Anda di halaman 1dari 13

EKSISTENSI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

Nadiya Tri Noor Aina


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Insitut Agama Islam Negeri

ABSTRAK

Kata Kunci: Eksistensi, Bahasa Indonesia, Globalisasi

ABSTRACT

Keywords: Existence, Indonesian, Globalization

Pendahuluan
Bahasa merupakan sarana manusia untuk berpikirNyang merupakan sumber awal
manusianmemperoleh pemahaman dan ilmu pengetahuan, sebagai simbol sebuah pemahaman,
bahasa telah memungkinkan manusia untuk memahami apa yang ada di sekitarnya, dan
mengantarkan dia memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian. Sedangkan bahasa menurut
Kridalaksana (1985:12) adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh
kelompok manusia. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan
sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk berinteraksi
atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa
bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Hal ini merupakan fungsi dasar
bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan
kehidupan sehari- hari yang di dalamnya selalu ada nilai- nilai dan status bahasa tidak dapat
ditinggalkan. Bahasa mempunyai fungsi- fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan
seseorang, karena dengan menggunakan bahasa seseorang juga dapat mengekspresikan dirinya,
fungsi bahasa sangat berabagam. Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi, selain itu
bahasa juga digunakan sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam
lingkungan atau situasi Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia, baik secara lisan maupun
tertulis. Seperti pendapat Samsuri (1988:13) yang menjelaskan bahwa bahasa merupakan kenyataan
sosialyang dapat dipelajari tanpa menghubungkan dengan sejarah. Studi yang dilakukan pada suatu
waktu tertentu apakah sekarang atau pada waktu lampau. Hal in menjelaskan bahwa bahasa adalah
suatu ilmu yang tidak terikat dengan suatu waktu. Sehingga mempelaari bahasa bukan berdasarkan
sejarahnya tetapi waktu yang berkaitan pada saat itu. Globalisasi merupakan era terjadinya
perubahan masa akibat pengaruh budaya asing. Globalisasi mempengaruhi semua aspek kehidupan,
termasuk bahasa. Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa
Inggris, yang pemakainya lebih dari satu miliar. Seperti yang dikutip dari kompas Online yang
menjelaskan bahwa Bahasa Inggris, misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa
kedua, masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga mempertahankan bahasa ibunya. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa memang sangat penting digunakan. Karena bahasa
merupakan simbol yang di hasilkan menjadi alat ucap yang biasa digunakan oleh sesama
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktivitas kita menggunakan bahasa. Baik
menggunakan bahasa secara lisan maupun secara tulisan dan bahasa tubuh. Bahkan saat kita tidur
pun tanpa sadar kita menggunakan bahasa. berdiri sebagai lambang kebanggaan dan sebagai
lambang identitas dari bangsa. Bahasa juga dapat diartikan sebuah simbol atau lambang bunyi yang
berfungsi sebagai alat komunikasi antara individu. Masyarakat berinteraksi satu sama lain dan
bersosialisasi. Oleh karena itu pentingnya peranan bahsa dalam kehidupan bermasyarakat. Seiring
perkembangannya bahasa terus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan dibawa arus
perkembangan pemakaian bahasa di era globalisasi. Di lingkup kecil dan keluarga masyarakat kita
menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dan pada lingkup yang luas dan bersifat resmi
digunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan dicetuskannya Bahasa Melayu-Riau
sebagai Bahasa Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu, perkembangan bahasa terus
meningkat. Tentunya juga pada perkembangan bahasa Indonesia yang makin berkembang dan
beradaptasi, bahasa daerah pun tetap memiliki peranan dan jabatan yang penting dalam pemakaian
bahasa sehari- hari. Bahasa daerah tetap di jaga eksistensinya di balik arus permasalahan
kebahasaan yang terjadi di Indonesia, menilik pada pemakaian bahasa Indonesia yang terjadi di
kalangan masyarakat. Terjadi fenomena-fenomena negatif di tengah masyarakat kita, misalnya
banyak orang Indonesia yang dengan bangga memperlihatkan kemahirannya menggunakan bahasa
Inggris walaupun mereka tidak mengusai bahasa Indonesia dengan baik. Tak sedikit pula orang yang
malu tidak bisa berbahasa asing, oleh karena itu pentingnya perhatian dari masyarakat untuk tetap
mempertahankan bahasa Indonesiasebagai bahasa persatuan. Walaupun demikian usaha
pemerintah mewujudkan cita-cita sumpah pemuda yang menjunjung tinggi bahasa persatuan
bahasa Indonesia cukup dacungkan jempol. Di tengah pengaruh globalisasi tidak sedikit juga usaha
masyarakat Indonesia tetap mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa formal yang tetap
digunakan meskipun hanya disituasi formal. Hal ini merupakan salah satu upaya pelestarian bahasa
Indonesia di tengah perkembangan globalisasi.

Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian ini menggunakan latar alamiah
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan metode
yang ada. Agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena yang ada maka perlu
pendekatan dengan menggunakan teknik analisis yang dimana dalam hal ini dilakukan pendekatan
penalaran kritis. Berikutnya teknik analisis penelitian ini melibatkan interpretasi dengan
menggunakan pendekatan kualitatif (penalaran kritis).
Jenis dan sumber data berasal dari buku literature dan jurnal terkait secara induktif. Analisis secara
induktif ini digunakan untuk menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam
data dan lebih dapat membuat hubungan peneliti dan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal
dan akuntabel.

Hasil Dan Pembahasan


Globalisasi yang terjadi ditandai dengan berkembangannya teknologi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang- barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.Menurut Zainurridho (dalam
KOMPASIANA.com) pada zaman pendudukan Jepang, bahasa Belanda dilarang pemakaiannya dan
harus diganti dengan bahasa Indonesia. Ketika itu, sebagian orang masih meragukan kemampuan
bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmu pengetahuan, termasuk kaum cendekiawannya. Tetapi,
karena dipaksa oleh pemerintah pendudukan Jepang dan didorong oleh pemuda- pemuda
Indonesia, orang-orang Indonesia terpaksa menggunakan bahasa Indonesia untuk setiap ranah
pembicaraan. Bahasa Indonesia mulai populer dan mulai diperhatikan para pemakainya dengan baik.
Sesudah itu terbuktilah bahwa bahasa Indonesia tidak kurang mutunya dibanding dengan bahasa-
bahasa asing lainnya. Bahasa Indonesia pun mulai mengalami perkembangan sesuai dengan
kodratnya sebagai bahasa yang hidup. Bahasa Indonesia terus dipakai pemiliknya dengan teratur dan
lebih luas. Sesudah Indonesia merdeka, bahasa Indonensia lebih berkembang lagi dengan baik dan
meluas. Bangsa Indonesia sudah merasakan betapa perlunya membina dan memperhatikan
perkembangan bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia mulai sadar bahwa tanpa bahasa Indonesia,
bangsa Indonesia tidak akan memperoleh kemajuan. Minat bangsa Indonesia untuk mau
mempelajari bahasa Indonesia dengan baik setiap tahun terus bertambah. Akibatnya, bahasa
Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Setelah perkembangan bahasa Indonensia itu
sedemikian pesatnya, sekarang timbullah pertanyaan apakah setiap bangsa Indonesia sudah bangga
berbahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sudah
dibekukan. Pembakuan itu terjadi sejak dilaksanakannya Seminar Nasional Bahasa dan Sastra
Indonesiadan Daerah di Jakarta tahun 1975. Berdasarkan hasil seminar itu disebutkan maka Bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional secara resmi dimulai tahun 1928, yaitu sejak
Sumpah Pemuda. Sejak itulah bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa nasional oleh seluruh bangsa
Indonesia (sumber www.eksiklopedia-bahasa.com).
Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaran
ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu
dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam
bentuk lisan maupun tulis. Keputusan-keputusan, dokumen- dokumen, dan surat-surat resmi yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan di dalam bahasa Indonesia. Pidato-
pidato atas nama pemerintah atau dalam rangka menunaikan tugas pemerintahan diucapkan dan
dituliskan dalam bahasa Indonesia.
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan mulai dari taman kanak- kanak sampai dengan perguruan tinggi. Selain itu melihat
perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat, perkembangan di luar negeri
pun sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah
membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies).
Bahkan, perkembangan ini akan semakin meningkat dengan dibuktikannya pembentukan Pusat
Bahasa. Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu
sisi, di sisi lain peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai
peluang bahasa Indonesia dalam era globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas dari berbagai
pihak, termasuk peran media massa. Sementara itu, tantangannya dapat dikategorikan atas dua,
yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal berupa pengaruh negatif
bahasa daerah berupa kosakata, pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal
datanga dari pengaruh negatif bahasa asing (teruatama bahasa Inggria) berupa masuknya kosakata
tanpa proses pembenukan istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa Inggris.
Masyarakat Indonesia sebagai pengguna bahasa Indonesia, dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Masyarakat harus lebih bijak dalam memilah-milah bahasa baik dan buruk yang mereka dengar di
internet ataupun media lainnya, sehingga mereka dapat membatasi penggunaan bahasa alay yang
berlebihan. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia di halaman-halaman sosial media atau aplikasi-
aplikasi situs web juga dapat dilakukan agar bahasa Indonesia dapat menjadi salah satu bahasa
internet, sehingga bahasa nasional Republik Indonesia ini dapat menjadi bagian dari globalisasi,
bukan menjadi “korban” dari globalisasi.
Perkembangan globalisasi di abad 21 sangat pesat dibandingkan abad-abad sebelumnya. Hal ini
disebabkan oleh perkembangan teknologi yang juga sangat cepat, sehingga komunikasi antar
manusia di negara-negara yang terpisah jauh pun dapat dilakukan dengan praktis tanpa perlu
memakan waktu lama. Kemudahan ini membuat informasi dapat bergerak dari satu tempat ke
tempat lain dengan waktu yang relatif singkat.
Percepatan perpindahan informasi ini kemudian juga mempercepat proses keterkaitan dan
ketergantungan antar manusia di dunia. Hubungan-hubungan langsung seperti perdagangan pun
dipererat dengan adanya berbagai metode untuk berinteraksi, misalnya dengan menggunakan
jaringan internet, telepon, ataupun surat elektronik. Hal-hal tersebut berperan penting dalam
menyebarkan globalisasi ke seluruh dunia.
Kemunculan teknologi komputer dan internet di abad ini sebagai bukti perkembangan globalisasi
sudah menjuru ke semua aspek Salah satu faktor pendukung perkembangan internet yang sangat
pesat diantaranya adalah kemudahan aksesnya dan kecepatan perkembangan teknologi informasi
itu sendiri. Inovasi-inovasi baru diperkenalkan hampir setiap tahun dan langsung diimplementasikan
kedalam gadget-gadget yang dirilis di tahun berikutnya. Hal ini semakin mendukung keterbukaan
informasi bagi semua orang.
Namun selain mendorong ada keterbukaan informasi, teknologi informasi di abad ke-21 ini juga
mendukung kebebasan menyuarakan pendapat, opini, dan ideologi yang terkadang membahayakan
budaya dan bahasa suatu negara. Pemikiran yang terkadang terlalu berpengaruh dapat merusak
tatanan budaya suatu bangsa sehingga dapat mengubah jalannya bangsa tersebut secara
keseluruhan. Hal ini merupakan salah satu dampak negatif dari globalisasi, karena nilai-nilai luhur
yang terdapat pada suatu bangsa, dapat luluh dengan mudah terkikis oleh arus globalisasi yang
relatif lebih kuat termasuk di dalamnya mempegaruhi budaya berbahasa.
Sebagai bagian dari budaya, bahasa juga rentan terpengaruh oleh globalisasi, terutama dengan
semakin mudahnya pembelajaran dan penggunaan bahasa. Dengan semakin tergantungnya negara
satu dengan negara yang lain, diperlukan satu bahasa umum agar komunikasi dapat dilakukan lebih
mudah tanpa memerlukan penerjemah. Bahasa Inggris biasanya menjadi bahasa yang paling mudah
memengaruhi bahasa-bahasa lain di dunia, dikarenakan penggunaannya sebagai bahasa
Internasional.
Fenomena globalisasi yang makin gencar dengan adanya teknologi informasi dan tren-tren bahasa
yang berkembang di dalam maupun luar negeri dapat langsung berkembang dan menjadi bahasa
sehari-hari masyarakat. Ini tentu tidak dapat dihindari, karena bahasa-bahasa lain dunia pun banyak
yang dipengaruhi oleh bahasa asing maupun bahasa slang dari negara mereka sendiri. Meskipun
demikian, perkembangan globalisasi tidak akan mampu menghilangkan eksistensi penggunaan
Bahasa Indonesia. Menurut ST. Alisjahbana dalam PELLBA 5 (1992:7) stardisasi dan modernisasi
bahasa Indonesia itu amat penting kedudukannya dalam pendidikansebagai bahasa pengantar untuk
segala mata pelaaran. Hal ini membuktikan bahwa meskipun globalissi mempengaruhiaspek bahasa
namun bahasa Indonesia tetap dijadikan bahasa utama untuk dunia pendidikan. Demikian juga
dalam susunan pemerintahan, ekonomi, industri,dan sebagainya.
Eksistensi penggunaan bahasa Indonesia sudah terlihat sejak zaman penduduan Jepang, seperti yang
dijelaskan ST. Alisjahbana dalam PELLBA 5 (1992:7) bahwa pada tahun 1942 Jepang telah mendirikan
Komisi Bahasa Indonesia yang pekerjaannya dipusatkan pada Kantor Bahasa Indonesia. Adapun
tugas tugas Kantor Bahasa Indonesia pada saat itu mencimptakan istilah baru duni ilmu dan segala
cabang kehidupan modern, membkukan bahasa itu dengan menentukan kata-kata baru dalam surat
kabar,pidato,dan sebagainya, an tugas terakhir menciptakan suatu tata bahasa baku.
Eksistensi Bahasa Indonesia yang merupakan jati diri bangsa Indonesia pada era globalisasi sekarang
ini, perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar
bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang tidak sesuai dengan
bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi
dengan memertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Ini semua
menyangkut kedisiplinan berbahasa nasional, dengan mematuhi semua kaidah atau aturan
pemakaian bahasa Indonesia. Dengan disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa
Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.
Bahasa Indonesia memang memegang peranan penting dalam membangun manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan sumber daya manusia. Karena itu, peningkatan
pendidikan bahasa Indonesia di sekolah- sekolah perlu dilakukan melalui peningkatan kemampuan
akademik para pengajarnya. Demikian juga halnya dengan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai
sarana pengembangan penalaran, karena pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar,
dan kemampuan memperluas wawasan.
Untuk itu, peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan
mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan. Untuk menyemarakkan
penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, pemerintah telah menempuh politik
kebahasaan, dengan menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa.
Namun, jika kita melihat kenyataan di lapangan, secara jujur harus diakui, bahasa Indonesia belum
difungsikan secara baik dan benar. Banyak para penuturnya masih dihinggapi sikap inferior (rendah
diri), sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari,
baik dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan setumpuk istilah asing. Walaupun sudah ada
padanannya dalam bahasa Indonesia.
Seperti komentar Bapak Yus Badudu yang dikutip dari buku PELLBA 5 (Pertemuan Linguistik Lembaga
Bhasa Atma Jaya) yang berkomentar bahawa Bahasa Indonesia harus dapat memberikan kemajuan
kepada bahasa Indonesia. Bagaimana bahasa Indonesia dapat memberikan kemajuan kepada kita
kalau hanya menguasai bahasa Indonesia anda tidak mencapai dunia.
Kesadaran dari masyarakat, terutama masyarakat Indonesia sebagai pengguna bahasa Indonesia,
dalam menggunakan bahasa Indonesia. Masyarakat harus lebih bijak dalam memilah-milah bahasa
baik dan buruk yang mereka dengar di internet ataupun media lainnya, sehingga mereka dapat
membatasi penggunaan bahasa alay yang berlebihan. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia di
halaman-halaman sosial media atau aplikasi-aplikasi situs web juga dapat dilakukan agar bahasa
Indonesia dapat menjadi salah satu bahasa internet, sehingga bahasa nasional Republik Indonesia ini
dapat menjadi bagian dari globalisasi, bukan menjadi “korban” dari globalisasi.
Selain kesadaran masyarakat mempertahankan peranan bahasa Indonesia, pemerinta juga terlibat
untuk terus mempertahankan eksistensi penggunaan bahasa Indonesia di era globalisasi ini, salah
satu bentuk upaya pemerintah tersebut adalah dengan membangun Pusat Pengembangan Bahasa.
Dengan demikian jika masyakarat dan pemerintah terus berkerja sama dalam mengembangkan dan
mempertahankan penggunaan bahasa Indonesia, maka eksistensi penggunaa bahasa Indonesia di
era globaisasi akan terus dapat ditigkatkan hingga dunia mengetahui akan kuaitas bahasa Indnesia
sendiri.

Bahasa dikatakan sebagai media komunikasi, tanpa bahasa manusia tidak akan mampu berinteraksi
antara yang satu dengan yang lain. Dengan bahasa pulalah manusia dapat mengembangkan
budayanya. Disamping bahasa sebagai alat komunikasi, banyak pendapat lain yang mendefinisikan
bahasa dalam konteks yang berbeda-beda. Bahkan akhir-akhir ini bahasa didefinisikan secara luas
sehingga muncullah bahasa isyarat atau bahasa badaniah. Jika kita konsisten pada makna bahasa itu
sendiri, maka bahasa didefinisikan hanya sebagai ujaran lisan yang mengandung makna yang
diucapkan manusia. Dalam pengertian sederhana ini bahasa bukanlah gerak atau isyarat, melainkan
bunyi. Suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri disebut bahasa. Sebagai sebuah
sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang
tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, maka
komunikasi dapat terganggu. Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa berupa bunyi, yaitu
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan berupa bunyi, maka yang
dianggap primer di dalam bahasa adalah bahasa yang diucapkan, atau yang sering disebut bahasa
lisan. Karena itu pula, bahasa tulisan, yang walaupun dalam dunia modern sangat penting, hanyalah
bersifat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak lain adalah rekaman visual, dalam bentuk
huruf-huruf dan tanda-tanda baca dari bahasa lain.
Bahasa adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dengan dunia bunyi (Chaer 2009 : 1).
Dunia makna artinya adalah dimana setiap bahasa yang kita gunakan, akan menghasilkan sebuah
pengertian baik dari pengertian pendengar maupun pembaca dan diri sendiri, jika dunia makna
dihubungkan dengan dunia bunyi akan lebih menghasilkan pengertian yang khas
Bahasa adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan
bersifat sistemis. Bahasa itu bukan merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh
sejumlah subsistem (subsistem fonologi, Sintaksis, dan leksikon). Sistem bahasa ini merupakan
sistem lambang, sama dengan sistem lambang lalu lintas, atau sistem lambang lainnya. Hanya,
sistem lambang bahasaini berupa bunyi, bukan gambar atau tanda lain, dan bunyi itu adalah bunyi
bahasa yang dilahirkan alat ucap manusia.
Gorys Keraf menyatakan “Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang. Yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat
untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam
lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial”. Berdasarkan
pendapat ini, fungsi bahasa dapat kita bagi menjadi :
1. Bahasa sebagai alat ekspresi diri
Melalui bahasa kita dapat menyatakan segala sesuatu yang berada di pikiran dan perasaan manusia.
Dengan memahami bahasa, kita dapat lebih terbuka dan luwes dalam menyampaikan ide dan
perasaan yang kita rasakan. Adapun unsur-unsur yang mengakibatkan kita untuk mengekspresikan
diri, antara lain, menarik perhatian orang lain atas eksistensi diri kita pribadi, hasrat untuk
melepaskan segala tekanan yang terdapat di hati dan pikiran
Variasi atau ragam bahasa merupakan salah satubahasan pokok dalam studi linguistik. Munculnya
variasi tersebut berdasarkan faktorfaktor yangberpengaruh di dalamnya. Siapa yang berbicara,
kepada siapa berbicara, dalam suasana apa pembicaraan itu dilakukan, apa yang menjadi pokok
pembicaraan dan apa tujuan pembicaraan, merupakan faktor- faktor yang sangat menentukan
terjadinya pemakaian bahasa dalam masyarakat dalam Saddhono (2011)
2. Bahasa sebagai alat komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud manusia, melahirkan
perasaan dan memungkinkan manusia menciptakan kerjasama dengan manusia lainnya. Ia mengatur
berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan manusia.
Komunikasi dapat terjadi dengan melibatkan dua orang atau lebih anggota masyarakat yang saling
berinteraksi satu sama lain. Komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar apabila ekspresi diri kita
tidak dapat diterima oleh orang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah sebuah
konsekuensi yang diakibatkan dari ekspresi diri secara lebih mendalam untuk menghadirkan
interaksi. Adapun tujuan dijadikannya bahasa sebagai alat komunikasi adalah agar manusia dapat
lebih dipahami dan dimengerti oleh manusia lainnya.
Komunikasi adalah proses perhubungan antara berbagai pihak. Di dalam komunikasi terdapat pesan
yang disampaikan dan alat atau sarana yang dipergunakan. Oleh sebab itu, dalam komunikasi
terkandung sejumlah komponen utama, yaitu komunikator, komunikan, isi pesan yang
dikomunikasikan, dan sarana yang dipakai untuk menyampaikan pesan yang ada.
3. Bahasa sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
Selain berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat integrasi dan adaptasi sosial. Ketika
Manusia berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, ia akan menggunakan bahasa
yang bergantung kepada situasi dan keadaan yang dihadapinya.
4. Bahasa sebagai alat kontrol sosial
Bahasa sangat efektif dalam peranan kontrol sosial di terhadap individu, maupun masyarakat.
Berbagai nasihat, ilmu, dan pendidikan dapat kita terima dengan adanya bahasa.

Peran Bahasa Indonesia dalam Penghela Ilmu Pengetahuan dieraglobalisasi


Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara
sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu bahasa Indonesia juga mempunyai empat
fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai lambang kebangsaan negara
2. Lambang identitas negara
3. Alat penghubung antarwarga,
antardaerah, antarbudaya
4. Alat yang menyatukan berbagai suku
bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda
Ada empat macam keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai, yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)
keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Kegiatan menulis dipengaruhi oleh
keterampilan produktif, yaitu aspek kerampilan reseptif maupun keterampilan berbicara yang terdiri
dari aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosakata, diksi, keefektifan kalimat,
penggunaan ejaan
dan tanda baca. Keterampilan menulis merupakan kemampuan yang paling sulit dan paling akhir
dikuasai. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Javed, Juan, dan Nazli (2013: 130) bahwa
kemampuan menulis lebih sulit dibandingkan dengan kemampuan berbahasa lainnya. Hal ini
desebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur
di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah
terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu.
Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia merupakan alat yang digunakan sebagai bahasa
media massa untuk menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia
yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten. Sedangkan bahasa yang baik
adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannnya.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan pemikiran yang baik dan
benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi
sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap terbuka sehingga
mampu mengembangkan dan menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat
modern.
Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Semakin
berkembangnya teknologi di dalam kehidupan kita akan berdampak juga pada perkembangan dan
pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia harus ikut berperan di
dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Dengan
demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, sekaligus
berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan IPTEK
itu.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dapat membuat pergeseran
pada bahasa Indonesia. Apalagi biasanya teknologi informasi (TI) banyak yang menggunakan bahasa
Inggris sebagai pengantar pemrograman. Dalam penerapannya teknologi informasi jarang yang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Ini menyebabkan peralihan dari bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa Inggris yang merupakan bahasa Internasional.
Keberadaan internet secara tidak langsung menghasilkan sebuah generasi yang baru, yaitu generasi
next. Generasi ini dipandang menjadi sebuah generasi masa depan yang diasuh dan dibesarkan
dalam lingkungan budaya baru media digital yang interaktif, yang berwatak menyendiri
(desosialisasi), berkomunikasi secara personal, melek komputer, dibesarkan dengan videogames,
dan lebih banyak waktu luang untuk mendengarkan radio dan televisi. (Ibrahim, 2011: 310)

Pengaruh Bahasa Inggris di Era Global


Memasuki era globalisasi dan informasi, bangsa Indonesia dituntut mampu bersaing dengan bangsa-
bangsa lain dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam era ini, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi suatu keharusan karena dapat menentukan kemampuan suatu bangsa untuk
menang dalam persaingan. Indonesia sebagai negara yang baru berkembang tidak mustahil
menerima pengaruh tersebut. Kemudian masuklah ke dalam bahasa Indonesia istilah-istilah atau
kata-kata asing, karena memang pengertian dan makna yang dimaksudkan oleh kata-kata asing
tersebut belum ada dalam bahasa Indonesia (Marsudi, 2009).
Mampu berbicara dengan baik dan lancar bahasa Inggris tidak lagi menjadi nilai tambah, namun
sudah menjadi tuntutan atau kebutuhan bagi setiap orang di era globalisasi saat ini. Ini karena
pengaruh bahasa Inggris di hampir semua aspek dalam kehidupan. Bahasa Inggris sekarang bukan
lagi hal yang sangat tidak biasa, tapi bahasa Inggris telah menjadi norma terutama di era globalisasi.
globalisasi itu, bangsa Indonesia harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di
bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh
dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan IPTEK itu.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dapat membuat pergeseran
pada bahasa Indonesia. Apalagi biasanya teknologi informasi (TI) banyak yang menggunakan bahasa
Inggris sebagai pengantar pemrograman. Dalam penerapannya teknologi informasi jarang yang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Ini menyebabkan peralihan dari bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa Inggris yang merupakan bahasa Internasional.
Keberadaan internet secara tidak langsung menghasilkan sebuah generasi yang baru, yaitu generasi
next. Generasi ini dipandang menjadi sebuah generasi masa depan yang diasuh dan dibesarkan
dalam lingkungan budaya baru media digital yang interaktif, yang berwatak menyendiri
(desosialisasi), berkomunikasi secara personal, melek komputer, dibesarkan dengan videogames,
dan lebih banyak waktu luang untuk mendengarkan radio dan televisi. (Ibrahim, 2011: 310)
Pengaruh Bahasa Inggris di Era Global. Memasuki era globalisasi dan informasi, bangsa Indonesia
dituntut mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam era
ini, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi suatu keharusan karena dapat
menentukan kemampuan suatu bangsa untuk menang dalam persaingan.
Bahasa Inggris menurut Riani (2014) adalah sebuah bahasa yang merupakan bahasa resmi dari
Negara Inggris. Namun, seiring dengan meningkatnya teknologi bahasa Inggris menjadi dikenal
banyak orang. Dapat disimpulkan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang digunakan oleh Inggris
dan negara-negara persemakmurannya yang terus berkembang hingga menjadi bahasa internasional
yang paling banyak digunakan di dunia.
Bahasa Inggris tidak hanya sebagai persyaratan akademis untuk penguasaan terbatas dalam aspek
pengetahuan bahasa, tapi juga sebagai bahasa teknologi dan sains. Artinya bahasa Inggris digunakan
untuk berkomunikasi dan diekstrak dalam sains dan teknologi. Sepertinya sebagian besar
menggunakan bahasa Inggris, dan bahkan beragam dokumen dan pedoman teknis untuk
penggunaan dan peningkatan perangkat yang bisa berbahasa Inggris.
Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh
yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas
bangsa diantaranya sebagai berikut: pertama eksistensi bahasa Indonesia terancam terpinggirkan
oleh bahasa gaul. Dalam pergaulan Internasional, Bahasa Indonesia mewujudkan identitas bangsa
Indonesia. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat
yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di
masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan
generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. (Rahayu, 2015)
Sebagai bahasa pengantar internasional, bahasa Inggris tidak hanya disebut media komunikasi
global, namun juga memainkan peran yang lebih penting dalam pendidikan, bisnis, diplomasi,
teknologi, perdagangan, industri, perbankan, komputasi, kedokteran, penerbangan, teknik, budaya,
sosial. instruksi, bahkan dalam semua aspek kehidupan. Kebanyakan orang percaya bahwa era
globalisasi sangat penting untuk menguasai setidaknya bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
Melihat kenyataan, kemampuan bahasa Inggris akan menjadi faktor penyumbang kesuksesan dalam
bidang akademik dan pekerjaan. Oleh karena itu, di era globalisasi ini penting untuk belajar bahasa
Inggris atau bahasa asing lainnya. Klaim lain bahwa jika tanpa penguasaan bahasa Inggris itu baik,
sebuah negara tidak akan maju. Sosiolinguistik mempunyai peran yang dominan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk penutur asing. Oleh karena banyaknya ragam
bahasa Indonesia maka pengajar bahasa Indonesia untuk orang asing harus juga mengajarkan
bahasa Indonesia berdasarkan tempat dan konteks sosialnya selain bahasa Indonesia ragam baku.
Dengan demikian, mahasiswa asing tidak akan banyak mengalami kesulitan ketika berkomunikasi
dalam masyarakat sehari-hari. Sebaiknya dalam pengajaran bahasa Indonesia untuk orang asing
disesuaikan juga dengan konteks sosialnya bukan sekedar bahasa Indonesia formal.

Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Pergaulan Masyarakat dieraglobalisasi


Kebutuhan akan bahasa asing menjadi tantangan di era global. Kemampuan akan penguasaan
bahasa asing akan berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan seseorang sebab kemampuan
tersebut akan membuka kesempatan yang lebih luas. Fenomena ini sempat diangkat pada acara
Hitam Putih edisi 25 April 2014 dengan menampilkan testimony tukang becak yang mahir berbahasa
Inggris di Banyuwangi. Dalam upaya pengembangan pariwisata, Pemerintah Daerah Banyuwangi
mengadakan kursus bahasa Inggris kepada tukang becak di daerah setempat. Mister Slamet, salah
satu tukang becak mengaku dirinya mendapatkan lebih menjadi tukang becak untuk turis. Rata-rata
untuk turis Slamet mematok harga Rp 30 ribu rupiah, untuk keliling Pasar Banyuwangi, Taman
Blambangan, Kelenteng Hoo Tong Bio dan Taman Sritanjung.1 Fenomena tersebut memberikan
gambaran bahwa kebutuhan akan bahasa asing tidak hanya ada di sektor formal namun juga di
sektor informal.Penguasaan akan bahasa asing ternyata tidak hanya dibutuhkan untuk menjawab
kebutuhan praktis dalam dunia kerja saja, namun juga sangat penting untukperkembangan stimulasi
otak. Montana Public Radio mencatat “Recent scientific research on the brain suggests that learning
foreign languages makes students smarter overall. Among the many benefits, it increases students’
mental focus, reading and writing abilities, and even improves mathematical skills.” Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa memperlajari bahasa asing akan membuat siswa lebih cerdas baik
untuk melatih mental, konsentrasi, kemampuan mebaca dan menulis termasuk kemampuan
matematika.
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka
manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan iptek hendaknya dapat
mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari
umat manusia di dunia.2 Pengembangan pengetahuan dalam bidang linguistik dengan mempelajari
bahasa asing harus sejalan dengan pengembangan rasa nasionalisme sehingga tidak menggerus
bahasa Indonesia.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu.
Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di
lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan
"Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk
menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini
menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di
Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari
bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga
Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar
warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa
ibu.3 Penguasaan Bahasa Indonesia harus menjadi hal yang diutamakan karena Bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan di tengah keragaman.
Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak ragam budaya yang
menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya Indonesia tidak menolak nilai-nilai budaya asing
asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa sendiri dan hasilnya dapat dinikmati.4
Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil budaya. Mempelajari bahasa asing tentu merupakan
hal yang positif sepanjang Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa utama bagi warga negara
Indonesia. Fenomena yang muncul belakangan menunjukkan adanya anak Indonesia yang justru
lebih fasih berbahasa Inggris daripada berbahasa Indonesia. Hal tersebut terjadi karena dalam
lingkungan keluarga dan sekolah anak-anak tersebut menggunakan bahasa asing sebagai bahasa
pengantar.
Dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan diatur mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yakni dari Pasal 26 -39 Undang-
undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan. Adapun kewajiban penggunaan Bahasa Indonesia adalah dalam:
1) Peraturan perundang-undangan.
2) Dokumen resmi negara.
3) Pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang
disampaikan di dalam atau di luar negeri. 4) Sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional
kecuali untuk satuan pendidikan asing atau satuan pendidikan khusus yang mendidik warga negara
asing.
5) Pelayanan administrasi publik di instansi pemerintahan.
6) Nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi
pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga
negara Indonesia.
7) Forum yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia
dan dapat digunakan dalam forum yang bersifat internasional di luar negeri.
8) Komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta.
9) Laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan.
10) Penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di Indonesia. Penulisan dan
publikasi untuk tujuan atau bidang kajian khusus dapat menggunakan bahasa daerah
atau bahasa asing.
11) NamageografidiIndonesia.Namageografihanyamemiliki1(satu)namaresmi.
12) Untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman,
perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi
yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. Penamaan
dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing apabila memiliki nilai sejarah, budaya, adat
istiadat, dan/atau keagamaan.
13) Informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar
di Indonesia. Informasi dapat dilengkapi dengan bahasa daerah atau bahasa asing sesuai dengan
keperluan.
14) Rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan
pelayanan umum. Penggunaan Bahasa Indonesia dapat disertai bahasa daerah dan/atau bahasa
asing.
15) Informasi melalui media massa. Media massa dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa
asing yang mempunyai tujuan khusus atau sasaran khusus.
Berdasarkan pernyataan undang-undang tersebut, terlihat jelas bahwa Bahasa Indonesia tidak hanya
sekedar ekspresi individu penuturnya, tetapi juga mengekspresikan ihwal bangsa Indonesia dimana
dengan berbahasa Indonesia secara baik dan benar sesuai kaidah, baik pada dimensi soasial maupun
akademik penutur Bahasa Indonesia tersebut secara bersamaan akan meninggikan martabat bangsa.
Untuk meningkatkan eksistensi Bahasa Indonesia, maka Pemerintah Republik Indonesia
mengupayakan peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Kebijakan
tersebut dituangkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan yakni dalam Pasal 44 yang menyatakan (1) Pemerintah
meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap, sistematis,
dan berkelanjutan. (2) Peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan. Selanjutnya dalam
penjelasan dinyatakan bahwa yang dimaksud “bahasa internasional” adalah bahasa yang digunakan
sebagai sarana komunikasi antarbangsa. Sebagai bangsa yang besar maka eksistensi Bahasa
Indonesia boleh hilang, justru harus semakin ditingkatkan.

Revitalisasi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Utama dieraglobalisasi


Bahasa Indonesia memiliki arti penting dalam mempersatukan bangsa. Berdasarkan pernyataan yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, maka pengertian persatuan Indonesia dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia merupakan faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan perjuangan
rakyat Indonesia. Persatuan merupakan syarat yang mutlak untuk mewujudkan suatu negara dan
bangsa dalam mencapai tujuan bersama. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, peranan
persatuan Indonesia masih tetap memegang kunci pokok demi terwujudnya tujuan bangsa dan
negara Indonesia. Oleh karena itu pengertian Persatuan Indonesia sebagai hasil yaitu dalam wujud
persatuan wilayah, bangsa dan susunan negara, namun juga bersifat dinamis yaitu harus senantiasa
dipelihara, dipupuk dan dikembangkan. Terkait dengan hal tersebut maka Bahasa Indonesia pun
harus senantiasa dipelihara, dipupuk dan dikembangkan tanpa menutup diri dari kehadiran bahasa
lain sebagai alat komunikasi yang digunakan sehari-hari. Saat ini, bahasa dalam komunikasi seringkali
diwarnai dengan kehadiran bahasa gaul yang sudah menjadi trend di masyarakat. Berbicara dengan
bahasa gaul atau dengan bahasa asing, walaupun hanya sepenggal, diyakini akan meningkatkan
prestise seseorang dalam pergaulan. Akibatnya terjadi kekacauan dalam penggunaan bahasa. Pesan
yang ingin disampaikan pun tidak diterima dengan baik. Padahal makna penting dari sebuah
komunikasi adalah diterimanya suatu pesan dengan tingkat pemahaman yang sama.Ketidak pedulian
terhadap Bahasa Indonesia dengan sendirinya akan meniadakan identitas bangsa. Oleh sebab itu
Pemerintah melakukan upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan Bahasa Indonesia.
Pengembangan bahasa adalah upaya memodernkan bahasa melalui pemerkayaan kosakata,
pemantapan dan pembakuan sistem bahasa, pengembangan laras bahasa, serta mengupayakan
peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Pembinaan bahasa adalah upaya
meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui pembelajaran bahasa di semua jenis dan jenjang
pendidikan serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, pembinaan
bahasa juga dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan, keteladanan, dan sikap positif
masyarakat terhadap bahasa Indonesia sedangkan pelindungan bahasa adalah upaya menjaga dan
memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan pengajarannya.
Kebijakan tersebut dapat dilihat pada 41-43 dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu.
Pemerintah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra Indonesia agar
tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, sesuai dengan perkembangan zaman. Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh lembaga kebahasaan. Pemerintah
daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap
memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan
zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga
kebahasaan. Pemerintah dapat memfasilitasi warga negara Indonesia yang ingin memiliki
kompetensi berbahasa asing dalam rangka peningkatan daya saing bangsa.
Revitalisasi penggunaan Bahasa Indonesia tidak berarti melarang penggunaan bahasa asing atau
bahasa gaul. Bahasa asing memang dibutuhkan untuk membangun jaringan dan membuka
kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kehadiran bahasa gaul
sendiri merupakan cerminan dari kreativitas generasi muda yang tidak perlu dikekang. Penggunaan
bahasa sesuai kebutuhanlah yang menjadi solusi untuk tetap menjaga eksistensi Bahasa Indonesia.

Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi


Pemerintah Indonesia sebenarnya telah banyak berbuat untuk memajukan pendidikan bangsanya.
Hanya saja kemajuan yang dicapai dari hasil kerja keras anak bangsa ini belum sepadan dengan hasil
kerja keras yang dicapai oleh bangsa lain. Banyak faktor yang membuat bangsa Indonesia tertinggal
dari bangsa lain, terutama sesama bangsa Asia. Faktor-faktor itu dapat berupa rendahnya kualitas
SDM yang kita miliki, kurang relevannya program-program pendidikan dengan tuntutan kemajuan
zaman, dan moralitas bangsa masih rendah. Sebagian oknum bangsa hanya bekerja untuk menda-
tangkan hasil dan keuntungan pribadi serta golongannya saja (Suyanto, 2002). Secara kuantitatif
pembangunan bidang pendidikan selama Orde Baru sudah menampakkan kemajuan. Hal itu terlihat
dari data statistik yang dikemukakan oleh Abbas (1999:1) menunjukkan bahwa jumlah murid pada
tingkat SD meningkat dari 13.023.000 pada tahun 1967/1968 menjadi 29.239.238 (kenaikan
224,50%). Pada priode yang sama, tingkat SLTP meningkat dari 1.000.000 siswa menjadi 9. 227.891
siswa (kenaikan 902,30%). Tingkat SLTA pendaftaran siswa meningkat dari 500.000 menjadi
4.932.083 (kenaikan 1000%) Begitu pula pada priode yang sama jumlah mahasiswa perguruan tinggi
di Indonesia meningkat dari 230.000 menjadi 2.703.896 (kenaikan 1.176%). Menurut Suyanto (2000)
peningkatan pendidikan secara kuantitatif itu belum didukung oleh peningkatan kualitatif. Sumber
daya manusia bangsa kita saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Bahkan, dengan sesama anggota ASEAN-pun kualitas SDM kita termasuk dalam peringkat yang
paling rendah. Hal itu sebagai akibat kurang berfungsinya bidang pendidikan secara optimal untuk
member-dayakan masyarakat secara keseluruhan. Rendahnya kualitas SDM tersebut berakibat pada
rendahnya daya saing bangsa Indonesia di tengah-tengah percaturan global dalam berbagai aspek
kehidupan. Kalau pun ada tenaga kerja kita dipekerjakan di luar negeri dapat dikatakan hanya
terbatas pada pekerja kasar atau pembantu rumah tangga.Dengan rendahnya SDM yang kita miliki,
bangsa Indonesia sulit keluar dari krisis ekonomi dan krisis multidimensi. Berbeda halnya dengan
negara Asia lainnya seperti Korea Selatan, Malaysia, Thailand, dan Filipina, walaupun mengalami
krisir ekonomi dan keuangan yang sama dengan bangsa Indonesia, namun mereka dengan cepat
dapat mengatasi krisis tersebut berkat kemampuan SDM yang mereka miliki dan relevansi program
penanggulangan yang mereka terapkan. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari komunitas dunia tidak
bisa menghindarkan diri dari gelombang globalisasi ini. Bangsa Indonesia harus bangkit
mensejajarkan diri dengan bangsa maju lainnya. Bangsa Indonesia harus bekarja keras untuk
menghindari dari ketinggalan dalam percaturan ekonomi, politik, sosial budaya, dan komunikasi.
Sudah saatnya bangsa Indonesia harus meninggalkan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang
sangat merajalela dan telah merusak seluruh tantanan kehidupan di negeri ini. Globalisasi tidak akan
berhenti sampai di sini dan hari ini. Globalisasi akan masuk ke seluruh sudut ruangan rumah kita,
akan masuk ke daerah dan pulau-pulau yang terpencil sekalipun, dan selalu akan berhadapan
dengan kepentingan umat manusia secara keseluruhan.

Kesimpulan
Bahasa Indonesia dapat bertahan di era globalisasi dan perkembangan teknologi, asalkan dibatasi
dari pencampuran bahasa asing dan slang yang berlebihan serta digunakan sebagai bahasa di
internet. Untuk itu, diperlukan sebuah kesadaran dari masyarakat, terutama masyarakat Indonesia
sebagai pengguna bahasa Indonesia, dalam menggunakan bahasa IndonesiaBangsa Indonesia harus
mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Era globalisasi merupakan tantangan bagi
bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang
sangat rumit. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang
diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Eksistensi bahasa asing di era globalisasi saat ini mulai
mendesak keberadaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia perlu dilestarikan. Perlu
usaha yang sungguh-sungguh untuk mempertahankan eksistensi bahasaIndonesia sebagai jati diri
bangsa Indonesia.Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di
tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahasa Indonesia telah membuktikan
diri dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan
dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan
pembelajaran di negara-negara asing seperti Australia, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Inggris,
Cina, dan Korea Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat
Pembinaan.
PELLBA 5. 1992. Bahasa Budaya. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya
Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta: DIKTI.
Zainurridho, Muhammad.KOMPASIANA.com. (diunggah pada tanggal 18 September 2015, pukul
14.34 WIB)
http://www.Ensiklopedia.com
Javed, Muhammad; Juan, Wu Xiao; Nazli, Saima. 2013. “A Study of Students’ Assessment in Writting
skills of the English Language”. International Journal of Instruction Vol. 6 No. 2. www.e-ji.net. Diakses
tanggal 5 April 2016 pukul 13.00 WIB.
Marsudi. 2009. Jati Diri Bahasa Indonesia di Era Globalisasi Teknologi Informasi. Jurnal Sosial
Humaniorah Vol.2, No.2. November 2009.
Abdullah, Irwan.1999.Bahasa Nusantar: Posisi dan Penggunaannya Menjelang Abad Ke-2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Alwi, Hasan. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 41
Saukah, Ali. 2003 Pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia. Malang: Universitas Malang.
Suyanto. 2002. Tantangan Global Pendidikan Nasional. Makalah Disampaikan pada 70 Tahun Prof.
Dr. H.A.R Tilaar, M.Sc.Ed.
Syafi’ie, Imam. 2003. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Perspektif Globalisasi dan Otonomi
Daerah. Makalah disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia XXV Perguruan
Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta Se-Indonesia di Yogyakarta 6-7 Oktober 2003.
Sugono, Dendy. 2002. Bahasa Indonesia Urutan Keempat di Dunia. http://www.icmi.or. id/berita-
091002.htm
Widada, Hs. 2003. Reaktualisasi Peran Bahasa Indonesia dalam Konteks Lokal dan Global. Makalah
disampaikan pada Kongres Bahasa Indonesia VII, Jakata 14-17 Oktober 2003.
Wurianto, Arif Budi. 2002. Globalisasi, Teknologi Informasi, dalam peran Bahasa. dalam Majalah
Linguistik Indonesia. Tahun 20/2 Jakarta:MLI.

Anda mungkin juga menyukai