URAIAN TEORITIS
Katz, Blumer & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Uses and
Gratification, yaitu (West dan Turner, 2008:104) :
Katz, Blumer & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Uses and
Gratification, yaitu (West dan Turner, 2008:104) :
1. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan. Asumsi teori ini
mengenai khalayak yang aktif dan penggunaan media yang berorientsi pada tujuan
cukup jelas. Anggota khalayak individu dapat membawa tingkat aktivitas yang berbeda
untuk penggunaan media mereka. Kita semua mempunyai acara favorit dalam media
tertentu, dan kita semua mempunyai alasan untuk memilih media tertentu.
2. Inisiatif dalam menghubungkan pemuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu
terdapat pada anggota khalyak. Asumsi ini menghubungkan kepuasan akan kebutuhan
pada pilihan terhadap sebuah media yang berada di tangan khalayak karena orang
Uses and Gratifications model meneliti asal mula kebutuhan manusia secara
psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan terentu dari media massa atau
sumber-sumber lain (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan
pemenuhan kebutuhan. Penelitian yang menggunakan uses and gratification
memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau
pemenuhan kebutuhan. Model-model kegunaan dan gratifikasi dirancang untuk
menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjadikan
pengguna media oleh individu atau kelompok-kelompok individu. Model-model ini
menyajikan kerangka bagi sejumlah studi yang berbeda-beda termasuk Katz dan
Gurevitch yang menggunakan riset kegunaan dan gratifikasi untuk menjelaskan
persamaan dan perbedaan berbagai media dilihat dari fungsi dan karakteristik
lainnya. Penelitian ini menghasilkan sebuah model sederhana yang memperlihatkan
bagaimana sebagian besar media itu memiliki kesamaan (Ardianto dan Erdinaya,
2004:72). Teori Uses and Gratification beroprasi dalam beberapa cara yang bisa
dilihat dalam bagan dibawah ini.
Sumber pemuasan
kebutuhan non
media:
1.Keluarga,teman
Kebutuhan 2.Komunikasi
khalayak: interpersonal
Lingkungan 1.Kognitif 3.hobi
Pemuasan
sosial: 2.Afektif 4.Istirahat
media(fungsi):
1.ciri demografis 3.Intergratif
2.afiliasi personal Penggunaan 1.Pengamatan
kelompok 4.Integratif media massa: lingkungan
3.ciri kepribadian Sosial 1.jenis media
5.Pelepasan 2.isi media 2.Hiburan
3.terapan media 3.Identitas personal
4.konteks sosial 4.Hubungan sosial
dan terapan media
Inti teori Uses and Gratifications adalah khalayak pada dasarnya menggunakan
media massa berdasarkan pada motif-motif tertentu. Media dianggap memenuhi motif
khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada
akhirnya, media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media efektif
(Kriyantono, 2009:206).
Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis serta
variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Daftar motif
memang tak terbatas. Tetapi operasionalisasi Blumer agak praktis untuk dijadikan
petunjuk penelitian. Blumer menyebutkan tiga orientasi :
Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai
media, jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu
konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara
keseluruhan. Efek media dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan
media untuk memberi kepuasan (Rakhmat, 2004:66).
Salah satu macam riset Uses and Gratifications yang saat ini berkembang adalah
yang dibuat oleh Philip Palmgreen. Kebanyakan riset Uses and Gratification memfokuskan
pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media.
Palmgreen juga menggunakan dasar yang sama yaitu orang menggunakan media didorong
oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang diteliti oleh Palmgreen ini tidak berhenti
disitu dengan menanyakan apakah motif-motif audiens itu telah dapat dipenuhi oleh media.
Dengan kata lain apakah audiens puas setelah menggunakan media (Kriyantono, 2009:20)
2.2 Televisi
2.2.1 Pengetian Televisi Fungsi Sebagai Media Massa
Menurut Effendy (2002 : 21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran
merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri – ciri yang dimiliki komunikasi
massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum,
sasarannya menimbulkan keserempakan, dan komunikasinya bersifat heterogen.
Perkembangan teknologi melahirkan suatu media baru yang dapat menyajikan
informasi secara cepat kepada masyarakat yaitu televisi. Telvisi sebagai alat penangkap
siaran dan gambar. Televisi berasal dari kata “Tele” yaitu tampak dan vision ; jauh atau
jika digabungkan menjadi suatu makna yang berarti “jauh dan tampak” atau dengan kata
lain yaitu TV, merupakan suatu alat untuk melihat dari jarak jauh. Segi jauhnya diwakili
oleh prinsip radio yaitu dapat mendengarkan suara sedangkan penglihatan diwakili dengan
adanya gambar. Tanpa gambar tidak ada apa – apa yang dapat dilihat. Para penonton dapat
menikmati gambar karena adanya pemancar, dan gambar yang dipancarkan itu adalah
gambar yang bergerak.
Pada hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dan dengar
mempunyai tiga fungsi yaitu :
Pengaruh siaran televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah terlepas dari
pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R,
Mar’at, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan
perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari
televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga
mereka terhanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh
televisi (Effendy, 2002 : 122).
2.3 Sinetron
Sinetron merupakan penggabungan dan pemendekan dari kata sinema dan
elektronika. Elektronika disini tidak semata mengacu pada pita kaset yang proses
perekamannya berdasar pada kaidah – kaidah elektronik. Elektronika dalam sinetro itu
lebih mengacu pada mediumnya, yaitu televisi atau visual, yang merupakan medium
elektronik selain siaran radio. (Wardana, 1997 : 1)
Sinetron disebut juga sama dengan televisi play, atau dengan teldrama, atau sama
dengan sandiwara televisi. Inti persamaannya adalah sama – sama ditayangkan di media
audio visual yang disebut dengan televisi. Seperti telah dikemukakan di atas, sinetro
adalah kependekan dari sinema dan elektronika. Berdasarkan kata sinema saja, hal ini
sudah mengarah kepada sebuah konsep film (sinema). Oleh sebab itu sinetron dalam
penerapannya tidak jauh berbeda dengan film layar putih (layar lebar).
Demikian juga tahapan penulisan dan format naskrah, yang berbeda hanyalah
film layar putih menggunakan kamera optik, bahan soleloid dan medium sajiannya
menggunkan proyektor dan layar putih di gedung bioskop. Sedangkan sinetron
menggunakan kamera elektronik dengan video record dan vita di dalam kaset sebagai
bahannya dan penayangannya melalui medium televisi. (Wibowo, 1997 : 153)
Memasuki tahun 1995 hingga 1998, tema sinetron sedikit bergeser. Para sutradara
membuat sinetron yang diadaptasi dari film layar lebar tahun 80-an, misalnya Lupus,
Olga dan Catatan Si Boy. Di era ini pula sinetron dari negeri latin, alias telenovela
membanjiri layar kaca indonesia. Diantaranya yang populer adalah Maria Mercedes yang
melambungkan nama pemainnya, Thalia. Berikutnya di tahun 1998, Multivision Plus
sebagai salah satu perusahaan pembuat film di Indonesia, membuat sinetron
‘Tersanjung’. Sinetron ini adalah sinetron terpanjang yang pernah dibuat, terdiri dari 356
episode yang dibagi beberapa sekuel. Pada masa ini, tema sinetron kembali berubah.
Kebanyakan sinetron yang diproduksi merupakan adaptasi dari novel - novel terkenal
seperti Karmila.
Era Millenium, yang ditandai pergantian tahun dari 1999 ke 2000 menjadi puncak
bagi dunia sinetron Indonesia. Tema sinetron lebih beragam, mulai dari horor sampai
kehidupan masyarakat Jakarta. Hingga kini terdapat beberapa pembagian jenis sinetron
misalnya : sinetron religi (agama), sinetron komedi, sinetron horor, sinetron dewasa,
sinetron remaja dan sinetron anak.
Sinetron religi dalam artian sinetron bernafaskan Islam pertama kali muncul di
televisi swasta berawal dari beberapa sinetron religi karya Dedy Mizwar tahun 1992
diantaranya Abu Nawas, Hikayat Pengembara dan Mat Angin. Diluar dugaan Ketiga
sinetron ini bisa memikat hati pemirsa. Buktinya sinetron ini bertahan sampai puluhan
episode. Abu nawas mencapai 52 episode sedangkan Hikayat Pengembara menembus
lebih dari 100 episode.
2.4 Motif
a. Pengertian Motif
Menurut Winkel, 1996 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), menyatakan Motif adalah
daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai
suatu tujuan tertentu. Menurut Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), disebutkan
bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang
disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku. Dari
beberapa pendapat di atas, maka dapat menyimpulkan bahwasanya Motif merupakan
suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari
maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Macam-Macam Motif
Menurut WoodWorth dan Marquis, 1957 (dalam DR. Nyayu khodijah, 2006), motif itu
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Motif yang berhubungan dengan kebutuhan
kejasmanian (organic needs), yaitu merupakan motif yang berhubungan dengan
kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, kebutuhan
bernafas, seks, kebutuhan beristirahat. Motif darurat (emergency motives), yaitu
merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena sekitar menuntutnya,
misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk
mengatasi rintangan-rintangan, motif untuk bersaing. Motif obyektif (objective motives),
yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik
terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif eksplorasi, motif manipulasi,
minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus.
Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang
lain. Sehubungan dengan hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk
mengetahui tentang kekuatan motif-motif itu.
1. Motif
Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan
sesuatu.
1. Motif Kognitif
2. Motif Afektif
SKEMA 1
Model Teoritis
Tayangan Sinetron di Televisi
Motif
Kognitif Personal
Personal
Diversi Identity
Tabel 2.1
Variabel Penelitian
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Tayangan Sinetron yang ditonton ibu - Intensitas Menonton Tayangan Sinetron
Rumah Tangga di Setia Budi Tanjung Sari - Frekuensi Menonton Tayangan Sinetron
Pasar 1 Medan