujuan identitas berhubungan dengan bagaimana kita ingin menampilkan diri- imej
yang ingin kita ciptakan. sering kita tertarik dalam mempertahankan atau mengubah
hubungan dalam beberapa cara, mengarah kepda tujuan hubungan. Tujuan instrumental
adalah hasil substantif ingin kita capai relatif terhadap masalah di tangan. Masing-masing
tujuan mendukung dan menyediakan dasar bagi yang lain, dan komunikasi terpadu mereka.
digambarkan bahwa kita jarang hanya memiliki satu tujuan dalam komunikasi konflik.

Menggunakan Kekuasaan Untuk Mencapai Tujuan


Strategi adalah pendekatan umum untuk mencapai tujuan. Pertanyaanya adalah
bagaimana anda menangani tantangan perbedaan yang menjadi masalah. salah satu tujuan
paling umum dalam situasi seperti itu adalah untuk mencari kepatuhan pihak lain yang

93
terlibat.Di sini kita mencoba agar orang lain melihat cara kami melakukan apa yang mereka
inginkan.

Lawrence wheeless, Robert Barraclough, and Robert Stewart menemukan bahwa


kepatuhan strategi mendapatkan sebagian besar didasarkan pada kekuasaan. Anda memiliki
kekuatan yang Anda miliki dan mendekati konflik dengan cara membuat penggunaaa
kekuatan. Ada Tiga sumber kekuatan yang umum. Yaitu: kemampuan untuk memanipulasi
konsekuensi, kemampuan untuk mengatur aspek tertentu dari relasi, dan kemampuan untuk
mendefinisikan nilai-nilai dan kewajiban mengendalikan hasil/ Controling outcomes ketika
anda memanipulasi konsekuensi maka anda dapat mengontrol hasil pilihan orang lain.
Contoh yang tepat adalah pengasuhan.Orang tua sering menggunakan kekuatannya agar anak
patuhan. Orang tua memberikan penghargaan dan hukuman. Organisasi Nasional maupun
internasional mencoba memanipulasi konsekuansi agar Negara-negara lain patuh. Saat ini
Iran dan Korea sedang bergerak cepat untuk masa depan mengembangkan kemampuan
nuklir. Ini menjadi kekhawatiran internasional, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi.
Tapi Persatuan Bangsa-bangasa, Amerika , Rusia, Erpoa dan Ciina, semua bekerja untuk
menerapkan sanksi yang akan mencegah negara-negara tersebut tentang rencana nuklir
mereka.

Mengendalikan hubungan/controlling the relationship, kekuatan kedua adalah


kekuatan hubungan. Yang berarti Anda menggunakan posisi Anda hubungan untuk dapat
“menggunakan tembakan” menetapkan bagaimana orang lain harus bersikap. Contoh dalam
hal ini prinsip kepentingan.Kita tahu bahwa telah lama ditetapkan partai dengan kepentingan
setidaknya dalam konflik memiliki kekuasaan. Jika anda tidak perduli apa yang terjadi anda
boleh pergi kapan saja. Apakah anda pernah memiliki pacar yang tidak perduli tentang
hubungan seperti yang anda lakukan? Siapa yang memiliki kekuasaan? Anak sering
mendapatkan kekuasaan atas retoris. Logika ekspresif melihat pesan sebagai bentuk ekspresi
diri, yang dirancang untuk memberitahu orang lain bagaimana kita rasakan atau apa yang kita
pikirkan. Pesan tersebut cenderung terbuka, transparan, dan sederhana, dengan kurang
memperhatikan perasaan orang lain. Misalnya, Statment "saya tidak bahagia dalam hubungan
ini dan tidak ingin melihat anda lagi" mungkin ia berbicara untuk melepaskan bebanya dan
dalam dadanya, tapi mungkin sangat menyakitkan bagi orang lain.
94
Logika konvensional mengikuti aturan dan norma yang ditetapkan. Sopan dan tepat.
Menggunakan logika ini, pembicara mungkin berkata "Kamu telah menjadi teman yang baik
bagi saya, dan saya ingin menjaga hubungan dekat Namun kita sepakat bisa melihat orang
lain, jadi mungkin akan lebih baik jika kita berhenti kencan. untuk sementara waktu "

Logika retorika, berbeda dengan dua lainnya, mencoba untuk menegosiasikan aturan
baru mencapai tujuan yang kompleks, baik untuk orang lain dan untuk diri sendiri. Berikut
pembicara mungkin berkata, “bagaimana perasaan kamu tentang hubungan kita akhir-akhir
ini? Saya hanya ingin memastikan saja kita berdua telah melakukan apa yang kita inginkan.
Bagaimana bisa kita bicara tentang hubungan yang akan memungkinkan kita untuk
mempertahankan persahabatan dan belum memungkinkan kita masing-masing untuk tumbuh
sebagai orang-orang dewasa? mari kita bicara” Perhatikan bahwa sebagai strategi
peningkatan kompleksitas dan berpusat pada orang, mereka membuka kemungkinan lebih
untuk solusi kolaboratif.

Logika ekspresif adalah orang yang sangat sederhana, langsung, dan tidak terpusat.
Logika conventional sedikit lebih kompleks, karena harus menarik aturan-aturan sosial, etika
dan menunjukkan rasa hormat dan kesopanan, ketika menyatakan sudut pandang.

Logika retorika dapat menjadi kompleks dan mungkin memerlukan waktu untuk
berkembang. Sangat berpusat pada orang dan sangat banyak diarahkan baik diri dan orang
lainnya dengan cara yang memungkinkan untuk mencapai berbagai tujuan.
The Role Attribution
Cara di mana kita membingkai pesan kami dalam situasi konflik, kemudian,
tergantung pada apa yang kita lihat terjadi atau apa yang kita pikir sedang terjadi, serta
kemampuan kita untuk mengambil perspektif yang lain dan logika yang kita gunakan untuk
merancang pesan. Banyak penelitian tentang pertanyaan bagaimana memahami situasi,
mempengaruhi respon kami.

Mari kita lihat sebuah contoh, jika anak remaja Anda membanting pintu kamarnya
tepat didepan wajah Anda, Anda akan segera mencoba mencari tahu mengapa dia
95
melakukannya, menciptakan dan penjelasan dalam pikiran Anda. Anda mungkin berpikir.
"Dia sangat tidak bertanggung jawab dan tidak pernah memikirkan orang lain." Menyiratkan
bahwa ia adalalah patut disalahkan atas apa yang terjadi. Di sisi lain Anda mungkin berpikir
“Mungkin saya kurang memberi perhatian kepadanya” menyalahkan diri sendiri. Atau pada
kesempatan lain anda mempertimbangkan bahwa: mungkin ia sedang sakit“ menghubungkan
sikapnya dengan keadaan. Dan dapat melihat bahwa akan ada tanggapan yang berbeda
tergantung pilih yang yang anda percayai. Ini merupakan proses menghubungkan .

Teori atribusi melihat bagaimana individu memandang penyebab perilaku atau lebih
luas, bagaimana menjelaskan tindakan mereka sendiri dan orang lain.

Emotions/ Emosi
Emosi yang kuat adalah umum selama konflik yang intens. Anda mungkin merasa
menyesal, sedih, menyesal, ketegangan, frustrasi, rasa bersalah, rasa malu, dan bahkan
beberapa emosi positif seperti lega, kepuasan, humor, peduli, bunga, dan rasa ingin tahu.
Karena emosi yang begitu kuat berhubungan dengan konflik, kita membawa topik itu di
beberapa titik dalam buku ini.

Tanggapan Anda dalam situasi konflik akan dibentuk oleh (1)pemahaman dan atribusi
akibatnya untuk apa yang terjadi, (2)emosi resultan Anda merasa tentang hal ini, dan
(3)tingkat gairah. Jika, misalnya, Anda percaya bahwa seseorang sengaja melakukan sesuatu
untuk meskipun Anda (atribusi kesalahan), Anda mungkin merasa banyak kemarahan, dan
kecenderungan Anda mungkin untuk menyerang atau menjadi agresif. Jika, di sisi lain, Anda
percaya bahwa Anda menyebabkan orang lain untuk disakiti (atribusi menyalahkan diri)
Anda mungkin merasa bersalah iklan cenderung untuk menjalankan, melarikan diri, atau
menghindari.

Kemarahan
Karena begitu umumnya terkait dengan konflik, mari kita lihat contoh pertama dari
kemarahan. GL Clore dan rekan menemukan bahwa ada berbagai jenis kemarahan,
tergantung pada penjelasan Anda tentang apa yang terjadi (atribusi Anda). Murni kemarahan
hasil dari persepsi Anda bahwa perilaku orang lain menyakiti Anda dalam beberapa cara.
96
Anda telah meminta anak Anda untuk membantu Anda bersiap-siap untuk pesta makan
malam, tapi dimenolak, membanting pintu di wajah Anda. Mencela sebagai jenis kemarahan
yang terjadi ketika Anda merasa bahwa orang lain telah melakukan sesuatu yang salah dan
Anda ingin membiarkan mereka tahu. Anda marah bahwa anak Anda membanting pintu di
wajah Anda. Frustrasi terjadi ketika Anda tidak dapat mencapai tujuan, tetapi Anda tidak bisa
menyalahkan orang lain untuk itu. Anda memiliki banyak pekerjaan untuk mempersiapkan
pesta makan malam, tetapi Anda mengeluarkan undangan dan tidak bisa mengharapkan anak
Anda untuk membantu. Akhirnya, kekesalan terjadi ketika sesuatu yang baik terjadi pada
orang lain bahwa orang ini tidak layak. Tidak menyadari bahwa anak Anda telah kasar,
pasangan Anda pulang kerja dan memberinya $20 untuk kencan. Anda mungkin akan
merespon secara berbeda untuk setiap karakterisasi emosional.
Pembangunan Sosial Emosi
Kami biasanya berpikir tentang emosi sebagai negara fisiologis baku yang hanya
muncul dari tubuh kita. Sementara kita bisa merasakan emosi yang kuat fisiologis, kita juga
dapat mengembangkan seperangkat keyakinan konsep yang dapat digunakan untuk
memahami dan membuat keputusan tentang bagaimana menanggapi jika kita merasa marah.
Emosi, kemudian, hanya sebanyak konstruksi sosial sebagai sesuatu yang lain. Kita belajar
apa emosi adalah, apa yang harus menyebutnya, dan bagaimana menanggapi perasaan dan
label dari seumur hidup interaksi dengan orang lain yang signifikan dalam hidup kita.
Selanjutnya, budaya yang berbeda menangani emosi dengan cara yang berbeda. Misalnya,
Eskimo cenderung "merasa" emosi bukan sebagai hal yang pribadi tetapi sebagai pengalaman
kolektif. Akibatnya, emosi ditampilkan secara terbuka sebagai sebuah kelompok.

Karena orang memahami situasi dan perilaku yang berbeda, menentukan respon
emosional yang sesuai dalam berbagai cara, dan belajar untuk bereaksi secara berbeda, kita
benar-benar tidak bisa memprediksi bagaimana orang bisa merasakan atau merespons dalam
situasi yang berbeda. Sesuatu yang bisa membuat satu orang yang sangat marah dan
menyebabkan langsung, pesan jahat dapat menyebabkan orang lain menjadi sedikit terkejut
dan mungkin penasaran. Jangan berpikir emosi sebagaimana diatur dalam batu, dan pasti
tidak merasa jenis tertentu emosi. Ini adalah titik penting dalam mengembangkan
keterampilan untuk mengelola perbedaan dengan cara yang akan mengarah dari bahaya
terhadap nilai.
97
Contoh Kasus
Komunikasi Konflik antara Pemerintah dengan Masyarakat dalam Perjalanan Arus
Barang Lintas Negara Di Kabupaten Kepulauan Meranti
Perjalanan arus barang lintas negara di Kabupaten Kepulauan Meranti sudah ada
ratusan tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti
sudah menjadikan pekerjaan ini menjadi budaya. Kemudian, antara masyarakat Kabupaten
Kepulauan Meranti memiliki hubungan emosional dan kekeluargaan serta kekerabatan
dengan Malaysia yaitu Johor. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Bupati
Kepulauan Meranti, Beliau menyatakan bahwa:
“Jadi kalau pemasukan barang lintas batas dari luar negeri khususnya
Malaysia itu mungkin sudah ratusan tahun, karena ini pekerjaan yang sudah
menjadi budaya, karena Meranti dengan Johor itupunya hubungan emosional
hubungan kekeluargaan kekerabatan, jadi prinsip perdagangan lintas batas
itu sendiri itu barter trip.”

Hal yang senada juga disampaikan oleh Polisi Air, Hasil wawancara dengan beliau
sebagai berikut:
“...Sejak zaman dahulu kala,Indonesia melakukan hubungan birateral yang
erat dengan Malaysia, namun begitupun dengan kerjasama di bidang
perdagangan. tak lepas juga dari penyalahan aturan mengenai “perjalanan
arus barang lintas negeri” nah, berbicara mengenai arus barang lintas yang
masuk ke Indonesia khusunya di Kepulauan Meranti ini, pada zaman dahulu,
sejak ratusan tahun silam,masyarakat di kepulauan meranti ini telah
melakukan perdagangan dengan sistem barter, yang disebut dengan barter
trade agreement, atas hubungan antara kepulauan meranti dengan Malaysia
ini, ekonomi masyarakat cukup bagus, Karena dalam hal ini masyarakat
berlayar menuju ke melaysia itu hanya 2 atau 3 hari saja, sementara
masyarakat yang lain hanya menitip hasil penjualan hasil pertanian diberi
barang-barang sembako ke Malaysia, lalu sisa uangnya digunakan untuk
biaya kebutuhan sehari-hari, karena budaya ini turun temurun sejak zaman
dahulu....”

98
Barang-barang yang saling dipertukarkan dalam arus perjalanan barang didominasi
oleh komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti
dijual ke Malaysia. Hasil penjualan komoditas pertanian tersebut dibelikan lagi untuk
kebutuhan sehari-hari dari Malaysia. Hal ini dinyatakan oleh Bupati Kepulauan Meranti
sebagai berikut:
“Perdaganagan dengan pertukaran barang, jadi kalau kita menggali atau
menguasai sejarah perdagangan lintas batas itu didasaari oleh banyaknya
komoditas pertanian yang ada di Meranti itu tidak bisa dijual ketempat lain
tetapi bisa di jual di Malaysia karena kedekatan jarak karena harga beli
yang lebih baik di Malaysia, kemudian dari hasil pejualan tersebut,
masyarakat Meranti membeli barang kebutuhan sehari hari dari Malaysia.”

Ada beberapa hal yang menjadi alasan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti
melakukanpembelian barang-barang kebutuhan sehari-hari dari malaysia. Alasan ini bila
dibandingkanbarang-barang sejenis yang masuk dari Indonesia, Alasan tersebut antara lain,
Barang-barangdari Malaysia memiliki kualitas yang lebih baik, harga yang lebih murah dan
mudah didapatkanserta jaraknya yang lebih dekat. Hasil wawancara dengan Bapak Bupati
Kepulauan MerantiSebagai berikut:
“Pemberian barang sehari-hari karena memang pertimbangan jarak,
kualitasnya lebih baik, barang barang sejenis yang masuk dari Indonesia itu
jauh lebih mahal dengan kualitas di bawah kualitas Malaysia, sehingga
otomatis orang Meranti pasti akan berupaya membeli kebutuhan itu dari
Malaysia dengan harga murah kualitas lebih baik dan mudah didapatkan.”

1. Komunikator
Pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam memberikan izin arus
barang. Pemerintah yang berfungsi sebagai komunikator terdiri atas: Bea cukai, Polisi Air
dan Angkatan Laut. Pemerintah harus memahami keadaan khalayak atau masyarakat. Bapak
Bupati Kepualauan Meranti menjelaskan para komunikator yang berasal dari pemerintah
yang terlibat konflik adalah sebagai berikut:
“Jadi konflik antara pemerintah dengan masyarakat dalam konteks
perdagangan lintas batas itu cenderung konflik antara masyarakat yang

99
melakukan kegiatan perdagangan lintas batas itu dengan petugas petugas
dalam tanda kutip adalah instansi instansi tertentu. Masyarakat dengan
petugas Bea Cukai, Masyarakat dengan Polisi Air, Masyararakat dengan
angkatan laut, karena ketiga instansi inilah yang selalu mengawasi dan
memang punya kewenangan untuk menjaga bagaimana barang keluar masuk
luar negeri.”

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak terlibat dalan proses masuk arus
barang. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terlibat pada saat barang-barang sudah
ada dipasarkan. Hal ini didukung pernyataan Bupati bahwa :
“Karena itu BPOM itu berada pasca pemasukan barang, akhrinya selama
masyarakat berhadapan dengan bea cukai di laut, berhadapan dengan polisi,
berhadapan dengan angkatn laut, lalu didarat ketika sudah beredar di toko
berhadapan dengan BPOM yang sebelumnya tidak pernah melakukan
penyidikan. Ini kan kita gak bisa bilang bertanggung jawab ini kan ada 4
(empat) instansi pemerintah terlibat disini Bea Cukai, Polisi Air, Angkatan
Laut, BPOM, Jadi yang menjadi masalah yaitu siapa yang menjadi polisi lalu
lintasnya ketika peredaran di laut ini, karena kalau di darat itu jelas ada
Polantas kalau orang bawa seperda motor ngak ada SIM itu ditilang oleh
polisi, tetapi kalau di laut ini kalau masyarakat membawa barang itu
pertamakan diperiksa bea cukai akan meilihat dari sisi legalitas pemasukan
barang, karena perizinan,dll, lalu ada polisi, polisi juga mengecek hal yang
sama, walaupun nanti bea cukai bilang sudah oke, tapi nanti polisi melihat
dari perspektif lain, karena antar instansi ini tidak memiliki koneksi yg bagus,
begitu juga angkatan laut, angkutan laut juga melihat perlengkapan
persyaratan pelayaran, sementara yg mengeluarkan izin berlayar ini yaitu
Syahbandar KSOP, ya masyarakatnya bingung Syahbandarnya sudah kasih
izin sudah oke, nanti yg nangkap angkatan laut atau polisi karena mereka ini
memakai aturan yg tidak sama, sehingga di laut ini jauh lebih rumit dari
yang di darat.”

100
Hasil wawancara dengan Bapak Bupati Kepulauan Meranti Sebagai berikut:
“Sampai sekarang SOP nya masih tumpang tindih, karena semuanya merasa
punya kewenangan sehingga masyarakat bingung karena yang menangkap
ada 4 instansi kalau terkait dengan ini, kalau orang bawa mobil yg
menangkap cuma Polantas, tapi bawa Kapal itu hansip boleh menangkap,
polantas juga, kemudian Danramil juga boleh menangkap, terkadang Satpam
juga boleh menagkap itu, jadi ini harus ditertibkan, dan disini punglinya
sangat luar biasa banyak, dan ini sangat menyusahkan masyarakat.”

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Aristoteles (1954) bahwa karakter
komunikator sebagai ethos yang terdiri dari pikiran baik (good sense), akhlak yang baik
(good moral character) dan maksud yang baik (good will). Hovland dan weiss (1951)
menyebutkan ethos ini credibility yang terdiri dari dua unsur, keahlian (expertise) dan dapat
dipercaya (trustworthness). Sedikitnya ada tiga karakteristik komunikator yang perlu
diperhatikan yaitu: Kredibilitas (credibility); 2. Daya Tarik Sumber (attractiveness); 3.
Kekuasaan (power) (Sendjaya 2008, Cangara 2012). Berkaitan dengan komunikator Hamidi
(2007) membaginya menjadi tiga, yaitu: ethos komunikator, kredibilitas komunikator, dan
efektivitas komunikator.

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator.


Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikan tentang komunikator sebelum ia melakukan
komunikasi nya disebut prior ethos. Komponen kredibilitas yaitu; (1) keahlian, adalah kesan
yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan
topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap cerdas
namun, jika komunikator yang dinilai rendah pada keahlian dianggap tidak berpengalaman;
(2) Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan
wataknya.

Atraksi terdapat faktor faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal


seperti daya tarik fisik, ganjaran dan kemampuan. Karena itulah, komunikator yang ingin
mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan adanya kesamaan antara

101
dirinya dan komunikate. Kenneth Burke, seorang ahli retorika menyebut upaya ini sebagai
“strategy of identification.”

Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia
ingin memengaruhi orang lain (Cangara 2012). Menurut Sendjaya (2008) Kekuasaan adalah
kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti halnya kredibilitas dan atraksi, ketundukan
timbul dari antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seseorang
memaksakan kehendaknya kepada orang lain karena ia memiliki sumber daya yang sangat
penting.
2. Pesan
Pemerintah masih belum efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan kepada
masyarakat, oleh karena itu terjadi konflik. Pemerintah menyampaikan pesan berkatian
dengan arus barang kepada masyarakat dengan bijaksana. Pesan yang disampaikan mudah
dimengerti dan mempertimbangkan masyarkat sebagai penerima pesan. Pesan yang menjadi
pemicu konflik adalah masyarakat menganggap ketentuan yang diberlakukan sekarang ini
tida sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti
merasakan kelangkaan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang masuk dari Indonesia dan
harga yang mahal, sehingga mereka harus membeli barang-barang dari Malaysia. Hasil
wawancara dengan Bupati Kabupaten Meranti adalah sebagai berikut:
“ini harus sesuai ketentuan tetapi yang menjadi masalah sekarang ini adalah
ketentuan yg diberlakukan sekarang ini menurut masyarakat tidak sesuai
dengan kondisi setempat, karena apa, karena memang kalau tidak dibeli dari
Malaysia, barang barang yang ada untuk kebutuhan hidup.”

Pemerintah dalam menyampaikan pesan tidak sesuai dengan masyarakat. Hamidi


(2007) yang menyatakan bahwa komunikasi bisa diatakan efektif jika: (1)pesan yang
disampaikan dipahami oleh komunikan; (2)komunikan bersikap dan berperilaku seperti yang
dikehendaki komunikator; (3)ada kesesuaian antar komponen. Sperber dan Wilson (1986)
menyatakan bahwa mutu informasi adalah materi informasi yang sesuai dengan kebutuhan,
jelas dan dapat dimengerti oleh penerimanya, dapat dipercaya dan mempunyai daya tarik.
Selanjutnya, Sperber dan Wilson (1986) berpendapat bahwa ada lima hal yang terkait dengan
mutu pesan yang dapat dipertimbangkan oleh penerima yaitu (1) pesan sesuai atau relevan
102
dengan kebutuhan penerima, relevan dengan konteks dan budaya yang berlaku bagi
pengguna, (2) ada kebaruan/novelty dalam materi pesan tersebut, (3) dapat dipercaya, (4)
mudah dimengerti, dan (5) dapat memecahkan permasalahan pengguna.
3. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan sumber pesan dalam
menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Saluran ini dianggap
sebagai sarana penyampai informasi yang berasal dari sumber kepada penerima informasi
dengan berbagai jenis saluran komunikasi yang dapat digunakan sesuai dengan informasi
yang disampaikan.
Jadi tindakan yg kita lakukan yaitu menjadi fasilitator dan menjadi mediator, karena
ini kewenangannya tidak menjadi kewenanganpemerintah daerah, kewenangannya ada di
instansi vertikal ada di bea cukai, polisi air, angkatan laut dan BPOM sementara mereka ini
kan instansi pusat yang ada di daerah yg ditangani di daerah dan mereka dalam beroperasi
tidak berkoordinasi bahkan tidak memberi tahu, sehingga ini menjadi masalah yg cukup
rumit juga, di satu sisi kalau mereka ada konflik dengan masyarakat mereka minta daerah,
minta kepala daerah yang memfasilitasi.
Menurut Rogers (2003) mengatakan bahwa ada dua macam saluran komunikasi
yang dapat menyampaikan pesan-pesan pembangunan pertanian atau informasi
pertanian yaitu saluran media massa dan saluran interpersonal. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Sendjaya (2008) bahwa secara umum ada dua saluran komunikan dalam
upaya penyebar luasan pesan: saluran komunikasi personal (personal channels) dan saluran
komunikasi non personal (non-personal channels) atau lazim disebut dengan saluran
komunikasi melalui media massa. Sedangkan, Cangara (2012) membagi media komunikasi
kedalam empat kelompok. Empat kelompok media atau saluran tersebut adalah: media antar
pribadi, media kelompok, media publik dan media massa.
Rogers (2003) menguraikan tentang kategorisasi saluran komunikasi bahwa seringkali
sulit bagi bagi penerima pesan untuk membedakan sumber pesan dan saluran yang membawa
pesan. Sumber adalah individu atau institusi yang menghasilkan pesan. Saluran adalah pesan
yang didapatkan dari sumber untuk disampaikan kepada penerima. Menurut Rogers (2003)
dan Sendjaya (2008) beberapa tipologi saluran komunikasi, di antaranya: (1) saluran
interpersonal, yaitu komunikasi tatap muka dengan keluarga, tetangga/teman, pedagang alat
usaha tani, penyuluh. Saluran interpersonal antar individu sangat efektif, ada dialog,
103
interaktif, ada umpan balik langsung. Saluran internpersonal antar individu dapat merubah
sikap khalayak, berlangsung tatap muka antara satu penerima atau lebih dengan pemberi
informasi. Tempat pertemuan di kantor penyuluh, rumah, lahan atau pasar. (2) Saluran media
massa, yaitu dalam bentuk tercetak dan elektronik. Tercetak adalah: koran pedesaan, majalah,
brosur, buku, poster. Elektronik adalah radio, televisi, internet. Saluran media massa
mempunyai potensi menyebarkan informasi dengan cepat.

Beberapa hasil temuan berkaitan dengan saluran, Chaudhri dan Wang (2007)
menganalisis komunikasi program CSR yang dilakukan oleh 100 informasi teknologi (IT)
perusahaan di India di situs web perusahaan mereka, dengan fokus analisis pada dimensi
keunggulan komunikasi, informasi, dan gaya presentasi. Temuan menunjukkan bahwa jumlah
perusahaan dengan informasi CSR di situs web mereka sangat rendah dan perusahaan-
perusahaan terkemuka ini tidak memanfaatkan situs Web untuk keuntungan mereka dari segi
kuantitas dan gaya komunikasi program CSR. Walaupun temuan tidak selalu berarti tidak
adanya tindakan CSR pada bagian dari perusahaan IT di India, membuktikan komunikasi
program CSR kurang proaktif.
4. Komunikan
Komunikan atau receiver (penerima pesan) adalah pihak yang menjadi sasaran pesan
yang dikirimkan oleh sumber (komunikator). Reciver juga bisa disebut dengan istilah
khalayak, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan.
Berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh penerima pesan. Penerima
pesan dalam komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Menjadi tugas
seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayaknya sebelum
proses komunikasi berlangsung agar proses komunikasi bisa berlangsung dengan baik dan
pesan komunikasi bisa tersampaikan. Penerima pesan mempunyai karakteristik fisik dan
psikologis yang membuat receiver itu unik. Karakteristik fisik dan psikologis penerima pesan
akan mempengaruhi penerimaan, interpretasi dan evaluasi pesan-pesan. Karakteristik
penerima pesan tersebut adalah karakteristik demografis, psikologis, dan karakteristik
perilaku receiver Sendjaya (2008).
5. Akibat/ efek/ Pengaruh
Kesulitan mendapatkan barang-barang murah yang berasal dari barang asing yaitu
negara Malaysia. Masyarakat disuguhi barang-barang lokal dengan harga lebih mahal. Daya
104
beli masyarakat rendah mengakibatkan sulit untuk membeli barang-barang lokal. Efek
komunikasi yang dirasakan oleh masyarakat yang terlibat dalam arus barang ke Malaysia
adalah masyarakat merasa takut membawa barang dari Indonesia ke Malaysia dan begitu
sebaliknya. Pemerintah dalam hal ini petugas yang berkaitan langsung dengan arus barang
tidak memberikan rasa nyaman dan aman pada masyarakat. Sebaliknya pemerintah Malaysia
begitu peduli dengan orang asing yang masuk ke perairan mereka. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh Bupati Kepulauan Meranti:
“Yang menjadi masalah utama dalam perdagangan lintas batas ini yaitu ada
perbedaan perlakuan antra aparatur Indonesia dengan aparatur Malaysia,
jadi ketika org berlayar menyeludup dalam tanda kutip menyeludup dari
Meranti ke Malaysia itu yang ditakuti hanya ketika kita keluar dari
perbatasan Indonesia artinya itu selama masyarakat itu berada di perairan
Indonesia itu selalu berada di dalam ketakutan, karena pasti akan ditangkap
atau diperas, kemudian ketika mereka masuk ke peraian Malaysia itu biasaya
Merin Malaysia langsung megawal mereka, langsung dikawal sampai ke
pelabuhan mereka mendarat, berbeda pelakuan, begitu juga ketika keluar
dari Malaysia, ketika pulang keluar dari Malaysia itu masih aman, ketika
memasuki Indonesia disitulah masalahnya bermula, jadi yang jadi masalah
bagi masyarakat perbatasan itu di peraian Indonesia tapi begitu kita keluar
dari peraian Indonesia itu sudah aman, karena biasanya itu Merin Malaysia
langsung akan mengawal, kalau disanakan keselamatan pelayaran
dinomorsatukan, mereka tidak peduli siapa, kegiatan apa, yang penting
mereka ini akan dijaga, kalau tenggelam diselamatkan, dibantu, berbeda
dengan kita kadang ditenggelamkan, jadi mungkin paradigma kita dengan
Malaysia berbeda, tak sama, mungkin kita harus meniru paradigma
Malaysia, sehingga akhirnya membuat orang nyaman berdagang ke Malaysia
itu, walaupun Malaysia membeli harga murah, karena perlakuannya baik
masyarakat mengarah kesana”

Ahli komunikasi menjelaskan bahwa akibat/ efek/ pengaruh adalah hasil yang terjadi
pada pihak penerima/ komunikan. Efek atau hasil akhir dari suatu komunikasi, merupakan
sikap dan tingkah laku individu, sesuai atau tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh
105
komunikator. Jika sikap dan tingkah laku individu tersebut sesuai, maka komunikasi dapat
dikatakan berhasil, demikian pula sebaliknya (Sendjaja 2008, Muhammad 2009, Cangara
2012).
6. Umpan Balik/ Feedback
Konflik yang terjadi merupakan tanggapan balik/ umpan balik/ feedback yang bersala
dari masyarakat. Tanggapan balik/ umpan balik/ feddback yakni tanggapan balik dari pihak
peneriman/ komunikan atas pesan yang diterimanya. Komunikasi konflik yang terjadi antara
pemerintah dan masyarakat kalau dibiarkan bisa berdampak yang tidak baik. Umpan balik
komunikasi jangka panjang akan menjadi sangat fatal, masyarakay yang ada diperbatasan
akan memilih menjadi sangat fatal, masyarakat yang ada diperbatasan akan memilih menjadi
warga negara Malaysia dari pada menjadi warga negara Indonesia. Hal ini sebagaimana
disampaikan oleh Bupati Kepulauan Meranti:
“kalau mungkin polanya tidak dirubah saya khawatir nanti pada waktu tertentu orang
perbatasan ini akan lebih memilih jadi warga negara Malaysia daripada warga negara
Indonesia.”

DeVito (1997) menyatakan bahwa umpan balik adalah informasi yang dikirim balik
ke sumbernya. Oleh karena itu, kesan, persepsi, penilaian, tanggapan, opini dan kepercayaan
publik harus dijaga dengan sebaik mungkin (Sendjaya 2008). Menurut Cangara (2012)
umpan balik adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan
tetapi sebenarnya umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima.

Komunikasi yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat bersifat linier.


Pemerintah menyampaikan pesan dalam bentuk peraturan-perundangan berkaitan arus barang
secara satu arah. Masyarakat tidak dilibatkan dalam menetapkan peraturan-perundangan
tersebut. Komunikasi sebagai tindakan satu arah atau proses linier adalah pesan dari pengirim
kepada penerima (source oriented communication). Mulyana (2007) menghimpun definisi
komunikasi menurut Hovland adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(communicate). Menurut Lasswell cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah
menjawab pertanyaan sebagai berikut, ”Who says what in which channel to whom with what
106
effect” (komunikasi adalah siapa mengatakan apa kepada siapa melalui media yang
menimbulkan efek tertentu) (Cangara 2012). Berlo (1960) mendefinisikan komunikasi
sebagai proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima, model yang dikenal adalah
SMCR; Rogers (2003) mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan tujuan untuk mengubah
tingkah laku. Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi dengan pendekatan linier adalah
terjadinya perubahan perilaku. Komunikasi linier divisualisasikan oleh Adler dan Rodman
(2006) pada Gambar 1.

Komunikasi konflik yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat berkaitan dengan
arus barang adalah konflik struktural. Konfil struktural adal konflik yang diakibatkan oleh
ketidakadilan struktural dalam penguasaan, pemilikan, kekuasaan, wewenang atau pemisahan
geografis. Pemerintah sangat dominan mengatur dan berwenang dalam memeriksa barang-
barang yang masuk dari Malaysia ke Kabupaten Kepualauan Meranti.

Pendekatan konflik yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat adalah pendekatan
force (paksaan). Force: adalah pemaksaan berarti pengharapan dan kepentingan. pemerintah
memaksa warganya untuk mematuhi hukum dengan harapan terwujudnya suatu ketertiban
(Littlejohn & Domenici, 2007)

Solusi menurut Bupati adalah dengan melakukan mediasi, antara pemerintah dan
masyarakat. Mediasi yaitu ada pihak ketiga, mediator hanya memfasilitasi proses
penyelesaian (dan bahkan mungkin menyarankan resolusi. Biasanya dikenal sebagai
"proposal mediator"), tetapi tidak bisa memaksakan resolusi pada pihak yang berselisih.
Bupati Kepulauan Meranti berpendapat, pihaknya bersedia memediasi konflik yng terjadi
antara pemerintah pusat yang terdiri atas Bea Cukai, Polisi Air dan Angkatan Laut dengan
masyarakat.

Dialog diperlukan untuk mencari solusi terbaik dalam kasus ini. Dialog merupakan
komunikasi dua arah, antara pemerintah dan masyarakat duduk bersama meyampaikan
permasalahan. Littlejohn & Domenici (2001) menyatakan terdapat beberapa fitur/gambaran
yang akan diperoleh dari dialog yang baik :
107
1. Dialog memungkinkan untuk mengeksplorasi aturan-aturan yang kita gunakan dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Komunikasi adalah sebuah permainan. Ketika sedang berinteraksi dengan orang lain
apa yang kita katakan dan kita lakukan sangat banyak ditentukan oleh aturan-aturan. Sebuah
aturan umum adalah untuk membela diri ketika diserang secara verbal, tapi kita dapat
membuat sebuah keputusan sadar untuk menggunakan aturan orang lain dan merespon dalan
berbagai cara. Dalam sebuah dialog, kita menangguhkan aturan-aturan lama komunikasi dan
mencari yang baru. Inilah sebabnya para mediator dan fasilitator sering memulai dengan
aturan dasar dan para partisipan dalam dialog dapat mengembangkan pola komunikasi
mereka dalam cara-cara baru.

2. Dialog memungkinkan untuk mengeksplorasi makna konteks


Kita selalu berbicara dan mendengar dari sebagian kerangka acuan. Frame-frame
tersebut, atau konteks berubah setiap saat dan para komunikator yang berbeda sering
memahami sesuatu secara berbeda karena mereka memiliki kerangka acuan yang berbeda.
Secara normal kita tidak menyadari kerangka acuan yang sedang dilakukan, dan jarang kita
lakukan pengecekan atau berbagi dengan yang lain. Dalam dialog kita memiliki sebuah
kesempatan untuk mengklarifikasi konteks kita dan untuk melihat apa yang seharusnya
terjadi jika kita mengubah mereka. kita juga memiliki peluang untuk membuat konteks
komunikasi baru secara bersama-sama.

3. Dialog memungkinkan untuk mengeksplorasi perbedaan


Dalam perdebatan biasa kita cukup sadar perbedaan yang ada, tetapi secara tidak
normal kita melakukan eksplorasi mereka secara rinci. Dalam dialog kita sebenarnya dapat
menghabiskan waktu untuk memahami perbedaan mendasar.

4. Dialog memungkinkan untuk mengeksplorasi kesamaan


Ketika perbedaan muncul pada setiap level, kita dapat menemukan secara umum pada
orang lain. Secara umum satu atau dua hal akan terjadi ketika kita berbicara tentang isu-isu
penting. Yang pertama adalah yang kita sebut konflik, mengekspresikannya, dapat
mendebatkannya dan mencoba untuk memenangkan dukungan orang lain. Kecenderungan
108
kedua adalah untuk menemukan wilayah persetujuan dan memperkuatnya, seperti
“berkhutbah pada paduan suara”. Tetapi dalam dialog kita dapat menyadari perbedaan kita
dan mencari area-area umum.

Model Komunikasi Konflik antara Pemerintah dengan Masyarakat dalam Perjalanan


Arus Barang Lintas Negara di Kabupaten Kepulauan Meranti

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang informan maka model


komunikasi konflik yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah dalam perjalanan arus
barang lintas negara di Kabupaten Kepulauan Meranti. Model komunikasi konflik tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Model komunikasi konflik yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah
dalam perjalanan arus barang lintas negara di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Perjalanan Barang Asing dari Malaysia adalah melalui jalur laut, Barang-barang
tersebut melewati proses pemeriksaan dari pemerintah. Beberapa instansi pemerintah yang
terlibat adalah Polisi Air, Bea Cukai dan Angkutan Laut. Barang-barang sangat sulit lolos
dari pemeriksaan pemerintah, sehingga sering terjadi konflik. Perbedaan aturan dari ketiga
institusi negara tersebut menyebabkan masyarakat bingung dan kesal. Kenyataan di lapangan
barang-barang yang sudah lolos dan bisa masuk menurut Polisi Air, belum tentu lolos dan
bisa masuk menurut Bea Cukai dan angkatan laut, begitu juga sebaliknya. Hal ini menjadi
penyebab konflik antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat merasa dirugikan. Barang-

109
barang yang dibeli di Malaysia memiliki harga yang lebih murah dan kualitas yang lebih
baik. Sedangkan barang-barang dengan jenis yang sama berasal dari lokal lebih mahal dan
kualitas kurang baik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka didapatkan bahwa komunikator dalam kasus
arus barang ini terdiri atas tiga instansi pemerintah, bea cukai, angkatan laut dan polisi Air.
Peraturan merupakan pesan yang dijalankan oleh pemerintah sebagai komunikator. Saluran
yang tatap muka yang digunakan menimbulkan efek langsung pada masyarakat. Konflik
dengan jenis konflik force yaitu pemerintah memaksa warganya untuk mematuhi hukum
dengan harapan terwujudnya suatu ketertiban arus barang dari luar negeri.

Model komunikasi konflik perjalanan Barang Asing dari Malaysia adalah melalui
jalur laut, Barang-barang tersebut melewati proses pemeriksaan dari pemerintah. Beberapa
instansi pemerintah yang terlibat adalah Polisi Air, Bea Cukai dan Angkutan Laut. Barang-
barang sangat sulit lolos dari pemeriksaan pemerintah, sehingga sering terjadi konflik.
Perbedaan aturan dari ketiga institusi negara tersebut menyebabkan masyarakat bingung dan
kesal. Kenyataan di lapangan barang-barang yang sudah lolos dan bisa masuk menurut Polisi
Air, belum tentu lolos dan bisa masuk menurut Bea Cukai dan angkatan laut, begitu juga
sebaliknya.

Daftar Pustaka

Birth G,Illia L, Lurati F. Zamparini A. 2008. Communicating CSR: Practices among


Switzerland‟s top 300 companies. Corporate Communications: An International Journal.
13(2):182-196. doi.10.11088/1356328081086964.

Bungin, Burhan. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

110
----------. 2013. Perencanaan & Strategi Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

ChaudhriV. 2014. Corporate social responsibility and the communication imperative:


Perspectives from CSR managers. International Journal of Business Communication.
22(2):1–24.doi.0.1177/2329488414525469.

------------, Wang J. 2007. Communicating corporate social responsibility on the


Internet: A case study of the top 100 information technology companies in India.
ManagementCommunication Quarterly 21(1):232-239.doi. 10.1177/0893318907308746.

Dahrendorf, Ralf. Terjemahan Ali Mandan. 1986. Konflik-konflik dalam masyarakat


Industri. Jakarta: Rajawali.

Diesendorf M. 2000. Sustainability and Sustainable Development. Sidney: Allen &


Unwin.

Effendy, O.U. 2003. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fisher, B, Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.

LittlejohnS.W, Domenici. 2001. Engaging Comunication in Conflict. California: Sage


Publications.

------------. 2007. Commication, Conflict, and the Management of Difference.


Waveland Press.
USA.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Moleong, J Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

111
Moore, Frazier. 2004. Humas: Membangun Citra dengan Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Moreno A, Capriotti P. 2009. Communicating CSR, citizenship and sustainability


on the web.

Journal of Communication Management. 13 (2):157-175.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Narbuko, Cholid, dkk. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nielsen AE, Thomsen C. 2009. CSR communication in small and medium-sized


enterprises: A study of the attitudes and beliefs of middle managers. Corporate
Communications. AnInternational Journal. 14(2):176-189.

O‟Connor A, Shumate M. 2010. An economic industry and institutional level of


analysis of corporate social responsibility communication. Management Communication
Quarterly. 24(4):529–551.doi.10.1177/089331890935 8747.

Schmeltz L. 2012. Consumer-oriented CSR communication: Focusing on ability or


morality? corporate communications: An International Journal. 17(1):29-49.doi.10,1108
/13563281211196344.

TakanoK. 2013. Communicating CSR: Case study of Japanese food industry.


JournalInternational Bisnis dan Manajemen. 8(9):111-121 doi.10.5539/ijbm.v8n9p111.

Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi_Pendekatan Taksonomi


Konseptual. Depok: Ghalia Indonesia.

112
Verboven H. 2011. Communicating CSR and business identity in the chemical
industry through mission slogans. Business Communication Quarterly 74(4):415-
431.doi.10.1177/1080569911424485.

113

Anda mungkin juga menyukai