Anda di halaman 1dari 3

Analisis UU No.

24 ayat 36 butir 1 dan 2 tahun 2009

1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi di Indonesia


2) Nama geografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki 1 (nama) resmi.

Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila,
dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan
negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan
kemandirian dan eksistensi Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur. Undang-Undang No. 24 tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang
negara, serta Lagu Kebangsaan , tentang berbagai hal yang terkait dengan penetapan dan
tata cara penggunaan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan,
termasuk di dalamnya diatur tentang ketentuan pidana bagi siapa saja yang secara sengaja
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang terdapat di dalammya.

Nama geografi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki 1 (satu) nama
resmi, demikian bunyi ayat 2 (dua). Lebih lanjut dan semakin detail dalam ayat 3. Bahasa
Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau
merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki
oleh warga Indonesia atau badan hukum Indonesia.

Salah satu wujud kebudayaan Indonesia yang memiliki makna historis yang mendasar
adalah Bahasa Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, eksistensi Bahasa Indonesia
cenderung dipinggirkan. Maraknya penggunaan bahasa asing, baik oleh pejabat pemerintah
ataupun para siswa dan mahasiswa. Kegemaran memakai bahasa asing juga semakin
banyak dipakai untuk nama gedung, jalan, dan nama pemukiman. Alasannya adalah karena
penggunaan nama menggunakan bahasa asing dianggap lebih menarik perhatian
masyarakat atau dinilai lebih komersial atau lebih efektif dalam menyampaikan maksud
kepada konsumen. Oleh karena itu, dengan dikeluarkannya UU No. 24 tahun 2009 adalah
untuk menjaga atau mendukung agar Bahasa Indonesia tidak semakin tersingkirkan oleh
bahasa asing.

Taponim atau nama geografi erat hubungannya dengan keberadaan bahasa, di beberapa
negara yang memiliki bahasa lebih dari satu dialek juga menghadapi permasalahan yang
sama dengan Indonesia. Pemberian nama geografi di Indonesia tentunya lekat dengan
penggunaan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah, sehingga peran bahasa menjadi kunci
penerapan kaidah penulisan taponim.

Penggunaan nama geografi menggunakan Bahasa Indonesia sangatlah penting, karena hal
tersebut dapat menunjukan jati diri atau sebagai simbol yang menunjukan bahwa suatu
daerah yang menggunakan Bahasa Indonesia merupakan bagian dari Negara Indonesia.
Hal tersebut juga dapat menjadikan Bahasa Indonesia dikenal dan diingat oleh turis yang
berkunjung ke Indonesia atau warga negara asing yang hanya sekadar mengetahuinya
lewat internet atau sosial media.

Nama geografi kini tidak semata-mata apa yang tertulis pada lembaran peta, akan tetapi
nama geografi ialah bagian dari informasi digital pada yang melekat pada platform peta
digital dan sosial media online, termasuk penulisan nama geografi di berbagai berita-berita
juga perlu diperhatikan.

Informasi yang jadi bagian dari kebutuhan sehari-hari, misal dalam mencari alamat atau
menggunakan fasilitas ojek atau taksi online juga membutuhkan keberadaan data nama
tempat atau lokasi yang benar pada peta digital yang digunakan dalam aplikasi online
mereka. Hal lainnya asalah ketika terjadi bencana, maka keberadaan informasi nama
wilayah administrasi, nama tempat atau gedung dan sebarannya menjadi bagian utama,
contohya untuk mengetahui area tergenang atau wilayah mana saja yang tercakup dalam
zona aman dalam radius tertentu.

Dari beberapa hal di atas, maka dibutuhkan peran aktif dan konstruktif dari surveyor
pemetaan ataupun toponim, kontributor geospasial, peneliti toponim ( dari bidang bahasa,
sejarah, geografi) , pemerhati bahasa, dan pegiat informasi geospasial, serta seluruh
masyarakat Indonesia agar memuat berita yang menyebutkan suatu lokasi, juga agar tetap
menggunakan bahasa Indonesia dalam penamaan geografi, seperti gedung, jalan, lembaga,
dan lain-lain.

Sebagai mahasiswa di tengah-tengah era digital harus bersama dan bersatu padu sebagai
putra dan putri Indonesia yang berkontribusi secara positif dalam menggali lagi dan
mempertahankan budaya bangsa dan bahasa daerah dengan menjunjung tinggi bahasa
persatuan yaitu Bahasa Indonesia.
ANALISIS UU NO.24 TAHUN 2009

AYAT 36 BUTIR 1 DAN 2

Oleh,

Desi Kurniasari

Ilmani Ganis A

Intan Tri Hartanti

Welly Adelia S

Anda mungkin juga menyukai