Anda di halaman 1dari 37

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DALAM

PENGUNAAN SMARTPHONE ANAK DI KAMPUNG KEDUNG


MANGU SELATAN SURABAYA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Pelengkap Kurikulum
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Di Bidang Ilmu Komunikasi Studi Ilmu Komunikasi

OLEH
AHMAD HUMAIDI
2018700010

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS DR. SOETOMO
SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan gedget di kalangan anak-anak sering berdapak negatif,


karena anak-anak lebih cepat beradaptasi dengan teknologi yang ada.
sehingga anak-anak sering terlena dengan kecanggihan teknologi dan
bahkan anak anak sering kali lupa dengan kehidupan aktivitas sehari-
harinya seperti belajar, sekolah, bersosial, makan,dan tidur. Anak-anak
yang sering menggunakan teknologi, seringkali lupa dengan lingkungan
sekitarnya. Mereka lebih memilih berhadapan dengan teknologi
canggih yang mereka punya dibandingkan dengan bermain bersama
teman-teman di taman bermain atau di lingkungan sekitar tempat
tinggalnya. Sehingga komunikasi sosial antara anak dengan masyarakat
berkurang bahkan semakin luntur. orang tua berperan penting dalam
perkembangan komunikasi anak usia dini. Namun penggunaan
Smartphone pada anak-anak usia dini memunculkan berbagai pertayaan
seperti perlukah anak menggunakan gedget seperti keperluan telelpon,
sms, media sosial, aplikasi, game.
Petayaan tersebut muncul akibat banyaknya penyalah gunaan
Smartphone pada anak usia dini yang dinilai memiliki dua sisi, yaitu
sisi positif dan negatif karena akan mempengaruhi pekembangan anak.
Salah satu upaya orang tua dalam memberikan arahan dalam
membatasi penggunaan Smartphone yang di pakai anak,dan
mengarahkan anak untuk mengakses Smartphone dengan hal baik
seperti browsing sesuai umurnya seperti melihat vidio tontonan yang
pantas di tonton oleh anak-anak usia dini. Orang tua memiliki peranan
yang sangat penting dalam membesarkan anak. Tugas orang tua
melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan
memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak
dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan
pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang tua
kerena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda
corak dan sifatnya antara keluarga satu dengan keluarga yang lain.

Kali ini peneliti tertarik untuk membahas tentang Komunikasi


Interpesonal Orang tua Dalam Penggunaan Smartphone Anak Di
Kampung Kedung Mangu Selatan Surabaya.Masyarakat di daerah
Kedung Mangu Selatan menganggap dirinya tidak boleh tertinggal
perkembangan zaman terutama dalam hal teknologi. Karena hal itulah
yang menjadi salah satu penunjang kehidupan mereka. Mulai dari
kegiatan sehari-hari, banyak masyarakat kedung mangu selatan yang
menggunakan smartphone untuk pemenuhan kebutuhannya. Bahkan
banyak diantaranya orang tua yang memberikan smartphone kepada
anaknya secara cumacuma, Mereka dibebaskan untuk menggunakan
teknologi tersebut.
Dapat terlihat di Kampung Kedung Mangu Selatan penduduk dan
terutama Anak – anak telah dapat mengoperasikan smartphone dengan
lancar. Kebanyakan dari orang tua yang memberikan kebebasan
anaknya menggunakan smartphone, yaitu saat sang anak telah
memasuki usia 06-10 tahun. Hal ini sesuai dengan kategori peneliti
yang akan melakukan penelitian tentang anak pecandu smartphone,
dimana kategori usianya adalah 06-10 tahun.
Awal mula orang tua berniat untuk memberikan anak smartphone
untuk kebutuhan pendidikan atau menambah pengetahuannya dengan
belajar bersama smartphone. Tetapi lama-lama teknologi tersebut
digunakan oleh anak lebih kearah hiburan. Sehingga mereka merasa
terjebak dalam kenyamanan dunia hiburan yang diberikan oleh
smartphone. Hal ini mengakibatkan anak menjadi pecandu smartphone.
Dimana sang anak telah mengoperasikan smartphone gadget selama
lebih dari 3 jam secara terus menerus. Kecanduan gadget menyebabkan
anak di Kampung Kedung Mangu Selatan Surabaya menjadi terganggu
aktivitas kesehariannya jika tidak ada smartphone. Anak yang telah
kecanduan, juga sering memberontak dan pemarah apabila orang tua
menjauhkannya dari smartphone.
Dampak fisik yang muncul saat sang anak telah kecanduan pada
gadget, yaitu mata mereka mudah lelah dan sering berair, serta
membuat kelainan pada postur tubuh (yang awalnya tegap, menjadi
sering membungkuk karena terlalu lama menunduk saat bermain
gadget). Hal ini disebabkan radiasi oleh layar smartphone, dimana
seseorang terlalu lama bermain gadget akan mengakibatkan kerusakan
pada indera penglihatan. Dampak psikis yang timbul ketika anak telah
kecanduan pada smartphone , yaitu kesulitan utnuk tidur, kurang peduli
pada lingkungan sekitar, dan menyebabkan anak menjadi malas
beraktivitas.

Dari fenomena Latar Belakang di atas, peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian tentang “KOMUNIKASI INTERPERSONAL

ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN SMARTPHONE


ANAK DI KAMPUNG KEDUNG MANGU SELATAN
SURABAYA”

1.1 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka dalam hal ini
masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana Komunikasi
orangtua dalam mengawasi penggunaan Smartphone anak usia dini Di
Kampung Kedung Mangu Selatan Surabaya ?

1.2 Tujuan penelitian


Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan masalah diatas maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui apa
Komunikasi Interpesonal yang di lakukan Orang tua dalam Pengawasan
penggunaan Smartphone anak usia dini Di Kampung Kedung Mangu
Selatan Surabaya.

1.3 Alur berfikir


kerangka pikir penelitian ini di awali dengan fenomena anak usia
dini pecandu smartphone dan menggunakan smartphone sebagai sarana
bermain dan pembelajarannya. Dimana anak usia 06-10 tahun sangat
rentan terhadap dampak negatif yang di timbulkan olah smartphone
dengan penggunaan yang keliru. karena itu, Bagaimana Komunikasi
Interpesonal para orangtua dalam mengawasi penggunaan smartphone
anak usia dini Di Kampung Kedung Mangu Selatan Surabaya.

Komunikasi
interpersonal

KOMUNIKATOR
(Orang tua)

Empati Keterbukaan
(empathy) (openness)
Empati
PESAN

KOMUNIKAN
(Anak)
Empat(empathy

1.4 Tinjauan pustaka


a) Komunikasi
Komunikasi adalah istilah komunikasi berasal dari bahasa latin
communicatio, yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat
terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator dan di terima oleh komunikan. Hovland
mendefinisikan proses komunikasi sebagai proses yang memungkinkan
seseorang menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang
lain. (Mulyana, 2010: 62).Dalam komunikasi yang melibatkan dua
orang, komunikasi berlangsung apabila adanya kesamaan makna. sesuai
dengan definisi tersebut pada dasarnya sesorang melakukan komunikasi
adalah untuk mencapai kesamaan makna antara manusia yang terlibat
dalam komunikasi yang terjadi,dimana kesepahaman yang ada dalam
benak komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan (penerima
pesan) mengenai pesan yang disampaikan haruslah sama agar apa yang
komunikator maksud juga dapat dipahami dengan baik oleh komunikan
sehingga komunikasi berjalan baik dan efektif (Effendy, 2005: 9).
Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia,dari
kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi.
Dimanapun, kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam
apapun manusia selalu terjebak dengan komunikasi. Dengan
berkomunikasi manusia dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan-tujuan hidupnya,karna dengan berkomunikasi merupakan suatu
kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh karena itu sebagai
makhluk sosial manusia ingin berhubungan dengan manusia lainnya.
Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, Bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya.Dengan rasa ingin tahu
inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi.Dari definisi diatas
menjelaskan bahwa, komunikasi merupakan proses penyampaian
simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Maka dari itu
komunikasi terbagi menjadi 2 bagian yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal, komunikasi verbal adalah komunikasi yang
terjadi secara langsung dengan lisan atau tulisan. Didalam kegiatan
komunikasi, kita menempatkan kata verbal untuk menunjukan pesan
yang dikirimkan atau yang diterima dalam bentuk kata–kata baik lisan
maupun lisan. Kata verbal sendiri berasal dari bahasa latin, verbalis
verbum yang sering pula dimaksudkan dengan berarti atau bermakna
melalui kata atau yang berkaitan dengan kata yang digunakan untuk
menerangkan fakta, ide atau tindakan yang lebih sering berbentuk
percakapan daripada tulisan (Liliweri, 2002: 135).

b) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang – orang secara tatap muka,yang
memungkinkansetiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik verbal maupun nonverbal (Mulyana,2004 : 73).
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua orang atau
diantara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika. Komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi didalam diri sendiri, didalam diri manusia terdapat
komponen – komponen komunikasi seperti sumber,pesan,saluran
penerima dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal hanya seorang
yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing –
masing. Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan
hubungan dengan orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan,
bermula dari diri seseorang (Muhammad,1995 : 158). Setelah melalui
proses interpersonal tersebut, maka pesan – pesan disampaikan kepada
orang lain.Pentingnya suatu komunikasi interpersonal ialah karena
prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah
bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi.
Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda,
masing – masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.
Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para
pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual
understanding) dan empati. Dari proses ini terjadi rasa saling
menghormati bukan disebabkan status sosial melainkan didasarkan
pada anggapan bahwa masing – masing adalah manusia yang berhak
dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai
manusia.Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi
lainnya, dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap,
kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena
komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena dengan
komunikasi itu terjadilah kontak pribadi (personal contact)yaitu pribadi
anda menyentuh prbadi komunikan. Ketika menyampaikan pesan,
umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback) mengetahui
pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang diontarkan
pada ekspresi wajah dan gaya bicara. Apabila umpan balik positif,
artinya tanggapan itu menyenangkan, kita akan mempertahankan gaya
komunikasi sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus
mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi berhasil.Komunikasi
Keluarga suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga.
Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara,
berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya kerawanan
hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu
komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orang tua dengan
anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangaka membangun
hbungan yang baik dalam keluarga (Djamarah, 2004 : 38). Dalam dunia
modern ini menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
keluarga, akbatnya pola keluarga telah berubah secara radikal
(drastis).Komunikasi yang diharapkan adalah komunisi yang efektif,
karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian,
kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan
tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina
komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak, sehingga akan
terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya
hubungan harmonis antara orang tua dan anak, diharapkan adanya
keterbukaan antara orang tua dan anak dalam membicarakan masalah
dan kesulitan yang dialami oleh anak (Mulandar, 2003 : 23). Maka
disinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga yang sering diebut
komunikasi keluarga.Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya
berlangsung secara tatap muka dan memungkinkan adanya dialog antar
anggota – anggota dalam keluarga pada umumnya bersikap akrab dan
terbuka. Namun untuk mengadakan komunikasi yang baik antara orang
tua dengan anak tidak mudah karena ada faktor – faktor yang menjadi
penghambat, yaitu :
1) Orang tua biasanya merasa kedudukannya lebih tinggi daripada
kedudukan anaknya.
2) Orang tua dan anak tidak mempergunakan bahasa yang sama
sehingga meninggalkan salah tafsir atau salah paham.
3) Orang tua hanya memberikan informasi, akan tetapi tidak ikut
serta memcahkan masalah yang dihadapi anak.
4) Hubungan antara orang tua dan anak hanya terjadi secara singkat
dan formal, karena selalu sibuknya orang tua.
5) anak tidak diberi kesempatan mengembangkan kreativitasnya serta
memberikan pandangan – pandangan secara bebas (Soekanto,
2003 : 15).

Menurut De Vito dalam Suranto AW, dalam pendekatan humanistik


ada lima sikap positif yang harus dipersiapkan dalam komunikasi
interpersonal yaitu:

1) Keterbukaan (openness)
Keterbukaan merupakan sikap bisa menerima masukan dari orang
lain,serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada
orang lain. Hal ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan
segera membukakan semua riwayat hidupnya, tetapi rela
membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi yang
diketahuinya. Dengan kata lain,keterbukaan ialah kesediaan untuk
membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri informasi tidak
bertentangan dengan asas kepatutan. Sikap keterbukaan ditandai
adanya kejujuran dalam merespon segala stimuli
komunikasi.Tidak berkata bohong, dan tidak menyembunyikan
informasi yang sebenarnya. Dalam proses komunikasi
interpersonal, keterbukaan menjadi salah satu sikap yang positif.
Hal ini disebabkan, dengan keterbukaan, maka komunikasi
interpersonal akan berlangsung secara adil, transparan, dua arah,
dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi.
2) Empati (empathy)
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan
seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang
sedang dialami orang lain, merasakan apa yang dirasakan orang
lain, dan memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang
lain. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain,perasaan dan sikap mereka, serta harapan
dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Empati akan
menjadi filter agar kita tidak mudah menyalahkan orang lain.
Namun kita dibiasakan untuk dapat memahami esensi setiap
keadaan tidak semata-mata berdasarkan cara pandang kita sendiri,
melainkan juga menggunakan sudut pandang orang lain. Hakikat
empati adalah: (a) Usaha masing-masing pihak untuk merasakan
apa yang dirasakan orang lain; (b) Dapat memahami pendapat,
sikap, dan perilaku orang lain.
3) Sikap mendukungan (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung.Artinya masing-masing pihak yang
berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung
terselenggarannya interaksi secara terbuka.Oleh karena itu, respon
yang relevan adalah respon bersifat spontan dan lugas, bukan
respon bertahan dan berkelit.
4) Sikap positif (positiveness)
Sikap positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan
perilaku. Perasaan positif ini dapat ditunjukkan dengan cara
menghargai orang lain, berfikir positif terhadap orang lain, tidak
menaruh curiga berlebihan, meyakini pentingnya orang lain,
memberikan pujian dan penghargaan, dan komitmen menjalin
kerja sama.
5) Kesetaraan (equality)
Kesetaraan (equality) ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak
memiliki kepentingan, kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak saling memerlukan.
Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain.Kesetaraan meliputi
menempatan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya
kepentingan yang berbeda, mengakui pentingnya kehadiran orang
lain, tidak memaksakan kehendak, komunikasi dua arah, saling
memerlukan,serta suasana komunikasi akrab dan nyaman.

c) Peran orang tua


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa orang tua
adalah ayah dan ibu kandung. Apabila tanpa bimbingan yang terarah
dan terpadu dari orang tua, perkembangan anak akan mengarah pada
sisi negati. Oleh karena itu orang tua dituntut lebih kreatif dalam
mendidik anak,menyediakan sarana bermain, belajar dan media lainnya
yang lebih sehat dan sesuai dengan masa tumbuh kembang anak
mereka, terutama dimasa muda mereka dibangku sekolah dasar.
Soekanto, Soerjono. (2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.) Oleh sebab itu peran orang tua sangat penting
dalam perkembangan teknologi terhadap anak, orang tua harus cermat
dan membimbing anak dalam penggunaan smartphone, karena fasilitas
yang disediakan oleh smartphone tidak hanya menimbulkan dampak
posistif tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif. Sunita, Indian,
Eva Mayasari. (2018. Jurnal:Pengawasan Orang Tua Terhadap
Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak. Vol 3. No.2.).
Pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak
membutuhkan suatu upaya tertentu yang nantinya akan mampu
membawa anak kepada apa yang menjadi harapan orang tua. Anak
dapat memiliki berbagai pengalaman yang akan menjadikan pribadi
lebih baik dalam menjalani hidup dan memaknai kehidupannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia upaya adalah usaha ikhtiar
untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan
keluar. (Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002:1250).

d) Orang Tua
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu
adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Karena
orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak, maka setiap reaksi emosi
anak dan pemikirannya dikemudian adalah hasil dari ajaran orang
tuanya tersebut. Sehingga orang tuamemegang peranan yang penting
dan amat berpengaruh atas pendidikan anakanak (Wahib,2015).
Menurut Abuddin Nata, (Fazli,2012:6) yang disebut orang tua
adalah ayah dan atau ibu kandung, atau orang yang dianggap orang tua
atau dituakan (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya) atau orang-orang
yang disegani dan dihormati di kampung/kota. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa yang disebut orang tua adalah ayah dan ibu atau
anggota masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Elizabeth,(Simamora,2016) orang tua merupakan orang
dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa
perkembangan. Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan anak
menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan
yang dapat membantu anak dalammenjalani kehidupan. Dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada
masing-masing orang tua kerena setiap keluarga memiliki kondisi-
kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang
satu dengan keluarga yang lain.
Sedangkan menurut Sahlan (Siregar,2017),Orang tua adalah
komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil
dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah
keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
mengasuh dan membimbing anakanaknya untuk mencapai tahapan
tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat.Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan orang tua adalah seorang ayah dan ibu
yang dianggap tua dan memiliki tanggung jawab merawat dan
mendidik anak menjadi manusia yang dewasa.
Ibu dan ayah juga yang mengasuh dan yang telah membimbing
anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani
kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan
anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab
secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Orang tua
merupakan pendidikan pertama yang figur dan contohnya selalu ditiru
oleh anak.

e) Upaya Orang Tua


Hubungan yang harmonis dalam keluarga dapat terbentuk melalui
komunikasi antara orang tua dan anak yang telah terbangun secara
berkelanjutan sehingga dapat membentuk keluarga yang
sejahtera.Kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan melalui pendidikan
yang diberikanpada anak. Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat
meningkatkan kualitas orang tua yaitu melalui belajar sepanjang hayat
(Mutoharoh, 2016)Rahman (2002:100) berpendapat, upaya orang tua
bagi pengembangan anak secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. memelihara kesehatan fisik dan mental anak.
2. meletakkan dasar kepribadian anak.
3. membimbing dan memotivasi anak untuk mengembangkan diri.
4. memberikan fasilitas yang memadai bagi pengembangan diri anak.
5. menciptakan suasana aman, nyaman dan kondusif bagi
pengembangan diri anak. upaya orang tua merupakan usaha, atau
cara orang tua untuk merealisasikan apa yang diinginkan. Dalam
hal ini tentunya berkaitan dengan usaha atau cara yang dilakukan
orang tua dalam membimbing anak untuk menjalankan apa yang
diperintahkan.

f) Fungsi Orang Tua

Dalam keluarga anak pertama kali mengenal lingkungannya.


Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama,
dan yang memperkenalkan semua itu adalah orang tua, sehingga
perkembangan anak ditentukan oleh situasi dan kondisi yang ada serta
pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh orang tuanya.

Institusi yang pertama tempat seorang anak belajar adalah rumah.


Seorang anak paling banyak menghabiskan waktu bersama orang tuanya
di mana mereka belajar dari orang tua dan lingkungan rumah. Orang tua
memiliki fungsi penting dalam pendidikan anak mereka,berapapun usianya
maupun tingkat pendidikannya. Betapa pentingnya kehadiran atau
keberadaan orang tua didalam kehidupan anak. Fungsi orang tua (Surbakti,
2012 : 40) sebagai berikut :

1. Mengajarkan anak agar cakap berkomunikasi Komunikasi


merupakan salah satu aspek penting dalam membangun dan
membina relasi dan interaksi. Dalam proses komunikasi, orang tua
mengajarkan pola dan proses komunikasi yang wajar kepada anak
supaya mereka bisa berkomunikasi dengan sopan, santun dan wajar.
Misalnya: bagaimana menggunakan kata-kata, merangkai kalimat,
memilih kata-kata yang tepat, mendengarkan lawan bicara, menjaga
sopan santun, menghormati lawan bicara, dan sebagainya.
2. Mengajarkan anak kemampuan bersosialisai Anak perlu belajar
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Tugas
sebagai orang tua adalah mengajar dan mendidik anak mereka agar
mampu bersosialisasi dengan baik terutama dengan lingkungan
terdekat mereka.Orang tua harus mengenal dan bergaul dengan
lingkungan anak. Dalam hal ini, lingkungan mereka adalah
keluarga, tetangga, teman-teman, dan lain-lain. Tujuannya, supaya
sejak awal mereka belajar hidup bersosialisasi sehingga mereka
tidak menjadi makhluk yang “Kesepian di tengah
keramaian”(Lonely in the crowded). Melalui pembelajaran
bersosialisasi, anak belajar melatih keseimbangan rasional dan
emosional mereka, terutama ketika mereka berhadapan dengan
situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang membangkitkan
emosional mereka. Sebaiknya, sejak dini anak sudah mengenal dan
akrab dengan berbagai etnisitas, entitas, dan perbedaan. Dengan
demikian,kelak ketika anak telah dewasa, mereka mampu
menghargai dan menghormati perbedaan, bukan keseragaman.
3. Mengajarkan anak kecakapan berinteraksi Berinteraksi berarti
mengadakan hubugan dengan lingkungan sosial tempat tinggal.
Sebagai orang tua, wajib mengajarkan metode atau cara berinteraksi
yang baik kepada anak. Sebagai contoh yaitu mengajrkan
keramahan, kesopanan, kerendahan hati, atau saling menghormati
adalah syarat penting berinteraksi dengan siapa saja.yang tepat,
mendengarkan lawan bicara, menjaga sopan santun, menghormati
lawan bicara, dan sebagainya.
4. Mengajarkan anak kemampuan bersosialisai Anak perlu belajar
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Tugas
sebagai orang tua adalah mengajar dan mendidik anak mereka agar
mampu bersosialisasi dengan baik terutama dengan lingkungan
terdekat mereka. Orang tua harus mengenal dan bergaul dengan
lingkungan anak. Dalam hal ini, lingkungan mereka adalah
keluarga, tetangga, teman-teman, dan lain-lain. Tujuannya, supaya
sejak awal mereka belajar hidup bersosialisasi sehingga mereka
tidak menjadi makhluk yang “Kesepian di tengah keramaian”
(Lonely in the crowded). Melalui pembelajaran bersosialisasi, anak
belajar melatih keseimbangan rasional dan emosional mereka,
terutama ketika mereka berhadapan dengan situasi yang tidak
menyenangkan atau situasi yang membangkitkan emosional
mereka. Sebaiknya, sejak dini anak sudah mengenal dan akrab
dengan berbagai etnisitas, entitas, dan perbedaan. Dengan
demikian,kelak ketika anak telah dewasa, mereka mampu
menghargai dan menghormati perbedaan, bukan keseragaman.
5. Mengajarkan anak kecakapan berinteraksi Berinteraksi berarti
mengadakan hubugan dengan lingkungan sosial tempat tinggal.
Sebagai orang tua, wajib mengajarkan metode atau cara berinteraksi
yang baik kepada anak. Sebagai contoh yaitu mengajrkan
keramahan, kesopanan, kerendahan hati, atau saling menghormati
adalah syarat penting berinteraksi dengan siapa saja.
6. Menagajarkan anak kemampuan beradaptasi Salah satu aspek
penting yang harus orang tua ajarkan kepada anak adalah kemauan
dan kemampuan beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan situasi
dan kondisi yang ada. Anak harus mengetahui bahwa suasana atau
situasi lingkungan mereka terus-menerus berubah secara dinamis.
Belum tentu atau tidak ada jaminan bahwa perubahan tersebut akan
menguntungkan mereka,berpihak kepada mereka, atau sesuai
dengan keinginan mereka. Jiakalau,kemampuan beradaptasi anak
lemah, maka mereka akan tergilas perubahan yang terjadi tanpa
kompromi.
7. Mengajarkan anak kemampuan berintegrasi Berintegrasi, artinya
orang tua mengajarkan anak kemampuan berbaur atau bergabung
dengan berbagai kelompok menjadi satu kesatuan yang utuh supaya
memiliki kekuatan yang hebat dalam mengalahkan berbagai
tantangan kehidupan. Bagaimanapun, berintegrasi dalam
menghadapi tantangan, pasti lebih baik daripada berjuang seorang
diri.
8. Mengajarkan anak tata nilai kebaikan Kebaikan dapat diartikan
sebagai sifat yang dianggap baik menurut sistem norma dan
pandangan umum yang berlaku. Merupakan tugas dan tanggung
jawab orang tua untuk mengajarkan dan menerapkan teladan
kebaikan kepada anak, supaya mereka juga melakukan kebaikan
dalam hidup mereka.
9. Melindungi anak dari pengaruh tata nilai buruk Sebagai orang tua,
harus berhati-hati dan waspada, karena jauh lebih mudah melakukan
atau mengajarkan tata nilai keburukan dari pada kebaikan kepada
anak. Pada umumnya anak mampu dengan cepat menyerap tata nilai
(pengajaran) buruk dan mempraktikkannya di dalam kehidupan
mereka. Sebaliknya, sering kali orang tua mengalami kendala atau
keulitan untuk mengajarkan tata nilai kebaikan. Tugas orang tua
adalah melindungi anak dari serbuan atau bujukan ajaran-ajaran
yang mendorong dan menggiring anak untuk melakukan perbuatan
buruk didalam hidup mereka.
10. Mengajarkan kepada anak ketenangan hidup Orang tua adalah
panutan atau teladan anak dalam berbagai hal dan peristiwa. Jika
orang tua mudah gugup, gusar, bingung, takut, bimbang, atau
gelisah, maka anak juga akan bertumbuh menjadi anak yang
penakut,pengecut, atau tidak percaya diri. Sebaliknya, jika orang tua
tenang, tegar,kokoh, kuat, dan berani, maka anak juga akan
memiliki keberanian untuk menghadapi dan mengalahkan tantangan
hidup mereka.
11. Mengajarkan cara mengatasi keragu-raguan kepada anak Salah satu
tugas berat orang tua adalah mengajarkan cara mengatasi keragu-
raguan kepada anak. Sementara itu, orang tua sendiri belum tentu
tegar menghadapi berbagai tantangan dan persoalan. Jikalau orang
tua ragu-ragu,bingung, gugup, dan tidak pernah tegas dalam
membuat keputusan atau menyatakan pendapat, maka jangan
salahkan anak, jika mereka juga memiliki kepribadian yang kurang
lebih sama dengan orang tuanya. Pepatah mengatakan: “Buah jatuh
tidak akan jauh dari pohonnya.
12. Melakukan fungsi pendampingan terhadap anak Salah satu fungsi
penting orang tua fungsi pendampingan.
13. Mengajarkan anak kemampuan bekerja sama Tidak selalu mudah
bagi orang tua membangun dan membina kerja sama dengan anak.
Banyak orang tua yang rindu atau ingin sekali membangun kerja
sama dengan anak-anak mereka, namun gagal karena terbentur
berbagai aspek,seperti ego, waktu, kepentingan, intelektualitas,
loyalitas, kapasitas, dan sebagainya. Anak perlu belajar
membangun, memelihara, menghargai, dan mempraktikan kerja
sama semasa mereka masih anak-anak, agar supaya ketika kelak
mereka dewasa, diharapkan mereka mampu bekerja sama dengan
semua orang atau siapa saja untuk mencapai tujuan
bersama.Mendidik anak tentang pentingnya kasih sayang Anak
perlu mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tua mereka,
supaya mereka mengerti makna kasih sayang dan
mempraktikkannya dalam relasi dan interaksi mereka dengan orang
lain. Kasih sayang membentuk anak menjadi manusia yang berbudi
luhur. Tanpa kasih sayang, anak akan menjadi“Homo Homini
Lupus“ (serigala bagi sesamanya). Patut orang tua ketahui bahwa
kekurangan kasih sayang pada masa kanak-kanak akan
menyebabkan anak tidak mampu atau gagal mengekspresikan cinta,
kelemah lembutan, kasih, perikemanusiaan, atau perasaan
menyanyangi ketika kelak mereka dewasa atau mempunyai rumah
tangga sendiri. Itulah sebabnya, banyak rumah tangga yang hancur
berantakan, karena gagal mengaktualisasikan kasih sayang di dalam
pernikahan atau rumah tangga mereka, padahal kedua pasangan
saling mencintai.
14. Mengajarkan anak agar mampu menghargai eksistensi orang lain
Penting sekali anak belajar menghargai eksistensi organisme lain
selain diri mereka dalam hidup ini, supaya mereka mengerti makna
semua organisme dalam hidup mereka. Anak perlu menyadari,
bahwa penghuni alam semesta ini bukan hanya mereka, melainkan
juga organisme lain yang mampunyai hak hidup yang sama dengan
mereka. Jika mereka tidak mampu menghargai organisme lain,
maka mereka akan gagal memahami pentingnya makna eksistensi di
luar diri mereka sendiri.
15. Melatih anak agar mampu mengendalikan emosi Anak perlu belajar
mengendalikan emosi mereka supaya mereka tidak diperbudak oleh
emosi mereka sehingga menuntun perjalanan hidup mereka menuju
ke sasaran yang salah. Meskipun, mengendalikan emosi itu sulit,
namun bukan berarti tidak mungkin dicapai. Orang tua harus
menekankan kepada anak semboyan hidup, bahwa tidak ada alasan
untuk berhenti belajar untuk mengendalikan emosi.
16. Mendidik anak agar memiliki kecerdasan Anak-anak sebaiknya
diajar dan dididik agar memiliki intelektual atau kecerdasan,dengan
tujuan agar melalui kecerdasan atau intelektual yang mereka
miliki,mereka belajar dan mengetahui banyak hal atau peristiwa
tentang kehidupan dan dunia ini beserta seluruh sistem
pendukungnya.Tanpa kecerdasan intelektual yang
memadai,mustahil anak mampu memahami fenomena kehidupan ini
dengan baik.Menurut A.Choirun Marzuki(Aisyah,2016:23)
mengungkapkan bahwa dalam menghadapi anak,maka orang tua
harus bersikap fleksibel,luwes.Sikap tegas memang
diperlukan,disamping kelembutan dan kasih sayang merupakan hal
yang sangat dibutuhkan.Orang tua memang dituntut untuk menjadi
aktor yang serba bisa.Dia harus memainkan peran orang tua,jika
memang skenario menghendaki demikian.Sebaliknya,dia harus
mampu memainkan peran teman,pelindung,ataupun konsultan dan
pendidik.Orang tua tidak terlepas dari pengertian keluarga,karena
orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar
telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu dan
anak-anak.Sedangkan mengenai kedudukan orang tua dalam
keluarga,menurut Dr.Hj.Ulfiah,M.Si fungsi orang tua dalam
keluarga melipui :
 Fungsi Edukasi Membawa anak-anak pada kedewasaan,
kemandirian, menyangkut penanaman, pembimbingan, atau
pembiasaan nilai-nilai agama, budaya, dan keterampilan
tertentu yang bermanfaat bagi anak.
 Fungsi Sosialisai Mempersiapkan anak-anak menjadi manusia
sosial yang dapat mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran
hidup dalam masyarakat,seperti nilai disiplin, bekerja sama,
toleran, menghargai pendapat, tanggung jawab, dll.
 Fungsi Perlindungan (Protektif) Melindungi anak-anak dari
macam-macam marabahaya dan pengaruh buruk dari luar
maupun dalam, dan melindungi anak-anak dari ancaman atau
kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisikpsikologis)
bagi anggotanya.
 Fungsi Afeksi atau Perasaan Anak bisa merasakan atau
menangkap suasana perasaan yang melingkupi orang tuanya
pada saat melakukan komunikasi. Kehangatan yang terpancar
dari aktivitas gerakan, ucapan mimik serta perbuatan orang tua
merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan dalam keluarga. Oleh karena itu, orang tua dalam
memahami dan bergaul dengan anak hendaknya memahami,
menangkap dan turut merasakan apa yang anak rasakan serta
bagaimana kesan atau persepsi anak tentang orang tua.
 Fungsi Agama (Religius) Keluarga terutama orang tua
berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak
agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Tujuannya
bukan hanya mengetahui kaidah-kaidah agama saja, tetapi
untuk menjadi insan yang beragama.
 Fungsi Ekonomis Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai
kewajiban untuk menafkahkan anggota keluarganya (istri dan
anak). Seseorang (suami) tidak dibebani (dalam memberikan
nafkah), melainkan menurut kadar kesanggupannya.
 Fungsi Rekreatif Menciptakan iklim rumah tangga yang hangat,
ramah, bebasm santai,damai,menyenangkan keceriaan,agar
semua anggota keluarga betah tinggal dirumah.
 Fungsi Biologis Dipandang sebagai pranata sosial yang
memberikan kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu
meliputi : (1) pangan,sandang dan papan,(2) hubungan seksual
suami-istri,(3) reproduksi / penggembangan keturunan
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas,dapat diambil
kesimpulan bahwa fungsi orang tua pada anaknya antara lain
menanamkan kehidupan beragama, memberikan pendidikan
dalam masa perkembangan anak, menjadi penghubung dalam
kehidupan sosial anak,dan memberikan nafkah secara ekonomi
demi keberlangusngan anak.Orang tua dapat berganti ganti
peran sesuai dengan karakter yang dibutuhkan oleh anak-
anaknya.Dan kedudukan orang tua tidak dapat diwakilkan oleh
orang lain.Dengan demikian jelaslah bahwa kedudukan orang
tua dalam keluarga jika dilihat dari fungsi orang tua itu sendiri
mencakup berbagai aspek sangat berpengaruh bagi
kelangsungan hidup anak.Sehingga semua aspek yang telah
disebutkan di atas tidaklah dapat dipisah-pisahkan,karena
semuanya saling melengkapi.Adapun fungsi orang tua yang
berkaitan dengan penelitian ini yaitu fungsi orang tua dalam
mengajarkan kemampuan bersosialisasi anak.Melalui fungsi
ini,orang tua harus mengenal dan bergaul dengan lingkungan
anak. Dalam hal ini, lingkungan terdekat anak yaitu keluarga,
tetangga dan teman–temannya.Pada anak usia dini, anak
mengalami perkembangan dalam tahap mengeskplor dan
berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya. Anak
biasanya cenderung senang dengan hal-hal baru yang
didapatnya melalui aktivitas bermain. Tidak jarang pula anak
bermain dan memuaskan rasa penasaran mereka melalui
gadget, karena gadget merupakan hal yang menarik bagi
mereka apalagi ditambah dengan aplikasi game online yang
terdapat pada gadget, sehingga kebanyakan dari mereka
menghabiskan waktu seharian untuk bermain gadget. Padahal
anak seusia mereka harus bermain dan berbaur dengan teman-
teman sebayanya. Namun tanpa disadari, hal seperti ini sangat
mempengaruhi kemampuan bersosialisasi pada anak.

g) Anak
1) Pengertian Anak:Anak Merupakan seorang yang di lahirkan dari
perkawianan seorang laki laki dan perempuan secara sah,Anak
(jamak:anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang
belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas.Anak juga
merupakan keturunan kedua,di mana kata"anak"merujuk pada
lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua
mereka, meskipun mereka telah dewasa.Menurut Hurlock
(1980),manusia berkembang melalui beberapa tahapan yang
berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo
perkembangan yang tertentu,terus menerus dan dalam tempo
perkembangan yang tertentu dan bias berlaku umum.
2) Perkembangan Anak: Setiap individu mengalami peristiwa
perkembangan selama hidupnya, Perkembangan adalah
perubahan-perubahan yang dialami oleh individu untuk menuju
tingkat kedawasaan dan kematangan.Dapat disimpulkan
perkembangan anak usia dini ialah suatu perubahan yang dialami
oleh individu, yang dimana menuju tingkat pendewasaan dan
kematangan yang berlangsung secara progres dan antara fisik
maupun psikis.
3) Karakteristik Anak: seorang anak pada dasarnya merupakan fitrah.
Sebab,masa usia dini adalah masa perkembangan dan
pertumbuhan yang akan membentuk kepribadinnya ketika
dewasa.Seorang anak belum mengerti apakah yang ia lakukan
tersebut berbahaya atau tidak, bermanfaat atau merugikan, serta
benar ataupun salah. Hal yang terpenting bagi mereka adalah
merasa senang dan nyaman.

h) Pengertian Smartphone
Smartphone adalah perangkat elektronik kecil yang memiliki
fungsi khusus.Diantaranya smartphone seperti Iphone dan
Blackberry,serta notebook (perpaduan antara komputer portabel seperti
notebook dan internet).Smarphone merupakan sebuah inovasi dari
teknologi terbaru dengan kemampuan yang lebih baik dan fitur terbaru
yang memiliki tujuan maupun fungsi lebih praktis dan juga lebih
berguna.Seiring perkembangan pengertian smartphone pun menjadi
berkembang yang sering kali menganggap smartphone adalah sebuah
gadget dan juga teknologi komputer ataupun laptop bila telah
diluncurkan produk baru juga dianggap sebagai gadget. Smarphone
sebagai objek baru baik berupa sebuah barang ataupun alat baru sering
menjadi ungkapan dalam menunjukkan sebuah alat/barang yang baru di
ciptakan dan diluncurkan.Kata Smarphone sendiri telah banyak menjadi
sebuah kata kontroversi di berbagai media dan pernah juga dibahas oleh
berbagai ahlinya asal muasal kata tersebut tetapi hasil yang didapatkan
adalah saling tindih menindih yang membuat makna Smarphone
semakin pudar.Sekarang orang lebih mengenal definisi Smarphone
pengertian Smarphone dengan teknologi terbaru yang telah diciptakan
dengan kemampuan cerdas yang berfungsi memiliki faktor kegunaan.
Smarphone dalam pengertian umum dianggap sebagai suatu perangkat
elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap perangkatnya.
Contohnya: komputer, handphone, game, dan lainnya.
Jadi menurut peneliti dari pernyataan diatas Smarphone adalah
merupakan alat untuk berkomunikasi antara individu satu dengan
indvidu lainnya.Selain itu gadget juga merupakan sebuah obyek (alat
atau barang elektronik) teknologi besar yang memiliki fungsi khusus,
tetapi sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru
dengan dilengkapi fitur fitur canggih yg terhubung dengan internet.
Jenis-Jenis Smarphone Perkembangan teknologi saat ini sangatlah luar
biasa.Hampir setiap harinya ada sesuatu hal yang baru dirilis dengan
manfaat dan kinerja yang semakin baik. Dalam hal ini,Smartphone juga
merupakan suatu alat yang kebaruannya dalam segi bentuk ataupun
program sangat ditunggutunggu oleh semua manusia saat ini. Karena
hampir semua manusia saat ini menganggap gadget sebagai suatu hal
yang harus ada dimanapun ia berada. Menurut Sagara (dalam Indriyani,
Maulita (2017)) ada beberapa macammacam gadget, yakni “handphone,
laptop, tablet, kamera digital, pemutar media player”.Adapun
penjabaran dari masingmasing bentuk gadget ini adalah sebagai berikut:
1. Handphone adalah suatu alat komunikasi yang bersifat portable
dengan ukuran yang kecil tanpa kabel dan memiliki banyak fitur
yang semakin hari semakin canggih, seperti sms, video call, mms ,
dll.Handphone pertama kali ditemukan oleh Alezander Graham
Bell pada tahun 1876 yang sudah mengalami perubahan yang
sangat besar. Dari bentuknya yang dulu sangat besar hingga bentuk
sederhana dan sekarang menjadi alat komunikasi yang memiliki
banyak fungsi yang dapat membantu manusia dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
2. Laptop adalah komputer yang dapat dipindah dengan mudah
denganukuran yang relatif kecil dan ringan. Sebagai komputer
pribadi laptop memiliki fungsi yang sama dengan komputer.
Hanya saja ukurannya lebih kecil, dijadikan lebih ringan, tidak
mudah panas dan lebih menghemat daya.
3. Tablet PC atau sering disebut “tab” merupakan sebuah perangkat
elektronik portable yang memiliki fungsi seperti notebook maupun
netbook, mulai dari nonton film, bermain game yang didukung
oleh perangkat wifi yang akan memudahkan untuk menjelajah
dunia melewati internet.Tablet PC ini didukung dengan
menggunakan Operating System yang berbasi Android sebagai
sistem utama untuk menjalankan berbagai aplikasi.

i) Fungsi Smartphone
1. Untuk mengakses Internet : Internet merupakan salah satu fitur
terkenal dan paling banyak digunakan pada Smarphone, karena
dengan internet kita dapat dengan mudah mengakses informasi
yang dapat menambah wawasan kita, memperlancar komunikasi
seperti mengirimkan pesan kepada seseorang yang tidak berada di
dekat kita, selain itu juga kita dapat mengerjakan tugas-tugas
sekolah dan masih banyak hal lainnya yang dapat kita peroleh dari
internet.
2. Mengakses Informasi :Bukan gadget namanya jika tidak bisa
memberikan suatu informasi kepada anda sebagai
pemiliknya ,Informasi tersebut bisa mempermudah anda untuk
melakukan suatu aktivitas.Jika sebagai mahasiswa informasi
tersebut bisa berupa update berita tentang program-program
kampus dan perkembangannya.
3. Wawasan Bertambah: Wawasan yang bertambah merupakan
manfaat Smarphone dari gabungan komunikasi lancar dan
mudahnya informasi yang didapat.Kita tahu bahwa dengan
komunikasi dan informasi merupakan salah satu unsur yang
mengusung wawasan anda dapat bertambah.Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan oleh karena itu kita harus bijak dikarenakan
dalam menggunakan Smarphone harus tau waktu dan jangan
sampai terlalu berlebihan menggunakannya bukanya berdampak
positif malah dapat berdampak negatif bagi kesehatan.

j) Penggunaan Smartphone Pada Anak


Smartphone dapat digunakan oleh siapa saja tergantung dari
kebutuhan pemilik Smarphone tersebut. Pemakaian Smarphone pada
sekarang ini sudah digunakan mulai dari anak usia dini hingga orang
dewasa.Syahra (2006) menyatakan bahwa semakin berkembangnya
zaman tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi berlangsung semakin pesat dan penggunanya telah
menjangkau ke berbagai lapisan kehidupan masyarakat dari segala
bidang, usia dan tingkat pendidikan.Penggunaan oleh orang dewasa,
biasa digunakan untuk alat komunikasi,mencari informasi atau
browsing,youtube,bermain game,ataupun lainnya.Sedangkan
pemakaian pada anak usia biasanya terbatas dan penggunanya sebagai
dan penggunaannya hanya sebagai, media pembelajaran, bermain game,
dan menonton animasi pemakaiannya pun dapat memiliki waktu yang
beragam dan berbeda durasi serta intensitas pemakaiannya pada orang
dewasa dan anak-anak.
penggunaan media teknologi seperti Smarphone perlu adanya
pembatasan dan pengawasan oleh orang tua pada saat anak
menggunakan gadget dimana saja, dan rata rata bentuk penggunaan
Smarphone pada anak usia dini hanya untuk bermain game, dan
menonton youtube.
Pengguna Smarphone pada anak usia dini kebanyakan dilakukan
pada saat dirumah, misalkan pulang sekolah, pada saat makan, dan saat
akan tidur. Menurut Maulida (Pebriana,2017) tanda-tanda anak usia
dini kecanduan gadget yaitu:
a. Kehilangan keinginan untuk beraktivitas.
b. Berbicara tentang teknologi secara terus menerus.
c. Cenderung sering membantah suatu perintah jika itu menghalangi
dirinya mengakses Smarphone.
d. Senditif atau gampang tersinggung, menyebabkan mood yang
mudah berubah.
e. gois, sulit berbagi waktu dalam penggunaan Smarphone dengan
orang lain.
f. Sering berbohong karena sudah tidak bisa lepas dengan
Smarphone nya, dengan kata lain anak akan mencari cara apapun
agar tetap bisa menggunakan Smarphone nya walaupun hingga
menggangu waktu tidurnya.

k) Intensitas Pemakaian Smartphone Pada Anak


Intensitas pengguna Smarphone dapat dilihat dari seberapa
seringnya anak menggunakan gadget dalam satu hari atau jika dilihat
dari setiap minggunya berdasarkan dari beberapa harinya dalam
seminggu seorang anak menggunakan Smarphone.Intensitas
penggunaan Smarphone yang terlalu sering dalam sehari atau seminggu
pasti akan mengarah pada kehidupan anak yang cendrung hanya
mempedulikan Smarphone nya saja ketimbang dengan bermain diluar
rumah.
Penggunaan Smarphone yang baik adalah dengan kategori rendah
yaitu dengan durasi penggunaan kurang 30 menit/hari dan intensitas
penggunaan maksimal 2 kali pemakaian. Selain itu intensitas
penggunaan Smarphone yang tergolong tinggi pada anak adalah lebih
dari 45 menit dalam sekali pemakaian perharinya dan lebih dari 3 kali
penggunaan Smarphone.Berdasarkan uraian diatas terlihat jelas bahwa
pengguna Smarphone memang harus memiliki batasan-batasan dan
kriteria tertentu dalam pemakaian Smarphone untuk menghindari
tingkat kecanduan anak dalam menggunakan Smarphone.Bentuk
penggunaan Smarphone pada anak dapat di klasifikasikan pada
tingkatan tinggi, sedang, rendah.Kategori rendah apabila penggunaan
Smarphone hanya saat waktu senggang (saat pulang sekolah, selesai
belajar)dan durasi pemakaiannya hanya setengah jam.
Kategori sedang adalah jika pemakaian sekitar 40-60 menit dalam
sekali pemakaian dan dengan pemakaian 2-3 kali perharinya. Namun
apabila penggunaan gadget memiliki durasi waktu lebih dari 60 menit
per hari secara terus menerus atau lebih dari 120 menit sekali
pemakaian, maka dapat dikategorikan tingkat penggunaan Smarphone
yang tinggi, untuk itu perlu adanya kedisiplinan dan batasan yang
dilakukan orang tua pada saat anak usia dini menggunakan Smarphone,
karena pemakaian Smarphone yang berkelanjutan dan tidak memiliki
batas waktu dapat menimbulkan dampak buruk kecanduan Smarphone
sejak dini. Dari hasil survey tersebut kebanyakan orangtua
memperbolehkan anaknya bermain Smarphone untuk tujuan
edukasi.Namun kenyataanya menurut hasil survey sebagian besar putra-
putri mereka menggunakan gadget tersebut untuk tujuan hiburan seperti
game.

l) Dampak Smartphone Terhadap Perilaku Anak


a. Dampak Positif
1) Mempermudah komunikasi Dalam hal ini Smarphone dapat
mempermudah komunikasi dengan orang lain yang berada jauh
dari kita dengan cara sms, telepon, atau dengan semua aplikasi
yang dimiliki dalam Smarphone kita.
2) Menambah Pengetahuan Dalam hal pengetahuan kita dapat
dengan mudah mengakses atau mencari situs tentang
pengetahuan dengan menggunakan aplikasi yang berada di
dalam Smarphone.
3) Menambah Teman Dengan banyaknya jejaring sosial yang
bermunculan akhir-akhir ini kita dapat dengan mudah
menambah teman melalui jejaring sosial yang ada melalui
Smarphone.
4) Memperluas Jaringan Persahabatan Smarphone dapat
memperluas jaringan persahabatan karena dapat dengan mudah
dan dapat bergabung ke sosial media.
5) Melatih Kreativitas Anak Kemajuan teknologi telah
menciptakan beragam permainan yang kreatif dan menantang.
b. Dampak Negatif
1) Merusak mata.
2) Mengubah postur tubuh.
3) Kulit wajah kendur.
4) Rawan terhadap tindakan. Setiap orang pasti ada yang
memiliki sifat update dimana saja.Jadi orang ingin berbuat
kejahatann dengan mudah mencarinya dari hasil updatenya
yang boleh dibilang terlalu sering.
5) Dapat mempengaruhi Perilaku anak.
6) Menganggu pendengaran.Hampir setiap pengguna ponsel atau
gadget tampak menggunakan headphone saat mendengarkan
musik. Namun ini tidak baik jika terus-terusan dilakukan.
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Definisi Konseptual


Konseptual adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan konsep. Itu
bisa berupa konsep abstrak maupun teoritis. Adapun difinisi konsep dari
penelitian ini adalah:
a) Komunikasi interpersonal orang tua terhadap anaknya:
komunikasi interpersonal pada dasarnya sangat penting dalam
rangka menjalin hubungan dalam proses kehidupan,komunikasi
yang terjadi antara orang tua dengan anaknya.demikian
komunikasi interprsonal penting untuk hubungan yang baik dalam
suatu keluarga,lingkungan dan lainnya. (Hanani 2017:13-14) Salah
satu dari ruang lingkup ilmu komunikasi adalah komunikasi
interpersonal atau komunikasi antarpribadi,komunikasi
interpersonal atau antarpribadi lebih merujuk pada proses
kedekatan, keintiman terjadinya komunikasi tersebut, dengan
tujuan pesan yang disampaikan efeknya langsung, oleh karena itu
komunikasi interpersonal dimulai dengan pendekatan psikologis,
membangun kedekatan dan keakraban. setiap anak yang tumbuh
dan berkembang,sebelum ia mengalami proses pendidikan,
sejatinya berasal dari rumah ia menjalani hari- harinya bersama
keluarga. karena itulah,orang tua memegang peran sangat penting
dalam hal mendidik anak, orangtua yang memiliki bekal dalam
mendidik anak akan sadar tentang pentingnya mengawasi dan
mengarahkan.anak tumbuh melihat kebiasan orang tua dan
lingkungan sekitarnya. Orang tua Mengarahkan cara anak lebih
bijak mengunakan smarphone.
b) penggunaan smarphone anak yang berlebihan:
Menjauhkan anak dari gadget pada saat sekarang ini, sungguh hal
yang agak mustahil dan susah. Persoalannya adalah orang tua
tidak bisa terlepas dari gadget ini.Kerja berhubungan dengan
gadget, menghubungi saudara-saudara dengan
gadget,menyelesaikan banyak urusan dengan gadget. Pada sisi
lain, anak-anak tentu saja ada di dekat kita. Sehingga, menjauhkan
anak-anak dari gadget adalah pekerjaan yang butuh energi dan
tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Penggunaan gadget dalam
waktu yang lama merupakan kebiasaan buruk dan akan berdampak
kepada kesehatan dari anak tersebut, termasuk membuat pola
hidup anak yang lebih sering duduk dan makan makanan yang
cepat saji yang berdampak meningkatnya resiko penurunan
akademik, obesitas dan depresi. Anak-anak tersebut lebih banyak
menirukan adegan-adegan dari animasi yang mereka tonton,
menjadi kurang berinteraksi dengan orang lain karena lebih senang
berinteraksi dengan anak-anak yang sepaham dengan penggunaan
gadget, serta menjadi kecanduan dalam bermain game dan tidak
ingin mengerjakan hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut tentu perlu
ditanggulangi oleh orang tua dengan memberikan pengawasan dan
pengarahan agar anakanak mereka tidak menjadi kecanduan
gadget serta enggan untuk berinteraksi
sosial.
a) dampak positif:
1) Menumbuhkan dan meningkatkan potensi kecerdasan dan
kreativitas.
2) Melatih kecerdasan.
3) Meningkatkan rasa percaya diri.
4) Mengembangkan kemampuan dalam membaca,
menghitung, dan pemecahan masalah.
5) Mempermudah komunikasi.

b) dampak negatif:
1) Penurunan konsentrasi saat belajar.
2) Malas menulis dan membaca.
3) Penurunan dalam kemampuan bersosialisasi.
4) Kecanduan
5) Dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
6) Perkembangan kognitif anak usia dini terhambat.
7) Menghambat kemampuan berbahasa.
8) Dapat mempengaruhi perilaku anak.

2.2Tipe penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang mengamati sesuatu (objek penelitian)
dan kemudian menjelaskan gejala-gejala, fakta-fakta,atau kejadian-
kejadian secara sistematis dan akurat yang sesuai dengan kondisi soal
tertentu.Berdasakan sifat penelitian di atas,maka penelitian ini berupaya
mendeskripsikan secara sistematis dan faktual peran orang tua dalam
meningkatkan motivasi belajar anak didasarkan pada data-data yang
terkumpul selama penelitian dan dituangkan dalam bentuk laporan atau
uraian.Mencermati jenis penelitian deskriptif di atas, maka penelitian ini
termasuk penelitian deskriptif jenis studi kasus. Studi kasus meliputi
analisis yang mendalam dan kontekstual terhadap situasi yang sama
dengan organisasi lain, di mana sifat dan definisi masalah yang terjadi
adalah serupa dengan masalah yang dialami saat ini.Dalam koteks
penelitian ini, maka subyek penelitian adalah anak Di Kampung
Kedung Mangu Selatan Surabaya.
2.3 Teknik pengumpulan data
 Unit analisis
Teknik penjamin keabsahan data dalam penelitian kualitatif
bertujuan untuk mengetahui kreadibilitas data yang dikumpulkan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif, yaitu menggunakan kata-kata, hal ini bisa dipengaruhi
oleh kredibilitas informannya, waktu pengungkapan, kondisi yang
dialami. penelitian ini mengunakan dua teknik;
a) Diskusi dengan orang ahli yang paham akan topik. Diskusi ini
dilakukan dengan seseorang yang paham mengenai tumbuh
kembang anak usia rentan yang aktif menggunakan gadgetnya
dalam kegiatan sehari-hari. Metode ini juga bermanfaat dalam
kevalidan dan keabsahan data dalam penelitian ini.
b) Wawancara percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Jadi wawancara
adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan
mengadakan dialog atau tanya jawab dengan orang yang dapat
memberikan keterangan atau informasi. Jadi wawancara
adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan
mengadakan dialog atau tanya jawab dengan orang yang dapat
memberikan keterangan atau informasi. Jenis wawancara yang
digunakan peneliti adalah wawancara mendalam, yaitu proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara
tanya jawab sambil bertatap muka anatar pewawancara
dengan informan Wawancara dilakukan kepada sumber
primer, yaitu orang tua yang mempunyai anak usia dini (usia
6-10 tahun) di kampung kedung mangu selatan,kecamatan
kenjeran,surabaya.Data-data yang diperoleh diharapkan dari
wawancara mendalam tersebut yaitu: data pengaruh
penggunaan gadget dan anak usia dini di kampung kedung
mangu selatan,kecamatan kenjeran,surabaya.
c) Teknik perpanjangan waktu, metode ini digunakan ketika
hasil penelitian yang berasal dari wawancara dirasa kurang
akurat atau kurang untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini, sehingga memperpanjang waktu penelitian guna
keabsahan dan kevalidan data penelitian.
d) Metode observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui
pengamatan atas gejala, fenomena, dan fakta empiris yang
terkait dengan masalah dalam penelitian.Metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
dampak penggunaan gadget pada perkembangan sosial anak
usia dini.
e) Metode dokumtasi adalah kumpulan fakta dan data yang
tersimpan dalam bentuk tes atau media online.

2.4 Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik analisis data menurut Burhan
Bungin. Berikut merupakan tahapan dari kegiatan analisis data :
a. Penggelaran Hasil Observasi dan Wawancara Hasil observasi dan
wawancara yang telah dilakukan, digelarkan dalam lembaran yang
mudah dibaca. Data data tersebut tidak perlu dikelompokkan
sesuai domain atau sub-domain, hanya menggelarkan data hasil
observasi dan wawancara sehingga dapat dibaca dengan mudah.
Pada tahap ini peneliti telah dapat melakukan editing data kecil-
kecilan mengenai proses komunikasi interpersonal orang tua
dengan anak.
b. Pemilahan Hasil Observasi dan Wawancara Peneliti selanjutnya
melakukan pemilahan terhadap hasil wawancara. Artinya, hasil
wawancara dipilah menurut domain atau sub-domain yang telah
ditentukan tanpa harus mempersoalkan dari mana elemen sub-sub
domain itu berasal. Peneliti dapat memilah data hasil wawancara
sesuai kemiripan hasil data, yang mana data tersebut akan
dikelompokkan.
c. Menemukan Elemen-Elemen Kontras Pada tahapan ini, peneliti
dapat membuat tabel atau daftar urutan tertentu yang dipakai
untuk mencari dan menempatkan pilahan sub-domain yang telah
ditemukan elemen kontras. Peneliti disini memiliki urutan tertentu
untuk menganalisis data. Urutan tersebut merupakan urutan data
dari yang memiliki kemiripan paling tinggi hingga rendah,
sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisis perbedaan
mencolok dari hasil penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Psikologi umum, (Jakarta: Rineka Cipta: 1998), hal. 1.

Alo liliweri, Komunikasi Antarpribadi,, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991),


hlm.5.

Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis


dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Balai Pustaka. Soeharto I, (1995), Manajemen proyek dari konseptual sampai
operasional,Penerbit Erlangga, Jakarta. Fazli, Mohamad Irvan, (2012). Peranan
Orang Tua Dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Di Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Hidayatul Umam Cinere,Depok, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Tarbiyah
Dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fahriantini, Eva. (2016), Peranan Orangtua dalam Pengawasan Anak pada


Penggunaan Blackberry Messenger di AL Azhar Syifa Budi Samarainda.Jurnal
Ilmu Komunikasi, 4(4) : 44 45.

Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: Sebagai Instrumen


Penggalian Data Kualitatif, 29

Hurlock, E. B,“Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan, edisi kelima. Jakarta: Erlangga.1993.

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya


Ilmiah,139.

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder (Jakarta: Rajawali Press, 2011), 114.
Nana Sahriana, Jurnal Smart PAUD Vol. 2 No. 1, Januari 2019.

Rakhmat, DRS. Jalaluddin. Psikologi Komunikasi.hlm 3.

Santrock W John, Life Span Development, Jakarta : PT Erlangga, 1995.

Simamora, Antonius S.M, (2016), Persepsi Orang Tua Terhadap Dampak


Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Pendidikan Dasar Di Perumahan Bukit
Kemiling Permai Kecamatan Kemiling Bandar Lampung. Skripsi.Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Siregar, Nina Siti. S, (2013). Persepsi Orang Tua Terhadap Pentingnya


Pendidikan Bagi Anak. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 1(1): 11-27.

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja


GrafindoPersada.

Sunita, Indian, Eva Mayasari. 2018. Jurnal:Pengawasan Orang Tua Terhadap


Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak. Vol 3. No.2.

Surbakti. (2012). Parenting Anak-Anak. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yokyakarta: Graha Ilmu, 2011), 4.

Kelompok Gramedia. Aisyah, Feni. N. A. (2016). Peran Orang Tua Dalam


Menanamkan Sikap Keberagamaan Anak Usia Sekolah Dasar. Skripsi. Fakultas
Terbiyah Dan Keguruan. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Widiawati, “Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Daya Kembang


Anak”.Jakarta : Universitas Budi Luhur, 2014. Syahra, R. Informatika Sosial
Peluang dan Tantangan.Bandung 2006.

Anda mungkin juga menyukai