INDONESIA
OLEH
ALHIDAYAT NUR
1596140012
MAKASSAR
2022
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
kesejahteraan ekonomi yang tinggi, yang ditandai dengan tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh (full employment) yg berarti semakin sedikit kapasitas pengangguran faktor
produksi yang ada dalam perekonomian tersebut. Suatu negara dari waktu ke waktu juga
ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mantap dan teguh. tetapi ada kalanya
yang sangat penting karena laju pertumbuhannya selalu diupayakan rendah dan stabil.
Inflasi menjadi masalah ekonomi yang tidak bisa diabaikan, sebab mempunyai dampak
yang sangat luas bagi perekonomian suatu negara, seperti pertumbuhan ekonomi yang
lambat dan pengangguran yang senantiasa meningkat. Oleh karena itu, inflasi sering
tercermin dari stabilnya harga, yang artinya tidak ada gejolak harga yang besar yang dapat
pertumbuhan ekonomi. Tingkat inflasi yang ringan dan stabil akan menjadi simulator bagi
pertumbuhan ekonomi karena akan membawa pengaruh positif yang dapat mendorong
3
perekonomian yang lebih baik, yaitu dapat meningkatkan pendapatan nasional dan
inflasi yang tinggi dan tidak stabil akan membawa dampak negatif pada perekonomian,
untuk menabung dan berinvestasi sebab nilai mata uang semakin menurun serta
Sejumlah teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan inflasi. Menurut Lerner
(Gunawan, 1995), inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kelebihan permintaan
(excess demand) terhadap barang dan jasa secara umum. Sedangkan menurut Sukirno
(1998), inflasi adalah proses kenaikan harga yang umum digunakan dalam suatu
meningkatkan tingkat harga umum. Sehingga hampir semua negara menjaga inflasi tetap
rendah dan stabil. Dari tingkat inflasi yang terjaga, akan tercipta pertumbuhan ekonomi
yang di harapkan oleh setiap negara dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, perluasan
Dalam teori kuantitas uang Irving Fisher menyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh
uang, dengan asumsi kecepatan uang dan volume perdagangan tetap. Namun teori
tersebut dibantahkan oleh Keynes. Keynes mengungkapkan bahwa kuantitas uang bukan
satu-satunya penyebab inflasi. Menurut teori ini inflasi terjadi karena orang ingin tinggal
di luar batasan kapasitas ekonominya (Sinaungan, 1995). Mengacu pada teori kuantitas,
Keynes berpendapat bahwa perputaran uang tidak konstan atau tidak konsisten. Jika ada
tambahan uang yang beredar maka transaksi yang terjadi di masyarakat akan berkembang
4
produksi oleh masyarakat sehingga ketidakmampuan penawaran produksi dalam
juga oleh Milton Friedman dalam Teori Kuantitas Modern. Menurut Friedman,
perputaran uang di pengaruhi oleh berbagai macam faktor lainya. Berbagai macam faktor
tersebut diantaranya yaitu: tarif umum, obligasi dan pendapatan saham, inflasi, selera,
Dari tabel menunjukkan bahwa nilai inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir
ini mengalami fluktuasi. Dimuli dari tahun 2011 tingkat inflasi sebesar 3,79%. Kemudian
tahun 2012 sedikit meningkat menjadi 4,30%. Tahun 2013 tingkat inflasi meningkat
sangat tinggi yaitu 8,38%. Pada tahun 2014 tingkat inflasi menjadi 8,36%. Pada tahun
2015 mengalami penurunan drastis menjadi 3,35%, tahun 2016 tetap turun menjadi
3,02%. Pada tahun 2017 mengalami peningkatan mejadi 3.61%. tahun 2018 turun
kembali menjadi 3,13%, pada tahun 2019 menurun lagi sebesar 2,72%. Dan pada tahun
2020 turun menjadi 1,68%. Berdasarkan tahun sebelumnya Tahun 2013 menjadi tahun
5
kenaikan inflasi yang paling tinggi karena terjadi kenaikan harga BBM, dan komoditas.
Kemudian tahun 2015 inflasi turun karena terjadi anjloknya tingkat konsumsi masyarakat
ditahun tersebut. Selain itu pada tahun 2016 hingga 20120 terjadi perubahan yang kecil
karena pada tahun 2016 mulai adanya kebijakan baru yaitu suku bunga sentral diganti
yang awalnya menggunakan BI rate, menjadi BI 7-day (reverse) Repo Rate. (Bank
Indonesia, 2016)
Inflasi di suatu negara akan berdampak pada perekonomian suatu negara, baik
positif maupun negatif. Di Indonesia itu sendiri memiliki sejarah panjang dengan inflasi,
salah satu kasus inflasi terparah di Indonesia terjadi di tahun 1998, inflasi mencapai
77,63% yang meninggalkan banyak masalah seperti banyak bisnis yang terhenti, jatuhnya
nilai mata uang Indonesia dibandingkan denganmata uang asing, harga kebutuhan pokok
2012). Belajar dari fenomena ini, inflasi tidak bisa dihindari di kegiatan ekonomi, tetapi
tentang Bank Indonesia menjelaskan bahwa salah satu tujuan utama Bank Indonesia
adalah untuk menjadi lembaga yang mampu menjaga stabilitas rupiah (Darmawan, 2020).
Suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi dalam kegiatan
ekonomi tersebut. Transaksi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi tersebut,erat kaitannya
dengan sistem pembayaran. Menurut UU No. 23 Tahun 1999, sistem pembayaran adalah
sistem yang mencakup aturan, institusi dan mekanisme yang digunakan untuk transfer
uang, guna memenuhi kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi (Hasibuan,
2015). Dan Lembaga keuangan yang berwenang mengatur system pembayaran tersebut
6
adalah Bank Indonesia, yang berperan sebagai Bank Sentral Indonesia yang mempunyai
otoritas dalam mengatur sistem pembayaran yang sesuai dengan peraturan perundang-
Tiga pilar utama misi Bank Indonesia sebagai bank sentral didasarkan pada: UU
No. 3 Tahun 2004 Pasal 8 yaitu; 1) menetapkan dan menerapkan kebijakan mata uang; 2)
mengatur dan memelihara sistem pembayaran; 3) pengaturan dan mengawasi bank. Misi
khusus Bank Indonesia adalah mengatur dan memelihara sistem pembayaran, yaitu
pengedaran uang dan pengelolaan jumlah uang yang beredar. Sistem pembayaran
memainkan peran penting dalam memfasilitasi kegiatan ekonomi dan berbagai sektor
merupakan faktor terpenting dalam mendukung stabilitas keuangan dan moneter (Naomi,
2020).
Dalam kegiatan ekonomi yang melakukan transaksi tentu tak lepas lari dari alat
pembayaran yang digunakan. Alat pembayaran yang di yang digunakan dalam transaksi
ekonomi yaitu berupa uang. Awal mula uang berawal dari sistem barter atau tukar
menukar barang,logam mulia, mata uang logam, uang kertas, hingga credit card dan
pembayaran elektronik. Uang telah membuat perkembangan yang cukup signifikan dalam
beberapa hal ini. Sejarah menulis bahwa koin adalah mata uang pertama yang digunakan
secara luas oleh berbagai kelompok masyarakat sebagai pembayaran. Sebagai bagian dari
keberadaan uang kertas dianggap lebih nyaman dan memudahkan proses transaksi karena
lebih ringan dalam biaya produksi yang lebih murah (Darmawan, 2020).
7
Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini khususnya bidang internet
dan internet telah membawa dunia ke era baru yang dikenal dengan ekonomi digital.
pembayaran di Indonesia tidak hanya tunai, tetapi telah berkembang dengan sistem
pembayaran non tunai atau dikenal juga dengan Cashless Payment (Darmawan, 2020).
Sistem pembayaran cashless (non tunai) terdiri dari berbagagai basis, mulai dari
dan nontunai berbasis jaringan elektronik, memiliki karakteristik yang berbeda. Sistem
pembayaran non tunai berbasis jaringan elektronik juga dikenal sebagai uang elektronik
Pengertian E-money yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS)
adalah Nilai tersimpan atau produk prabayar yang dimiliki seseorang, di mana jumlah
tertentu telah disimpan pada media elektronik yang digunakan sebagai instrumen
transaksi. Tujuannya tak lain agar alat pembayaran bisa bermanfaat berupa dalam bentuk
yang nyaman dan kecepatan dalam bertransaksi tanpa membawa uang cash. Pembayaran
yang dilakukan menggunakan e-money tidak selalu memerlukan proses otorisasi dan
terhubung dengan rekening nasabah di bank, namun e-money memiliki sistem berbeda,
yaitu dengan sistem prabayar. Pada e-money nilai uang telah disimpan secara elektronik
di perangkat pembayaran dalam bentuk server media atau chip yang digunakan. Di
Indonesia itu sendiri transaksi elektronik menggunakan e-money di mulai sejak tahun
8
2007 yang ketentuanya telah diatur dalam peraturan Bank Indonesia No.7/52/PBI/2005.
Namun, peraturan tersebut menjadi satu dengan peraturan pengoperasian kegiatan alat
pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK). Setelah itu pada tahun 2009, Bank
Indonesia sebagai institusi yang mempuyai otoritas keuangan atau moneter mengeluarkan
Bank Indonesia Nomor 18/17/PBI/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank
TRANSAKSI E-MONEY
6,000,000,000 TRANSAKSI E-MONEY
5,226,699,919
5,000,000,000 2,922,698,905
943,319,933
4,000,000,000 4,625,703,561
683,133,352
3,000,000,000 535,579,528
2,000,000,000 203,369,990
137,900,779
100,623,916
1,000,000,000
41,060,149
-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dari data yang ada dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa volume transaksi e-
money terus mengalami kenaikan dalam 9 tahun terakhir. Dimulai dari tahun 2011 jumlah
volume transaksi e- money sebesar Rp41.060.149, Pada tahun 2012 meningkat menjadi
9
Rp100.623.916, kemudian tahun 2013 tetap meningkat menjadi Rp137.900.779, tahun
2014 sebesar Rp203.369.990, tahun 2015 meningkat menjadi Rp535.579.528, tahun 2016
tahun 2018 meningkat lebih tinggi menjadi Rp2.922.698.905, pada tahun 2019 meningkat
tajam pada tahun 2017 hingga 2019. Bank Indonesia (BI) mengatakan peningkatan
tersebut karena uang elektronik semakin populer dikalangan masyarakat. Selain itu,
perkembangan ekonomi dan keuangan digital terus dikembangkan oleh Bank Indonesia
dengan cara terus mendukung adanya inovasi baru dalam digital. (Bank Indonesia, 2019)
Melihat pertumbuhan e-money pada grafik di atas, dapat dikatakan bahwa tren
yang positif. Sehingga menguntungkan Bank Indonesia sebagai pemilik kebijakan terkait
e-money dapat mengurangi biaya moneter pencetakan dan pengedaran uang kertas.
utamanya pada msyarakat kelas menegah menjadi salah satu yang dapat mendorong
10
masyarakat menjadi lebih konsumtif. Apalagi dengan adanya sentuhan teknologi didalam
transaksi e-money memberi nuansa yang baru dalam memaknai konsumsi. Tingkat
konsumsi yang terus menerus meningkat pada akhirnya akan menyebabkan inflasi yang
Menurut sebuah studi oleh Bank Indonesia pada tahun 2006, dinyatakan bahwa e-
money juga dapat mengurangi jumlah uang beredar sehingga Secara tidak langsung
biaya transaksi, sehingga membuat perekonomian lebih efisien. Efisiensi tentunya akan
berdampak pada harga yang lebih murah, Tapi di sisi lain ada efek alternative. Dengan
meningkatnya laju perputaran uang akibat pembayaran e-money maka kegiatan ekonomi
atau harga barang dan jasa juga akan meningkat. Mengingat pembayaran e-money hanya
merupakan alat pembayaran harga barang dan jasa (pengganti uang), efek langsung
pembayaran e-money terhadap produksi dalam hal ini terjadi karena efek dari
pembayaran e-money terhadap output akan berlanjut dalam bentuk pengaruhnya terhadap
atas, maka saya ingin melakukan penelitian mengenai “analisis pengaruh penggunaan
B. RUMUSAN MASLAH
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka yang
11
1. Bagaimana pengaruh penggunaan Uang Elektronik
C. TUJUAN PENELITIAN
Inflasi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap
Inflasi di Indonesia
Inflasi di Indonesia
D. MANFAAT PENELITIAN
diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Bagi penulis, diharapkan hasil penelitian ini menambah pengetahuan, wawasan dan
2. Manfaat Praktis
12
a. Untuk masyarakat, dapat menambah pengetahuan mengenai e-money yang
beredar di Indonesia.
mengeluarkan kebijakan.
d. Bagi penulis penelitian ini untuk melengkapi program perkuliahan Strata satu
menyelesaikan studi.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu memiliki fungsi standar bagi peneliti, yang digunakan untuk
analisis pengaruhe-money, nilai tukar, dan suku bunga terhadap inflasi Indonesia.
Penelitian ini bermaksud untuk menelaah & mengetahui hubungan antar variabel apa saja
yang mempengaruhi inflasi di Indonesia pada tahun 2014-2019. Variabel utama yang
digunakan pada penelitian ini adalah e-money, nilai tukar, dan suku bunga. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial e money, kurs, dan
Commerce Terhadap Tingkat Inflasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
e money dan e commerce terhadap tingkat inflasi, metode penelitian ini menggunakan
deskriptif kuantitatif. Populasi dan sample sebanyak 50 responden. Teknik analisa data
yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan regresi linear
berganda dengan hasil penelitian menujukkan dengan uji F ditemukan bahwa E Money
14
2017. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pembayaran nontunai terhadap
jumlah uang beredar, perputaran uang, bunga suku bunga dan inflasi. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel 96 dan menggunakan metode uji
negative terhadap inflasi karena jumlah transaksi e-money bertambah dimana e money
menimbulkan inflasi.
Sedikit berbeda dengan penelitian PUTRI, D. T., Djambak, S., & Yusuf, M. K.
2014. Yang berjudul Hubungan antara E-money (APMK) dengan Inflasi di Indonesia
tahun 2007-2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara E-money
(APMK) Dengan Inflasi Di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang di peroleh Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik pada periode
menggunakan kartu kredit dan kartu debit berpengaruh signifikan terhadap inflasi di
Indonesia
terhadap Inflasi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
variabel Jumlah Uang Beredar (JUB), emoney, dan suku bunga terhadap inflasi di
Indonesia. Pendekatan riset dalam penelitian ini fokus pada analisis kuantitatif
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan merupakan
data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia. Populasi dalam penelitian adalah
inflasi, JUB, e-money, dan suku bunga sedangkan sampel yang digunakan yakni IHK
(Indeks Harga Konsumen), M2, transaksi jumlah uang elektronik beredar, dan BI Rate
15
tahun 2007Q2-2015Q4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa e-money berpengaruh
berjudul Analisis Pengaruh E-money, Nilai Tukar dan Suku Bunga Acuan terhadap
Inflasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh e-money dan
faktor moneter terhadap inflasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tiga variabel
bebas yaitu e-money, nilai tukar, suku bunga acuan, serta inflasi sebagai variabel terikat.
Sumber data penelitian ini dari data sekunder. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dan metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda
berbasis Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan e-money tidak
B. TINJAUN TEORITIS
1. Uang
Jenis kebutuhannya masih sederhana, jadi belum membutuhkan yang lain. Setiap
yang dikenal sebagai periode pra-barter, orang tidak mengenal perdagangan atau
aktivitas perdagangan.
Individu mulai saling membutuhkan karena tidak ada yang dapat memenuhi
kebutuhannya secara penuh. Sejak itu, orang telah menggunakan berbagai metode
dan alat untuk menukar barang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pada awal
16
peradaban manusia yang sangat primitif, mereka mampu menangani pertukaran
digunakan orang pada saat itu. Misalnya, seorang produsen beras membutuhkan
minyak dan membawanya ke pemilik minyak untuk diganti, atau seseorang yang
manusia yang lebih beragam dan kompleks, semakin sulit untuk menciptakan
situasi di mana kebutuhan keinginan yang sama. Misalnya, orang yang biasa makan
nasi membutuhkan garam. Tetapi pada saat yang sama, pemilik garam
Maka uang diciptakan sebagai media untuk barter, karena orang mulai berpikir
untuk membuat sistem dan alat perdagangan untuk memperbaiki kekurangan barter.
Selanjutnya menggunakan batu sebagai alat, tetapi tidak sepadan karena batu-batu
itu diakumulasikan sebagai alat yang tidak mempunyai nilai. Kemudian, industri
emas, dll.
Uang yang dikenal masyarakat sebagai alat tukar fisik meliputi uang kertas
dan uang giral, yaitu uang yang berada di tangan masyarakat dan tersedia untuk
digunakan setiap saat, biasanya dalam jumlah kecil. Uang tunai disebut dengan
uang kartal atau currency. Jadi, uang kartal adalah uang kertas dan uang logam yang
17
beredar di masyarakat yang dikeluarkan dan diedarkan oleh otoritas moneter.
Pembayaran yang digunakan di dalam masyarakat tentu tidak hanya terbatas pada
penggunaan uang tunai semata. Untuk melakukan pembayaran dalam jumlah besar,
orang dapat menggunakan cek. Dalam hal ini pembayaran dengan cek, harus
memiliki rekening giro di bank umum. Rekening giro itu sendiri adalah rekening
tabungan yang ada di bank komersial, yang dapat ditarik setiap saat dibutuhkan.
Rekening giro dapat dikatakan seperti uang tunai, tetapi tidak dapat langsung
digunakan seperti uang tunai, yaitu pengguna harus menuliskan terlebih dahulu
jumlah yang diinginkan pada cek. Uang yang ada di rekening giro pada bank
Menurut Kasmir (2014) uang adalah alat yang digunakan untuk membayar
pembelian dan untuk melunasi hutang. Dengan kata lain, uang adalah alat tukar
untuk membeli dan menjual barang dan jasa di suatu daerah. Mankiw (2012)
menyatakan bahwa uang dalam perekonomian adalah modal atau aset yang
digunakan oleh masyarakat untuk membeli dan menjual. Menurut Manurung (2004)
suatu benda harus bersifat portability atau mudah dibawa ,durability atau tahan
lama, divisibility atau dapat dipecah menjadi unit-unit nilai yang lebih rendah,
value atau memiliki nilai yang stabil, elasticity of supply atau jumlah uang beredar
18
b. Berdasarkan wilayah: mata uang negara masing-masing (mata uang
b. Store of value (uang adalah penyimpan nilai), alat yang dapat digunakan
oleh masyarakat untuk mentransfer daya beli masyarakat dari hari ini ke
masa depan
utang
2. Uang elekronik(e-money)
money sebagai Stored Value atau Prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan
dalam suatu media elektronik yang dimiliki oleh seseorang. E-money yang
19
Diperoleh dengan menyetorkan sejumlah uang tertentu terlebih dahulu kepada
penerbit, baik secara langsung, atau melalui agen penerbitnya, atau dengan
mendebet rekening di Bank, dan nilai uang tersebut dimasukkan menjadi nilai uang
dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang
atau e-money adalah pembayaran yang memenuhi unsur sebagai berikut: (jurnal 7)
b. Nilai uang disimpan secara elektronik pada media seperti server atau chip
d. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan
perbankan.
bentuk elektronik yang nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu.
Penggunaan e-money ini sebagai alat pembayaran yang inovatif dan praktis
20
a. Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money, atau sering disebut
dengan stored value, yang akan berkurang pada saat konsumen menggunakan
konsumen.
c. Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic value dari e-
offline. Dalam hal ini verifikasi cukup dilakukan pada level merchant (point
elektronik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu uang elektronik yang data
identitas pemegangnya terdaftar dan tercatat pada penerbit (registered) dan uang
21
Tabel 1. 3 Fasilitas Uang Elektronik registered dan unregistered
Registered Unregistered
Registrasi Pemegang Pengisian Ulang (top up)
Pengisisan Ulang (top up) Pembayaran transaksi
Pembayaran transaksi Pembayaran tagihan
Fasilitas lain berdasarkan
Pembayaran tagihan
persetujuan Bank Indonesia
Transfer dana
Tarik Tunai
Fasilitas lain berdasarkan
persetujuan Bank Indonesia
Sumber: (Siti Hidayati, 2006)
penyimpanan nilai dana uang elektronik, maka juga terbagi 2 (dua) jenis yaitu:
Dimana nilai dana uang elektronik dicatat pada media elektronik yang
dikelola oleh penerbit juga dicatat pada media elektronik yang dikelola oleh
pemegang. Sistem pencatatan seperti ini terjadi pada uang elektronik berbasis
untuk mengirim nomor sandi dan nilai transaksi yang dibutuhkan dan
seperti ini terjadi pada uang elektronik berbasis server dan hanya dapat
22
Dalam transaksi e-money memiliki beberapa jenis pula.Menurut Bank
antara lain:
up) yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui
penyetoran uang tunai, pendebitan uang dari rekening bank, atau melalui
oleh penerbit.
b. Transaksi Pembayaran
1) Transfer
2) Tarik Tunai
23
Tarik tunai adalah fasilitas penarikan uang tunai atas nilai uang
kepada penerbit, baik yang dilakukan oleh pemegang pada saat nilai
uang elektronik tidak terpakai atau masih tersisa pada saat pemegang
nilai uang elektonik yang diperoleh dari pemegang atas transaksi jual
beli barang.
kartu kredit dan debit. Kartu kredit dan kartu debet disebut “access products”
1) Stored value, yaitu dimana nilai uang sudah tercatat pada instrumen
emoney
24
1) Proses pencatatan dana pada kartu tidak dibutuhkan
komputer issuer pada saat transaksi. Hal ini guna memperoleh otorisasi
langsung terdebet.
c. Acquirer adalah pihak yang melakukan kerja sama dengan penyedia barang
25
berfungsi sebagai pusat atau penghubung penerusan data transaksi
g. Penyedia Barang atau Jasa (merchant) adalah pihak yang menjual barang
a. Lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang tunai, khususnya untuk
perlu menyediakan sejumlah uang pas untuk suatu transaksi atau harus
26
b. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi dengan
kartu kredit atau kartu debit, karena tidak harus memerlukan otorisasi on-
line, tanda tangan maupun PIN. Selain itu, dengan transaksi offline, maka
c. Electronic Value dapat diisi ulang kedalam kartu emoney melalui berbagai
modern lalu lintas pertukaran barang dan jasa sudah sedemikian cepatnya
pengaruh positif.
Maesaroh & Triani, 2011. Hal ini ditetapkan berdasarkan besaran permintaan uang
(dari masyarakat) dan penawaran uang (dari Bank Sentral). Dan menurut Solikin &
uang yang sudah diterbitkan bank sentral. Mata uang itu meliputi dua macam,
diantaranya uang kertas dan uang logam yang merupakan mata uang pada
27
peredarannya, sedangkan uang beredar merupakan berbagai macam uang yang
pada makna sempit (𝑀1 ), definisi uang pada makna luas (𝑀2 )dan definisi uang
pada makna lebih luas (𝑀3 ). Definisi uang pada makna sempit (𝑀1 ) /narrow money
yakni currency/ uang kartal/ yang mencakup uang kertas dan uang logam, dan
domestik yang kapan pun bisa diambil dan ditukarkan menjadi uang kartal senilai
nominal. Definisi jumlah uang beredar pada makna (𝑀2 ) /broad money dimaknai
masyarakat di bank, lalu definisi pada makna yang lebih luas (𝑀3 ) yaitu (𝑀2 )
ditambah quasi money/uang kuasi, uang quasi yang merupakan seluruh deposito
berjangka dalam tabungan, yakni pada mata uang asing (dollar) dan mata uang lokal
serta giro valas dimiliki masyarakat di bank ataupun badan keuangan non bank.
Uang beredar pada makna sempit (𝑀1 ) diartikan sebagai uang kartal
Dimana :
28
Didalam persamaan tersebut, 𝑀1 diartikan dalam pegertian jumlah uang
beredar pada makna sempitnya yang berarti 𝑀1 sama dengan jumlah uang giral,
uang kertas, dan uang logam terdapat pada masyarakat dan disimpan di bank.
Definisi JUB (Jumlah Uang Beredar) pada makna sempit 𝑀1 bahwa uang
beredar merupakan daya beli yang bisa dipergunakan dalam pembayaran yang
tabungan (saving deposits) pada bank dan deposito berjangka (time deposits). Uang
daya beli potensial untuk pemilik, walaupun tidak semudah cek ataupun uang tunai
29
peningkatan dan harga obligasi pun juga mengalami peningkatan
semakin meningkat.
transaksi seseorang.
30
Irving Fisher pada quantity teory of money (teori kuantitas uang) yang
nominal saja dan juga menggolongkan dua kelompok variabel yakni variabel
nominal dan variabel riil. Teori kuantitas uang yang dirumuskan dalam model
antara lain :
M.V = P.T
Keterangan :
P = Harga
dinilai konstan. Pada woring paper dengan judul Dampak Pembayaran Non
Irving Fisher dalam bukunya teori daya beli uang (The Purchasing
31
menyebabkan harga barang berubah. Oleh karena itu, pada dasarnya teori
a. Daya beli uang atau nilai riil ditentukan dari banyaknya permintaan
kebalikannya.
uang. Tingkah laku suatu individu itu bergantung pada rugi dan untung
32
pada volume transaksi yang dipengaruhi aspek-aspek lembaga yang
barang, dan jasa. Hal tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk perbandingan
berarti secara rata-rata uang dikuasai dalam waktu yang singkat yang menunjukkan
berarti penggunaan tidak begitu cepat dan konsumen lebih suka menyimpan
5. Inflasi
secara umum dan secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan
harga satu atau dua barang saja tidak dapat memenuhi syarat untuk di katakan
kenaikan sebagian besar harga dari barang lain. Kenaikan harga yang sifatnya
hanya sementara, misalnya kenaikan harga musiman, sebelum tanggal besar, dan
33
tidak memiliki pengaruh yang berkelanjutan, juga tidak dapat dikatakan inflasi.
Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap maslah dan tidak diperlukan kebijakan
berkembang maupun di negara maju, sehingga ada banyak definisi inflasi dalam
terhadap berbagai sektor ekonomi. Terkait dengan inflasi, terdapat beberapa teori
proses kenaikan harga barang-barang secara umum yang terjadi secara terus
harga secara umum dan terus menerus. Sejalan dengan Boediono, Sukirno (2008)
mengatakan bahwa inflasi adalah proses permanen dari kenaikan harga hadir
dalam perekonomian Selain itu, inflasi sebagaimana dikutip oleh bi.go.id diartikan
sebagai kenaikan harga yang umum dan terus-menerus dari waktu ke waktu
barang dan jasa yang terus menerus dan jika di lihat dari sudut pandang
konsumen, Inflasi yang tinggi menyebabkan turunnya daya beli konsumen, dari
34
sebelumnya, tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik
yang meningkat.
- Bersifat umum, jika kenaikan harga hanya berlaku pada satu komoditi dan
maka gejala tersebut tidak dapat disebut sebagai inflasi karena kenaikan harga
dikatakan sebagai gejala inflasi jika hanya terjadi sesaat. Perhitungan inflasi
biasanya dalam rentang waktu satu bulan, triwulan, semester dan tahunan.
a. Tendency
b. Sustained
Peningkataan harga tersebut tidak hanya terjadi pada waktu tertentu atau
sekali waktu saja, melainkan secara terus menerus dan dalam jangka
Selain Inflasi, perlu juga dipahami Tingkat Inflasi (Inflation Rate) dan Indeks
Harga (Price Index). Jika inflasi adalah tingkat perubahan harga itu sendiri, maka
35
tingkat inflasi adalah akumulasi dari inflasi terdahulu atau persentase perubahan
dalam tingkat harga, sedangkan Indeks Harga mengukur biaya dari sekelompok
barang tertentu sebagai persentasi dari kelompok yang sama pada periode dasar
(base period).
Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Tingkat
inflasi juga dapat diukur dengan menggunakan indeks harga umum, deflator PNB
(Produk Domestik Bruto), atas harga yang diharapkan, dan indeks harga dalam
dipasaran.
GDP Deflator adalah sebuah indikator untuk mengukur tingkat inflasi dari
Cara ini sering ditunjukan untuk menitikberatkan pada perhitungan harga dan
laju inflasi pada periode yang berlaku, dan yang di tonjolkan adalah peranan
harga yang diharapkan pada periode yang akan datang untuk menghitung laju
inflasi.
36
Untuk negara-negara dalam sistem perekonomian terbuka, pengaruh harga
luar negeri (sebagai cerminan dari fluktuasi luar negeri) akan nampak pula
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation),
Inflasi timbul karena adanya kenaikan harga yang terjadi karena adanya
kenaikan biaya produksi (cost push inflation). Naiknya biaya (cost) dalam
optimal. Karena keterbatasan barang dan jasa akan membuat harga dari barang
dan jasa naik. Kenaikan harga ini yang nantinya akan memicu adanya inflasi.
yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat
dan besar serta melebihi output yang ada dalam perekonomian. Dalam konteks
makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output
potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada
kapasitas perekonomian.
3. Combined Inflation
37
Combined inflation atau inflasi kombinasi timbul karena adanya pergeseran
disebabkan oleh permintaan masyarakat yang kuat dan juga adanya tuntutan
ada tiga kelompok teori mengenai inflasi yang membahas tentang aspek-
aspek tertentu, tiga teori tersebut yaitu Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori
1. Teori Kuantitas
inflasi itu hanya biasa terjadi jika ada penambahan volume jumlah uang
beredar, baik uang kartal maupun uang giral. Laju inflasi ditentukan oleh
menyebabkan harga beras naik, tetapi apabila jumlah uang beredar tidak
2. Teori Keynes
pihak swasta atau bisa juga serikat buruh yang berusaha mendapatkan
kenaikan gaji atau upah. Hal ini akan berdampak terhadap permintaan barang
dan jasa yang pada akibatnya akan menaikkan harga. Proses inflasi akan terus
38
output yang bisa dihasilkan. Inflasi ini akan berhenti jika permintaan efektif
3. Teori Strukturalis
teori strukturalis atau yang biasa disebut dengan teori inflasi jangka panjang
lainnya, juga memiliki isu yang menjadi kontrovesi dalam dunia perekonomian
Indonesia sehingga menjadi perhatian bagi Bank Indonesia. Isu tersebut antara lain
terkait tentang aspek teknis dan keamanan, perlindungan konsumen, aspek hukum,
(Hidayati, 2006).
inflasi disebabkan oleh jumlah uang, dengan asumsi kecepatan perputaran uang dan
volume barang yang diperdagangkan tetap. Teori tersebut dibantah oleh Keynes.
Menurut teori ini inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas
Keynes berpendapat bahwa kecepatan perputaran uang tidak konstan atau berubah-
39
ubah. Apabila terjadi penambahan pada uang beredar maka transaksi yang
yang sama dikemukakan oleh Milton Friedman dalam teori kuantitas modern.
penghasilan dari obligasi dan saham, inflasi, selera, teknologi dantransportasi, serta
konsumsi yang mengalami kenaikan secara terus menerus pada akhirnya dapat
hubungan positif. Hal itu sesuai dengan pernyataan Priyatama dan Apriansah
terhadap laju inflasi. Studi lain yang dilakukan Kamnar (2014) di berbagai negara
Eropa juga menyatakan bahwa dengan penggunaan e-money, transaksi relatif lebih
40
penawaran uang mengakibatkan peningkatan pada kecepatan perputaran uang di
uang tinggi. Pernyataan ini juga dikemukakan Priyatama dan Apriansah (2010)
bahwa kecepatan perputaran uang adalah salah satu variabel yang menentukan
inflasi.
C. KERANGKA PIKIR
sebelumnya, pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan peneliti sebagai
ladasan berpikir dari penelitian yang dilakukan. Landasan yang dimaksud akan lebih
mengarahkan peneliti untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna
Berdasarkan penelitian terdahulu, melihat kajian Bank Indonesia dan Badan Pusat
Statistik maka dibuatlah kerangka pikir penelitian sebagai model konseptual mengenai
bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang sudah didefiniskan sebagai
41
PERTUMBUHAN
EKONOMI
KEBIJAKAN
MONETER
BANK INDONESIA
E-MONEY KECEPATAN
JUB PERPINDAHAN
UANAG
INFLASI
D. HIPOTESIS
penelitian yang kebenarannya harus di uji. Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan
pustakan yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu Diduga bahwa E-
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian runtun waktu (time series) dengan metode
kuantitatif. Data time series merupakan jenis satu waktu dimensi kumpulan data yang
mengacu pada data yang dikumpulkan. Menurut Aziza (2017) yang mengatakan bahwa
metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih menggunakan
dan menganalisis data hasil penelitian berupa analisis data berbentuk numeric/angka yang
nantinya akan digambarkan dalam bentuk tabel atau grafik (Basri & Seto, 2018).
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah Data Sekunder dari tahun
2011-2020, yaitu data yang diperoleh melalui buku-buku literatur atau buku bacaan
lainnya seperti tulisan-tulisan ilmiah, teori-teori, data dari statistik pembayaran Bank
Indonesia, Badan Pusat Statistik dan pendapat yang dipergunakan dalam penulisan ini.
B. DESAIN PENELITIAN
penelitian, pada desain penelitian terdapat langkah-langkah yang akan dilakukan dan
untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan. Penelitian ini dimulai dengan
adanya suatu permasalahan atau fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan suatu teori
dan beberapa penelitian terdahulu, sehingga mendapatkan populasi dan sampel penelitian
serta sampai pengolahan laporan penelitian dengan menganalisis hasil yang telah
43
diperoleh sampai dalam penarikan kesimpulan dan saran dari permasalahan atau
Permasalahan Penelitian
Rumusan Masalah
Hipotesis
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap
hidup, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah volume
transaksi e-money, jumlah uang beredar, perputaran uang (velositas), dan inflasi. Populasi
44
diambil secara purposive, yaitu peneliti menentukan pengambilan populasi dengan cara
Sampel merupakan suatu prosedur dimana hanya sebagian populasi saja yang
diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu
populasi. Sampel dari penelitian ini adalah volume transaksi Alat Pembayaran
Menggunakan e-money pada tahun 2011-2020, Tingkat Jumlah uang beredar tahun 2011-
2020, tingka percepatan perputaran uang tahun 2011-2020, dan tingkat inflasi di
Adapun Batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Inflasi (Y) tingkat inflasi yang ada di Indonesia pada tahun 2011 -2020 yang
elektronik yang digunakan masyarakat dan tercatat di Bank Indonesia pada tahun
3. Perputaran uang (X2) adalah keseluruhan Jumlah berapa kali uang dalam
4. Jumlah uang beredar (X3) adalah kesuluruhan jumlah uang beredar di masyarakat
(Rp)
45
E. METODE PENGUMPULAN DATA
dilakukan dengan cara mencari referensi yang berupa buku atau jurnal, surat kabar, teori-
teori lain yang ada hubugannya dengan masalah yang di bahas, serta mengumpulkan data
yang telah di dokumentasikan oleh, instansi pemerintah atau swasta yang relevan dengan
penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang berupa data
dikemukakan oleh Moeleong studi dokumentasi termasuk kedalam jenis data sekunder
yang terdiri atas dokumen yang dibutuhkan untuk menunjang data penelitian.
Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh
Alat Pembayaran Menggunakan uang elektrnoik (e-money), jumlah uang beredar (JUB),
peputaran uang (velositas) terhadap tingkat inflasi dengan menggunakan uji regresi linear
berganda dengan metode Error Correction Model (ECM). Data time series yang
digunakan dalam ekonometrika seringkali tidak stasioner. Data time series yang tidak
stasioner merupakan salah satu penyebab hasil pendugaan pada model regresi meragukan
atau disebut dengan regresi lancung. Dalam ekonometrika terdapat metode untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan Error Correction Model (ECM).
46
Pengujian ECM dapat dilakukan apabila data yang digunakan tidak stasioner pada level
dan terdapat hubungan jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi. Suatu
variabel dapat dinyatakan terkointegrasi apabila stasioner pada ordo atau tingkatan yang
1. Uji Stasioneritas
Data time series dikatakan stasioner jika rata-rata, varian dan kovarian pada setiap
lag adalah tetap sama pada setiap waktu. Terdapat 41 beberapa metode dalam uji
perhatian ahli ekonometrika terhadap penggunaan data time series. Metode yang
banyak digunakan oleh ahli ekonometrika untuk menguji masalah stasioner data
adalah dengan menggunakan uji akar unit atau unit root test (Widarjono, 2013).
Beberapa uji akar unit (unit root test) meliputi uji Augmented Dickey Fuller (ADF)
atau uji Philip Peron (PP). Dalam penelitian ini hanya menggunakan uji Augmented
Dickey Fuller (ADF). Uji akar unit ini pertama kali dikembangkan oleh Dickey Fuller.
Hasil dari uji ADF sangat dipengaruhi oleh kelambanan, maka dari itu panjangnya
kelambanan uji akar unit ADF bisa dilakukan melalui kriteria dari Akaike Information
Criterion (AIC) maupun Schwartz Information Criterion (SIC) atau kriteria yang lain.
Langkah-langkah yang digunakan untuk melihat apakah data stasioner atau tidak
yaitu dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritis ADF.
Apabila nilai ADF lebih besar dari nilai kritisnya maka data tersebut stasioner dan
jika nilai ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tersebut tidak stasioner. Data
yang tidak stasioner tersebut dapat dijadikan data stasioner dengan cara uji
47
stasioneritas pada tingkat deferensi data atau uji derajat integrasi. Uji ini dilakukan
2. Uji Kointegrasi
dalam penelitian. Suatu data dapat dikatakan memiliki hubungan jangka panjang
apabila data tersebut terkointegrasi pada tingkat yang sama. Apabila variabel
kointegrasi maka tidak adanya keterkaitan hubungan jangka panjang. Salah satu
uji yang digunakan untuk menentukan kointegrasi sejumlah variabel yaitu uji
yang dikembangkan oleh Johansen. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji
likelihood ratio (LR). Apabila nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka
statistic. Apabila nilai trace statistic > nilai kritisnya (pada α= 1%, 5%, 10%) maka
terdapat kointegrasi antar variabel. Sebaliknya apabila trace statistic < nilai
kritisnya (pada α= 1%, 5%, 10% ) maka tidak terdapat kointegrasi antar variabel
(Widarjono, 2013)
Data time series seringkali tidak stasioner sehingga menyebabkan hasil regresi
meragukan atau dikenal dengan regresi lancung. Regresi 43 lancung adalah situasi
48
dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara model
tidak saling berhubungan. Error Corection Model (ECM) merupakan model yang
tepat bagi data time series yang tidak stasioner tersebut. Data yang tidak stasioner
Keterangan :
INF = Inflasi
𝛽0 = Konstanta/Intercept
t = Periode Waktu
Keterangan :
INF = Inflasi
49
𝛽0 = Konstanta/Intercept
∆ (Delta) = Difference
Error Correction Term (ECT) merupakan bagian pengujian analisa dinamis dari
ECM. Nilai ECT dapat diperoleh dari hasil penjumlahan antara variabel independen
dilakukan untuk melihat pengaruh dari model tersebut baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Hasil dari probabalitas ECT akan menentukan apakah
model dapat dianalisadalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apabila ECT
positif dan signifikan maka spesifikasi model yang digunakan dapat dikatakan sahih
a) Uji Normalitas
50
Keputusan untuk megetahui normal atau tidak suatu model regresi antara
lain:
normal.
berdistribusi normal.
b) Uji Autokorelasi
uji Durbin-Watson (DW), dengan melihat kriteria hasil ; (a) jika nilai DW
antara du dan (4-du) maka tidak terdapat autokorelasi ; (b) jika DW > (4-dl)
autokorelasi positif ; (d) jika DW antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya
c) Uji Heterokedastisitas
51
pengamatan lainnya. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas atau tidak
pada model ada beberapa metode yang biasa digunakan uji Glejser.
lebih dari alpha (α) 5 % maka regresi tersebut tidak mengandung masalah
heterokedastisitas.
5. Uji Hipotesis
Nilai R^2 terletak pada angka 0 dan 1, semakin besar nilai R^2 semakin
maka akan semakin besar nilai R^2. Jika R^2 = 0, maka tidak ada variasi
mendekati 0 maka tidak ada keeratan anatara kedua variabel atau memiliki
b) Uji Statistik t
52
parsial. Uji t dilakukan dengan cara melakukan pengujian signifikan
perbandingan antara nilai t hitung dengan nilai t tabel pada taraf signifikan
1. Jika t hitung > t tabel maka H_0 ditolak dan menerima H_1. Maka dari
dependen.
2. Jika t hitung < t tabel maka H_0 gagal ditolak. Maka dari itu variabel
dependen.
c) Uji F
melihat F hitung > F tabel maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima maka variabel
hitung < F tabel yang artinya gagal menolak 𝐻0 yang artinya variabel
53
DAFTAR PUSTAKA
Salim, A., Fadilla, F., & Purnamasari, A. (2021). Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan
Muna, L. N. A. (2020). Pengaruh e-money terhadap jumlah uang beredar dan velocity of
54
Wijaya, A. P. (2021, December). PENGARUH PENGGUNAAN UANG
8(1).
32(1), 134-166.
Dana Pihak Ketiga Perbankan terhadap Nilai Transaksi Uang Elektronik (E-
55
Anugrah, N. S. (2017). Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) di Indonesia.
Ekonomi , 10.
Fatmawati, M. N. R., & Yuliana, I. (2019). Pengaruh Transaksi Non Tunai Terhadap
Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Tahun 2015- 2018 Dengan Inflasi Sebagai
Lukmanulhakim M., Djambak S., & Yusuf K. (2016). Pengaruh transaksi non tunai
Pandemi Covid-19 (Bachelor's thesis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis uin jakarta).
Susantun, I., & Si, M. (2021). Analisis Dampak Instrumen Pembayaran Non–Tunai (E-
Money) Dan Variabel Makro Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Pada
Tahun 2011-2018.
56