Anda di halaman 1dari 11

ESSAI KETRAMPILAN DAN KOMUNIKASI

PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP


KEHIDUPAN SOSIAL REMAJA MASA KINI
Bagaimana teknologi seperti gadget berpengaruh
terhadap interaksi sosial sehari-hari
pada remaja?

NAMA ANGGOTA:

Yusuf Thol’at 111511133149

Maria Febiola 111711133063

Laili Faristin Sukma 111711133074

Theresia Christina O 111711133198

Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
Surabaya 2018
PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP
KEHIDUPAN SOSIAL REMAJA MASA KINI
Bagaimana teknologi seperti gadget berpengaruh
terhadap interaksi sosial sehari-hari
pada remaja?

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat


pada berbagai bidang terutama dalam bidang komunikasi. Berbagai inovasi
muncul dengan keunggulannya masing-masing yang bertujuan untuk
memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Namun tidak
hanya pada bidang komunikasi, seperti yang dilansir dalam sebuah artikel pada
CNN Tech (Heather Kelly, Kaya Yurieff, 2018), mengenai beberapa perangkat
yang dengan kecanggihan teknologinya mulai diciptakan untuk masa depan.
Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini sehingga banyak muncul
inovasi-inovasi dalam berbagai bidang, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
masyarakat secara umum juga mengikuti kemajuan teknologi yang ada. Sehingga
penggunaan perangkat-perangkat yang terhubung dengan akses internet pun juga
semakin meningkat.
Di Indonesia saja sebanyak lebih dari 100 juta orang merupakan pengguna
aktif gadget maupun smartphone (Rahmayani, 2015). Dengan jumlah sebanyak
itu maka tak jarang pula masyarakat memilih untuk lebih aktif memanfaatkan
sarana atau perangkat seperti gadget maupun smartphone dalam menjalankan
kehidupan sehari-harinya. Sehingga tak sedikit dijumpai bahkan dapat dilihat pada
lingkungan sekitar kita orang-orang lebih sering terpaku pada smartphone
masing-masing daripada berinteraksi satu sama lain. Dengan kata lain, gadget
dapat membatasi dan mengurangi interaksi sosial yang terjadi, karena pengguna
gadget lebih memilih berkomunikasi melalui gadget masing-masing daripada
berinteraksi atau berkomunikasi secara langsung dengan orang-orang yang
dijumpainya (pembaruan, 2016).
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tentunya
membutuhkan orang lain dalam kehidupan sehari-harinya. Maka dari itu, manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari komunikasi. Komunikasi
merupakan suatu proses yang terjadi antara dua individu atau lebih untuk
menerima dan mengirim pesan (Ivony, 2017). Menurut salah satu tokoh psikologi
yang bernama Skinner, komunikasi merupakan perilaku verbal atau simbolik
dimana pengirimnya berusaha mendapatkan efek yang dikehendakinya dari
penerima (Ivony, 2017). Maka dengan adanya komunikasi dapat terjadi interaksi
sosial yang terjalin antara dua orang atau lebih. Sedangkan interaksi sosial
merupakan hubungan timbal balik dua individu atau lebih dengan pihak-pihak
yang terlibat berperan secara aktif saling mempengaruhi.
Namun dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin berkembang
saat ini, interaksi sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
perlahan-lahan mulai berkurang. Meskipun tidak semua orang, tetapi sebagian
besar terutama pengguna gadget maupun smartphone lebih banyak meluangkan
waktu mereka untuk tenggelam dalam kesibukan dengan smartphone masing-
masing. Gadget dapat merubah makna dari “kesendirian”. Kesendirian itu dapat
menjadi suatu suasana yang lebih ramai dan hidup. Dengan satu gadget yang
canggih saja bisa mendengarkan musik, bermain games, internet, foto-foto,
menonton video, dan lain-lain meskipun berada dalam satu ruangan sendirian
tanpa ada apapun. Menurut sebuat penelitian, Indonesia merupakan pengguna
smartphone nomor satu di dunia dengan penggunaan rata-rata 2,5 jam per harinya
(BBC, 2014). Terbukti dari data statistik Asosiasi Jasa Internet Indonesia (APJII)
tentang jumlah pengguna internet di Indonesia yang terus menerus mengalami
peningkatan. Pengguna internet mulai dari 512.000 pengguna di tahun 1998, kini
meningkat drastis menjadi 132.000.000 pengguna (Qomariyah, 2009). Maka dari
itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sendiri memberikan dampak bagi
kehidupan sosial masyarakat terutama dari penggunaan gadget atau smartphone
pada berbagai kalangan tak terkecuali kalangan remaja.
Menurut Sarwono, remaja merupakan individu yang berada pada tahap
krisis identitas, mereka cenderung akan selalu mencari-cari tahu tantang hal-hal
baru dan mencobanya. Mereka sangat mudah terkena pengaruh dari lingkungan
sekitarnya dan teman sebaya. Pada tahap remaja, tidak dapat dipisahkan dengan
kata “ego”, remaja dengan rasa keingintahuan yang tinggi terus mengembangkan
pikiran-pikirannya tanpa ada pengendalian ego yang matang. Sehingga internet
dianggap suatu hal yang dapat memenuhi segala rasa keingintahuannya. Dengan
begitu dapat menjadi landasan pemikiran mengapa remaja sangatlah antusias
dengan internet dan menjadi tidak dapat melepaskan diri dari internet tanpa
memikirkan dampak positif maupun negatifnya.
Penggunaan gadget atau smartphone memberikan pengaruh secara
psikologis terhadap interaksi sosial pada remaja saat ini. Dengan semakin
banyaknya jumlah kalangan remaja yang terpaku pada gadget atau smartphone,
maka akan semakin membatasi ruang mereka untuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi
psikologis individu tersebut secara sosial di masa yang akan datang. Pengguna
internet terutama remaja masih banyak yang belum mampu memilah aktivitas
internet yang membawa manfaat dan yang tidak, mereka pun cenderung mudah
terpengaruh dengan lingkungan sosial mereka tanpa memikirkan dampak positif
maupun negatif yang diterimanya. Dilihat dari perkembangan usianya, remaja
tingkat SMP dan SMA merupakan remaja awal yang sedang berada di dalam
krisis identitas, cenderung mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, selalu
ingin mencoba hal-hal baru, mudah terpengaruh dengan teman-teman sebayanya
(peer groups), dan juga mulai suka memperluas hubungan antara pribadi dan
berkomunikasi (Qomariyah, 2009).
Remaja lebih memilih menggunakan gadget atau smartphone untuk
berinteraksi dengan lingkungannya terutama teman sebayanya, dan jika interaksi
tersebut tidak ditanggapi maka remaja tersebut akan bertemu langsung dengan
orang yang dimaksud. Proses-proses interaksi yang terjadi melalui interaksi
menggunakan gadget dapat menjadi dua, proses asosiatif dan proses disasosiatif.
Proses asosiatif merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi
menggunakan gadget atau smartphone, seperti kebanyakan remaja yang
melakukan kerjasama mengerjakan tugas, pekerjaan rumah, maupun bertukar
informasi. Sedangkan proses disasosiatif yaitu konflik, tidak pernah ada konflik
yang serius, yang terjadi hanya sebatas perbedaan pendapat serta salah paham
yang dapat diselesaikan langsung oleh remaja (Harfiyanto, 2015).
Interaksi sosial dapat berguna bagi remaja dalam mengembangkan
pemikiran sosial, yang berkenaan dengan pengetahuan dan keyakinan mereka
tentang masalah hubungan dan keterampilan sosial. Namun, peningkatan jumlah
penggunaan gadget atau smartphone serta cara berkomunikasi yang berubah serta
memunculkan suatu kesenangan dalam penggunaan alat-alat teknologi guna
membantu dan mempermudah aktivitas manusia, tetapi disatu sisi penggunaan
teknologi yang semakin meningkat justru menurunkan intensitas hubungan
individu. Padahal, interaksi sosial yang terjadi lewat media membuat ikatan
solidaritas sosial masyarakat menjadi melemah (Harfiyanto, 2015). Interaksi
sosial yang dimaksud yaitu dimulai pada saat dua orang atau lebih saling
berkomunikasi menggunakan gadget atau smartphone. Remaja dapat melakukan
kegiatan saling menegur, tukar informasi, mengerjakan tugas dan saling
mengobrol. Aktivitas seperti itulah merupakan bentuk dari interaksi sosial.
Komunikasi menggunakan gadget atau smartphone tentunya mengubah aturan
yang sudah ada sebelumnya dan dapat membuat kualitas serta kuantitas
komunikasi tatap muka menurun. Remaja dalam kehidupan sehari-hari memang
tidak dapat lepas dari gadget atau smartphone. Gadget sebagai alat komunikasi
dapat digunakan remaja dalam berkomunikasi tanpa ada batasan waktu, karena di
tengah malam pun remaja dapat melakukan komunikasi dengan orang lain.
Dalam berinteraksi, remaja lebih memilih menggunakan gadget atau
smartphone karena dianggap lebih praktis, efisien, memperpendek jarak dan
mempercepat waktu serta memudahkan remaja agar tidak perlu repot datang ke
tempat seseorang yang dimaksud. Hal ini menunjukkan bahwa gadget telah
digunakan sebagai cara baru interaksi sosial terutama bagi pengguna aktif gadget
atau smartphone untuk bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman mereka.
Kehadiran gadget atau smartphone pun menjadikan perubahan perilaku remaja,
dimana ketika remaja sedang bergerombol atau berkerumun untuk sekedar
membicarakan suatu hal, tidak jarang mereka akan lebih asik dengan gadgetnya
daripada dengan orang yang ada di dekatnya. Ketika sedang berjalan pun asyik
sambil memainkan gadgetnya. Remaja hanya menunduk menatap gadget tanpa
menghiraukan lingkungan sekitar. Sehingga aksi tegur sapa, saling bercanda
dengan teman menjadi berkurang.
Kaitannya dengan hubungan sosial memang gadget atau smartphone
kurang memiliki suatu sumbangsih yang baik terhadap pengembangan kecerdasan
sosial remaja. Walaupun masih terdapat beberapa dampak positif dengan adanya
perkembangan teknologi namun dampak negatif yang ditimbulkan juga dirasa
lebih berdampak lebih besar. Karena kecerdasan sosial harus dibangun dari
adanya keterampilan sosial, dan keterampilan sosial berkembang atau didapat dari
seringnya remaja berinteraksi secara langsung atau tatap muka sedangkan ketika
menggunakan gadget unsur-unsur ketika berinteraksi secara langsung akan
berkurang.
Bisa dibilang remaja sudah memiliki ketergantungan terhadap gadget atau
teknologi lainnya. Ketergantungan ini membuat para remaja sulit lepas dari
gadget jenis ini, intensitas pemakaian di kalangan mereka dapat merubah pola
interaksi dengan teman sebayanya (Noormiyanto, 2018). Contohnya saja ketika
istirahat sekolah, anak-anak lebih memilih untuk memainkan gadgetnya daripada
bermain dengan teman-temannya. Selain itu, dengan kemajuan teknologi
mengakibatkan para remaja yang lebih memilih mengakses internet daripada pergi
ke perpustakaan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Pola interaksi
yang sudah berubah ini yang menyebabkan berubahnya juga kecerdasan serta
keterampilan sosial dari remaja masa kini.
Memang remaja dan internet bisa diibaratkan sebagai dua sisi mata koin
yang saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Apalagi di zaman sekarang ini,
semua kegiatan masyarakat dapat dengan mudah diakses melalui internet
menggunakan gadget atau smartphone masing-masing. Internet memiliki magnet
yang luar biasa dalam kehidupan manusia, mampu menarik manusia di pinggiran
kota sampai ke kota besar, dari kaum muda sampai tua tidak lepas terkena tarikan
magnetnya (Siti Nurina Hakim, 2017). Memang sangat benar apabila internet
membawa banyak perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Internet juga telah
sangat membantu mempermudah berbagai macam pekerjaan manusia.
Kemudahan-kemudahan itu terus diperbaharui sehingga kedepannya semakin
banyak lagi teknologi-teknologi yang bisa digunakan. Dengan adanya
perkembangan teknologi di dunia, manusia dituntut untuk selalu terbuka dan
mengikuti perkembangan teknologi supaya kehidupannya tidak tergerus oleh
zaman. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa masyarakat Indonesia sudah
termasuk terbuka dengan perkembangan jaman khususnya teknologi informasi
dan mengikuti segala tren serta ikut memanfaatkan kemudahan di dalamnya yang
sebagian besarnya merupakan remaja.
Teknologi dapat membawa kemudahan dan juga dapat menjadi sumber
masalah bagi individu, dan internet adalah salah satu contohnya. Problematic
Internet Use adalah istilah yang menunjukkan dampak negatif penggunaan
internet. Problematic Internet Use dikarakteristikan sebagai ketidakmampuan
individu dalam mengendalikan penggunaan internet yang akan menimbulkan
distress dan/atau ketidaknyamanan, serta penurunan fungsi kehidupan dari
aktivitas sehari-hari individu tersebut, baik secara sosial, pendidikan, pekerjaan,
maupun psikis (Fithria Wardanie, 2013). Penggunaan tersebut dapat juga menjadi
sebuah ketergantungan bagi remaja dengan gejala, antara lain penggunaan internet
secara berlebihan dan timbul unsur penarikan diri dari lingkungannya. Dari
penelitian yang dilakukan dapat ditemukan pengaruh dari lingkungan sosial yang
melibatkan keinginan untuk menarik diri dari lingkungan dan mencari
penggantinya yaitu ketergantungan terhadap internet. Apabila sudah mengarah
pada ketergantungan, hal ini berhubungan dengan kondisi psikis dimana
membutuhkan usaha yang lebih keras untuk memulihkan keadaan tersebut.
Ketergantungan pada internet ini sudah disebut “lingkaran setan” yang
sulit diputuskan. Efek dari keadaan tersebut bisa mempengaruhi kehidupan relasi
sosial individu para remaja. Dengan demikian, remaja dengan Problematic
Internet Use ini akan melihat internet sebagai suatu hal yang sangat berharga
sehingga merusak relasi sosial mereka. Individu dengan gangguan Problematic
Internet Use ini tidak selalu memiliki ciri-ciri yang sama, tetapi dapat
diperhatikan ciri utamanya yang seragam yaitu adanya proses kecemasan pada diri
individu tersebut bila tanpa gadget atau smartphonenya. Dengan adanya teknologi
membuat seseorang seperti membangun “tembok” tinggi untuk kehidupan
sosialnya, mereka akan terlihat nyaman dengan dirinya sendiri karena internet
telah membangun ruangan tersendiri yang dapat menghubungkan dirinya dengan
dunianya sendiri sehingga menyebabkan penurunan kemampuan sosial. Dengan
hal-hal di atas remaja akan mengurangi hubungan komunikasi secara langsung
dengan lingkungan sekitarnya dan secara otomatis bisa menimbulkan penurunan
kemampuan emosional remaja.
Mereka akan cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya dan
kehidupan sosial lainnya yang sungguh amat berbeda dengan remaja pada masa-
masa sebelumnya dengan tingkat kemampuan sosial yang tinggi. Remaja pada
masa-masa sebelumnya cenderung lebih perhatian dengan lingkungan sekitar
sehingga sisi emosional mereka bisa lebih terasa, sebagai contoh para remaja
beberapa tahun yang lalu lebih menyukai untuk berkumpul bersama berdiskusi
mengerjakan tugas-tugas atau bahkan hanya sekedar berbincang-bincang melepas
rindu dan bosan yang sekarang digantikan oleh fitur-fitur di dalam gadget atau
smartphone yang membuat mereka tidak perlu repot untuk berkumpul bersama
karena segala macam informasi dapat dengan mudah diakses sendiri untuk
mengerjakan tugas dan banyak pula permainan-permainan dalam internet yang
dapat menghilangkan bosan.
Individualis sudah menjadi trademark pada kehidupan remaja masa kini
yang justru jika diteruskan begitu saja akan menjadi monster yang mengerikan,
tidak hanya bagi individu atau kehidupan sosialnya saja tetapi dalam seluruh
aspek hidup manusia. Perkembangan teknologi bukanlah hal yang salah karena
perkembangan merupakan hal yang pasti dan dinamis. Respon tiap individu
sendiri yang harus lebih sadar dan kritis akan perubahan yang berlangsung.
Apabila kebiasaan ini terus berlanjut tanpa adanya penanganan yang baik oleh
para masyarakat, kehidupan sosial kita mungkin juga akan terancam dan
kesehatan mental para individu akan ikut terganggu.
Kesimpulan
Seiring dengan perkembangan jaman, semakin banyak teknologi yang
dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, baik itu berdampak positif ataupun
negatif. Salah satu teknologi tersebut adalah alat komunikasi atau gadget.
Penggunaan gadget di Indonesia sudah mencapai 100 juta pengguna aktif.
Sebagian besar diantaranya merupakan remaja. Remaja yang masih mencari
identitasnya akan sangat mudah dipengaruhi oleh perkembangan jaman. Oleh
karena itu, sebagian besar remaja lebih memilih menggunakan gadget untuk
berkomunikasi. Semakin mudahnya serta semakin menarik fitur-fitur dari gadget
ini seakan-akan membuat penggunanya menjadi kecanduan terhadap gadget. Hal
ini berdampak sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari. Salah satu dampak
yang dirasakan adalah interaksi dengan lingkungan sosial.
Remaja yang terlalu sering menggunakan gadget akan mengurangi
kecerdasan sosial dimana kecerdasan sosial ini akan mempengaruhi individu
dalam berinteraksi. Kecerdasan sosial membantu individu dalam berinteraksi
dengan teman sebaya, guru dan juga masyarakat serta mempunyai keberanian
untuk mengemukakan pendapat, dan sebagai bekal untuk kehidupan masa depan
yang lebih kompleks lagi (Saputra, et al., 2017). Remaja yang telah kecanduan
menggunakan gadget seperti telah membangun “tembok” dengan lingkungan
sosialnya. Mereka akan terlihat nyaman dengan dirinya sendiri karena internet dan
gadget telah membangun ruangan tersendiri yang dapat menghubungkan dirinya
dengan dunianya sendiri sehingga menyebabkan penurunan kemampuan sosial.
Seiring dengan penurunan kemampuan sosial ini, remaja sekarang memiliki
trademark yang lebih individualis. Oleh karena itu, diperlukan respon tiap
individu sendiri yang harus lebih sadar dan kritis akan perubahan yang
berlangsung. Apabila kebiasaan ini terus berlanjut tanpa adanya penanganan yang
baik oleh para masyarakat, kehidupan sosial kita mungkin juga akan terancam dan
kesehatan mental para individu akan ikut terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

BBC. (2014, Juni 5). BBC. Diambil kembali dari Orang Indonesia pengguna
ponsel nomor 1 di dunia:
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/06/140605_majalah_ponsel_
indonesia#orb-banner
belajarpsikologi. (t.thn.). Diambil kembali dari pengertian interaksi sosial:
http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/
Dewi, F. W. (n.d.). MAKNA INTERNET BAGI INDIVIDU DENGAN .
Fithria Wardanie, K. S. (2013). Makna Internet bagi Individu dengan Problematic
Internet Use. Jurnal Empati.
Harfiyanto, D. U. (2015). Pola Interaksi Sosial Siswa Pengguna Gadget Di Sma N
1 Semarang. Journal of Educational Social Studies, 4.
Heather Kelly, Kaya Yurieff. (2018, Januari 16). CNN Tech. Diambil kembali dari
17 cool gadgets that tease the future:
http://money.cnn.com/gallery/technology/2018/01/13/ces-2018-
gadgets/index.html
Ivony. (2017, September 23). Pakar komunikasi. Diambil kembali dari 35
Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli:
https://pakarkomunikasi.com/pengertian-komunikasi-menurut-para-ahli
Noormiyanto, F. (2018). Pengaruh Intensitas Anak Mengakses Gadget dan
Tingkat Kontrol Orang tua Anak terhadap Interaksi Sosial Anak SD Kelas
Tinggi di SD 1 Pasuruhan Kidul Kudus Jawa Tengah. Elementary School
(5).
pembaruan, s. (2016, Februari 1). Beritasatu. Diambil kembali dari gadget
menurunkan kualitas interaksi sosial:
http://sp.beritasatu.com/home/gadget-menurunkan-kualitas-interaksi-
sosial/107538
Qomariyah, A. N. (2009). Perilaku penggunaan internet pada kalangan remaja di
perkotaan.
Rahmayani, I. (2015, Oktober 2). Kementrian komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia. Diambil kembali dari Indonesia Raksasa Teknologi
Digital Asia: https://www.kominfo.go.id/content/detail/6095/indonesia-
raksasa-teknologi-digital-asia/0/sorotan_media
Saputra, G. W., Rivai, M. A., Su'udah, M., Wulandari, S. L., Dewi, T. R., &
Fitroh. (2017). Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kecerdasan
(Intelektual, Spiritual, Emosional, dan Sosial) Studi Kasus: Anak-anak.
Studia Informatika: Jurnal Sistem Informasi.
Siti Nurina Hakim, A. A. (2017). Remaja dan Internet. Prosiding SEMNAS
Penguatan Individu di Era Revolusi Informasi, (pp. 311-319).

Anda mungkin juga menyukai