Anda di halaman 1dari 18

Teori dan Kaitannya

Teori KultivasiTeori kultivasi (Cultivation Theory) menurut Saverin dan Tankard (2008)
digunakan untuk menjelaskan dampak dari menonton televisi pada sikap, persepsi dan nilai.
Teori ini pada awalnya telah diteliti dan disampaikan oleh George Gerbner dan koleganya
dari program riset jangka panjang yang dilakukannya. Mulai dengan argumentasi bahwa
televisi telah menjadi penyalur budaya ternama di Amerika Serikat. Berdasarkan riset
Gerbner, membuktikan bahwa terpaan dari media yang dalam hal ini televisi secara terus
menerus akan memberikan gambaran serta pengaruh terhadap sikap,sudut pandang serta
persepsi pemirsanya. Yang dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa selama masyarakat terus
terkena terpaan dari tayangan televisi maka mereka akan belajar tentang dunia, mengubah
persepsi mereka mengenai dunia, dan belajar bersikap.Gerbner menyatakan bahwa televisi
memiliki suatu kemampuan yang kuat yang secara dominan dapat mempengaruhi
masyarakat, dimana televisi melalui berbagai symbol yang ditampilkan untuk dapat
memberikan gambaran yang terlihat nyata dan penting selayaknya kehidupan sehari-hari.

Dalam teori kultivasi televisi digambarkan sebagai media yang dapat mempengaruhi
pemikiran seeorang. Tayang yang digambarkan oleh televisi dapat meembuat masyarakat
berpikir bahwa apa yang ditampilkan didalam televisi merupakan sesuatu yang sesuai dengan
kehidupan nyata. Akibat menonton televisi dengan intensitas tinggi maka realitas sosial yang
dibentuk masyarakat dapat dikatakan memiliki kepercayaan yang cukup tinggi terhadap tayangan
dan informasi yang ditampilkan oleh televisi, maka apabila masyarakat menjumpai suatu
peristiwa yang serupa dengan apa yang telah ditayangkan oleh televisi akan memperkuat efek
yang diberikan oleh televisi tersebut.

Dalam kasus tayangan sinetron “Suara Hati Istri” yang tayang sebanyak dua kali dalam
satu hari tersebut cukup dapat membentuk persepsi, sudut pandang serta sikap dari penontonnya
yang dalam hal ini adalah wanita berumah tangga yang memiliki cukup waktu kosong untuk
menyelesaikan setiap episodenya. Terlihat bahwa hasil dari menonton sinetron tersebut wanita
memiliki persepsi dan sudut pandang mereka terutama dalam hal yang mencakup rumah tangga
sesuai apa yang ditampilkan dalam sinetron tersebut.

1. Teori Perbedaan Individu (Individual Differences Theory)


Teori perbedaan individu ini menjelaskan tentang bagaimana perbedaan-perbedaan
individu yang dalam hal ini sebagai sebagai sasaran dari terpaan media, sehingga menimbulkan
efek tertentu. Menurut teori ini, individu sebagai sasaran media massa secara afektif, dimana
individu menaruh perhatian kepada pesan atau dalam hal ini merupakan tayangan televisi dimana
individu tersebut akan menaruh perhatiannya pada yang berkaitan dengan kepentingannya dan
menarik baginya. Kemudian pesan tersebut juga akan diterjemahkan sesuai dengan tatanan
psikologisnya. Jadi efek dari media massa atau dalam hal ini yaitu televisi tidaklah seragam,
melainkan memiliki efek-efek yang beragam disebabkan karena setiap individu memiliki
perbedaan struktur kejiwaannya antara satu dan yang lain.

Dalam kasus tayangan sinetron “Suara Hati Istri” memiliki efek yang berbeda pada setiap
individu. Untuk sebagian orang mungkin berpikir bahwa efek yang ditimbulkan yaitu menjadi
takut untuk berumah tangga atau menjadi waspada dan untuk sebagian lagi efeknya yaitu wanita
berumah tangga menjadi lebih curiga dan mulai berpikir bahwa suami mereka sama dengan yang
diceritakan dalam sinetron. Sesuai yang teori perbedaan individu jelaskan bahwa efek dari media
akan berbeda pada setiap individu.

2.3 Teori Efek Media Massa

1. Teori Efek Media Massa

a. Penafsiran Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakan proses sosial ke
arah sesuatu tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dulu. Hendak namun buat mengenali secara
pas serta rinci menimpa kekuatan sosial yang dipunyai oleh komunikasi massa serta hasil yang
bisa dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidak gampang. Oleh sebab itu dampak
ataupun hasil yang bisa dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan lewat bermacam media
( lisan, tulisan, visual/ audio visual) butuh dikaji lewat tata cara tertentu yang bertabiat analisis
psikologis dan analisis sosial. Yang diartikan dengan analisis psikologi merupakan kekuatan
sosial yang ialah hasil kerja serta berkaiatan dengan sifat serta kodrat manusia. Analisis sosial
merupakan kejadian sosial yang terjalin akibat komunikasi massa dengan pemakaian media
massa yang sangat unik dengan lingkungan. Donal K. Robert mengatakan, terdapat yang
beranggapan kalau“ dampak cumalah pergantian sikap manusia sehabis diterpa pesan media
massa”. Oleh sebab fokusnya pesan, hingga dampak wajib berkaitan dengan pesan yang di
informasikan media massa.

Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa tersebut dapat menerpa seorang baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh sebab itu, Stamm(1990) melaporkan kalau“
dampak komunikasi massa terdiri atas primary effect serta secondary effect”. Bagi Steven Meter.
Chaffee dampak media massa bisa dilihat dari 3 pendekatan. Pertama merupakan dampak dari
media massa yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Pendekatan kedua
merupakan dengan memandang tipe pergantian yang terjalin pada diri khalayak komunikasi
massa yang berbentuk pergantian perilaku, perasaan serta sikap ataupun sebutan lain diketahui
bagaikan pergantian kognitif, afektif, serta behavioral. Pendekatan ketiga, ialah observasi
terhadap khalayak( orang, kelompok, organisasi, warga ataupun bangsa) yang terserang dampak
komunikasi.

Dampak media merupakan konsekuensi dari apa yang media massa perbuat, baik disengaja
ataupun tidak. Disisi lain, ekspresi kekuatan media merujuk pada kemampuan universal dalam
perihal media mempunyai dampak, paling utama efek terencana. Keefektifan media merupakan
statment tentang keefektifan media dalam menggapai tujuan tertentu serta senantiasa
menyiratkan iktikad ataupun tujuan komunikasi yang terencana. Pada biasanya, dampak yang
disengaja jadi lebih besar pada topik yang berasal dari jauh ataupun kurang penting untuk
penerima( rendahnya tingkatan keterlibatan ego ataupun komitmen).

b. Tinjauan Efek Komunikasi Massa

Efek komunikasi massa oleh Keit R. Stamm serta John E. Bowes dipecah jadi 2 bagian dasar,
efek primer serta efek sekunder:

Efek Primer

Efek primer meliputi terpaan, atensi, serta uraian. Jika dalam hidup kita tiap hari tidak dapat
lepas dari media massa, berarti dampak yang ditimbulkan nyata terjalin. Dapat dikatakan secara
sederhana kalau dampak primer terjalin bila terdapat orang berkata sudah terjadi proses
komunikasi terhadap objek yang dilihatnya. Terpaan media yang menimpa audience ialah
dampak primer. Bila audience tersebut memerhatikan pesan- pesan media hingga dampak primer
terjalin serta jika seorang mencermati apalagi menguasai pesan yang disampaikan dampak
primer terus menjadi kokoh terjalin. Dalam komunikasi massa sering terjalin komunikator tidak
mengenali apakah pesannya dipahami atau tidak oleh komunikan. Perihal ini diakibatkan umpan
balik dalam komunikasi massa itu sangat terbatas serta tidak terdapat metode instan buat
mengecek apakah pesan yang ditayangkan dapat dimengerti serta kondisi audiens yang
heterogen.

Efek Sekunder

Efek sekunder meliputi pergantian tingkatan kognitif( perubahan pengetahuan serta perilaku)
serta pergantian sikap( menerima dan memilah). Dampak sekunder merupakan dampak lanjutan
dari dampak primer yang diterima oleh audience. Semacam reaksi lanjutan atas komunikasi atau
pesan yang di informasikan oleh komunikator ke komunikan baik berupa penerimaan maupun
penolakan. Dapat dikatakan dampak sekunder adalah sikap penerimaan yang terdapat di dasar
kontrol langsung komunikator.

Efek Pesan Media Massa

Efek pesan media meliputi dampak kognitif, dampak afektif serta efek behaviorial. Dampak
kognitif terjalin apabila terdapat pergantian pada apa yang dikenal, dimengerti, ataupun
dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keahlian, keyakinan.
Dampak afektif terjalin apabila terdapat pergantian pada perasaan. Dampak afektif berkaitan
dengan emosi, perilaku, ataupun nilai. Dampak behavioral terjalin apabila ada pergantian sikap.

a. Efek Kognitif

Efek kognitif merupakan akibat yang mencuat pada diri komunikan yang sifatnya informatif
untuk dirinya. Dalam dampak kognitif mangulas menimpa gimana media massa bisa membantu
khalayak dalam menekuni data yang berguna dan meningkatkan keahlian kognitifnya. Data
merupakan segala suatu yang kurangi ketidakpastian ataupun kurangi jumlah mungkin alternatif
dalam suasana. Data yang kita peroleh berperan membentuk kepastian dikepala kita serta
kepastian ini membuat dunia kita jadi cerah. Kepastian membuat orang jadi bisa merancang
sikap tertentu cocok dengan konteks yang dialami.

Bagi McLuhan media merupakan perpanjangan perlengkapan indra. Lewat media massa seorang
bisa mendapatkan data tentang barang, orang ataupun tempat yang belum sempat kita kunjungi
secara langsung. Kenyataan yang ditampilkan oleh media massa adalah kenyataan yang telah
dipilih. Oleh sebab media massa memberi tahu dunia nyata secara selektif hingga telah pasti
media massa hendak mempengaruhi pembuatan citra tentang lingkungan sosial yang timpang,
bias serta tidak teliti. Citra merupakan peta anda tentang dunia. Tanpa citra seorang hendak
senantiasa terletak dalam atmosfer yang tidak tentu. Citra merupakan cerminan tentang
kenyataan serta tidak wajib cocok dengan kenyataan. Citra merupakan dunia menurut anggapan
kita.

Oleh sebab itu munculah apa yang diucap stereotipe yaitu cerminan universal tentang orang,
kelompok, profesi atau warga yang tidak berubah- ubah, bertabiat klise serta kerap kali timpang
serta tidak benar. 26 Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi sebab pada warga modern
orang mendapatkan banyak data tentang dunia dari media massa. Pada dikala yang sama seorang
sukar mengecek kebenaran yang disajikan oleh media. Media pula sanggup mengganti citra
khalayaknya tentang lingkunga mereka, media massa membagikan perincian, analisis serta
tinjauan tentang bermacam kejadian.

b. Efek Afektif

Efek afektif kadarnya lebih besar dari pada efek kognitif.

Tujuan dari komunikasi massa bukan cuma hanya memberitahu kepada khalayak supaya jadi
ketahui tentang suatu, namun lebih dari itu, sehabis mengenali data yang diterimanya, khalayak
diharapkan bisa merasakannya. Semacam perasaan iba, terharu, pilu, gembira, marah serta
sebagainya. Faktor- faktor yang memengaruhi keseriusan rangsangan emosional pesan media
massa:

1. Atmosfer Emosional. Atmosfer emosional yang mendahului terpaan stimulus memberi warna
respons kita pada stimulus itu. Respon seorang terhadap suatu film, sinetron tv ataupun sebuah
novel hendak dipengaruhi oleh atmosfer emosionalnya.

2. Skema Kognitif. Skema kognitif ialah naskah yang ada dalam benak kita yang menarangkan
tentang alur kejadian. Kita ketahui kalau dalam suatu film action,“ yang memiliki lakon” pada
kesimpulannya hendak menang. Oleh sebab itu, kita tidak sangat cemas kala si pahlawan jatuh
dari jurang. Kita menebak, tentu akan tertolong pula.
3. Atmosfer Terpaan( Setting of Exposure). Berusia ini penayangan film serta sinetron hantu, jin,
setan ataupun film yang berjudul misteri kian gempar ditelevisi. Perihal itu membuat kita
berpikir bahwa kehidupan makhluk itu merupakan sebagaimana yang kita amati dalam film
ataupun sinetron tersebut. Seorang hendak merasa ketakutan kala melihat film horor bila kita
menontonnya sendirian dirumah tua.

4. Predisposisi Individual. Mengacu kepada ciri khas orang. Orang yang melankolis cenderung
menjawab tragedy lebih emosional dari pada orang yang periang. Orang yang memiliki watak
sensitif hendak susah buat diajak bercanda.

5. Aspek Identifikasi. Membuktikan sepanjang mana orang merasa ikut serta dengan tokoh yang
ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, pemirsa, pembaca ataupun pendengar
menempatkan dirinya diposisi tokoh. Dia merasakan apa yang dialami oleh tokoh tersebut. Terus
menjadi besar tingkatan identifikasi seorang terhadap tokoh hingga terus menjadi besar intensitas
emosional pada diri seorang terhadap terpaan pesan media massa. Asch merumuskan,“ There
cannot therefore be a theory of attitudes or of social action that is not grounded inan examination
of their cognitive foundation( tidak terdapat teori perilaku ataupun aksisosial yang tidak
didasarkan pada penyelidikan tentang dasar- dasar kognitif)”. Secara pendek perilaku
didetetapkan oleh citra. Pada giliranya citra didetetapkan oleh sumber- sumber data. Di antara
sumber yang sangat berarti dalam kehidupan modern yakni media massa. Media massa tidak
mengganti perilaku secara langsung. Media massa mengganti citra terlebih dulu serta citra
mendasari perilaku.

c. Efek Behavioral

Efek behavioral ialah akibat yang mencuat pada diri khalayak dalam wujud sikap, aksi ataupun
aktivitas. Adegan kekerasan dalam tv ataupun film hendak menimbulkan orang menjadi
beringas. Siaran kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan dalam tv menimbulkan para
bunda rumah tangga memiliki keahlian baru. Pernyataan- pernyataan ini berupaya mengatakan
tentang dampak komunikasi massa pada perilaku khalayaknya, pada aksi serta gerakan yang
nampak dalam kehidupan mereka tiap hari. Sikap ialah hasil faktor- aspek kognitif serta area.
Perihal ini berarti seorang dapat mempunyai ketrampilan tertentu bila ada jalinan positif antara
stimuli yang diamati serta ciri dari diri kita sendiri.
2.3 Definisi Sinetron

Sinetron (bioskop elektronik) adalah istilah untuk program berepisode karya-karya Indonesia
yang disiarkan di televisi Indonesia. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera, dan
dalam bahasa Spanyol disebut telenovela. Opera sabun biasanya bercerita tentang kehidupan
manusia sehari-hari yang memiliki konflik berkepanjangan. Seperti acara televisi atau drama,
sinetron pertama-tama harus memperkenalkan karakter yang semakin panjang menjadi lebih
besar dan bawa ke titik klimaksnya. Akhir dari sinetron bisa berakhir dengan kebahagiaan atau
kesedihan tergantung pada alur cerita yang diputuskan oleh penulis adegannya
(http://en.m.wikipedia.org/wiki/Sinetron).
Seperti yang telah dijabarkan oleh Wardana (1997) , Sinetron merupakan penggabungan dari
“sinema” yang memiliki arti gambar hidup dan juga “elektronika” yang memiliki makna ilmu
tentang penerapan gerakan partikel yang membawa muatan pada ruang yang hampa. Elektronika
disini bukanlah mengacu pada pita kaset yang proses rekamannya berdasarkan kaidah-kaidah
elektronis. Elektronika pada suatu sinetron tersebut lebih mengacu kepada mediumnya, yang
dalam hal ini merupakan televisi atau televisual yang merupakan medium elektronik selain siaran
radio.

Sinetron merupakan suatu medium ekspresi artistik, yang menjadi alat untuk seniman
sebagai pengantar gagasan atau ide-ide melalui suatu keindahan pengambilan gambar serta jalan
cerita, kedua hal ini menjadikan sinetron tidak hanya disajikan kedalam format serial televisi
namun juga kedalam format layar lebar (film).

Pelaksanaan produksinya dapat dilakukan untuk siaran langsung ataupun direkam terlebih
dahulu. Jarang sekali terjadi, produksi drama televisi dibuat dengan menggunakan film atau
video dan shootingnya menggunakan setting outdoor, di luar studio televisi (Fred Wibowo,
1997:153).

Sinetron bagaikan salah satu media komunikasi yang sangat efisien, karena sinetron lebih
gampang dihayati dibanding dengan media lain. Sinetron menjangkau khalayak yang sangat luas
serta mengandalkan tidak cuma fasilitas audio tetapi juga visual. Dengan begitu, siaran tv bisa
dengan gampang jadi contoh sikap warga spesialnya seperti kanak- kanak, anak muda serta
orang dewasa. Sementara itu, salah satu guna media massa( tv) tidak hanya bagaikan media
hiburan merupakan bagaikan sarana bimbingan untuk penontonnya.

Paket sinetron yang tampak di tv merupakan salah satu wujud buat mendidik warga dalam
berlagak serta berperilaku cocok dengan tatanan norma serta nilai budaya setempat. Otomatis isi
pesan yang terungkap secara simbolis dalam paket sinetron berwujud kritik sosial serta kontrol
sosial terhadap penyimpanganpenyimpangan yang terjalin di warga.

Wawan( 1996) mengatakan, suatu sinetron seyogyanya mempunyai karaktristik, ialah:

a. Memiliki style ataupun gaya terdiri dari aspek artistiknya, orisinalitas, penggunaan bahasa film
serta simbol- simbol yang pas, penyusunan artistik semacam sinar, screen directing serta art
directing, fotografi yang bagus, penyampaian sajian dramatik yang harmonis, terdapatnya faktor
suspense serta teaser. Paket sinetron yang tampak di tv merupakan salah satu wujud buat
mendidik warga dalam berlagak serta berperilaku cocok dengan tatanan norma serta nilai budaya
setempat. Otomatis isi pesan yang terungkap secara simbolis dalam paket sinetron berwujud
kritik sosial serta kontrol sosial terhadap penyimpanganpenyimpangan yang terjalin di warga.

b. Mempunyai isi cerita tercantum di dalamnya ikatan logis serta alur cerita, irama dramatik, visi
serta orientasi, karaktristik tokoh, kasus/ tema yang aktual dan kontekstual.

c. Mempunyai kepribadian serta format medium, kemampuan metode perlengkapan dengan


kemungkinan- kemungkinannya, manajemen penciptaan. Buat menggapai itu, suatu sinetron
diusahakan supaya penuhi mutu standar lebih dulu, yaitu memegang basic instinct human- being.

Komunikasi Massa

Sinetron tidak terlepas dari komunikasi. Sinetron merupakan salah satu bagian medium
komunikasi massa, ialah bagaikan perlengkapan penyampaian bermacam tipe pesan peradaban
modern ini. Secara simpel komunikasi massa bisa dimaksud sebagai komunikasi yang
berlangsung lewat media massa. Media merupakan wujud jamak dari kata“ medium”.

Bagi Morissan (2010), menarangkan kalau sebutan media massa merupakan perlengkapan
komunikasi yang bekerja dalam bermacam skala, mulai dari skala terbatas sampai bisa
menggapai serta mengaitkan warga, dengan skala yang sangat luas. Sebutan media massa
mengacu kepada beberapa media. 5 Komunikasi massa ialah tipe komunikasi yang di tujukan
kepada beberapa khalayak yang tersebar, heterogen, serta anonim lewat media massa sehingga
pesan yang sama bisa diterima secara serentak serta sesaat.

Komunikasi massa mempunyai unsur- unsur yang sangat berarti, antara lain:

a. Komunikator ialah orang yang melaksanakan komuniksi ataupun penyampai pesan. Dalam
perihal ini yang jadi komunikator merupakan sinetron.

b. Media merupakan fasilitas yang digunakan dalam berbicara semacam telepon, radio tv pesan
berita serta lain sebagainya.

c. Data( pesan) massa merupakan isi ataupun intisari yang di informasikan dalam berbicara. Ialah
pesan yang di informasikan oleh sinetron.

d. Gatekeeper merupakan orang ataupun kelompok yang mengendalikan, memilah, menyaring


dan memantau arus komunikasi dalam sesuatu saluran komunikasi massa. Dalam sinetron yang
berfungsi bagaikan gatekeeper merupakan seseorang sutradara

e. Khalayak( publik) merupakan orang yang menerima pesan komunikasi.

f. Umpan balik merupakan respon dari penerima pesan ialah khalayak kepada komunikator.

Sinetron bagaikan komunikasi massa yang bisa pengaruhi khalayak lewat media massa
mempunyai bermacam berbagai guna.

A. Fungsi Komunikasi Massa

Ada pula fungsi komunikasi massa dalam tatanan kehidupan, salah satunya dalam bidang sistem
social, sebagai berikut:

1) Informasi

Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran kabar, informasi, foto, kenyataan serta


pesan, opini serta pendapat yang diperlukan supaya orang bisa, paham dan bereaksi secara jelas
terhadap keadaan internasional, area serta orang lain, dan supaya bisa mengambil keputusan
yang pas.

2) Sosialisasi( pemasyarakatan)
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang membolehkan orang berlagak dan berperan bagaikan
anggota warga yang efisien yang menimbulkan dia siuman akan guna sosialnya sehingga dia bisa
aktif didalam warga.

3) Motivasi

Menarangkan tujuan tiap warga jangka pendek ataupun jangka panjang, mendesak orang
memastikan pilihannya serta kemauan, mendesak aktivitas individu serta kelompok bersumber
pada tujuan bersama yang hendak dikejar.

4) Perdebatan serta Diskusi

Sediakan serta silih mengubah kenyataan yang dibutuhkan buat memungkinkan persetujuan
ataupun menuntaskan perbandingan komentar menimpa permasalahan publik, sediakan bukti-
bukti yang relavan yang dibutuhkan buat kepentingan universal dan supaya warga lebih
mengaitkan diri dalam permasalahan yang menyangkut kegiatan bersama ditingkat internasional,
nasional serta lokal.

5) Pendidikan

Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendesak pertumbuhan intelektual, pembuatan sifat,


serta pembelajaran keahlian dan keahlian yang diperlukan pada seluruh bidang kehidupan

6) Memajukan kebudayaan

Penyebarluasan hasil kebudayaan serta seni dengan iktikad melestarikan peninggalan masa
kemudian, pertumbuhan kebudayaan dengan memperluas horizon seorang, membangunkan
imajinasi serta mendesak kreativitas dan kebutuhan estetikanya.

7) Hiburan

Penyebarluasan sinyal, simbol, suara, serta citra( image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan,
musik, komedi, berolahraga, game serta sebagainya untuk tamasya serta kesenangan kelompok
serta invdividu.

8) Integrasi
Sediakan untuk bangsa, kelompok, serta orang peluang memperoleh bermacam pesan yang
dibutuhkan mereka supaya mereka bisa silih tahu serta mengerti serta menghargai keadaan,
pemikiran serta kemauan orang lain.

b. Dampak Komunikasi Massa

Dampak komunikasi massa diidentifikasi bagaikan terbentuknya pergantian pada orang ataupun
kelompok khalayak sehabis komsumsi pesan- pesan media massa. Biasanya berhubungan dengan
pergantian berukuran kognitif, afektif serta konatif.

1) Dampak kognitif

Dampak kognitif berkenaan dengan guna informatif media massa. Informasi media massa ditatap
bagaikan bonus pengetahuan untuk khalayak. Pengetahuan yang dipunyai khalayak bisa
tingkatkan pemahaman pribadinya dan memperluas cakrawala berpikirnya. Seorang yang
komsumsi media massa spesialnya dalam wujud isi pesan data hendak bisa membantunya dalam
menaikkan pengetahuan dan pengetahuannya.

2) Dampak afektif

Dampak afektif berkenaan dengan emosi, perasaan, serta atitude( perilaku). Pesan-pesan media
massa yang disantap khalayak membangkitkan perilaku, perasaan dan orientasi emosi tertentu.
Faktor- faktor yang pengaruhi dampak afektif merupakan suasana emosional, skema kognitif,
serta suasana terpaan media. Terkadang orang khalayak mengenali dirinya dengan wujud yang di
amati pada media massa. Kecendrungan perilaku serta perasaan khalayak pula terpaut dengan
pola serta metode pengidentifikasian diri khalayak terhadap sosok- sosok dalam isi media
tersebut.

3) Dampak konatif

Dampak konatif merujuk pada sikap serta hasrat buat melaksanakan suatu menurut metode
tertentu. Sehabis khalayak menerima data media massa yang dilanjutkan dengan kecendrungan
perilaku tertentu yang didasarkan pada pengetahuan tersebut, khalayak terbawa- bawa dalam
wujud aksi nyata.

1. Persepsi
Anggapan memegang peranan berarti dalam tiap aksi dan pengambilan keputusan
seorang, sebab lewat anggapan inilah diterima serta diolah data tentang sesuatu obyek. Data ini
kesimpulannya hendak jadi dasar bagi seorang buat berperilaku terhadap obyek tersebut. Ikatan
sensasi serta anggapan merupakan sensasi ialah bagian dari anggapan. Meski begitu,
menafsirkan arti data inderawi tidak hanya mengaitkan sensasi, namun pula atensi, ekspetasi,
motivasi, serta memori.

Bagi Jalaludin Rakhmat( 2009: 51), anggapan merupakan pengalaman tentang objek,
kejadian ataupun hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan data serta
menafsirkan pesan. Anggapan yakni membagikan arti pada stimuli inderawi( sensory stimuli).
Sebaliknya bagi Mulyana( 2004: 251) anggapan adalah proses internal yang membolehkan kita
memilah, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari area kita serta proses tersebut
mempengaruhi sikap kita. Anggapan sangat didetetapkan oleh aspek personal serta aspek
situasional.

Krach serta Crutchfield( 2005: 56) mengatakan anggapan sangat dipengaruhi oleh aspek
fungsional serta structural. Mereka merumuskan dalil anggapan yang bersifat selektif secara
fungsional. Dalil ini berarti kalau objek- objek yang menemukan tekanan dalam anggapan kita
umumnya objek- objek yang penuhi tujuan orang yang melaksanakan anggapan. Kedua, medan
perseptual serta kognitif senantiasa diorganisasikan serta diberi makna. Ketiga, sifat- sifat
perseptual serta kognitif dari substruktur ditentukan pada biasanya oleh sifat- sifat struktur secara
totalitas.

Bagi Dreve dalam Sasanti (2003) anggapan merupakan sesuatu proses pengenalan
ataupun identifikasi suatu dengan meggunakan panca indera. Kesan yang diterima orang sangat
bergantung pada segala pengalaman yang sudah diperoleh lewat proses berpikir serta belajar, dan
dipengaruhi oleh aspek yang berasal dari dalam diri orang.

Anggapan/persepsi terdiri dari 3 proses yang dimana lewat proses ini bisa terlihat gimana
metode pengambilan keputusan tentang seorang ataupun sesuatu fenomena dengan metode
berikan arti kepada tindakan- tindakan ataupun insiden yang berlaku ( Rakhmat, 2009: 91),
proses anggapan tersebut ialah:
a. Pemilihan rangsangan. Anggapan diawali dengan pemilihan rangsangan dimana proses
pemilihan rangsangan berhubungan dengan atensi yang terbuat. Rangsangan tersebut
hendak jadi atensi apabila memiliki sifat- sifat yang terlihat jelas semacam gerakan, hal-
hal baru yang terus kesekian.
b. Penataan, ialah pembuatan suatu struktur yang gampang dimengerti.
c. Menginterpretasikan ataupun berikan arti terhadap apa yang dicermati dengan
mengumpulkan seluruh rangsangan yang diterima buat diinterpretasikan secara merata
supaya bertujuan untuk menguasai serta kesimpulannya membentuk suatu anggapan.

Soreno serta Bodaken, pula Pearson serta Nelson mengatakan bahwa anggapan terdiri
dari 3 kegiatan, ialah pilih, organisasi, serta interpretasi. Yang diartikan pilih sesungguhnya
mencakup sensasi serta atensi, sebaliknya organisasi menempel pada interpretasi, yang bisa
didefinisikan bagaikan“ meletakkan suatu rangsangan yang lain sehingga jadi sesuatu totalitas
yang bermakna”( Mulyana, 2002: 169).

Terdapat 2 pemikiran untuk proses persepsi, ialah:

a. Berlangsung kilat serta otomatis tanpa banyak pertimbangan orang membuat kesimpulan
tentang orang lain dengan kilat bersumber pada penampilan fisik serta atensi sekilas.
b. Proses yang lingkungan, orang mengamati sikap orang lain dengan teliti sampai diperoleh
analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan sikap.

Berdasarkan penjelasan diatas, hingga bisa diambil kesimpulan kalau persepsi merupakan
sesuatu proses aktif munculnya pemahaman dengan lekas terhadap sesuatu objek yang ialah
aspek internal dan eksternal orang meliputi keberadaan objek, peristiwa serta orang lain lewat
pemberian nilai terhadap objek tertentu.

Interpretasi ialah sesi terutama dalam seorang mepersepsikan data yang diperolehnya.
Anggapan manusia sesungguhnya dibagi 2, persepsi terhadap objek (area raga) serta anggapan
terhadap manusia (anggapan sosial).

Bagi Aaker & Myers (1985: 113), persepsi ialah proses dimana seorang menerima,
menstimuli lewat panca inderanya serta kemudian menginterpretasikannya. Mereka
mengemukakan kalau anggapan terdiri dari dua sesi, ialah atensi serta interpretasi, hasilnya
merupakan kognisi yang merupakan pengetahuan terhadap stimuli itu. Anggapan bisa terjalin
lewat 4 tahap. Keempat tahapan tersebut merupakan:

a. Tahap Stimuli

Tahap stimuli merupakan sesi seluruh suatu ditangkap oleh panca indera. Dalam tingkatan ini
panca indera hendak dirangsang. Sesi ini umumnya didahului oleh tereksposnya seorang dengan
metode memandang, mendengar, mencium, atau merasakan stimuli tersebut. Oleh sebab itu
proses ini terjalin di alam dasar siuman, hingga tadinya dia wajib menyadari terdapatnya
rangsangan itu lewat mekanisme panca indera.

b. Tahap Atensi

Atensi ataupun perhatian tidak terelakkan sebab saat sebelum merespon atau menafsirkan
peristiwa ataupun rangsangan apapun, seorang wajib terlebih dahulu mencermati peristiwa
ataupun rangsangan tersebut. Tidak hanya itu, Andersen mengemukakan kalau“ atensi” pula bisa
pengaruhi anggapan (1972: 46). Penafsiran“ atensi” yakni proses mental kala stimuli ataupun
rangkaian stimuli jadi menonjol dalam pemahaman pada dikala stimuli yang lain melemah.
Perhatian terjalin apabila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu perlengkapan indera kita
serta mengesampingkan masukan- masukan lewat perlengkapan indera yang lain( Rakhmat,
2004: 52).

Apa yang jadi atensi didetetapkan oleh faktor- faktor internal serta juga eksternal. Faktor-
faktor internal antara lain aspek biologis( lapar, haus, dsb), faktor fisiologis (besar, gendut,
kurus, pendek, letih, sehat, sakit, dsb), serta pula aspek social budaya semacam gender, agama,
tingkatan pembelajaran, pekerjaan, pemasukan, dll.

Aspek eksternal yang pengaruhi atensi seorang merupakan gerakan, keseriusan stimuli,
kontras, kebaruan, serta perulangan objek. Stimuli dicermati oleh seorang sebab mempunyai
sifat- sifat menonjol tersebut. Sesi atensi diucap juga bagaikan sesi penjyaringan( attention filter)
ialah sesuatu mekanisme penyaringan buat mengatur jumlah serta wujud data yang diterima oleh
seseorang ( Rakhmat, 2004: 52- 54).

Sehabis seorang lewat sesi stimuli, seorang ketahui apa yang ia perhatikan setelah itu
mencuat atensi terhadap suatu (atensi). Hendak namun tidak seluruh rangsangan hendak
menemukan perahatian dari seorang. Seseorang cenderung hendak menyaring stimuli- stimuli
yang diperolehnya. Penyaringan ini terjadi sebab seorang hendak cenderung mencari data yang
dianggapnya dapat penuhi kebutuhannya serta dikira berguna untuk dirinya. Seorang juga
hendak termotivasi buat mencermati yang didukungnya serta pula bersifat mengasyikkan
ataupun menghibur. Data yang menarik serta memiliki karakteristik tertentu umumnya lebih
menarik atensi ataupun perhatian dari seorang.

c. Tahap Interpretasi

Tahap berikutnya kala stimuli sukses menarik atensi dari seseorang yakni tahap
interpretasi. Interpretasi merupakan tahapan dimana seorang memberi arti pada stimuli ataupun
rangsangan tersebut. Dalam menginterpretasikan suatu stimuli, seorang hendak melaksanakan
sesuatu kesatuan yang bertabiat totalitas, bukan terpisah. Unsur- unsur stimuli yang
dipersepsikan secara satu persatu dapat menimbulakn makan yang berbeda bila dipersipkan
secara utuh dalan satu kesatuan ( Aaker & Myers. 1987: 237).

Pesan yang sama dapat dimaknai berbeda- beda oleh tiap orang, tergantung gimana orang
tersebut memandang pesan itu sendiri. Semacam apa yang pernah dinyatakan oleh
Schramm( 1972: 12) kalau pesan hendak sukses apabila pesan yang di informasikan oleh
komunikator sesuai dengan kerangka acuan, ialah panduan pengalaman riset yang sempat
diperoleh oleh komunikan. Tiap orang memiliki kerangka acuan serta bidang pengalamam tiap-
tiap yang akan dijadika dasar di dalam proses penginterpretasiannya sehingga berikan makna
terhadap suatu yang sama dapat saja berbeda satu sama lain. Demikian juga dengan arti sesuatu
pesan yang diartikan oleh komunikator belum pasti akan dipersepsi sama oleh komunikan yang
bersangkutan.

Anggapan dipengaruhi beberapa aspek psikologis, tercantum asumsi- anggapan yang didasarkan
pada pengalaman- pengalaman masa kemudian( sering terjalin pada tingkatan dasar siuman),
harapan- harapan budaya, motivasi ( kebutuhan), atmosfer hati( mood), dan perilaku. ( Saverin &
Tankard,2014:85)

1. Asumsi bersumber pada Pengalaman Masa Lalu

Banyak riset sudah dicoba para ahli buat membuktikan kalau anggapan mempengaruhi terhadap
anggapan. Salah satunya dilakukan oleh Adelbert Amer, Jr. Dengan penelitiannya yang diketahui
dengan monocular distorted room. Ruangan ini dibangun sedemikian rupa hingga bilik balik
berupa trapesium, dimana jarak vertikal keatas dan kebawah pada sisi kiri bilik lebih panjang
daripada jarak vertikal keatas serta kebawah pada sisi kanan bilik. Bila seseorang pengamat
berdiri didepan ruangan serta mengamati suatu lubang kecil, hingga ruangan akan betul- betul
nampak semacam 4 persegi panjang. Bila 2 orang berjalan lewat ruangan serta berdiri pada sudut
balik, hingga suatu yang menarik hendak terjalin. Untuk pengamat yang mengamat lewat sebuah
lubang, salah satu orang yang terletak disisi kanan hendak nampak sangat besar sebab ruangan
ini terletak lebih dekat dengan pengamat dan penuhi totalitas ruangan antara lantai serta langit-
langit. Ilusi ini terjalin sebab benak pengamat mengasumsikan kalau bilik belakang paralel
dengan bilik depan. Anggapan ini timbul berdasarkan pengalaman- pengalaman terdahulu yang
memakai ruangan- ruangan yang mirip. Ilusi ini hendak terus menjadi kokoh apabila pengamat
yang berada disudut yang berbeda bertukar tempat. Salah satu objek hendak nampak lebih besar
lagi, satunya hendak memandang lebih kecil pas di depan mata pengamat.

2. Harapan- harapan Budaya

Riset tentang harapan serta budaya mempengaruhi terhadap anggapan dicoba oleh Bagby. Subjek
riset terdiri atas orang Meksiko serta orang Amerika yang tiap- tiap terdiri atas budaya Meksiko
serta budaya Amerika. Mereka terdiri dari 3 perempuan, 3 pria Meksiko serta 3 perempuan, 3
laki- laki Amerika. Tiap- tiap diperlihatkan pada 10 pasang foto gambar yang berlatar balik
budaya Meksiko serta budaya Amerika. Tiap- tiap subjek diberikan peluang melihat foto
sepanjang 60 detik serta mendeskripsikannya. Pada pandangan tiap- tiap slide, 15 detik awal
dinilai buat menentukan pemikiran budaya oarang Meksiko ataupun Amerika. Hasil penelitian
meyakinkan kalau terdapat kecenderungan yang kokoh pada subjek penelitian buat memandang
gambar- gambar yang mempunyai latar balik budayanya sendiri.

3. Motivasi

Riset McCelland serta Arkinson meyakinkan tentang pengaruh motivasi terhadap anggapan
manusia. Mereka mempelajari tentang rasa lapar. Kelompok eksperimen awal merupakan subjek
yang belum makan selama 16 jam, sebjek kedua 4 jam belum makan, lagi subjek yang ketiga 1
jam belum makan. Sebagian foto diarahkan pada subjek riset ini serta dinyatakan kalau mereka
hendak diperlihatkan foto ( padahal sesungguhnya tidak terdapat foto apapun). Hasil percobaan
membuktikan kalau subjek dengan jam lapar yang besar mengatakan kalau gambar yang
didepannya merupakan foto santapan sebaliknya untuk jam lapar rendah cenderung
melaksanakan anggapan bagaikan foto netral. Frekuensi reaksi yang berhubungan dengan
santapan bertambah sebanding dengan meningkatnya jam- jam tanpa santapan. Objek- objek
yang terpaut dengan santapan dinilai lebih besar dari pada barang netral oleh subjek penelitian
yang lapar.

4. Suasana Hati

Suasan hati( mood) mempengaruhi pada anggapan. Perihal ini dibuktikan dengan riset Leuba
serta Lucas dengan jalur melaksanakan hipnotis pada subjek riset dari subjek mempunyai
atmosfer tertentu serta menyuruh mereka buat menggambarkan apa yang dilihat dalam foto. Tiga
kelompok eksperimen dicoba buat menggambarkan foto seseorang pemuda yang menggali
wilayah rawa- rawa. Susana hati yang diteliti merupakan suasana hati senang, kritis serta takut.
Kelompok atmosfer hati bahagia mempersepsi foto bagaikan:“ ini merupakan suatu kegiatan
yang mengasyikkan, dan menegaskan pada masa panas. Seperti itu makna hidup, bekerja keras
ditempat terbuka, kehidupan yang sesungguhnya, mencangkul di sawah bercocok tanam serta
melihat suatu berkembang.” Subjek dengan atmosfer hati kritis melaporkan:“ sangat wilayah
yang seram.” Aku percaya tentu terdapat suatu yang lebih bermanfaat untuk dicoba untuk kanak-
kanak seumur itu, dari pada mencangkul ditempat yang kotor serta menjijikan itu.“ Pekerjaan ini
sangat kotor serta percuma.” Ada pula subjek dengan atmosfer hati takut menjawab foto yang
sama bagaikan berikut:“ mereka hendak hadapi cidera ataupun terluka, seharusnya terdapat
sesorang yang lebih tua yang ketahui apa yang wajib dicoba jika terjalin musibah. Aku lagi
berpikir seberapa dalam air itu.”

5. Sikap

Hastrof serta Cautril melaksanakan riset tentang anggapan terhadap game sepak bola Amerika.
Pertandingan sepak bola pada tahun 1951 antara Dartmouth serta Princeton sangat menawan
serta kontroversial. Dialog tentang game tersebut berlarut- larut sampai berminggu- minggu.
Apalagi editorial kampus silih menuduh kalau lawan mereka sudah bermain agresif. Rekaman
game digunakan oleh Hastorf dan Cauntril buat mengkaji anggapan mereka terhadap
pelanggaran yang dicoba oleh pihak lawan. Kelompok Picetron memandang terjadinya
pelanggaran rata- rata 9, 8 pelanggaran terjalin dari kelompok Dartmouth. Sedangkan mahasiswa
Dartmouth memandang cuma 4, 3 pelanggaran dari hasil Dartmouth. Jadi mahasiswa Pinceton
memandang lebih dari 2 kali pelanggaran dari yang dicoba Dartmouth, sebagaimana pula yang
dicoba oleh tim mahasiswa Dartmouth terhadap regu Princeton.

Anda mungkin juga menyukai