TUGAS 1
Sumber Referensi:
- BUKU MATERI POKOK BMP ESPA 4424 Analisis Pembangunan Ekonomi Universitas Terbuka
2. Pertumbuhan Ekonomi, PDB (PNB) Per Kapita dan PDB (PNB) Purchasing Power Parity (PPP)
merupakan indikator-indikator tradisional dengan orientasi aspek ekonomi dan merupakan bagian
dari indikator kunci pembangunan. Berikan penjelasan atau perbedaan atas ketiga indikator
tersebut!
Pertumbuhan ekonomi, PDB (PNB) per kapita, dan PDB (PNB) Purchasing Power Parity (PPP)
merupakan indikator-indikator tradisional dengan orientasi aspek ekonomi yang digunakan untuk
mengukur kesejahteraan ekonomi suatu negara. Meskipun ketiganya terkait erat, namun terdapat
perbedaan dalam pengukuran dan interpretasinya, yaitu sebagai berikut:
2. PDB (PNB) per kapita: PDB (PNB) per kapita mengukur nilai output suatu negara dibagi dengan
jumlah penduduknya. PDB (PNB) per kapita digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran
masyarakat suatu negara. Semakin tinggi PDB (PNB) per kapita suatu negara, semakin tinggi
kemakmuran masyarakatnya. Contoh PDB (PNB) per kapita di Indonesia pada tahun 2019
adalah sebesar US$ 4.135.
3. PDB (PNB) Purchasing Power Parity (PPP): PDB (PNB) Purchasing Power Parity (PPP) mengukur
daya beli suatu negara dalam membeli barang dan jasa dengan mempertimbangkan
perbedaan harga di antara negara-negara tersebut. PDB (PNB) PPP sering digunakan untuk
membandingkan kemakmuran masyarakat di antara negara-negara yang memiliki perbedaan
harga yang signifikan. Contoh PDB (PNB) PPP di Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar
US$ 11.936.
Perbedaan antara ketiga indikator tersebut terletak pada pengukuran dan interpretasinya.
Pertumbuhan ekonomi mengukur perubahan nilai output suatu negara, PDB (PNB) per kapita
mengukur kemakmuran masyarakat suatu negara, dan PDB (PNB) PPP mengukur daya beli suatu
negara. Ketiga indikator tersebut penting untuk digunakan sebagai acuan dalam menilai
kesejahteraan ekonomi suatu negara, namun tidak bisa digunakan secara terpisah karena saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
Sumber Referensi:
- BUKU MATERI POKOK BMP ESPA 4424 Analisis Pembangunan Ekonomi Universitas Terbuka
3. Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup. Human
Development Index (HDI) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan
dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Jelaskan model atau
formulasi atas komponen perhitungan Human Development Index (HDI)!
Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator yang
digunakan untuk mengukur kemajuan suatu negara dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan standar
hidup. HDI dihitung dengan memperhitungkan tiga indikator utama yaitu:
1. Harapan Hidup (Life Expectancy)
Harapan hidup menggambarkan rata-rata usia penduduk suatu negara yang diharapkan dapat
mencapai. Indikator ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kesehatan seperti akses kesehatan, sanitasi,
dan gizi.
2. Melek Huruf (Literacy Rate)
Melek huruf menggambarkan persentase penduduk dewasa (15 tahun ke atas) yang dapat membaca
dan menulis. Indikator ini mencerminkan tingkat pendidikan di suatu negara.
3. Pendidikan (Education)
Indikator pendidikan mengacu pada rata-rata tahun sekolah yang diikuti oleh penduduk suatu negara.
Indikator ini mencerminkan akses dan kualitas pendidikan di suatu negara.
Formulasi perhitungan HDI adalah sebagai berikut:
HDI = (Harapan Hidup + Melek Huruf + Pendidikan) / 3
Contoh di Indonesia, pada tahun 2019, HDI Indonesia adalah 0,707, yang menempatkan Indonesia
pada peringkat ke-107 dari 189 negara di seluruh dunia. Harapan hidup di Indonesia adalah 71,7
tahun, melek huruf 94,1%, dan rata-rata tahun sekolah 8,4 tahun.
Sumber referensi utama yang dapat digunakan adalah buku ESPA4424 Analisis Pembangunan
Ekonomi, yang membahas tentang pengukuran pembangunan manusia dan implikasinya dalam
konteks pembangunan ekonomi. Selain itu, sumber lain yang dapat digunakan adalah laporan Human
Development Reports yang diterbitkan oleh PBB setiap tahun, yang menyediakan data dan analisis
tentang HDI dan pembangunan manusia di seluruh dunia.
Sumber Referensi:
- BUKU MATERI POKOK BMP ESPA 4424 Analisis Pembangunan Ekonomi Universitas Terbuka
4. jelaskan trend pengangguran Indonesia selama dua dekade terakhir, selanjutnya interpretasikan
beberapa masalah pengangguran di Indonesia!
Penjelasan mengenai trend pengangguran Indonesia selama dua dekade terakhir dan beberapa
masalah pengangguran di Indonesia:
Trend pengangguran Indonesia selama dua dekade terakhir menunjukkan fluktuasi yang cukup
signifikan. Pada awal tahun 2000-an, tingkat pengangguran di Indonesia cukup tinggi, mencapai angka
12.000.000 pada tahun 2005. Namun, sejak itu, tingkat pengangguran secara bertahap menurun
hingga mencapai titik terendah pada tahun 2016 dengan angka dibawah 8.000.000. Setelah itu,
tingkat pengangguran di Indonesia kembali meningkat pada tahun 2019 dan 2020.
Beberapa masalah pengangguran di Indonesia antara lain adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata: Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata antara
sektor dan wilayah dapat menyebabkan ketimpangan lapangan kerja dan pertumbuhan yang
tidak seimbang. Hal ini menyebabkan beberapa wilayah mengalami pengangguran yang tinggi,
seperti di wilayah pedalaman atau di daerah-daerah yang kurang berkembang.
2. Ketidakseimbangan antara laju pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah lapangan kerja: Laju
pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang
cukup. Hal ini menyebabkan banyak tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja.
3. Kualitas tenaga kerja yang rendah: Kualitas tenaga kerja yang rendah juga menjadi masalah
dalam pengangguran di Indonesia. Banyak tenaga kerja yang belum memiliki keterampilan dan
pendidikan yang memadai untuk mengisi lapangan kerja yang tersedia.
4. Perubahan struktur ekonomi: Perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor
industri dan jasa juga dapat menyebabkan pengangguran. Banyak tenaga kerja yang tidak
memiliki keterampilan dan pendidikan yang memadai untuk mengisi lapangan kerja di sektor
industri dan jasa.
Sumber Referensi:
- BUKU MATERI POKOK BMP ESPA 4424 Analisis Pembangunan Ekonomi Universitas Terbuka
5. Perpindahan penduduk (migrasi) merupakan salah satu dari tiga komponen utama pertumbuhan
penduduk yang dapat menambah atau mengurangi jumlah penduduk. Model migrasi diantaranya
dikemukakan oleh W. A. Lewis dan model migrasi Harris-Todaro. Jelaskan kedua model migrasi
tersebut!
berikut adalah penjelasan mengenai kedua model migrasi, yaitu model migrasi W. A. Lewis dan model
migrasi Harris-Todaro beserta contohnya:
1. Model migrasi W. A. Lewis
Model migrasi W. A. Lewis menggambarkan bahwa migrasi terjadi ketika terdapat perbedaan tingkat
upah antara sektor formal dan sektor informal. Model ini mengasumsikan bahwa upah di sektor
formal lebih tinggi daripada di sektor informal, sehingga terdapat dorongan bagi tenaga kerja untuk
bermigrasi dari sektor informal ke sektor formal. Proses migrasi ini diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas tenaga kerja di sektor formal dan mengurangi pengangguran di sektor informal.
Contohnya adalah ketika terdapat seorang petani yang bekerja di sektor informal dengan upah yang
rendah, kemudian ia memutuskan untuk bermigrasi ke kota dan bekerja di sektor formal, seperti di
pabrik. Di sektor formal, upah yang ditawarkan lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan
pendapatannya dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja di sektor formal.
Contohnya adalah ketika terdapat seorang buruh tani yang bekerja di sektor informal dengan upah
yang rendah, kemudian ia memutuskan untuk bermigrasi ke kota dan bekerja di sektor formal, seperti
di pabrik. Meskipun tingkat pengangguran di sektor formal cukup tinggi, namun upah yang ditawarkan
lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatannya dan meningkatkan produktivitas tenaga
kerja di sektor formal.
Dalam penerapan kedua model migrasi ini, diperlukan kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah
pengangguran dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja di sektor formal. Kebijakan tersebut
antara lain adalah menciptakan lapangan kerja baru di sektor formal, meningkatkan kualitas
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, serta meningkatkan investasi di sektor formal.
Sumber Referensi:
- BUKU MATERI POKOK BMP ESPA 4424 Analisis Pembangunan Ekonomi Universitas Terbuka.