Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

OLEH:

Cinta Edita Putri


C1D1 19 138

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
Bab I
Pendahuluan: Landasan Konseptual Komunikasi Pembangunan

Ide munculnya konsep atau istilah komunikasi pembangunan dalam masyarakat


ataupun dalam lingkungan studi ilmu komunikasi bukanlah suatu kebetulan,melainkan
melalui serangkaian tahap dan kajian mendalam,baik secara teoritis maupun
praktis.Secara teoritis,konsep ini lahir dari hasil sintesis,koreksi dan transformasi secara
ilmiah dan alamiah.Sementara secara praktis,konsep ini merupakan merupakan tuntutan
dan respons dari proses pencarian model pembangunan yang menginginkan perubahan
dalam masyarakat dan negara.

Meskipun studi komunikasi dan studi pembangunan memiliki objek formal dan
ciri yang berbeda secara spesifik,secara umum subtansi kajian kedua studi ini tidak jauh
berbeda.Jika objek formal komunikasi adalah pernyataan antarmanusia yang mengarah
pada perubahan pikiran, sikap, dan perilaku,objek formal studi pembangunan adalah
aspek-aspek perubahan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan peningkatan
melalui indikator fisik dan ekonomi.

Semula ilmu komunikasi belum dianggap sebagai salah satu variabel bebas dalam
pembangunan,dan belum memberikan konstribusi pada usaha pemenuhan kebutuhan dan
perbaikan kesejahteraan masyarakat.Pada kenyataannya,baik studi komunikasi maupun
studi pembangunan,secara teoretis bergerak sendiri-sendiri,tidak saling
beradaptasi,menopang,dan melengkapi.Namun,semenjak capaian prestasi pembangunan
belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan bagi semua pihak,maka
bidang komunikasi pun mulai dilirik.Dengan potensi seperti itu,mau tidak mau keadaan
ini harus bisa dijelaskan dan diatasi dengan pendekatan praktis yang menyeluruh.

A.MENYOAL EKSISTENSI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Berangkat dari pandangan bahwa eksistensi komunikasi pembangunan sebagai


sebuah studi komprehensif dalam mempercepat dan menuntaskan permasalahan
pembangunan,studi komunikasi pembangunan menjadi kajian populer di negara Dunia
Ketiga.Pada dimensi teoretis,studi ini dikembangkan melalui kajian dan analisis
mendalam yang diarahkan pada upaya pencarian konsep atau model pembangunan yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat.Tahap ini,selanjutnya akan menuntun jalan bagi
munculnya kesadaran baru dengan konsep-konsep yang bersifat korektif.Pada dimensi
praktis,penelusuran diarahkan pada upaya pencarian konsep atau model pembangunan
yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.Tahap ini,selanjutnya akan menuntun jalan
bagi munculnya kesadaran baru dengan konsep-konsep yang bersifat korektif.Pada
dimensi praktis,penelusuran diarahkan pada pencarian strategi,teknik dan metode yang
efektif yang berhubungan dengan aspek-aspek operasionalisasi studi ini bagi masyarakat
dan negara.Pada tahap ini,kajian dan analisis difokuskan pada penggunaan studi
komunikasi pembangunan dalam menyelesaikan permasalahan mendasar masyarakat dan
negara.

Secara konseptual,komunikasi pembangunan yang saling menopang.Teori


komunikasi digunakan untuk menjembatani arus informasi (ide,gagasan)baru, dari
pemerintah kepada masyarakat atau sebaliknya.Dengan kata lain,melalui proses
komunikasi pesan-pesan pembangunan dapat diteruskan dan diterima khalayak untuk
tujuan perubahan.Sementara teori pembangunan digunakan sebagai karakteristik bentuk
perubahan yang diinginkan secara terarah, dan progresif,dari satu kondisi ke kondisi
yang lain,atau dari satu keadaan menuju keadaan yang lebih baik.Dengan demikian,pada
tataran konsep komunikasi pembangunan merupakan usaha pemilihan strategi,dan model
komunikasi yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam rangka
pembangunan.Tujuannya berusaha menyampaikan,mengkaji,dan menjelaskan tentang
suatu isu,ide atau gagasan aktual yang berkaitan dengan perubahan,menuju
pembangunan masyarakat.Dalam ilmu komunikasi,konsep ini dianggap sebagai
spesialisasi penerapan teoretis dan praktis.Semangat ini kemudian memberi inspirasi
baru dalam penggalian aspirasi,kreativitas,kepentingan ,dan kebutuhan
individu,kelompok,serta masyarakat.Hal ini akan membuka jalan bagi munculnya
ide,gagasan,dan inovasi dari tingkat akar rumput (grassroots).Pada batas ini,komunikasi
pembangunan dipandang sebagai instrumen kunci dalam
menggambarkan,mendorong,mengarahkan,mempercepat,dan mengendalikan setiap
perubahan dalam pembangunan.

Berdasarkan falsafahnya,studi komunikasi pembangunan diilhami oleh usaha


pembebasan dan pencerahan pembangunan dalam rangka meningkatkan harkat,martabat
dan menanamkan jiwa kemandirian masyarakat.Sehingga apapun bentuk dan
jenisnya,aktivitas pembangunan senantiasa mengarah pada pemberdayaan masyarakat
secara menyeluruh.Dalam berbagai literatur dijelaskan bahwa falsafah merupakan
landasan pemikiran atau pandangan hidup yang ada dan berlaku yang bersumber pada
kebijakan moral tentang segala sesuatu yang harus dilakukan.Disini,falsafah dipandang
sebagai sumber kebijakan moral tentang segala sesuatu,sebagai panduan bertindak,yang
sudah tentu akan selalu berpijak pada perjalanan dan pertumbuhan peradaban masyarakat
dan negara itu sendiri.Tak terkecuali komunikasi pembangunan,sebagai kegiatan
khusus,sejatinya mengandung unsur mendidik (to educate), membujuk (to persuade) dan
memberikan keterampilan (skill) kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan
tetap memperhitungkan nilai, norma,keyakinan,dan aspek sosial-budaya yang berlaku.

Secara empiris, penerapan studi komunikasi pembangunan akan diarahkan pada


hal hal yang berkenan dengan hakikat,tujuan dan manfaat ilmu tersebut bagi
masyarakat.Sebagai disiplin ilmu,menyitir pendapat Richard L. Laningan (dalam
Effendy,2003) dalam karyanya Communication Models in Philosophy,Re-view and
Commentary,komunikasi pembangunan diarahkan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan seputar metafisika,epistimologi, dan aksiologi.Terkait pula menelaah
pemahaman (verstehen) penerapan studi ini secara
fundamental,metodologis,sistematis,analisis,dan kritis.Dengan kata lain,suatu ilmu dapat
digunakan dan bermanfaat bagi umat manusia.Demikian pula halnya dengan komunikasi
pembangunan.

B.PERKEMBANGAN KONSEP DAN ISTILAH

1.Jurnalisme Pembangunan (Journalism of Development)

Berawal dari pemikiran bagaimana menemukan rumusan atau model komunikasi


yang cepat, murah, dan massal bagi tujuan pembangunan, konsep jurnalisme
pembangunan (JP) mulai diperkenalkan. Lahirnya konsep atau istilah ini banyak
didorong para praktisi yang berlatar belakang wartawan, dengan memanfaatkan potensi
media komunikasi dalam kegiatan pembangunan. Adapun niat yang mendorong para
pelopornya ketika itu adalah keinginan untuk melaksanakan kebijakan pemberitaan yang
mendukung peliputan pembangunan (development reporting).

Menurut Laent 1977 (dalam UNDP, 2001), para pelopor jurnalisme pembangunan
di Asia berkeyakinan bahwa untuk masuk ke jantung permasalahan pembangunan, para
jurnalis harus memahami ekonomi. Dari sinilah kemudian lahir istilah Jurnalisme
pembangunan, dari institut pers yang diprakarsai Juan Mercado, salah seorang direktur
Philipine Press Institute. Tepatnya ketika Pres Foundation of Asia menyelenggarakan
Kursus Latihan Penulis Ekonomi se-Asia yang pertama di Manila pada tahun 1968, yang
mencerminkan penekanan ganda dari jurnalisme pembangunan, yaitu:
a. Pembangunan ekonomi di Asia, dan
b. Teknik penulisan yang jelas.

Alhasil, jurnalisme pembangunan sendiri merupakan peliputan pembangunan


sebagai proses daripada sebagai peristiwa pembangunan yang dimaksud. Penekanan
dalam berita pembangunan bukan pada kejadian di saat tertentu, melainkan pada apa
yang berlangsung pada periode tertentu tersebut tersampaikan, diterima dan direspons
khalayak sehingga menghasilkan proses perubahan sosial dan ekonomi yang bersifat
berkesinambungan dan jangka panjang. Dengan karakteristik ini, berita pembangunan
berbeda dengan Spot news. Dalam jurnalisme pembangunan, meliput berita harus
bersifat kritis dan analitis, yang mengkaji, mengevaluasi, dan memberikan sesuatu
dengan memperhatikan hal-hal, sebagai berikut: pertama, memperhatikan relevansi suatu
proyek pembangunan dengan kebutuhan nasional dan terutama kebutuhan lokal. Kedua,
memperhatikan perbedaan antara rencana program dan implementasinya.
Ketiga,memperhatikan perbedaan antara dampak yang dirasakan masyarakat. Jurnalisme
pembangunan juga harus memperhatikan kesenjangan perencanaan program dengan
implementasi, dan melihat perbedaan dampak terhadap masyarakat, seperti yang diklaim
pemerintah dengan yang diklaim masyarakat.

2. Komunikasi Penunjang Pembangunan

Komunikasi penunjang pembangunan (KPP) lahir dari birokrasi PBB melalui


proyek UNDP. KPP dirancang oleh Erskine Childers untuk menunjang berbagai proyek
pembangunan melalui program UNDP. Dengan demikian, KPP bertitik tolak pada
proyek-proyek pembangunan. Berdasarkan asal usul istilah, menurut Gercelea (1982)
komunikasi penunjang pembangunan (development support communication) disebut
juga komunikasi penyuluhan atau komunikasi pertanian, yaitu komunikasi yang
ditujukan untuk menunjang pembangunan nasional dan lokal, khususnya di negara-
negara berkembang dalam (UNDP, 2001). Secara umum, komunikasi penunjang
pembangunan adalah suatu penggunaan yang berencana sumber-sumber (resources)
informasi dan komunikasi (tenaga, biaya, fasilitas, peralatan, dan media ) oleh suatu
organisasi untuk mencapai tujuan.

3. Komunikasi Pembangunan (Development Communication)

Sejak pertama kali memasuki negara Dunia Ketiga, konsep atau istilah
komunikasi pembangunan (development communication) merupakan komponen penting
dalam proses (program) pembangunan. Konsep ini Pertama kali diperkenalkan oleh
Lerner melalui studinya yang berjudul The Passing of Traditional Society (tahun 1958)
dengan label communication and development Kemudian pandangan ini diperkuat
kembali oleh Lucian Pye dan Wilbur Schramm. Mereka mengartikan komunikasi
pembangunan, “It referred to technology-based communication network which
regardless of message and content, tended to create, by reason of its in herent
characteristics, a climate suited for development” (Lerner, 1958). Konsep komunikasi
pembangun tersebut memiliki ideologi sebagai berikut:
a. Esensi pembangunan adalah pemaksimalan penyediaan barang dan jasa bagi
masyarakat.
b. Dunia maju dan dunia berkembang dibedakan oleh barang dan jasa.
c. Cara cepat dan efektif yang membawa perubahan kesadaran dilakukan melalui
pengunaan teknologi yang berbasis komunikasi, terutama radio. Radio dan TV mampu
menciptakan citra baru, mobilitas psikis, dan empati.

Inti ideologi komunikasi pembangunan adalah menciptakan iklim kondusif bagi


pertumbuhan produk dan jasa sebagai penggerak utama perekonomian.
Namun dalam perkembangannya, setelah satu dekade ternyata konsep pembangunan itu
tidak sesuai dengan harapan bangsa-bangsa di negara Dunia Ketiga sebab jarak sosial
dan ekonomi antara yang kaya dan yang miskin semakin jauh. Tekanan sosial,
kekacauan di kehidupan sipil, dan ketidakstabilan politik menjadi endemi. Kemudian
muncul kritik terhadap ideologi Lerner tersebut dari tokoh-tokoh pemikir Amerika Latin,
seperti Beltran, Diaz Bordenare, dan Reyes Matla. Mereka mengkritik bahwa kemajuan
teknologi komunikasi pun menimbulkan masalah di negara Dunia Ketiga. Pada satu sisi
mereka menerapkan model modernisasi untuk memenuhi kebutuhan dasar, namun pada
sisi lain mereka tidak mempunyai alternatif untuk masuk jaringan teknologi komunikasi
modern yang menghasilkan jenis pembangunan seperti yang mereka cari.

4. Istilah Lain yang Relevan

Selain beberapa konsep dan istilah yang telah dijelaskan sebelumnya, terminologi
lain yang berkembang dan berkaitan dengan istilah komunikasi pembangunan dapat
disebutkan sebagai kegiatan komunikasi pembangunan. antara lain: penyuluhan
pembangunan, pengembangan masyarakat, pendidikan luar sekolah, rekayasa sosial,
social engineering (memperbaiki keadaan sosial), dan lain-lain (lihat juga Rakhmat,
1999). Namun, yang akan dijelaskan berikut ini, hanya penyuluhan pembangunan dan
pengembangan masyarakat.

a. Penyuluhan Pembangunan

Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor, dalam
arti kata mampu memberi penerangan, dari keadaan yang gelap menjadi terang.
Mengenai rumusan baku, penyuluhan dapat dilihat dari penjelasan Claart et al (dalarn
Samsuddin, 1994). Penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah
(problem solving) yang berorientasi pada tindakan, mengajarkan, mendemostrasikan, dan
memotivasi sesuatu. Demikian juga Samsuddin (1994) yang menyebut penyuluhan
sebagai usaha pendidikan nonformal untuk mengajak orang mau melaksanakan ide-ide
baru. Jadi, penyuluhan yang dimaksudkan di sini adalah fungsi pemerintahan dengan
memperluas (extending) pelayanan kepada petani sekaligus melaksanakan aturan dan
kebijakan yang berlaku. Atau dengan kata lain, fungsi penyuluhan dimaksudkan untuk
menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa dijalankan oleh petani dengan
pengetahuan umum dan teknologi yang berkembang secara dua arah (two way traffic)
antara pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, melalui penyuluhan pertanian,
mengajak, dan membimbing, memotivasi para petani untuk melaksanakan cara-cara baru
(suatu inovasi) lebih mudah.

b. Pengembangan Masyarakat

Dalam berbagai literatur, istilah community development atau pengembangan


masyarakat sering dikaitkan dengan usaha memperbaiki kualitas hidup masyarakat
melalui pengembangan dan pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka
dengan menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Perdebatan panjang seputar definisi
pengembangan masyarakat akhirnya mendorong Twelvestrea (1991) merumuskan
konsepnya"...!s the process of assisting ordinary people to improve their own
communities by undertaking collective action“ Maksudnya, pengembangan masyarakat
berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan orang yang tidak beruntung atau tertindas,baik
yang disebabkan oleh kemiskinan maupun diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku,
gender, jenis kelamin, usia, maupun kecacatan. Dengan demikian, konsep
pengembangan masyarakat memiliki fokus pada upaya menolong anggota masyarakat
yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama mengindentifikasi kebutuhan
bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan
mereka.

C.ASPEK TEORETIS YANG BERPENGARUH

Untuk memenuhi kebutuhan ilmiah pada pembahasan kali ini, kita akan
membahas beberapa aspek teoretis yang dominan dan membumi sebagai landasan
konseptual komunikasi pembangunan yang mewarnai praktik komunikasi pembangunan
di berbagai negara. Beberapa teori besar tesebut, di antaranya: teori evolusi, dan teori
fungsionalisme. Berdasarkan penjelasan di bagian awal, secara ilmiah aspek teoretis
komunikasi pembangunan dapat ditelusuri melalui sumbangan pemikiran dari teori-teori
besar sebagai cikal bakal lahirnya embrio komunikasi pembangunan dan teori-teori
perubahan sosial dalam masyarakat.

1. Teori Evolusi

Teori evolusi lahir awal abad ke-19 sesudah revolusi industri dan revolusi Prancis,
dua revolusi yang tidak sekadar menghancurkan tatanan lama, tetapi juga membentuk
acuan dasar baru dalam pembangunan. Secara garis besarnya, menurut A. Comte (1964),
teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai berikut:
"Teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah
seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat
maju. Teori evolusi membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan
akhir perubahan sosial. Perubahan menuju bentuk masyarakat modern merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindari" (dalam Suwarsono dan So, 2000: 10) .

2. Teori Fungsionalisme

Berbeda dengan pandangan penganut teori evolusi, tradisi pemikiran teori


fungsionalime banyak dipengaruhi pemikiran Talcott Parsons. Menurut asumsi teori ini,
masyarakat manusia tak ubahnya seperti sistem fungsi pada organ tubuh manusia.
Karena itu, memahami masyarakat manusia dapat dipelajari seperti mempelajari fungsi-
fungsi tubuh manusia yang teratur. Bahwa fungsi yang satu memengaruhi fungsi lainya,
sebaliknya disfungsi pada satu sistem mengakibatkan disfungsi pada sistem yang lain.
Analogi dengan tubuh manusia mengakibatkan Parsons merumuskan konsep
keseimbangan dinamis-statis. Jika satu bagian tubuh manusia berubah, bagian lain akan
mengikutinya. Perubahan yang terjadi pada satu lembaga akan berakibat pada perubahan
di lembaga lain untuk menamai keseimbangan baru. Demikian pula halnya masyarakat
memiliki fungsi sosial yang secara teratur mengalami perubahan. Dengan demikian,
masyarakat bukan sesuatu yang statis, melainkan dinamis, sekalipun perubahan itu amat
teratur dan selalu menuju pada keseimbangan baru.

Anda mungkin juga menyukai