Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PARASOSIAL DI ERA NEW MEDIA

(Studi Korelasional Pengaruh Penggunaan Media Sosial terhadap


Berkembangnya Hubungan Parasosial di Kalangan Remaja Putri di
SMAS Sutomo 1 Medan)

Oleh :
CHRISTINE YUNI
110904026

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh penggunaan media sosial
terhadap berkembangnya hubungan parasosial. Masalah yang melatarbelakangi
diadakannya penelitian ini yaitu maraknya penggunaan media sosial pada
kalangan remaja putri dan banyaknya selebriti yang semakin gencar mendekatkan
diri dengan penggemarnya melalui media sosial. Teori-teori yang mendukung
penelitian ini antara lain teori komunikasi, teknologi komunkasi, era media baru,
media sosial, efek media massa, dan teori hubungan parasosial. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasional, dengan pengujian
hipotesis menggunakan metode Spearman’s Rho dan skala Guilford. Penelitian
dilakukan di SMAS Sutomo 1 Medan dengan jumlah populasi 1538 orang dan
jumlah sampel 94 orang (dihitung menggunakan rumus Taro Yamane). Sampel
dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data
yang digunakan antara lain analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji
hipotesis. Hasil pengujian hipotesis menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,698,
menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti, signifikan dan searah antara
penggunaan media sosial dengan berkembangnya hubungan parasosial. Sementara
perhitungan koefisien determinasi menunjukkan besar kontribusi penggunaan
media sosial terhadap berkembangnya hubungan parasosial adalah sebesar
48,72%, dengan 51,28% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
frekuensi penggunaan media lain, rasa kesepian, kebutuhan akan suatu hubungan,
serta ketidakmampuan otak manusia memisahkan apa yang tampak di media
dengan realita.

Kata Kunci : hubungan parasosial, media sosial, selebriti, remaja putri

PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan proses yang sangat esensial dalam kehidupan manusia.
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk
berhubungan dengan orang lain, dan tentunya kebutuhan akan hubungan tersebut
tidak akan terpenuhi tanpa adanya komunikasi. Terlebih lagi bagi seorang public

1
figure atau selebriti yang hanya ada karena adanya penggemarnya, komunikasi
sangatlah diperlukan untuk dapat membina hubungan dengan para penggemarnya
(Spitzberd & Cupach, 2007).
Saat ini, media sosial bukanlah barang baru lagi. Hampir setiap pengguna ponsel
memiliki akun media sosial, dan bahkan bukan hanya satu, tapi beberapa akun
media sosial (Andriewongso.com, 2014). Hampir semua orang saat ini mengakses
situs jejaring sosial setiap pekan dan bahkan tidak sedikit yang mengaksesnya
setiap hari (Dettiro, 2014). Fenomena ini tentunya amat disadari oleh para
selebriti dan „dimanfaatkan‟ untuk menunjang kepopuleran mereka. Allison
Schleuter, seorang praktisi di bidang pemasaran digital, menyatakan bahwa
penting sekali bagi seorang selebriti untuk berpartisipasi dalam media sosial
(Concepcion & Peters, 2010). Salah seorang praktisi lainnya, David Marcus,
menyatakan bahwa penting sekali untuk membuat para komunitas fans
berpartisipasi secara aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi atas apa yang
dilakukan oleh selebriti (Concepcion & Peters, 2010). Sementara itu dari sudut
pandang penggemar, media sosial memungkinkan fans untuk mengenal selebriti
yang disukainya lebih dalam melalui pesan-pesan maupun gambar yang dikirim
selebriti tersebut melalui media sosial (Bowden, 2014).
Beberapa individu bahkan bukan hanya sekedar mengikuti perkembangan selebriti
favoritnya, namun juga ingin menjadi orang pertama yang melihat, mengetahui
dan memberikan respon atas perkembangan tersebut. Mereka terus-menerus
mengecek akun media sosial selebriti, dan bahkan menghabiskan berjam-jam
untuk memperhatikan kegiatan selebriti tersebut di media sosial (Elliott, 2015).
Dedikasi seperti ini mungkin nampaknya aneh bagi orang-orang yang hanya
sekedar tertarik pada selebriti, namun hal tersebut bukanlah sesuatu yang jarang
saat ini. Hadirnya media sosial memicu timbulnya perasaan intim yang salah di
antara individu atau kelompok. Perasaan ini disebut sebagai “hubungan
parasosial”, suatu hubungan dimana seorang penggemar merasa mereka telah
“mengenal” seorang selebriti dengan baik melalui kegiatan selebriti tersebut di
media online (Elliott, 2015). Spitberg menyatakan hubungan parasosial ini
sebagai suatu konsep, dimana karena media massa, individu menjadi terlibat
secara emosional pada karakter atau tokoh yang mereka lihat secara online atau
melalui televisi (Spitzberd & Cupach, 2007).

Hubungan parasosial sebenarnya dapat pula dikategorikan sebagai hubungan


antarpribadi, namun yang sifatnya semu. Hal ini disebabkan karena hubungan ini
hanya terdapat dalam pikiran seorang individu saja. Selain itu, self-disclosure
dalam hubungan parasosial hanya berlangsung satu arah, yaitu dari selebriti ke
khalayak media (Schiappa, Allen, & Gregg, 2007: 302). Oleh karena itu,
hubungan parasosial tidak dipandang sebagai hubungan antarpribadi yang nyata.
Meski hubungan parasosial itu sendiri merupakan suatu hubungan yang semu,
namun kemampuannya membentuk suatu ikatan serta persepsi akan keberadaan
hubungan tersebut adalah sesuatu yang nyata (Schiappa, Allen, & Gregg, 2007:
310).
Maraknya penggunaan media sosial, baik oleh selebriti untuk mendekatkan diri
dengan penggemarnya, maupun oleh para penggemar untuk memperoleh
informasi mengenai selebriti, menjadi alasan utama mengapa peneliti tertarik
untuk meneliti pengaruh penggunaan media sosial ini pada berkembangnya
hubungan parasosial. Dari hasil pengamatan melalui internet, peneliti menemukan
bahwa penelitian sebelumnya mengenai hubungan parasosial di Indonesia lebih
banyak ditinjau dari aspek psikologisnya, yaitu mengenai faktor-faktor psikologis
(seperti loneliness, kepribadian, dan lain-lain) yang berkontribusi pada
berkembangnya hubungan parasosial. Hal ini memperkuat keinginan peneliti
untuk meneliti bagaimana pengaruh penggunaan media sosial terhadap
berkembangnya hubungan parasosial di kalangan remaja putri di SMAS Sutomo 1
Medan.

KAJIAN LITERATUR
 Komunikasi
Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam Bahasa
Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico,
communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”
(Mulyana, 2005: 41). Sementara secara terminologis, tidak ada satu
definisi yang telah disepakati oleh semua ahli komunikasi. Namun secara
umum, komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan verbal dan nonverbal antara dua atau lebih orang
(Devito, 2008: 02).
 Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi merupakan alat perangkat, struktur organisasi, dan
nilai-nilai sosial yang digunakan oleh individu untuk mengumpulkan,
memproses, dan tukar-menukar informasi dengan individu-individu lain
(Rogers, 1986: 2).
Sejarah perkembangan media dan teknologi komunikasi dapat dibagi
menjadi empat era utama, yaitu (Rogers, 1986: 25-31):
1. Era Penulisan
2. Era Percetakan
3. Era Telekomunikasi
4. Era Komunikasi Interaktif (Era Media Baru / New Media).

 Era Media Baru (New Media)


Perubahan terbesar di bidang komunikasi empat puluh tahun terakhir
(sejak munculnya televisi) adalah penemuan dan pertumbuhan Internet
(Severin & Tankard, 2011: 443). Penemuan Internet ini menjadi penanda
telah dimulainya era media baru.
Internet adalah sebuah alat yang mengubah kehidupan sosial manusia
dengan cara mempengaruhi interaksi personalnya (Gamble & Gamble,
2005: 26). Meskipun Internet dan penggunaan e-mail meningkatkan
sebagian aspek dari interaksi manusia, Internet juga mungkin membatasi
beberapa aspek lainnya dari interaksi tersebut (Gamble & Gamble, 2005:
26). Oleh sebab itu, perbincangan mengenai apakah Internet menyatukan
manusia ataukah mendorong terjadinya isolasi sosial banyak cukup
penting untuk diperhatikan (Gamble & Gamble, 2005: 27).
 Media Sosial
Menurut Kietzmann (2011), media sosial adalah sebuah media online yang
terdiri dari blog, jejaring sosial, wiki, forum serta dunia maya, dimana
penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, serta
menciptakan konten-konten. Adapun bentuk media sosial yang paling
banyak digunakan adalah blog, jejaring sosial dan wiki.
Teri Kwal Gamble dan Michael Gamble (2002) menyatakan bahwa media
sosial memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan media
lain, antara lain:
1. Pesan yang dikirimkan bukan hanya ditujukan untuk satu orang
saja, namun bisa juga dikirimkan ke beberapa orang sekaligus
2. Pesan dapat dikirimkan secara bebas, tanpa harus melalui
gatekeeper
3. Pesan dapat diterima jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan
media lainnya
4. Penerima pesan-lah yang menentukan kapan interaksi terjadi.

 Efek Media Massa


Secara umum, studi mengenai efek media massa dimulai sejak akhir abad
ke-19 dalam penelitian mengenai teori kerumunan (crowd theories) atau
dalam penelitian mengenai masyarakat (Littlejohn & Foss, 2009: 632).
Perkembangan studi efek media ini dapat dibagi kedalam tiga kategori
besar, yaitu (Littlejohn & Foss, 2009: 632-633):
1. Periode 1 : Model Efek Langsung (Teori Peluru atau Teori Jarum
Suntik)
Periode ini dimulai pada awal abad ke-20 hingga tahun 1930an,
dimana media dikatakan memiliki kekuatan yang sangat besar yang
dapat mempengaruhi khalayak secara langsung.
2. Periode 2 : Model Efek Terbatas
Periode ini dimulai sejak tahun 1940 dimana penelitian ini
menunjukkan bahwa media memilik pengaruh yang kecil sekali
terhadap audiensnya dan dapat diabaikan.
3. Periode 3 : Model Efek Kumulatif
Periode ini dimulai sejak penemuan dan penggunaan televisi secara
luas, dimana media dikatakan memiliki efek yang lebih kuat akibat
pemaparan yang terus menerus terhadap konten media yang sama.
MODEL PENGGUNAAN DAN EFEK (Uses and Effects)
Model Penggunaan dan Efek (Uses and Effects) diungkapkan oleh
Windahl pada tahun 1981 sebagai sintesis dari pendekatan efek tradisional
dan pendekatan uses and gratification (Ruggiero, 2000: 07).
Model ini mencoba membahas kembali asal mula dari hasil penggunaan
media. Ia membedakan antara hasil yang muncul akibat konten dari
komunikasi dan hasil yang muncul dari penggunaan media itu sendiri
(Windahl, Signitzer, & Olson, 2008: 203). Dalam model ini, hasil
dianggap dipengaruhi sebagian oleh konten media (dengan pengguna
sebagai mediator dari konten tersebut) dan sebagian lagi oleh sifat
penggunaan media itu sendiri (Hamad, Ichtiat & Zulham, 2001: 58).
Pendekatan uses and effects ini juga berfungsi sebagai penghubung antara
pendekatan uses and gratification yang lebih awal dengan penelitian saat
ini (Ruggiero, 2000: 08).
Dalam perspektif teori ini, dampak media terhadap pengguna media
datang dari dua arah, yaitu dari konten (efek) dan juga dari jenis media itu
sendiri serta cara penggunaannya (konsekuensi) (Hamad, Ichtiat &
Zulham, 2001: 58). Terkadang penggunaan media dan konten media
berhubungan dalam cara tertentu dan menghasilkan „konsefek/conseffect”.
Dalam situasi ini, baik penggunaan maupun konten adalah variabel kausal
yang bebas (Windahl, Signitzer, & Olson, 2008: 203).
 Hubungan Parasosial
Secara sederhana, hubungan parasosial adalah hubungan yang khalayak
anggap mereka miliki dengan tokoh media (Rubin & McHugh, 1987;
Giles, 2001 dalam Devito, 2008: 147). Khalayak dapat mengembangkan
hubungan ini dengan selebriti yang nyata ataupun dengan karakter
fiksional (Devito, 2008: 147).
Berkembangnya hubungan parasosial dipicu oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
1. Frekuensi penggunaan media
2. Rasa kesepian
3. Adanya hubungan yang terpenuhi dengan menggunakan media
4. Ketidakmampuan otak manusia memisahkan apa yang tampak di
media dengan realita.
Faktor-faktor di atas akan mempengaruhi intensitas dari hubungan
parasosial yang terbentuk. Menurut Auter dan Palmgreen (2000),
hubungan parasosial memiliki empat dimensi yang dapat digunakan untuk
mengukur intensitas hubungan parasosial, antara lain:
1. Identifikasi terhadap Selebriti Favorit
2. Ketertarikan pada Selebriti Favorit
3. Interaksi/identifikasi kelompok (merasa sebagai bagian dari kelompok
“keluarga” dalam suatu acara televisi)
4. Sikap terhadap kemampuan selebriti favorit dalam menyelesaikan
masalah.
Pada pendekatan Uses and Gratification, hubungan parasosial ini
dipandang sebagai bentuk gratifikasi yang diterima individu ketika mereka
menggunakan media untuk berhubungan dengan tokoh-tokoh yang mereka
lihat melalui media (Giles, 2003: 189).

METODOLOGI PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian korelasional. Metode penelitian ini bertujuan menyelidiki sejauh mana
variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel
lain, berdasarkan koefisien korelasi. Dengan penelitian korelasional, pengukuran
terhadap beberapa variabel serta hubungan di antara variabel-variabel tersebut
dapat dilakukan secara serentak dalam kondisi yang realistik. Melalui studi ini,
peneliti dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi,
bukan mengenai ada tidaknya efek variabel satu terhadap variabel yang lain
(Azwar, 2010: 08-09).
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri yang terdaftar sebagai pelajar di
SMA Swasta Sutomo 1 Medan untuk periode tahun ajaran 2014/2015, yaitu
sebanyak 1538 orang. Teknik analisis data yang digunakan antara lain analisis
tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis. Dengan menggunakan rumus
Taro Yamane, maka diperoleh sampel sebanyak 94 orang. Sampel dipilih dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dari bulan
November 2014 - Maret 2015 di Kota Medan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui penelitian lapangan,
yaitu dengan menggunakan kuesioner dan penelitian kepustakaan melalui literatur,
sumber bacaan dan teori-teori. Teknik analisa data yang digunakan antara lain
analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil analisis tabel tunggal untuk karakteristik responden, dapat dilihat
bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini merupakan siswi tingkat X dan
XII SMA, dengan usia berkisar antara 15 hingga 19 tahun. Sebagian besar
responden mengaku mengidolakan seorang aktor. Namun ada juga yang
mengidolakan penyanyi, komedian, tokoh dalam reality show, perancang
busana/fashionista, pengusaha besar, seniman, koki, model, youtuber, dan juga
atlit. Hampir semua responden dalam penelitian berteman atau mengikuti selebriti
favoritnya ini melalui media sosial. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa para
responden merupakan pengguna media sosial yang aktif dengan rata-rata jumlah
akun sosial yang mereka miliki adalah sebanyak tiga sampai enam akun. Twitter,
Instagram, dan Line merupakan tiga media sosial yang memiliki jumlah pengguna
terbanyak di kalangan responden, dengan Instagram terpilih sebagai media sosial
yang paling sering diakses oleh mayoritas responden untuk memperoleh informasi
mengenai selebriti favoritnya. Sementara itu, bentuk teknologi yang paling sering
digunakan responden untuk mengakses media sosial adalah ponsel
pintar/smartphone. Selain smarphone, ada pula responden yang menggunakan
tablet/Tab, laptop dan komputer.
Selanjutnya pada hasil analisis tabel tunggal untuk variabel bebas/X (penggunaan
media sosial), dapat dilihat bahwa responden paling sering mengakses media
sosial untuk mengecek update dari selebriti favoritnya pada saat memiliki waktu
luang, di sela-sela aktivitas sehari-hari, serta pada saat responden akan tidur.
Akses media sosial juga mereka lakukan untuk memperoleh informasi mengenai
selebriti favoritnya. Untuk memenuhi kebutuhan informasi ini, responden
menjadikan akun media sosial selebriti favoritnya sebagai temannya. Namun tidak
banyak yang juga menjadikan akun-akun fanbase sebagai teman mereka.
Mayoritas responden hanya mengikuti perkembangan selebriti favoritnya melalui
media sosial, tanpa adanya upaya berkomunikasi dari responden. Namun disisi
lain, responden berharap bahwa selebriti favoritnya akan balik menjadikan dirinya
teman (followback) melalui media sosial.
Sementara itu, untuk variabel terikat/Y (perkembangan hubungan parasosial),
diketahui bahwa terdapat empat dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur
intensitas hubungan parasosial yang terjadi, yaitu identifikasi, ketertarikan,
identifikasi/interaksi kelompok dan sikap terhadap kemampuan selebriti favorit
dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil analisis tabel tunggal variabel Y,
dimensi dengan nilai tertinggi dalam penelitiaan ini adalah ketertarikan dan sikap
terhadap kemampuan selebriti favorit dalam menyelesaikan masalah. Rata-rata
responden memiliki keinginan untuk bertemu dengan selebriti favoritnya. Mereka
menonton berbagai acara yang menampilkan selebriti favoritnya dan mereka suka
mendengar suara dari selebriti favoritnya. Mereka peduli dengan apa yang terjadi
pada selebriti favoritnya, serta berharap selebriti favoritnya akan meraih mimpi-
mimpinya. Selain itu, responden juga mengaku bahwa mereka menyukai cara
selebriti favoritnya menyelesaikan masalah, dan oleh sebab itu mereka ingin
menjadi lebih mirip dengan selebriti favoritnya. Mereka bahkan berharap mereka
dapat menyelesaikan masalah sebaik selebriti favoritnya.

Pada hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan metode Spearman’s Rho,


diperoleh koefiesien korelasi antara kedua variabel di atas adalah sebesar 0,698,
dengan signifikansi sebesar 0,000. Kedua angka ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang cukup berarti, signifikan, dan searah antara dua variabel yang
diukur dalam penelitian ini, yaitu penggunaan media sosial dan perkembangan
hubungan parasosial di kalangan siswi putri SMAS Sutomo 1 Medan. Hubungan
yang signifikan berarti bahwa variasi pada variabel X akan mempengaruhi
variabel Y. Sementara hubungan yang searah berarti semakin tinggi tingkat
penggunaan media sosial, akan semakin kuat pula intensitas hubungan parasosial
yang terbentuk. Demikian pula dengan sebaliknya, semakin rendah tingkat
penggunaan media sosial, akan semakin lemah pula intensitas hubungan
parasosial yang terjadi. Hasil pengujian hipotesis ini juga sesuai dengan teori yang
menjelaskan tentang faktor-faktor yang memicu terbentuknya hubungan
parasosial, dimana salah satunya adalah frekuensi penggunaan media oleh
individu.
Kemudian pada perhitungan koefisien determinasi atau koefisien penentu,
diperoleh angka Kp sebesar 48,72. Angka ini menujukkan bahwa kekuatan
pengaruh penggunaan media sosial terhadap berkembangnya hubungan parasosial
adalah sebesar 48,72%, dengan 51,28% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
Adapun faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terbentuknya hubungan
parasosial antara lain:
1. Kebutuhan akan suatu hubungan
2. Frekuensi penggunaan media lain
3. Rasa kesepian
4. Ketidakmampuan otak manusia memisahkan apa yang tampak di
media

PENUTUP
Kalangan remaja putri di SMAS Sutomo 1 Medan merupakan pengguna media
sosial yang aktif. Rata-rata para remaja tersebut memiliki tiga hingga enam akun
media sosial yang mereka gunakan secara aktif. Adapun media sosial yang paling
banyak digunakan remaja-remaja putri ini adalah Twitter, Instagram dan Line.
Ketiga media sosial ini digunakan oleh hampir semua siswi putri SMAS Sutomo 1
Medan yang terlibat dalam penelitian. Namun dalam hal penggunaan media sosial
untuk mencari informasi mengenai selebriti favorit, kalangan remaja putri di
SMAS Sutomo 1 Medan termasuk pengguna yang cukup pasif. Mereka cukup
sering mengakses media sosial untuk mengecek update dari selebriti favoritnya,
namun jarang sekali mengirimkan pesan kepada selebriti favoritnya ataupun
memberikan feedback atas pesan yang dikirimkan oleh selebriti favoritnya. Hanya
sedikit saja dari mereka yang benar-benar melakukan upaya untuk berkomunikasi
dengan selebriti favoritnya dan berharap pesan-pesan mereka akan dilihat dan
dibalas oleh selebriti tersebut. Namun mereka yang menjadikan selebriti favorit
sebagai temannya melalui media sosial rata-rata berharap selebriti tersebut akan
balik menjadikannya teman juga melalui media sosial.
Penggunaan media sosial sendiri memiliki hubungan yang positif dengan
berkembangnya hubungan parasosial di kalangan remaja putri di SMAS Swasta
Sutomo 1 Medan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diketahui bahwa
hubungan ini sifatnya cukup berarti, signifikan dan searah. Hasil ini menunjukkan
bahwa perubahan pada pola penggunaan media sosial akan mengubah intensitas
hubungan parasosial yang terjadi. Sementara itu, perhitungan koefisien
determinasi menunjukkan bahwa penggunaan media sosial memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap berkembangnya hubungan parasosial, yaitu
sebesar 48,72%, dengan 51,28% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak diukur dalam penelitian ini.
Besarnya pengaruh dari penggunaan media sosial terhadap berkembangnya
hubungan parasosial ini menunjukkan pentingnya penggunaan media sosial oleh
selebriti untuk membangun serta memelihara hubungan yang baik dengan
penggemarnya. Di sisi lain, remaja putri perlu mengontrol penggunaan media
sosialnya, yang disertai dengan pengawasan dari guru maupun orang tua, agar
remaja-remaja tersebut tidak terlibat dalam hubungan parasosial yang terlalu kuat,
yang pada keadaan ekstrim, akan menyebabkan remaja yang bersangkutan
menarik diri dari kehidupan sosialnya.
Dalam bidang akademis sendiri, peneliti menyarankan bahwa penelitian mengenai
hubungan parasosial ini lebih ditingkatkan lagi. Adapun topik yang dapat dibahas
pada penelitian mendatang antara lain bagaimana hubungan parasosial ini
menggantikan hubungan manusia yang sebenarnya, penerapan konsep hubungan
parasosial dalam membangun brand loyalty, serta topik-topik lainnya yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Devito, Joseph A. 2008. Essential of Human Communication. Boston: Pearson
Education, Inc.
Gamble, Teri Kwal & Michael Gamble. 2002. Communication Works. New York:
McGraw-Hill.
Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2009. Encyclopedia of Communication
Theory. Thousand Oaks: Sage Publication, Inc.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology: The New Media Society.
New York: The Free Press.
Severin, Werner J. & James W. Tankard, Jr. 2008. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana.

Windahl, Sven, Benno Signitzer & Jean T. Olson. 2008. Using Communication
Theory: An Introduction to Planned Communication (2nd Edition).
Thousand Oaks: Sage Publication, Inc.
Publikasi Elektronik :
Auter, P.J. & Palmgreen, P. 2000. Development and Validation of a Parasocial
Interaction Measure: The Audience-Persona Interaction Scale.
Communication Research Reports, 17(1), 79-89.
Concepcion, Mariel & Peters Mitchell (September 2010). Direct Connect.
Billboard, vol. 122 (35). p5
Hamad, I., H. Q. Ichtiat & Mr Zulham. 2001. Political Education through the
Mass Media? A Survey of Indonesian University Students. Asia Pasific
Media Educator, 11(5), 55-71.
Ruggiero, Thomas E. 2000. Uses and Gratification Theory in the 21st Century.
Mass Communication & Society, 3(1), 3-37.
Schiappa, Edward, Mike Allen, & Peter B. Gregg. 2007. Parasocial Relationships
and Television: A Meta-Analysis of the Effect. Dalam Raymond W. Preiss,
dkk. Mass Media Effect Research: Advances Through Meta-Analysis (pp.
301-314). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Sumber Internet :
Anonim. 2014. “Efektif Menggunakan Media Sosial” dalam
http://www.andriewongso.com/articles/details/14036/Efektif-
Menggunakan-Media-Sosial. Diakses pada tanggal 25 April 2015.
Bowden, Olivia. 2014. "Super Fandom and Celebrity Obsession” dalam
http://queensjournal.ca/blogs/postscript/2014/11/super-fandom-and-
celebrity-obsession/. Diakses pada tanggal 25 April 2015.
Dettiro. 2014. “Jejaring Sosial dan Efek Perpindahan Semu” dalam
http://tiro.blogs.unhas.ac.id/2014/05/jejaring-sosial-da-efek-perpindahan-
semu/. Diakses pada tanggal 25 April 2015.
Elliott, Amy-Mae. 2015. “'First!' The People Battling for Celebrity Attention on
Social Media” dalam http://mashable.com/2015/01/31/celebrity-attention-
social-media/. Diakses pada tanggal 25 April 2015.

Spitzberg, B. H. & W.R Cupach. 2007. ”Fanning the Flames of Fandom:


Celebrity Worship, Parasocial Interaction, and Stalking” dalam
http://citation.allacademic.com/meta/p169035_index.html. Diakses pada
tanggal 25 April 2015.

Anda mungkin juga menyukai