Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Lanjutan Penentuan Biaya Produksi Berdasarkan Pesanan

DOSEN ; Dr. Susanti Widhiastuti, SE., MM

Disusun oleh :
Daviq Asrori (2019511470)

Riska Ayu Ristanti (2019511276)

Siti Yuni Hardianti (2019511360)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

STIE IPWI JAKARTA

JL. LETDA NATSIR NO. 07 CIKEAS, NAGRAK, KEC. GN.


PUTRI, BOGOR, JAWA BARAT 16967
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari
pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis setiap saat.
Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi. Harapan penulis,
semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.
Bogor 25 Oktober 2020
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu Negara,
dimana pembangunan suatu negara belum bisa dikatakan berhasil apabila dilihat hanya dari
besarnya pendapatan domestik bruto tanpa adanya upaya peningkatan pembangunan
manusianya. Banyak cara yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan pembangunan
manusia suatu negara, salah satunya adalah mengukur keberhasilan pembangunan manusia
dengan menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui tiga dimensi. Dimensi tersebut
mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi
tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur
dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur
dimensi pendidikan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya
beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya
pengeluaran perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan
untuk hidup layak.

Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu Negara.
Suatu Negara dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan domestik bruto saja tetapi
juga mencakup aspek harapan hidup serta pendidikan masyarakatnya. Dengan peningkatan
kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia akan meningkat sehingga mereka menjadi
agen pertumbuhan yang efektif. Upaya membuat pengukuran pencapaian pembangunan
manusia yang telah dilakukan suatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang
dampak dari pembangunan manusia bagi penduduk sekaligus dapat memberikan gambaran
tentang persentase terhadap pencapaian secara ideal.

Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar disuatu


wilayah. Menurut Meier dan Rauch (dalam Aloysius Gunadi Brata, 2002, Hal.4) pendidikan
atau lebih luas lagi adalah modal manusia, dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan.
Hal ini karena pendidikan pada dasarnya adalah bentuk dari tabungan, menyebabkan
akumulasi modal manusia dan pertumbuhan output agregat jka odal manusia merupakan input
dalam fungsi produksi agregat. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan
adalah hal pokok untuk mencapai kehidupan layak. Dalam hal ini bisa terwujud melalui alokasi
pengeluaran pemerintah disektor pendidikan dan kesehatan. Dengan meningkatnya alokasi
pengeluaran pemerintah disektor publik tersebut maka akan meningkatkan pula produktivitas
penduduk. Peningkatan produktivitas ini , pada gilirannya, mampu meningkatkan
pembangunan manusia yang selanjutnya dengan sendirinya berdampak pada penurunan angka
kemiskinan.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam suatu penelitian di perlukan untuk memberi kemudahan bagi penulis
membatasi permasalahan yang ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang
jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan uraian latar
belakang diatas , maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan apa itu definisi indikator pembangunan menurut para ahli!
2. Menjelaskan tentang klasifikasi pembangunan di negara – negara di dunia!
3. Menjelaskan dan menjabarkan perhitungan HDI dan GNI!

D. Tujuan Penulisan

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas sehingga dapat memberikan arah dalam
penelitian tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui apa itu depinisi indikator pembangunan menurut para ahli!
2. Mengetahui klasifikasi pembangunan di negara – negara di dunia
3. Mengetahui perhitungan HDI dan GNI
Sekilas Indikator Pembangunan

Indikator Pembangunan merupakan tolak ukur yang digunakan dalam mengukur performa suatu
Negara dalam pencapaian pembangunannya, serta perbandingan terhadap negara- negara lain

Evolusi indikator ekonomi

Evolusi yang terjadi pada makna economic development mengakibatkan terjadinya evolusi pada alat
ukurnya.

Paradigma tradisional:

Pembangunan ekonomi disamaartikan dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian


digunakanlah pertumbuhan GNP (gross national product) sebagai indikator pembangunan.

Jumlah populasi negara yang bersangkutan belum masuk ke dalam indikator tsb. Maka indikator
alternatif, yang ternyata lazim digunakan hingga kini adalah GNP per kapita.

Paradigma baru:

1950an-1960an

saat GDP growth ~ Tingkat kesejahteraan bangsanya,

signal negatif thd. makna pembangunan. Ini menjadi koreksi pula bagi indikator pembangunannya.
sejak saat itulah pembangunan ditekankan sebagai proses yang multidimensional dalam rangka
pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.

Ini menunjukkan bahwa indikator pembangunan yang harus digunakan tidak hanya indikator
ekonomi. Melainkan indikator- indikator sosial, seperti Human Development Index(HDI), dan
Physical Quality of Life Index(PQLI) juga mempengaruhi indikator pembangunan suatu negara
terhadap negara lain.

Indikator pembangunan menurut Amartya Sen:

• Baik indikator ekonomi maupun indikator sosial tidak dapat berdiri


sendiri sebagai indikator pembangunan.

artinya tingkat kemiskinan tidak dapat hanya terukur menggunakan variabel pendapatan ataupun
kepuasan saja.

Untuk itu Sen merumuskan indikator pembangunan dengan


membandingkan HDI rank terhadap real GNP per kapita rank

• Gagasan ini digunakan oleh World Bank dalam Human Development Report.

World Bank menggunakan komponen GNP per kapita, yang sekarang


menggunakan GNI per kapita, sebagai indikator yang digunakan untuk
memberi peringkat pembangunan suatu negara terhadap negara
lain.Pembagiannya ad. Sbb:

• Low-Income Countries(LIC)

Negara- negara yang termasuk dalam kelompok LIC adalah semua negara
yang memiliki GNI per kapita kurang atau sama dengan US$765
• Middle-Income Countries

Middle-income countries ini terbagi atas lower middle income(LMC) dan


upper middle income(UMC). Negara yang tergolong di dalam kelas LMC
adalah negara-negara yang GNI per kapitanya antara US$766 hingga
US$3035. Sedangkan negara yang tergolong di dalam kelas UMC adalah
negara-negara yang GNI per kapitanya antara US$3036 hingga US$9385.
• High-Income Countries(HIC)

Negara-negara yang tercakup dalam golongan negara berpendapatan


tinggi (high-income countries) adalah negara yang GNI per kapitanya
sebesar atau melebihi US$ 9386

Anda mungkin juga menyukai