Anda di halaman 1dari 12

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KALANGAN REMAJA DI

ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Diah Melinda (205030100111101)


Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya, Malang
e-mail: diahmlnda@student.ub.ac.id

Abstrak
Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa yang sudah ada sejak Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Indonesia pun kini
telah berkembang pesat dengan adanya era globalisasi, dan saat ini memasuki era
Revolusi Industri 4.0 yang memanfaatkan kemajuan teknologi semakin
mempermudah eksistensi bahasa Indonesia di manca negara. Namun, penggunaan
bahasa Indonesia semakin hari semakin tergerus eksistensinya di kalangan remaja
Indonesia, alasannya remaja Indonesia menganggap penggunaan bahasa asing
atau bahasa prokem lebih menunjukan intelektualitas. Jika hal ini terus berlanjut
maka Indonesia dapat kehilangan jati diri. Penulisan artikel ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan bahasa Indonesia serta strategi dan inovasi
yang dapat diupayakan dalam meningkatkan eksistensi bahasa dan sastra
Indonesia di kalangan remaja.
Kata Kunci: Bahasa Indonesia, remaja, eksistensi, dan bahasa asing.

PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang berasal dari bahasa yang
dijanjikan dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai bahasa
persatuan bangsa Indonesia dikembangkan sesuia dengan perkembangan
peradaban bangsa. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera Negara, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Undang-Undang ini terdapat dalam Bab 3 pasal 36 Undang-Udang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya undang-undang tentang bahasa.
Peraturan tersebut sebenarnya bertujuan untuk :

1. Memperkuat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


2. Pemeliharaan menunjukkan kedaulatan negara dan kehormatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia untuk mempersatukan negara.
3. Menetapkan ketertiban, kepastian dan standarisasi bendera, bahasa dan
lambang negara, serta penggunaan lagu kebangsaan sebagai identitas
negara berdaulat (Andarwulan dkk, 2019).

Indonesia adalah negara dengan kepulauan yang luas, dikenal dengan


sebutan Nusantara. Peran Bahasa Indonesia sebagai identitas negara berdaulat
adalah sebagai bahasa resmi pemersatu bangsa yang dijunjung di seluruh pelosok
Nusantara, tujuannya agar masyarakat Indonesia yang beragam dapat menyatu
dan saling berkomunikasi dari sabang sampai merauke tanpa merasa diskriminasi
bahasa.

Sebagai bahasa pemersatu bangsa, bahasa pengantar pendidikan, dan lain


sebagainya, penggunaan bahasa Indonesia tidak membatasi penggunaan bahasa
daerah oleh tiap warga negara Indonesia di Nusantara, karena keberagaman
bahasa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa ada keberagaman budaya yang
dilestarikan di Indonesia. Adanya Bahasa Indonesia justru memudahkan bahasa
daerah untuk lebih diketahui masyarakat.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengutip dari


laman Republik.co.id bahwa bahasa Indonesia berkembang seiring dengan
perkembangan masyarakat Indonesia. Perkembangan masyarakat Indonesia.
Pembangunan bahasa negara harus terus dilakukan oleh lembaga pembangunan
dan pembukuan, serta generasi muda yang merupakan generasi penerus bangsa,
dalam konteks ini adalah kalangan remaja. Perlindungan bahasa dan sastra daerah
juga harus dilakukan secara simultan dengan para remaja atau pemuda Indonesia
di setiap daerah, karena perlindungan tersebut juga berarti melindungi
kemajemukan Indonesia yang multi etnis dan multi bahasa (Hafil, 2019).

Sebagaimana hal tersebut, perkembangan dan pelestarian penggunaan


bahasa Indonesia diprakarsai oleh kalangan remaja sebagai generasi penerus
bangsa. Remaja sebagai pemuda Indonesia harus mampu membuat situasi dan
kondisi yang mendukung penggunaan bahasa Indonesia, mampu melestarikan
budaya yang terkandung serta mampu mengangkat bahasa Indonesia sebagai
bahasa dunia. adanya era Revolusi Industri 4.0 ini menjadi peluang untuk
penggunaan bahasa Indonesia dapat diperkenalkan hingga ke tingkat internasional
guna meningkatkan daya saing bangsa. Karakteristik remaja menjadi salah satu
populasi terbesar dan sangat berpengaruh akan pelestarian penggunaan bahasa
Indonesia. Remaja sebagai pemuda Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang
No.40 tahun 2009 adalah warga negara yang berusia 16-30 tahun. Jumlah
kelompok usia tersebut menurut hasil Sunsenas tahun 2020, diperkirakan
berjumlah sebesar 64,50 juta jiwa atau hampir seperempat dari total penduduk
Indonesia yaitu 23,86 persen (BPS, 2020).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, remaja adalah penduduk dalam


kelompok usia 10-19 tahun, dan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (Permenkes RI) Nomor 25 Tahun 2014 (Permenkes RI), remaja adalah
penduduk di usia 10-18 tahun kelompok usia, menurut data Badan Kependudukan
dan Perencanaan (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah (Kemenkes RI, 2017).

Fenomena globalisasi yang menghadirkan ragam budaya dan bahasa dari


berbagai negara menjadikan suatu pembelajaran bahasa lebih mudah dalam
penyebarannya. Akan tetapi fenomena tersebut juga tak mengidahkan bahwa
penggunaan bahasa yang berbaur dalam kehidupan sehari-hari menjadi ciri yang
dianggap masyarakat sebagai suatu intelektual, dan akhirnya menimbulkan
distrupsi terhadap penggunaan Bahasa Indonesia. Disrupsi ini menyebabkan
terjadinya krisis penggunaan bahasa Indonesia, banyak masyarakat khususnya
remaja beranggapan bahwa intelektualitas ditandai dengan penggunaan bahasa
asing dalam kehidupan sehari-hari (Andarwulan dkk, 2019).

Namun, tidak dapat dipungkiri pula, distrupsi tersebut juga menunjukkan


itikad baik akan pentingnya Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mengalami
perkembangan pesat, hal ini dibuktikan dengan pembelajaran bahasa Indonesia
tidak hanya ada di Nusantara, tetapi sudah menyebar hingga manca negara.
Sebagai alat komunikasi antar daerah yang menjadi lambang serta kebanggaan
bangsa dan negara.
Globalisasi kini juga mengantarkan bangsa Indonesia ke era digital
Revolusi Industri 4.0 dimana proses integrasi internasional semakin cepat dan
masif, serta akses diberbagai bidang kehidupan yang hampir tak terbatas. digital
pada globalisasi dewasa ini juga menciptakan ruang dan waktu yang semakin
sempit, dimana orang-orang dengan mudah dapat mempelajari bahasa asing.
Adanya pembelajaran bahasa asing diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Warga negara Indonesia akan mampu beradaptasi dengan perubahan dunia


pada lingkup internasional. Hal ini dikarenakan perkembangan Bahasa Indonesia
di masyarakat dipengaruhi oleh globalisasi, baik itu pengaruh positif maupun
pengaruh negatif, dan dengan adanya digitalisasi yang semakin memperkenalkan
Indonesia terhadap negara lain, sepatutnya Bahasa Indonesia memiliki potensi
menjadi bahasa dunia sebagaimana bahasa internasional lainnya.

Oleh karena itu, rumusan masalah sebagaimana latar belakang yang


penulis sajikan adalah:

1. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia dewasa ini.


2. Bagaimana eksistensi penggunaan bahasa Indonesia pada kalangan
remaja di era Industri 4.0.
3. Bagaimana strategi dan inovasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di era Industri 4.0 saat ini.

PEMBAHASAN

Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi

Bahasa merupakan gejala alamiah secara manusiawi yang terus berubah


sebagai fungsi dari sarana komunikasi (Andarwulan dkk, 2019). Pembelajaran
bahasa sebagai pembelajaran linguistik dipengaruhi oleh keinginan seseorang agar
dapat berinteraksi dengan orang lain. Pembelajar bahasa menginternalisasi fungsi
eksternal bahasa yang mana mengatur interaksi sosial untuk mengatur aktivitas
kognitif fungsi internal bahasa.
Bahasa Indonesia adalah perwujudan dari jiwa perjuangan bangsa
Indonesia, bahasa Indonesia mengikat persatuan bangsa dalam suatu bahasa
komunikasi. Sejak masa reformasi tahun 1998, bahasa Indonesia telah mengalami
perkembangan positif yang pesat, hal ini dikarenakan peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi di Indonesia sendiri sejak dinobatkannya bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu bangsa, serta tuntutan era globalisasi yang membuat bahasa
Indonesia semakin dikenal oleh manca negara. Kosa kata bahasa Indonesia juga
mengalami perkembangan yang pesat. Sampai tahun 2007, bahasa Indonesia
memiliki 78.000 kata umum dan 590.000 kata di berbagai bidang ilmu
(Andarwulan dkk, 2019).

Fakta bahwa bahasa Indonesia semakin berkembang kearah yang positif


juga didukung oleh pernyataan Guru Besar Linguistik Indonesia dalam artikel
Republika.co.id, Bambang Kaswanti Purwo yang mengatakan bahwa bahasa
Indonesia saat ini diurutan ketiga setelah bahasa Spanyol dalam postingan
Wordpress dan telah ditetapkan sebagai bahasa resmi kedua di Vietnam, serta
setidaknya ada 52 negara asing yang telah membua program bahasa Indonesia
diantaranya Korea, Jepang, London, dan Belanda (Purwadi, 2019).

Melalui perkembangan-perkembangan tersebut, sudah sepatutnya Bahasa


Indonesia berkembang menjadi bahasa dunia atau bahasa internasional. Tentu, hal
ini disebabkan oleh faktor globalisasi, yaitu proses integrasi internasional yang
terjadi karena adanya pertukaran pandangan dunia, produk, ide dan aspek budaya
lainnya. Globalisasi memberikan dampak yang menjadi faktor pendorong
perkembangan bahasa, faktor tersebut antara lain: pertukaran pelajar; sumber
daya-sumber daya alam Indonesia yang beragam dan berlimpah; masuknya
perusahaan asing ke Indonesia; serta tempat-tempat wisata yang mulai dikenal
oleh seluruh dunia. Bahasa Indonesia memiliki penutur terbesar kelima di dunia.
Dalam skala global, perkembangan bahasa Indonesia saat ini dapat dijadikan
sebagai sarana diplomasi budaya.

Peranan globalisasi dapat menyentuh seluruh aspek kehidupan yang


penting. Globalisasi akan membawa berbagai tantangan dan permasalahan,
termasuk dalam penggunaan bahasa serta sastra. Globalisasi tidak hanya
memberikan perubahan positif terhadap bahasa Indonesia, namun juga membawa
perubahan negatif atau buruk terhadap bahasa Indonesia. Media massa menjadi
salah satu penyebab terjadinya krisis penggunaan bahas Indonesia, ketertarikan
para remaja dalam menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul pada setiap
interaksi menyebabkan distrupsi pada penggunaan bahasa Indonesia. Terlepas dari
distrupsi negatif penggunaan bahasa Indonesia, perkembangan bahasa Indonesia
dewasa ini terus berupaya dalam pelestarian penggunaan bahasa Indonesia sebagai
jati diri bangsa, serta identitas diri terhadap dunia internasional.

Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Kalangan Remaja di Era


Industri 4.0

Bahasa mengungkapkan identitas seseorang, mengungkapkan karakter,


pola, perilaku, kebiasaan, atau kecerdasan seseorang. Melalui penggunaan bahasa,
kata-kata yang dipilihnya, dan aksesn atau intonasi yang diucapkannya, seseorang
dapat melihat siapa yang sebenarnya berbicara (Nupratiwiningsih dan Maknum,
2020).

Menurut Kurniawan, sebagai bahasa pemersatu suku, bahasa Indonesia


memiliki beberapa potensi karakteristik: (1) bahasa Indonesia terbukti
mempersatukan bangsa Indonesia yang multicultural, (2) bahasa Indonesia yang
demokratis dan setara, (3) bahasa Indoensia terbuka atau transparan, dan (4)
bahasa Indonesia sudah mulai mendunia. (Kurniawan, 2012).

Pesatnya perkembangan globalisasi sosial telah mempengaruhi


penggunaan bahasa Indonesia. Remaja masa kini lebih banyak belajar bahasa
asing dan bahasa prokem. Hal ini dikarenakan menggunakan bahasa asing dan
prokem tersebut seseorang akan merasa lebih keren dan lebih tren dibandingkan
menggunakan bahasa Indonesia.

Bahasa prokem diciptakan oleh sekelompok remaja untuk digunakan


sehari-hari, sering kali tidak diketahui oleh pihak lain di masyarakat. Namun, kini
telah menjadi bahasa pergaulan remaja. era Revolusi Industri 4.0 yang memiliki
jangkauan informasi yang begitu luas serta tanpa batas membuat remaja
khususnya berlomba untuk mengikuti tren terkini. Perilaku ini mendapat reaksi
terutama dari kalangan terpelajar bahwa eksistensi bahasa Indonesia pada generasi
muda di era Revolusi Industri 4.0 sudah memasuki peningkatan yang signifikan.

Revolusi Industri 4.0 adalah perubahan dalam bidang industri yang


memanfaat segala aspek kehidupan terhadap kemajuan teknologi dan internet
terjangkau sehingga segala hal yang diproduksi atau yang dilakukan masyarakat
pada masa kini bergantung kepada hal tersebut dalam peningkatan eksistensi
termasuk eksistensi bahasa Indonesia. Demikian, eksistensi penggunaan bahasa
Indonesia pada kalangan remaja di era Revolusi Industri 4.0 dapat ditingkatkan
sesuai dengan konteksnya.

Eksistensi yang diartikan sebagai keberadaan, hal ini dimaksudkan adalah


keberadaan bahasa Indonesia di era Revolusi Industri 4.0 mengalami peningkatan
penggunaan dan keakraban melalui komunikasi, media dan teknologi digital.

Menurut Ekawati (2017), secara harfiah eksistensi diartikan sebagai


muncul, timbul. Memiliki wujud eksternal, sister (existere dalam latin)
menyebabkan berdiri. Eksistensi bahasa Indonesia pada era Globalisasi saat ini,
jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga
negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar distrupsi terhadap bahasa Indonesia
tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan bahasa
dan budaya bangsa Indonesia.

Pengaruh alat teknologi yang canggih dan sosial media yang memudahkan
menjangkau dunia luar harus dihadapi dan dikuasai, namun bukan berarti generasi
bangsa menanggalkan jati dirinya dengan melakukan distrupsi pada bahasa
sendiri, melupakan tata cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
demi mengikuti tren masa kini. Remaja sebagai generasi penerus bangsa harus
dapat mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa
Indonesia. Hal itu terkait dengan kedisiplinan berbahasa nasional, pemakaian
bahasa Indonesia yang berdisplin dimana pemakaian bahasa Indonesia patuh
terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai
dengan situasi dan kondisinya atau konteksnya. Dengan berdisiplin penggunaan
bahasa Indonesia akan dapat membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan
dirinya dari pengaruh negatif asing yang ditimbulkan oleh era industri 4.0 saat ini.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, identitas kedaulatan bangsa,


harus disikapi dengan sebaik mungkin dalam pengajaran dan penggunaannya.
Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi bangsa Indonesia juga
mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran dalam penggunaan
bahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan.
Berbagai fenomena yang berpotensi memberi dampak buruk pada kebenaran
berbahasa dapat diminimalisir atau bahkan diatasi apabila penggunaan bahasa
disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar.

Strategi dan Inovasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di


Era Industri 4.0

Strategi pembelajaran adalah suatu konsep, pedoman, pendekatan, ataupun


jalur utama untuk melakukan, mengukur dan mengevaluasi instruksi yang telah
ada sebelumnya. Kata strategi sendiri berasal dari dari kata Strategos dalam
bahasa Yunani artinya gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin.
Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang ingin
dituju. Sehingga, pada dasarnya strategi adalah alat untuk mencapai tujuan
(Simarmata dkk, 2018).

Menurut beberpa pengertian di KBBI, pada pengertian ketiga, strategi


adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus
(KBBI Online, 2021). Strategi sebagai suatu bentuk atau rencana yang
mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan dan rangkaian tindakan dalam
suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi disusun berdasarkan
kemampuan dan kelemahan internal serta eksternal lingkungan, tujuannya untuk
mengantisipasi pergerakan perencanaan agar menghasilkan hasil yang diinginkan.
Dari pengertian yang telah dijabarkan tersebut, maka dapat diartikan
strategi sebagai suatu rencana yang disusun untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam hal ini strategi dapat berupa pembuat kebijakan dan para
pendidik yang berupaya memberikan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
kepada masyarakat khususnya remaja sebagai generasi penerus bangsa.

Kategori remaja setiap waktu berubah-ubah, dari generasi tahun 90s, ke


generasi milenial, kemudian generasi z yang saar ini dikenal sebagai generasi
teknologi. Tentunya, setiap generasi memiliki sistem atau strategi yang berubah.
Butuh suatu inovasi dalam pembelajaran agar sesuai dengan tuntutan zaman. Di
Era Revolusi Industri 4.0 ini, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus
mampu menghadapi gejolak perubahan pembelajaran secara digitalisasi. Inovasi-
inovasi harus terus diupayakan oleh para pendidk untuk dapat memberikan bekal
bagi para remaja agar tidak terbawa arus bahasa asing dengan melupakan kaidah
penggunaan bahasa Indonesia.

Dalam dunia pendidikan, khususnya bahasa Indonesia, pelaksanaan


pembelajaran berbahasa dikemas ke dalam empat aspek keterampilan berbahasa,
yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan menulis (Mansyur, 2016).
Keempat aspek tersebut merupakan landasan pembelajaran bahasa mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Oleh sebab itu, setiap pendidik
senantiasa diberdayakan kompetensinya untuk dapat menguasai keempat aspek
tersebut. Para pendidik harus terus berupaya meningkatkan keberhasilan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia terhadap setiap perubahan zaman.

Inovasi-inovasi pembelajaran yang efektif, inovatif, aktif, kreatif, dan


menyenangkan. Penerapan kegiatan pembelajaran yang inovatif akan menciptakan
atmosfer baru yang memberikan semangat dalam menempuh pembelajaran
tersebut. dalam pembelajaran bahasa dan sastra, teknologi pendidika kini
membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Telah banyak ditemukan
materi pembelajaran di internet, web yang memuat pembelajaran tentang bahasa
dan sastra Indonesia, dan hal tersebut dapat diakses dengan mudah. Hal ini
menjadi bentuk inovasi baru dalam mengenal budaya literasi dan bermanfaat
untuk perkembaangan dalam pembelajaran.
Kemajuan teknologi akibat dari Revolusi Industri 4.0 ini dapat melibatkan
berbagai pihak dalam upaya mencerdaskan generasi bangsa untuk mengenal dan
memperdalam pengetahuan penggunaan bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia mampu bersaing dengan bahasa dan sastra asing dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut.

Tidak hanya pembelajaran berbahasa, pembelajaran sastra juga harus


dirancang agar dapat mengakomodasi Revolusi Industri 4.0. pendidik diharapkan
mampu mengelola pembelajaran yang lebih menarik dengan memanfaatkan media
pembelajaran yang mengacu pada perkembangan digital dan internet.

Fokus pembelajaran sastra pada era Revolusi Industri 4.0 menekankan


pada penanaman kecakapan yang dipandang penting di masa depan dan tidak
dapat diambil alih oleh kecerdasan buatan, yaitu berupa komunikasi, kolaborasi,
berpikir kritis, dan kretivitas (Bhudai dan Thaddei, 2015).

Salah satu hal yang menjadi suatu inovasi pada pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di era Revolusi Industri 4.0 saat ini, yakni pengembangan
kemampuan peserta didik dalam penulisan, diantaranya esai dan resensi. Hal ini
dikarenakan esai dan resensi merupakan buah pikiran, perasaan, pandangan,
pengalaman penulisan terhadap objek tertentu. pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di era Revolusi Industri 4.0 juga harus mendorong tumbuhnya dimensi
kreativitas dan kemampuan berpikir kritis kepada kalangan remaja khususnya
sebagai generasi penerus bangsa.

PENUTUP

Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa, identitas kedaulatan


negara Indonesia, harusnya sudah menjadi kewajiban bagi warga negara Indonesia
untuk memahami arti sebenarnya dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar sesuai kaidah dan konteksnya. Bahasa Indonesia yang memiliki potensi
menjadi bahasa internasional telah menjadi landasan adanya peningkatan kualitas
sumber daya manusia Indonesia di mata dunia. Namun ketertarikan masyarakat
manca negara yang ingin mengetahui lebih tentang Indonesia melalui bahasanya
tidak diimbangi dengan ketertarikan masyarakat Indonesia sendiri. Media massa
menjadi salah satu alasan terjadinya distrupsi bahasa pada kalangan remaja. Hal
ini dikarenakan pada kalangan remaja dewasa ini menganggap penggunaan bahasa
asing atau prokem pada keseharian terlihat lebih intelektual dibandingkan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Memasuki era distrupsi ini, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia


terkhusus di kalangan remaja, dituntut untuk lebih peka terhadap gejala perubahan
sosial masyarakat yang saat selalu terkait dengan teknologi dan internet.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus mampu mendistrupsi diri untuk
memperkuat eksistensinya, yaitu dengan mengubah sistem pembelajaran yang
lama dan kurang menarik menjadi sistem pembelajaran yang modern dan lebih
menarik minat kalangan remaja.

Karakteristik remaja yang menjadi populasi dominan di Indonesia dewasa


ini harus mau menyikapi bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa,
dimana penggunaan bahasa Indonesia juga menggambarkan adanya intelektualitas
pada diri seseorang karena melalui bahasa, jati diri seseorang dapat terlihat.

Strategi dan inovasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia juga harus
selalu diupayakan. Bahkan memasuki era Revolusi Industri 4.0, dapat terbilang
penyebaran pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia semakin luas dan mudah
untuk diakses. Adanya upaya pembelajaran yang mengasyikan melalui berbagai
media diharapkan dapat menimbulkan rasa suka terhadap bahasa Indonesia itu
sendiri. Demikian, penggunaan bahasa Indonesia dapat dipelopori oleh remaja
sebagai generasi penerus bangsa untuk meningkatkan eksistensi bahasa dan sastra
Indonesia di manca negara.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, T., P. Zulvarina, M. Zakiyah, M. Hambali, Fitrahayunitisna, N. A.


Fiaji, M. Jainuri, & L. Wahyuni. (2019). Kreatif Berbahasa Indonesia:
Acuan Pembelajaran Bahasa Indonesia Ilmiah di Perguruan Tinggi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2020). Statistik Pemuda Indonesia 2020 (Nomor
Publikasi: 04220.2004). Jakarta, DKI: Penulis.
https://www.bps.go.id/publication/2020/12/21/4a39564b84a1c4e7a615f28b/
statistik-pemuda-indonesia-2020.html
Bhudai, S. S., & Taddei, L. M. (2015). Teaching the 4Cs with Technology: How
do I Use 21st Century Tools to Teach 21st Century Skills. Arias.
Ekawati, D. (2017). Eksistensialisme. Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan,
12(1), 141-148.
Hafil, M. (2019, Oktober 28). Bahasa Indonesia Berkembang Seiring
Perkembangan Masyarakat. Republika Online.
https://www.republika.co.id/berita/q0327i430/bahasa-indonesia-
berkembang-seiring-perkembangan-masyarakat
https://kbbi.web.id/strategi
Kemenkes RI. (2017). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Situasi Kesehatan
Reproduksi Remaja (Remaja): 1.
Kurniawan, K. (2012). Bahasa Indonesia Keilmuan Untuk Perguruan Tinggi.
Bandung: Refika Aditama Bandung.
Mansyur, U. (2016). Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan
Proses. Jurnal Retorika, 9(2): 90-163.
Nupratiwiningsih, L., & Moh J. M. (2020). Pengaruh Globalisasi Terhadap
Penggunaan Bahasa Indonesia Bagi Masyarakat. Jurnal Kontekstual, 1(2):
43-48.
Purwadi, D. (2019, Mei 29). Bahasa Indonesia, (Menjadi) Bahasa Dunia.
Republika Online. https://www.republika.co.id/berita/ps932m257/bahasa-
indonesia-menjadi-bahasa-dunia
Simarmata, J., Feriyansyah, M., Iqbal, I. N. Nasution, & T. Limbong. (2018).
Tren dan Aplikasi: Strategi dan Inovasi dalam Pembelajaran. Medan:
Jayapangus Press.

Anda mungkin juga menyukai