Oleh :
CHRISTINE YUNI
110904026
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh penggunaan media sosial
terhadap berkembangnya hubungan parasosial. Masalah yang melatarbelakangi
diadakannya penelitian ini yaitu maraknya penggunaan media sosial pada
kalangan remaja putri dan banyaknya selebriti yang semakin gencar mendekatkan
diri dengan penggemarnya melalui media sosial. Teori-teori yang mendukung
penelitian ini antara lain teori komunikasi, teknologi komunkasi, era media baru,
media sosial, efek media massa, dan teori hubungan parasosial. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasional, dengan pengujian
hipotesis menggunakan metode Spearman’s Rho dan skala Guilford. Penelitian
dilakukan di SMAS Sutomo 1 Medan dengan jumlah populasi 1538 orang dan
jumlah sampel 94 orang (dihitung menggunakan rumus Taro Yamane). Sampel
dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data
yang digunakan antara lain analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji
hipotesis. Hasil pengujian hipotesis menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,698,
menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti, signifikan dan searah antara
penggunaan media sosial dengan berkembangnya hubungan parasosial. Sementara
perhitungan koefisien determinasi menunjukkan besar kontribusi penggunaan
media sosial terhadap berkembangnya hubungan parasosial adalah sebesar
48,72%, dengan 51,28% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
frekuensi penggunaan media lain, rasa kesepian, kebutuhan akan suatu hubungan,
serta ketidakmampuan otak manusia memisahkan apa yang tampak di media
dengan realita.
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan proses yang sangat esensial dalam kehidupan manusia.
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk
berhubungan dengan orang lain, dan tentunya kebutuhan akan hubungan tersebut
tidak akan terpenuhi tanpa adanya komunikasi. Terlebih lagi bagi seorang public
1
figure atau selebriti yang hanya ada karena adanya penggemarnya, komunikasi
sangatlah diperlukan untuk dapat membina hubungan dengan para penggemarnya
(Spitzberd & Cupach, 2007).
Saat ini, media sosial bukanlah barang baru lagi. Hampir setiap pengguna ponsel
memiliki akun media sosial, dan bahkan bukan hanya satu, tapi beberapa akun
media sosial (Andriewongso.com, 2014). Hampir semua orang saat ini mengakses
situs jejaring sosial setiap pekan dan bahkan tidak sedikit yang mengaksesnya
setiap hari (Dettiro, 2014). Fenomena ini tentunya amat disadari oleh para
selebriti dan „dimanfaatkan‟ untuk menunjang kepopuleran mereka. Allison
Schleuter, seorang praktisi di bidang pemasaran digital, menyatakan bahwa
penting sekali bagi seorang selebriti untuk berpartisipasi dalam media sosial
(Concepcion & Peters, 2010). Salah seorang praktisi lainnya, David Marcus,
menyatakan bahwa penting sekali untuk membuat para komunitas fans
berpartisipasi secara aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi atas apa yang
dilakukan oleh selebriti (Concepcion & Peters, 2010). Sementara itu dari sudut
pandang penggemar, media sosial memungkinkan fans untuk mengenal selebriti
yang disukainya lebih dalam melalui pesan-pesan maupun gambar yang dikirim
selebriti tersebut melalui media sosial (Bowden, 2014).
Beberapa individu bahkan bukan hanya sekedar mengikuti perkembangan selebriti
favoritnya, namun juga ingin menjadi orang pertama yang melihat, mengetahui
dan memberikan respon atas perkembangan tersebut. Mereka terus-menerus
mengecek akun media sosial selebriti, dan bahkan menghabiskan berjam-jam
untuk memperhatikan kegiatan selebriti tersebut di media sosial (Elliott, 2015).
Dedikasi seperti ini mungkin nampaknya aneh bagi orang-orang yang hanya
sekedar tertarik pada selebriti, namun hal tersebut bukanlah sesuatu yang jarang
saat ini. Hadirnya media sosial memicu timbulnya perasaan intim yang salah di
antara individu atau kelompok. Perasaan ini disebut sebagai “hubungan
parasosial”, suatu hubungan dimana seorang penggemar merasa mereka telah
“mengenal” seorang selebriti dengan baik melalui kegiatan selebriti tersebut di
media online (Elliott, 2015). Spitberg menyatakan hubungan parasosial ini
sebagai suatu konsep, dimana karena media massa, individu menjadi terlibat
secara emosional pada karakter atau tokoh yang mereka lihat secara online atau
melalui televisi (Spitzberd & Cupach, 2007).
KAJIAN LITERATUR
Komunikasi
Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam Bahasa
Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico,
communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”
(Mulyana, 2005: 41). Sementara secara terminologis, tidak ada satu
definisi yang telah disepakati oleh semua ahli komunikasi. Namun secara
umum, komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan verbal dan nonverbal antara dua atau lebih orang
(Devito, 2008: 02).
Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi merupakan alat perangkat, struktur organisasi, dan
nilai-nilai sosial yang digunakan oleh individu untuk mengumpulkan,
memproses, dan tukar-menukar informasi dengan individu-individu lain
(Rogers, 1986: 2).
Sejarah perkembangan media dan teknologi komunikasi dapat dibagi
menjadi empat era utama, yaitu (Rogers, 1986: 25-31):
1. Era Penulisan
2. Era Percetakan
3. Era Telekomunikasi
4. Era Komunikasi Interaktif (Era Media Baru / New Media).
METODOLOGI PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian korelasional. Metode penelitian ini bertujuan menyelidiki sejauh mana
variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel
lain, berdasarkan koefisien korelasi. Dengan penelitian korelasional, pengukuran
terhadap beberapa variabel serta hubungan di antara variabel-variabel tersebut
dapat dilakukan secara serentak dalam kondisi yang realistik. Melalui studi ini,
peneliti dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi,
bukan mengenai ada tidaknya efek variabel satu terhadap variabel yang lain
(Azwar, 2010: 08-09).
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri yang terdaftar sebagai pelajar di
SMA Swasta Sutomo 1 Medan untuk periode tahun ajaran 2014/2015, yaitu
sebanyak 1538 orang. Teknik analisis data yang digunakan antara lain analisis
tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis. Dengan menggunakan rumus
Taro Yamane, maka diperoleh sampel sebanyak 94 orang. Sampel dipilih dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dari bulan
November 2014 - Maret 2015 di Kota Medan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui penelitian lapangan,
yaitu dengan menggunakan kuesioner dan penelitian kepustakaan melalui literatur,
sumber bacaan dan teori-teori. Teknik analisa data yang digunakan antara lain
analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, dan uji hipotesis.
PENUTUP
Kalangan remaja putri di SMAS Sutomo 1 Medan merupakan pengguna media
sosial yang aktif. Rata-rata para remaja tersebut memiliki tiga hingga enam akun
media sosial yang mereka gunakan secara aktif. Adapun media sosial yang paling
banyak digunakan remaja-remaja putri ini adalah Twitter, Instagram dan Line.
Ketiga media sosial ini digunakan oleh hampir semua siswi putri SMAS Sutomo 1
Medan yang terlibat dalam penelitian. Namun dalam hal penggunaan media sosial
untuk mencari informasi mengenai selebriti favorit, kalangan remaja putri di
SMAS Sutomo 1 Medan termasuk pengguna yang cukup pasif. Mereka cukup
sering mengakses media sosial untuk mengecek update dari selebriti favoritnya,
namun jarang sekali mengirimkan pesan kepada selebriti favoritnya ataupun
memberikan feedback atas pesan yang dikirimkan oleh selebriti favoritnya. Hanya
sedikit saja dari mereka yang benar-benar melakukan upaya untuk berkomunikasi
dengan selebriti favoritnya dan berharap pesan-pesan mereka akan dilihat dan
dibalas oleh selebriti tersebut. Namun mereka yang menjadikan selebriti favorit
sebagai temannya melalui media sosial rata-rata berharap selebriti tersebut akan
balik menjadikannya teman juga melalui media sosial.
Penggunaan media sosial sendiri memiliki hubungan yang positif dengan
berkembangnya hubungan parasosial di kalangan remaja putri di SMAS Swasta
Sutomo 1 Medan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diketahui bahwa
hubungan ini sifatnya cukup berarti, signifikan dan searah. Hasil ini menunjukkan
bahwa perubahan pada pola penggunaan media sosial akan mengubah intensitas
hubungan parasosial yang terjadi. Sementara itu, perhitungan koefisien
determinasi menunjukkan bahwa penggunaan media sosial memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap berkembangnya hubungan parasosial, yaitu
sebesar 48,72%, dengan 51,28% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak diukur dalam penelitian ini.
Besarnya pengaruh dari penggunaan media sosial terhadap berkembangnya
hubungan parasosial ini menunjukkan pentingnya penggunaan media sosial oleh
selebriti untuk membangun serta memelihara hubungan yang baik dengan
penggemarnya. Di sisi lain, remaja putri perlu mengontrol penggunaan media
sosialnya, yang disertai dengan pengawasan dari guru maupun orang tua, agar
remaja-remaja tersebut tidak terlibat dalam hubungan parasosial yang terlalu kuat,
yang pada keadaan ekstrim, akan menyebabkan remaja yang bersangkutan
menarik diri dari kehidupan sosialnya.
Dalam bidang akademis sendiri, peneliti menyarankan bahwa penelitian mengenai
hubungan parasosial ini lebih ditingkatkan lagi. Adapun topik yang dapat dibahas
pada penelitian mendatang antara lain bagaimana hubungan parasosial ini
menggantikan hubungan manusia yang sebenarnya, penerapan konsep hubungan
parasosial dalam membangun brand loyalty, serta topik-topik lainnya yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Devito, Joseph A. 2008. Essential of Human Communication. Boston: Pearson
Education, Inc.
Gamble, Teri Kwal & Michael Gamble. 2002. Communication Works. New York:
McGraw-Hill.
Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2009. Encyclopedia of Communication
Theory. Thousand Oaks: Sage Publication, Inc.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology: The New Media Society.
New York: The Free Press.
Severin, Werner J. & James W. Tankard, Jr. 2008. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana.
Windahl, Sven, Benno Signitzer & Jean T. Olson. 2008. Using Communication
Theory: An Introduction to Planned Communication (2nd Edition).
Thousand Oaks: Sage Publication, Inc.
Publikasi Elektronik :
Auter, P.J. & Palmgreen, P. 2000. Development and Validation of a Parasocial
Interaction Measure: The Audience-Persona Interaction Scale.
Communication Research Reports, 17(1), 79-89.
Concepcion, Mariel & Peters Mitchell (September 2010). Direct Connect.
Billboard, vol. 122 (35). p5
Hamad, I., H. Q. Ichtiat & Mr Zulham. 2001. Political Education through the
Mass Media? A Survey of Indonesian University Students. Asia Pasific
Media Educator, 11(5), 55-71.
Ruggiero, Thomas E. 2000. Uses and Gratification Theory in the 21st Century.
Mass Communication & Society, 3(1), 3-37.
Schiappa, Edward, Mike Allen, & Peter B. Gregg. 2007. Parasocial Relationships
and Television: A Meta-Analysis of the Effect. Dalam Raymond W. Preiss,
dkk. Mass Media Effect Research: Advances Through Meta-Analysis (pp.
301-314). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Sumber Internet :
Anonim. 2014. “Efektif Menggunakan Media Sosial” dalam
http://www.andriewongso.com/articles/details/14036/Efektif-
Menggunakan-Media-Sosial. Diakses pada tanggal 25 April 2015.
Bowden, Olivia. 2014. "Super Fandom and Celebrity Obsession” dalam
http://queensjournal.ca/blogs/postscript/2014/11/super-fandom-and-
celebrity-obsession/. Diakses pada tanggal 25 April 2015.
Dettiro. 2014. “Jejaring Sosial dan Efek Perpindahan Semu” dalam
http://tiro.blogs.unhas.ac.id/2014/05/jejaring-sosial-da-efek-perpindahan-
semu/. Diakses pada tanggal 25 April 2015.
Elliott, Amy-Mae. 2015. “'First!' The People Battling for Celebrity Attention on
Social Media” dalam http://mashable.com/2015/01/31/celebrity-attention-
social-media/. Diakses pada tanggal 25 April 2015.