Anda di halaman 1dari 5

Nama : Veronica Rose Gunawan

NIM : 01121180116

“Handphone, Perenggang Hubungan Keluarga”


Aspek TAP THE TV SID

Jenis teks yang digunakan adalah foto atau gambar. Foto merupakan media penyampaian
informasi secara visual. Oleh karena itu, pesan dalam teks sangat bergantung pada tampilan visual
dari gambar atau foto tersebut. Foto mengandung simbol-simbol yang menunjukkan beragam
makna seperti ajakan, larangan, himbauan dan bahkan sindiran.

Foto yang dilampirkan merupakan hasil fotografi. Secara etimologis, kata “fotografi”
berasal dari kata “photos” (berarti cahaya) dan “grafo” (berarti melukis atau menulis). Secara
harafiah, fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan cahaya. Proses menulis dan melukis
tentu tidak lakukan dengan sembarang. Dalam menulis atau melukis, pasti ada pesan yang
disampaikan (entah implisit atau eksplisit). Dalam fotografi, komposisi menjadi faktor yang
esensial. Sebuah karya fotografi yang baik ialah mampu menyampaikan pesan bagi siapapun yang
memandang foto tersebut.

Seseorang yang bekerja dalam bidang fotografi disebut fotografer. Tugas seorang
fotografer bukan hanya sekadar memotret. Tetapi fotografer harus bisa mempertimbangkan
komposisi dalam foto dan memastikan makna dalam foto itu tersampaikan dengan baik. Oleh
karena itu, seorang fotografer harus cerdas dalam mengatur komposisi foto sehingga tercipta karya
estetis yang kaya makna.

Audiens foto tersebut mencakup banyak kalangan masyarakat. Audiens teks itu bisa
meliputi pejabat, pekerja, orangtua, tokoh agama, pemimpin, tokoh masyarakat dan lain
sebagainya. Namun, foto tersebut lebih tertuju pada keluarga-keluarga pada zaman sekarang.

Pada zaman modern ini, banyak sekali penemuan-penemuan yang membawa kemudahan
bagi umat manusia. Salah satu penemuan yang memberi dampak besar pada manusia adalah
handphone. Penemuan ini diciptakan untuk mengatasi permasalahan komunikasi jarak jauh
sehingga handphone sebenarnya berguna untuk membuat orang yang jauh serasa dekat.

Handphone merupakan penemuan manusia. Sebuah penemuan yang diciptakan manusia


ini seharusnya dikontrol oleh manusia. Namun pada masa sekarang, handphone justru seolah-olah
mengontrol manusia. Lebih hebatnya lagi, handphone merenggangkan relasi manusia entah
dengan sahabat maupun keluarga. Hampir semua manusia mengalami ketergantungan pada
handphone dan lebih parahnya menciptakan dunia sendiri dengan ciptaan manusia ini.
Tujuan foto tersebut ialah untuk menyindir orang-orang zaman sekarang. Manusia rela
mengabaikan semua realita di sekitarnya demi menghabiskan dengan handphone mereka. Manusia
sulit sekali lepas dari handphone. Menurut penelitian di perusahaan SecurEnvoy, 66 persen bekerja
didiagnosis menderita nomofobia (no-mobile-phone-phobia). Penelitian juga menemukan bahwa
75 persen pemilik telepon genggam membawa alat komunikasi ini ke kamar mandi
(beritasatu.com, 2012).

Foto sindiran itu diciptakan agar manusia sadar bahwa handphone diciptakan untuk
membantu komunikasi jarak jauh, bukan membuat orang terdekat menjadi jauh dari kita. Foto itu
memberi sebuah pesan agar manusia mengontrol handphone dan bukan handphone yang
mengendalikan manusia. Fotografer foto ini sepertinya berharap agar manusia menggunakan
handphone secukupnya sehingga tidak mengabaikan orang-orang yang dicintai.

Tema foto itu ialah adiksi terhadap handphone. Adiksi terhadap handphone adalah
penyakit bagi masyarakat modern. Lebih parah lagi apabila adiksi ini justru malah berubah
menjadi nomofobia, sebuah penyakit psikologis yang melanda banyak orang di dunia. Saat orang
ke gym, tempat wisata atau tempat-tempat lainnya, banyak manusia tidak bisa sepenuhnya
menikmati karena harus merekam semuanya menggunakan handphone.

Perasaan yang tergambar dari foto itu kekhawatiran terhadap kebiasaan masyarakat
modern yang tidak bisa lepas dari penggunaan handphone secara berlebihan. Pada zaman modern
ini, manusia harus mengendalikan handphone, bukan handphone yang mengendalikan manusia.

Reaksi yang ditimbulkan adalah kemirisan. Sungguh aneh bahwa ciptaan manusia justru
mengendalikan manusia. Banyak orang yang relasinya semakin renggang hanya karena alat
komunikasi ciptaan manusia ini.

Sebagian besar orang menggunakan handphone untuk mengakses media sosial. Riset
menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat menimbulkan depresi.
Hasil penelitian Mellisa Hunt menunjukkan bahwa korelasi kuat antara penggunaan media sosial
dengan peningkatan depresi dan kesepian.

Menurut Melissa, ada dua hal utama yang membuat media sosial dapat menimbulkan rasa
depresi dan kesepian. Pertama, media sosial menimbulkan perbandingan sosial ke arah negatif. Ini
membuat Anda merasa ditinggalkan atau dikucilkan saat melihat orang lain di media sosial
bersenang-senang, sedangkan pada faktor kedua, ketika Anda mengakses media sosial dan
menghabiskan setiap menitnya, Anda akan menjauh dari orang-orang di sekitar Anda, baik saat
makan bersama, mengobrol atau saat bekerja (Alicia, 2018).

Foto yang dilampirkan menggunakan sudut pandang orang ketiga (serba tahu). Sudut
pandang orang ketiga ada beberapa jenis sebagai berikut.

1. Orang Ketiga Serba Tahu


Orang yang menggunakan sudut pandang ini menempatkan dirinya dalam posisi
mengetahui segala sesuatu meliputi tokoh, peristiwa, tindakan, motif dan bahkan perasaan.
Dalam konteks ini, pengarang bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lain.
2. Orang Ketiga Terbatas
Pengarang mendeskripsikan segala sesuatu yang dialami oleh tokoh-tokoh tertentu saja.
Pengarang tidak bebas berpindah dari tokoh yang satu ke tokoh yang lain.
3. Orang Ketiga Objektif
Pengarang hanya mendeskripsikan semua tindakan tokoh tetapi tidak boleh
mendeskripsikan perasaan dan pikiran tokoh. Pengarang hanya boleh sekadar menduga
atau menciptakan spekulasi terhadap apa yang dipikirkan oleh tokoh.

Sintaks dan struktur dalam foto adalah menggunakan foto. Foto merupakan media
penyampaian informasi secara visual. Jadi, penyampaian informasi sepenuhnya tergantung pada
tampilan foto tersebut.

Foto yang dilampirkan memiliki beberapa simbol yang menyampaikan pesan yang kaya
akan kritik. Hal pertama yang paling terlihat pada foto adalah dinding pemisah yang tampak
janggal, yakni sebuah handphone berukuran sangat besar. Dinding pemisah itu adalah simbol dari
pemisah hubungan. Handphone yang awalnya bertujuan untuk membuat yang jauh menjadi dekat
justru membuat yang dekat menjadi jauh.

Salah satu simbol dalam foto itu adalah latar tempat dan waktu yang berubah-ubah mulai
dari meja makan, sofa di ruang tamu dan kamar tidur. Perubahan latar ini merupakan simbol bahwa
manusia begitu terikat dan terfokus dengan handphone kapan saja. Relasi manusia semakin jauh
hanya karena adiksi terhadap handphone.
Simbol yang terakhir yang tampak pada foto adalah orang yang berbeda-beda. Orang yang
berbeda-beda itu merupakan simbol bahwa orang yang mengalami adiksi dengan handphone
bukan hanya dari golongan tertentu tetapi sudah mencakupi banyak orang dari segala rentang usia.
Foto ini menunjukkan realita miris dari manusia di zaman modern ini.

Pencitraan dalam sebuah foto sudah pasti dalam bentuk visual. Kuat atau tidaknya pesan
disampaikan melalui foto. Informasi atau pesan pada foto disampaikan dengan komunikasi visual.
Komunikasi visual sendiri didefinisikan sebagai penyampaian informasi kepada orang lain
menggunakan media penggambaran yang hanya bisa dilihat menggunakan indra penglihatan,
yakni mata.

Diksi adalah plihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (KBBI daring). Teks yang digunakan
berupa foto sehingga tiada penggunaan diksi. Pesan yang disampaikan mengutamakan visual dan
tidak disampaikan secara verbal.

REFERENSI
Jumlah Pengidap Nomophobia Meningkat. (2012, May 8). Retrieved from
https://www.beritasatu.com/features/46970-jumlah-pengidap-nomophobia-meningkat.html

Alicia, N. (2018, November 12). Peneliti: Media Sosial Terbukti Menimbulkan Rasa
Depresi dan Kesepian - Semua Halaman. Retrieved from
http://nationalgeographic.grid.id/read/13995369/peneliti-media-sosial-terbukti-menimbulkan-
rasa-depresi-dan-kesepian?page=all

Setiawan, E. (n.d.). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Retrieved February 7, 2018,
from https://kbbi.web.id/diksi

Anda mungkin juga menyukai