Anda di halaman 1dari 6

NAMA : WINDA GUSTIKA (I353190101)

PROGRAM STUDI : SOSIOLOGI PEDESAAN (MAGISTER)

MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF INTERAKSIONISME SIMBOLIK

(Tindakan Public Figure Dalam Mengupdate Status di Media Sosial Setiap Harinya)

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah cara interaksi


individu dengan individu yang lain. Internet menjadi sebuah ruang digital baru yang
menciptakan sebuah ruang kultural. Tidak dapat dihindari bahwa keberadaan internet
memberikan banyak kemudahan kepada penggunanya. Beragam akses terhadap informasi dan
hiburan dari berbagai penjuru dunia dapat dicari melalui internet. Internet menembus batas
dimensi kehidupan pengguna, waktu, dan ruang, yang dapat diakses oleh siapapun, kapanpun,
dan dimanapun. Menurut Data Statista menunjukkan, Indonesia masuk dalam 10 negara
dengan pengguna internet terbesar di dunia. Indonesia berada di peringkat kelima dengan
pengguna internet sebanyak 143,26 juta per Maret 2019.

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa hampir setengah dari jumlah penduduk
indonesia yaitu 271,894 juta jiwa menurut Worldometers sebanyak telah menikmati dan
menggunakan internet. Melihat antusiasme masyarakat yang sangat besar terhadap internet,
berbagai inovasi berbasis internet mulai muncul ke permukaan masyarakat. Salah satunya
adalah media sosial yang bertujuan sebagai media komunikasi baru dengan basis utama
internet. Berbagai media sosial berkembang dengan pesat saat ini, diawali dengan muncul
Friendster, ada pula Myspace kemudian facebook, disusul dengan twitter, lalu media sosial
instagram dan beberapa jenis media sosial lainnya

Gambar 1. Platform Media Sosial Yang Paling Banyak Digunakan di Indonesia

Sumber :Wearessosial dan Hootsuite 2019


Berdasarkan gambar di atas dapat di lihat bahwa Youtube memegang posisi pertama
sebagai platform media sosial yang paling banyak di akses oleh masyarakat indonesia. Disusul
dengan facebook kemudian instagram dan twitter. Penggunaan facebook di indonesia yaitu 130
juta kemudian instagram sebesar 55 juta. Kedua platform media sosial ini berasal dari satu
perusahaan yang sama dimana fasilitas yang di berikan pun hampir mirip. Untuk instagram
pengguna menyampaikan pesannya hanya bisa dalam bentuk foto ataupun video, tidak seperti
facebook yang hanya sekedar tulisan. Jika dari segi cara penyampaian pada Instagram kita
berekspresi, menyampaikan gagasan, atau yang lainnya dalam bentuk foto dan video, dan
kemudian orang-orang akan berkomentar atau sekedar memberi respons berupa “suka”. Pada
Facebook, kita bisa berexpresi atau menyampaikan gagasan melalui sebuah tulisan, foto, dan
video. Orang-orang juga dapat berkomentar atau bisa sekedar memberi like. Dari segi penilaian
saya pribadi, kebanyakan pengguna Instagram adalah kalangan muda, sedangkan facebook
memiliki pengguna rata rata pada kalangan usia yang lebih tua. Dari segi wilayah, masyarakat
perkotaan banyak menggunakan Instagram, sedangkan masyarakat pedesaan menurut saya
lebih banyak memakai facebook.

Pada dasarnya kedua platform ini memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan kita
kemudahan untuk menjalin pertemanan dengan siapapun tanpa batasan jarak dan tempat,
mengetahui info siapapun tanpa meminta izin, maupun sekadar melihat dan mengomentari foto
dan tulisan yang di-upload artis idola maupun kolega sehingga menjadi salah satu aplikasi
favorit para pengguna smartphone.

Interaksi yang terjadi di media sosial berbeda dengan interaksi yang ada di dunia nyata.
karena, komunikasi dilakukan melalui simbol berupa tulisan maupun gambar, foto, dan video.
Terkadang pemaknaan simbol-simbol tersebut dapat berbeda-beda bagi satu individu dengan
individu lain. Suatu simbol dapat dipahami melalui interpretatif proses dan penafsiran yang
dampaknya seringkali memunculkan beragam komentar pro dan kontra. Media sosial menjadi
tempat yang dapat digunakan oleh seseorang yang ingin membentuk dan menampilkan kesan
baik pada dirinya di depan publik. Dalam hal ini interaksi di komunikasikan dalam bentuk
simbol oleh blummer kemudian di sebut sebagai interaksi simbolik

Interkasi simbolik yang dikemukakan Blumer memandang bahwa tindakan yang


dilakukan seseorang tidak pernah lepas oleh ekspresi dan juga makna yang diberikan oleh
orang lain terhadap kejadian, peristiwa, maupun makna benda. Seseorang dalam melakukan
tindakan tidak pernah lepas dari makna yang diberikan oleh orang lain dan keinginan untuk
dimaknai oleh orang lain. Dalam contoh Nagita slavina merupakan seseorang public-figure
terkenal yang selalu aktif dalam meng-upload fotonya di media sosial. Foto yang di upload
bukanlah foto biasa, ia biasanya mengupload foto dengan menggunakan baju serta aksesoris
bermerek, serta tak jarang dilatarbelakangi pemandangan diluar negeri. Hal tersebut mampu
dimaknai para pengguna media sosial lain dengan berbeda-beda. Foto tersebut sebagai simbol
yang menandai sebuah status sosial tertentu.
Gambar 2. Foto Nagita Slavina Ketika Jalan-Jalan Keluar Negri

Sumber: Insatgram Raffinagita1717

Barang bermerk mendeskripsikan kemampuan finansial untuk membelinya.


Background foto luar negeri menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki akses dan
kemampuan untuk berpergian ke luar negeri yang tentunya tidak semua orang mampu. Tanda-
tanda tersebut merupakan simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dan menyampaikan
pesan pada orang lain. Komentar suka maupun tidak suka dari para pengguna media sosial
merupakan reaksi dari simbol-simbol yang ditunjukkan melalui media sosial oleh
penggunanya, sehingga muncullah istilah fans (pendukung) maupun haters (pembenci).

Perspektif interaksionisme simbolik melihat fenomena update status maupun upload


foto dan video di media sosial merupakan sebuah tindakan individu dengan penggunaan
simbol. Tujuannya mendeklarasikan identitas semacam ”inilah diriku”. Simbol-simbol yang
ditunjukkan di media sosial melalui unggahan maupun sejenisnya dikemas sedemikian rupa,
hingga membentuk sebuah citra atau image individu yang ingin ditampilkan kepada publik.
Sebagai public figure tentunya mereka ingin memberikan kesan glamour, mewah, dan cantik
sehingga barang-barang bermerk dan jalan-jalan keluar negri adalah suatu tindakan yang akan
menunjukan status sosialnya bahwa ia adalah publik figure terkenal.

Jika kita analisis dengan Teori Dramaturgi Erving Goffman, teori ini menjelaskan
bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut dan bagian
kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari
interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi
tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater.
Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan
kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.

Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan


mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya
pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan
pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata
(dialog) dan tindakan non-verbal lain. Hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan
yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Dengan konsep
dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana
dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendir

Dalam hal ini Nagita Slavina atau public-figure lain adalah aktor yang memerankan
perannya pada panggung sandiwara, maka dalam kasus ini media sosial menjadi panggung
(front stage) bagi para penggunanya. Dalam front stage, penampilan dan gaya menjadi suatu
hal yang utama. Penampilan bisa menunjukkan status sosial sang aktor atau penyaji drama.
Penggunaan barang tertentu juga bisa mendefinisikan bagaimana setting kehidupan si aktor
tersebut. gaya, bisa memberikan penonton pemahaman peran macam apa yang dimainkan oleh
sang aktor tersebut. aktor juga harus memastikan seluruh pertunjukkan menyatu. aspek yang
tidak selaras dapat merusak pertunjukani. sehingga panggung depan (front stage) terbagi
menjadi dua unsur, yaitu setting dan front personal. Selanjutnya front personal terbagi lagi
menjadi dua, yaitu appearance dan manner.

Pada tahap setting masing-masing dari public figure berusaha mempersiapkan


penampilan dan konsep foto sesuai dengan apa yang ia harapkan atau management harapkan.
Pada tahap ini, ada persiapan lokasi yang digunakan sebagai latar belakang. Lokasi foto yang
diambil oleh public figure sering kali adalah ketika mereka sedang berjalan-jalan keluar negri
atau kerestoran mewah. Mereka menganggap latar tempat menjadi penting tetapi tidak selalu
harus direncanakan. Kebanyakan dari public figure ada juga yang melakukan foto OOTD
(Outfit of The Day) secara sengaja jika sedang di rumah untuk menujukan aktivitas yang ia
lakukan.

Lebih lanjut pada tahap appearance, masing-masing public figure melihat konsep
dirinya dan memaknainya melalui fashion. Hasilnya jika kita bahwa beberapa dari public figure
bergaya sesuai dengan apa yang ia lihat dan ia sukai meniru penampilan role model mereka
sebagai inspirasi. Contoh penampilan Aurel Hermansyah yang saat ini terinpirasi dari style
kylie jenner. Namun, ada juga public figure yang telah memiliki gaya busana sendiri yang telah
mampu menunjukkan karakter dan kepribadiannya seperti Nagita Slavina yang dianggap oleh
netizen indonesia memiliki gayanya tersendiri. Selain itu, public figure juga memaksimalkan
foto yang akan diunggah melalui proses editing. Baik itu memberi filter, menambah kecerahan,
atau sekedar mengedit dengan efek-efek tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk menambah nilai
tampilan ataupun menghilangkan kekurangan pada foto.

Pada tahap manner, masing-masing public-figure menata perilaku melalui caranya


sendiri. Ada yang memiliki gaya tersendiri saat berfoto sehingga identik dengan dirinya.
Adapula yang memanfaatkan fitur yang ada seperti menulis quote di kolom caption yang
bertujuan untuk memotivasi orang yang membacanya contohnya adalah najwa sihab. Ditambah
lagi interaksi yang dilakukan melalui fitur komentar sehingga mereka dapat membentuk kesan
positif dengan cara membalas komentar yang masuk. Seperti menanyakan dimana mereka
membeli barang-barang fashion yang mereka kenakan. Hal tersebut juga menjadi ajang
promosi bagi public figure yang memiliki bisnis. Namun juga seringkali kita melihat public-
figure menghapus komentar negatif untuk menutupi kesan buruk yang ia dapat.

Dalam Teori Dramaturgi tidak hanya Front Stage ada juga Backstage yang merupakan
panggung belakang dari pertunjukan, dimana sang aktor telah melepas topengnya kembali ke
kehidupan semula. Kehidupan yang sesuai dengan identitasnya dirinya sendiri. Bukan
merupakan suatu tipuan atau pertunjukan yang ingin dimainkan sang aktor untuk memuaskan
audien. Didalam Back Stage public figure juga memiliki identitasnya sendiri, apakah dia
seorang ibu yang lemah lembut dan penyayang, sedangakn pada front stage dia merupakan
seorang public figure kontrovesi. Contohnya jika kita melihat salah satu public figure yaitu
Nikita Mirzani memiliki citra diri yang seksi, kasar dan pemarah akan tetapi ketika ia berada
di back stage ia hanyalah seorang ibu tunggal dari 3 orang anak yang berjuang untuk mencukup
kebutuhan buat hatinya.

Sehingga apa tujuan utama dari public figure dalam mengupdate status di media sosial
setiap harinya? adalah untuk menambah followers, mempopulerkan diri, dan tidak dianggap
ketinggalan zaman. Ada juga yang ingin di-endorse oleh produk online, menjadi inspirasi bagi
para followers dan sebagai ajang promosi. Ada juga yang ingin menjadi trendsetter dengan
menampilkan fashion yang inspiratif dan quote-quote yang menjadi motivasi. Selain itu kesan
yang diharapkan oleh public figure adalah kesan gaul, keren, high class, inspiratif, modis, apa
adanya, elegan dan positive thinking. Sementara jika kita melihat, pandangan para pengikut
(followers) menunjukkan mereka sangat terbuka dengan adanya hal tersebut karena bisa
menjadi inspirasi dan referensi gaya berbusana, mereka tertarik untuk mengikuti/melakukan
hal serupa. Juga dapat dilihat bahwa kesan yang diharapkan para pelaku foto (public figure)
cukup tersampaikan.

Kesimpulan

Perspektif interaksionisme simbolik melihat fenomena update status maupun upload


foto dan video di media sosial merupakan sebuah tindakan individu dengan penggunaan
simbol. Tujuannya mendeklarasikan identitas semacam ”inilah diriku”. Simbol-simbol yang
ditunjukkan di media sosial melalui unggahan maupun sejenisnya dikemas sedemikian rupa,
hingga membentuk sebuah citra atau image individu yang ingin ditampilkan kepada publik.
Sebagai public figure tentunya mereka ingin memberikan kesan glamour, mewah, dan cantik
sehingga barang-barang bermerk dan jalan-jalan keluar negri adalah suatu tindakan yang akan
menunjukan status sosialnya bahwa ia adalah publik figure terkenal. Juga merupakan sarana
untuk mempromosikan dirinya, sehingga akan menambah jumlah followers, mempopulerkan
diri, dan tidak dianggap ketinggalan zaman. Ada juga yang ingin di-endorse oleh produk
online, menjadi inspirasi bagi para followers dan sebagai ajang promosi diri.
DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, George. 2003. Teori Sosial Posmodern. Yogyakarta : Kreasi Wacana

Goffman, Erving. 1959. The Presentation of Self in Everyday Life. Harmondworth: Penguin.

Statista. 2019. Number of internet users in Indonesia from 2017 to 2023 (in millions).
Diambil dari Statista: https://www.statista.com

Worldometers.2019. Indonesia Population 1950-2019. Di ambil dari Worldometers:


https://www.worldometers.com

Wearessosial dan Hootsuite.2019. Most Active Social Media Platform Indonesia. Diambil
dari: https://wearesocial.com

Anda mungkin juga menyukai