Anda di halaman 1dari 56

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN E-MONEY TERHADAP INFLASI DI

INDONESIA

OLEH

ALHIDAYAT NUR

1596140012

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

MAKASSAR

2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2


BAB 1........................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASLAH .............................................................................................. 11
C. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................................... 12
D. MANFAAT PENELITIAN ....................................................................................... 12
BAB II ....................................................................................................................... 14
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 14
A. PENELITIAN TERDAHULU .................................................................................. 14
B. TINJAUN TEORITIS ............................................................................................... 16
C. KERANGKA PIKIR ................................................................................................. 41
D. HIPOTESIS ............................................................................................................... 42
BAB III ...................................................................................................................... 43
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 43
A. JENIS PENELITIAN ................................................................................................ 43
B. DESAIN PENELITIAN ............................................................................................ 43
C. POPULASI DAN SAMPEL ...................................................................................... 44
D. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL ............................................................... 45
E. METODE PENGUMPULAN DATA ........................................................................ 46
F. METODE ANALISIS DATA .................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 54

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perekonomian dalam suatu negara biasanya selalu ingin mewujudkan tingkat

kesejahteraan ekonomi yang tinggi, yang ditandai dengan tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh (full employment) yg berarti semakin sedikit kapasitas pengangguran faktor

produksi yang ada dalam perekonomian tersebut. Suatu negara dari waktu ke waktu juga

ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mantap dan teguh. tetapi ada kalanya

penggunaan faktor produksi yang semakin mendekati kapasitas berproduksi dalam

perekonomian tersebut berpotensi menyebabkan permasalahan ekonomi yang lain yaitu

inflasi (Christiani, 2020).

Di negara berkembang umumnya memilliki tingkat inflasi yang tinggi dan

pertumbuhan perekonomian yang lambat. Inflasi menjadi suatu indikator perekonomian

yang sangat penting karena laju pertumbuhannya selalu diupayakan rendah dan stabil.

Inflasi menjadi masalah ekonomi yang tidak bisa diabaikan, sebab mempunyai dampak

yang sangat luas bagi perekonomian suatu negara, seperti pertumbuhan ekonomi yang

lambat dan pengangguran yang senantiasa meningkat. Oleh karena itu, inflasi sering

menjadi target kebijakan pemerintah. Pengendalian inflasi sangat penting dalam

pengambilan kebijakan pemerintah, karena stabilitas ekonomi suatu negara di antaranya

tercermin dari stabilnya harga, yang artinya tidak ada gejolak harga yang besar yang dapat

merugikan masyarakat, baik konsumen dan produsen yang akan mengganggu

pertumbuhan ekonomi. Tingkat inflasi yang ringan dan stabil akan menjadi simulator bagi

pertumbuhan ekonomi karena akan membawa pengaruh positif yang dapat mendorong

3
perekonomian yang lebih baik, yaitu dapat meningkatkan pendapatan nasional dan

mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung, dan berinvestasi. Sebaliknya tingkat

inflasi yang tinggi dan tidak stabil akan membawa dampak negatif pada perekonomian,

karena masyarakat tidak bersemangat untuk bekerja, menurunkan minat masyarakat

untuk menabung dan berinvestasi sebab nilai mata uang semakin menurun serta

memperburuk distribusi pendapatan (Sutawijaya, 2012).

Sejumlah teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan inflasi. Menurut Lerner

(Gunawan, 1995), inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kelebihan permintaan

(excess demand) terhadap barang dan jasa secara umum. Sedangkan menurut Sukirno

(1998), inflasi adalah proses kenaikan harga yang umum digunakan dalam suatu

perekonomian. Sementara itu, Mankiw (2000) menegaskan bahwa inflasi adalah

meningkatkan tingkat harga umum. Sehingga hampir semua negara menjaga inflasi tetap

rendah dan stabil. Dari tingkat inflasi yang terjaga, akan tercipta pertumbuhan ekonomi

yang di harapkan oleh setiap negara dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, perluasan

lapangan kerja dan ketersedian barang dan jasa (Sutawijaya, 2012).

Dalam teori kuantitas uang Irving Fisher menyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh

uang, dengan asumsi kecepatan uang dan volume perdagangan tetap. Namun teori

tersebut dibantahkan oleh Keynes. Keynes mengungkapkan bahwa kuantitas uang bukan

satu-satunya penyebab inflasi. Menurut teori ini inflasi terjadi karena orang ingin tinggal

di luar batasan kapasitas ekonominya (Sinaungan, 1995). Mengacu pada teori kuantitas,

Keynes berpendapat bahwa perputaran uang tidak konstan atau tidak konsisten. Jika ada

tambahan uang yang beredar maka transaksi yang terjadi di masyarakat akan berkembang

ataupun meningkat. Fenomena tersebut selanjutnya akan meningkatkan permintaan

4
produksi oleh masyarakat sehingga ketidakmampuan penawaran produksi dalam

memenuhi permintaan tersebut memicu timbulnya inflasi. Pendapat serupa diungkapkan

juga oleh Milton Friedman dalam Teori Kuantitas Modern. Menurut Friedman,

perputaran uang di pengaruhi oleh berbagai macam faktor lainya. Berbagai macam faktor

tersebut diantaranya yaitu: tarif umum, obligasi dan pendapatan saham, inflasi, selera,

teknologi dan transportasi, serta perbandingan kesejahteraan masyarakat (Zunaitin 2017).

Tabel 1. 1Tingkat Inflasi Indonesia periode 2011-2020

TAHUN RATA-RATA INFLASI


2011 3,79%
2012 4,30%
2013 8,38%
2014 8,36%
2015 3,35%
2016 3,02%
2017 3,61%
2018 3,13%
2019 2,72%
2020 1,68%
Sumber : www.bps.go.id,

Dari tabel menunjukkan bahwa nilai inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir

ini mengalami fluktuasi. Dimuli dari tahun 2011 tingkat inflasi sebesar 3,79%. Kemudian

tahun 2012 sedikit meningkat menjadi 4,30%. Tahun 2013 tingkat inflasi meningkat

sangat tinggi yaitu 8,38%. Pada tahun 2014 tingkat inflasi menjadi 8,36%. Pada tahun

2015 mengalami penurunan drastis menjadi 3,35%, tahun 2016 tetap turun menjadi

3,02%. Pada tahun 2017 mengalami peningkatan mejadi 3.61%. tahun 2018 turun

kembali menjadi 3,13%, pada tahun 2019 menurun lagi sebesar 2,72%. Dan pada tahun

2020 turun menjadi 1,68%. Berdasarkan tahun sebelumnya Tahun 2013 menjadi tahun

5
kenaikan inflasi yang paling tinggi karena terjadi kenaikan harga BBM, dan komoditas.

Kemudian tahun 2015 inflasi turun karena terjadi anjloknya tingkat konsumsi masyarakat

ditahun tersebut. Selain itu pada tahun 2016 hingga 20120 terjadi perubahan yang kecil

karena pada tahun 2016 mulai adanya kebijakan baru yaitu suku bunga sentral diganti

yang awalnya menggunakan BI rate, menjadi BI 7-day (reverse) Repo Rate. (Bank

Indonesia, 2016)

Inflasi di suatu negara akan berdampak pada perekonomian suatu negara, baik

positif maupun negatif. Di Indonesia itu sendiri memiliki sejarah panjang dengan inflasi,

salah satu kasus inflasi terparah di Indonesia terjadi di tahun 1998, inflasi mencapai

77,63% yang meninggalkan banyak masalah seperti banyak bisnis yang terhenti, jatuhnya

nilai mata uang Indonesia dibandingkan denganmata uang asing, harga kebutuhan pokok

meroket dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah (Subiyanto,

2012). Belajar dari fenomena ini, inflasi tidak bisa dihindari di kegiatan ekonomi, tetapi

dapat dikendalikan. Negara Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004

tentang Bank Indonesia menjelaskan bahwa salah satu tujuan utama Bank Indonesia

adalah untuk menjadi lembaga yang mampu menjaga stabilitas rupiah (Darmawan, 2020).

Suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi dalam kegiatan

sehari-hari mereka menyebabkan terjadinya suatu transaksi yang mengikuti aktivitas

ekonomi tersebut. Transaksi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi tersebut,erat kaitannya

dengan sistem pembayaran. Menurut UU No. 23 Tahun 1999, sistem pembayaran adalah

sistem yang mencakup aturan, institusi dan mekanisme yang digunakan untuk transfer

uang, guna memenuhi kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi (Hasibuan,

2015). Dan Lembaga keuangan yang berwenang mengatur system pembayaran tersebut

6
adalah Bank Indonesia, yang berperan sebagai Bank Sentral Indonesia yang mempunyai

otoritas dalam mengatur sistem pembayaran yang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang telah mengaturnya (Zunaitin, 2017).

Tiga pilar utama misi Bank Indonesia sebagai bank sentral didasarkan pada: UU

No. 3 Tahun 2004 Pasal 8 yaitu; 1) menetapkan dan menerapkan kebijakan mata uang; 2)

mengatur dan memelihara sistem pembayaran; 3) pengaturan dan mengawasi bank. Misi

khusus Bank Indonesia adalah mengatur dan memelihara sistem pembayaran, yaitu

pengeluaran uang legal tender di Indonesia melalui kegiatan pencetakan uang,

pengedaran uang dan pengelolaan jumlah uang yang beredar. Sistem pembayaran

memainkan peran penting dalam memfasilitasi kegiatan ekonomi dan berbagai sektor

kegiatan usaha. Peran sistem pembayaran sebagai infrastruktur sistem keuangan

merupakan faktor terpenting dalam mendukung stabilitas keuangan dan moneter (Naomi,

2020).

Dalam kegiatan ekonomi yang melakukan transaksi tentu tak lepas lari dari alat

pembayaran yang digunakan. Alat pembayaran yang di yang digunakan dalam transaksi

ekonomi yaitu berupa uang. Awal mula uang berawal dari sistem barter atau tukar

menukar barang,logam mulia, mata uang logam, uang kertas, hingga credit card dan

pembayaran elektronik. Uang telah membuat perkembangan yang cukup signifikan dalam

beberapa hal ini. Sejarah menulis bahwa koin adalah mata uang pertama yang digunakan

secara luas oleh berbagai kelompok masyarakat sebagai pembayaran. Sebagai bagian dari

perkembangannya, peran Koin sebagai alat pembayaran yang dilengkapi dengan

keberadaan uang kertas dianggap lebih nyaman dan memudahkan proses transaksi karena

lebih ringan dalam biaya produksi yang lebih murah (Darmawan, 2020).

7
Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini khususnya bidang internet

memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan perekonomian dunia. Teknologi

dan internet telah membawa dunia ke era baru yang dikenal dengan ekonomi digital.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi, sistem pembayaran di dunia

khususnya di Indonesia juga mengalami perkembangan serupa. Saat ini sistem

pembayaran di Indonesia tidak hanya tunai, tetapi telah berkembang dengan sistem

pembayaran non tunai atau dikenal juga dengan Cashless Payment (Darmawan, 2020).

Sistem pembayaran cashless (non tunai) terdiri dari berbagagai basis, mulai dari

transaksi yang menggunakan kartu sampai transaksi yang menggunakan jaringan

elektronik. Dalam perkembangannya, produk alat pembayaran nontunai berbasis kartu

dan nontunai berbasis jaringan elektronik, memiliki karakteristik yang berbeda. Sistem

pembayaran non tunai berbasis jaringan elektronik juga dikenal sebagai uang elektronik

atau E-money (Zunaitin, 2017).

Pengertian E-money yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS)

adalah Nilai tersimpan atau produk prabayar yang dimiliki seseorang, di mana jumlah

tertentu telah disimpan pada media elektronik yang digunakan sebagai instrumen

transaksi. Tujuannya tak lain agar alat pembayaran bisa bermanfaat berupa dalam bentuk

yang nyaman dan kecepatan dalam bertransaksi tanpa membawa uang cash. Pembayaran

yang dilakukan menggunakan e-money tidak selalu memerlukan proses otorisasi dan

terhubung dengan rekening nasabah di bank, namun e-money memiliki sistem berbeda,

yaitu dengan sistem prabayar. Pada e-money nilai uang telah disimpan secara elektronik

di perangkat pembayaran dalam bentuk server media atau chip yang digunakan. Di

Indonesia itu sendiri transaksi elektronik menggunakan e-money di mulai sejak tahun

8
2007 yang ketentuanya telah diatur dalam peraturan Bank Indonesia No.7/52/PBI/2005.

Namun, peraturan tersebut menjadi satu dengan peraturan pengoperasian kegiatan alat

pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK). Setelah itu pada tahun 2009, Bank

Indonesia sebagai institusi yang mempuyai otoritas keuangan atau moneter mengeluarkan

peraturan Bank Indonesia dengan No.11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (E-

money) yang menjadikan pengaturan mengenai Uang Elektronik terpisah dengan

pengaturan mengenai APMK. Yang selanjutnya disempurnakan kembali pada Peraturan

Bank Indonesia Nomor 18/17/PBI/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (E-money), kemudian disebut

dengan PBI Uang Elektronik (Rahmatika & Fajar, 2019).

Gambar 1. 2 Transaksi E-money Periode 2010-2020

TRANSAKSI E-MONEY
6,000,000,000 TRANSAKSI E-MONEY
5,226,699,919
5,000,000,000 2,922,698,905
943,319,933
4,000,000,000 4,625,703,561
683,133,352
3,000,000,000 535,579,528

2,000,000,000 203,369,990
137,900,779
100,623,916
1,000,000,000
41,060,149
-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber: Bank Indonesia (2020)

Dari data yang ada dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa volume transaksi e-

money terus mengalami kenaikan dalam 9 tahun terakhir. Dimulai dari tahun 2011 jumlah

volume transaksi e- money sebesar Rp41.060.149, Pada tahun 2012 meningkat menjadi

9
Rp100.623.916, kemudian tahun 2013 tetap meningkat menjadi Rp137.900.779, tahun

2014 sebesar Rp203.369.990, tahun 2015 meningkat menjadi Rp535.579.528, tahun 2016

meningkat menjadi Rp683.133.352, tahun 2017 meningkat menjadi Rp943.319.933,

tahun 2018 meningkat lebih tinggi menjadi Rp2.922.698.905, pada tahun 2019 meningkat

lebih signifikan menjadi Rp5.226.699.919. Dan transaksi e-money mengalami penurunan

pada tahun 2020 menjadi Rp4.625.703.561.

Berdasarkan data sebelumnya, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan yang

tajam pada tahun 2017 hingga 2019. Bank Indonesia (BI) mengatakan peningkatan

tersebut karena uang elektronik semakin populer dikalangan masyarakat. Selain itu,

seperti yang tertulis didalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025,

perkembangan ekonomi dan keuangan digital terus dikembangkan oleh Bank Indonesia

dengan cara terus mendukung adanya inovasi baru dalam digital. (Bank Indonesia, 2019)

Melihat pertumbuhan e-money pada grafik di atas, dapat dikatakan bahwa tren

masyarakat untuk menggunakan e-money sebagai sistem pembayaran bergerak ke arah

yang positif. Sehingga menguntungkan Bank Indonesia sebagai pemilik kebijakan terkait

sistem pembayaran di Indonesia. Bank Indonesia menyadari bahwa penggunaan transaksi

e-money dapat mengurangi biaya moneter pencetakan dan pengedaran uang kertas.

Meningkatnya penggunaan sistem pembayaran elektronik e-money oleh masyarakat juga

mempengaruhi pola transaksi yang ada di masyarakat. Penggunaan ini cenderung

mempercepat transaksi publik, atau bisa dibilang, mempengaruhi kecepatan peredaran

uang. Percepatan peredaran uang karena penggunaan sistem pembayaran elektronik e-

money, mendorong daya beli masyarakat. Kehadiran e-money dalam masyarakat

utamanya pada msyarakat kelas menegah menjadi salah satu yang dapat mendorong

10
masyarakat menjadi lebih konsumtif. Apalagi dengan adanya sentuhan teknologi didalam

transaksi e-money memberi nuansa yang baru dalam memaknai konsumsi. Tingkat

konsumsi yang terus menerus meningkat pada akhirnya akan menyebabkan inflasi yang

lebih tinggi (Rahmayuni, 2019).

Menurut sebuah studi oleh Bank Indonesia pada tahun 2006, dinyatakan bahwa e-

money juga dapat mengurangi jumlah uang beredar sehingga Secara tidak langsung

mempengaruhi inflasi di Indonesia. Peningkatan pembayaran e-money akan mengurangi

biaya transaksi, sehingga membuat perekonomian lebih efisien. Efisiensi tentunya akan

berdampak pada harga yang lebih murah, Tapi di sisi lain ada efek alternative. Dengan

meningkatnya laju perputaran uang akibat pembayaran e-money maka kegiatan ekonomi

atau harga barang dan jasa juga akan meningkat. Mengingat pembayaran e-money hanya

merupakan alat pembayaran harga barang dan jasa (pengganti uang), efek langsung

terhadap inflasi diperkirakan lebih kepada kecepatan rambatnya. Dampak dari

pembayaran e-money terhadap produksi dalam hal ini terjadi karena efek dari

pembayaran e-money tersebut. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengaruh

pembayaran e-money terhadap output akan berlanjut dalam bentuk pengaruhnya terhadap

perubahan harga atau inflasi. Berdasarkan fonemena-fenomena yang telah dijelaskan di

atas, maka saya ingin melakukan penelitian mengenai “analisis pengaruh penggunaan

e-money terhadap inflasi di Indonesia”

B. RUMUSAN MASLAH

Berdasarkan dari penjelasan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka yang

menjadi pokok pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

11
1. Bagaimana pengaruh penggunaan Uang Elektronik

(E-Money) terhadap Inflasi di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Inflasi di Indonesia?

3. Bagaimna pengaruh Perputaran Uang terhadap Inflasi di Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Uang Elektronik (E-Money) terhadap

Inflasi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap

Inflasi di Indonesia

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Perputaran Uang (Velositas) terhadap

Inflasi di Indonesia

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan memberi beberapa manfaat

diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Bagi penulis, diharapkan hasil penelitian ini menambah pengetahuan, wawasan dan

pemahaman terutama mengenai tingkat inflasi bagi prekonomian dan sistem

pembayaran, Alat Pembayaran Menggunakan Uang Elektronik (E-Money).

2. Manfaat Praktis

12
a. Untuk masyarakat, dapat menambah pengetahuan mengenai e-money yang

beredar di Indonesia.

b. Untuk Pemerintah, khususnya Bank Indonesia menjadi bahan pertimbangan

mengeluarkan kebijakan.

c. Untuk perbankan, diharapkan penelitian ini menjadi referensi terhadap

peningkatan pengembangan pelayanan transaksi nontunai.

d. Bagi penulis penelitian ini untuk melengkapi program perkuliahan Strata satu

(S1), program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Negeri Makassar dan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi.

e. Bagi mahasiswa dan peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai referensi

bagi yang meneliti masalah yang sama dengan variabel berbeda.

f. Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pemerintah terkhusus Bank

Indonesia dalam menganalisis kebijakan mengenai e-money.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu memiliki fungsi standar bagi peneliti, yang digunakan untuk

menyeleksi variabel dan membuat hipotesis serta membuat perbandingan untuk

penelitian selanjutnya. Menurut peneletian terdahulu Darmawan, D. (2020) berjudul

analisis pengaruhe-money, nilai tukar, dan suku bunga terhadap inflasi Indonesia.

Penelitian ini bermaksud untuk menelaah & mengetahui hubungan antar variabel apa saja

yang mempengaruhi inflasi di Indonesia pada tahun 2014-2019. Variabel utama yang

digunakan pada penelitian ini adalah e-money, nilai tukar, dan suku bunga. Metode yang

digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial e money, kurs, dan

suku bunga berpengaruh singnifikan terhadap inflasi,

Sejalan degan penelitian Rahmayuni, S. 2019 berjudul Pengaruh E-Money dan E-

Commerce Terhadap Tingkat Inflasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

e money dan e commerce terhadap tingkat inflasi, metode penelitian ini menggunakan

deskriptif kuantitatif. Populasi dan sample sebanyak 50 responden. Teknik analisa data

yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan regresi linear

berganda dengan hasil penelitian menujukkan dengan uji F ditemukan bahwa E Money

dan E Commerce berpengaruh terhadap inflasi

Serupa pula dengan penelitian Permatasari, K. 2020. Berjudul Pengaruh

Pembayaran Non Tunai Terhadap Variabel Makroekonomi di Indonesia Tahun 2010-

14
2017. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pembayaran nontunai terhadap

jumlah uang beredar, perputaran uang, bunga suku bunga dan inflasi. Jenis penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel 96 dan menggunakan metode uji

regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan transaksi e-money berpengaruh

negative terhadap inflasi karena jumlah transaksi e-money bertambah dimana e money

dikategorikan dalam M1 sehingga pada saat uang beredar di masyarakat berpotensi

menimbulkan inflasi.

Sedikit berbeda dengan penelitian PUTRI, D. T., Djambak, S., & Yusuf, M. K.

2014. Yang berjudul Hubungan antara E-money (APMK) dengan Inflasi di Indonesia

tahun 2007-2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara E-money

(APMK) Dengan Inflasi Di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder yang di peroleh Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik pada periode

tahun 2007-2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa transaksi pembayaran

menggunakan kartu kredit dan kartu debit berpengaruh signifikan terhadap inflasi di

Indonesia

Berbeda dengan penilitian Zunaitin, E. 2017. Yang berjudul Pengaruh E-money

terhadap Inflasi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

variabel Jumlah Uang Beredar (JUB), emoney, dan suku bunga terhadap inflasi di

Indonesia. Pendekatan riset dalam penelitian ini fokus pada analisis kuantitatif

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan merupakan

data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia. Populasi dalam penelitian adalah

inflasi, JUB, e-money, dan suku bunga sedangkan sampel yang digunakan yakni IHK

(Indeks Harga Konsumen), M2, transaksi jumlah uang elektronik beredar, dan BI Rate

15
tahun 2007Q2-2015Q4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa e-money berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap inflasi.

Sama dengan penelitian Zunaitin, E. Penelitian CHRISTIANI, M. 2020. Yang

berjudul Analisis Pengaruh E-money, Nilai Tukar dan Suku Bunga Acuan terhadap

Inflasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh e-money dan

faktor moneter terhadap inflasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tiga variabel

bebas yaitu e-money, nilai tukar, suku bunga acuan, serta inflasi sebagai variabel terikat.

Sumber data penelitian ini dari data sekunder. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dan metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda

berbasis Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan e-money tidak

berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia.

B. TINJAUN TEORITIS

1. Uang

Pada awal peradaban, manusia secara mandiri memenuhi kebutuhan mereka

Mereka (nomaden) hidup dengan berburu dan memakan berbagai buah-buahan.

Jenis kebutuhannya masih sederhana, jadi belum membutuhkan yang lain. Setiap

individu memenuhi kebutuhan makanannya secara mandiri. Selama periode ini,

yang dikenal sebagai periode pra-barter, orang tidak mengenal perdagangan atau

aktivitas perdagangan.

Individu mulai saling membutuhkan karena tidak ada yang dapat memenuhi

kebutuhannya secara penuh. Sejak itu, orang telah menggunakan berbagai metode

dan alat untuk menukar barang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pada awal

16
peradaban manusia yang sangat primitif, mereka mampu menangani pertukaran

kebutuhan melalui barter. Barter adalah sistem perdagangan pertama yang

digunakan orang pada saat itu. Misalnya, seorang produsen beras membutuhkan

minyak dan membawanya ke pemilik minyak untuk diganti, atau seseorang yang

memelihara ternak tetapi tidak tahu bagaimana melakukannya. Buat pakaian

sebagai ganti jasanya.

Barter ini membutuhkan koeksistensi keinginan yang sama atau kebetulan

ganda keinginan dari pihak yang melakukan pertukaran. Namun, kebutuhan

manusia yang lebih beragam dan kompleks, semakin sulit untuk menciptakan

situasi di mana kebutuhan keinginan yang sama. Misalnya, orang yang biasa makan

nasi membutuhkan garam. Tetapi pada saat yang sama, pemilik garam

membutuhkan daging, bukan nasi, sehingga syarat penggantian tidak terpenuhi.

Keadaan demikian tentu akan mempersulit hubungan transaksi antar manusia.

Maka uang diciptakan sebagai media untuk barter, karena orang mulai berpikir

untuk membuat sistem dan alat perdagangan untuk memperbaiki kekurangan barter.

Selanjutnya menggunakan batu sebagai alat, tetapi tidak sepadan karena batu-batu

itu diakumulasikan sebagai alat yang tidak mempunyai nilai. Kemudian, industri

pertambangan menemukan bahan sebagai alat tukar diantaranya besi, tembaga,

emas, dll.

Uang yang dikenal masyarakat sebagai alat tukar fisik meliputi uang kertas

dan uang giral, yaitu uang yang berada di tangan masyarakat dan tersedia untuk

digunakan setiap saat, biasanya dalam jumlah kecil. Uang tunai disebut dengan

uang kartal atau currency. Jadi, uang kartal adalah uang kertas dan uang logam yang

17
beredar di masyarakat yang dikeluarkan dan diedarkan oleh otoritas moneter.

Pembayaran yang digunakan di dalam masyarakat tentu tidak hanya terbatas pada

penggunaan uang tunai semata. Untuk melakukan pembayaran dalam jumlah besar,

orang dapat menggunakan cek. Dalam hal ini pembayaran dengan cek, harus

memiliki rekening giro di bank umum. Rekening giro itu sendiri adalah rekening

tabungan yang ada di bank komersial, yang dapat ditarik setiap saat dibutuhkan.

Rekening giro dapat dikatakan seperti uang tunai, tetapi tidak dapat langsung

digunakan seperti uang tunai, yaitu pengguna harus menuliskan terlebih dahulu

jumlah yang diinginkan pada cek. Uang yang ada di rekening giro pada bank

komersial disebut dengan uang giro.

Menurut Kasmir (2014) uang adalah alat yang digunakan untuk membayar

pembelian dan untuk melunasi hutang. Dengan kata lain, uang adalah alat tukar

untuk membeli dan menjual barang dan jasa di suatu daerah. Mankiw (2012)

menyatakan bahwa uang dalam perekonomian adalah modal atau aset yang

digunakan oleh masyarakat untuk membeli dan menjual. Menurut Manurung (2004)

suatu benda harus bersifat portability atau mudah dibawa ,durability atau tahan

lama, divisibility atau dapat dipecah menjadi unit-unit nilai yang lebih rendah,

standardizability atau dapat distandarisasi, recognizability atau diakui, stability of

value atau memiliki nilai yang stabil, elasticity of supply atau jumlah uang beredar

mencukupi sehingga dapat digunakan sebagai uang

Jenis-jenis uang dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

a. Berdasarkan nilai: representatif full bodied money (tidak bernilai penuh),

full bodied money (bernilai penuh)

18
b. Berdasarkan wilayah: mata uang negara masing-masing (mata uang

lokal), mata uang regional, mata uang internasional

c. Berdasarkan bahan: uang koin, uang kertas

d. Berdasrkan lembaga : uang kartal, uang giral

Fungsi uang yaitu sebagai berikut:

a. Medium of exchange (uang sebagai alat tukar), suatu benda yang

digunakan ketika pembeli membayar penjual ketika ingin membeli

barang atau jasa

b. Store of value (uang adalah penyimpan nilai), alat yang dapat digunakan

oleh masyarakat untuk mentransfer daya beli masyarakat dari hari ini ke

masa depan

c. Unit of account atau standard of value (Uang sebagai standar hitung

atau standar nilai), standar untuk menetapkan harga-harga dan catatan

utang

d. Liquidity (uang sebagai likuiditas), kemudahan dimana suatu aset dapat

diubah menjadi alat tukar ekonomi

2. Uang elekronik(e-money)

Dalam publikasi Bank for International Settlements (BIS), tentang pengertian

dari e-money yang di publikasikan pada bulan oktober 1996. Mendefinisikan e-

money sebagai Stored Value atau Prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan

dalam suatu media elektronik yang dimiliki oleh seseorang. E-money yang

disebutkan adalah alat pembayaran elektronik

19
Diperoleh dengan menyetorkan sejumlah uang tertentu terlebih dahulu kepada

penerbit, baik secara langsung, atau melalui agen penerbitnya, atau dengan

mendebet rekening di Bank, dan nilai uang tersebut dimasukkan menjadi nilai uang

dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang

digunakan untuk melakukan tranksaksi pembayaran dengan cara mengurangi

secara langsung nilai uang pada media elektronik tersebut. (jurnal 7 )

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 16/8/PBI/2014, Uang elekronik

atau e-money adalah pembayaran yang memenuhi unsur sebagai berikut: (jurnal 7)

a. Diterbitkan berdasarkan nilai uang yang telah disetorkan pemilik terlebih

dahulu kepada penerbit

b. Nilai uang disimpan secara elektronik pada media seperti server atau chip

c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan

merupakan penerbit uang elektronik tersebut

d. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai

perbankan.

Uang elektronik e-money didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam

bentuk elektronik yang nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu.

Penggunaan e-money ini sebagai alat pembayaran yang inovatif dan praktis

diharapkan dapat membantu kelancaran pembayaran kegiatan ekonomi yang

bersifat massal, cepat dan mikro. E-money memiliki karakteristik dalam

penngunaannya. Menurut Bank Indonesia, secara umum fitur e-money memiliki

beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut: (Siti Hidayati, 2006)

20
a. Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money, atau sering disebut

dengan stored value, yang akan berkurang pada saat konsumen menggunakan

untuk melakukan transaksi pembayaran

b. Dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada dalam penguasaan

konsumen.

c. Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic value dari e-

money milik konsumen kepada terminal merchant dapat dilakukan secara

offline. Dalam hal ini verifikasi cukup dilakukan pada level merchant (point

of sale), tanpa harus online ke komputer penerbit.

Terdapat bebeberapa jenis e-money dalam penggunaannya. Menurut

Peraturan Bank Indonesia PBI No. 16/8/PBI/2014 tentang uang elektronik

menjelaskan bahwa berdasarkan pencatatan data identitas pemegang uang

elektronik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu uang elektronik yang data

identitas pemegangnya terdaftar dan tercatat pada penerbit (registered) dan uang

elektronik yang data identitas pemegangnya (unregistered).

21
Tabel 1. 3 Fasilitas Uang Elektronik registered dan unregistered

Registered Unregistered
Registrasi Pemegang Pengisian Ulang (top up)
Pengisisan Ulang (top up) Pembayaran transaksi
Pembayaran transaksi Pembayaran tagihan
Fasilitas lain berdasarkan
Pembayaran tagihan
persetujuan Bank Indonesia
Transfer dana
Tarik Tunai
Fasilitas lain berdasarkan
persetujuan Bank Indonesia
Sumber: (Siti Hidayati, 2006)

Menurut peraturan Bank Indonesia No16/8/PBI/2014, berdasarkan tempat

penyimpanan nilai dana uang elektronik, maka juga terbagi 2 (dua) jenis yaitu:

a. Uang elektronik berbasis kartu atau chip

Dimana nilai dana uang elektronik dicatat pada media elektronik yang

dikelola oleh penerbit juga dicatat pada media elektronik yang dikelola oleh

pemegang. Sistem pencatatan seperti ini terjadi pada uang elektronik berbasis

kartu atau chip dan memungkinkan transaksi dilakukan secara offline

b. Uang elektronik berbasis server


Dimana nilai dana pemegang tersimpan pada database penerbit dan dalam

melakukan transaksi akan membutuhkan media berupa gadget pengguna

untuk mengirim nomor sandi dan nilai transaksi yang dibutuhkan dan

menerima nomor token untuk melakukan transaksi. Sistem pencatatan

seperti ini terjadi pada uang elektronik berbasis server dan hanya dapat

dilakukan secara online.

22
Dalam transaksi e-money memiliki beberapa jenis pula.Menurut Bank

Indonesia, jenis-jenis transaksi dengan menggunakan uang e-money secara umum,

antara lain:

a. Penerbitan (issuance) dan pengisian ulang (top up)

Pengisian nilai uang kedalam media uang elektronik dapat dilakukan

terlebih dahulu oleh penerbit sebelum dijual kepada pemegang. Untuk

selanjutnya pemegang uang elektronik bisa melakukan pengisian ulang (top

up) yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui

penyetoran uang tunai, pendebitan uang dari rekening bank, atau melalui

terminal-terminal pengisian ulang yang telah dilengkapi peralatan khusus

oleh penerbit.

b. Transaksi Pembayaran

Transaksi pembayaran menggunakan uang elektronik (e-money) pada

prinsipnya dilakukan penukaran nilai uang dalam bentuk data elektronik

dengan barang antara pemegang uang elektronik dan pedagang

menggunakan protocol yang telah ditetapkan

1) Transfer

Transfer dalam transaksi uang elektroni adalah fasilitas pengiriman

nilai uang antar pemegang uang elektronik melalui terminal-terminal

yang telah dilengkapi dengan peralatan khusus.

2) Tarik Tunai

23
Tarik tunai adalah fasilitas penarikan uang tunai atas nilai uang

elektroni yang tercatat pada media e-money yang dimiliki pemegang,

yang dapat dilakukan setiap saat oleh pemegang uang elektronik.

3) Refund atau Redeem

Refund atau redeem adalah penukaran kembali nilai uang elektronik

kepada penerbit, baik yang dilakukan oleh pemegang pada saat nilai

uang elektronik tidak terpakai atau masih tersisa pada saat pemegang

mengakhiri penggunaan uang elektronik atau masa berlaku telah

berakhir, maupun yang dilakukan oleh pedagang pada saat penukaran

nilai uang elektonik yang diperoleh dari pemegang atas transaksi jual

beli barang.

Emoney tidak seperti sistem pembayaran kartu elektronik lainnya seperti

kartu kredit dan debit. Kartu kredit dan kartu debet disebut “access products”

sedangkan e-money disebut “prepaid products”. Secara umum perbedaan dari

“prepaid product” dan “access product” adalah sebagai berikut:

a. Prepaid product (e-money)

1) Stored value, yaitu dimana nilai uang sudah tercatat pada instrumen

emoney

2) Dana yang tersimpan dalam e-money merupakan milik konsumen

3) Proses transaksi bisa dilakukan secara off-line yaitu dengan cara

melakukan verifikasi pada level merchant (point of sale), tanpa harus

online ke komputer issuer

b. Access product (kartu debet dan kartu kredit)

24
1) Proses pencatatan dana pada kartu tidak dibutuhkan

2) Dana diolah sepenuhnya oleh bank

3) Instrumen kartu digunakan untuk melakukan akses secara on-line ke

komputer issuer pada saat transaksi. Hal ini guna memperoleh otorisasi

dalam proses pembayaran melalui rekening nasabah, baik itu rekening

pinjaman (kartu kredit) maupun rekening simpanan (kartu debet). Setelah

issuer melakikan otorisasi, rekening nasabah secara otomatis akan

langsung terdebet.

Terkait dalam peyelenggaraan e-money terdapat beberpa pihak yang masuk

dalam peyelegaraannya. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.20/6/PBI/2018

pihak terkait tersebut antara lain:

a. Penerbit adalah pihak yang menerbitkan Uang Elektronik.

b. Pengguna adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.

c. Acquirer adalah pihak yang melakukan kerja sama dengan penyedia barang

atau jasa sehingga mampu memproses transaksi Uang Elektronik yang

diterbitkan oleh pihak selain acquirer yang bersangkutan dan bertanggung

jawab atas penyelesaian pembayaran kepada penyedia barang atau jasa.

d. Prinsipal adalah pihak yang bertanggung jawab atas penerusan data

transaksi Uang Elektronik melalui jaringan, pelaksanaan perhitungan hak

dan kewajiban, penyelesaian pembayaran dan penetapan mekanisme dan

prosedur bisnis, antar anggotanya yang berperan sebagai Penerbit dan/atau

Acquirer dalam transaksi Uang Elektronik. Penyelenggara Switching adalah

pihak yang menyelenggarakan kegiatan penyediaan infrastruktur yang

25
berfungsi sebagai pusat atau penghubung penerusan data transaksi

pembayaran dengan menggunakan Uang Elektronik.

e. Penyelenggara Kliring adalah pihak yang melakukan perhitungan hak dan

kewajiban keuangan masingmasing Penerbit dan/atau Acquirer setelah

pelaksanaan transaksi Uang Elektronik.

f. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah pihak yang melakukan dan

bertanggung jawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban

keuangan masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer berdasarkan hasil

perhitungan dari Penyelenggara Kliring.

g. Penyedia Barang atau Jasa (merchant) adalah pihak yang menjual barang

atau jasa yang menerima pembayaran dari Pengguna.

h. Penyelenggara Penunjang adalah penyelenggara penunjang sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran.

Menurut Hidayati (2006) beberapa manfaat atau kelebihan dari penggunaan e-

money dibandingkan dengan uang tunai maupun alat pembayaran non-tunai

lainnya, antara lain:

a. Lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang tunai, khususnya untuk

transaksi yang bernilai kecil (micro payment), disebabkan nasabah tidak

perlu menyediakan sejumlah uang pas untuk suatu transaksi atau harus

menyimpan uang kembalian. Selain itu, kesalahan dalam menghitung uang

kembalian dari suatu transaksi apabila menggunakan e-money.

26
b. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi dengan

emoney dapat dilakukan jauh lebih singkat dibandingkan transaksi dengan

kartu kredit atau kartu debit, karena tidak harus memerlukan otorisasi on-

line, tanda tangan maupun PIN. Selain itu, dengan transaksi offline, maka

biaya komunikasi dapat dikurangi.

c. Electronic Value dapat diisi ulang kedalam kartu emoney melalui berbagai

sarana yang disediakan oleh issuer

Tim Inisiatif Bank Indonesia (2006) mengungkapkan dalam perekonomian

modern lalu lintas pertukaran barang dan jasa sudah sedemikian cepatnya

sehingga memerlukan dukungan tersedianya sistim pembayaran yang handal yang

memungkinkan dilakukannya pembayaran secara lebih cepat, efisien, dan aman.

Penggunaan uang cash sebagai alat pembayaran dirasakan mulai menimbulkan

masalah, terutama tingginya biaya cash handling dan rendahnya velocity of

money. Sehingga dengan hadirnya e-money dapat memberikan kemudahan serta

pengaruh positif.

3. Jumlah uang beredar(JUB)

Jumlah Uang Beredar merupakan uang pada ekonomi di waktu tertentu

Maesaroh & Triani, 2011. Hal ini ditetapkan berdasarkan besaran permintaan uang

(dari masyarakat) dan penawaran uang (dari Bank Sentral). Dan menurut Solikin &

Suseno, 2002 mengemukakan pengertian uang sebagai keseluruhan jumlah mata

uang yang sudah diterbitkan bank sentral. Mata uang itu meliputi dua macam,

diantaranya uang kertas dan uang logam yang merupakan mata uang pada

27
peredarannya, sedangkan uang beredar merupakan berbagai macam uang yang

beredar yang terdapat pada perekonomian

Definisi uang pada perekonomian digolongkan ke dalam pengertian uang

pada makna sempit (𝑀1 ), definisi uang pada makna luas (𝑀2 )dan definisi uang

pada makna lebih luas (𝑀3 ). Definisi uang pada makna sempit (𝑀1 ) /narrow money

yakni currency/ uang kartal/ yang mencakup uang kertas dan uang logam, dan

demand deposits/uang giral yang merupakan simpanan milik sektor swasta

domestik yang kapan pun bisa diambil dan ditukarkan menjadi uang kartal senilai

nominal. Definisi jumlah uang beredar pada makna (𝑀2 ) /broad money dimaknai

sebagai (𝑀1 ) dijumlahkan dengan saldo tabungan dan deposito berjangka

masyarakat di bank, lalu definisi pada makna yang lebih luas (𝑀3 ) yaitu (𝑀2 )

ditambah quasi money/uang kuasi, uang quasi yang merupakan seluruh deposito

berjangka dalam tabungan, yakni pada mata uang asing (dollar) dan mata uang lokal

serta giro valas dimiliki masyarakat di bank ataupun badan keuangan non bank.

Uang beredar pada makna sempit (𝑀1 ) diartikan sebagai uang kartal

ditambahkan uang giral (currency plus demand deposit).

𝑀1 =C+DD ……………… (1)

Dimana :

𝑀1 = Jumlah uang beredar (arti sempit)

DD= Demand Deposits (uang giral)

C = Currency (uang cartal)

28
Didalam persamaan tersebut, 𝑀1 diartikan dalam pegertian jumlah uang

beredar pada makna sempitnya yang berarti 𝑀1 sama dengan jumlah uang giral,

uang kertas, dan uang logam terdapat pada masyarakat dan disimpan di bank.

Definisi JUB (Jumlah Uang Beredar) pada makna sempit 𝑀1 bahwa uang

beredar merupakan daya beli yang bisa dipergunakan dalam pembayaran yang

mencakup sarana pembayaran yang menyerupai uang, ontohnya simpanan

tabungan (saving deposits) pada bank dan deposito berjangka (time deposits). Uang

yang tersimpan berupa tabungan dan deposito berjangka sesungguhnya merupakan

daya beli potensial untuk pemilik, walaupun tidak semudah cek ataupun uang tunai

atau cek untuk digunakan (Maesaroh & Triani, 2011)

1. Teori Permintaan Uang Keynes

Pada teorinya Keynes mengungkap bahwa maksud publik

menyimpankan uangnya digolongkan ke dalam 3 tujuan yakni untuk

berspekulasi (speculative motive), untuk transaksi (transaction motive), dan

untuk berjaga-jaga (precautionary motive).

a. Motif Spekulasi (speculative motive)

Menurut Keynes, uang dijadikan sebagai motif spekulasi

terhadap surat-surat berharga, terutama obligasi. Pada saat suku bunga

mengalami peningkatan, dengan demikian permintaan julah uang

beredar rendah dan harga obligasi mengalami penurunan.

Kebalikannya pada saat suku bunga mengalami penurunan,

permintaan jumlah uang beredar untuk spekulasi mengalami

29
peningkatan dan harga obligasi pun juga mengalami peningkatan

(Lintangsari et al., 2018).

b. Motif transaksi (transaction motive)

M (Y) = a + bY ; b > 0 ; transaksi

Jika pengeluaran dan penerimaan yang dilaksanakan seseorang

mempunyai dimensi waktu dan jumlah yang sama, dengan demikian

seseorang itu tidak memerlukan uang untuk bertransaksi. Namun

realitanya, dimensi waktu dan jumlah terhadap pengeluaran dan

penerimaan berbeda, dengan demikian uang dibutuhkan dalam

melancarkam terlaksananya transaksi-transaksi yang dilaksanakan.

Volume transaksi yang dilaksanakan tergantung terhadap penghasilan.

Semakin besar pendapatan, dengan demikian volume transaksi pun

semakin meningkat.

c. Motif berjaga-jaga (precautionary motive)

Terdapatnya pengeluaran-pengeluaran yang tidak direncakan

menjadi suatu tujuan seseorang dalam memegang uang pada maksud

tersebut. Motif berjaga-jaga sering dipergunakan dalam kepentingan-

kepentingan yang sifatnya mendesak. Besarnya uang yang dibutuhkan

untuk berjaga-jaga tergantung pada jumlah transaksi yang akan

dilakukan. Dengan demikian, hal ini kerap menjadi kebutuhan

transaksi seseorang.

2. Teori Permintaan Uang Irving Fisher

30
Irving Fisher pada quantity teory of money (teori kuantitas uang) yang

menyebutkan bahwa uang berpengaruh terhadap ekonomi, namun

karakteristik berdasarkan pengaruh itu hanyalah terbatas terhadap variabel

nominal saja dan juga menggolongkan dua kelompok variabel yakni variabel

nominal dan variabel riil. Teori kuantitas uang yang dirumuskan dalam model

antara lain :

M.V = P.T

Keterangan :

V = Velocity of Money (kecepatan perputaran uang)

M = Jumlah Uang Beredar

T = Jumlah Transaksi Dalam Perekonomian

P = Harga

Berdasarkan teori kuantitas uang yang dirumuskan Irving Fisher,

velocity of money dinilai konstan. Namun realitanya velocity of money tidak

dinilai konstan. Pada woring paper dengan judul Dampak Pembayaran Non

Tunai Terhadap Perekonomian dan Kebijakan Moneter, velocity of money di

Indonesia menunjukan kecendrungan mengalami peningkatan sebelum

krisis, terutama pada tahun 2002, yang diikuti perbaikan keadaan

perekonomian dengan mengindikasikan penggunaan pembayaran non tunai

untuk mengganti uang tunai dalam setiap transaksi perekonomian.

Irving Fisher dalam bukunya teori daya beli uang (The Purchasing

Power of Money) menyebutkan perubahan jumlah uang beredar dapat

31
menyebabkan harga barang berubah. Oleh karena itu, pada dasarnya teori

kuantitas uang dapat disimpulkan antara lain :

a. Daya beli uang atau nilai riil ditentukan dari banyaknya permintaan

uang dan jumlah uang beredar bebanding terbalik terhadap money

supply (pasokan uang). Jika uang beredar semakin banyak, maka

daya beli semakin rendah, begitu pula kebalikannya.

b. Jumlah uang beredar berkaitan terhadap tingkat harga umum yang

diberlakukan ataupun pasokan uang senilai terhadap tingkat harga.

Pasokan uang yang bertambah bisa memengaruhi harga, begitu pula

kebalikannya.

3. Teori Cambridge (Marshall-pigow)

Teori Cambridge lebih menekankan terhadap fungsi uang sebagai

sarana pertukaran umum, teori-teori klasik beropini bahwa permintaan uang

di masyarakat dikarenakan keperluan alat yang likuid bertujuan dalam

melakukan transaksi. Perbedaan teori Fisher dan Cambridge terlebih

terhadap tingkah laku suatu individu yang hendak mengalokasikan

kekayaan yang dimiliki pada sejumlah bentuk, contohnya yakni berupa

uang. Tingkah laku suatu individu itu bergantung pada rugi dan untung

pemegang uang (Arthur & Pudjihardjo, 2016)

Uang diminta atau dipegang seseorang sangatlah memudahkan

transaksi ataupun aktivitas perekonomian lainnya dari seseorang itu. Dengan

demikian tidak sama terhadap teori Fisher yang menegaskan pada

permintaan akan uang seolah-olah menjadi perbandingan proporsi konstan

32
pada volume transaksi yang dipengaruhi aspek-aspek lembaga yang

konstan, teori Cambridge cenderung menegaskan pada aspek-aspek tingkah

laku pertimbangan untung rugi yang mengaitkan terhadap permintaan akan

uang pada transaksi yang direncanakan.

4. Perputaran uang(velocity of money)

Berdasarkan Kamus Bank Indonesia, perputaran uang (velocity of money)

merupakan besaran kecepatan perputaran uang dalam perekonomian. Hal itu

merupakan cara untuk mengukur pendapatan nasional dibandingkan dengan

perilaku pembelian dengan menggambarkan hubungan antara uang, pembelian

barang, dan jasa. Hal tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk perbandingan

antara pendapatan nasional bruto terhadap persediaan uang. Peningkatan kecepatan

berarti secara rata-rata uang dikuasai dalam waktu yang singkat yang menunjukkan

pertumbuhan permintaan uang dan ekspansi ekonomi secara umum; penurunan

berarti penggunaan tidak begitu cepat dan konsumen lebih suka menyimpan

uangnya daripada membelanjakannya; tingginya perputaran uang dapat juga berarti

tingginya transaksi konsumen.

5. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari haraga-harga untuk mengalami kenaikan

secara umum dan secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan

harga satu atau dua barang saja tidak dapat memenuhi syarat untuk di katakan

sebagai inflasi, kecuali jika kenaikan itu digeneralisasikan yang menyebabkan

kenaikan sebagian besar harga dari barang lain. Kenaikan harga yang sifatnya

hanya sementara, misalnya kenaikan harga musiman, sebelum tanggal besar, dan

33
tidak memiliki pengaruh yang berkelanjutan, juga tidak dapat dikatakan inflasi.

Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap maslah dan tidak diperlukan kebijakan

khusus untuk mengatasinya (Boediono, 1998)

Inflasi adalah masalah ekonomi yang terjadi hampir di mana-mana di negara

berkembang maupun di negara maju, sehingga ada banyak definisi inflasi dalam

ilmu ekonomi. Keberagaman pemahaman ini disebabk an oleh pengaruh inflasi

terhadap berbagai sektor ekonomi. Terkait dengan inflasi, terdapat beberapa teori

atau pandangan yang berkembang. (Nopirin, 2000) mengatakan Inflasi adalah

proses kenaikan harga barang-barang secara umum yang terjadi secara terus

menerus. Menurut Mankiw (2006), inflasi adalah meningkatkan tingkat harga

umum. Kemudian, Boediono (2009) Inflasi didefinisikan sebagai tren kenaikan

harga secara umum dan terus menerus. Sejalan dengan Boediono, Sukirno (2008)

mengatakan bahwa inflasi adalah proses permanen dari kenaikan harga hadir

dalam perekonomian Selain itu, inflasi sebagaimana dikutip oleh bi.go.id diartikan

sebagai kenaikan harga yang umum dan terus-menerus dari waktu ke waktu

tertentu. Selanjutnya menurut Sunariyah (2006), inflasi adalah kenaikan harga

barang dan jasa yang terus menerus dan jika di lihat dari sudut pandang

konsumen, Inflasi yang tinggi menyebabkan turunnya daya beli konsumen, dari

sudut pandang perusahaan, inflasi dapat menyebabkan biaya produksi dan

penurunan keuntungan perusahaan. Berdasarkan definisi tersebut ada tiga hal

yang perlu diperhatikan:

- Kecenderungan kenaikan harga-harga, inflasi memiliki makna adanya

kecenderungan kenaikan tingkat harga dibandingakan tingkat harga

34
sebelumnya, tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik

dibandingkan dengan periode sebelumnya, tapi tetap dalam kecenderungan

yang meningkat.

- Bersifat umum, jika kenaikan harga hanya berlaku pada satu komoditi dan

kenaikan itu tidak akan mendorong naiknya harga-harga komoditi lainnya,

maka gejala tersebut tidak dapat disebut sebagai inflasi karena kenaikan harga

tersebut tidak terjadi secara umum.

- Berlangsung secara terus-menerus, kenaikan harga seccara umum belum bisa

dikatakan sebagai gejala inflasi jika hanya terjadi sesaat. Perhitungan inflasi

biasanya dalam rentang waktu satu bulan, triwulan, semester dan tahunan.

terdapat aspek-aspek yang perlu digarisbawahi, yaitu:

a. Tendency

artinya dalam suatu waktu tertentu dimungkinkan terjadinya penurunan

harga, tetapi menunjukkan kecenderungan untuk meningkat.

b. Sustained

Peningkataan harga tersebut tidak hanya terjadi pada waktu tertentu atau

sekali waktu saja, melainkan secara terus menerus dan dalam jangka

waktu yang lama.

c. General Level of Prices.

Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga barang-barang secara

umum sehingga tidak hanya satu macam barang saja.

Selain Inflasi, perlu juga dipahami Tingkat Inflasi (Inflation Rate) dan Indeks

Harga (Price Index). Jika inflasi adalah tingkat perubahan harga itu sendiri, maka

35
tingkat inflasi adalah akumulasi dari inflasi terdahulu atau persentase perubahan

dalam tingkat harga, sedangkan Indeks Harga mengukur biaya dari sekelompok

barang tertentu sebagai persentasi dari kelompok yang sama pada periode dasar

(base period).

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah

Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan

pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Tingkat

inflasi juga dapat diukur dengan menggunakan indeks harga umum, deflator PNB

(Produk Domestik Bruto), atas harga yang diharapkan, dan indeks harga dalam

negeri dan luar negeri yaitu sebagai berikut : (Waluyo, 2009)

1. Indeks Harga Umum

Harga umum dapat didefinisikan sebagai harga rata-rata yang berada

dipasaran.

2. Deflator Produk Domestik Bruto (GDP Deflator)

GDP Deflator adalah sebuah indikator untuk mengukur tingkat inflasi dari

semua aktivitas ekonomi.

3. Atas Harga yang Diharapkan

Cara ini sering ditunjukan untuk menitikberatkan pada perhitungan harga dan

laju inflasi pada periode yang berlaku, dan yang di tonjolkan adalah peranan

harga yang diharapkan pada periode yang akan datang untuk menghitung laju

inflasi.

4. Indeks Harga Dalam Negeri dan Luar Negeri

36
Untuk negara-negara dalam sistem perekonomian terbuka, pengaruh harga

luar negeri (sebagai cerminan dari fluktuasi luar negeri) akan nampak pula

pada indeks harga umum.

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation),

dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan Combined Inflation.

1. Cost Push Inflation

Inflasi timbul karena adanya kenaikan harga yang terjadi karena adanya

kenaikan biaya produksi (cost push inflation). Naiknya biaya (cost) dalam

input produksi akan menyebabkan naiknya harga jual produksi, ini

dikarenakan kebanyakan para pengusaha tidak mau menanggung kenaikan

biaya input, sehingga konsumen yang menanggungnya. Pada saat karyawan

menginginkan kenaikan upah, maka untuk menutupi biaya produksi yang

tinggi, perusahaan menurunkan produksinya di bawah total produksi yang

optimal. Karena keterbatasan barang dan jasa akan membuat harga dari barang

dan jasa naik. Kenaikan harga ini yang nantinya akan memicu adanya inflasi.

2. Demand Pull Inflation

yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat

dan besar serta melebihi output yang ada dalam perekonomian. Dalam konteks

makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output

potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada

kapasitas perekonomian.

3. Combined Inflation

37
Combined inflation atau inflasi kombinasi timbul karena adanya pergeseran

tarikan permintaan dengan penawaran.Dengan demikian harga yang timbul

disebabkan oleh permintaan masyarakat yang kuat dan juga adanya tuntutan

dari buruh atau pengusaha yang menyebabkan kenaikan ongkos

ada tiga kelompok teori mengenai inflasi yang membahas tentang aspek-

aspek tertentu, tiga teori tersebut yaitu Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori

Strukturalis. Menurut (Sukirno, 2006)

1. Teori Kuantitas

inflasi itu hanya biasa terjadi jika ada penambahan volume jumlah uang

beredar, baik uang kartal maupun uang giral. Laju inflasi ditentukan oleh

penambahan jumlah uang yang beredar dan harapan masyarakat mengenai

kenaikan harga-harga. Bila terjadi kegagalan panen misalnya, yang

menyebabkan harga beras naik, tetapi apabila jumlah uang beredar tidak

ditambah, maka kenaikan harga beras akan berhenti dengan sendirinya

2. Teori Keynes

terdapat kelompok sosial yang cenderung menginginkan bagian yang lebih

besar daripada yang dapat disediakan oleh masyarakat (inflatory gap).

Kelompokkelompok sosial ini misalnya orang-orang pemerintah sendiri,

pihak swasta atau bisa juga serikat buruh yang berusaha mendapatkan

kenaikan gaji atau upah. Hal ini akan berdampak terhadap permintaan barang

dan jasa yang pada akibatnya akan menaikkan harga. Proses inflasi akan terus

berlanjut selama jumlah permintaan efektif dari masyarakat melebihi jumlah

38
output yang bisa dihasilkan. Inflasi ini akan berhenti jika permintaan efektif

total tidak melebihi harga-harga yang berlaku.

3. Teori Strukturalis

teori strukturalis atau yang biasa disebut dengan teori inflasi jangka panjang

menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi.

Karena struktur pertambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat

dibandingkan dengan pertumbuhan kebutuhan masyarakat, akibatnya

penawaran barang kurang dari yang dibutuhkan masyarakat, sehingga harga

barang dan jasa meningkat

6. Hubungan antara Variabel E-money dan Inflasi

Perkembangan e-money selain memberi kemudahan serta pengaruh positif

lainnya, juga memiliki isu yang menjadi kontrovesi dalam dunia perekonomian

Indonesia sehingga menjadi perhatian bagi Bank Indonesia. Isu tersebut antara lain

terkait tentang aspek teknis dan keamanan, perlindungan konsumen, aspek hukum,

aspek kelembagaan, serta implikasi e- money terhadap kebijakan moneter

(Hidayati, 2006).

Teori kuantitas uang yang dikemukakan Irving Fisher menyatakan bahwa

inflasi disebabkan oleh jumlah uang, dengan asumsi kecepatan perputaran uang dan

volume barang yang diperdagangkan tetap. Teori tersebut dibantah oleh Keynes.

Keynes mengungkapkan bahwa jumlah uang bukan satu-satunya penyebab inflasi.

Menurut teori ini inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas

kemampuan ekonomisnya (Sinaungan, 1995). Mengacu pada teori kuantitas,

Keynes berpendapat bahwa kecepatan perputaran uang tidak konstan atau berubah-

39
ubah. Apabila terjadi penambahan pada uang beredar maka transaksi yang

dilakukan oleh masyarakat akan meningkat. Fenomena tersebut selanjutnya akan

meningkatkan permintaan output oleh masyarakat. Ketidakmampuan produsen

dalam memenuhi permintaan output tersebut memicu timbulnya inflasi. Pendapat

yang sama dikemukakan oleh Milton Friedman dalam teori kuantitas modern.

Menurut Friedman perputaran uang 23 dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

Berbagai macam faktor tersebut di antaranya yaitu: tingkat harga umum,

penghasilan dari obligasi dan saham, inflasi, selera, teknologi dantransportasi, serta

perbandingan kesejahteraan antara manusia (Sinaungan, 1995).

Jati (2015) yang mengungkapkan bahwa teknologi sangat berperan dalam

mendorong konsumsi, utamanya pada masyarakat kelas menengah agar lebih

konsumtif. Kehadiran e-money menjadi salah satu cara untuk mendorong

masyarakat agar lebih konsumtif. Sentuhan teknologi dalam konsumsi melalui

adanya e-money memberi warna baru dalam memaknai konsumsi. Tingkat

konsumsi yang mengalami kenaikan secara terus menerus pada akhirnya dapat

menimbulkan kenaikan inflasi.

Berbagai studi mengenai korelasi e-money dan inflasi membuktikan adanya

hubungan positif. Hal itu sesuai dengan pernyataan Priyatama dan Apriansah

(2010) bahwa peningkatan penggunaan e-money di Indonesia mempunyai dampak

terhadap laju inflasi. Studi lain yang dilakukan Kamnar (2014) di berbagai negara

Eropa juga menyatakan bahwa dengan penggunaan e-money, transaksi relatif lebih

murah dan memungkinkan peningkatan jumlah transaksi serta peningkatan

kecepatan uang. Arewa dan Nwakanma (2013) menyatakan bahwa penambahan

40
penawaran uang mengakibatkan peningkatan pada kecepatan perputaran uang di

Nigeria. Peredaran uang dapat mempengaruhi inflasi ketika kecepatan perputaran

uang tinggi. Pernyataan ini juga dikemukakan Priyatama dan Apriansah (2010)

bahwa kecepatan perputaran uang adalah salah satu variabel yang menentukan

inflasi.

C. KERANGKA PIKIR

Kerangka konseptual dibuat dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan

sebelumnya, pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan peneliti sebagai

ladasan berpikir dari penelitian yang dilakukan. Landasan yang dimaksud akan lebih

mengarahkan peneliti untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna

memecahkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.

Berdasarkan penelitian terdahulu, melihat kajian Bank Indonesia dan Badan Pusat

Statistik maka dibuatlah kerangka pikir penelitian sebagai model konseptual mengenai

bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang sudah didefiniskan sebagai

permasalahan penting (Permatasari & Purwohandoko, 2020).

41
PERTUMBUHAN
EKONOMI

KEBIJAKAN
MONETER

BANK INDONESIA

E-MONEY KECEPATAN
JUB PERPINDAHAN
UANAG

INFLASI

Tabel 1. 4 kerangka pikir

D. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan dalam sebuah

penelitian yang kebenarannya harus di uji. Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan

pustakan yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu Diduga bahwa E-

Money berpengaruh positif terhadap inflasi di Indonesia.

42
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian runtun waktu (time series) dengan metode

kuantitatif. Data time series merupakan jenis satu waktu dimensi kumpulan data yang

mengacu pada data yang dikumpulkan. Menurut Aziza (2017) yang mengatakan bahwa

metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih menggunakan

metode penelitian kuantitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah

dan menganalisis data hasil penelitian berupa analisis data berbentuk numeric/angka yang

nantinya akan digambarkan dalam bentuk tabel atau grafik (Basri & Seto, 2018).

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah Data Sekunder dari tahun

2011-2020, yaitu data yang diperoleh melalui buku-buku literatur atau buku bacaan

lainnya seperti tulisan-tulisan ilmiah, teori-teori, data dari statistik pembayaran Bank

Indonesia, Badan Pusat Statistik dan pendapat yang dipergunakan dalam penulisan ini.

B. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk melakukan

penelitian, pada desain penelitian terdapat langkah-langkah yang akan dilakukan dan

untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan. Penelitian ini dimulai dengan

adanya suatu permasalahan atau fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan suatu teori

dan beberapa penelitian terdahulu, sehingga mendapatkan populasi dan sampel penelitian

serta sampai pengolahan laporan penelitian dengan menganalisis hasil yang telah

43
diperoleh sampai dalam penarikan kesimpulan dan saran dari permasalahan atau

fenomena tersebut. Adapun desain penelitian sebagai berikut:

Permasalahan Penelitian

Rumusan Masalah

Penelitian Sebelumnya Landasan Teori

Hipotesis

Pengumpulan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 1. 5Desain Penelitian


Gambar 1.3 Desain Penelitian

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang

dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap

hidup, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah volume

transaksi e-money, jumlah uang beredar, perputaran uang (velositas), dan inflasi. Populasi

44
diambil secara purposive, yaitu peneliti menentukan pengambilan populasi dengan cara

menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Sampel merupakan suatu prosedur dimana hanya sebagian populasi saja yang

diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu

populasi. Sampel dari penelitian ini adalah volume transaksi Alat Pembayaran

Menggunakan e-money pada tahun 2011-2020, Tingkat Jumlah uang beredar tahun 2011-

2020, tingka percepatan perputaran uang tahun 2011-2020, dan tingkat inflasi di

Indonesia pada tahun 2011-2020.

D. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL

Definisi operasional merupakan aspek penelitian yang digunakan peneliti dalam

mengukur variabel untuk mendapatkan informasi tentang penelitian yang dilakukan.

Adapun Batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Inflasi (Y) tingkat inflasi yang ada di Indonesia pada tahun 2011 -2020 yang

dihitung menggunakan satuan persen (%).

2. Uang Elektonik/E-Money (X1) adalah keseluruhan volume transaksi uang

elektronik yang digunakan masyarakat dan tercatat di Bank Indonesia pada tahun

2011-2020 yang dihitung menggunakan satuan rupiah (Rp).

3. Perputaran uang (X2) adalah keseluruhan Jumlah berapa kali uang dalam

perekonomian berpindah tangan pada tahun 2011-2020 yang di hitung

menggunakan satuan perputaran

4. Jumlah uang beredar (X3) adalah kesuluruhan jumlah uang beredar di masyarakat

pada tahun 2011-2020 yang dihitung menggunakan satuan rupiah

(Rp)

45
E. METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dan menggunakan sumber data

sekunder, untuk mengumpulkan data tersebut menggunakan beberapa metode penelitian

pengumpulan data, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research), penelitian yang

dilakukan dengan cara mencari referensi yang berupa buku atau jurnal, surat kabar, teori-

teori lain yang ada hubugannya dengan masalah yang di bahas, serta mengumpulkan data

yang telah di dokumentasikan oleh, instansi pemerintah atau swasta yang relevan dengan

penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang berupa data

sekunder yang diakses melalui www.bi.go.id dan www.bps.co.id. Seperti yang

dikemukakan oleh Moeleong studi dokumentasi termasuk kedalam jenis data sekunder

yang terdiri atas dokumen yang dibutuhkan untuk menunjang data penelitian.

F. METODE ANALISIS DATA

Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh

Alat Pembayaran Menggunakan uang elektrnoik (e-money), jumlah uang beredar (JUB),

peputaran uang (velositas) terhadap tingkat inflasi dengan menggunakan uji regresi linear

berganda dengan metode Error Correction Model (ECM). Data time series yang

digunakan dalam ekonometrika seringkali tidak stasioner. Data time series yang tidak

stasioner merupakan salah satu penyebab hasil pendugaan pada model regresi meragukan

atau disebut dengan regresi lancung. Dalam ekonometrika terdapat metode untuk

mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan Error Correction Model (ECM).

46
Pengujian ECM dapat dilakukan apabila data yang digunakan tidak stasioner pada level

dan terdapat hubungan jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi. Suatu

variabel dapat dinyatakan terkointegrasi apabila stasioner pada ordo atau tingkatan yang

sama. Adapun tahapan dalam penelitian ini meliputi:

1. Uji Stasioneritas

Data time series dikatakan stasioner jika rata-rata, varian dan kovarian pada setiap

lag adalah tetap sama pada setiap waktu. Terdapat 41 beberapa metode dalam uji

stasionaritas. Berkembangnya metode dalam uji stasionaritas ini seiring dengan

perhatian ahli ekonometrika terhadap penggunaan data time series. Metode yang

banyak digunakan oleh ahli ekonometrika untuk menguji masalah stasioner data

adalah dengan menggunakan uji akar unit atau unit root test (Widarjono, 2013).

Beberapa uji akar unit (unit root test) meliputi uji Augmented Dickey Fuller (ADF)

atau uji Philip Peron (PP). Dalam penelitian ini hanya menggunakan uji Augmented

Dickey Fuller (ADF). Uji akar unit ini pertama kali dikembangkan oleh Dickey Fuller.

Hasil dari uji ADF sangat dipengaruhi oleh kelambanan, maka dari itu panjangnya

kelambanan uji akar unit ADF bisa dilakukan melalui kriteria dari Akaike Information

Criterion (AIC) maupun Schwartz Information Criterion (SIC) atau kriteria yang lain.

Langkah-langkah yang digunakan untuk melihat apakah data stasioner atau tidak

yaitu dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritis ADF.

Apabila nilai ADF lebih besar dari nilai kritisnya maka data tersebut stasioner dan

jika nilai ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tersebut tidak stasioner. Data

yang tidak stasioner tersebut dapat dijadikan data stasioner dengan cara uji

47
stasioneritas pada tingkat deferensi data atau uji derajat integrasi. Uji ini dilakukan

untuk mengetahui pada derajat integrasi berapakah data tersebut stasioner.

2. Uji Kointegrasi

Uji Kointegrasi dilakukan untuk mengindikasikan kemungkinan adanya

hubungan jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi yang digunakan

dalam penelitian. Suatu data dapat dikatakan memiliki hubungan jangka panjang

apabila data tersebut terkointegrasi pada tingkat yang sama. Apabila variabel

menunjukkan adanya kointegrasi maka terjadi hubungan dalam jangka waktu

yang panjang. Sebaliknya jika pada variabel tidak menunjukkan adanya

kointegrasi maka tidak adanya keterkaitan hubungan jangka panjang. Salah satu

uji yang digunakan untuk menentukan kointegrasi sejumlah variabel yaitu uji

yang dikembangkan oleh Johansen. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji

likelihood ratio (LR). Apabila nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka

terdapat kointegrasi sejumlah variabel.Sebaliknya apabila nilai hitung LR lebih

kecil dari nilai kritisnya maka tidak terdapat kointegrasi.Johansen juga

menyediakan uji statitik LR alternatif yang dikenal dengan maximum eigenvalue

statistic. Apabila nilai trace statistic > nilai kritisnya (pada α= 1%, 5%, 10%) maka

terdapat kointegrasi antar variabel. Sebaliknya apabila trace statistic < nilai

kritisnya (pada α= 1%, 5%, 10% ) maka tidak terdapat kointegrasi antar variabel

(Widarjono, 2013)

3. Error Correction Model (ECM)

Data time series seringkali tidak stasioner sehingga menyebabkan hasil regresi

meragukan atau dikenal dengan regresi lancung. Regresi 43 lancung adalah situasi

48
dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara model

tidak saling berhubungan. Error Corection Model (ECM) merupakan model yang

tepat bagi data time series yang tidak stasioner tersebut. Data yang tidak stasioner

seringkali menunjukkan hubungan ketidakseimbangan dalam jangka pendek,

tetapi ada kecenderungan terjadinya hubungan keseimbangan dalam jangka

panjang (Widarjono, 2013).

Adapun model analisis ekonometrikanya sebagai berikut:

INF = 𝛽0 + 𝛽1 𝐸𝑀𝑌 + 𝛽2 𝑃𝑈 + 𝛽3 𝐽𝑈𝐵 + 𝑒𝑡 ………….……..

Keterangan :

INF = Inflasi

𝛽0 = Konstanta/Intercept

𝛽1 , 𝛽2 , 𝛽3 = Koefisien Regresi Variabel Bebas/konstanta

𝐸𝑀𝑌 = Nominal dan Volume Transaksi E-Money (Juta Rupiah)

𝑃𝑈 = Perputaran Uang /Velocity of Money

𝐽𝑈𝐵 = Jumlah Uang Beredar/money supply (Juta Rupiah)

t = Periode Waktu

e = Standar Error/Disturbance Error

Sedangkan estimasi jangka pendek Inflasi dengan menggunakan pendekatan

ECM Engle-Granger dalam penelitian ini sebagai berikut

∆INF = 𝛽0 + 𝛽1 ∆𝐸𝑀𝑌 + 𝛽2 ∆𝑃𝑈 + 𝛽3 ∆𝐽𝑈𝐵 + 𝛽4 𝐸𝐶𝑇 + 𝑢

Keterangan :

INF = Inflasi

49
𝛽0 = Konstanta/Intercept

𝛽1 , 𝛽2 , 𝛽3, 𝛽4 = Koefisien Regresi Variabel Bebas/konstanta

∆ 𝐸𝑀𝑌 = Perubahan Nominal dan Volume Transaksi E-Money (Rupiah)

∆ 𝑃𝑈 = Perubahan Perputaran Uang /Velocity of Money

∆ 𝐽𝑈𝐵 = Perubahan Jumlah Uang Beredar/money supply (Rupiah)

u = Standar Error/Disturbance Error

∆ (Delta) = Difference

ECT = Error Correction Term

Error Correction Term (ECT) merupakan bagian pengujian analisa dinamis dari

ECM. Nilai ECT dapat diperoleh dari hasil penjumlahan antara variabel independen

tahun sebelumnya dikurangi dengan variabel dependen tahun sebelumnya.Ini

dilakukan untuk melihat pengaruh dari model tersebut baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang. Hasil dari probabalitas ECT akan menentukan apakah

model dapat dianalisadalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apabila ECT

positif dan signifikan maka spesifikasi model yang digunakan dapat dikatakan sahih

atau valid serta dapat menjelaskan variabel dependen.

4. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model

regresi antara variabel dependen dan independen maupun keduanya

48mempunyai distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi dikatakan

baik apabila distribusi datanya yaitu normal atau mendekati normal.

50
Keputusan untuk megetahui normal atau tidak suatu model regresi antara

lain:

1. Apabila nilai probabilitas chi-squares > nilai derajat kepercayaan

tertentu (α) maka menerima H0. Artinya model tersebut berdistribusi

normal.

2. Apabila nilai probabilitas chi-squares < nilai derajat kepercayaan

tertentu (α) maka menolak H0. Artinya model tersebut tidak

berdistribusi normal.

b) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat adanya korelasi antara

kesalahan pengganggu (residual) pada periode sekarang (t) dengan periode

sebelumnya (t (-1)). Adanya autokorelasi dapat dilihat dengan menngunakan

uji Durbin-Watson (DW), dengan melihat kriteria hasil ; (a) jika nilai DW

antara du dan (4-du) maka tidak terdapat autokorelasi ; (b) jika DW > (4-dl)

maka terdapat autokorelasi negatif ; (c) jika DW < dl maka terdapat

autokorelasi positif ; (d) jika DW antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya

tidak dapat disimpulkan.

c) Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah model regresi

mengandung unsur ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

51
pengamatan lainnya. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas atau tidak

pada model ada beberapa metode yang biasa digunakan uji Glejser.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode Glejser yaitu dengan

melihat probabilitas dari variabel independen. Jika nilai probabilitas variabel

lebih dari alpha (α) 5 % maka regresi tersebut tidak mengandung masalah

heterokedastisitas.

5. Uji Hipotesis

a) Uji Statistik R^2(Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi R^2 menjelaskan mengenai seberapa baik garis

regresi menjelaskan datanya. Nilai R^2 digunakan untuk melihat dan

menjelaskan seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen secara

simultan terhdap variabel dependen.

Nilai R^2 terletak pada angka 0 dan 1, semakin besar nilai R^2 semakin

banyak variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen

maka akan semakin besar nilai R^2. Jika R^2 = 0, maka tidak ada variasi

dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independent,

jika R^2 mendekati -1 atau 1 maka terdapat hubungan keeratan antara

variabel independen dengan varabel dependen. Sebaliknya jika R^2

mendekati 0 maka tidak ada keeratan anatara kedua variabel atau memiliki

hubungan yang lemah.

b) Uji Statistik t

Uji statistik t adalah uji statistik yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara

52
parsial. Uji t dilakukan dengan cara melakukan pengujian signifikan

koefisien setiap variabel independen. Pengujian dilakukan dengan melihat

perbandingan antara nilai t hitung dengan nilai t tabel pada taraf signifikan

sebesar 5% atau dengan cara membandingkan hasil probabilitas angkanya.

Adapun kriteria pengujian uji t hitung adalah:

1. Jika t hitung > t tabel maka H_0 ditolak dan menerima H_1. Maka dari

itu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Jika t hitung < t tabel maka H_0 gagal ditolak. Maka dari itu variabel

independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen.

c) Uji F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

secara simultan terhadap variabel dependen. Cara pengujiannya dengan cara

melihat F hitung > F tabel maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima maka variabel

independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika F

hitung < F tabel yang artinya gagal menolak 𝐻0 yang artinya variabel

independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

53
DAFTAR PUSTAKA

CHRISTIANI, M. (2020). ANALISIS PENGARUH E-MONEY, NILAI TUKAR DAN

SUKU BUNGA ACUAN TERHADAP INFLASI DI INDONESIA (Doctoral

dissertation, Universitas Hasanuddin).

Zunaitin, E. (2017). Pengaruh E-money terhadap Inflasi di Indonesia. Jurnal

Ekuilibrium, 1(1), 18-23.

Sutawijaya, A. (2012). Pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap inflasi di

Indonesia. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 8(2), 85-101.

Rahmatika, U., & Fajar, M. A. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Penggunaan Electronic Money: Integrasi Model Tam–Tpb Dengan Perceived

Risk. Nominal: Barometer Riset Akuntansi Dan Manajemen, 8(2), 274-284.

Salim, A., Fadilla, F., & Purnamasari, A. (2021). Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia. Ekonomica Sharia: Jurnal Pemikiran dan Pengembangan

Ekonomi Syariah, 7(1), 17-28.

Naomi, P. ANALISIS PENGARUH E-MONEY TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI INDONESIA. Yanti Suhendar.

Muna, L. N. A. (2020). Pengaruh e-money terhadap jumlah uang beredar dan velocity of

money dengan inflasi sebagai variabel moderasi (Doctoral dissertation,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Darmawan, D. (2020). ANALISIS PENGARUHE-MONEY, NILAI TUKAR, DAN

SUKU BUNGA TERHADAP INFLASI INDONESIA TAHUN 2014-

2019. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 9(1).

54
Wijaya, A. P. (2021, December). PENGARUH PENGGUNAAN UANG

ELEKTRONIK, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN INFLASI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. In Prosiding Seminar Nasional &

Call for Paper STIE AAS (pp. 206-212).

PUTRI, D. T., Djambak, S., & Yusuf, M. K. (2014). HUBUNGAN ANTARA E-

MONEY (APMK) DENGAN INFLASI DI INDONESIA TAHUN 2007-2013

(Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

Rahmayuni, S. (2019). Pengaruh E-Money dan E-Commerce Terhadap Tingkat

Inflasi. Sebatik, 23(1), 148-152.

Permatasari, K. (2020). Pengaruh Pembayaran Non Tunai Terhadap Variabel

Makroekonomi di Indonesia Tahun 2010-2017. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM),

8(1).

Usman, R. (2017). Karakteristik uang elektronik dalam sistem pembayaran. Yuridika,

32(1), 134-166.

Badan Pusat Statistik. (2020). Olah Data JUB Di Indonesia.

Faridah, R. (2017). Perkembangan Uang Elektronik pada Perdagangan di Indonesia. In

Perkembangan Uang Elektronik Pada Perdagangan Di Indonesia (Vol. 6, pp. 59).

Boediono. (2005). Ekonomi Moneter. Jakarta: BPFE.

Gladys Lukresia Abraham, R. J. (2018). Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita dan

Dana Pihak Ketiga Perbankan terhadap Nilai Transaksi Uang Elektronik (E-

Money) di Indonesia tahun 2010.I-2017.IV. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 1.

55
Anugrah, N. S. (2017). Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) di Indonesia.

Ekonomi , 10.

Fatmawati, M. N. R., & Yuliana, I. (2019). Pengaruh Transaksi Non Tunai Terhadap

Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Tahun 2015- 2018 Dengan Inflasi Sebagai

Variabel Moderasi. Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan Dan

Akuntansi, 11(2), 269–283. https://doi.org/10.35313/ekspansi.v11i2.1608.

Lukmanulhakim M., Djambak S., & Yusuf K. (2016). Pengaruh transaksi non tunai

terhadap velositas uang di Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 14 (1), 41-

46. Retrieved from https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jep/index.

Sarmiani (2016) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar Di

Indonesia. Skripsi. Retrieved From http://repository.utu.ac.id/786/1/I-V.pdf.

Dewanto, B. S. Pengaruh Uang Elektronik dan Uang Kartal terhadap Kecepatan

Perputaran Uang (Velocity of Money) di Indonesia Sebelum dan Selama Masa

Pandemi Covid-19 (Bachelor's thesis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis uin jakarta).

Susantun, I., & Si, M. (2021). Analisis Dampak Instrumen Pembayaran Non–Tunai (E-

Money) Dan Variabel Makro Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Pada

Tahun 2011-2018.

56

Anda mungkin juga menyukai