Anda di halaman 1dari 10

EKSISTENSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA

NASIONAL DALAM UPAYA MENGHADAPI GENERASI


MILENIAL

Chintami Budi Pertiwi


FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
email: chintami.tiwi98@gmail.com

Abstrak: Bahasa Indonesia dalam berbagai keperluan merupakan bahasa resmi


negara Indonesia dan telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan maupun tulis,
baik formal maupun informal. Selain fungsi komunikasi, bahasa Indonesia juga
berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Dewasa ini bahasa Indonesia
dihadapkan pada perkembangan dunia yang begitu pesat, termasuk perkembangan
teknologi informasi dan kebudayaan yang begitu mengkhawatirkan. Dengan
pesatnya perkembangan teknologi informasi dan kebudayaan tersebut menuntut
bangsa Indonesia untuk bekerja keras, dan secara aktif mempersiapkan diri
mengejar ketinggalan yang ada dari berbagai aspek kehidupan, dan termasuk
mengantisipasi perkembangan informasi dan budaya yang mengglobal. Salah satu
dampak dari globalisasi ini adalah penggunaan Bahasa Inggris yang dianggap
lebih berkelas dan memiliki nilai kebanggaan tersendiri oleh kaum milenial. Salah
satu dampak positifnya yaitu akan memudahkan bagi para milenial untuk
berkomunikasi secara internasional. Di sisi lain, dampak negative daripadanya
yaitu loyalitas pembelajar terhadap bahasa Indonesia menjadi berkukurang,
bahkan akan menjadi luntur. Bagaimana kiat bangsa Indonesia untuk mengejar
ketinggalan dari bangsa lain dan bagaimana kiatnya agar bangsa Indonesia tetap
mencintai bangsanya dan termasuk bahasanya, tentunya harus adanya kerja keras
dan kepedulian dari seluruh komponen bangsa Indonesia.

Kata kunci: pembelajaran, bahasa indonesia, era globalisasi.

Abstract: Indonesian language in many purposes as the official language of


Indonesian has been used as an oral and written communicate, both formal and
informal. Besides being a communication tool, Indonesian language also serves
as a unifying tool for Indonesian. In this era, Indonesian language is faced with
a very rapid development of the world, including the development of information
technology and culture that are so worrying. With the rapid development of
information technology and culture, it demands the Indonesian people to work
hard and actively prepare to catch up with the existing aspects of life, including
anticipating information development and a globalized culture. One of the
positive impact is easier for international communication. Meanwhile, the
negative impact is predicted to be the learner's loyalty towards Indonesian
language to be reduced and will even fade. How do Indonesian people try to
catch up with other nations and how do they try to keep the Indonesian people
in love with their nation and including their language, of course, there must be
hard work and care for all components of the Indonesian nation.

Keywords: learning, Indonesian language, globalization era.

PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia memiliki tantangan yang makin besar, seiring dengan
makin kencangnya dinamika kehidupan bagi bangsa dan negara serta masyarakat
Indonesia yang sekarang telah memasuki abad ke-21. Dari ruang publik dapat
dilihat perubahan yang sangat fundamental dalam berbagai aspek kehidupan
tersebut, terutama dalam hal penggunaan bahasa asing yang makin marak untuk
menamai lembaga, melabeli produk, dan lain-lain.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas
bangsa Indonesia. Artinya, bahwa kedudukan Bahasa Indonesia adalah sebagai
bahasa nasional negara Indonesia. Hal ini sejalan dengan fungsi dari Bahasa
Indonesia yaitu: (a) bahasa resmi kenegaraan; (b) bahasa pengantar resmi di
lembaga-lembaga pendidikan; (c) bahasa resmi di dalam perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
serta pemerintah; dan (d) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. (Masnur : 2010)
Penggalakan Gerakan Disiplin Nasional pada tahun 1995 untuk
mengutamakan bahasa Indonesia tengah menemui masa redup. Redupnya
pengutamaan bahasa negara di ruang publik seolah-olah menunjukan tanda-tanda
kekhasan identitas bangsa ini mulai runtuh. Keruntuhan simbolik negara bangsa
seperti itu tengah terjadi oleh karena agenda globalisasi dan kemajuan teknologi
informasi serta komunikasi yang telah diproyeksi sebagai modernisasi era revolusi
industri 4. 0. Oleh karena itu, sebagai gambaran, di kalangan masyarakat terasa
tidak asing dan dipandang lebih keren bentuk Bahasa seperti e-money, e-banking,
dan e-toll. Sikap bangga pada bahasa asing seperti itu dianggap menjadi pilihan
yang tepat agar manusia Indonesia lebih berterima sebagai warga global.
Pada saat yang sama, agenda dan kemajuan global itu telah melahirkan
generasi milenial yang sedang digelorakan agar tercetak “generasi emas” pada
tahun 2045. Harapan mulia itu akan “jauh panggang dari api” apabila kesetiaan,
kebanggaan, dan tanggung jawab untuk berbahasa Indonesia secara baik dan
benar serta apik dan santun di ruang publik menghilang. Tanpa kepatuhan yang
memadai terhadap hokum yang berlaku tersebut, penggunaan bahasa Indonesia
melalui media sosial cenderung lebih sebagai alat pengungkap kesenangan pada
hal instan dan kebiasaan merumpikan SARA daripada sebagai etos pengembangan
literasi sebagai baca tulis secara komprehensif. Tantangan linguistik, sejarah, dan
hokum itu makin besar pada zaman globalisasi, terutama pada era Revolusi
Industri 4,0.

PEMBAHASAN
A. Menegakkan Bahasa Indonesia di Ruang Publik
Dengan melihat sifat UU No. 24 Tahun 2009, khususnya menyangkut
kewajiban menggunakan bahasa Indonesia di ruang publik dapat dibaca ke dalam
4 argumen sebagai berikut. Pertama, keinginan negara untuk mempertahankan
identitas nasional, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia, yang bukan saja
tuntutan konstitusi, namun juga erat kaitannya dengan pemartabatan bahasa secara
fungsional. Kedua, undang-undang memberlakukan secara ketat dengan menutup
kemungkinan argument kemajemukan atau pola-pola dwibahasa tertentu. Ketiga,
pengaturan kewajiban dalam undang-undang memiliki makna hokum dan lebih
menekankan kepada fungsi direksi dari undang-undang. Keempat, implementasi
berujung kepada pertimbangan kemanfaatan (doelmatigheid), bukan kepastian
hokum (rechmatigheid), sehinga masih melahirkan kebijakan yang masih terbuka
(open legal policy), sebagai cara-cara kreatif negara untuk menjamin kehadiran
undang-undang. (Saddhono 2014)
Sehubungan dengan hal itu, negara perlu melakukan pengawasan terhadap
penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik serta melakukan tindakan hukum
atau memberi sanksi bagi yang melanggarnya agar memiliki efek jera seperti yang
telah dilakukan oleh pemprov DKI Jakarta yakni dengan menurunkan spanduk
yang menggunakan bahasa asing. Untuk pemerintah daerah agar lebih berperan
aktif dalam menertibkan penggunaan bahasa asing dan mengutamakan
penggunaan bahasa negara Indonesia sesuai amanat undang-undang. Ruang publik
yang dimaksud mulai dari nama jalan, bangunan, apartemen/hotel, permukiman,
perkantoran, informasi produk barang dan jasa, spanduk/reklame, hingga
informasi melalui media masa.
Pengutamaan penggunaan bahasa negara (bahasa Indonesia) pada forum
resmi di daerah, dan penerbitan petunjuk kepada seluruh aparatur pemerintah
dalam menerbitkan penggunaan bahasa daerah di ruang publik, termasuk papan
nama instansi/Lembaga/badan usaha/badan social, petunjuk jalan, dan iklan,
dengan pengutamaan penggunaan bahasa negara, telah diatur dalam peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 40 Tahun 2007 tentang pedoman
bagi kepala daerah dalam pelestarian dan pengembangan bahasa negara dan
bahasa daerah.
B. Kontur Global dari Konteks Pluringual
Lanskap linguistik juga terkait erat dengan persoalan ruang berbahasa
antarbangsa. Dalam pembahasan ini tercatat bahwa bangsa Indonesia terlibat
dalam percaturan geopolitik global dan terbentuk di tingkat Kawasan ASEAN
menjadi satu masyarakat antarbangsa ASEAN (MEA, misalnya). Dalam hal itu,
bahasa negara Indonesia digunakan dalam konteks komunikasi yang lebih luas.
Bahasa Indonesia dalam konteks komunikasi pada era globalisasi, khususnya era
revolusi industri 4,0 yang ketika dilihat dari geopolitik bahasa memberikan
peluang dan sekaligus ancaman bagi bahasa negara dalam penggunaanya di ruang
publik (Ainun : 2017). Munculnya ancaman terhadap eksistensi bahasa Indonesia
di ruang publik merupakan fakta atas kehadiran bahasa inggris. Bahasa Indonesia
yang ketika ditempatkan pada posisi diatas bahasa asing akan menaikkan derajat
harga diri manusia Indonesia di mata dunia global. Pada era globalisasi ini,
melalui lanskap bahasa negara di ruang publik itu, derajat harga diri manusia
Indonesia ditinggikan hingga sejajar dengan manusia yang bermartabat di dunia
global.
C. Peran Bahasa dan Sastra dalam Pembangunan Bangsa
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara mampu memantapkan
perannya sebagai sarana pembangunan nasional, penyelenggaraan negara,
Pendidikan, kegiatan keagamaan, dan peningkatan partisipasi generasi muda serta
sebagai sarana pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang pada gilirannya memperkuat ketahanan nasional. Dalam perjuangan bangsa
Indonesia menghadapi era lepas landas, peran bahasa dan sastra Indonesia perlu
dimantapkan dengan tujuan utama meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Kesadaran berbahasa merupakan modal penting dalam mewujudkan sikap
berbahasa yang positif yang selanjutnya akan memperkukuh fungsi bahasa
Indonesia sebagai lambang jati diri bangsa. Penggunaan bahasa Indonesia, baik
sebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa negara, perlu pula dibina lebih
lanjut untuk menghadapi tantangan makin meluasnya penggunaan bahasa asing
terutama bahasa inggris, di Indonesia dan di dalam pergaulan internasional. Di
samping itu, pembinaan penutur bahasa Indonesia hendaknya diarahkan
sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia dapat berfungsi sebagai sarana untuk
memanifestasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Peran bahasa Indonesia di dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di
dunia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang dipandang
penting sehingga sekarang diajarkan di banyak negara di dunia antara lain,
Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Jerman. Dengan demikian pengajaran
bahasa Indonesia untuk penutur asing perlu dikembangkan secara terencana dan
terarah sehingga bahasa dan budaya bangsa Indonesia lebih dikenal di pentas
dunia internasional. Salah satu upaya yang perlu segera dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut ialah program penerjemahan dalam bentuk skala besar
dan diimplementasikan dengan sungguh-sungguh, terutama dalam kaitannya
dengan alih teknologi.
D. Perkembangan Bahasa Indonesia di Luar Negeri
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di luar negeri pada umumnya bersifat
instrumental, terutama bagi para sarjana yang ingin melaksanakan penelitian di
Indonesia dan para calon diplomat dan usahawan yang akan bertugas di Indonesia.
Setelah belajar di negara masing-masing, tidak sedikit diantara mereka yang
kemudian mengikuti pengajaran lanjutan di Indonesia.
Sudah saatnya kini bahasa Indonesia untuk pembelajar asing (BIPA)
ditangani dengan lebih serius, antara lain dengan menyusun kurikulum yang
luwes yang dapat dengan mudah disesuaikan dengan keperluan pembelajar;
menyusun materi pengajaran dengan format yang menarik dan memperhatikan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, lisan maupun tulis, yang
hidup di masyarakat, baik untuk interaksi formal maupun interaksi informal; dan
menggunakan metode pengajaran yang berdasarkan pendekatan komunikatif.
Oleh karena itu, guru dan dosen BIPA seyogianya memahami kaidah-kaidah
sosiolinguistik yang mendasari pendekatan komunikatif. (Saddhono : 2012)
E. Dampak Globalisasi Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia
Rasa bangga berbahasa Indonesia belum lagi tertanam pada setiap orang
Indonesia. Rasa menghargai bahasa asing (dahulu bahasa belanda sekarang bahasa
inggris) masih terus menampak pada sebagian besar bangsa Indonesia. Mereka
menganggap bahwa bahasa asing lebih tinggi derajatnya daripada bahasa
Indonesia. Bahkan, mereka seolah tidak mau tahu perkembangan bahasa
Indonesia. Sebagian pemakai bahasa Indonesia menjadi pesimis, menganggap
rendah, dan tidak percaya kemampuan bahasa Indonesia dalam mengungkapkan
pikiran dan perasaannya dengan lengkap, jelas, dan sempurna. Akibat lanjut yang
timbul dari kenyataan-kenyataan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Banyak orang Indonesia lebih suka menggunakan kata-kata, istilah-istilah,
dan ungkapan-ungkapan asing, padahal kata-kata, istilah-istilah, dan
ungkapan-ungkapan itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Misalnya page, background, reality, alternative, airport, masing-masing
untuk “halaman”, “latar belakang”, “kenyataan”, “(kemungkinan) pilihan”,
dan “lapangan terbang” atau “bandara”
2. Banyak oang Indonesia menghargai bahasa asing secara berlebihan
sehingga ditemukan kata dan istilah asing yang “amat asing”, “terlalu
asing”, atau “hiper asing”. Hal ini terjadi karena salah pengertian dalam
menerapkan kata-kata asing tesebut, misalnya rokh, insyaf, fihak, fatsal,
syarat (muatan), dianggap (syah). Padahal kata-kata itu cukup diucapkan
dan ditulis roh, insaf, pihak, pasal, sarat (muatan), dan dianggap (sah).
3. Banyak orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing dengan baik,
tetapi menguasai bahasa Indonesia apa adanya. Terkait dengan itu banyak
orang Indonesia yang mempunyai bermacam-macam kamus bahasa asing,
tetapi tidak mempunyai satu pun kamus bahasa Indonesia. Seolah-olah
seluruh kosakata bahasa Indonesia telah dikuasainya dengan baik.
Akibatnya kalua mereka kesulitan menjelaskan atau menerapkan kata-kata
yang sesuai dalam bahasa Indonesia, mereka akan mencari jalan pintas
dengan cara sederhana dan mudah misalnya, penggunaan kaya yang mana
yang kurang tepat, pencampuradukan penggunaan kata tidak dan bukan,
pemakaian kata ganti saya, kami, kita yang tidak jelas.
F. Kedudukan Bahasa dalam Era Globalisasi dan Milenial
Era ini ditandai, antara lain adanya kontak bahasa, dan budaya yang tidak
bias terelakan. Dalam hubungan itu, kedudukan bahasa yang hidup dan diperlukan
dalam kegiatan berbangsa dan bernegara perlu dikukuhkan. Bahasa Indonesia
ditempatkan sebagai alat pemersatu bangsa, pembentuk jati diri, dan kemandirian
bangsa, serta sebagai wahana bangsa menuju kehidupan yang lebih modern dan
beradab. (Putri 2017) Bahasa daerah merupakan bagian sarana pembinaan dan
pengembangan budaya, seni dan tradisi daerah yang dapat memperkuat jati diri
bangsa dalam berbagai kompetisi global. Bahasa asing merupakan sarana agar
bangsa kita mampu berkompetisi aktif dalam kontak antarbangsa. Untuk
memperkukuh kedudukan bahasa dalam era globalisasi itu, upaya-upaya yang
sungguh-sungguh perlu dipersiapkan dan dilakukan baik dalam berbagai aspek
substansial kebahasaan maupun aspek kelembagaan.
Untuk menghadapi tuntutan dan tantangan perkembangan sosial dan
budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kehidupan berbangsa
dalam era globalisasi, dan teknologi informasi masa kni serta masa yang akan
datang dalam millennium ketiga, bahasa Indonesia perlu ditingkatkan mutunya
dan dikembangkan kemampuan daya ungkapnya sehingga buku tata bahasa dan
kamus serta berbagai pedoman pengunaan bahasa menjadi profesional untuk lebih
memberdayakan sumber daya manusia Indonesia. (Marsudi 2009) Di samping itu,
sesuai dengan tuntutan reformasi, penutur bahasa Indonesia, para pejabat, dan
tokoh panutan masyarakat perlu dibina sedemikian rupa sehingga perilaku
bahasanya lebih baik, benar, demokratis, dan lugas.
Pada saat ini bangsa Indonesia hidup dalam dua era sekaligus, yaitu era
globalisasi dan era otonomi daerah. Kedua era ini telah mempengaruhi peran
bahasa-bahasa di Indonesia. Peran bahasa Indonesia dan bahasa asing perlu
dirumuskan kembali seiring dengan otonomi daerah. Dalam kaitan dengan hal itu,
mutu bahasa, terutama bahasa Indonesia dan bahasa daerah, perlu ditingkatkan
agar kedua bahasa tersebut disamping dapat terus terpelihara dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 juga dapat
menjalankan fungsinya untuk berbagai keperluan. Hal yang terakhir adalah
peningkatan mutu penggunaan bahasa. Peningkatan itu dapat dilakukan dengan
memperbaharui pengajaran bahasa sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan rekayasa bahasa serta dengan meningkatkan permasayarakatan
bahasa agar dapat diperoleh sikap positif terhadap bahasa Indonesia, bahasa
daerah, dan bahasa asing.

KESIMPULAN
Baik buruknya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang
yang mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara
Indonesia harus serta merta berperan dalam membina dan mengembangkan
bahasa Indonesia ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan
meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi yang sangat
ketat dengan persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah
bangsa. Kacau bahasa, kacau pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar
oleh setiap warga negara Indonesia sehingga akan ada rasa tangung jawab
terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan
subur di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa
Indonesia pun akan bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang
tentu, ini semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang
mengaku berbangsa Indonesia.
Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri bangsa
Indonesia yang perlu terus dipertahankan. Pergaulan antarbangsa memerlukan alat
komunikasi yang sederhana, mudah dipahami, dan mampu menyampaikan
pemikiran yang lengkap. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus terus dibina dan
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kebanggaan bagi bangsa
Indonesia dalam pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Suminar, R. P. (2016). Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Penggunaan Bahasa
Indonesia Mahasiswa Unswagati. Jurnal Logika, 18 (3), 114-119.

Gunarwan, Asim. 2003. Bahasa Indonesia Belum Jadi Bahasa Komunikasi Luas.
Saddhono, Kundharu. 2017. Manajemen Kelas Multikultural Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonresia. Conference on Languange and
Languange Teaching 1 (1), 111-116

Muslich, Masnur dan I Gusti Ngurah Oka. 2010. Perencanaan Bahasa Pada Era
Globalisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Suyanto. 2002. Tantangan Global Pendidikan Nasional dan Penggunaan Bahasa
Indonesia 12 (3), 118-122
Syafi'ie, Imam. 2003. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Perspektif
Globalisasi dan Otonomi Daerah. Makalah disampaikan pada Pertemuan
Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia XXV Perguruan Tinggi Negeri dan
Perguruan Tinggi Swasta Se-lndonesia di Yogyakarta 6-7 Oktober 2003.
Sugono, Dendy. 2002. Bahasa Indonesia Urutan Keempat di Dunia.
http://www.icmi.or. id/berita-091002.htm
Suwartono, 2007. Penggunaan Bahasa asing dalam Konteks Pendidikan Bahasa
di Indonesia: Beberapa Isu Sentral. INSANIA Jurnal Pemikiran
alternatif Pendidikan 12 (3) 22-28

Ainun Rondiyah, Arifah., Nugraheni, Eko Wardani., & Kundharu, Saddono. 2017.
Pembelajaran Sastra Melalui Bahasa dan Budaya untu Meningkatkan
Pendidikan Karakter Kebangsaan di Era Mea (Masyarakat Ekonomi
Asean). Proceedings Education and Language Internationa Conference,
12 (2) 141-147

Daimun. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi. Jurnal


Bahasa dan Seni. 14 (1) : 30-42.

Marsudi. 2009. Jati Diri Bahasa Indonesia di Era Globalisasi Teknologi Informasi.
Jurnal Sosial Humaniora, 2(2), 133-148.

Muslich, Masnur. 2012. Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi. Jakarta : Bumi
Aksara.

Putri, N. P. 2017. Eksistensi Bahasa Indonesia Pada Generasi Milenial.


Saddhono, K. 2014. Pengantar Sosiolingistik Teori dan Konsep Dasar. Surakarta:
UNS Press.

Muslich, Masnur. 1988. Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi: Kedudukan,


Fungsi, pembinaan, dan Pengembangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Saddono, Kundharu. 2012. Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa
Asing dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) Di Unversitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra, 24 (2)
176-186.
U RI No. 20. Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
UUD 1945. 2000. UUD 1945 dan Amandemennya. Surakarta: Pabelan.
Widada, Hs. 2003. Reaktualisasi Peran Bahasa Indonesia dalam Konteks Lokal
dan Global. Makalah disampaikan pada Kongres Bahasa Indonesia VII,
Jakata 14-17 Oktober 2003.
Wurianto, Arif Budi. 2002. Globalisasi, Teknologi Informasi, dalam peran
Bahasa. dalam Majalah Linguistik Indonesia. Tahun 20/2 Jakarta:MLI.

Anda mungkin juga menyukai