Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PERILAKU PHUBBING DI ERA MILENIAL

DI DESA KALIPUTIH-RAMBIPUJI JEMBER

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah Seminar BKI

Dosen Pengampu: Suryadi, M.A., S.Pd.I, M.A.

Disusun Oleh :

Robby Sofyan Iskandar (212103030029

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemunculan ponsel pintar atau smart phone merupakan salah satu tanda kemajuan
peradaban teknologi informasi dan komunikasi. Kemunculan smartphone membuat masyarakat
dapat dengan mudah berkomunikasi satu sama lain dan bertukar informasi tanpa dibatasi oleh
jarak, ruang dan waktu. Model komunikasi suku secara langsung dan tatap muka sudah menjadi
era millenium, tanpa perlu bertemu dan memberikan keintiman secara fisik. Keunggulan
smartphone adalah dapat menghubungkan semua orang dalam ruang interaktif melalui dunia
maya, yang ternyata membawa banyak perubahan dalam struktur kehidupan masyarakat,
terutama perubahan perilaku, proses komunikasi dan interaksi.
Masyarakat saat ini cenderung tidak dapat dipisahkan dari smartphone-nya, terbukti juga
pada perilaku yang selalu membawa smartphone kemanapun dan dimanapun orang itu pergi,
ketika di kampus, di supermarket, di kantor, dan bahkan pada saat akan tidur masih membawa
smartphone. Smartphone bagaikan belahan jiwa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia saat ini. Masyarakat sangat tertarik dengan smartphone, meskipun kehadirannya
ternyata dapat mengusik proses interaksi sesama manusia. Mereka seakan diabaikan karena lebih
asik sendiri dengan smartphone-nya dihadapan mereka dan menjadikan suasana menjadi tidak
nyaman ketika kumpul bersama.

Menurut Ilmuan Komunikasi dari Kanada Marshall McLuhan mengatakan bahwa


“Manusia menciptakan alat-alat komunikasi, tetapi pada akhirnya alat tersebut akan
membentuk manusia itu sendiri”. Perspektif tersebut menggambarkan realitas saat ini,
dimana kehadiran smartphone mempunyai kemampuan untuk mengubah kebiasaan interaksi
masyarakat Indonesia dan menciptakan kebiasaan baru. Kebiasaan ini mengacu pada tindakan
saling menghormati, saling memperhatikan, dan memberikan empati ketika proses
komunikasi semakin fokus dan Anda sibuk menggunakan ponsel cerdas Anda.
Obsesi masyarakat terhadap smartphone sudah menjadi fenomena sosial, dan
masyarakat saat ini sedang ramai dan banyak digunakan. Perilaku ini jelas menarik perhatian
para ahli di seluruh dunia. Hal ini terlihat dari munculnya terminologi baru yang diakibatkan
oleh perilaku masyarakat saat sibuk menggunakan smartphone saat berinteraksi.
Istilah baru yang dimaksud adalah phubbing atau singakat dari phone and snubbing
yang artinya ancaman telepon atau yang dikenal sebagai sikap sibuk mememntingkan dirinya
dengan handphone nya sendiri.
Aktivitas paping di kalangan masyarakat cenderung menyebabkan proses interaksi
dan komunikasi tidak berjalan dengan baik. Proses komunikasi dan interaksi yang baik yang
sesungguhnya dengan cara berempati dan membutuhkan respon pada pelaku komunikasi.
Proses komunikasi dan interaksi cenderung dipengaruhi oleh hubungan sosial yang
melekat pada masing-masing mitra komunikasi. Hubungan sosial yang semakin mendalam
menjadikan proses komunikasi itu menjadi lebih santai dan lebih sering terjadi aktivitas
phubbing. Berbeda dengan hubungan sosial orang-orang yang baru mengenal cenderung
memperhatikan lawan komunikasinya dan lebih sedikit melakukan aktivitas phubbing.
Pendapat di atas dapat menjadi bukti bahwa perilaku phubbing yang saat ini menjadi
realitas sosial merupakan bagian dari gejala sosial. Salah satu tempat yang banyak terjadi
aktivitas phubbing pada saat ini yaitu di kampus pada kalangan mahasiswa dan ada juga di
taman bahkan aktivitas phubbing ini sudah terjadi pada lingkup daerah rumah maksudnya
ketika kita berada di dalam rumah tidak adanya komunikasi antar keluarga melainkan sibuk
sendiri dengan smartphone yang digenggam mereka.
Masyarakat di desa rambipuji banyak yang lebih berfokus kepada smartphone-nya
dibandingkan dengan orang sekitar mereka, bahkan aktivitas phubbing tidak hanya terjadi
kepada orang-orang yang tidak saling mengenal, tetapi terjadi pada orang-orang yang saling
mengenal juga. Padahal seharusnya dalam situasi kebersamaan, sesuatu yang dapat mengusik
keharmonisan harus dihindari. Hal ini karena lazimnya orang-orang yang berkumpul bersama
dalam satu situasi harus memiliki kekompakan dan saling memperhatikan antar hubungan
sosial mereka.
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia wajib untuk melakukan komunikasi di
lingkungan lain baik itu keluarga, teman sekalipun orang lain. Meminta bantuan, membeli,
dan bahkan mendapatkan informasi yang dalam. Tetapi dengan berlalunya waktu banyak
orang lebih suka bermain dengan smartphone daripada berinteraksi langsung dengan
lingkungan sekitar.
Perilaku phubbing ini juga merupakan alasan orang untuk menjauhkan orang lain
dengan sengaja. Ini biasanya terjadi jika ada orang baru yang tidak disukai atau tidak nyaman
berpartisipasi dalam suatu obrolan. Phubbing yang dilakukan sekali atau mungkin dua kali
masih bisa ditoleransi bagi teman, namun ketika terus-menerus dilakukan itu bisa beresiko
merusak suatu pertemanan karena seperti penjelasan di atas tidak adanya komunikasi dan
interaksi sesama manusia.
Terjadinya phubbing masuk ke dalam Indonesia semenjak terjadinya wabah penyakit
virus Corona yang mengakibatkan banyaknya mahasiswa, pekerja kantoran, siswa itu
melakukan kegiatan belajar mengajar dan bekerja di rumah sehingga lama-kelamaan
menjadikan mereka sibuk dengan gadget mereka tanpa memperdulikan lingkungan sekitar.
Di desa rambipuji banyak sekali anak-anak hingga dewasa yang sering sekali
melakukan aktivitas phubbing sehingga mereka jarang sekali berkomunikasi dengan tetangga
ataupun warga sekitar mereka selalu saja asyik dengan smartphone-nya masing-masing entah
itu bermain game melihat sosial media ataupun hal-hal yang ada di internet.
Milenial atau dikenal pula dengan istilah generasi y atau generasi langgas adalaj
kelompok demografi yang hadir usai generasi x. Berbeda dari era generasi lainnya, milenial
tidak memiliki batas waktu yang pasti untuk awal serta akhir dari era generasi ini. Namun,
para peneliti serta para ahli pada umumnya menggunakan batas waktu untuk mengelompokan
milenial mulai awal tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an.
Berbeda dengan generasi lainnya, generasi milenial diperkirakan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda tergantung wilayah serta kondisi ekonomi dan sosial yang
mempengaruhinya. Namun, generasi Milenial umumnya ditandai dengan meningkatnya
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.
Di sebagian besar dunia, pengaruh generasi Milenial ditandai dengan meningkatnya
kebebasan politik dan ekonomi. Diantaranya, Resesi Hebat memberikan dampak yang besar
terhadap generasi Milenial, yang menyebabkan peningkatan pengangguran dan kemungkinan
terjadinya krisis sosial dan ekonomi jangka Panjang. Kebanyakan dari milenial menghabiskan 85
persen waktunya untuk menggunakan gadget.

Generasi milenial disebut sebagai generasi yang pertama kali berkenalan atau mengenal
teknologi. Mulai dari televisi, radio maupun teknologi lainnya. Oleh karena itu, generasi milenial
cenderung menghabiskan kebanyakan waktunya dengan menggunakan gadget, seperti ponsel
pintar dan lain sebagainya.
Milenial mempunyai sisi positif dan negatif. Salah satu aspek negatif generasi Milenial
adalah mereka egois. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 mendukung hal tersebut.

Studi ini menunjukkan bahwa sebagian besar generasi Milenial adalah orang-orang yang
egois, menjadikan perhatian utama mereka atau egois. Karena ciri-ciri tersebut, generasi Milenial
sering disebut sebagai generasi narsistik berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan Howe dan Strauss.

Perilaku phubbing di era milenial ini dapat diminimalisir dengan cara seseorang diajak
keluar ngobrol tanpa adanya handphone maksudnya yaitu ketika kita ngobrol jauhkan handphone
dari seseorang tersebut diperbolehkan mereka menggunakan handphone ketika ada panggilan
ataupun pesan-pesan penting yang mereka terima dari orang lain selain itu dilarang
menggunakan handphone ketika mengobrol ataupun berdiskusi dengan orang lain karena jika
dibiarkan perilaku phubbing akan terus tersebar di era milenial ini terus khususnya di desa
rambipuji untuk anak-anak biasanya orang tua tidak memberikan kuota internet kepada mereka
agar mereka dapat berbaur dengan lingkungan sekitar bermain selayaknya anak-anak karena jika
orang tua terus memberikan kuota internet maka anak-anak tersebut tidak akan berinteraksi
dengan sosial mereka akan asyik sendiri dengan gadgetnya sehingga menjadi kebiasaan mereka
untuk selalu diam di rumah dan tidak mengetahui apa yang terjadi di lingkungan sekitar.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka fokus penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana dampak yang terjadi pada orang yang sering melakukan phubbing ? Jelaskan !
2. Apakah ada penanganan secara umum dalam mengalami Phubbing pada Anak-anak dan
dewasa ? Apabila ada mohon jelaskan alasannya dan apabila tidak ada tolong jelaskan !
3. Apa saja fakor penyebab terjadinya perilaku Phubbing terhadap masyarakat desa
rambipuji Jember ?
4. Bagaimana perilaku Phubbing terjadi pada Masyarakat khususnya daerah rambipuji ?
5. Apakah ada penanganan secara proses konseling dalam mengalami perilaku phubbing
pada Masyarakat desa rambipuji? Apabila ada mohon jelaskan alasannya dan apabila
tidak ada tolong jelaskan juga !
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas maka tujuan penelitian yang seharusnya kita ketahui ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang terjadi ketika masyarakt di desa rambipuji terlalu sering
melakukan phubbing.
2. Untuk mengetahui apakah ada penanganan secara umum untuk Masyarakat didesa tersebut mengenai
perilaku phubbing.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya Phubbing di era milenial .
4. Untuk mengetahui bagaimana Phubbing terjadi pada Masyarakat desa rambipuji
5. Untuk mengetahui apakah ada penanganan secara konseling ketika mengalami phubbing pada Masyarakat
didesa rambipuji,

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan untuk menambah ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi para pembaca dan memberikan informasi mengenai analisis perilaku phubbing era
milenial di Desa Kaliputih Rambipuji Jember serta memberikan penjelasan tertulis mengenai fokus
penelitian lebih lanjut. Demikian pembahasan yang akan saya sampaikan semoga dapat memudahkan
para pembaca yang ingin menggunakan materi yang saya sertakan dalam pembahasan nanti.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti
Dapat menambah dan memberikan ilmu dan wawasan wawasan yang bermanfaat bagi peneliti. Dan
juga manfaat bagi peneliti yaitu mendapatkan saran yang positif demi kesempurnaan penulisan hasil
penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti.dan ada juga manfaat bagi peneliti yaitu mengenai
penulisan dan penyusunan proposal yang masih kurang tepat sehingga perlu mendapatkan masukan
masukan mengenai penulisan proposal ini.

b. Bagi Pembaca

Manfaat bagi pembaca yaitu untuk mengetahui beberapa penjelasan yang tepat untuk dipelajari agar
mendapatkan informasi yang berdasarkan fakta mengenai analisis phubbing di era milenial agar
pembaca mengetahui bagaimana bahayanya ketika berkomunikasi tidak adanya empati dan respon
dari lawan yang diajak bicara.

c. Bagi Dosen

Untuk menambahkan ilmu dan pembahasan pembelajaran mengenai materi yang sudah dijelaskan
oleh penulis yang ada sangkut pautnya mengenai perilaku phubbing di era milenial yang bertempatan
didesa rambipuji jember.
E. Definisi Istilah

Penilaian ini berjudul "Analisis Perilaku Phubbing di Era Milenial di desa kaliputih rambipuji
Jember" sebagai Analisis untuk meminimalisir kesalahan penafsiran judul dan berikut ini akan diuraikan
secara singkat definisi istilah mengenai judul yang sudah dicantumkan.

1. Perilaku
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam melakukan respon
terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan suatu kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini.
1
Perilaku manusia pada hakikatnya yaitu tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang diamati
maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dengan
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku juga dapat dimengerti secara rasional ataupun
dapat diartikan secara rasional artinya perilaku sama dengan respon seseorang terhadap rangsangan
dari luar subjek tersebut.
2. Phubbing (phone and snubbing)
Phubbing yaitu sikap seseorang yang lebih mementingkan diri pada smartphone yang digenggamnya
ketika sedang berinteraksi dengan orang lain. Perilaku phubbing menjadi gejala sosial yang dapat
mengganggu kenyamanan saat proses komunikasi. Seorang komunikator (pengirim pesan) ataupun
komunikan (penerima pesan) akan terganggu dengan aktivitas salah satu pihak yang seolah-olah
memperhatikannya padahal tidak demikian maksudnya yaitu entah si komunikator ataupun
komunikan lebih asik sendiri bermain HP-nya. Hal ini termasuk sebuah penyimpangan dalam etika
berkomunikasi dan dapat merusak hubungan yang harmonis antara komunikator dengan komunikan.
3. Milenial
Generasi Milenial, juga disebut sebagai Gen Y, muncul setelah Generasi X dan merupakan kelompok
demografis yang tidak memiliki kerangka waktu pasti mengenai awal dan akhir generasi. Namun
demikian, sebagian besar peneliti dan pakar biasanya menggunakan garis waktu untuk
mengklasifikasikan generasi milenial, mulai dari awal tahun 1980an hingga awal tahun 2000an. Hal
ini membedakan mereka dari generasi sebelumnya dan era tertentu.
1
Triwibowo 2015
Generasi Langgas (Millennials) atau biasanya disebut juga generasi Y, Netters, dan Nexters
merupakan generasi yang berkembang dimana banyak inovasi-inovasi ilmu teknologi informasi.
Menurut Haroviz (2012), generasi Y atau yang disebut sebagai ggenerasi millenial adalah
sekelompok anak-anak muda yang lahir pada awal tahun 1980 hingga awal tahun 2000 an.
Generasi ini juga nyaman dengan keberagaman, teknologi, dan komunikasi online untuk tetap
terkoneksi dengan teman-temanya. Menurut Choi et al (dalam Onibala, 2017) generasi ini lebih
fleksibel terhadap hal-hal yang baru dan segala kemungkinan yang mungkin terjadi, sehingga
sering digambarkan sebagai generasi yang sangat nyaman dengan perubahan.

Generasi millenal ini sangat menaruh harapan yang tinggi serta mencari makna kerja terhadap
pekerjaan yang mereka lakukan Choi et al (dalam Onibala, 2017). Generasi ini rata-rata akan
berganti pekerjaan sampai dua puluh kali semasa hidup mereka, dibandingkan dengan para
tradisionalis yang bekerja pada pemberi kerja yang sama sampai mereka pensiun.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu
Kajian terhadap penelitian terdahulu disini sangat penting dan dapat dijadikan acuan bagi peneliti
untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan peneliti lakukan dengan
penelitian terdahulu, sehingga tidak terjadi duplikasi dan peniruan terhadap karya tulis. di masa
depan. , berdasarkan 4 penelitian terdahulu terkait “Analisis Perilaku phubbing di era milenial
didesa rambipuji jember”. Berikut beberapa penelitian yang ditulis oleh peneliti lain, antara lain:

a. Penelitian menurut Ita Musfirowati Hanika dengan jurnal berjudul “ Fenomena Phubbing
diera milenial” tahun 2015. Fokus penelitian dari jurnal ini yaitu Sebagai kata baru,
phubbing merupakan sebuah kata singkatan dari phone dan snubbing yang digunakan untuk
menunjukan sikap menyakiti lawan bicara dengan menggunakan smartphone yang
berlebihan. Realitas ini tentunya tidak bisa dihindari oleh masyarakat modern yang tinggal di
perkotaan sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menyebabkan
seseorang bisa menjadi phubber dan bagaimana implikasinya terhadap komunikasi antar
personal. Walaupun sebagian besar responden belum mengetahui nama tersebut tetapi
mereka pernah melakukan phubbing karena berbagai alasan tanpa meminta izin terlebih
dahulu kepada lawan bicaranya. Hal ini dilatarbelakangi oleh ketergantungan seseorang
terhadap smartphone dan menimbulkan kecemasan berlebihan jika tidak menggunakan
perangkat tersebut. Temuan lain juga mengungkapkan bahwa sekalipun responden
melakukan phubbing ternyata mereka juga merasa terganggu jika orang lain melakukan hal
serupa.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah polling. Polling adalah
suatu kerja pengumpulan pendapat umum dengan menggunakan teknik dan prosedur ilmiah.
Cellinda C. Lake (dalam Eriyanto, 1999: 75-76) mendefinisikan polling sebagai cara
sitematis, ilmiah dan terpercaya, mengumpulkan informasi dari sampel orang yang
digunakan untuk menggeneralisasikan pada kelompok atau populasi yang lebih luas
darimana sampel itu diambil. Dalam hal ini, desain penelitian polling merupakan suatu
pengukuran pada satu waktu untuk mengetahui sikap, perilaku, kepercayaan, dan hubungan
diantara semua parameter. Penelitian ini merupakan tipe penelitian non-generalisasi karena
penelitian hanya menjelaskan sampel penelitian. Penelitian bertujuan digunakan untuk
mendeskripsikan keadaan tertentu dengan menggunakan sampel yang memiliki karakteristik
tertentu sehingga pemilihan sampel bukan didasarkan atas pertimbangan hukum matematis
tetapi karena subjektifitas peneliti.
b. Selanjutnya dilakukan penelitian oleh Abdullah Syifa dengan judul “ Intensitas
penggunaan smartphone, prokrastinasi akademik, dan perilaku phubbing Mahasiswa”
yang ditulis pada tahun 2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif dengan
desain multivariate analysis of variance. Pendekatan kuantitatif dipilih dengan dasar
bahwa pendekatan ini menggunakan data yang berupa angka dan dikonstruksikan dalam
bentuk rata-rata keragaman dan juga rata-rata frekuensi hingga akhirnya dilakukan
generalisasi atas kesimpulan dari peneliti (Kartowagiran, 2015). Penggunaan desain
multivariate analysis of variance karena dalam penelitian ini menggunakan variabel
terikat yang lebih dari satu. Kesimpulan yang peneliti tulis yaitu Hasil penelitian ini
memberikan kesimpulan kepada Program Studi Psikologi Islam diantaranya pertama, ada
pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap perilaku prokrastinasi akademik dan
perilaku phubbing mahasiswa secara simultan. Kedua, intensitas penggunaan smartphone
mempengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa sebesar. Ketiga, intensitas penggunaan
smartphone dapat juga mempengaruhi perilaku phubbing mahasiswa. Peneliti
memberikan wacana solusi atas fenomena tersebut pertama, perlunya memberikan arahan
yang baik dalam penggunaan smartphone di kalangan mahasiswa, misalnya sebagai
penunjang dalam aktivitas pada proses belajar mengajar di pekuliahan tatap muka. Kedua,
pihak fakultas ataupun program studi sedapat mungkin menempatkan motivasi sebagai
prioritas dalam pembelajaran selama perkuliahan. Ketiga, perlunya untuk menyediakan
layanan bimbingan konseling kepada mahasiswa, secara berkala dan terbuka bagi mereka
yang mengalami perilaku negatif yang dapat mengganggu aktivitas akademik mahasiswa.
c. Peneliti yang ketiga yaitu oleh Eduardo Taufik, Suzy Yusna Dewi, dan Hikmah Muktamiroh
dengan judul penelitian yaitu “Hubungan kecanduan Smartphone Dengan Kecenderungan
Perilaku Phubbing Pada Remaja Di SMAN 34 Jakarta Selatan” dengan dibentuk pada tahun
2020. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antarvariabel dengan pengujian hipotesis serta
menggunakan pendekatan cross sectional yang mempelajari dinamika korelasi antara
paparan atau faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi, atau
pengumpulan data yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel bebas dan
tergantung hanya satu kali pada satu saat. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dijabarkan, dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar remaja SMAN 34 Jakarta memiliki tingkat kecanduan smartphone
derajat sedang (57%), tingkat perilaku phubbing derajat sedang (51%), serta dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kecanduan smartphone dengan perilaku
phubbing pada remaja di SMAN 34 Jakarta Selatan.
d. Peneliti yang selanjutnya yaitu Lusia Henny Mariati, Maria Oktasinai Sema dengan judul
penelitian HUBUNGAN PERILAKU PHUBBING DENGAN PROSES INTERAKSI
SOSIAL MAHASISWA DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KATOLIK
INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitia
analitis survey dengan desain penelitian cross sectional yang merupakan penelitian yang
dilakukan pada waktu yang simultan pada satu waktu atau sekali waktu (Hidayat, 2017).
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Kesehatan UNIKA Santu Paulus Ruteng pada
tahun 2019.Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa yang aktif di fakultas Ilmu
Kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa paling banyak mahasiswa
berperilaku phubbing, proses interaksi sosial paling banyak yang mengalami interaksi sosial
terganggu. Hubungaan kedua variable yakni terdapat hubungan yang bermakna antara
perilaku phubbing dengan proses interkasi sosial mahasiswa di Fakultas Ilmu Kesehatan
UNIKA Santu Paulus Ruteng.

2. Kajian Teori
1. Perilaku
a. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan seluruh wujud biologis individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku yang paling nyata hingga perilaku yang tidak terlihat,
dari perilaku yang dirasakan hingga perilaku yang tidak dapat dirasakan. Perilaku
merupakan hasil berbagai pengalaman dan interaksi antara manusia dengan
lingkungannya, dan diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.
2
Perilaku merupakan reaksi/respon individu terhadap rangsangan dari luar atau dalam
diri. Sedangkan perilaku adalah perilaku yang dapat diamati dengan frekuensi, durasi,
dan tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak. Perilaku adalah kumpulan faktor yang
saling berinteraksi. satu sama lain. Ada dua jenis tanggapan, yaitu:

1. Respon yang diwawancarai atau reflektif

Ini adalah reaksi terhadap rangsangan tertentu. Respon yang biasanya dihasilkan
relatif tetap, disebut juga stimulus pemicu.
2. Operan respon

Respon operan atau instrumental muncul dan berkembang, diikuti dengan


rangsangan atau bentuk rangsangan lain yang menguatkan. Rangsangan perilaku
disebut rangsangan penguat dan fungsinya untuk memperkuat respon. Misalnya,
pekerja kesehatan berhasil karena mereka mendapat gaji yang cukup, dan pekerjaan
baik mereka menjadi insentif untuk promosi.3
2
Java, S. S. (1991). Bab 2 (pp. 1–7).

3
Mariati, L. H., & Sema, M. O. (2019). Hubungan perilaku phubbing dengan proses kesehatan Universitas Katolik
Indonesia Santu Paulus Ruteng. Jurnal Wawasan Kesehatan, 4(2), 51–55.
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana(2015):

1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf,
2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
3. Perilaku tampak dan tidak tampak,
4. Perilaku sederhana dan kompleks,
5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

 Bentuk-bentuk perilaku

Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus,


maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua. 4

- Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau


tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada
seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
- Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

- Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam


Notoatmodjo, 2007) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi
oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor
diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.

4
Syawalludin, M. (2018). 済無 Bab Ii. In Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. (Issue 2015,
pp. 5–24).
Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal
ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
tingkatan (Notoatmodjo, 2007). Untuk lebih jelasnya, bahasan
tentang pengetahuan akan dibahas pada bab berikutnya.
a. Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu
predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang,
ide atau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive,
affective danbehavior (dalam Linggasari, 2008). Terdapat tiga
komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor lingkungan
kerja, sebagai berikut:
1) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau
perasaan.
2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-
keyakinan evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau
kesan baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek
atau orang tertentu.
3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan
kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap
seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu (Winardi,
2004).
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu: menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.Merespon
(responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggungjawab (responsible),
bertanggungjawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling
tinggi manurut Notoatmodjo(2011).
11

2. Phubbing
Phubbing merupakan kependekan dari phone snubbing, dan menurut Haigh diartikan sebagai
“perilaku yang merugikan orang lain saat berinteraksi sosial karena mereka lebih fokus pada
ponsel pintarnya.” Phubbing merupakan istilah baru yang muncul akibat penggunaan ponsel
berlebihan. telepon selular. Pada tahun 2012, biro iklan McCann memperkenalkan istilah
hunker down dalam kampanye yang bertujuan untuk mencegah orang sibuk menggunakan
ponsel sambil berinteraksi dengan orang lain. Sejak itu, kata "phubbing" secara resmi
dimasukkan dalam Kamus Macquarie.Sebagai kata baru, "phubbing" juga berasal dari kata
"pubertas". Istilah "bowhead" mengacu pada perilaku manusia. Pada saat yang sama, istilah
"pubertas" ditujukan kepada pelakunya. Dengan demikian, maraknya fenomena phubbing di
tengah masyarakat dapat disebabkan oleh yang disebabkan oleh para phubber yang harus
menggunakan smartphone secara berlebihan, yang menjadikan mereka ketergantungan
terhadap smartphone.5 Mengenai hal tersebut telah dijelaskan oleh Marshal McLuhan yang
mengatakan bahwa, “pada saat manusia menemukan sarana komunikasi baru, tidak saja
menciptakan peralatan baru komunikasi massa, namun juga merubah esensi dari komunikasi
massa itu sendiri. Aktivitas phubbing yang sering terjadi pada masyarakat saat ini salah
satunya diakibatkan oleh adanya smartphone. Kehadiran smartphone pada hakikatnya
bertujuan untuk membantu memperlancar aktivitas manusia , salah satunya dalam memenuhi
kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok. Berkat smartphone, orang bisa dengan mudah
mendapatkan semua yang diinginkannya tanpa menyita banyak waktu. Keunggulan
smartphone yang didukung internet menarik perhatian banyak orang untuk memilikinya.
Masyarakat pada umumnya cenderung memiliki anak hingga lanjut usia. Smartphone
memberikan akses ke dunia digital yang belum pernah tersedia di dunia nyata. Faktanya,
orang-orang saat ini menghabiskan lebih banyak waktu di ponsel cerdas mereka
dibandingkan mengobrol dengan orang-orang yang menggunakannya.
Kehadiran smartphone mampu memberikan perasaan kepada penggunanya, misalnya dalam
dunia suka video atau game lucu. Akibatnya pengguna smartphone harus menjadi
ketergantungan dan kesulitan melepaskan smartphone-nya. Apalagi saat ini smartphone
banyak digunakan sebagai alat kelangsungan hidup masyarakat tertentu, seperti tukang ojek
online, belanja online, dan lain-lain. Aktivitas ini memungkinkan pengguna ponsel cerdas
untuk tidak lepas darinya dan terus menggunakannya kapan saja dan di mana saja. Saat ini
penggunaan smartphone cenderung banyak melakukan aktivitas phubbing. Phubbing yang
terjadi cenderung melalui kebiasaan menggunakan smartphone sepanjang waktu. Kebiasaan

5
Eduardo Taufiq. (2017). “Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kecenderungan Perilaku Phubbing pada
Remaja di SMAN 34 Jakarta Selatan”. Universitas Pembangunan Nasional Veteren Jakarta, Indonesia. Hal. 327
12

tersebut antara lain bermain game atau melalui media sosial. Game dan media sosial
cenderung membuat banyak orang kecanduan smartphone. Orang biasanya mengakses game
dan jaringan untuk mengisi waktu luang mereka. Kebiasaan bermain game dan aktivitas
media sosial pada akhirnya cenderung membuat orang kecanduan dengan smartphone
mereka. Ketika seseorang sibuk dengan smartphone mereka, prioritas utama mereka
cenderung menjadi smartphone mereka di atas segalanya. Misalnya, saat bermain dengan
teman, mengerjakan tugas, mengemudi atau belajar, sesekali waktu disempatkan untuk
melihat atau menggunakan smartphone. Memang, sebagian kecil pengguna smartphone
cenderung mengalami kecanduan dan perilaku phubbing.6

Penyebab seseorang beraktivitas phubbing secara umum yang peneliti peroleh


melalui wawancara dengan beberapa informan berdasarkan data yang terkumpul, salah
satunya menurut warga yang beranama Romy yang mengatakan, .
“Menurut saya phubbing tidak baik karna sibuk sendirikan jadi kayak mengabaikan teman
begitu. Biasanya kalau saya melakukan phubbing karena ceritanya kurang menarik atau lagi
malas cerita saja. Kalau saya bilang sudah jangan ajak bicara saya ya tidak enak juga. Kalau
lagi malas bicara ya main game sama chating atau mengecek media sosial. Tujuanya ya untuk
menghibur diri kecuali kalau penting. Ya susah juga kalau mau tinggalkan smartphone karena
saya rasa sudah terbiasa atau mungkin kecanduan juga”

3. Milenial
Generasi milenial, atau yang lebih sering disebut sebagai Generasi Y, Netters, atau Nexters,
adalah generasi yang sedang tumbuh dengan banyak inovasi dalam teknologi informasi
Menurut Haroviz (2012), Generasi Y atau Generasi Milenial adalah sekelompok anak muda
yang lahir antara awal 1980-an dan awal 2000-an. Menurut Haroviz (2012), Generasi Y atau
Generasi Milenial adalah sekelompok anak muda yang lahir antara awal 1980-an hingga awal
2000-an. Generasi ini juga terbiasa dengan keberagaman, teknologi dan komunikasi online
untuk tetap terhubung dengan teman-teman, menurut Choi et al (dalam Onibala, 2017),
generasi ini lebih fleksibel terhadap hal-hal baru dan segala kemungkinan yang dapat terjadi,
sehingga mereka sangat nyaman dengan perubahan. sering digambarkan sebagai generasi
yang lebih nyaman dengan perubahan.Generasi milenial ini memiliki ekspektasi yang tinggi
dan mencari makna dalam pekerjaannya Choi et al (dalam Onibala, 2017). Generasi ini
berganti pekerjaan rata-rata 20 kali dalam seumur hidup mereka, dibandingkan dengan
generasi tradisionalis yang bekerja pada perusahaan yang sama hingga pensiun. Generasi Y
6
Abdullah Syifa. (2020). “Intensitas Penggunaan Smartphone, Prokrastinasi akademik, dan Perilaku Phubbing
Mahasiswa”. IAIN Pontianak . Hal. 86 - 87
13

tidak memiliki loyalitas.Mereka lebih merasakan kesetiaan pada teman-teman mereka


daripada kesetiaan pada perusahaan. Generasi milenial akan terus bertahan di sebuah
perusahaan ketika mereka merasa bahwa atasan dan kolega mereka seperti teman
mereka.Menurut Kapoor & Solomon (Amin et al., 2018), generasi milenial ingin selalu
berhubungan dengan atasan mereka, termasuk melalui email dan pesan singkat. Selain itu,
karena generasi ini cenderung spontan, interaktif, dan ingin ide-ide mereka didengarkan, gaya
kepemimpinan yang efektif adalah gaya kepemimpinan yang kolaboratif, tidak hierarkis, dan
transparan. Transparansi sangat penting untuk membangun dan memelihara hubungan
manajemen dan karyawan saat ini. Definisi di atas menunjukkan bahwa Generasi Y adalah
sekelompok individu yang lahir antara tahun 1980 hingga awal 2000-an, tumbuh di era
teknologi dan komunikasi online. Generasi ini lebih fleksibel terhadap hal-hal baru dan segala
kemungkinan di masa depan dan dalam hal pekerjaan, generasi milenial memiliki ekspektasi
yang tinggi dan mencari makna dalam pekerjaan mereka.

 Karakteristik Generasi Millenial

Menurut Kapoor & Solomon (dalam Amin dkk, 2018) beberapa karakteristik generasi Y
diantaranya:

1. Mempunyai keinginan untuk memimpin, dan sangat memperhatikan


profesionalisme.

2. Dapat melakukan beberapa hal, selalu mencari tantangan kreatif dan memandang kolega
sebagai sumber yang dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Mereka membutuhkan
tantangan untuk mencegah kebosanan.
3. Mereka membutuhkan keseimbangan dan fleksibilitas dalam berkerja, serta work-
life balance.

4. Millenial tidak segan untuk meninggalkan pekerjaan mereka bila hal itu tidak
membuatnya bahagia.

Menurut Lancester & Still (dalam Putra, 2016), membagi karakteristik generasi millenial menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut:
14

 Sikap (Attitude)
Generasi millenial cenderung bersikap realistis dalam memandang suatu kejadian yang terjadi di dalam
kehidupan.

 Pandangan secara menyeluruh (Overview)


Generasi millenial sangat menghargai perbedaan, lebih memilih bekerja sama dari pada menerima perintah,
serta memecahkan permasalahan secara pragmatis.

 Kebiasaan Kerja (Work Habits)


Generasi millenial memiliki rasa optimis yang tinggi, fokus terhadap prestasi, memiliki kepercayaan diri
yang tinggi, percaya pada nilai-nilai moral dan sosial, serta menghargai adanya keragaman.7

7
Yoga Rabbani. (2019). “Fenomena Phubbing pada Mahasiswa Universitas Islam Riau Fakultas Ilmu Komunikasi”.
Universitas Islam Riau Pekan Baru. Hal 54 - 55
15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu penelitian


berdasarkan teori-teori dan data informasi dari hasil wawancara terhadap
Masyarakat/warga yang melakukan phubbing di desa rambipuji. Wawancara yang
digunakan disini secara terstruktur sehingga peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan
mengenai pembahasan yang akan di pertanyakan pada narasumber. Jenis penelitian
yang digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Dengan jenis pengumpulan data
dilakukannya wawancara, dokumentasi, kata – kata yang tepat bagi penulisan hasil
penelitian ini.

Maka dari itu penelitian ini peneliti mendeskripsikan fokus penelitian yaitu analisis
perilaku phubbing di era milenial didesa rambipuji jember.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di desa darunga rambipuji karena banyak sekali Masyarakat
ataupun warga bahkan satu keluarga melakukan aktifutas phubbing di daerah tersebut.
Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian didaerah tersebut karena sangat menarik
perhatian untuk diteliti lebih dalam.

3. Subyek Penelitian

Pada peneliti ini, ada beberapa sumber data yang diperoleh guna memperkuat
penelitian ini, data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dibagi menjadi salah satu
sumber data yang konkrit yakni tertuju pada salah satu warga yang anggota
keluarganya sering melakukan phubbing didaerah tersebut yang mengetahui beberapa
hal mengenai phubbing agar tidak menimbulkan berita mitos atau hoax yang terjadi.
Menurut salah warga didesa tersebut ini yaitu ketika melakukan kumpul dengan
keluarga ia sering sekali asik sendiri dengan gadgetnya entah itu bermain game, scroll
16

tiktok, Instagram dan lain lain, ketika diajak bicara seolah olah ia menanggapi padahal
ia tidak menanggapi atau dengan kata lain masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
4. Teknik Pengimpulan Data

Teknik pengumpulan data disini sudah saya (peneliti) cantukan diatas dengan
menggunakan beberapa media yang dilakukan yaitu wawancara, dokumentasi, dan
kata kata yang terucapkan demi memberikan informasi yang konkrit berjalannya
pembahasan berikutnya mengenai judul yang saya buat.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, kata – kata maupun dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori yang tepat pada bagiannya masing masing
untuk memperjelas hasil tersebut. Berikut tabel mengenai analisis data :

6. Keabsahan Data
17

Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi teknik yaitu menguji kreadibilitas
data yang dilakukan dalam proses penelitian berlangsung dengan mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

7. Tahap-tahap Penelitian

Penulis penelitian ini melakukan beberapa tahap penelitian kualitatif biasanya


dibagikan menjadi tiga kategori yaitu Tahap Persiapan, yang artinya menyiapkan
beberapa macam yang perlu untuk di bawa agar tidak ada yang tertinggal contohnya
yaitu penulisan wawancara terstruktur, Kedua, Tahap Pelaksanaan yaitu proses
penelitian mengenai yang perlu ditanyakan dan memahami kondisi lapang yang
sangat diperlukan. Ketiga, tahap penyelesaian artinya proses penelitian telah diakhiri
tanpa harus menanyakan beberapa hal yang harus dipertanyakan mengenai penelitian.
18

DAFTAR PUSTAKA

Java, S. S. (1991). Bab 2 (pp. 1–7).


Mariati, L. H., & Sema, M. O. (2019). Hubungan perilaku phubbing dengan proses kesehatan
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Jurnal Wawasan Kesehatan, 4(2),
51–55.
Syawalludin, M. (2018). 済無 Bab Ii. In Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952. (Issue 2015, pp. 5–24). http://repository.unpas.ac.id/35637/1/bab II.doc
Eduardo Taufiq. (2017). “Hubungan Kecanduan Smartphone dengan Kecenderungan
Perilaku Phubbing pada Remaja di SMAN 34 Jakarta Selatan”. Universitas
Pembangunan Nasional Veteren Jakarta, Indonesia. Hal. 327
Abdullah Syifa. (2020). “Intensitas Penggunaan Smartphone, Prokrastinasi akademik, dan
Perilaku Phubbing Mahasiswa”. IAIN Pontianak . Hal. 86 - 87
Ita Musfirowati Hanika. (2015). “ Fenomena Phubbing di Era Milenia (ketergantungan
seseorang pada smartphone terhadap lingkungan”. UNDIP. Hal 44 - 45
Yoga Rabbani. (2019). “Fenomena Phubbing pada Mahasiswa Universitas Islam Riau
Fakultas Ilmu Komunikasi”. Universitas Islam Riau Pekan Baru. Hal 54 – 55

Anda mungkin juga menyukai