Makalah
Oleh:
Sukma Prihatini
Pemenang 3 Putri Duta Bahasa Provinsi Kepulauan Riau 2019
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
telah membantu dan berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga
akhir, Penulis berharap agar essai ini memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Sukma Prihatini
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, yang kemudian diperkuat
Pasal 36 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 bahwa bahasa
Indonesia dinyatakan sebagai bahasa resmi negara. Lahirnya UU Nomor 24
tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan semakin mengarahkan kita agar menjadikan bahasa Indonesia
sebagai sarana pemersatu, identitas dan wujud eksistensi bangsa yang
menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara serta menjadi tolok ukur
martabat bangsa.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
a. Bagaimana mengoptimalkan penggunaan media komunikasi dalam
pemartabatan bahasa dan sastra Indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini diantaranya:
a. Untuk mengetahui bahwa dalam rangka pemartabatan bahasa negara dapat
dilakukan dengan pengoptimalan penggunaan media komunikasi.
b. Untuk mengetahui betapa pentingnya menggunakan Bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam menggunakan media
komunikasi.
c. Untuk menyadarkan para generasi muda untuk menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
D. Manfaat
Manfaat makalah ini diantaranya:
a. Bagi penulis.
Agar dapat berkontribusi dalam menyadarkan para pembaca untuk
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dan bijak dalam
menggunakan media komunikasi.
b. Bagi generasi muda.
Agar mendapatkan motivasi untuk mulai membiasakan diri menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
c. Bagi masyarakat.
Agar dapat memberikan pemahaman bahwa salah satu bentuk nyata rasa
nasionalisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dapat
dilakukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Pada Pasal 25 ayat (1) dan (2), Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta
Lagu Kebangsaan menyatakan bahwa (1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan
sebagai bahasa resmi negar. Dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang
diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa
persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa. (2)
Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai jati
diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa,
serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
3
mengantisipasinya dengan melibatkan semua komponen bangsa untuk
bersinergi mewujudkan dan mengangkat kembali fungsi dan kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan.
B. Pembahasan
Kebesaran atau potensipotensi kebesaran suatu bangsa tidak hanya
ditentukan oleh satu faktor. Simultanitas dan sinergi sejumlah faktor yang
bersifat lintasbidang, baik secara vertikal maupun horizontal meniscayakan
tercapai atau terwujudkannya potensi kebesaran tersebut. Individu atau
kelompok tertentu mana pun tidak mungkin mampu bertindak untuk itu tanpa
berbagi dan bersinergi secara berbarengan. Dengan cara demikianlah suatu
bangsa akan mampu menghasilkan suatu warisan yang berharga yang bersifat
lintasgenerasi. Dalam hubungan ini pula bahasa memainkan peran utamanya.
Karena, dalam dan melalui tindakan berbahasa nilai-nilai menjadi terwujud
dan terkomunikasikan.
Bahasa Indonesia sebagai simbol Jati diri lazim juga disebut identitas
suatu bangsa yang sekaligus menunjukkan keberadaan bangsa Indonesia di
antara bangsa lain. jati diri tetap merupakan suatu hal yang amat penting
untuk dipertahankan agar kita tetap dapat menunjukkan keberadaan kita
sebagai suatu bangsa. Jati diri itu sama pentingnya dengan harga diri. Jika
tanpa jati diri, berarti kita tidak memiliki harga diri. Atas dasar itu, agar
menjadi suatu bangsa yang bermartabat, jati diri bangsa itu harus diperkuat,
baik yang berupa bahasa dan sastra, seni budaya, adat istiadat, tata nilai,
maupun perilaku budaya dan kearifan lokalnya.
Hal itu sejalan dengan ungkapan yang selama ini kita kenal, yaitu
“bahasa menunjukkan bangsa”, dan “sastra memperhalus jiwa”. Hal ini benar
adanya karena jika kita memiliki karakter yang santun maka bahasa akan
sejalan. Jika kita mempunyai bahasa yang santun maka karya sastra akan
mengikuti, pesan-pesan tersirat di dalam karya sastra akan mencerminkan
keadaan masyarakat saat itu.
Ungkapan di atas jelas bahwa bahasa menunjukkan jati diri dan karakter
bangsa penuturnya. Tutur kata yang lembut dan santun, misalnya, juga dapat
dipandang sebagai pencerminan dari karakter pribadi penuturnya yang santun.
4
Terkait dengan hal tersebut, bahasa Indonesia termasuk sastra di dalamnya
memegang peranan yang amat penting dalam pendidikan karakter bangsa.
Hal itu karena dengan mencintai bahasa Indonesia berarti juga mencintai
bangsa Indonesia. Karakter yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan
terhadap bahasa dan bangsa pada dasarnya juga merupakan refleksi dari
kecintaan dan kebanggaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pilarnya.
Penguatan jati diri dan karakter bangsa ini menjadi suatu keharusan agar
bangsa Indonesia dapat tetap eksis dan mampu menunjukkan jati dirinya
sebagai suatu bangsa di tengah-tengah derasnya arus kehidupan dan budaya
global itu. Dengan jati diri dan karakter yang kuat, diharapkan bangsa
Indonesia tetap mampu bersaing dan sekaligus ikut bermain peran dalam
kancah kehidupan global. Bangsa yang berkarakter dalam hal ini tidak saja
bangsa yang mampu memperlihatkan jati diri dan kepribadian yang kuat,
tetapi juga penuh tanggung jawab, jujur, disiplin, berkualitas, dan mempunyai
kompetensi yang tinggi. Pada akhirnya peranan bahasa Indonesia saat ini
tentu tidak lagi sebagai alat perjuangan dan sarana mempererat kesatuan
bangsa, melainkan bagaimana bahasa Indonesia mampu mengangkat
citra/martabat bangsa di mata dunia.
5
Media komunikasi yang berfungsi sebagai sarana komunikasi berperan
aktif untuk menyampaikan berbagai hal kepada masyarakat tentang
keberadaan bahasa Indonesia di samping itu media komunikasi melahirkan
media media massa yang juga berfungsi sebagai media pendidikan, media
massa harus dapat menjadi acuan dalam pemakaian bahasa Indonesia yang
baik, benar, santun, cerdas, dan menarik. Para penulis di media massa juga
harus menguasai keterampilan berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah
yang berlaku sebagai bentuk tanggung jawab serta memiliki komitmen untuk
menerapkan keterampilan berbahasa dalam tugas sehari-hari dalam
mengembang misi mencerdaskan anak bangsa.
6
menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut
supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai.
3) Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal
atau prefiks. Penggal /-an/ kata awalan /me-/ dapat dilakukan
dalam kepala berita mengingat keterbatasan ruang. Akan tetapi,
pemenggalan jangan sampai dipukulratakan sehingga merembet
pula ke dalam tubuh berita.
4) Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek.
Pengutaraan pikiran harus logis, teratur, lengkap dengan kata
pokok, sebutan, dan kata tujuan subjek, predikat, objek). Menulis
dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak
kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula
prinsip yang harus dipegang ialah ―satu gagasan atau satu ide
dalam satu kalimat‖.
5) Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau
ste¬reotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti kata-
kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu di- ketahui, dalam
rangka. Dengan demikian dia menghi- langkan monotoni
(keadaan atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia
menerapkan ekonomi kata atau penghe- matan dalam bahasa.
6) Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah
(kata kerja kopula) telah (penunjuk masa lampau), untuk (sebagai
terjemahan to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of
dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan
bentuk/jamak yang tidak perlu diulang.
7) Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan
campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif /di-/ dengan bentuk
aktif /me-/.
8) Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilah-
istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa
menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan
maksudnya.
9) Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata
bahasa.
10) Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang
komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai
dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik
5. Dalam hal pemartabatan bahasa negara pada media massa menurut
Kongres IX Bahasa Indonesia dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Peningkatan profesionalisme di kalangan insan media massa perlu
terus dilakukan dengan memperkuat dasar keterampiln berbahasa
7
Indonesia, baik secara internal maupun melalui kerja sama
lembaga-lembaga terkait.
b. Untuk menghindari varian bahasa Indonesia ragam jurnalistik
yang cenderung merusak upaya pengembangan bahasa Indonesia,
perlu ada kesepahaman di kalangan pengelola media massa untuk
melahirkan bahasa Indonesia ragam jurnalistik yang baku.
c. Pengayaan bahasa Indonesia, khususnya menyangkut kosakata
baru, oleh media massa tetap diperlukan, baik yang bersumber dari
bahasa daerah maupun bahasa asing, tetapi harus menjaga
keseimbangan agar tidak saling meminggirkan dan/atau
mematikan.
d. Pusat Bahasa (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa)
perlu terus menerus melanjutkan kerja sama dengan insan media
massa.
e. Media massa perlu memberi ruang khusus atau rubrik pembinaan
bahasa Indonesia.
f. Dunia perfilman perlu meningkatkan pemanfaatan karya sastra
Indonesia dan daerah sebagai bahasa penulisan scenario serta
memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usaha pemartabatan bahasa dan sastra Indonesia sudah banyak dilakukan
pemerintah dari tahun ke tahun. Namun usaha-usaha tersebut mengalami
berbagai kendala baik karena perkembangan zaman, kemajuan teknologi
informasi, perubahan politik, ekonomi, maupun adanya pasar bebas dan
kontak budaya antarbangsa.
Oleh karena itu, sebagai salah satu upaya yang dapat ditempuh
pemerintah dalam memartabatkan bahasa dan sastra Indonesia adalah dengan
cara membuat kebijakan-kebijakan yang memberi tanggung jawab kepada
semua komponen bangsa termasuk di dalamnya media massa.
Adapun salah satu alternatif dalam mengoptimalkan media komunikasi
dalam memartabatkan bahasa dan sastra Indonesia adalah dengan cara
mengemas kegiatan pemartabatan bahasa dan sastra Indonesia dalam bentuk
kegiatan pembinaan dan pemasyarakatan yang kreatif, inovatif, dan menarik.
B. Saran
Saran dari penulis adalah proses pemartabatan bahasa negara bukanlah
kewajiban penuh pemerintah melainkan juga merupakan kewajiban para
warga negara dalam menyukseskan pola kebijakan pemerintah. Kesadaran
masyarakat untuk bijak dan lebih sadar akan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam menggunakan media komunikasi, juga turut
berperan aktif dalam memartabatkan bahasa negara.
9
DAFTAR PUSTAKA
10