Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FOTOGRAFI

OLEH:

Cinta Edita Putri


C1D1 19 138

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
Maskulinitas Jovi Adhiguna seorang influencer di Instagram
(Analisis Semiotika Fotografi Fashion Influencer dari @Joviadhiguna)

Abstrak
Penelitian ini fokus pada perkembangan mode dalam kaitannya dengan nilai-nilai
maskulinitas yang ditunjukkan pada objek foto yang ditampilkan pada akun Instagram
seorang fashion influencer yang berada di Indonesia. Foto-foto tersebut menampilkan
cara berbusana sesuai dengan identitas fashion yang ingin direpresentasikan oleh
fashion influencer yang dipilih yaitu @Joviadhiguna. Selain itu dengan adanya
identitas fashion yang ditampilkan objek penelitian, peneliti juga akan mengupas
identitas gender yang dimiliki objek serta mengupas nilai-nilai maskulinitas yang
ditunjukkan berdasarkan identitas tersebut. Simbol-simbol yang ditampilkan dalam
foto-foto tersebut merepresentasikan identitas diri yang dikonstruksi melalui foto
fashion dalam Instagram.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tipe deskriptif dengan metode
analisis semiotika Roland Barthes, yang memaknai sebuah komunikasi visual secara
denotasi, konotasi dan mitos. Melalui metode tersebut peneliti berusaha menganalisis
kode/simbol/penanda dalam foto-foto fashion secara lengkap dan terperinci serta
mengaitkannya dengan jenis nilai maskulin yang melekat dalam foto fashion
influencer tersebut. Penelitian ini juga akan mengupas tentang gambaran new
masculinity fashion yang tidak hanya menjadi sebuah tren, melainkan sebuah
tanggapan akan perubahan cara berpikir yang sedang terjadi. Hal itu menunjukkan
bahwa perkembangan fashion di Indonesia menjadi semakin terbuka dan tidak kaku
pada aturan gender yang melingkupinya. Dengan adanya gaya fashion dari Jovi
menunjukkan bahwa fashion has no gender mulai berkembang dan berterima di
kalangan masyarakat urban dilihat dari banyaknya followers di media sosial
Instagram mereka.
Kata Kunci : Instagram, fashion influencer, maskulinitas baru, semiotika

PENDAHULUAN
Dalam gaya hidup milenial zaman ini, penampilan adalah segalanya. Perhatian atas
urusan penampilan sebenarnya bukan hal baru dalam kehidupan manusia. Manusia
seolaholah berada diatas panggung sehingga ia harus mendefinisikan dirinya dengan
penampilan diri yang sesuai dengan peran yang ingin ia tampilkan dalam kehidupan
sosialnya. Keberadaan fashion dalam gaya hidup manusia dalam cara berpenampilan
memberikan banyak definisi terhadap karakter dari kepribadian pengguna fashion tertentu.
Fashion menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian
seseorang. Benda-benda seperti baju dan aksesori yang dikenakan bukanlah sekadar penutup
tubuh dan hiasan, lebih dari itu juga menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan
identitas pribadi . Fashion memberikan estetika pada penampilan luar seseorang. Penampilan
luar seseorang itulah yang menjadi situs penting bagi gaya hidup. Hal-hal yang berada di
permukaan, atau penampilan luar, akan menjadi lebih penting daripada apa yang ada didalam
kehidupan orang tersebut. Gaya dan fashion akan lebih penting dan menjadi sorotan utama
ketika seseorang akan menilai seseorang.
Salah satu platform yang sering digunakan oleh figur publik adalah media sosial.
Media sosial memberikan kemudahan pada cara seseorang menampilkan diri dan
mengekplorasi gaya hidup dan fashion yang ia miliki serta menunjukkannya kepada banyak
orang. Secara tidak langsung media sosial ikut berperan dalam membentuk karakter
seseorang.
Kemampuan media sosial yang mampu memengaruhi penggunanya merupakan salah
satu contoh kegunaan dari media sosial. Keberadaan media sosial mampu memengaruhi
kehidupan sosial dalam masyarakat. Perubahan yang terjadi bisa berdampak secara positif
maupun negatif. Perubahan dalam hubungan sosial dapat memengaruhi sistem sosial
termasuk nilai-nilai didalamnya, sikap dan pola perilaku dalam kelompok-kelompok
masyarakat tertentu.
Peneliti memaknai dalam konteks ini terdapat unsur menghadirkan identitas fashion
melalui sosial media Instagram. Instagram adalah salah satu media sosial dimana para
penggunanya bisa mengunggah berbagai foto dan video singkat yang bisa dilihat oleh para
followers (pengikutnya). Melalui media sosial Instagram ini seseorang menunjukkan atau
menampilkan identitas dirinya kepada orang lain. Lewat Instagram, para fashion influencer
mampu menciptakan sebuah citra dan “online-persona” yang sesuai dengan apa yang ingin
mereka tampilkan sebagai fashion influencer. Online-persona itu dipergunakan untuk
membangun diri sebagai seorang bintang. Seorang influencer, apapun yang mereka tekuni,
menjadikan mereka sebagai seorang artis, yang memiliki fans, yang dalam Instagram disebut
follower. Mereka memperoleh banyak dukungan dari para pengikut mereka karena
kemampuan mereka memadu-padankan busana sehingga terlihat trendy dan berkelas2 .
Salah satu perubahan sosial melalui gaya hidup dan fashion yang dipamerkan oleh
para fashion influencer yaitu dapat diidentifikasikannya orientasi gender yang mereka miliki.
Orientasi gender ini tidak harus selalu berhubungan dengan jenis kelamin yang dimiliki
namun lebih kepada gender apa yang dipilih oleh para selebriti dan/atau public figure untuk
menjadi karakter dan kepribadian mereka. Perubahan sosial terjadi ketika masyarakat mulai
mengonsumsi apa yang disajikan secara gamblang oleh para public figure tersebut.
Khususnya dalam hal gaya hidup dan fashion, masyarakat mulai mengenali ciri-ciri fashion
dari suatu gender tertentu. Media sosial banyak memberikan informasi dalam menyebarkan
apa yang sebenarnya telah menjadi tren masa kini dalam hal fashion sehingga tidak hanya
monogender yang ada di industri fashion namun bahkan unisex gender atau genderless
fashion. Perubahan sosial tersebut dikonsumsi masyarakat dan ditampilkan oleh public figure
memuat banyak sekali pro-kontra terhadap perubahan gaya hidup dan masyarakat sosial.
Terdapat fashion influencer yang menarik untuk diteliti ciri identitas dalam fashion-
nya,yaitu Jovi Adhiguna Hunter atau @joviadhiguna. Peneliti memilih Jovi Adhiguna
sebagai objek penelitian karena peneliti melihat bahwa mereka kerap kali menunjukkan
identitasnya dengan tujuan agar dianggap berbeda dengan individu lainnya.
Sebagai seorang yang terlahir menjadi pria, kecenderungan maskulin pasti akan
ditunjukkan melalui foto fashion yang mereka unggah. Namun maskulinitas pria yang
seharusnya ditunjukkan pada objek penelitian ini ada yang tampak kabur atau bahkan pudar.
Hal ini pasti menunjukkan ciri identitas gender tertentu. Selain menampilkan gaya
berpakaian, foto-foto yang ditampilkan dalam akun Instagram ia juga menampilkan beberapa
pendukung lain seperti background foto di tempat-tempat tertentu yang menunjang gayanya.
Selain itu pemilihan warna yang dikenakan dapat mencirikan suatu identitas tertentu
mengenai gender. Peneliti memaknai bahwa keberadaan foto-foto merupakan sebuah
representasi mengenai identitas seseorang, dimana identitas melalui fashion dimunculkan
dalam media sosial Instagram.
Penelitian ini fokus pada perkembangan mode dalam kaitannya dengan nilai-nilai
maskulinitas yang ditunjukkan pada objek foto yang ditampilkan pada akun Instagram. Foto-
foto tersebut menampilkan cara berbusana sesuai dengan identitas fashion yang ingin
direpresentasikan oleh Jovi Adhiguna kepada pengguna Instagram. Selain itu dengan adanya
identitas fashion yang ditampilkan objek penelitian, peneliti juga akan mengupas identitas
gender yang dimiliki objek serta mengupas nilai-nilai maskulinitas yang ditunjukkan
berdasarkan identitas tersebut. Simbolsimbol yang ditampilkan dalam foto-foto tersebut
merepresentasikan identitas diri yang dikonstruksi melalui foto fashion dalam Instagram.
Sementara peneliti mengambil dokumentasi dengan screen capture beberapa foto dalam akun
Instagram Jovi Adhiguna.

Metode Penelitian
Maskulinitas Baru
Maskulinitas baru, dalam New Men: Playing the Sensitive Lad, adalah semua
karakter, sifat dan atribut yang bertentangan dengan maskulinitas pria-kuat (old masculinity),
yang meliputi sifat-sifat feminin (seperti yang dimiliki perempuan), pasif, sensitif, lemah,
emosional, tanpa mengatasnamakan aspek gender untuk setiap tingkah laku seorang laki
laki3. Akan tetapi pada hakikatnya, maskulinitas baru merupakan suatu usaha untuk
menghapuskan (atau setidaknya mengurangi) stereotip yang dilekatkan atas sifat-sifat yang
seharusnya dimiliki dan tidak dimiliki laki-laki. Konsep maskulinitas baru ini pada dasarnya
merupakan upaya untuk meninggalkan budaya patriarki yang dominan dan sekaligus beranjak
ke kerangka kerja sosial yang lebih inklusif, maskulinitas baru ini disebut metroseksual.
Foto dan Fashion
Influencer Fashion influencer adalah seseorang yang memiliki banyak pengikut yang
banyak di media sosial, terutama menciptakan konten fashion dan memiliki kekuatan untuk
memengaruhi pendapat dan perilaku pembelian orang lain dengan rekomendasi yang mereka
lancarkan. Banyak merek/brand yang mengundang mereka untu menghadiri peragaan busana,
pesta, makan malam para desainer, perjalanan eksklusif untuk perayaan fashion dan untuk
mengenakan pakaian hasil karya merek/brand tertentu di media sosial .
Foto fashion dapat menghasilkan representasi fashion yang menciptakan karakter dari
setiap individu. Sama halnya dengan bentuk-bentuk seni lain, foto merupakan sebuah bentuk
pengantar media komunikasi. Widjonarko menjelaskan bahwa dengan foto dapat
mengemukakan berbagai macam ide, gagasan, atau menceritakan pesan secara visual kepada
orang lain. Bahkan foto disebut sebagai media komunikasi visual. Foto tidak hanya
menceritakan pesan tetapi sekaligus sebagai media untuk “mempengaruhi” bahkan
memberikan manipulasi sebuah peristiwa yang sedang terjadi. Terlebih lagi seorang fashion
influencer sering menjadi panutan dan lebih dekat dengan audiensnya ketimbang selebriti
nasional, sehingga lebih mudah untuk memberikan pengaruh dan menyampaikan ide baru
bagi pengikut mereka.
Pada penelitian ini peneliti berfokus untuk melihat representasi maskulinitas baru
pada beberapa gambar/foto secara keseluruhan dari segi fisik maupun tampilannya, style
pakaian, aksesoris, desain pakaian, dandanan, setting background foto, caption, gestur wajah
dan tubuh, kode warna serta angle kamera. Dengan fokus tersebut diharapkan peneliti dapat
memaknai pesan yang disampaikan sehubungan dengan nilai maskulinitas pada beberapa
tampilan foto dalam setiap postingan akun Instagram fashion influencer @joviadhiguna
secara denotatif dan konotatif. Peneliti menimbang objek foto fashion berdasarkan ciri-ciri
tanda maskulinitas baru dalam foto tersebut.

HASIL PEMBAHASAN
Anggapan tentang penampilan laki-laki selama ini identik dengan kotor, tangannya
kasar, dan kulit yang tidak mulus karena bekerja keras dan berat. Anggapan lain menjelaskan
bahwa laki-laki kurang memperhatikan pakaian yang mereka kenakan, gaya atau style-nya
sering terlihat kaku, serta warna-warna yang digunakan monokrom dan membosankan.
Dalam hal ini, anggapan keidentikan pria maupun perempuan yang beredar di masyarakat
erat kaitannya dengan stereotip gender. Stereotip gender adalah pelabelan atau penandaan
terhadap suatu jenis kelamin tertentu. Pelabelan tersebut dapat berupa pelabelan positif
maupun negatif. Hal ini menimbulkan generalisasi jenis kelamin di masyarakat. Meskipun
adanya generalisasi jenis kelamin, belum tentu baik pria maupun perempuan memiliki
kecenderungan sikap atau sifat seperti jenis kelaminnya. Hal tersebut disebabkan banyaknya
faktor yang memengaruhi, seperti faktor lingkungan, ekonomi, maupun sosial dan
budayanya.
Namun anggapan dan stereotip lama tersebut telah mulai dipatahkan dengan adanya
perkembangan gender dan fashion yang dibawa dari media sosial yang pengaruhnya diserap
oleh pengguna media sosial itu sendiri. Media sosial membawa sebuah konsep baru dari
berbagai budaya yang diterima oleh pengguna. Budaya tersebut bisa berupa sebuah
pergeseran, perkembangan, peningkatan maupun penurunan suatu nilai dan norma tertentu.
Stuart Hall5 menyatakan bahwa budaya telah membuat dunia menjadi bisa dipahami. Budaya
dapat diartikan sebagai sebuah proses, seperangkat praktik-praktik dalam kehidupan sehari-
hari. Utamanya, budaya diperhatikan sebagai produksi dan pertukaran makna antar anggota
dalam kelompok masyarakat. Sehingga budaya bergantung pada interpretasi partisipan yang
bermakna dan apa yang ada di sekitar mereka.
Pesan Konotatif
1.Postingan foto @Joviadhiguna 1

Gambar 1 Postingan @Joviadhiguna 1


Sumber: Akun Instagram Jovi Adhiguna

a. Makna Konotasi
Makna konotasi yang dianalisis dengan enam aspek menurut Barthes, yaitu
untuk memahami makna konotasi dalam sebuah foto, dalam metode Barthes disebut
dengan tahap konotasi kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar imajinasi
paradigmatik. Selain pemahaman kultural untuk menambah informasi yang ada di
dalam foto, juga dapat diperoleh dengan mengamati beberapa perkembangan
prosedur yang memengaruhi gambar sebagai analogon. Prosedur tersebut
dikategorikan menjadi enam, antara lain:
Trict Effect: Tidak ada pengubahan untuk foto sebenarnya dan foto ini juga tidak
ada berisikan manipulasi apapun semua tampak normal,asli,dan
efeknya natural atau tidak ada yang berlebihan.
Pose: Pada foto ini pengambilannya secara Potrait shot dengan pose Jovi
Adhiguna duduk dan menaruh rileks tangannya diatas sebuah meja dan
diikuti dengan ekspresi yang rileks namun sedikit tegas.
Objek: Foto ini terlihat Jovi Adhiguna dan kemeja warna putih ditambah
warna warni dan bermacam motif yang ia kenai serta ditambah dengan
sepasang anting-anting berwarna putih serta makeup yang natural dan
rambutnya juga pun tak lupa di gerai,dengan hal ini jovi
mengisyaratkan bahwa lelaki pun bisa atau berhak mempunyai atau
berbusana feminim.POI (Point Of Interest)dalam foto ini tetaplah
seorang Jovi Adhiguna.
Fotogenia: Pesan konotasi dalam foto melihat POI dalam foto tersebut diambil
dengan sudut pandang Eye level atau sudut pandang normal
merupakan angle yang paling umum digunakan untuk mengambil
gambar,posisi kamera pada angle ini akan sejajar dengan tinggi atau
posisi POI.Dari segi teknik pengambilannya meliputi lightning
(pencahayaan),exposure (Ketajaman),dan juga angle (sudut pandang
pengambilan objek).Dalam foto tersebut terlihat diambil dari dalam
ruangan tapi tetap memanfaatkan pencahayaan dari matahari.
Estetisme: Komposisi yang bertentangan dalam foto ini adalah dimana gender
seorang Jovi Adhiguna dan gaya berbusana nya yang feminim.
Sintaksis: Penyampaian atau pesan dalam foto ini mungkin awalnya dikira hanya
untuk menyampaikan bahwal lelaki juga berhak berbusana feminim
tetapi ternyata foto ini menyampaikan bahwa Jovi Adhiguna turut
berpartisipasi dalam Women Day.

b. Makna Denotasi
Didapati objek (analogon) apa saja yang terdapat dalam foto tersebut, antara lain:
a.Jovi Adhiguna yang berpose dengan rileks tapi ekspresi sedikit tegas
b.Kemeja yang dikenakan berwarna dasar putih dipadukan dengan warna-warni dan ditambah
dengan motif yang beragam
c.Aksesoris yang dikenakan berupa anting,dan gelang.
d.Makeup yang natural
e.Furnitur-furnitur rumahan yang terlihat dibelakang Jovi Adhiguna dan menjadikannya
sebagai Setting Background.
Teks Caption Foto
I believe that beauty is not only something that pleases the eyes, but something that comes
from within
Buttt that doesn't mean looking good is less important, soalnya good appearance can set a
good first impression too! So wear ANYTHING that makes you feel good and looks good!
Dress up for your self not for everyone else's opinion!

Jika di terjemahkan ke bahasa Indonesia akan berarti seperti ini “Saya percaya bahwa
kecantikan bukan hanya sesuatu yang menyenangkan mata, tetapi sesuatu yang berasal dari
dalam
Tetapi itu bukan berarti tampil bagus kurang penting, soalnya penampilan yang baik bisa
mengatur kesan pertama yang baik juga! Jadi kenakan APA PUN yang membuat Anda
merasa baik dan terlihat bagus! Berdandan untuk diri anda sendiri bukan untuk pendapat
orang lain!” yang berarti menurut jovi sendiri bahwa tidak perduli ia atau kita mengenakan
apapun,jika menurut kita busana itu bagus untuk kita pakai saja tamba memikirkan pendapat
orang lain.
2.Postingan foto @Joviadhiguna 2

Gambar 2 Postingan @Joviadhiguna 2


Sumber: Akun Instagram Jovi Adhiguna

a. Makna Konotasi
Trict Effect: Dalam foto kedua juga tidak ada pengubahan untuk foto sebenarnya
dan foto ini juga tidak ada berisikan manipulasi apapun semua tampak
normal,asli,dan efeknya natural atau tidak ada yang berlebihan.
Pose: Pada foto ini pengambilannya secara Potrait shot dengan pose Jovi
Adhiguna duduk santai diatas sofa dan dengan pose menopang kening
dan menyilang kaki dengan rileks ditambah tatapan yang tajam serta
Jovi juga memperlihatkan senyumnya walaupun tidak lebar.
Objek: Foto ini terlihat Jovi Adhiguna mengenakan cardigan rajut berawrna
pink di padukan dengan celana putih dan juga handbag putih
bermerknya serta aksesoris-aksesoris seperti kalung mutiara dan
gelang yang ia kenakan.POI (Point Of Interest)dalam foto ini tetaplah
seorang Jovi Adhiguna.
Fotogenia: Pesan konotasi dalam foto ini juga tetap melihatkan POI dalam foto
tersebut diambil dengan sudut pandang Eye level atau sudut pandang
normal merupakan angle yang paling umum digunakan untuk
mengambil gambar,posisi kamera pada angle ini akan sejajar dengan
tinggi atau posisi POI.Dari segi teknik pengambilannya meliputi
lightning (pencahayaan),exposure (Ketajaman),dan juga angle (sudut
pandang pengambilan objek).Dalam foto tersebut terlihat diambil dari
dalam ruangan tapi tetap memanfaatkan pencahayaan dari matahari
dan juga beberapa furniture yang membuat foto ini menjadi dinamis
dan memiliki kesan yang hangat.
Estetisme: Komposisi yang bertentangan dalam foto ini adalah dimana gender
seorang Jovi Adhiguna dan gaya berbusana nya yang feminim.
Sintaksis: Penyampaian atau pesan dalam foto ini bisa dilihat di lengan Jovi
Adhiguna terdapat beberapa tato yang membuatnya terlihat tetap
maskulin tapi berhak mengenakan pakaian feminim seperti cardigan
pinknya,kemudian handbagnya,dan sepasang sepatu heels putihnya
yang ia kenakan.

b. Makna Denotasi
Didapati objek (analogon) apa saja yang terdapat dalam foto kedua, antara lain:
a.Tetap terdapat Jovi Adhiguna dengan pose duduk santai diatas sofa dan menopang
keningnya,menyilang kakinya dengan rileks dan ekspresi yang sedikit memperlihatkan
senyum.
b.Pakaian yang ia kenakan seperti cardigan pink dipadukan dengan celana kulot putih serta
handbag bermerk berwarna putih dan juga heels putihnya
c.Aksesoris seperti kalung mutiaranya,gelang,serta jam tangannya
b.Furnitur rumah yang membuat foto ini dinamis seperti Sofa,Gorden,Meja kecil berwarna
hitam dan diatasnya di berikan pajangan unik serta terlihat tanaman hias.

Teks Caption Foto


Lowkey trynna flex my new bag
Dalam teks caption postingan yang kedua ini,Jovi menggunakan caption yang cukup
singkat dan to the point karena dalam foto itu dia ingin menunjukkan atau memperlihatkan
handabag bermerk warna putihnya itu.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan pada sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan berkaitan tentang representasi maskulinitas foto fashion influencer dari Jovi
Adhiguna bahwa melalui media sosial Instagram, unggahan foto yang diposting tidak pernah
terlepas dari kesan fashionable dan high-end fashion. Dari unggahan foto yang di analisis
tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa Jovi sering terlihat dalam kegiatan-kegiatan
dalam ranah fashion dan menghabiskan waktu luangnya untuk mendapat hiburan berupa
travelling dan mengenakan barang-barang mewah yang memuaskan keinginan dirinya sendiri
akan materi.Jovi juga mempunyai kepribadian yang humoris dan sering memberikan hal-hal
positif agar tidak membuat diri siapapun merasa insecure. Representasi maskulinitas baru
yang ditunjukkan dari foto fashion Jovi terletak pada gaya rambut, riasan/dandanan,
aksesoris, setting atau latar tempat foto, pakaian, tanda dan gestur tubuh serta pergerakan dan
sudut pandang kamera.Maskulinitas baru atau metroseksual yang ditampilkan ketiga objek
penelitian menunjukkan bahwa pria metroseksual hidup dan tinggal di kota besar yang
mempermudah ia untuk mendapat pergaulan dan gaya hidup tinggi dan memperjelas kelas
sosial. Jovi memiliki gaya hidup urban yaitu gaya hidup modern masyarakat perkotaan
dengan pikiran yang terbuka dengan pengaruh budaya baru, hedonis, dan gemar melakukan
hal-hal yang sedang tren. Hal itu sesuai dengan ciri maskulinitas baru dan terlihat dari cara
berpakaian Jovi yang mulai genderless fashion. Tren genderless fashion merupakah tren
budaya baru dalam dunia fashion belum semua masyarakat menerima tren itu dalam
kebudayaan Indonesia. Namun objek penelitian menerima konsep tersebut secara terbuka dan
menerapkannya.

DAFTAR PUSTAKA
Barbour, Lee & Moore. 2017. Persona Studies. Volume 3, No. 2
Flecha, Puigvert and Rios. 2013. The New Alternative Masculinities and The Overcoming of
Gender Violence. International and Multidisciplinary Journal of Social Sciences. Hipatia
Press
Retno, dan Edy, 2008, dalam Jurnal Ilmu Komunikasi, Fashion dan Gaya Hidup: Identitas
dan Komunikasi Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus, FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta
https://en.wikipedia.org/wiki/Fashion_influencer
http://www.instagram.com/joviadhighuna
www.slayage.tv/essays/slayage13_14/jowett

Anda mungkin juga menyukai