PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi pada saat ini membuat segala hal tampak sangat mudah,
termasuk dalam berkomunikasi. Segala informasi dan kebudayaan dapat diakses
melalui media dengan mudah, murah dan sangat cepat, sehingga informasi dan
kebudayaan dari negara berbeda akan berpotensi mempengaruhi kebudayaan yang
menerima informasi tersebut dengan proses yang cukup singkat, semua ini tidak
terlepas dari pengaruh media massa sebagai alat komunikasi.
Informasi aktual sehari-hari serta wawasan bagi masyarakat dapat
bersumber dari media massa yang berada di suatu negara. Media massa
merupakan alat penyampai informasi yang sangat penting dalam kehidupan sosial
bermasyarakat, yang memberikan banyak kemudahan dalam pertukaran informasi
di masyarakat. Media massa tersebut bisa berupa media elektronik dan media
cetak. Surat kabar, majalah, radio, dan televisi semuanya menyuguhkan informasi
yang berbeda-beda dengan pasar yang berbeda-beda pula. Tanpa media cetak
ataupun elektronik persebaran identitas tidak akan sekuat saat ini. Mereka
memegang kunci bagi masuk serta keluarnya suatu kebudayaan. Karena media
massa adalah jalan bagi masuknya pengaruh dari luar maka media massa juga
harus mampu menjadi filter bagi masuknya pengaruh pengaruh tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan media massa di Indonesia
antara lain kebebasan pers menjadi lebih terasa pasca jatuhnya orde baru yang
antara lain dengan ditiadakannya izin penerbitan pers bagi media cetak dan
menurunnya peran pemerintah dalam mengontrol isi media. Kepemilikan media
juga semakin terasa beragam, yaitu dimiliki oleh swasta komersial, publik,
pemerintah, dan komunitas. Potensi media massa yang sangat besar pengaruhnya
pada masyarakat, semestinya media massa menyadari potensi tersebut untuk
memberikan program-program dan informasi terbaik yang dapat membangun
bangsa dengan kemasan yang semenarik mungkin.
BAB II
PEMBAHASAN
karena
media
massa
menceritakan
peristiwa-peristiwa,
Contoh:
(1) Tony, yang kini menjabat staf Ahli Bupati Bekasi, dijebloskan ke lembaga
permasyarakatan Bulak Kapa, Bekasi, kemarin sore setelah menjalani
pemeriksaaan marathon hamper sehari penuh (Tempo, 6/10/10, Mantan Kepala
Dinas Pendidikan Bekasi Ditahan).
3. Disfemisme (pengerasan)
Contoh:
(1) Mereka yang masih mendekam di balik jeruji adalah Aleks Wetapo, 35 tahun
dan Oto Wetapo, 33 tahun (Tempo, 6/10/10, Pemerintah Nyatakan Kasus
Wamena Selesai). Kata jeruji merupakan disfemisme dari kata penjara.
4. Metafora (perumpamaan)
Contoh:
1) hubungan Jakarta-Den Haag yang memang rawan retak. Seperti berjalan di
atas kulit telur(Tempo, 6/10/10, DPR Dukung Sikap Presiden). Yang
bercetak miring adalah contoh dari majas metafora.
2) Bagaimana mendapatkan hakim kredibel kalau tidak jemput bola(Tempo.
6/10/10, DPR Pilih Dua Calon Hakim Agung).
3) Tony, yang kini menjabat staf Ahli Bupati Bekasi, dijebloskan kelembaga
permasyarakatan Bulak Kapa, Bekasi, kemarin sore setelah menjalani
pemeriksaaan maraton hampir sehari penuh (Tempo, 6/10/10, Mantan Kepala
Dinas Pendidikan Bekasi Ditahan).
4) Sebuah pengadilan di kota Amsterdam, Belanda, kemarin menunda sidang
kasus pencemaran nama baik dengan terdakwa politikus sayap kanan, Gert
Wilders (Tempo, 6/10/10, Sidang Wilders Ditunda).
5) Lorenzo Perang dengan Rossi (Tempo, 6/10/10, Lorenzo Perang dengan
Rossi).
6) Tim berjulukan Beruang Madu itu menurunkan duet Aldo Barreto asal
Paraguay dan Khairul Amri dari Singapura(Tempo, 6/10/10, Rivalitas
Pemain Asing).
5. Personifikasi (perbandingan)
Contoh:
(1) Isu reshuffle kembali berembus menjelang setahun umur Kabinet Indonesia
Bersatu II pada 20 Oktober mendatang (Tempo, 6/10/10, Presiden Akan Ganti
Lima Menteri). Kata berembus merupakan majas personifikasi karena
dibandingkan seperti angin yang biasanya berembus.
Propaganda
Propaganda dapat diartikan sebagai suatu ungkapan yang ditunjukan untuk
mempengaruhi orang lain, agar orang lain terkelabui dengan bahasa itu.
Propaganda merupakan kata-kata kampanye yang berisi setengah janji atau
legalisasi yang mempunyai sebuah alasan yang mempunyai unsur menjual.
Contoh:
1) Menurut Yudhoyono, ancaman keamanan terhadap kepala negara di luar
negeri merupakan hal lazim. Tapi, kalau sampai digelar pengadilan, (Ini)
menyangkut harga harga diri sebagai bangsa, katanya dengan suara serak
dan bergetar (Tempo, 6/10/10, Tersengat RMS di Belanda). Kalimat yang
dicetak miring merupakan contoh dari propaganda.
2) Ini Konflik RI dan RMS (Tempo, 6/10/10, Ini Konflik RI dan RMS).
Akronimisasi
Pemakaian sebuah singkatan seperti akoronim atau abreviasi untuk
mendukung prinsip keekonomisan pada bahasa jurnalistik.
1) Karena kapolri harus mengamankan kebijakan-kibajakan Presiden, loyalitas
inilah yang menjadi pertimbangan, (Tempo, 6/10/10, Yudhoyono dan Timur
Pernah Bertemu di Bosnia).
2) Dia tak kooperatif dalam penegakan HAM, katanya kemarin (Tempo,
6/10/10, Timur Pradopo Dibayangi Tragedi Trisakti).
Tehnical Reasoning
Tehnical Reasoning merupakan sebuah alasan teknis yang biasanya
dipakai untuk menyatakan bahwa pernyataan tersebut mempunyai argumentasi,
tetapi argumentasi tersebut bukan argumentasi logika melainkan argumentasi
teknis (alasan teknis), seolah-olah berlindung pada sesuatu hal (undang-undang).
Contoh:
data aktual;
logika cerita yang mereferensi pada kecocokan;
akurasi data;
kelengkapan data, setidaknya prinsip 5wh, dan
panjang pendeknya tulisan karena keterbatasan halaman.
PrinsipDasarBahasaJurnalistik
Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas
yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas.
a)
panjang dan bertele-tele. Contoh : Pada hari ini, kamis pukul 9 pagi
seharusnya ditulis Kamis, 09.00 WIB.
b)
Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu
menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca
sudah tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5 WH, membuang katakata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.
c)
Sederhana, artinya bahasa jurnalistik sebaiknya memilih kalimat tunggal
dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks.
Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak
berlebihan pengungkapannya (bombastis).
d)
Lugas, artinya mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi
secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .
e)
Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup,
tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudahmati.
f)Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat
dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak
menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari
ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu,
seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna
denotatif.
Terdapat empat prinsip retorika tekstual (Leech,1993)
10
satuan, dan
c) bagaimana mengurutkan satuan-satuan pesan itu.
Ketiga hal tersebut harus saling berkaitan satu sama lain, sehingga berita bisa
difahami dengan baik oleh pembaca.
2. Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami. Prinsip ini
menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity). Teks yang
tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami.
3.
4.
pemakaian
bahasa
jurnalistik
kekomunikatifannya.
11
lebih
menekankan
pada
daya
1. Pemakaian kata-kata yang benar. Kata merupakan modal dasar dalam menulis.
Semakin banyak kosakata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula
gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya. Dalam penggunaan
kata, penulis yang menggunakan ragam BI Jurnalistik diperhadapkan pada dua
persoalan
yaitu
ketepatan
dan
kesesuaian
pilihan
kata.
Ketepatan
12
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Media massa merupakan ruang publik dimana setiap beritanya dapat
dikonsumsi secara bebas oleh berbagai pihak. Berita yang menarik minat orang
untuk membacanya tidak lepas dari bahasa yang baik dan benar. Ketika sebuah
media membuat berita yang bagus tidak lepas dari penggunaaan bahasa yang
bagus pula dan tak jarang menggunakan istilah asing dalam pemberitaannya.
Banyaknya media massa yang masih menggunakan istilah-istilah asing, dan
kedaerahan dalam setiap berita yang ditayangkan, membuat masyarakat semakin
jauh dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B.Saran
Media yang selalu menjadi panutan masyarakat harusnya memakai bahasa
Indonesia yang benar dan memakai berita yang menarik dengan menerapkan gaya
bahasa percakapan sederhana. Media tidak boleh membiasakan mengaibaikan tata
bahasa karena akan berdampak buruk ada kelestarian bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
13
Wakid.2013. Bahasa Media Massa Harus Sesuai Kaidah Bahasa Yang Benar
(online).
http://www.suarasurabaya.net/kampoengmedia/news/2013/124001-
rahmad.
2013.
Media
Massa
dan
Penggunaan
Bahasa
.http://aceh.tribunnews.com/2013/07/09/media-massa-dan-penggunaan-
http://www.antaragorontalo.com/berita/1474/media-massa-wajib-
14