Disusun Oleh:
Putri Aprilia 2200010174
BAB II
TEORI
Teori inflasi merupakan kenaikan harga barang dimana terjadi ketika permintaan lebih
tinggi daripada pasokan. Hal ini terjadi karena para produsen dan penjual ingin memiliki
keuntungan yang lebih tinggi. Selain itu inflasi juga dapat terjadi karena penurunan nilai mata
uang pada saat biaya produksi meningkat. Contohnya seperti pada saat menjelang ramadhan
hingga lebaran umumnya harga bahan baku terjadi pelonjakan dikarenakan komsumsi
masyarakat yang berlebih sehingga pihak produsen dan penjual menaikkan harga agar memiliki
keuntungan yang lebih tinggi.
Inflasi memerlukan penanganan khusus karena inflasi berdampak pada stabilisasi
ekonomi dan social negara. Pemerintah dan para ahli ekonomi mengatasi dengan cara
mengendalikan uang yang beredar, mengendalikan permintaan yang melonjak dibandingkan
dengan pasokan, mengurangi impor, dan mengatur harga barang dengan memberikan kebijakan
yang tepat. Akan tetapi semua kebijakan yang diambil juga harus diperhatikan karena jika tidak
sesuai akan memperburuk keadaan ekonomi.
Inflasi memliki 3 teori yaitu, Teori kuantitas, Teori Keynes, dan Teori Strukturalis. Teori
kuantitas didefinisikan sebagai penambahan jumlah volume jumlah uang yang beredar baik
dalam bentul kartas maupun giral. Contohnya masyarakat yang mulai sadar terjadi inflasi maka
penambahan jumlah uang yang beredar cenderung untuk membeli perbelajaan yang banyak dan
enggan menabung. Teori Keynes yaitu keinginan masyarakat untuk hidup diatas kemampuan
sehingga menyebabkan permintaan barang melebihi jumlah pasaran. Teori strukturalis
merupakan teori inflasi jangka panjang yang menyebabkan asal mula inflasi terjadi.
BAB III
BAGIAN DATA
Teori Keynes yang memiliki keinginan untuk hidup diluar batas kemampuan
ekonominya. Proses inflasi merupakan proses perebutan bagian output diantara kelompok-
kelompok masyarakat yang menginginkan bagian lebih besar dariapada yang disediakan
tersebut. Proses perebutan ini diwujudkan sebagai permintaan masyarakat akan barang selalu
melebihi jumlah barang atau disebut inflationary gap. Inflationary gap diibaratkan dengan
masyarakat sudah memperoleh permintaan yang efektif, sehingga apabila permintaan efektif
melebihi jumlah output maka harga akan naik. Inflasi akan berhenti jika masyarakat tidak lagi
memperoleh dana untuk membiayai rencana pembelian mereka pada harga yang berlaku, proses
nya dijelaskan pada gambar berikut,
Gambar 4 menunjukkan dimana inflationary gap tetap timbul. Dalam artian bahwa semua
masyarakat tetap memperoleh dana yang cukup. Kurva pemintaan efektif bergeser dari D1 ke
D2. Inflationary gap sebesar Q1Q2 timbul dan harga naik dari P1 ke P2. Kenaikan harga ini
mengakibatkan rencana pembelian masyarakat tidak terpenuhi. (Sutawijaya, 2012)
BAB IV
BAGIAN ANALISIS
Perkembangan Indeks Harga Konsumen Provinsi Sumatera Selatan, April 2023
Pada grafik diatas Provinsi Sumatera Selatan mengalami inflasi mulai dari April 2022
hingga April 2023. Inflasi menurut kelompok pengeluaran tahun ke tahun, seperti kesehatan,
transportasi, informasi, komunikasi dan jasa keuangan, pendidikan, penyediaan makanan atau
restoran, perawatan pribadi, makanan, minuman, perumahan, air, listrik, bahan bakar rumah
tangga, pakaian dan alas kaki.
Pada bulan April ke Mei naik sebesar 0,84%, Mei ke Juni sebesar 0,95%, Juni ke Juli
sebesar 0,87%, Juli ke Agustus turun sebesar 0,82%, dari Agustus ke September naik sebesar
1,26%, dari September ke Oktober turun sebesar 0,19%, dari Oktober ke November turun 0,64%,
dari November ke Desember naik kembali 0,07%, dari Desember ke Januari turun 0,6%, dari
Januari ke Februari naik 0,09%, dari Februari ke Maret turun 0,51, dan Maret ke April turun
kembali 0,65%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada bulan April mengalami inflasi sebesar
0,33%, pada Januari-April mengalami inflasi sebesar 0,97%, dan pada April 2022-2023 yaitu
menglami inflasi sebesar 4,27%.
Indeks Harga Konsumen(IHK) digunakan untuk mengitung rata rata perubahan harga
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh pelaku rumah tangga dalam waktu kurun tertentu. IHK
dapat digunakan untuk menghitung laju inflasi. Inflasi dapat berpengaruh pada penghasilan,
karena jika berpendapatan tetap dan harga barang naik maka pelaku rumah tangga mengalami
kerugian. Dengan begitu para pelaku rumah tangga dapat melakukan penghematan anggaran,
mereka dapat membeli produk dalam negeri, bijak mengelola pengeluaran, menabung emas atau
ivestasi.
Inflasi tidak selalu negative, inflasi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Jika menglami inflasi ringan maka dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut
dapat memberikan para pelaku usaha untuk meningkatkan produksinya, pengusaha dapat
memperluas produksinya, karena dengan kenaikan harga pengusaha dapat memiliki banyak
keuntungan. Dampak lainnya yaitu dapat memperluas pekerjaan. (Simanungkalit, 2020)
BAB V
KESIMPULAN
Inflasi tidak dapat dihilangkan secara tuntas, akan tetapi inflasi dapat dikurangi dan
dikendalikan agar tetap stabil. Inflasi tidak sepenuhnya gagal karena kebijakan moneter yang
dikeluarkan oleh pemerintah, hal tersebut disebabkan oleh banyaknya masalah hambatan
hambatan structural, maka pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pada pembangunan
ekonomi pada sektor rill. Faktor yang mempengaruhi penawaran agregat juga memerlukan
pengangan khusus karena dapat mrnurunkan tingkat inflasi serendah mungkin.
Inflasi sangat berpengaruh pada masyarakat kecil, karena jika barang yang dianggapnya
penting terus menerus mengalami kenaikan maka akan menyebabkan masyarakat semakin
msikin. Akan tetapi untung bagi para pelaku usaha, karena barang dan jasanya akan mengalami
peningkatn konsumsi dan tentunya akan memiliki keuntungan yang lebih banyak. (Atmadja,
1999)
Inflasi terjadi akibat adnya deficit dalam pendapatan negara dan belanja negara. Inflasi
dapat ditekankan pada tingkat suku bunga, karena ketika suku bunga tinggi maka masyarakat
berpotensi untuk menyimpan uangnya dibank. Ketika suku bunga turun maka masyarakat
cenderung lebiih banyak melakukan pinjaman daripada menabung. (Rotinsulu, 2016)
Peningkatan jumlah uang yang beredar seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan rill dengan
sasaran inflasi dari Bank Indonesia.
Daftar Pustaka
Atmadja, A. S. (1999). Inflasi Di Indonseia : Sumber-Sumber Penyebab Dan Pengendaliannya.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 54-67.
Rotinsulu, T. O. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia Periode 2000-
2014. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 706-717.
Santosa, A. B. (2017). ANALISIS INFLASI DI INDONESIA. Seminar Nasional Multi Disiplin
Ilmu, 445-452.
Simanungkalit, E. F. (2020). Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Jurnal Of Manajemen , 327-340.
Sutawijaya, A. (2012). PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP INFLASI
DI INDONESIA. JURNAL ORGANISASI DAN MANAJEMEN, 85-101.