Anda di halaman 1dari 15

USES AND GRATIFICATION THEORY

SEBAGAI PENDEKATAN DAKWAH

Oleh:

Shahira Ulfa
NIM 20107013
Teori Komunikasi Islam

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


UIN AR-RANIRY BANDA ACEH
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Penggunaan media hampir tidak dapat kita elakkan dalam kehidupan kita. Di rumah,
kantor, saat bepergian, berjalan atau berolahraga kita selalu menggunakan media. Jika pada
beberapa tahun ke belakang dimana internet sebagai media komunikasi belum berkembang,
pemilihan media mungkin hanya terbatas pada media tradisional seperti radio, TV, surat
kabar, majalah, dan buku. Namun pada era globalisasi, pemilihan media menjadi lebih
kompleks karena bertambahnya media baru seperti situs internet, video games, DVD,
pemutar MP3, dan lain-lain. Membludaknya berbagai macam media yang ada menuntut kita
sebagai khalayak untuk dapat mengambil keputusan memilih media yang tepat guna
memenuhi kebutuhan kita masing-masing. Dalam tradisi kajian media, hal ini dikenal dengan
uses and gratifications.
Secara umum, pendekatan uses and gratifications adalah sebuah pendekatan untuk
memahami mengapa khalayak secara aktif mencari media yang khusus yang dapat memenuhi
kebutuhan khalayak. Pendekatan uses and gratifications merupakan salah satu pendekatan
untuk memahami komunikasi massa yang berpusat pada khalayak.
Berbeda dengan teori komuniksi massa lainnya yang berpusat pada apa yang
dilakukan media pada khalayak, pendekatan uses and gratifications menitikberatkan pada apa
yang dilakukan oleh khalayak terhadap media. Bagaimana uses and gratifications
berkembang, asumsi apa yang mendasarinya serta relevansinya dengan media baru akan
diulas secara singkat berikut ini.
Masyarakat membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam
hal memperluas wawasan pengetahuan, memahami kedudukan serta perannya
dalam masyarakat. Didorong oleh rasa ingin tahu pada diri manusia terhadap sesuatu
maka kebutuhan akan informasi semakin meningkat, semakin banyak, mendetail dan
variatif. Banyak alternatif media massa yang digunakan untuk memperoleh informasi,
baik media cetak ataupun media elektronik, beraneka ragam media yang
bermunculan, memungkinkan lebih adanya keleluasaan untuk memilih mana yang
paling cocok untuk dijadikan media penyampaian informasi.

2
II. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Sejarah Perkembangan Teori Uses and Gratification?
B. Apa Saja Asumsi Dasar dalam Teori Uses and Gratification?
C. Apa Kritik Terhadap Teori Uses and Gratification?

III. Tujuan Makalah


A. Mengetahui Sejarah Perkembangan Teori Uses and Gratification
B. Mamahami Asumsi Dasar dari Teori Uses and Gratification
C. Mengetahui Kritik dan Saran Terhadap Teori Uses and Gratification

3
BAB II
PEMBAHASAN

I. Sejarah Uses and Gratifications

Pendekatan uses and gratifications mulai digunakan oleh para peneliti media pada awal
1940an walaupun istilah uses and gratifications sendiri belum digunakan saat itu. Herta
Herzog (1944) yang memulai kajiannya mengenai uses and gratifications dengan melakukan
klasifikasi beberapa alasan mengapa khalayak memilih media yang khusus. Ia melakukan
wawancara terhadap penggemar opera sabun dan mengidentifikasi tiga macam gratifikasi,
yaitu emosi, pembelajaran, dan wishful thinking.
Pendekatan uses and gratifications mengalami masa keemasannya pada akhir tahun
1950an hingga 1970an ketika televisi berkembang dengan pesat. Pada tahapan ini, kajian
mengenai uses and gratifications menyentuh pada tingkat keragaman yang meliputi :
 Alokasi waktu pada media yang berbeda,
 Hubungan antara penggunaan media dengan penggunaan waktu untuk kegiatan yang
lain,
 Hubungan antara penggunaan media dengan penyesuaian diri dan hubungan sosial,
 Fungsi media yang berbeda atau tipe isi, dan
 Berbagai alasan penggunaan media massa (McQuail dalam Juhi, 1988 : 85)

II. Asumsi Dasar

Tidak seperti teori komunikasi massa lainnya yang menitikberatkan pada konsumsi
media, pendekatan uses and gratifications memberikan kekuasaan pada khalayak untuk
memutuskan media mana yang akan dipilih atau dikonsumsi. Khalayak memiliki peran aktif
dalam melakukan intepretasi dan mengintegrasikan media ke dalam kehidupannya. Pada uses
and gratifications, khalayak bertanggung jawab terhadap pemilihan media untuk memenuhi
kebutuhannya. Pendekatan uses and gratifications memiliki lima asumsi dasar yaitu
(Rakhmat, 2001 : 205) :
1. Khalayak dianggap aktif dan penggunaan media massa diasumsikan memiliki tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif lebih banyak berkaitan dengan pemuasan
kebutuhan dan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
4
3. Media massa berkompetisi dengan sumber-sumber lainnya untuk memuaskan
kebutuhannya.
4. Tujuan penggunaan media massa dapat disimpulkan dari data yang disediakan oleh
anggota khalayak.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti
lebih dahulu orientasi khalayak.

Konseps dasar dari uses and gratifications datang dari Elihu Katz yang mengenalkan
istilah uses and gratifications approach pada tahun 1959. Katz berpendapat bahwa penelitian
tentang media tidak lagi bertumpu pada apa yang media lakukan terhadap khalayak namun
lebih menekankan kepada apa yang dilakukan oleh khalayak terhadap media. Menurut
pencetusnya, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch (1974), cakupan
pendekatan uses and gratifications meliputi :
 Asal usul kebutuhan.
 Kebutuhan sosial dan psikologis.
 Pengharapan yang timbul akibat kebutuhan sosial dan psikologis.
 Media massa atau sumber-sumber lainnya yang digunakan.
 Perbedaan pola terpaan media akibat keterlibatan dalam aktivitas lain.
 Timbulnya pemenuhan kebutuhan.
 Timbulnya akibat-akibat yang mungkin tidak direncanakan.
Dapat dikatakan bahwa yang menjadi alasan mengapa khalayak menggunakan media
adalah kondisi sosial psikologis yang dirasakah sebagai sebuah masalah oleh khalayak dan
media digunakan oleh khalayak untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.

III. Konsep Khalayak Yang Aktif

Menurut Jay G. Blumler (1979) yang dimaksud dengan khalayak yang aktif dalam
pendekatan uses and gratifications adalah aktif dalam :
a. Utility atau penggunaan – media digunakan khalayak dan khalayak dapat
menempatkan media ke dalam berbagai fungsi penggunaan
b. Intentionally atau kesengajaan – motivasi utama khalayak dalam mengkonsumsi isi
media
c. Selectivity atau selektivitas – penggunaan media oleh anggota khalayak
merefleksikan adanya minat dan preferensi
5
d. Imperviousness to influence atau ketahanan terhadap pengaruh – anggota
khalayak membentuk arti sendiri terhadap isi yang kemudian mempengaruhi apa yang
ia pikirkan dan lakukan. Mereka dapat menghindari berbagai macam pengaruh media
Uses and gratifications membedakan pengertian aktivitas atau kegiatan dengan keaktifan
atau activeness untuk lebih memahami khalayak. Yang dimkasud dengan activity adalah
mengacu pada apa yang dilakukan oleh konsumen media dalam hal ini khalayak. Sementara
itu, yang dimaksud dengan activeness adalah mengacu pada kebebasan yang dimiliki oleh
khalayak dan otonomi dalam situasi komunikasi massa. Acvtiveness bersifat relatif dan
bervariasi bagi setiap individu.

IV. Motif-motif Penggunaan Media

Dalam tradisi kajian media diketahui bahwa penelitian uses and gratifications tidak
menawarkan suatu teori yang koheren dari penggunaan media. Lebih dari pada itu, uses and
gratifications dipandang sebagai sekumpulan pemahaman yang melengkapi hubungan antara
penggunaan media dan kepuasan media. Uses and gratifications lebih berorientasi psikologis
dalam artian sebagai cara untuk mengembangkan pemahaman tentang fungsi-fungsi
psikologis penggunaan media oleh khalayak.
Berdasarkan para peneliti uses and gratifications, khalayak secara aktif melakukan
pemilihan media untuk memuaskan kebutuhannya. Misalnya, jika ia membutuhkan infromasi,
maka ia akan memilih membaca surat kabar, menonton televisi, mendengarkan radio, atau
media apa pun yang menurutnya dapat memuaskan kebutuhannya akan informasi. Hal ini
berlaku juga bagi khalayak yang melakukan pemilihan media untuk memenuhi kebutuhannya
akan hiburan dan lain-lain.
Dengan kata lain, khalayak menggunakan media karena didasari oleh motif-motif
tertentu. Perbedaan pola pemilihan media pada akhirnya menuju pada perbedaan pola terpaan
media media serta efek yang ditimbulkan.
Berikut beberapa motif penggunaan media yang diutarakan oleh para ahli :
1. William J. McGuire seorang psikolog motivasional menyebutkan terdapat 16 motif
penggunaan media yang dirangkum ke dalam dua motif utama dalam hubungannya dengan
gratifikasi media yaitu motif kognitif dan motif afektif.
 Motif kognitif – menitikberatkan pada kebutuhan manusia akan informasi dan
mencapai tingkat ideasional tertentu.

6
 Motif afektif – menitikberatkan pada aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat
emosional tertentu

2. Denis McQuail, Jay G. Blumler, dan Joseph Brown (1972)


Denis McQuail, Jay G. Blumler, dan Joseph Brown menggambarkan interaksi media dengan
khalayak ke dalam suatu model guna mengklasifikasikan 4 (empat) gratifikasi media yang
penting yaitu :
 Pengalihan (diversion) – lari dari rutinitas sehari-hari atau masalah yang dihadapi
sehari-hari.
 Hubungan pribadi (personal relationship) – menggunakan media untuk menjalin
pertemanan.
 Identitas pribadi atau psikologi individual (personal identity or individual
psychology) – mencari media untuk menguatkan nilai-nilai individu.
 Pengawaan (surveillance) – mencari informasi untuk membantu seorang individu
mencapai sesuatu.

3. Elihu Katz, Michael Gurevitch, dan Hadassah Hass (1973)


Elihu Katz, Michael Gurevitch, dan Hadassah Hass mengembangkan 35 macam kebutuhan
yang diperoleh dari fungsi sosial dan psikologis media massa dan menempatkannnya
kedalam 5 (lima) kategori, yaitu :
 Kognitif (Cognitive), yang meliputi informasi atau pengetahuan.
 Afektif (Affective), yang mencakup emosi, kesenangan, perasaan.
 Integrasi pribadi (Personal integrative), meliputi peningkatan status atau
kredibilitas.
 Integrasi sosial (Social integrative), misalnya interaksi antara anggota keluarga dan
teman.
 Melepaskan tegangan (Tension release), misalnya pelarian.

4. B. Rubin memandang motivasi khalayak menggunakan media melalui penelitiannya


tentang motivasi khalayak menonton televisi, yaitu :
 Untuk menghabiskan waktu.
 Untuk bersantai.
 Untuk kesenangan.
 Untuk kebahagiaan.
7
 Untuk mempelajari isi-isi yang khusus.
 Untuk pertemanan.
 Untuk pelarian.
 Untuk interaksi sosial.
 Untuk memperoleh informasi.

5. DenisMcQuil
Alasan-alasan khalayak menggunakan media adalah sebagai berikut :
 Informasi (Information)
o Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia.
o Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-
hal lain berkaitan dengan penentuan pilihan.
o Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.
o Belajar, pendidikan diri sendiri.
o Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
 Identitas pribadi (Personal identity)
o Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
o Menemukan model perilaku.
o Mengidentifikasikan diri dengan nlai-nilai.
o Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
 Integrasi dan interaksi sosial (Integration and social interaction)
o Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial.
o Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
o Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.
o Memperoleh teman selain dari manusia.
o Membantu menjalankan peran sosial.
o Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman,
dan masyarakat.
 Hiburan (Entertainment)
o Melepaskan diri dari permasalahan.
o Bersantai.
o Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.

8
o Mengisi waktu luang.
o Penyaluran emosi.
o Membangkitkan gairah seks.
 Pencarian Gratifikasi dan Gratifikasi yang Diperoleh
Berbagai motivasi khalayak dalam menggunakan media juga menyarankan penawaran
gratifikasi media yang diharapkan oleh khalayak. Gratifikasi ini dapat dipikirkan sebagai
sebuah efek pengalaman psikologis yang dinilai oleh masing-masing individu.

6. Palmgreen dan Rayburn (1985) menggambarkan suatu model proses pencarian


gratifikasi dan gratifikasi yang diperoleh. Terdapat perbedan di antara keduanya. Ketika
gratifikasi yang diperoleh dilihat lebih tinggi dibandingkan dengan pencarian gratifikasi,
maka khalayak cenderung untuk berkompromi dengan tingginya pemuasan kebutuhan
khalayak dan tingginya tingkatan perhatian dan penghargaan.
Untuk meneliti hubungan antara pencarian gratifikasi dan gratifikasi yang diperoleh
oleh khalayak, Palmgreen dan kawan-kawan melakukan penelitian terhadap program berita
televisi yang popular di mata khalayak. Hasil studi menunjukkan bahwa di satu sisi, setiap
pencarian gratifikasi berkorelasi dengan gratifikasi yang diperoleh baik secara moderat
maupun kuat. Di sisi lain, para peneliti menemukan bahwa gratifikasi yang diperoleh
khalayak tidak selalu berbanding lurus dengan pencarian gratifikasi yang dilakukan oleh
khalayak.

7. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Wenner (1982) lebih jauh


memperlihatkan bahwa gratifikasi yang diperoleh khalayak memiliki tingkatan gratifikasi
yang berbeda berdasarkan pencarian gratifikasi manakala khalayak diterpa oleh program cara
berita.

V. Kritik terhadap Uses and Gratifications

Tidak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan pendekatan uses and gratifications.
Walaupun berperan besar dalam penelitian komunikasi massa khususnya dalam memahami

9
alasan dan tujuan penggunaan media oleh khalayak, pendekatan uses and gratifications tidak
luput dari berbagai kritik yang dilontarkan oleh peneliti komunikasi lainnya.
McQuail (1994) menyatakan bahwa pendekatan uses and gratifications tidak
menyediakan prediksi ataupun penjelasan yang komprehensif mengenai pemilihan dan
penggunaan media. Menurut McQuail, pendekatan uses and gratifications hanya berhasil
dalam meneliti adanya motivasi dalam penggunaan berbagai tipe media yang khusus.
Sementara itu, Ien Ang mengkritisi pendekatan uses and gratifications kedalam 3 (tiga)
aspek yaitu :
1. Pendekatan uses and gratifications cenderung bersifat individualistis karena hanya
menekankan pada sisi pencarian gratifikasi dan gratifikasi yang diperoleh khalayak
secara psikologis dan mengabaikan konteks sosial.
2. Dalam pendekatan uses and gratifications, khalayak hanya memberikan perhatian
yang sedikit terhadap isi media. Para peneliti hanya menaruh perhatian pada alasan
mengapa khalayak menggunakan media bukan pada apa yang sebenarnya diperoleh
khalayak ketika menggunakan media.
3. Pendekatan uses and gratifications berawal dari pandangan bahwa media bermanfaat
bagi khalayak dan secara implisit menawarkan justifikasi sebagaimana yang diberikan
oleh media.

Sulit untuk menentukan pola terpaan media melalui observasi. Penelitian uses and
gratifications hanya menitikberatkan pada kenyataan yang dilaporkan oleh khalayak.
Pelaporan diri bagaimanapun juga didasarkan pada memori pribadi masing-masing khalayak
yang sangat mungkin mengalami distorsi karena proses pengingatan yang terkadang tidak
akurat oleh khalayak. Hal ini pulalah yang menjadi kelemahan penelitian uses and
gratifications.

10
VI. Uses and Gratifications di Era Media Baru

Pendekatan uses and gratifications lebih banyak digunakan untuk meneliti penggunaan
media oleh khalayak. Menurut Ruggiero (2000), pendekatan uses and gratifications
digunakan dalam penggunaan media massa baru seperti surat kabar, radio, televisi, dan kini
internet.
Dalam lingkungan internet, pengguna dipandang lebih aktif dalam berpartisipasi dalam
menggunakan media dibandingkan dengan media tradisional. Hal ini sejalan dengan
pendekatan uses and gratifications yang memandang bahwa pemilihan media dapat
memberikan kepuasan kepada khalayak dalam memenuhi kebutuhannya dan khalayak dapat
memahami berbagai alasan dalam menggunakan media.

VII. Implementasi Uses and Gratifications dalam Kajian Media Baru

Para peneliti menggunakan pendekatan uses and gratifications untuk menjelaskan


pemilihan serta penggunaan media baru seperti internet dan aplikasinya yang dilakukan oleh
khalayak. Pendekatan uses and gratifications telah digunakan untuk meneliti penggunaan
media baru diantaranya adalah penggunaan telepon genggam, penggunaan internet,
penggunaan media sosial, penggunaan situs jejaring sosial, penggunaan microblogging,
penggunaan pesan instan, penggunaan permainan daring, penggunaan berita beranimasi, serta
penggunaan media hiburan.

VIII. Manfaat Mempelajari Uses and Gratifications

Dengan mempelajari teori uses and gratifications diharapkan dapat memberikan


pemahaman mengenai sejarah singkat, asumsi dasar, serta implementasi teori uses and
gratifications dalam penelitian komunikasi massa dan relevansinya dengan teori media baru.

11
Uses and Gratification Theory sebagai Pendekatan Dakwah

Kata dakwah secara etimologi mengandung arti antara lain: ajakan, panggilan, seruan,
permohonan (doa) dan pembelaan. Karena dakwah bersifat mengajak, maka dalam makna
dakwah tidak terdapat unsur paksaan. Sehingga, dalam upaya menyampaikan ajaran
Islam atau mengajak umat manusia untuk beriman kepada Allah SWT, seorang juru
dakwah tidak boleh menggunakan paksaan, tekanan, ancaman atau kekerasan. Pada
prinsipnya, dakwah dalam Islam lebih bersifat persuasif, sebagaimana yang
dicontohkan Muhammad saw, bukan dengan cara-cara kekerasan atau paksaan.
Mengenai hal ini, Allah berfirman: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam) sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang salah” (QS
Al-Baqarah:256). Dan firman Allah: “Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya”(QS Yunus:99).
Dengan demikian, dakwah dalam Islam bukan dakwah dengan kekuatan,
penaklukan, peperangan, dan memaksakan hukum terhadap manusia dalam kebencian dan
paksaan. Para juru dakwah hanya berkewajiban untuk menyampai- kan kebenaran atau
menunjukkan jalan dan menggambarkan apa yang telah disediakan Allah SWT bagi
mereka yang mengikuti jalan-Nya. Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para dai dapat
dianalisis baik dampak dan respon masyarakat terhadap kegiatan dakwah tersebut, hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan teori komunikasi massa. Secara umum, teori
adalah sebuah sistem konsep abstrak yang meng- indikasikan adanya hubungan diantara
konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena.
Jadi antara dakwah dengan komunikasi massa mempunyai hubungan yaitu
sama-sama melakukan komunikasi atau dengan kata lain dakwah itu komunikasi.
Dengan pengertian lain, pada dasarnya dakwah selalu menggunakan komunikasi massa
atau media massa sebagai saluran untuk menyampaikan pesan dakwahnya. Sudut
pandang ini mengandaikan bahwa dakwah bisa dianalisis melalui teori-teori komunikasi
massa yang dapat melihat pengaruh antara media massa dengan khalayak atau
masyarakat sebagai pengguna dari media massa.
Kegiatan dakwah merupakan komunikasi di mana antar personal atau manusia
saling melakukan interaksi dan bertukar pesan dalam hal ini pesan yang disampaikan
adalah ajaran agama Islam. Jadi antara dakwah dengan komunikasi massa mempunyai
hubungan yaitu sama-sama melakukan komunikasi atau dengan kata lain dakwah itu
komunikasi. Dengan pengertian lain, pada dasarnya dakwah selalu menggunakan
12
komunikasi massa atau media massa sebagai saluran untuk menyampaikan pesan
dakwahnya. Sudut pandang ini mengandaikan bahwa dakwah bisa dianalisis melalui teori-
teori komunikasi massa yang dapat melihat pengaruh antara media massa dengan
khalayak atau masyarakat sebagai pengguna dari media massa.
Dakwah Islam untuk saat ini bisa dilakukan dengan menggunakan media massa baik
cetak maupun elektronik, misalkan dakwah melalui media cetak surat kabar atau majalah.
Dakwah dengan media tulis harus mampu menekankan pada isi topik yang dibicarakan dan
bahasa yang digunakan bisa dipahami semua kalangan masyarakat, sehingga pembaca bisa
tertarik dan pesan dakwah yang disampaikan bisa sampai kepada pembaca. Namun jika
menggunakan teori komunikasi massa uses and gratification maka khalayak atau pembaca
yang akan menilai dan mencari terhadap dakwah tersebut. Karena dalam teori uses and
gratification masyarakat atau khalayak yang menentukan dan mencari media apa yang
baginya sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu dakwah Islam jika dinilai
menggunakan teori uses and gratification harus mampu bersaing dengan kegiatan atau
program-program lain. Dakwah Islam harus mampu menawarkan pesan atau informasi yang
dibutuhkan khalayak. Misalnay adalah mengadakan talk show di televisi atau tanya jawab
seputar agama dan masalah-masalah kehidupan yang disiarkan live melalui televisi. Dengan
begitu masyarakat atau khalayak dapat menilai positif terhadap dakwah Islam dan dapat
menarik perhatian masyarakat, sehingga dakwah Islam tidak lagi terkesan sesuatu yang
monoton dan membosankan. Karena masyarakat atau khalayak menentukan sendiri
kebutuhannya terhadap media massa dan acara-acara yang bagi khalayak merupakan
kebutuhan untuk dipenuhi guna sebuah kepuasaan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu upaya terpenting dalam dakwah adalah komunikasi, yaitu suatu transfer
(memindahkan) informasi dari seseorang kepada orang lain, baik perseorangan maupun
berkelompok sebagai suatu proses sosial secara berhadapan langsung ataupun melalui media.
Dakwah dan komunikasi merupakan dua hal yang tidak mungkin dipisahkan, karena
komunikasi diperlukan untuk melancarkan kegiatan dakwah. Dakwah di era globalisasi saat
ini cukup efisien dan efektif menggunakan media massa karena dapat menjangkau khalayak
yang jumlahnya banyak dan tersebar. Misalnya, dakwah melalui film, siaran talk show di
televisi, dialog interaktif di radio dan lain-lain. Oleh karena itu dai juga harus menguasai
komunikasi dan memahami komunikasi massa sehingga dapat mengetahui sasaran dakwah,
metode dakwah yang digunakan dan materi dakwah yang harus disampaikan. Dalam
komunikasi massa ada beberapa teori komunikasi, salah satu yang perlu dikembangkan saat
ini dalam proses dakwah menggunakan media massa adalah teori uses and gratification
(kegunaan dan kepuasan). Teori uses and gratification dalam komunikasi massa tidak lagi
melihat pada pengaruh media terhadap khalayak, tetapi apa yang dilakukan khalayak
terhadap media, teori ini menjelaskan bagaimana individu menggunakan komunikasi massa
untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi khalayaklah yang aktif terhadap media karena
kebutuhan. Khalayak menggunakan media untuk pemenuhan harapan-harapannya, dan
khalayak aktif menyeleksi media dan isi media untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
Maka dalam melaksanakan dakwah, seorang dai harus mampu menyusun strategi dan
manajemen dakwah yang baik dan efektif, terutama dalam penggunaan dan pemilihan media
massa yang akan digunakan serta isi atau materi dakwahnya karena sesuai dengan teori uses
and gratification masyarakat atau khalayaklah yang akan menentukan positif atau tidak
terhadap dakwah yang dilakukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
McQuail, Denis. 2002. McQuail Mass Communication Theory, 4th edition. London: Sage
Publications. (Chapter 5: Mass Communication and Culture).
Pimay, Awaluddin. 2005. Paradigma Dakwah Humanis Strategi dan Metode Dakwah Prof.
KH. Saifuddin Zuhri. Semarang: RaSAIL.
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suprapto, Tommy. 2006. Berkarier di Bidang Broadcasting. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Grasindo.

15

Anda mungkin juga menyukai