Anda di halaman 1dari 14

REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN JOKOWI-MA’RUF AMIN

DALAM MENGHADAP STAGNASI EKONOMI INDONESIA

Dosen Pengampu : kacung marijan (benerin gelarnya)

Disusun oleh:
Yolanda Aprillia Pradhita (071711333013)
Aldi Dzuhriansyah (071711333074)
M.Syahrul Fath Abdillah S. (071711333083)
Ubaidillah Chamid (071711333013)
Elni Ramalianty Nainggolan (071711333013)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI S1 ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
DAFTAR ISI

BAB I: LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1

BAB II: LANDASAN TEORI........................................................................................ X

BAB III: ANALISA PERMASALAHAN ..................................................................... X

BAB IV: REKOMENDASI KEBIJAKAN ................................................................... X

BAB V: PENUTUP ......................................................................................................... X

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

ii
BAB I
LATAR BELAKANG

Dalam lima tahun terkahir, masa pemerintahan Jokowi mangangkat Nawacita


sebagai gagasan dalam menjalankan pemerintahannya. Yang mana ada dua poin
Nawacita yang menarik. Yang pertama mengenai peningkatan produktivitas rakyat dan
daya saing Indonesia di pasar internasional. Kedua, mengenai kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor perekonomian domestik. Jokowi bersama Jusuf Kalla
pada waktu itu memiliki semangat dan optimisme tinggi dalam pembangunan rakyat,
infrastruktur, dan ekonomi. Bahkan, pada awal menjabat, Jokowi dan Jusuf Kalla
menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 5 tahun kedepan akan menyentuh
angka 7-8 persen. Namun pada kenyataannya hingga akhir masa periode Jokowi-JK,
angka pertumbuhan ekonomi tidak pernah menyentuh angka 6 persen.

Tercatat pencapaian pertumbuhan ekonomi tertinggi pada periode lalu Jokowi


adalah pada tahun 2018, yakni hanya pada angka 5,27 persen. Angka tersebut jauh dari
keinginan Jokowi-JK untuk menyentuh angka 7-8 persen. Fakta demikian ini cukup
berat untuk diterima, karena bahkan pada masa Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia
pernah menyentuh angka 6,5 persen pada tahun 2011. Padahal, Indonesia pada masa
pemerintahan SBY menghadapi masalah krisis Bank Century. Maka, seharusnya
dibawah pemerintahan Jokowi periode 2014-2019 angka pertumbuhan ekonomi
Indonesia sangat bisa untuk naik lebih dari hanya 5,27 persen saja. Namun sayangnya,
Centre of Reform of Economics (CORE) pun sudah mengamini bahwa di akhir 2019
ini pun angka pertumbuhan ekonomi Indonesia maksimal berada di angka 5,1 persen
saja. Selama lima tahun terakhir ini angka pertumbuhan ekonomi Indoensia
mengalamai stagnansi, yang mana Indonesia berkutat pada angka 5 persen dan tidak
melangkah jauh.

Kini, Jokowi masih memegang pemerintahan Indonesia. Bukan lagi Nawacita


dan target 7-8 persen pertumbuhan ekonomi yang dibawa. Semangat yang digagas jauh
lebih dari itu, yakni menuju Indonesia maju. Dengan adanya gagasan menuju Indonesia
maju, tentu pertumbuhan ekonomi kita harus lebih dikuatkan lagi. Akan berat tentunya
Indonesia menduduki kursi sebagai negara maju apabila pertumbuhan ekonominya
stagnan diangka yang tidak strategis. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 turun

1
cukup jauh dari target pada pemerintah Jokowi sebelumnya. Sesuai dengan RPJMN
2020-2024, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen hingga 6 persen. Tingkat
pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh bagi kemajuan negara pula. Negara maju
atau berkembang ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya pendapatan perkapita,
jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran, angka kematian dan angka
melahirkan. Pertumbuhan ekonomi sendiri menjadi nyawa dalam kemajuan negara.
Apabila pertumbuhan ekonomi tinggi, artinya pengadaan lapangan kerja dan
pemanfaatan sumber daya alam pula tinggi. Dengan itu semakin mendekatkan
Indonesia menuju negara maju.

Direktur Eksekutif CORE, Faisal mengatakan bahwa ia sangat menyayangkan


adanya penurunan target pertumbuhan ekonomi. Padahal Indonesia sebenarnya sudah
memiliki potensi. Tinggal bagaimana road map nya dibangun dengan jelas saja.
Indonesia sebagai negara dengan kekayaan alamnya yang banyak, seharusnya bisa
mencapai angka pertumbuhan ekonomi lebih dari ini. Angka pertumbuhan ekonomi ini
pula sangat penting untuk terus bergerak dinamis ke arah yang lebih baik dan strategis.
Mengingat angan pemerintah yang tinggi untuk membawa Indonesia menjadi negara
maju, tentunya penurunan target pertumbuhan ekonomi bukan masalah. Bahkan dengan
target angka 5,4 persen hingga 6 persen saja itu dirasa sama statisnya dengan periode
sebelumnya, yang artinya kita jalan di tempat. Permasalahan stagnasi angka
pertumbuhan ekonomi ini sangat perlu ditemukan solusi dan formulasi yang tepat untuk
keluar dari masalah ini. Jika tidak, Indonesia bisa jauh tertinggal dari negara-negara
lain, bahkan negara tetangga. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan
kapasitas produksi dalam perekonomian dan berpengaruh pada kenaikan pendapatan
nasional. Pertumbuhan ekonomi juga sebagai bentuk indikasi keberhasilan pada
pembangunan ekonomi dalam masyarakat. Dengan begitu pentingnya angka
petumbuhan ekonomi ini Indonesia harus bisa mencapai angka yang strategis utamanya
dalam menyongsong bonus demografi yang akan datang.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

Artikel ini akan dilakukan pendekatan melalui teori serta memberikan data terkait untuk
membahas permasalahan yang diangkat. Pertumbuhan ekonomi rendah atau stagnan
yang kami tulis menggunakan pendekatan ekonomi politik keynesian. Penjabaran teori
akan dilihat melalui teori teori pendukung seperti teori pertumbuhan ekonomi, teori
stagnansi, data statistik dan sejumlah informasi dari berbagai macam jurnal penelitian.
Beikut kajian teoritis yang telah dilakukan.

A. Teori Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi memiliki beberapa teori yang diantaranya: \
1. Teori Tabungan Nasional – Rostow dan Harrod Donar
Teori tabungan nasional mengandaikan pertumbuhan ekonomi akan melaju
cepat dengan tingginya PDB akan memacu modal negara sehingga akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tabungan dan modal
akan sangat berpengaruh pada sumber pendapatan negara. Sektor ekonomi
dengan menjadi investor akan menambah pundi pundi pendapatan,
kemudian dengan capital stock akan mudah melakukan pembangunan
sehingga akan memacu pendapatan masyarakat untuk menumbuhkan
ekonomi.
2. Teori Transformasi Struktural – W. Arthur Lewis
Indonesia yang semula berfokus pada sektor pertanian dan fokus pada
penyerapan sumber daya alam dalam menumbuhkan ekonominya
ditransformasikan ketika menggunakan teori ini. Teori ini melihat bahwa
pertumbuhan akan terjadi apabila ada perubahan pada strruktur ekonominya,
yang semula struktur terfokus pada agraria tapi dapat berubah menjadi fokus
pada sektor manufaktur dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi akan terjadi dilihat dari kesemapatan kerja yang
diberikan kepada masyarakat. Output yang diberikan oleh sektor pertanian
akan membuka lapangan kerja yang sedikit dan tertuju pada keahlian
pertanian saja. Sektor manufaktur dibuka untuk menambahka angka
lapangan pekerjaan. Keahlian yang dibuka dapat dijangkau oleh masyarakat.
3. Teori Pembangunan Ekonomi – Keynesian

3
Keynesian dalam membahas pertumbuhan ekonomi melihat langsung
terhadap pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi itu diwujudkan
dalam pembahasan dasar atau fundamental mengenai kesempatan kerja,
uang, dan bunga. Ketiga hal tersebut yang sering ditandingkan oleh teori
klasik dan memiliki perbedaan yang sebenarnya memiliki dasar yang sama.
Teori ekonomi keynesian ini juga akan membahas mengenai kapitalis dan
adanya stagnansi.
Kesempatan Kerja
Keynes mengatakan bahwa manusia disebut menganggur secara nonsukarela
jika kenaikan harga-harga relatif terhadap tingkat upah mengarah pada
kesempatan kerja yang lebih besar. Keynes mengklaim bahwa
pengangguran nonsukarela dapat saja terjadi, bahkan dalam kondisi
ekuilibrium. Dengan klaim itu ia mengkritik karyanya sendiri, T r e a t i s e
o n M o n e y . Namun, ia berdalih, "Waktu ini saya belum memahami
bahwa dalam kondisi-kondisi tertentu sistem perekonomian dapat berada
dalam ekuilibrium dengan tingkat kesempatan kerja yang kurang dari
penuh". Sementara itu, ekuilibrium sendiri didefinisikan sebagai situasi di
mana perubahan nilai, teknologi, dan sumber daya tidak lagi terjadi; di mana
semua tindakan telah menyesuaikan diri sepenuhnya hingga ke konstelasi
data yang final; dan di mana semua faktor produksi, termasuk tenaga kerja,
telah dipakai semaksimal mungkin (mengingat data sudah tidak berubah
lagi) dan dipekerjakan berulang kali tanpa akhir dalam pola produksi
konstan yang sama.
Uang
Uang didefinisikan sebagai penghubung subtil antara masa kini dan masa
depan, permintaan terhadap uang (dalam suplai tertentu), yang disebut oleh
Keynes, sejalan dengan kecenderungannya secara umum untuk
menginterpretasikan secara keliru kategori logis/praksiologis sebagai
kategori prsikologis, istilah "preferensi likuiditas" atau "hasrat untuk
menimbun". Permintaan terhadap uang menentukan proporsi ekuilibrium
pengeluaran/uang kontan. Proporsi investasi terhadap konsumsi, lanjut
Keynes, sama sekali berbeda dan tidak berhubungan satu sama lain. Dia
semata-mata ditentukan oleh preferensi waktu. Keynes mengklaim bahwa
kenaikan suplai uang, c e t e r i s p a r i b u s , dapat berefek positif terhadap
4
kesempatan kerja. Ia menulis, "Sejauh adanya pengangguran, kesempatan
kerja akan berubah dalam proporsi yang sama dengan kuantitas uang.
Bunga
Keynes sepenuhnya menanggalkan pemikian rasional dan akal sehat.
Menurut Keynes, karena uang berdampak secara sistematik terhadap
kesempatan kerja, penghasilan dan bunga, maka bunga itu sendiri—secara
konsisten—harus dilihat sebagai fenomena moneter murni. Lebih jauh,
Keynes, ketika berbicara tentang “hubungan fungsional” dan “sifat saling-
menentukan” dari variabelvariabel alih-alih hubungan yang kausal dan
unidireksional, menjadi bercampur-aduk dalam kontradiksi-kontradiksi
sehubungan dengan teorinya tentang bunga. Keynes berpikiran bahwa
preferensi-likuiditas (dan suplai uang) itu menentukan tingkat bunga,
sehingga peningkatan permintaan terhadap uang, misalnya, akan menaikkan
tingkat bunga (dan peningkatan suplai uang akan menurunkannya) dan
bahwa hal ini lalu akan menurunkan investasi, "sementara itu penurunan
tingkat bunga diduga, ceteris paribus, akan meningkatkan volume investasi.
Semenjak bunga oleh Keynes dijadikan fenomena moneter murni, maka
alamiahlah mengasumsikan bahwa bunga dapat dimanipulasi sesuka hati
melalui kebijakan moneter (tentunya ini bagi orang yang tidak
mempermasalahkan kebijakan demikian dengan keberadaan 100%
komoditas cadangan standar uang, seperti standar emas). Keynes menulis,
"Tidak ada hal yang istimewa dalam tingkat bunga yang tengah berlaku
(pre-existing)”.

5
BAB III
ANALISA PERMASALAHAN

Ekonomi adalah suatau aspek yang sudah mendarah daging bagi keidupan
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, ekonomi selalu hadir dan bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Hal ini menandakan bahwa betapa penting ekonomi itu
sendiri, juga pertumbuhan ekonomi. Dengan realita zaman yang terus berkembang,
kebutuhan manusia yang juga semakin kompleks, perekonomian juga turut berubah-
ubah. Yang menjadi suatu tantangan adalah bahwa bagaimanapun perubahan kondisi
zaman yang ada, perekonomian harus mampu untuk tetap tumbuh semakin baik.
Pertumbuhan ekonomi menjadi hal yang patut untuk diperhatikan, untuk menjaga
kehidupan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak selalu dalam angka yang memuaskan,
yang mana selalu meningkat setiap tahunnya. Melainkan justru hampir setiap negara
pernah mengalami melambatnya pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia sendiri saat ini
sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam 5 tahun terakhir ini,
pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu berkutat di angka 5% (Katadata.co.id). Angka
pertumbuhan ekonomi Indonesia terburuk berada di angka 4,67% pada kuartal kedua
tahun 2015. Sedangkan untuk angka pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun
2018 kuartal kedua, dengan angka sebesar 5,27%. Padahal, di satu sisi para ahli
ekonomi makro memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu untuk
melaju lebih tinggi lagi dari angka tersebut. Dilansir dari media daring Kumparan.com,
disebutkan bahwa Dody Budi Waluyo yang merupakan Deputi Gubernur Bank
Indonesia berpendapat bahwa Indonesia semestinya mampu untuk menyentuh angka
6%.

Kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia yang lambat tersebut tentunya


memiliki dampak. Ketika pertumbuhan perekonomian Indonesia stagnan di angka 5%,
maka Indonesia terancam terjebak dalam middle income trap. Indonesia tidak akan
berkembang lebih maju lagi, sementara negara-negara sekitar, yang satu level dengan
Indonesia, tumbuh semakin baik. Selain itu, dampak dari stagnasi ekonomi Indonesia
ini adalah menurunnya minat investasi di Indonesia. Angka investasi di Indonesia
menurun dari 5,01% menjadi 4,21% (Katadata.co.id). Seperti yang kita ketahui, bahwa
investasi merupakan salah satu cara yang cukup efektif dan berpengaruh dalam

6
kehidupan perekonomian negara. Ketika para investor ini enggan untuk
menggelontorkan uangnya untuk Indonesia, tentunya pembangunan, serta laju
perekonomian Indonesia juga lamban. Wajar ketika investasi di Indonesisa menurun
saat kondisi ekonomi tidak memberikan harapan yang baik.

Fenomena stagnasi ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia selama 5 tahun


terakhir ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan perekonomian Indonesia ini perlu untuk diperhatikan secara khusus guna
memahami sebab akibat dari suatu fenomena. Penyebab stagnannya pertumbuhan
perekonomian Indonesia yang pertama adalah laju pertumbuhan sektor industri
pengulahan atau manufaktur yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut
Badan Pusat Statistik, atau BPS laju pertumbuhan ekonomi sektor manufaktur beraada
di angka 4,27% (Katadata.com). Sementara, menurut Dody Budi Waluyo, laju
pertumbuhan ekonomi sektor manufaktur semestinya bisa mencapai angka 6% sampai
7% (Kumparan.com). Justru sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi
adalah sektor telekomunikasi serta transportasi.

Kemudian, faktor penyebab terjadinya stagnasi ekonomi 5% yang dialami


Indonesia adalah karena daya konsumsi yang rendah. Pertumbuhan ekonomi akan
berjalan dengan lancar ketika transaksi ekonomi atau kondisi pasar berlangsung dengan
baik. Realitas yang terjadi bahwa tingkat konsumsi di Indonesia yang menurun. Terjadi
penundaan untuk berbelanja yang dilakukan oleh masyarakat kelas menengah dan
masyarakat kelas atas. Adanya fenomenan penundaan belanja yang dilakukan oleh
kedua kelas masyarakat itu merupakan akibat dari pemberlakuan kebijakan penarikan
pajak yang cukup agresif dari pemerintah setelah diterapkannya pengampunan pajak.
Upaya penarikan pajak ini dilakukan dengan menaikkannya pajak penghasilan impor
barang-barang mewah. Kenaikkan pajak tersebut tentunya berakibat kepada
meningkatnya harga barang dan membuat masyarakat enggan untuk membeli barang-
barang tersebut. Sementara itu, masyarakat kelas bawah cenderung mengandalkan
bantuan dari pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka. Namun,
meskipun masyarakat kelas bawah ini bergantung kepada bantuan pemerintah, namun
anggara belanja negara realitanya turun di kuartal ketiga tahun ini dan hal tersebut tidak
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

7
BAB IV
REKOMENDASI KEBIJAKAN

Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya dalam pembangunan, tetapi mereka


luput untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. Beberapa tahun terakhir ini
negera Indonesia tertahan atau stagnan pada angka sekitaran 5% saja dalam
pertumbuhan ekonominya. Hal ini tentunya tidak mencerminkan negara yang sedang
berkembang. Hal ini juga menjadi sebuah hal yang harus segera dipenuhi oleh
pemerintah Indonesia, karena kondisi perekonomian suatu daerah akan berakibat
banyak pada kemajuan sebuah negara.

Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan ini tentunya


membutuhkan suatu penanganan yang tepat. Penanganan tersebut terutamanya adalah
dari pemerintah Indonesia karena perekonomian menjadi aspek yang penting bagi
negara. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi stagnasi ekonomi Indonesia
adalah dengan menggunakan pendekatan teori keynesian. Teori keynesian ini
menyoroti peran negara dalam ikut campur dengan persoalan pasar. Negara dalam
keadaan tertentu dianggap perlu untuk mengintervensi pasar agar perekonomian dapat
berjalan dengan sehat kembali.

Salah satu penyebab dari fenomena stagnasi ekonomi Indonesia adalah bahwa
tingkat konsumsi masyarakat berada pada level yang rendah. Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu upaya dari pemerintah untuk menstimulus daya konsumsi masyarakat.
Penurunan pengeluaran APBN Indonesia di kuartal ketiga tahun ini tidak memberikan
dampak yang positif terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sehingga,
peningakatan pengeluaran belanja negara sangat diperlukan agar sirkulasi pasar masih
bisa mengalir dengan semestinya. Diperlukannya peningkatan APBN Indonesia dari
tahun sebelumnya untuk menggantikan peran konsumsi masyarakat kelas menengah ke
atas. Selain itu, untuk meningkatkan daya konsumsi masyarakat kelas menengah dan
kelas atas, diperlukannya relaksasi pajak. Upaya penarikan pajak dari negara kepada
masyarakat berimplikasi terhadap tingkat konsumsi masyarakat yang mana kemudian
hal tersebut mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penurunan pajak ini
akan berdampak kepada penurunan harga barang atau jasa, yang kemudian membuat
masyarakat mulai meningkatkan konsumsi mereka. Ketika laju pertumbuhan ekonomi

8
Indonesia sudah meningkat hingga level yang ditargetkan, pemerintah dapat menaikkan
kembali tarif PPN ataupun PPh tersebut.

Stagnasi ekonomi memang salah satunya juga berdampak kepada enggannya


para investor untuk berinvestasi di Indonesia. Namun di satu sisi, investasi juga dapat
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sehingga, pemerintah harus bisa
mendorong para investor untuk berinvestasi di Indonesia dengan keadaan yang seperti
ini. upaya yang bisa dilakukan untuk mendorong investasi adalah dengan
mempermudah regulasi bagi para investor. Regulasi ini bisa berkaitan dengan prosedur
dan persyaratan yang harus dipenuhi, dan hal-hal lain yang mampu menjadi daya tawar
bagi para investor. Di sisi lain, meskipun regulasi yang diterapkan ini ramah investor,
regulasi juga harus tetap ramah terhadap rakyat. Selain itu, berbagai cara seperti
reformasi birokrasi, perizinan, dan kenaikan indeks daya saing juga diperlukan.
Pasalnya, alur birokrasi Indonesia yang memang dapat dikatakan rumit ini juga
mempengaruhi minat para investor. Kemudian ketika para investor sudah berkenan
untuk menggelontorkan dana mereka untuk berinvestasi di Indonesia, maka hal ini
dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Selanjutnya, sektor produksi harus digenjot oleh negara agar dapat memenuhi
target yang diinginkan. Sektor produksi untuk di ekspor ini pada kenyataannya menjadi
harapan dari stagnasi ekonomi Indonesia. Ketika sektor produksi ini lemah maka
dampaknya cukup besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi, begitu sebaliknya.
Sehingga perlu dilakukan berbagai upaya guna mendorong peningkatan sektor
produksi, terutamanya sektor produksi manufaktur. Berbagai kerjasama antara
Indonesia dengan negara-negara internasional dalam penjualan ekspor barang-barang
hasil produksi manufaktur adalah salah satu rekomendasi yang diberikan kepada
pemerintah. Rekomendasi tersebut tentunya ditujukan untuk mendongkrak
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Efektifitas proses produksi juga diperlukan agar nilai
keuntungan yang didapatkan bisa lebih tinggi dari pendapatan saat ini.

Rekomendasi kebijakan yang terakhir adalah tentang kebijakan impor. Dapat


kita ketahui bersama bahwa impor merupakan suatu langkah penting untuk memenuhi
permintaan yang tidak mampu dipenuhi oleh sektor domestik. Namun, impor yang
berlebihan justru akan memeluk erat Indonesia di dalam lingkaran pertumbuhan
ekonomi yang stagnan 5%. Oleh karena itu, diperlukan penekanan angka impor dan

9
meningakatkan produksi dalam negeri untuk memenuhi permintaan yang tinggi.
Industri dalam negeri harus mampu memenuhi hasrat kebutuhan dari masyarakat.
Terlebih lagi bahwa di Bulan Desember nanti akan ada peningkatan permintaan dari
masyarakat, mengingat adanya perayaan Natal dan Tahun Baru 2020. Perayaan Natal
dan Tahun Baru ini memang berimplikasi terhadap meningkatnya minat konsumsi
masyarakat, namun di satu sisi juga merupakan tantangan bagi pemerintah untuk
memenuhi permintaan kebutuhan masyarakat tersebut. Perlu diwaspadai terkait
ketersediaan kebutuhan maasyarakat untuk akhir tahun ini. Hal itu ditujukan untuk
menekan angka impor yang dilakukan oleh Indonesia.

10
BAB V
PENUTUP

Laju pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam 5 tahun ini selalu stagnan


dalam angka 5%. Fenomena stagnasi ekonomi Indonesia ini menjadi permasalahan
penting yang perlu untuk segera diatasi oleh pemerintah. Hal ini karena dampak yang
diberikan dari fenomena stagnasi tersebut yang mana dirasakan oleh setiap lapisan
masyarakat seluruh Indonesia. Negara yang memiliki otoritas mampu untuk melakukan
intervensi terhadap perekonomian Indonesia. Dengan pendekatan teori keynesian,
negara dalam hal ini Pemerintahan Presiden Jokowi, perlu untuk melakukan tindakan
khusus dalam menyelesaikan permasalahan stagnasi pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu, berbagai rekomendasi kebijakan ini diharapkan mampu untuk menjadi
pertimbangan pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Tentunya,
masih diiperlukan kajian yang mendalam terkait permasalahan dan rekomendasi
kebijakan kedepannya agar langkah yang ditempuh oleh pemerintah merupakan
langkah yang terbaik. Penelitian dan kajian dari para ahli ekonomi makro juga sangat
diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.idntimes.com/business/economy/hana-adi-perdana-1/periode-pertama-
jokowi-pertumbuhan-ekonomi-masih-jauh-dari-angan/full

https://tirto.id/ada-stagnansi-pertumbuhan-ekonomi-diprediksi-51-persen-di-2019-efjP

https://www.academia.edu/5064368/INDIKATOR_NEGARA_MAJU_DAN_NEGAR
A_BERKEMBANG

https://id.wikipedia.org/wiki/Keynesianisme

https://katadata.co.id/telaah/2019/11/06/mengukur-keraguan-data-pertumbuhan-ekonomi-
indonesia-yang-stabil-5/1

https://money.kompas.com/read/2019/06/13/204700326/agar-pertumbuhan-ekonomi-tak-
stagnan-di-5-3-persen-ini-strategi-pemerintah

https://kumparan.com/kumparanbisnis/bi-ungkap-penyebab-pertumbuhan-
ekonomi-indonesia-stagnan-5-persen-1rnUQUyq4B4

https://katadata.co.id/telaah/2019/11/06/mengukur-keraguan-data-pertumbuhan-
ekonomi-indonesia-yang-stabil-5

https://katadata.co.id/analisisdata/2019/03/08/lesunya-industri-manufaktur-
membuat-ekonomi-stagnan

https://ekonomi.bisnis.com/read/20190411/9/910870/indef-ekonomi-tumbuh-
kisaran-5-persen-peran-pemerintah-lemah

12

Anda mungkin juga menyukai