Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perekonomian makro
(kurs, inflasi, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar) dan mikro (Asset Growth dan Debt to Equity)
terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data
tahunan untuk variabel makroekonomi selama tahun 2006-2012 dan data bulanan yang akan diolah
menjadi data tahunan untuk variabel mikro dan risiko sistematis selama periode januari 2006 sampai
Desember 2012. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa tingkat inflasi, kurs, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI, DER dan Aset
Growth berpengerahu secara simultan terhadap risiko sistematis saham. Tingkat inflasi, kurs, dan jumlah
uang beredar tidak berpengaruh secara parsial terhadap risiko sistematis saham sedangkan DER dan
asset growth berpengaruh secara parsial terhadap risiko sistematis saham.
Abstract: This research was conducted to determine the influence of mcro economy (exchange rate,
inglation, interest rate of SBI and the amount of supplied money) and micro economy (asset growth and
debt to equity) to the systematic risk in LQ-45 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Annual
data for macro economic variables during the period of 2006-2012 and monthly data were processed
into annual data for micro variables and systematic risk during the period of January 2006 to December
2012. The data were analyzed by multiple regression analysis. The result showed that inflation and
exchange rate, money supply, interest rate of SBI, DER and Asset growth simultaneously influence the
systematic risk of stocks. Thus, the inflation n exchange rate and money suplly do not partially affect the
systematic risk of stock. Meanwhile, DER and Asset growth partially influence the systematic risk of
stocks.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pasar modal (capital market) pada prinsipnya merupakan pasar untuk
sekuritas jangka panjang baik berbentuk hutang maupun ekuitas (modal
sendiri) serta berbagai produk turunannya. (Tandelilin, 2010). Saham
merupakan salah satu sekuritas di antara sekuritas-sekuritas lainnya yang
mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari
ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa datang.
Terdapat dua aspek yang melekat dalam suatu investasi yaitu tingkat
pengembalian (return) yang diharapkan dan risiko tidak tercapainya return
yang diharapkan. Risiko yang tinggi pada saham berhubungan dengan
kondisi ekonomi makro, seperti resesi ekonomi, gejolak politik, dan lain
sebagainya serta industri dan karakteristik perusahaan. (Hamzah, 2005).
Pasar modal laksana pendulum petunjuk arah, dimana naik dan turunnya
umumnya mengekspresikan realitas gambaran dari kondisi ekonomi, politik
sekaligus optimisme menatap masa depan (Susanto, 2002). Pasar modal di
Indonesia pernah mengalami tantangan yang cukup berat sejak akhir tahun
1997, bersamaan dengan terguncangnya sendi-sendi perekonomian
Indonesia akibat hantaman krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh
kawasan Asia. Krisis ini ditandai dengan menurunnya nilai kurs,
meningkatnya suku bunga deposito, dan SBI yang berada diatas 60 persen
per tahun, serta jumlah uang beredar yang meningkat cukup signifikan
diikuti peningkatan inflasi yang cukup tajam. Selama periode krisis ini
kondisi pasar modal pun ikut terpuruk, Indeks Harga Saham Gabungan
mengalami koreksi yang cukup besar dari kisaran harga 726 pada
pertengahan tahun 1997 menjadi kurang lebih 260. Penurunan laba yang
dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas, nilai transaksi, dan
kesulitan finansial yang dialami merupakan konsekuensi yang diperoleh dari
krisis ekonomi yang terjadi. Faktor yang secara teoritis dipertimbangkan
dalam investasi saham adalah risiko. Risiko merupakan terjadinya
penyimpangan atas keuntungan yang diharapkan. Misalkan terdapat suatu
perusahaan yang tidak efisien dalam operasi produksinya. Hal ini
menyebabkan perusahaan tersebut menggunakan hutang yang tinggi
dalam produksinya yang mengakibatkan biaya tetap perusahaan menjadi
tinggi dan apabila suatu saat perusahaan tersebut gagal, maka kepentingan
investor dalam mendapatkan laba diperusahaan tersebut menjadi
terancam. Oleh karena itu, investor juga perlu melihat seberapa besar risiko
yang harus ditanggungnya dalam berinvestasi. Beberapa peneliti
sebelumnya telah melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
variabel ekonomi makro dan mikro terhadap risiko sistematik seperti
Makaryanawati dan Ulum (2008), Hamzah (2005), Haryanto dan Riyatno
(2007), Ocran (2010), dan Tandelilin (1997). Penelitian Makaryanawati dan
Ulum (2008) menemukan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh signifikan
terhadap risiko sistematik saham namun tingkat likuiditas yang ditunjukkan
oleh rasio lancar (current ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko
investasi saham. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2005)
menemukan bahwa secara simultan variabel makro, karakteristik
perusahaan dan industri berpengaruh terhadap beta saham syariah. Dalam
penelitian Tandelilin (1997) menemukan bahwa variabel fundamental
Ekonomi Mikro
Ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu
ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan
harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang
diperjualbelikan. Secara umum, ekonomi mikro membahas perilaku ekonomi
dalam lingkup individu, rumah tangga, perusahaan, dan pasar. Pembahasannya
meliputi pemanfaatan sumber daya ekonomi bagi kehidupan masyarakat serta
perilaku produsen dan konsumen dalam melakukan interaksi di pasar. Cakupan
pembahasan ekonomi terbatas pada kegiatan ekonomi yang lebih sempit dan
khusus.
Ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil
misalnya perusahaan, rumah tangga. Ekonomi mikro juga mempelajari bagaimana
berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana
harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa
selanjutnya.
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas
ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi,
pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta
dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak)
terhadap hal-hal tersebut.
Pengertian Ekonomi Mikro
Mikro artinya kecil, dengan demikian ekonomi mikro boleh diartikan sebagai
“ilmu ekonomi kecil”. Menerangkan arti kata ekonomi mikro dengan cara
mengartikan masing-masing kata secara harfiah tidak akan memberikan
penerangan yang tepat mengenai arti dan konsep ekonomi mikro. Berdasarkan
pola dan ruang lingkup analisisnya, ekonomi mikro adalah satu bidang studi dalam
ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari keseluruhan
kegiatan perekonomian. Dalam teori ekonomi mikro permasalahannya dapat
dibagi dan dibedakan menjadi tiga persoalan yaitu:
1. Apakah jenis-jenis barang dan jasa yang perlu diproduksikan? (What)
2. Bagaimanakah barang dan jasa yang diperlukan masyarakat akan
dihasilkan? (How)
3. Untuk siapakah barang dan jasa perlu dihasilkan? (For Whom)
Komponen Ekonomi Mikro
Interaksi di Pasar Barang
Aspek yang pertama yang diterangkan dalam teori ekonomi mikro adalah
mengenai kegiatan suatu pasar barang. Dilihat dari pandangan ekonomi mikro,
suatu perekonomian itu merupakan gabungan dari berbagai jenis pasar, termasuk
pasar barang. Maka untuk mengenal corak kegiatan suatu perekonomian, kita
antara lain perlu memperhatikan corak operasi suatu pasar barang.
Kegiatan tawar-menawar barang dilakukan antara panjual dan pembeli atau
produsen dan konsumen di pasar. Kegiatan ini dilakukan untuk membentuk harga
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembentukan harga terjadi
melalui proses interaksi permintaan dan penawaran antara penjual dan pembeli.
Kesepakatan harga akan menghasilkan harga keseimbangan. Dengan mempelajari
ekonomi mikro dapat diketahui permasalahan yang terjadi dalam interaksi di
pasar.
Tingkah Laku Penjual dan Pembeli
Aspek berikut yang dianalisis teori ekonomi mikro adalah tentang tingkah laku
pembeli dan penjual di pasar. Kegiatan produsen dan konsumen dalam kegiatan
ekonomi didasari oleh tujuan masing-masing. Pada ekonomi mikro ajab dibahas
mengenai upaya konsumen dalam memenuhi kebutuhannya dengan pendapatan
yang terbatas. Sementara itu, pada perilaku produsen dibahas mengenai upaya
produsen dalam memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Anggapan-anggapan
yang digunakan untuk menanalisis perilaku produsen dan konsumen dalam
kegiatan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Produsen dan konsumen melakukan kegiatan ekonomi secara rasional.
2. Konsumen berusaha untuk memperoleh kepuasan maksimal dengan dana
yang terbatas.
3. Produsen berusaha untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
dengan pengorbanan tertentu.
Interaksi di Pasaran Faktor
Aspek penting lain yang dianalisis teori ekonomi mikro adalah interaksi penjual
dan pembeli di pasaran faktor-faktor produksi. Pasar faktor produksi
menyediakan faktor-faktor produksi yang dibutuhkan oleh rumah tangga
produsen untuk melakukan kegiatan produksi. Faktor produksi meliputi sumber
daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan kewirausahaan.
Faktor-faktor produksi tersebut disediakan oleh rumah tangga konsumen. Atas
penyediaan faktor-faktor produksi, rumah tangga konsumen akan memperoleh
balas jasa. Pada pasar faktor produksi juga terjadi tawar-menawar antara
produsen dan konsumen dalam pembentukan harga.
Sejarah Ekonomi Mikro
Teori ekonomi mikro ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli ekonomi klasik,
yaitu di sekitar abad ke-18 dan abad ke -19. Diantara mereka adalah Adam Smith,
David Ricardo, yang kemudian dikembangkan oleh Marshall dan Piqou. Dalam
penyusunan teori ekonomi mikro, para ahli ekonomi tersebut menggunakan
beberapa anggapan dasar, yaitu :
1. Setiap subjek ekonomi umumnya selalu bertindak ekonomis rasional.
2. Setiap subjek ekonomi memiliki informasi yang lengkap atas berbagai
macam peristiwa yang terjadi di pasar.
3. Tingkat mobilitas yang tinggi, sehingga para subjek ekonomi dapat segera
beradaptasi atau mengadakan penyesuaian terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di pasar.
Dengan anggapan-anggapan di atas, para ahli ekonomi klasik memiliki keyakinan
bahwa kegiatan ekonomi akan berkembang terus menerus secara efisien,
pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat, dan akan tercapai kesempatan
kerja penuh (full employment). Meskipun masih ada beberapa masalah ekonomi
di indonesia yang patut menjadi perhatian untuk segera diselesaikan.
Konsep the invisible hand dari Adam Smith menjelaskan bahwa dalam
perekonomian bebas (tanpa campur tangan pemerintah) perekonomian akan
mencapai kondisi keseimbangan melalui mekanisme harga yang terjadi di pasar.
Dalam perkembangan zaman, permasalahan ekonomi mikro mulai muncul. Tidak
setiap masalah baru tersebut dapat diselesaikan dengan mekanisme pasar. Hal ini
disebut dengan kegagalan pasar (market failure).
Contoh kegagalan pasar adalah pengadaan barang publik (barang yang
penggunaannya secara bersama) seperti jalan raya. Produsen (kontraktor) tidak
akan membangun jalan raya secara gratis. Dengan demikian maka pembangunan
jalan raya diambil alih oleh pemerintah dengan menggunakan dana APBN.
Analisa Ekonomi Mikro Ekonomi mikro adalah suatu sistem yang mempelajari
kegiatan ekonomi individu, yaitu individu yang posisinya sebagai konsumen dan
juga individu sebagai pemilik faktor produksi, maupun individu sebagai produsen.
Analisa ekonomi mikro dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Teori harga, yaitu melihat interaksi antara penawaran dan permintaan barang
jasa didalam suatu pasar, faktor-faktor yang mempengaruhinya: struktur pasar,
elastisitas penawaran, serta permintaan dan sebagainya. Teori harga membahas
tentang:
• Proses pembentukan harga dipengaruhi oleh interaksi antara permintaan
dan penawaran suatu barang atau jasa dalam suatu pasar;
• Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan dan penawaran,
• Hubungan antara harga permintaan dan penawaran
• Bentuk-bentuk pasar
• Menganalisa konsep elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran
2. Teori Produksi, yaitu menganalisa biaya produksi serta tingkat produksi optimal
bagi produsen sehingga mencapai tingkat laba maksimum. Teori produksi
menganalisa tentang:
• Masalah biaya produksi
• Tingkat produksi yang paling menguntungkan bagi produsen
• Kombinasi faktor produksi yang harus dipilih oleh produsen agar tujuan
untuk mencapai laba mksimum tercapai.
3. Teori Distribusi, yaitu membahas tingkat upah tenaga kerja, tingkat bunga yang
harus dibayarkan kepada pemilik modal, serta tingkat keuntungan dari
pengusaha. Teori distribusi membahas tentang:
• Faktor-faktor yang menentukan tingkat upah tenaga kerja
• Tingkat bunga yang harus dibayar karena penggunaan modal
• Tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha
Ruang Lingkup Ekonomi Mikro
Ruang lingkup kajian ekonomi mikro adalah produsen dan konsumen. Tradisi
berlandaskan teori Adam Smith. Ekonomi mikro dengan demikian memiliki ruang
lingkup pada produsen dan konsumen. Produsen dan konsumen tersebut dalam
dunia ekonomi yang nyata adalah individu-individu pada rumah tangga keluarga,
masyarakat, atau perusahaan. Ekonomi juga mengkaji tingkah laku pembeli dan
penjual dan juga interaksi di pasar faktor produksi.
Secara ringkas ruang lingkup yang dipelajari dalam ilmu ekonomi mikro meliputi
hal-hal berikut ini:
1. Permintaan, penawaran, dan keseimbangan harga pasar.
2. Elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran.
3. Teori perilaku konsumen.
4. Teori produksi, biaya produksi, penerimaan produsen, dan laba.
5. Pasar persaingan sempurna.
6. Pasar monopoli.
7. Pasar oligopoli.
8. Pasar persaingan monopolistik.
9. Permintaan akan input.
10.Mekanisme harga dan distribusi pendapatan.
Penerapan Ekonomi Mikro
Ekonomi mikro yang diterapkan termasuk area besar belajar, banyak diantaranya
menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi dan organisasi industri
mempelajari topik seperti masuk dan keluar dari firma, inovasi, aturan merek
dagang. Hukum dan Ekonomi menerapkan prinsip ekonomi mikro ke pemilihan
dan penguatan dari berkompetisi dengan rezim legal dan efisiensi relatifnya.
Ekonomi Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian, dan dinamika pasar buruh.
Finansial publik (juga dikenal dengan ekonomi publik) mempelajari rancangan dari pajak
pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari kebijakan-kebijakan tersebut
(contohnya, program asuransi sosial). Ekonomi kesehatan mempelajari organisasi dari sistem
kesehatan, termasuk peran dari pegawai kesehatan dan program asuransi kesehatan.
Politik ekonomi mempelajari peran dari institusi politik dalam menentukan keluarnya sebuah
kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang mempelajari tantangan yang dihadapi oleh kota-kota,
seperti gepeng, polusi air dan udara, kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan, digambarkan dalam
geografi kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik seperti struktur dari
portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian ke modal, analisa ekonometri dari keamanan
pengembalian, dan kebiasaan finansial korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi
dari ekonomi dan institusi ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi,
sejarah, geografi, sosiologi, psikologi dan ilmu politik.
Globalisasi merupakan kondisi yang menciptkan suatu keniscayaan bagi negara-negara dunia
ketiga terutama Indonesia, kekuatannya tidak bisa ditandingi oleh sistem regulasi yang tertutup,
globalisasi juga bisa membuat negara tersebut maju dan globalisasi juga bisa membuat negara
tersebut menjadi miskin. Logical Framework of Globalization adalah bagaimana dunia ini
merupakan dunia tanpa batas, dan globalisasi juga menciptakan keterbukaan terutama dalam
perdagangan Internasional, sehingga globalisasi di klaim oleh pecinta globalisasi sebagai
formula untuk bisa
memajukan negara yang miskin, berkembang dan menjadi negara yang maju. Globalisasi telah
menciptakan pertumbuhan bagi negara-negara di Asia dengan ditunjukan oleh banyaknya orang
yang sejahtera karena eksport industrialisasi, tetapi banyak juga mengagap bahwa dengan
globalisasi orang tereksploitasi oleh prosesnya. Oleh karena itu globalisasi bagi negara
berkembang dalam hal ini Indonesia merupakan suatu potret suram akibat keganasan globalisasi,
hal yang kasat mata adalah semakin miskinnya orang Indonesia.
Perubahan mekanisme dunia menuju pasar bebas yang telah di ungkap oleh Ronald Reagan dan
Margaret Thatcher telah menjadi suatu mekanisme dominan terhadap proses hubungan antar
negara, sehingga negara tersebut harus bisa terpacu untuk berkompetisi, kompitisi yang tidak
sehat sering mewarnai dalam proses ekonomi, sehingga sering terjadi proses protek-memprotek,
klaim-mengklim hasil produk, dan yang paling nyata adalah negara berkembang sering dirugikan
karena prosesnya, proses tersebut melalui mekanisme yang di buat oleh lembaga internasional
dalam hal ini WTO.
Salah satu yang percaya bahwa globalisasi merupakan mekanisme yang baik, yaitu di ungkapkan
oleh Riant Nugroho yang mengatakan bahwa globalisasi merupakan kunci dari pembangunan,
globalisasi secara ekonomi didasarkan pada mekanisme pasar global, sehingga mekanisme itu
dirangsang oleh perkembangan teknologi sehingga mendorong
transformasi ekonomi, sehingga akan mengurangi kemiskinan.
Globalisasi sangat dipengaruhi oleh pemikiran kapitalisme yang mempunyai pandangan filsafat
ekonomi klasik, tokoh yang sangat berpengaruh dalam pandangan ini adalah Adam Smith dan
dua pemikir yang tidak kalah pentingnya dalam pembentukan pandangan ini, yaitu David
Ricardo dan Thomas Robert Maltus serta sangat di elu-elukan oleh dua pemikir pada jaman
sekarang, yaitu Francis Fukuyama dan Thomas L. Friedman yang memberikan tesisnya tentang
globalisasi, liberalisme, privatisasi, dan kapitalisme sebagai akhir sejarah.
Realitas yang terjadi adalah Indonesia merupakan dari negara dunia ketiga yang belum mampu
membendung pasar bebas dan hal tersebut merupakan suatu keniscayaan serta sewaktu-waktu
akan siap membinasakannya. Dalam hal pertanian pun negara kita belum bisa mampu
membendung produk-produk dari luar yang mempunyai nilai kompetitif lebih dibandingkan
dengan produk pertanian negara kita, maka kita sering menjumpai buah-buahan import, padi
import, kedelai import dan produk pertanian import lainnya di sekitar kita sampai-sampai di
pasar tradisional pun ada, sehingga pertanyaan kita, apakah pemerintah telah menciptakan
pembangunan yang berbasiskan pada kerakyatan ?.
Masalah pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang selalu melekat dan
menjadi ciri khas negara Indonesia, masalah ini juga merupakan masalah yang paling klimaks
dihadapi oleh negara ini, sebab proses penyelenggaraan negara yang begitu panjang akan
membayangkan adanya pengurangan angka pengangguran dan kemiskinan, karena hal tersebut
merupakan mainstream dari sebuah pembangunan. Konsep yang amat dekat dengan konsep
kemiskinan adalah impoverishment (hal-hal menyebabkan seseorang atau sesuatu menjadi lebih
miskin). Proses impoverisment adalah sebuah proses aktif menghilangkan akses dan hak-hak
dasar yang secara sistematik direproduksi dan diciptakan oleh sejumlah mekanisme global
seperti kerusakan lingkungan hidup, kehancuran sumberdaya rakyat, inflasi, pengangguran dan
politik utang luar negeri. Proses inilah yang dikenal sebagai proses pelemahan
(disempowerment) ekonomi, ekologi, sosial, politik dan kebudayaan khususnya bagi kelompok-
kelompok masyarakat minoritas dan terpinggirkan.
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada
bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75 persen). Di bandingkan dengan penduduk miskin
pada Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta (15,97 persen), berarti jumlah penduduk miskin
meningkat sebesar 3,95 juta (BPS).
Data kemiskinan yang paling fenomenal dan diperkirakan oleh Bank Dunia, yaitu sebanyak 3,1
juta orang jatuh ke dalam jurang kemiskinan akibat kenaikan harga beras 33 persen selama
periode Februari 2005 sampai Maret 2006.
Dasar perhitungannya, tiga perempat dari kaum miskin adalah konsumen bersih (net consumer)
beras. Berdasarkan data Bank Dunia, jumlah orang miskin, yang hidup dengan 1 dollar AS per
hari pada tahun 2006 diperkirakan 19,5 juta orang, akan turun menjadi 17,5 juta orang pada
2007. Adapun orang miskin yang hidup dengan 2 dollar AS per hari juga Jaringan Informasi
Kebijakan Publik http://www.suarapublik.org Powered by Joomla! Generated: 2 March, 2010,
20:04 diprediksi berkurang, dari 113,8 juta orang pada tahun 2006 menjadi 108,2 juta orang pada
2007. Asumsinya, ekonomi Indonesia bisa tumbuh dari 5,5 persen pada 2006 menjadi 6,2 persen
pada 2007 dan jumlah penduduk bertambah dari 229,5 juta di 2006 menjadi 232,9 juta pada 2007
(Kompas 15 November 2006).
Dengan ungkapan-ungkapan diatas maka akan memberikan sedikit analisa yaitu bahwa
globalisasi secara realitas yang terjadi di Indonesia malah mengsengsarakan rakyat, misalnya
kemiskinan semakin bertambah, hal yang perlu digaris bawahai adalah analisa pendapatan
perkapita secara kuantitatif tidak bisa dijadikan barometer tingkat kemiskinan di Indonesia
(walaupun penulis memberikan pemaparan data secara kuantitatif) sebab data pendapatan
perkapita yang dijadikan landasan untuk mengukur sejaumana tingkat pertumbuhan di Indonesia
tidak sesuai dengan realitas, karena pendapatan perkapita Indonesia bisa di wakili hanya dengan
10% dari bangsa ini, karena globalisasi akan menciptakan marginalisasi antara yang si kaya
dengan si miskin dan faktannya benar !, bangsa ini mengalami kemiskinan yang sangat parah
secara kasat mata.
Fakta yang kasat mata kita ketahui tentang kemiskinan yang terjadi di Indonesia adalah
kemiskinan yang sangat parah, misalnya di daerah Cirebon masih banyaknya masyarakat yang
memakan roti basi yang cilakanya makanan itu sebagai makanan pengganti nasi aking yang
semakin kesini semakin merangkak naik akibat kenaikan harga beras yang membumbung tinggi.
perlu di ketahui bahwa nasi aking adalah nasi bekas yang di keringkan, di masak serta di
konsumsi oleh masyarakat kita (Liputan 6 SCTV), yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah
hal tersebut di namakan keberhasilan pembangunan. Nah dengan melihat fenomena tersebut
maka apa yang harus dilakukan supaya bangsa ini bisa terangkat dari jurang kemiskinan yang
sudah terlalu dalam, pertanyaan tersebut seharus bisa dijawab oleh bangsa ini melalui
pemberdayaan masyarakat dengan dukungan kebijakan pemerintah dan swasta yang pro terhadap
pengentasan kemiskinan.
Permasalahan yang ada dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Melalui Proses Pemberdayaan
Ekonomi Mikro. Defenisi Usaha mikro menurut ADB, adalah usaha-usaha non-pertanian yang
mempekerjakan kurang dari 10 orang termasuk pemilik usaha dan anggota keluarga. Sedangkan
USAID mendefinisikan Usaha mikro adalah kegiatan bisnis yang mempekerjakan maksimal 10
orang pegawai termasuk anggota keluarga yang tidak dibayar. Kadangkala hanya melibatkan 1
orang, yaitu pemilik yang sekaligus menjadi pekerja.
Kepemilikan aset dan pendapatannya terbatas. Dan lembaga yang sangat populer di kalangan
kita serta mempunyai moto tidak ada kemiskinan di dunia yaitu Bank Dunia mendefinisikan
Usaha mikro adalah merupakan usaha gabungan (partnership) atau usaha keluarga dengan tenaga
kerja kurang dari 10 orang, termasuk di dalamnya usaha yang hanya dikerjakan oleh satu orang
yang sekaligus bertindak sebagai pemilik (self-employed).
Usaha mikro sering merupakan usaha tingkat survival (usaha untuk mempertahankan hidup–
survival level activities), yang kebutuhan keuangannya dipenuhi oleh tabungan dan pinjaman
berskala kecil.
Dengan melihat beberapa defenisi tentang usaha mikro, maka hal yang perlu di garis bawahi
adalah bagaimana kekuatan usaha mikro bisa di jadikan sebagai alternatif dalam mengurangi
pengangguran, karena pengurangan pengangguran secara otomatis akan memberikan dampak
positif untuk bisa mengurangi kemiskinan di Indonesia, tetapi
alternatif tersebut tidak bisa jalan begitu saja tanpa mendapatkan dukungan secara maksimal oleh
pemerintah dan swasta dengan memberikan akses keadilan bagi usaha tersebut.
Peranan pemberdayaan seharusnya bisa terealisasi apabila pemerintah dan swasta bisa
menciptakan suatu program yang sifatnya memberikan akses modal kepada usaha mikro, sebab
kendala yang banyak dihadapi oleh usaha ini adalah masalah permodalan, fenomena permodalan
ini apabila kita kaji lebih empiris di lapangan yaitu masih adanya ketidakadilan dalam
penyalurannya, misalnya usaha mikro sering dipersulit untuk bisa mendapatkan modal, seperti
prosedur yang berbelit-belit, harus ada jaminan, serta banyak lembaga keuangan tidak
menyediakan permodalan bagi usaha mikro. Dan fenomena tersebut bisa kita lihat secara kasat
mata sehingga dengan fenomena tersebut pemerintah dan swasta belum berpihak pada
pembangunan yang berbasiskan kerakyatan.
Data yang menunjukan bahwa pembiayaan yang bersumber dari lembaga keuangan non bank
sebanyak 82.962 UKM atau mengalami peningkatan sebesar 10,93 persen, perbankan sebanyak
385.383 UKM atau mengalami peningkatan sebesar 6,55 persen dan sumber permodalan lainnya
sebanyak 661.629 UKM atau mengalami peningkatan sebesar 3,43 persen. Sedangkan sumber
permodalan yang berasal dari modal ventura mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
hingga mencapai 50,18 persen yaitu dari 16.002 UKM menjadi 7.972 UKM (BPS 2001).
Sehingga kesimpulannya adalah data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar permodalan
untuk usaha mikro berasal dari lembaga-lembaga keuangan informal.
1.Adanya kerjasama yang mutalisme antara pemerintah, swasta serta elemen masyarakat
menengah (LSM, Akademsi, Wartawan, Profesional dll) untuk bisa mendorong ekonomi mikro
untuk bisa menjadi salah satu tembok dalam menghindari kemiskinan. Strategi itu bisa dilakukan
apabila ketiga elemen tersebut memiliki kesamaan visi dan misi dalam pembangunan, misalnya
dalam pembinaan pemberdayaan ekonomi mikro.
2.Pemerintah harus bisa menciptakan regulasi yang pro terhadap ekonomi mikro, misalnya
dalam era otonomi daerah ini pemerintah daerah yang sangat mengedepankan peraturan daerah,
maka peraturan daerah tersebut harus bisa mendorong kekuatan ekonomi lokal, bukan malah
sebaliknya mendorong ekonomi sebagian kelompok orang saja yang nota benenya dari kalangan
ekonomi besar. Oleh karena itu jangan ada peraturan daerah yang mendorong resistensi
masyarakat terhadap pemerintah daerah seperti penggusuran pedagang kaki lima tanpa
memberikan solusi yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak, hal-hal tersebut harus
di hindari oleh pemerintah daerah apabila ingin menciptakan kekuatan ekonomi mikro sebagai
pilar untuk upaya dalam mengentaskan kemiskinan di daerah.
3.Pemerintah, swasta, dan elemen masyarakat yang diwakili oleh LSM harus bisa membuat
lembaga-lembaga keuangan mikro yang kuat serta mengedepankan distribusi keadilan dalam
prosesnya. Hal tersebut supaya usaha mikro bisa terhindar dari rentenir yang nota benenya akan
mengeksploitasi usaha mikro dengan bunga yang tinggi.
4.Lembaga keuangan mikro harus bisa berkompetisi dengan lembaga keuangan yang informal
dengan mengedepankan pelayanan yang pro terhadap usaha mikro, sehingga usaha mikro akan
tertarik serta nyaman dalam melakukan pinjamannya, hal yang terpenting dan merupakan
indikator pelayanan adalah proses pelayanan yang tidak berbelit-belit.
5.Dan yang terakhir adalah bagaiman ketiga elemen tersebut mempunyai komitmen dalam
bekerjasama untuk bisa merealisasikan visi dan misi dalam melenyapkan kemiskinan di
Indonesia.
Artikel Tentang Ekonomi Mikro
Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi
yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan
kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti
bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan permintaan
atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya,
menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.[1][2] Individu yang
melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di
pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua
hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara
keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai
kebijakan perekonomian yang berhubungan[3], serta dampak atas beragam tindakan pemerintah
(misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut
Tinjauan umum
Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisis pasar beserta mekanismenya yang
membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas di antara
banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro menganalisis kegagalan pasar, yaitu ketika pasar
gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang
dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidang-bidang penelitian yang penting dalam
ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium),
keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai
aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai
elastisitas produk dalam sistem pasar.
Model operasi
Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan rasional, dan akan
memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini, ada empat kategori
dimana keuntungan perusahaan akan dipertimbangkan:
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika average total
cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan.
Keuntungan ekonomi adalah setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan
antara average total cost dan harga.
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika keuntungan
ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika average total cost setara dengan
harga pada keluaran maksimalisasi keuntungan.
• Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost pada keluaran
maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut dalam kondisi kerugian minimal.
Perusahaan ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin
membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus, perusahaan bisa
menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan
semuanya akan mengakibatkan kehilangan semua biaya tetapnya.
• Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan, perusahaan
harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan tidak memproduksi sama
sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan
untuk membiayai semua biaya tetap dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak
berproduksi, kerugian perusahaan hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya
tetapnya, perusahaan menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap
bersaing dengan risiko kerugian menyeluruh
Teori Ekonomi Mikro dan Contoh dalam
Kehidupan Nyata
Sipendik.com – Berkaitan dengan pengantar ekonomi mikro, kali ini sipensik akan mengulas
tentang Teori Ekonomi Mikro dan Contoh dalam Kehidupan Nyata. Simak ulasan kami berikut ini
;
Sempatkah anda berkunjung ke pasar tradisional? Cobalah anda cermati tingkah laku konsumen
serta penjual dalam lakukan transaksi. Ya, mereka sama-sama menawar harga untuk memperoleh
perjanjian harga atas barang atau mungkin layanan yang mereka perlukan. Nah, dari transaksi yang
berlangsung di pasar tersebut anda sudah belajar perihal ekonomi mikro.
Pengertian Ekonomi Mikro
Ekonomi mikro yaitu pengetahuan yang pelajari aktivitas-aktivitas perekonomian yang berbentuk
bagian terkecil, yang memusatkan perhatiannya pada persoalan bagaimana customer bakal
membagikan pendapatannya yang terbatas pada beragam jenis barang serta layanan yang
diperlukan, untuk beroleh kenikmatan maksimum.
Unit Kegiatan Ekonomi Mikro
Kegiatan unit-unit ekonomi yang dikaji dalam ekonomi mikro salah satunya seperti berikut.
a. Mendalami bagaimana tingkah laku seorang untuk customer, untuk yang memiliki sumber-
sumber ekonomi serta untuk produsen.
b. Mendalami bagaimana arus rotasi barang serta layanan dimulai dari produsen hingga pada
customer.
c. Mendalami bagaimana harga-harga barang serta layanan itu bisa terbentuk.
d. Mendalami bagaimana produsen dalam memastikan tingkat produksi supaya terwujud
keuntungan yang maksimum.
e. Mendalami bagaimana customer atau mungkin rumah tangga membagikan pendapatannya yang
sangatlah terbatas untuk barang serta layanan yang diperlukan hingga terwujud kenikmatan
maksimum.
Dalam teori ekonomi mikro berasumsi bahwasanya faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal,
serta entrepreneur) yang dipunyai oleh orang-orang sifatnya terbatas, sedang hasrat manusia tak
terbatas. Karenanya orang-orang mesti bisa pilih aktivitas ekonomi, yang mencakup aktivitas
dalam menghasilkan, menyalurkan, serta memakai barang ataupun layanan.
Adapun tiga persoalan pokok ekonomi moderen, yakni seperti berikut.
• What, berarti apa serta berapakah banyak barang serta layanan bisa diproduksikan.
• How, berarti bagaimana langkahnya menghasilkan barang serta layanan yang diperlukan.
• For Whom, berarti untuk siapa barang serta layanan diproduksikan.
Dengan cara ringkas ruangan lingkup yang dipelajari dalam pengetahuan ekonomi mikro
mencakup beberapa hal di bawah ini.
1. Keinginan, penawaran, serta keseimbangan harga pasar.
2. Elastisitas keinginan serta elastisitas penawaran.
3. Teori tingkah laku customer.
4. Teori produksi, cost produksi, penerimaan produsen, serta laba.
5. Pasar persaingan sempurna.
6. Pasar monopoli.
7. Pasar oligopoli.
8. Pasar persaingan monopolistik.
9. Keinginan bakal input.
10. Mekanisme harga serta distribusi pendapatan.
Itulah Teori Ekonomi Mikro dan Contoh dalam Kehidupan Nyata, kami berharap dapat membantu
Anda dalam mendalami pengertian ekonomi mikro.
Berbagai paket kebijakan pemulihan ekonomi Indonesia pasca krisis tahun 1997 lebih
difokuskan pada struktur konglomerasi sebagai ‘soko guru’ perekonomian nasional. Hal ini
diindikasikan oleh berbagai program pemerintah yang ditujukan untuk pemulihan kembali
kegiatan ekonomi berbasis konglomerasi. Misalnya, program rekapitalisasi perbankan dan
restrukturisasi utang swasta sebagai program utama yang memerlukan biaya ekonomi yang sangat
mahal (very high cost economy).
Output yang diharapkan dari program pemberdayaan ekonomi berbasis konglomerasi ini
adalah tercapainya langkah privatisasi yaitu pemerintah akan menerima hasil dari penjualan aset-
aset yang sangat diharapkan dapat dibeli pihak asing. Dengan demikian sangat dimungkinkan
apabila beberapa perusahaan besar yang merupakan penyangga utama (main buffer)perekonomian
Orde Baru dapat habis terjual kepada pihak asing.
Dengan berkembangnya trend perubahan status kepemilikan mayoritas perusahaan berskala
besar menjadi milik pihak asing, maka pelaku (actor) perekonomian nasional yang masih tersisa
adalah sektor-sektor ekonomi rakyat yang terdiri dari usaha kecil dan menengah (small & medium
enterprises) yang mencakup sektor pertanian dan industri manufaktur yang luas, yang relatif
terhindar dari krisis. Sektor ini menjadi tumpuan harapan publik sehingga reformasi ekonomi perlu
diorientasikan pada transformasi ekonomi yang lebih mengedepankan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM). Selain itu sektor UKM mempunyai andil yang sangat besar dalam perekonomian nasional
karena dinilai telah mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang
luas kepada masyarakat. Sektor UKM juga mempunyai kemampuan untuk berperan dalam proses
pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat pada masa krisis. Oleh karenanya, peran
UKM perlu diperluas agar sektor UKM dapat semakin tumbuh dan berkembang menjadi kuat dan
mandiri.
Sebagai bahan perbandingan, pesatnya perkembangan usaha kecil dan menengah di Jepang
dan Amerika Serikat menyebabkan sektor ini dapat menjadi salah satu pilar ekonomi negara
tersebut. UKM di Jepang memberikan kontribusi yang besar terhadap perusahaan berskala besar
dalam mendorong daya saing ekonomi bangsa (national competitiveness).Kondisi ini dapat
dicapai melalui suatu paket kebijakan yang dapat mendorong peran UKM sehingga memiliki peran
yang vital dalam perekonomian negara. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka upaya
pengembangan UKM di Indonesia dapat meniru (benchmark) model vitalisasi usaha kecil dan
menengah di negara lain (seperti Jepang dan Amerika Serikat) yang telah memiliki usaha kecil
dan menengah yang kuat dalam perekonomian negaranya.
Atas dasar hal di atas, Lembaga Administrasi Negara memandang perlu untuk melakukan
kajian tentang model vitalisasi UKM di berbagai negara sebagai bahan rekomendasi kebijakan
pengembangan UKM di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang
cukup besar dalam pembangunan ekonomi nasional, hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil
survei dan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi UKM terhadap PDB (tanpa migas)
pada Tahun 1997 tercatat sebesar 62,71 persen dan pada Tahun 2002 kontribusinya meningkat
menjadi 63,89 persen. Perbandingan komposisi PDB menurut kelompok usaha pada Tahun 1997
dan 2003 disajikan dalam tabel 1. Kendati demikian, kondisi UKM tetap rawan karena
keberpihakan bank yang rendah, pasar bebas yang mulai dibuka, serta terbatasnya kebijakan yang
mendukung sektor usaha kecil. Sedangkan kontribusi usaha yang berskala besar pada Tahun 1997
hanya 37,29 persen dan pada Tahun 2002 turun lagi menjadi 36,11 persen. Jumlah unit UKM
dalam 3 (tiga) tahun terakhir juga mengalami peningkatan ratarata sebesar 9,5 persen tiap
tahunnya. Pada Tahun 2002 tercatat sebanyak 38,7 juta dan pada Tahun 2004 sebanyak 42,4 juta
unit usaha. Peningkatan jumlah unit usaha ini juga diikuti dengan kenaikan jumlah tenaga kerja
disektor UKM. Pada Tahun 2004 jumlah pekerja di sektor UKM tercatat hampir 80 juta orang,
dari jumlah tersebut sebanyak 70,3 juta diantaranya bekerja disektor usaha kecil dan sisanya
disektor usaha menengah. Disadari akan begitu besarnya peran UKM dalam perekonomian
nasional, maupun dalam penyerapan tenaga kerja dan pemerataan distribusi hasil-hasil
pembangunan, maka pemerintah melalui undang-undang No 5 tahun 1999, memberi batasan
terhadap UKM yaitu untuk usaha kecil adalah usaha yang :
a. memiliki kekayaan (aset) bersih 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
b. Hasil penjualan tahunan (omzet) paling banyak 1 milyar,
c. Milik warga Indonesia,
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan Dengan batasan
tersebut, maka diharapkan peranan pemerintah maupun masyarakat perlu memberikan perhatian
yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan
pemberdayaan usaha, perlu memperhatikan aspek sosial dan budaya di masing-masing daerah,
mengingat usaha kecil dan menengah pada umumnya tumbuh dari masyarakat secara langsung.
Disamping itu upaya pengembangan UKM dengan mensinergikannya dengan industri besar
melalui pola kemitraan, juga akan memperkuat struktur ekonomi baik nasional maupun daerah.
Partisipasi pihak terkait atau stakeholders perlu terus ditumbuhkembangkan lainnya agar UKM
betul-betul mampu berkiprah lebih besar lagi dalam perekonomian nasional.
Pengertian Ekonomi Mikro
Pengertian Ekonomi Mikro - Teori dasar dalam ilmu ekonomi
dibedakan menjadi dua, yaitu teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro. Ilmu ekonomi mikro pada
dasarnya mempelajari perilaku ekonomi dari satuan penqambilan keputusan individu, seperti konsumen,
pemilik sumber daya, dan perusahaan-perusahaan dalam perekonomian bebas usaha. Jadi, pengertian ilmu
ekonomi mikro (micro economics) adalah ilmu ekonomi yang mengkhususkan untuk mempelajari perilaku
individu manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Aktivitas unit-unit ekonomi yang dikaji dalam ekonomi mikro di antaranya sebagai berikut.
1. Mempelajari bagaimana perilaku seseorang sebagai konsumen, sebagai pemilik sumber-sumber
ekonomi dan sebagai produsen.
2. Mempelajari bagaimana arus perputaran barang dan jasa mulai dari produsen sampai pada
konsumen.
3. Mempelajari bagaimana harga-harga barang dan jasa itu dapat terbentuk.
4. Mempelajari bagaimana produsen dalam menentukan tingkat produksi agar tercapai keuntungan
yang maksimum.
5. Mempelajari bagaimana konsumen atau rumah tangga mengalokasikan pendapatannya yang
sangat terbatas untuk barang dan jasa yang dibutuhkan sehingga tercapai kepuasan maksimum.
Unit-unit ekonomi skala mikro tersebut harus berusaha mengalokasikan sumberdaya ekonomi yang terbatas
untuk mampu mengoiptimalkan tingkat pemuasan kebutuhannya. Jadi melalui kajian/analisis ekonomi
mikro dapat diperoleh kejelasan mengapa orangtua kamu harus mengatur dan membuat alokasi yang tepat
dari pendapatan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargamu, termasuk
mengalokasikannya untuk keperluan pembelian peralatan sekolah, kuliah, dan sebagainya.
Teori ekonomi mikro menganggap bahwa faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal, dan Tengusaha) yang
dimiliki oleh masyarakat sifatnya terbatas, sedangkan keinginan manusia tidak terbatas. Untuk itu
masyarakat harus dapat memilih kegiatan ekonomi, yang meliputi kegiatan dalam memproduksi,
menyalurkan, dan menggunakan barang maupun jasa.
Sedangkan yang dimaksud dengan Ekonomi Mikro adaalah : ilmu ekonomi yang mencoba melihat
kegiatan ekonomi dari satuian-satuan yang kecil, melihat kegiatan mikro biotik dengan mikroskop.
Bidang telaah ilmu ekonomi adalah prilaku ekonomi,yaitu yang timbul sebagai tanggapanterhadap
dorongan kebranian manusia untuk memenuhi kebuthan hidupnya, khussnya kebuthan yang
bersifat kebendaan.
Kebutuhan kebendaan yang menjadi sasaran penelaahan prilaku ekonomi terdiri dari kebutuhan
pokok, yaitu kebutuhan kebendaan yang angat esensial bagi kelengkapan hidup manusia, dan
kebutuhan bahan pokok, yaitu kebutuhan kebendaan yang mendukung kesjahteraan hidup
manusia. Kebuthan pokok berakar pada kebutuhan manusia sebagai makhluk biologis, dan
kebutuhan bahan pokok beraakar pada kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, jadi berasal
dari dalam diri manusia sendiri, bersifat manusiawi, sedang alat pemuas kebutuhan tersebut berasal
dari sumbernya yang pada dasarnya disediakan oleh alam, bersifat alami.
Seseutau barang disebut langka bila memperolehnya dibutuhkan sebuah pengorbanan. Sejumlah
barang lain. Untuk memperoleh sebuah mobil, misalnya seseorang harus membeli (pengorbaanan
berupa uang) atau menukarnya dengan sejulah barang lain. Sebaliknya sesuatu barang disebut
barang bebas apabila untuk menikmatinya tidak diperlukan pengorbanan yang berupa hilangnya
kenikmatan yang dapat diperoleh darai barang lain. Semakin langka suatu barang, maka semakin
banyak barang lain yang harus dikorbankan untuk memperoleh barang langka tersebut.
Dengan demikian jelaslah bahwa hampir semua barang di dunia ini adalah barang langka, apalagi
sumber daya. Untuk memeperoleh barang-barang tersebut diperlukan pengorbanan yang juga
berupa barang langka. Dari keadaan inilah timbul konsep Pilihan, yaotu kemungkinan untuk
memilih berbagai alternatif yang tersedia. Kemungkinan untuk memilih mengandung dua keadaan.
Keadaan yang satu disebut kesempatan dan berupa sekelompok barang dan jasa tersedia dan dapat
dipilih, sedangkan keadaan kedua disebut preferensi dan berupa skelompok kreteria seleksi yang
diatur secara berjenjang.
DAFTAR PUSTAKA
Auliyah dan Hamzah,Ardi. 2006. Analisa Karakter Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap
Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang
Agustus 2006 hal 1-16.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia. Mediasoft
Indonesia Jakarta.
Dornbusch, R., Fischer, S., and Richard
Starz. 2008. Makro Ekonomi. Terjemahan oleh : Roy Indra Mirazudin, SE. PT Media Global Edukasi,
Jakarta.
97
Mutia,
Tesis Sarjana S-2 Universitas Diponegoro. Magister Manajemen. Universitas Diponegoro Semarang.
Evi dan Muhammad, Arfan. 2010. Analisis Pengaruh Deviden Payout Ratio dan Capital Structure
Terhadap Beta Saham : (Studi Pada Saham Syariah dan Saham Non Syariah Perusahaan Non Keuangan
di Bursa Efek Indonesia). SNA XIII Purwokerto 2010.
Sukirno, Sadono. 2004, Makroekonomi Teori Pengantar, edisi ketiga, PT, Grafindo Persada, Jakarta.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS : Statistik Non Parametrik. PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Sufiyati dan Ainun Na’im. 1998. Pengaruh
Leverage Operational dan Leverage Finansial Terhadap Risiko Sistematis Saham : Studi Pada Perusahaan
Publik di BEJ. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 1998, vol 13, No3, 57-69.
Susanto,Yudhistira. 2002. Sinyal Positif dari Lantai Bursa. Investor No.53/IV. Jakarta.
Tandelilin, Eduardus. 1997. Determinants if Systematic Risk : The Experience of Some Indonesia
Common Stock, Kelola, No. 16/IV, 101-114.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Kanisius, Yogyakarta.
Tjahjawandita,Ari dan Dumairy. 2005. Pengendalian Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat
Melalui Suku Bunga SBI, Sosiosains, Oktober hal 639-656.
Umar,Husein. 2003, Riset Bisnis, Cetakan kedua, PT, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi, Edisi 1. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Nachrowi, D.N, dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Nugroho,Heru. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Jumlah Uang Beredar terhadap
Indeks LQ45 (Studi Kasus Pada BEI Periode 2002-2007). Tesis Sarjana S- 2 Magister Manajemen,
Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Universitas Diponegoro Semarang.
Ocran,Karl. 2010. Measuring The Systematic Risk Of Companies Listed On The Ghana Stock Exhange.
Dissertation Submitted to The Departement of Business Administration, Ashesi University.
99