Anda di halaman 1dari 4

BATASAN MEMILIKI PONSEL PINTAR PADA ANAK

Di jaman yang serba digital ini, sebagai sesama mahkluk sosial, tentu kita banyak
memerhatikaan kondisi sekitar kita, dan yang menarik perhatiaan adalah anak-
anak kecil yang masih belum sekolah sudah memiliki ponsel dan tak jarang
mereka sudah bisa mengoperasikan ponsel pintar tersebut.

Ponsel pintar sebetulnya memiliki dampak yang positif dan negative terhadap
anak, dimana dampak positifnya selain sebagai fasilitas pembelajaran tapi juga
memiliki kontibusi pada pencapaian kognitif dan kemampuan bahasa mereka.
Anak usia prasekolah hingga usia SD kelas awal, berada dalam fase
pengambangan bahasa secara ekspresif, artinya dapat mengungkapkan pendapat,
keinginan, penolakan melalui bahasa lisan. Kemampuan bahasa dan bicara anak
memiliki potensi untuk berkembang secara cepat, hingga menjadi pola
perkebangan anak untuk memudian berpengaruh dalam penyesuaian pribadi anak
seiring dengan bertambahnya usia anak.

Namun, selain dampak positif, penggunaan ponsel pintar oleh anak-anak ini juga
memiliki dampak negative yang menimbulkan kekhawatiran. Karena penggunaan
ponsel pintar ini bisa menimbulkan berbagai dampak negative pada anak yang
seharusnya belum mengenal ponsel. Karena sebetulnya, perusahaan ponsel pintar
pun merancang barang elektroniknya untuk digunakan bagi orang-orang yang
sudah cukup mengerti akan penggunaan ponsel pintar yang semestinya.

Sementar itu dikutip dari Wijaya dan Nugroho (2021) yang mengutip dari Maria
& Novianti (2020) penggunaan ponsel pintar yang berlebihan pada anak akan
menimbulkan dampak yang negatif, karena hal tersebut dapat menurunkan daya
konsentrasi juga meningkatkan ketergantungan anak dalam bermain ponsel,
hingga anak-anak tersebut tidak dapat melakukan suatu hal yang seharusnya
mereka lakukan diumurnya. Dampak lain dalam penggunaan ponsel pintar pada
anak ini adalah dengan semakin terbukanya akses internet yang memperlihatkan
hal-hal yang sebetulnya tidak boleh dilihat oleh anak-anak.

Seperti yang marak terjadi akhir-akhir ini, anak-anak kecil sudah mengetahui
trend-trend yang sedang ramai dan mengikutinya, belum lagi jika mereka melihat
konten-konten yang tak senonoh dan membuat anak-anak jadi sering membahas
hal tersebut.

Karena di media sosial yang merupakan tempat bebas dalam membahas,


memposting, atau berekspresi, kita tak bisa memastikan bahwa apa yang anak
lihat adalah hal yang aman untuk mereka pahami. Karena terkadang kita saja
sebagai orang yang sudah cukup mengerti baik buruknya konten di media sosial
seringkali kecolongan dan malah melihat hal yang tidak baik. Hal tersebut tentu
menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak yang sedang dalam tahap
perkembangan.

Berdasarkan hal tersebut, keadaaan dimana anak-anak menggunakan ponsel pintar


bahkan sampai membuka berbagai platform media sosial tentu merupakan hal
yang rawan. Karena hakikatnya, anak kecil adalah anak yang masih menerapkan
copy dan paste, yang mana mereka hanya melihat dan mengikutinya, atau mereka
akan dengan mudah meniru dan mempraktikan apapun yang mereka lihat. Bahkan
di lingkungan rumah saja seringnya anak-anak mendengar kata-kata kasar dan
bisa menirunya. Apalagi di media sosial yang serba bebas, tentu hal ini harus
menjadi perhatiaan bagi orang tua untuk membatasi penggunaan ponsel pintar
pada anak.

Karena sebetulnya yang memiliki peran dalam membatasi itu adalah orang tua.
Sedangkan kebanyakaan orang tua saat ini malah dengan sengaja memberikan
anak mereka ponsel pintar. Seperti contohnya, jika anak tak ingin makan, orang
tua akan mengiming-imingi anak untuk memainkan ponsel pintar, atau ketika
anak tidak menurut pada orang tua, orang tua akan dengan mudah memberikan
ponsel pintar mereka untuk anak gunakan. Atau banyaknya, orang tua yang tak
ingin diganggu anak mereka ketika sedang mengerjakan sesuatu pasti memberikan
ponsel pintar pada anak dangan dalih agar anak-anak mereka tidak berisik dan
mereka bisa bekerja dengan tenang.

Namun, meski biasanya, anak akan diberikan tontonan yang sesuai usianya di
platform youtube, tetapi pada kenyataannya, anak-anak sekarang biasanya sudah
mengerti bagaimana cara mengalihkan tontonannya menjadi konten lain. Hal
tersebutlah yang sebetulnya rawan.

Lalu bagimana penggunaan ponsel pintar pada anak sekolah dasar yang sekarang
juga sudah diharuskan menggunakan barang elektronik tersebut? Hal tersebut
memang terkadang menjadi kekhawatiran lain bagi para orang tua, karena anak
mereka membutuhkan ponsel pintar namun disisi lain mereka khawatir anaknya
akan melakukan sesuatu di luar jangkauan orang tua, karena anak berumur 6-10
tahun pasti sudah lebih mengerti bagaimana menggunakan ponsel pintar
dibanding anak 2-5 tahun tadi.

Maka solusi yang bisa dilakukan bagi orang tua adalah dengan melakukan
pembatasan bagi ponsel pintar anak. Sekarang sudah banyak ponsel pintar yang
bisa menerapkan fitur ‘kontrol orang tua’ di ponselnya. Jadi, orang tua bisa
melakukan pembatasan dan melakukan pengecekan terhadap jejak anak di dunia
digital dan tentang bagaimana anak menggunakan ponselnya. Solusi ini tentu bisa
menjadi solusi paling baik agar anak tidak berbuat hal-hal di luar control orang
tua, dan anak masih bisa menggunakan ponsel sesuai kegunaannya.
Dengan demikian, anak-anak seharusnya tidak diperbolehkan memiliki ponsel
pintar yang digunakan sendiri tanpa pengawasan. Namun, anak-anak masih
memiliki kesempatan dalam menggunakan ponsel pintar. Tetapi, penggunaan
ponsel pintar bagi anak yang belum seseuai umurnya harusnya dibatasi, dan orang
tua sebagai peran paling penting dalam mengontrol anak harusnya lebih paham
bahwa penggunaan ponsel pintar bagi anak di bawah umur terlalu riskan dan bisa
menyebabkan kerugiaan di masa yanag akan datang. Namun dengan begitu, orang
tua juga bisa menerapkan solusi lain dalam pemberiaan ponsel pintar bagi anak,
yaitu dengan mengaktifkan fitur ‘kontrol orang tua’.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, A. S., & Nugroho, N. (2021). Dampak Gawai terhadap Perkembangan


Anak Usia Pra Sekolah pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan
Silampari, 5(1), 103-114.

Anda mungkin juga menyukai