Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK SOSIAL TEKNOLOGI KOMUNIKASI Sebelum menjelaskan mengenai dampak sosial teknologi komunikasi, ada baiknya kita memahami

makna dari dampak itu sendiri. Terkadang kita sering tumpang tindih dalam menggunakan kata dampak dengan efek, padahal kedua kata tersebut memiliki makna yang cukup berbeda bila digunakan/ digabungkan dengan kata komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh Rogers (1986), kata efek bila digabungkan dengan komunikasi memiliki pengertian yang lebih mengarah pada perubahan individu (pengetahuan, sikap dan tindakan) yang disebabkan oleh transmisi pesan komunikasi. Kata dampak bila digabungkan dengan komunikasi akan menimbulkan pengertian yang mengarah pada perubahan individu atau sistem sosial sebagai akibat dari penerimaan atau penolakan sebuah inovasi. Kajian mengenai dampak dimulai dari utility, process, sampai impact dari teknologi komunikasi di masyarakat. Kemajuan perkembangan teknologi, khususnya telekomunikasi, informasi dan multimedia pada akhirnya sangat berpengaruh dalam merubah tatanan organisasi dan hubungan sosial kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan sifat fleksibilitas dan kemampuan telematika untuk masuk ke aspek-aspek kehidupan manusia. Identifikasi Parker (1973) dalam Nasution (1989) memperhatikan beberapa dampak tenologi komunikasi, antara lain adalah: 1. Terjadinya monopoli dalam pengelolaan, penyediaan, dan pemanfaatan informasi. 2. Tidak meratanya distribusi informasi (information gabs). 3. Kurangnya isi pesan yang bersifat edukatif. 4. Terjadinya polusinya informasi (information overload). 5. Terjadinya infasi terhadap privacy. 6. Timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan dengan hak cipta. Dari sebuah lokakarya kebijakan komunikasi yang bertema the power of the individual in information age di Aspen Institute, Colorado USA pada Agustus 1982, menghasilkan daftar sejumlah daftar sejumlah hal yang menjadi kekhawatiran dan harapan dari revolusi komunikasi: 1. Bahwa nilai pemerintah yang representatif dan partisipasi warga masyarakat akan diabaikan: kelompok tertentu dapat memperoleh pengaruh yang tidak proposional dengan menggunakan komputer untuk memasang nama dan ciri-ciri orang sebagai sasaran dalam himbauan politis langsung direct mail. Dengan menggunakan sistem interaktif misalnya telepon dua arah atau TV-kabel untuk mengadakan poll opini publik dapat mengarah ke plebisit seketika dengan segala bahayanya seperti demagogi dan hal yang tidak pertimbang dengan baik. (plebisit: pemungutan suara umum di suatu daerah untuk menentukan status daerah itu) 2. Bahaya psikologis dan kultural: keragaman media komunikasi dan sistem informasi dapat mendorong masyarakat ke arah suatu spiltering dan spesialisasi perhatian dan

kompetensi yang lebih jauh. Terjadi tuntutan akan fungsi dan tanggung jawab individu dalam suatu sistem informasi berteknologi tinggi. Kemajuan teknologi informasi dapat menghasilkan serangan balas: anti-teknologi menuju anti-sains lalu menuju anti pengetahuan. TIPOLOGI DAMPAK Rogers (1986) mengklasifikasikan dampak yang terjadi pada masyarakat terhadap teknologi komunikasi dalam konsep tipologi dampak. Konsep ini menekankan pada perubahan individu atau sistem sosial sebagai akibat dari penerimaan atau penolakan sebuah inovasi, dan tipologi ini keberadaannya dapat terjadi secara bersamaan dalam masyarakat. Berikut tabel pembagian tipologi dampak: Desirable Impact Dampak ini lebih mengarahkan pada berfungsinya sebuah inovasi oleh individu atau sistem sosial. Undesirable Impact Dampak ini mengarahkan pada ketidak-berfungsiannya sebuah inovasi oleh masyarakat atau sistem sosial. Indirect Impact Terjadi perubahan pada individu atau sistem sosial setelah terjadi direct impact. Unticipate Impact Perubahan yang terjadi tidak dapat diantisipasi karena inovasi belum deketahui/dikenal sebelumnya oleh anggota sistem sosial.

Direct Impact Individu atau sistem sosial merespons dengan segera atau cepat terhadap inovasi. Anticipate Impact Perubahan yang terjadi dapat diantisipasi karena inovasi telah diketahui/dikenal sebelumnya oleh anggota sistem sosial.

~ Rogers, E. M. (1986). Communication technology: The new media in society. New York: Free Press.

USE AND GRATIFICATION Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan menggunakan pendekatan ini berfokus terhadap audiens member. Dimana Teori ini mencoba menjelaskan tentang bagaimana audiens memilih media yang mereka inginkan. Dimana mereka merupakan audiens / khalayak yang secara aktif memilih dan memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda beda di dalam mengkonsumsi media.

Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumlerm dan Michael Gurevitch uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain. Pendekatan ini secara kontras membandingkan efek dari media dan bukan apa yang media lakukan pada pemirsanya (kritik akan teori jarum hipodermik, dimana pemirsa merupakan obejk pasif yang hanya menerima apa yang diberi media). Sebagaimana yang diketahui, bahwa kebutuhan manusia yang memiliki motif yang berbeda beda. Dengan kata lain, setiap orangm emiliki latar belakang, pengalaman dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini, tentunya berpengaruh pula kepada pemilihan konsumsi akan sebuah media. Katz, Blumler, Gurevitch mencoba merumuskan asumsi dasar dari teori ini , yaitu : Khalayak dianggap aktif, dimana penggunaan media massa diasumsikan memiliki tujuan. Point kedua ialah, dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif yang mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. Point ketiga, media massa harus bersaing dengan sumber sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Dimana kebutuhannya ialah untuk memuaskan kebutuhan manusia, hal ini bergantung kepada khalayak yang bersangkutan. Point keempat, banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Point kelima adalah Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media secara spesifik. Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan dapat dilihat sebagai kecenderungan yang lebih luas oleh peneliti media yang membuka ruang untuk umpan balik dan penerjemahan prilaku yang lebih beragam [1]. Namun beberapa komentar berargumentasi bahwa pemenuhan kepuasan seharusnya dapat dilihat sebagai efek, contohnya film horror secara umum menghasilkan respon yang sama pada pemirsanya, lagipula banyak orang sebenarnya telah menghabiskan waktu di depan TV lebih banyak daripada yang mereka rencanakan. Menonton TV sendiri telah membentuk opini apa yang dibutuhkan pemirsa dan membentuk harapan-harapan. Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan pada awalnya muncul ditahun 1940 dan mengalami kemunculan kembali dan penguatan pada tahun 1970an dan 1980an. Para teoritis pendukung Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan berargumentasi bahwa kebutuhan manusialah yang memengaruhi bagaimana mereka menggunakan dan merespon saluran media. Zillman sebagaimana dikutip McQuail telah menunjukkan pengaruh mood seseorang saat memilih media yang akan ia gunakan, pada saat seseorang merasa bosan maka ia akan memilih isi yang lebih menarik dan menegangkan dan pada saat seseorang merasa tertekan ia akan memilih isi yang lebih menenangkan dan ringan. Program TV yang sama bisa jadi berbeda saat harus kepuasan pada kebutuhan yang berbeda untuk individu yang berbeda. Kebutuhan yang berbeda diasosiasikan dengan kepribadian seseorang, tahap-tahap kedewasaannya, latar belakang, dan peranan sosialnya. Sebagai contoh menurut Judith van Evra anak-anak secara khusu lebih menyukai untuk menonton TV untuk mencari informasi dan disaat yang sama lebih mudah dipengaruhi

Kritik akan teori ini[sunting | sunting sumber]


Pada derajat tertentu laporan penggunaan media oleh para pemirsanya memiliki keterbatasanketerbatasan. Banyak orang tidak benar-benar tahu alasan mengapa mereka memilih media atau saluran tertentu, contohnya anak-anak hanya tahu bahwa mereka menghindari menonton saluran yang menayangkan bincang-bincang orang dewasa, atau film berbahasa asing karena mereka tidak mengerti, tetapi anak-anak tersebut tidak benar-benar sadar mereka berakhir di saluran mana.

Walaupun teori ini menekankan pemilihan media oleh para pemirsanya, namun ada penelitianpenelitian lain yang mengungkapkan bahwa penggunaan media sebenarnya terkait dengan kebiasaan, ritual, dan tidak benar-benar diseleksi [4]. Teori ini mengesampingkan kemungkinan bahwa media bisa jadi memiliki pengaruh yang tidak disadari pada kehidupan pemirsanya dan mendikte bagaimana seharusnya dunia dilihat dari kacamata para perancang kandungan isi dalam media.

Sebagai contoh saat anak-anak pulang sekolah, sudah menjadi kebiasaannya untuk mengambil makan siang dan duduk dikursi sembari menyetel TV. Tidak ada alasan yang benar-benar nyata mengapa ia menyetel TV dan bukannya membaca majalah atau koran, hanya kebiasaan, atau justru sebaliknya, bagi orang dewasa mungkin ia langsung membaca koran dan bukannya menyetel TV saat meminum kopinya dipagi hari. Pada banyak hal kejadian ini merupakan kejadian alamiah sehari-hari dan tidak dilakukan secara sadar. Walaupun begitu menonton TV dapat juga menjadi pengalaman seni dan menggugah motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.

Namun sebuah teori yang menyatakan bahwa pemirsa media sebenarnya hanya menggunakan media untuk menyalurkan pemenuhan akan kepuasannya sejujurnya tidak secara penuh dapat menilai kekuatan media dalam lingkup sosial di masa kini. Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan dapat dikatakan tidak sempurna saat digunakan untuk menilai media yang telah digunakan secara ritual (kebiasaan). Namun teori ini tetap tepat untuk digunakan untuk menilai halhal spesifik tertentu yang menyangkut pemilihan pribadi saat menggunakan media.

Relevansi teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan[sunting | sunting sumber]


Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan memiliki relevansi tinggi saat digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:[5]

Pemilihan musik sesuai selera. Saat memilih musik kita tidak hanya mengandalkan mood tertentu, namun juga berusaha untuk menunjukkan jati diri dan kesadaran sosial lainnya. Banyak jenis musik yang dapat dipilih dan pilihan kita menunjukkan kebutuhan tertentu yang spesifik. Penerimaan akan media-media baru (seperti internet) dan penggunaan media-media lama , bahkan dengan adanya media baru pengganti. Inovasi diadopsi saat media baru pengganti memiliki dan dapat menggantikan fungsi-fungsi media lama tradisional. Contohnya alat komunikasi pager yang tergantikan dengan telepon selular. Atau media TV yang tetap tidak tergantikan oleh telepon selular walaupun telepon selular kini dapat berfungsi seperti TV. Di lain pihak pengguna lama mulai menggunakan internet dan terpaksa mempelajarinya saat ada informasi-informasi yang disalurkan hanya dapat dilihat melalui internet. Contohnya seperti detik.com saat kerusuhan 1998. Koran jelas kurang cepat dan TV terlalu seragam penayangannya, sementara detik.com menawarkan berita yang lebih spesifik, dituangkan tertulis dan dapat diulang. Referensi[sunting | sunting sumber]

^ (Inggris) McQuail, Denis (1987): Mass Communication Theory: An Introduction (2nd edn). London: Sage ^ (Inggris) Evra, Judith van (1990): Television and Child Development. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum ^ (Inggris) McQuail, D., Blumler, J. G., & Browmn, J. (1972). The television audience: A revised perspective. In D. McQuail (Ed.), Sociology of Mass Communication (pp. 135-65). Middlesex, England: Penguin. ^ (Inggris) Situs UKY ^ (Inggris) Situs Universitas Twente Nederland: Pendekatan Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan.

Yang ada di ppt

Perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase (dalam Rosengren dkk., 1974), yaitu:
Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan polapola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan

Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan Davis, 2000) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media sebagai berikut:

1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.

2. Inisiative yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media spesifik terletak di tangan audiens

3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan audiens

4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.

5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi harus dibentuk.

Revolusi teknologi komunikasi

Revolusi adalah perubahan besar yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Salah satunya dikemukakan oleh Dissayanake (1983) yang mengartikan Revolusi komunikasi sebagai peledakan atau (eksplosi) teknologi komunikasi, seperti terlihat melalui peningkatan penggunaan satelit, mikro-prosessor, komputer, dan pelayanan radio bertahap tinggi, dan perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi yang ditempa dalam sosial, ekonomi, politik, kultural dan gaya hidup manusia.Revolusi teknologi komunikasi bagi masyarakat indonesia adalah suatu hubungan perkembangan teknologi komunikasi dengan gejala globalisasi. perkembangan yang dinamakan revolusi komunikasi merupakan bagian dari serangkaian perubahan yang telah berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia selama ini. Memang banyak hal yang menandai kemajuan kehidupan dewasa ini, namun semua pihak sepakat bahwa hal yang paling mencolok dari perkembangan itu adalah kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi. Oleh karena itu hasil yang juga amat mencolok dewasa ini ialah tersedianya berbagai sumber-sumber atau resources informasi dan komunikasi yang amat luas yang pernah dipunyai oleh umat manusia sepanjang sejarah.Revolusi teknologi bagi masyarakat adalah Perubahan yang terjadi di bidang

komunikasi, dimulai dari bentuk komunikasi yang sederhana sampai pada komunikasi elektronik.

Dampak dari revolusi komunikasi

Ada beberapa dampak positif dari perkembangan revolusi komunikasi , yaitu :


Hubungan antar benua tak terbatas Trsansaksi dapat terjadi secara instan Perkembangan dunia pemberitaan semakin maju Manusia menjadi lebih mudah berkomunikasi Timbul rasa kesenangan bagi manusia Manusia menjadi lebih mudah mendapatkan informasi

Selain dampak positif, perkembangan revolusi komunikasi mempunyai dampak negatif, yaitu :
Terjadinya ketergantungan terhadap teknologi komunikasi (HP, TV, Internet, dll) Sering terjadi penyalahgunaan fungsi teknologi komunikasi (Telepon digunakan untuk meneror, Internet digunakan untuk membuka situssitus tidak jelas, dll) Penggunaan BTS dan Elektrimagnetis yang dapat mengganggu kesehatan Semakin menipisnya nilai-nilai budaya lokal akibat globalisasi

Anda mungkin juga menyukai