Disusun oleh:
Yolanda Aprillia Pradhita (071711333013)
Aldi Dzuhriansyah (071711333074)
M.Syahrul Fath Abdillah S. (071711333083)
Ubaidillah Chamid (071711333013)
Elni Ramalianty Nainggolan (071711333013)
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
1
cukup jauh dari target pada pemerintah Jokowi sebelumnya. Sesuai dengan RPJMN
2020-2024, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen hingga 6 persen. Tingkat
pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh bagi kemajuan negara pula. Negara maju
atau berkembang ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya pendapatan perkapita,
jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran, angka kematian dan angka
melahirkan. Pertumbuhan ekonomi sendiri menjadi nyawa dalam kemajuan negara.
Apabila pertumbuhan ekonomi tinggi, artinya pengadaan lapangan kerja dan
pemanfaatan sumber daya alam pula tinggi. Dengan itu semakin mendekatkan
Indonesia menuju negara maju.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Artikel ini akan dilakukan pendekatan melalui teori serta memberikan data terkait untuk
membahas permasalahan yang diangkat. Pertumbuhan ekonomi rendah atau stagnan
yang kami tulis menggunakan pendekatan ekonomi politik keynesian. Penjabaran teori
akan dilihat melalui teori teori pendukung seperti teori pertumbuhan ekonomi, teori
stagnansi, data statistik dan sejumlah informasi dari berbagai macam jurnal penelitian.
Beikut kajian teoritis yang telah dilakukan.
3
Keynesian dalam membahas pertumbuhan ekonomi melihat langsung
terhadap pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi itu diwujudkan
dalam pembahasan dasar atau fundamental mengenai kesempatan kerja,
uang, dan bunga. Ketiga hal tersebut yang sering ditandingkan oleh teori
klasik dan memiliki perbedaan yang sebenarnya memiliki dasar yang sama.
Teori ekonomi keynesian ini juga akan membahas mengenai kapitalis dan
adanya stagnansi.
Kesempatan Kerja
Keynes mengatakan bahwa manusia disebut menganggur secara nonsukarela
jika kenaikan harga-harga relatif terhadap tingkat upah mengarah pada
kesempatan kerja yang lebih besar. Keynes mengklaim bahwa
pengangguran nonsukarela dapat saja terjadi, bahkan dalam kondisi
ekuilibrium. Dengan klaim itu ia mengkritik karyanya sendiri, T r e a t i s e
o n M o n e y . Namun, ia berdalih, "Waktu ini saya belum memahami
bahwa dalam kondisi-kondisi tertentu sistem perekonomian dapat berada
dalam ekuilibrium dengan tingkat kesempatan kerja yang kurang dari
penuh". Sementara itu, ekuilibrium sendiri didefinisikan sebagai situasi di
mana perubahan nilai, teknologi, dan sumber daya tidak lagi terjadi; di mana
semua tindakan telah menyesuaikan diri sepenuhnya hingga ke konstelasi
data yang final; dan di mana semua faktor produksi, termasuk tenaga kerja,
telah dipakai semaksimal mungkin (mengingat data sudah tidak berubah
lagi) dan dipekerjakan berulang kali tanpa akhir dalam pola produksi
konstan yang sama.
Uang
Uang didefinisikan sebagai penghubung subtil antara masa kini dan masa
depan, permintaan terhadap uang (dalam suplai tertentu), yang disebut oleh
Keynes, sejalan dengan kecenderungannya secara umum untuk
menginterpretasikan secara keliru kategori logis/praksiologis sebagai
kategori prsikologis, istilah "preferensi likuiditas" atau "hasrat untuk
menimbun". Permintaan terhadap uang menentukan proporsi ekuilibrium
pengeluaran/uang kontan. Proporsi investasi terhadap konsumsi, lanjut
Keynes, sama sekali berbeda dan tidak berhubungan satu sama lain. Dia
semata-mata ditentukan oleh preferensi waktu. Keynes mengklaim bahwa
kenaikan suplai uang, c e t e r i s p a r i b u s , dapat berefek positif terhadap
4
kesempatan kerja. Ia menulis, "Sejauh adanya pengangguran, kesempatan
kerja akan berubah dalam proporsi yang sama dengan kuantitas uang.
Bunga
Keynes sepenuhnya menanggalkan pemikian rasional dan akal sehat.
Menurut Keynes, karena uang berdampak secara sistematik terhadap
kesempatan kerja, penghasilan dan bunga, maka bunga itu sendiri—secara
konsisten—harus dilihat sebagai fenomena moneter murni. Lebih jauh,
Keynes, ketika berbicara tentang “hubungan fungsional” dan “sifat saling-
menentukan” dari variabelvariabel alih-alih hubungan yang kausal dan
unidireksional, menjadi bercampur-aduk dalam kontradiksi-kontradiksi
sehubungan dengan teorinya tentang bunga. Keynes berpikiran bahwa
preferensi-likuiditas (dan suplai uang) itu menentukan tingkat bunga,
sehingga peningkatan permintaan terhadap uang, misalnya, akan menaikkan
tingkat bunga (dan peningkatan suplai uang akan menurunkannya) dan
bahwa hal ini lalu akan menurunkan investasi, "sementara itu penurunan
tingkat bunga diduga, ceteris paribus, akan meningkatkan volume investasi.
Semenjak bunga oleh Keynes dijadikan fenomena moneter murni, maka
alamiahlah mengasumsikan bahwa bunga dapat dimanipulasi sesuka hati
melalui kebijakan moneter (tentunya ini bagi orang yang tidak
mempermasalahkan kebijakan demikian dengan keberadaan 100%
komoditas cadangan standar uang, seperti standar emas). Keynes menulis,
"Tidak ada hal yang istimewa dalam tingkat bunga yang tengah berlaku
(pre-existing)”.
5
BAB III
ANALISA PERMASALAHAN
Ekonomi adalah suatau aspek yang sudah mendarah daging bagi keidupan
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, ekonomi selalu hadir dan bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Hal ini menandakan bahwa betapa penting ekonomi itu
sendiri, juga pertumbuhan ekonomi. Dengan realita zaman yang terus berkembang,
kebutuhan manusia yang juga semakin kompleks, perekonomian juga turut berubah-
ubah. Yang menjadi suatu tantangan adalah bahwa bagaimanapun perubahan kondisi
zaman yang ada, perekonomian harus mampu untuk tetap tumbuh semakin baik.
Pertumbuhan ekonomi menjadi hal yang patut untuk diperhatikan, untuk menjaga
kehidupan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak selalu dalam angka yang memuaskan,
yang mana selalu meningkat setiap tahunnya. Melainkan justru hampir setiap negara
pernah mengalami melambatnya pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia sendiri saat ini
sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam 5 tahun terakhir ini,
pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu berkutat di angka 5% (Katadata.co.id). Angka
pertumbuhan ekonomi Indonesia terburuk berada di angka 4,67% pada kuartal kedua
tahun 2015. Sedangkan untuk angka pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun
2018 kuartal kedua, dengan angka sebesar 5,27%. Padahal, di satu sisi para ahli
ekonomi makro memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu untuk
melaju lebih tinggi lagi dari angka tersebut. Dilansir dari media daring Kumparan.com,
disebutkan bahwa Dody Budi Waluyo yang merupakan Deputi Gubernur Bank
Indonesia berpendapat bahwa Indonesia semestinya mampu untuk menyentuh angka
6%.
6
kehidupan perekonomian negara. Ketika para investor ini enggan untuk
menggelontorkan uangnya untuk Indonesia, tentunya pembangunan, serta laju
perekonomian Indonesia juga lamban. Wajar ketika investasi di Indonesisa menurun
saat kondisi ekonomi tidak memberikan harapan yang baik.
7
BAB IV
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Salah satu penyebab dari fenomena stagnasi ekonomi Indonesia adalah bahwa
tingkat konsumsi masyarakat berada pada level yang rendah. Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu upaya dari pemerintah untuk menstimulus daya konsumsi masyarakat.
Penurunan pengeluaran APBN Indonesia di kuartal ketiga tahun ini tidak memberikan
dampak yang positif terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sehingga,
peningakatan pengeluaran belanja negara sangat diperlukan agar sirkulasi pasar masih
bisa mengalir dengan semestinya. Diperlukannya peningkatan APBN Indonesia dari
tahun sebelumnya untuk menggantikan peran konsumsi masyarakat kelas menengah ke
atas. Selain itu, untuk meningkatkan daya konsumsi masyarakat kelas menengah dan
kelas atas, diperlukannya relaksasi pajak. Upaya penarikan pajak dari negara kepada
masyarakat berimplikasi terhadap tingkat konsumsi masyarakat yang mana kemudian
hal tersebut mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penurunan pajak ini
akan berdampak kepada penurunan harga barang atau jasa, yang kemudian membuat
masyarakat mulai meningkatkan konsumsi mereka. Ketika laju pertumbuhan ekonomi
8
Indonesia sudah meningkat hingga level yang ditargetkan, pemerintah dapat menaikkan
kembali tarif PPN ataupun PPh tersebut.
Selanjutnya, sektor produksi harus digenjot oleh negara agar dapat memenuhi
target yang diinginkan. Sektor produksi untuk di ekspor ini pada kenyataannya menjadi
harapan dari stagnasi ekonomi Indonesia. Ketika sektor produksi ini lemah maka
dampaknya cukup besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi, begitu sebaliknya.
Sehingga perlu dilakukan berbagai upaya guna mendorong peningkatan sektor
produksi, terutamanya sektor produksi manufaktur. Berbagai kerjasama antara
Indonesia dengan negara-negara internasional dalam penjualan ekspor barang-barang
hasil produksi manufaktur adalah salah satu rekomendasi yang diberikan kepada
pemerintah. Rekomendasi tersebut tentunya ditujukan untuk mendongkrak
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Efektifitas proses produksi juga diperlukan agar nilai
keuntungan yang didapatkan bisa lebih tinggi dari pendapatan saat ini.
9
meningakatkan produksi dalam negeri untuk memenuhi permintaan yang tinggi.
Industri dalam negeri harus mampu memenuhi hasrat kebutuhan dari masyarakat.
Terlebih lagi bahwa di Bulan Desember nanti akan ada peningkatan permintaan dari
masyarakat, mengingat adanya perayaan Natal dan Tahun Baru 2020. Perayaan Natal
dan Tahun Baru ini memang berimplikasi terhadap meningkatnya minat konsumsi
masyarakat, namun di satu sisi juga merupakan tantangan bagi pemerintah untuk
memenuhi permintaan kebutuhan masyarakat tersebut. Perlu diwaspadai terkait
ketersediaan kebutuhan maasyarakat untuk akhir tahun ini. Hal itu ditujukan untuk
menekan angka impor yang dilakukan oleh Indonesia.
10
BAB V
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.idntimes.com/business/economy/hana-adi-perdana-1/periode-pertama-
jokowi-pertumbuhan-ekonomi-masih-jauh-dari-angan/full
https://tirto.id/ada-stagnansi-pertumbuhan-ekonomi-diprediksi-51-persen-di-2019-efjP
https://www.academia.edu/5064368/INDIKATOR_NEGARA_MAJU_DAN_NEGAR
A_BERKEMBANG
https://id.wikipedia.org/wiki/Keynesianisme
https://katadata.co.id/telaah/2019/11/06/mengukur-keraguan-data-pertumbuhan-ekonomi-
indonesia-yang-stabil-5/1
https://money.kompas.com/read/2019/06/13/204700326/agar-pertumbuhan-ekonomi-tak-
stagnan-di-5-3-persen-ini-strategi-pemerintah
https://kumparan.com/kumparanbisnis/bi-ungkap-penyebab-pertumbuhan-
ekonomi-indonesia-stagnan-5-persen-1rnUQUyq4B4
https://katadata.co.id/telaah/2019/11/06/mengukur-keraguan-data-pertumbuhan-
ekonomi-indonesia-yang-stabil-5
https://katadata.co.id/analisisdata/2019/03/08/lesunya-industri-manufaktur-
membuat-ekonomi-stagnan
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190411/9/910870/indef-ekonomi-tumbuh-
kisaran-5-persen-peran-pemerintah-lemah
12