KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
OLEH:
Meskipun studi komunikasi dan studi pembangunan memiliki objek formal dan
ciri yang berbeda secara spesifik,secara umum subtansi kajian kedua studi ini tidak jauh
berbeda.Jika objek formal komunikasi adalah pernyataan antarmanusia yang mengarah
pada perubahan pikiran, sikap, dan perilaku,objek formal studi pembangunan adalah
aspek-aspek perubahan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan peningkatan
melalui indikator fisik dan ekonomi.
Semula ilmu komunikasi belum dianggap sebagai salah satu variabel bebas dalam
pembangunan,dan belum memberikan konstribusi pada usaha pemenuhan kebutuhan dan
perbaikan kesejahteraan masyarakat.Pada kenyataannya,baik studi komunikasi maupun
studi pembangunan,secara teoretis bergerak sendiri-sendiri,tidak saling
beradaptasi,menopang,dan melengkapi.Namun,semenjak capaian prestasi pembangunan
belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan bagi semua pihak,maka
bidang komunikasi pun mulai dilirik.Dengan potensi seperti itu,mau tidak mau keadaan
ini harus bisa dijelaskan dan diatasi dengan pendekatan praktis yang menyeluruh.
Menurut Laent 1977 (dalam UNDP, 2001), para pelopor jurnalisme pembangunan
di Asia berkeyakinan bahwa untuk masuk ke jantung permasalahan pembangunan, para
jurnalis harus memahami ekonomi. Dari sinilah kemudian lahir istilah Jurnalisme
pembangunan, dari institut pers yang diprakarsai Juan Mercado, salah seorang direktur
Philipine Press Institute. Tepatnya ketika Pres Foundation of Asia menyelenggarakan
Kursus Latihan Penulis Ekonomi se-Asia yang pertama di Manila pada tahun 1968, yang
mencerminkan penekanan ganda dari jurnalisme pembangunan, yaitu:
a. Pembangunan ekonomi di Asia, dan
b. Teknik penulisan yang jelas.
Sejak pertama kali memasuki negara Dunia Ketiga, konsep atau istilah
komunikasi pembangunan (development communication) merupakan komponen penting
dalam proses (program) pembangunan. Konsep ini Pertama kali diperkenalkan oleh
Lerner melalui studinya yang berjudul The Passing of Traditional Society (tahun 1958)
dengan label communication and development Kemudian pandangan ini diperkuat
kembali oleh Lucian Pye dan Wilbur Schramm. Mereka mengartikan komunikasi
pembangunan, “It referred to technology-based communication network which
regardless of message and content, tended to create, by reason of its in herent
characteristics, a climate suited for development” (Lerner, 1958). Konsep komunikasi
pembangun tersebut memiliki ideologi sebagai berikut:
a. Esensi pembangunan adalah pemaksimalan penyediaan barang dan jasa bagi
masyarakat.
b. Dunia maju dan dunia berkembang dibedakan oleh barang dan jasa.
c. Cara cepat dan efektif yang membawa perubahan kesadaran dilakukan melalui
pengunaan teknologi yang berbasis komunikasi, terutama radio. Radio dan TV mampu
menciptakan citra baru, mobilitas psikis, dan empati.
Selain beberapa konsep dan istilah yang telah dijelaskan sebelumnya, terminologi
lain yang berkembang dan berkaitan dengan istilah komunikasi pembangunan dapat
disebutkan sebagai kegiatan komunikasi pembangunan. antara lain: penyuluhan
pembangunan, pengembangan masyarakat, pendidikan luar sekolah, rekayasa sosial,
social engineering (memperbaiki keadaan sosial), dan lain-lain (lihat juga Rakhmat,
1999). Namun, yang akan dijelaskan berikut ini, hanya penyuluhan pembangunan dan
pengembangan masyarakat.
a. Penyuluhan Pembangunan
Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor, dalam
arti kata mampu memberi penerangan, dari keadaan yang gelap menjadi terang.
Mengenai rumusan baku, penyuluhan dapat dilihat dari penjelasan Claart et al (dalarn
Samsuddin, 1994). Penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah
(problem solving) yang berorientasi pada tindakan, mengajarkan, mendemostrasikan, dan
memotivasi sesuatu. Demikian juga Samsuddin (1994) yang menyebut penyuluhan
sebagai usaha pendidikan nonformal untuk mengajak orang mau melaksanakan ide-ide
baru. Jadi, penyuluhan yang dimaksudkan di sini adalah fungsi pemerintahan dengan
memperluas (extending) pelayanan kepada petani sekaligus melaksanakan aturan dan
kebijakan yang berlaku. Atau dengan kata lain, fungsi penyuluhan dimaksudkan untuk
menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa dijalankan oleh petani dengan
pengetahuan umum dan teknologi yang berkembang secara dua arah (two way traffic)
antara pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian, melalui penyuluhan pertanian,
mengajak, dan membimbing, memotivasi para petani untuk melaksanakan cara-cara baru
(suatu inovasi) lebih mudah.
b. Pengembangan Masyarakat
Untuk memenuhi kebutuhan ilmiah pada pembahasan kali ini, kita akan
membahas beberapa aspek teoretis yang dominan dan membumi sebagai landasan
konseptual komunikasi pembangunan yang mewarnai praktik komunikasi pembangunan
di berbagai negara. Beberapa teori besar tesebut, di antaranya: teori evolusi, dan teori
fungsionalisme. Berdasarkan penjelasan di bagian awal, secara ilmiah aspek teoretis
komunikasi pembangunan dapat ditelusuri melalui sumbangan pemikiran dari teori-teori
besar sebagai cikal bakal lahirnya embrio komunikasi pembangunan dan teori-teori
perubahan sosial dalam masyarakat.
1. Teori Evolusi
Teori evolusi lahir awal abad ke-19 sesudah revolusi industri dan revolusi Prancis,
dua revolusi yang tidak sekadar menghancurkan tatanan lama, tetapi juga membentuk
acuan dasar baru dalam pembangunan. Secara garis besarnya, menurut A. Comte (1964),
teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai berikut:
"Teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah
seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat
maju. Teori evolusi membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan
akhir perubahan sosial. Perubahan menuju bentuk masyarakat modern merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindari" (dalam Suwarsono dan So, 2000: 10) .
2. Teori Fungsionalisme