Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEORI BARANG SWASTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Publik


Dosen Pengampu : Riska Br. Pandia, S.Ak., M.M.

Disusun :
KELOMPOK 1
1. Azis Rizky 2222010698
2. Egga Septia Anggraeni 2222010625
3. Wati Agustini 2222010692
4. Wulan Nurjanah 2222010813

PROGRAM STUDI ADMINITRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI BAGASASI BANDUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menuntun
kami saat menyusun makalah yang bertemakan “Teori Barang Swasta” ini.
Makalah ini khusus dibuat untuk dipergunakan oleh para pembaca sebagai sumber
bahan ajar mata kuliah Ekonomi Publik yaitu materi tentang Teori Barang Swasta
dan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Ekonomi Publik di kampus kami.
Pembuatan makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, kami selaku penyusun makalah ini, berterima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, nikmat akal dan
pikiran serta nikmat lainnya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini,
2. Dosen pengajar Ekonomi Publik, Ibu Riska Br. Pandia yang telah
memberikan bimbingan dalam menyusun makalah ini,
3. Orang tua yang tiada henti memberikan doa dan dukungannya, se-
hingga kami tetap bersemangat dalam menyusun makalah ini,
4. Berbagai sumber materi seperti buku Ekonomi Publik, internet dan
lain-lain.
Tanpa pihak-pihak yang telah disebutkan di atas, makalah ini tidak dapat
diselesaikan dan diserahkan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penulis sangat memahami bahwa pada hakihatnya seorang
manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan kekurangan
yang terdapat dalam penyusunan makalah ini, kami memohon kritik, saran, dan
masukan dari para pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki.
Kami sangat berharap bahwa makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca di kemudian hari.
Bandung, 12 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Definisi Barang Swasta..............................................................................3
B. Konsep Efisiensi........................................................................................4
1. Definisi Efisiensi...........................................................................4
2. Tujuan dan Manfaat Efisiensi........................................................4
3. Jenis Efisiensi................................................................................4
4. Unsur Efisiensi..............................................................................5
C. Efisiensi Konsumen...................................................................................6
D. Kondisi Pareto Optimum bagi Konsumen................................................11
E. Efisiensi Produsen....................................................................................12
F. Kriteria Kompensasi.................................................................................16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................18
B. Saran.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Barang-barang swasta, yaitu barang yang dapat disediakan melalui
sistem pasar dapat menyebabkan alokasi sumber-sumber ekonomi secara
efisien. Mengenai efisien alokasi sumber-sumber ekonomi dalam
perekonomian yang menggunakan sistem pasar tanpa adanya campur tangan
pemerintah. Untuk menganalisis sistem pasar dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu efisiensi konsumen dan efisiensi produsen.
Kata efisiensi berasal dari kata dasar efisien yang artinya tepat guna.
Dalam sistem pasar, efisien di sini diartikan sebagai segala sesuatu yang
dihasilkan atau outcome harus tepat guna. Efisiensi pasar harus mengikuti
konsep efisiensi pareto. Yang dimana konsep ini artinya harus tepat guna
secara mekanisme yang ada di pasar tersebut. Secara ekonomi, efisiensi
pasar disebut pareto optimum.
Semua barang swasta yang bersifat exludablity dan rivalry dapat
disediakan di pasar. Barang swasta yang bersifat excludablity artinya barang
swasta dapat dikonsumsi bila seseorang bersedia membayar dan orang yang
tidak membayar dapat dikecualikan. Sedangkan barang swasta yang bersifat
rivalry artinya jumlah yang dikonsumsi oleh seseorang tidak akan dapat
dikonsumsi kembali oleh orang lain. Barang-barang tersebut dapat
mewujudkan harga yang berasal dari tarik menarik antara kepentingan
produsen dan konsumen. Jika barang ini disediakan oleh banyak produsen,
maka produsen akan ditekan oleh kompetisi dan menawarkan harga yang
serendah mungkin.
Dalam hal barang swasta, barang-barang tersebut dapat dihasilkan
oleh perusahaan swasta, tetapi dapat juga dihasilkan perusahaan negara,
misalnya jasa kereta api dan jasa penerbangan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori dalam barang swasta?
2. Apa itu efisiensi dalam sistem pasar?
3. Apa yang dimaksud dengan efisiensi konsumen?
4. Apa yang dimaksud dengan efisiensi produsen?
5. Bagaimana kondisi dari pareto optimum?
6. Mengapa seseorang mendapatkan biaya kompensasi?

C. Tujuan
1. Memberikan dasar pengetahuan mengenai teori barang swasta.
2. Mempelajari sistem pasar teori barang swasta dari berbagai sumber.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami materi dari teori
barang swasta, serta penerapannya sebagai penunjang pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Barang Swasta


Barang swasta adalah barang yang dapat diperoleh dengan
membayar di pasar. Barang tersebut memiliki ciri “excludability dan
rivalry“. Excludablity adalah prinsip hak milik atau property right, orang
lain yang tidak membayar dapat di exclude atau dikeluarkan dari
memilikinya, dan tidak berhak menjualnya.
Rivalry adalah prinsip di mana manfaat diinternalisasi atau
dipribadikan. Orang lain yang ikut mengkonsumsi barang tersebut akan
mengurangi hak atau manfaat orang pertama. Sepotong ikan yang dibeli di
pasar akan berkurang manfaatnya jika orang lain ikut memakannya.
Semua barang yang bersifat swasta yaitu bersifat excludability dan
rivarly dapat disedikan di pasar. Barang-barang ini dapat mewujudkan
harga, yaitu berasal dari tarik-menarik dari kepentingan konsumen dan
produsen.  Jika barang-barang ini disediakan oleh banyak produsen,  maka
produsen akan ditekan oleh kompetisi dan menawarkan harga yang serendah
mungkin. Demikian ide dari bekerjanya pasar. Harga sudah tepat jika
besarnya sama dengan biaya marginal untuk menghasilkannya.  Pada harga
itu jumlah yang ingin diproduksi oleh seluruh produsen sama dengan jumlah
yang ingin dibeli oleh seluruh konsumen yang memiliki daya beli.
Barang-barang nonrival. Jika suatu barang bersifat nonrival, maka
jika ada orang lain yang ikut menggunakan barang itu, tidak mengurangi
manfaat orang yang pertama. Contoh, seseorang yang menikmati lampu
jalan, tidak berkurang manfaatnya ketika orang lain ikut menikmatinya,
tentu saja asal tidak padat sekali. Orang yang lewat di jalan tidak berkurang
manfaatnya ketika orang lain juga ikut lewat. Biaya marginal untuk
menyediakan satu konsumen tambahan adalah nol, di mana menurut hukum
harga sama dengan biaya marginal, maka harga di pasar juga nol. Walaupun
biaya tambahan yang diperlukan untuk bertambahnya satu konsumen nol,

3
tetapi pengadaan pertamanya tetap memerlukan biaya yang mungkin besar.
Contoh jalan raya dibangun dengan biaya awal yang besar, walaupun tidak
setiap tambahan satu orang lewat perlu disediakan tambahan biaya.

B. Konsep Efisiensi
1. Definisi Efisiensi
Menurut S. P. Hasibuan (1984:233-4), efisiensi diartikan sebagai
perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dengan output (hasil
antara keuntungan dengan sumber-sumber yang digunakan), seperti
halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang
terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan.

2. Tujuan dan Manfaat Efisiensi


a. Untuk mencapai suatu hasil atau tujuan yang sesuai dengan yang di-
harapkan.
b. Untuk menghemat atau mengurangi penggunaan sumber daya dalam
melakukan kegiatan.
c. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki sehingga
tidak ada yang dibuang percuma.
d. Untuk meningkatkan kinerja satuan unit kerja sehingga output se-
makin optimal.
e. Agar mengoptimalkan keuntungan yang mungkin didapatkan.

3. Jenis Efisiensi
a. Efisiensi Optimal
Efisiensi optimal adalah perbandingan terbaik antara pengor-
banan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu hasil yang diharapkan.
Ditinjau dari segi hasil, misalnya seorang manajer dapat mencapai suatu
output (produktivitas, performance) yang lebih tinggi dibandingkan
dengan masukan-masukan (tenaga kerja, uang, waktu, dan bahan) yang
dipakai. Ditinjau dari segi penghematan, misalnya dengan penggunaan

4
peralatan yang modern maka proses kerja akan lebih cepat serta
menghemat waktu dan biaya.

b. Efisiensi dengan Tolak Ukur


Efisiensi dengan tolak ukur adalah perbandingan antara hasil
minimum yang ditentukan dengan hasil riil yang dicapai, dimana dapat
dikatakan efisien bila hasil riil lebih besar dari angka minimum yang
ditentukan.
Sebagai contoh, buruh Indonesia dapat menyusun bata sekitar
100-125 bata per hari (8 jam). Sedangkan buruh Thailand mampu
menghasilkan 250 batu bata dalam sehari (8 jam). Dalam hal ini tolak
ukurnya adalah kemampuan masing-masing buruh bangunan tersebut
dalam mencapai hasil minimum yang telah ditentukan dalam waktu
tertentu.

c. Efisiensi dengan Titik Impas


Efisiensi dengan titik impas sering digunakan pada bidang
usaha, dimana titik impas (break even point) adalah titik batas antara
usaha yang efisien dan tidak efisien. Suatu usaha atau bisnis dapat
dikatakan efisien jika titik impasnya diketahui dan bisnis tersebut
menghasilkan lebih dari titik impas tersebut.

4. Unsur Efisiensi
a. Unsur Kegiatan
Dapat dikatakan efisien apabila suatu tindakan dengan usaha
tersebut mampu memberikan hasil yang maksimal.

b. Unsur Hasil
Dapat dikatakan efisien apabila suatu hasil pekerjaan tersebut
dapat dicapai dengan usaha (waktu, biaya, metode kerja) yang
seminimal mungkin.

5
C. Efisiensi Konsumen
Dalam perekonomian yang menggunakan sistem pasar, harga
barang dan jasa, upah dan sebagainya ditentukan oleh permintaan dan
penawaran. Dalam sistem perekonomian pasar yang sempurna, harga-harga
merupakan data, yang berarti tidak ada satu pihak pun, baik produsen
maupun konsumen secara sendiri-sendiri dapat mempengaruhi harga. Hal
ini disebabkan oleh karena dalam sistem pasar persaingan sempurna,
seorang pengusaha ataupun pembeli hanya merupakan Sebagian yang
sangat kecil sehingga peranannya menjadi tidak berarti. Bagi seorang
konsumen, permintaannya akan suatu barang hanya merupakan sebagian
kecil dibandingkan dengan permintaan seluruh konsumen, sehingga ia tidak
dapat mempengaruhi tingkat harga suatu barang dengan merubah
permintaannya akan barang tersebut, walaupun konsumen secara
berkelompok dapat mempengaruhi tingkat harga. Dalam analisa efisiensi
konsumen, ada beberapa asumsi yang digunakan untuk mempermudah
analisis, yaitu :

1. Dalam masyarakat hanya ada 2 orang konsumen, A dan B.


2. Hanya ada 2 barang swasta yang tersedia, makanan dan pakaian.
3. Distribusi pendapatan sudah tertentu.
Setiap konsumen, dalam menentukan berapa jumlah barang yang
diminta sangat dipengaruhi oleh harga barang-barang tersebut dan tingkat
pendapatannya.

6
Gambar 2.1

Gambar 2.2

Diagram gambar 2.1 menunjukkan kurva indeferens bagi A,


sedangkan diagram 2.2 menunjukkan hal yang sama bagi B, apabila A
menggunakan seluruh pendapatannya untuk membeli makanan, ia akan
memperoleh sejumlah 0M0 unit makanan. Apabila ia membeli pakaian
dengan seluruh pendapatannya, ia akan memperoleh OP0 unit pakaian.
Setiap titik pada garis lurus P0M0 menunjukkan kombinasi pakaian dan
makanan yang diperoleh dengan pendapatannya.
Kurva KA1, KA2, KA3 adalah kurva indeferens (indiference curve)
bagi A. Setiap titik pada kurva indiferens menunjukkan kesamaan dalam
kesukaan A terhadap kombinasi makanan dan pakaian yang berbeda-beda.

7
Titik L dan titik M terletak pada satu kurva indiferens, yang berarti bagi A,
ia merasa kepuasannya sama walaupun pada titik L ia mempunyai lebih
banyak pakaian dan lebih sedikit makanan daripada di titik M. Semakin
tinggi (semakin jauh letaknya dari titik pusat O) berarti semakin besar
kepuasan A. Jadi setiap titik pada kurva KA2 menunjukkan kepuasan yang
lebih besar daripada setiap titik pada kurva KA1. Begitu juga setiap titik pada
kurva KA3 menunjukkan kepuasan lebih besar dari kurva KA1 dan KA2. A
akan memilih kombinasi pakian dan makanan yang memberikan kepuasan
yang terbesar bagi dirinya. Kombinasi pakaian dan makanan pada titik L
dan titik M yang terletak pada kurva indeferens KA1 tidak memberi
kepuasan yang terbesar oleh karena dengan merubah kombinasi makanan
dan pakian ,maka A akan memperoleh kepuasaan yang lebih besar yang
ditunjukkan dengan semakin tingginya kurva indiferens yang dapat dicapai.
pada titik kurva indiferens KA3 memberikan kepuasan yang lebih besar
dibandingkan KA2, akan tetapi hal itu tidak dapat dicapai, oleh karena dengan
pendapatannya yang sudah tertentu, ia hanya dapat memilih kombinasi
pakaian dan makanan sepanjang garis M0P0.
Kepuasan tertinggi yang dapat dicapai A dengan pendapatannya
adalah kurva KA2, yaitu kurva indiferens yang menyinggung garis M0P0. Jadi
titik E, dengan kombinasi makanan sejumlah OMA unit dari pakaian
sejumlah OPA akan memberikan kepuasan yang terbesar bagi A. Analisis
yang sama juga berlaku bagi B, pada mana ia akan memperoleh kepuasan
yang terbesar pada persinggungan antara garis P1M1 ( garis yang
menunjukkan kombinasi makanan dan pakaian yang dapat diperoleh dengan
harga dan pendapatan tertentu) dengan kurva indiferens K . Kombinasi
B2

makanan sebanyak OMB dan pakaian sebanyak OPB adalah kombinasi kedua
barang yang memberikan aepuasan tertinggi bagi D.
Jumlah seluruh pakaian yang ada dalam perekonomian sebanyak
OPA+OPB sedangkan seluruh makanan yang ada dalam perekonomian
sebanyak OMA + OMB.

8
Gambar 2.3

Diagram 2.3 diperoleh dengan membalikkan sumbu diagram B


pada diagram 2.1. diagram 2.3 berguna untuk menganalisis alokasi makanan
dan pakaian yang didapat oleh masing-masing konsumen. Pada titik T,
kurva indiferens A (KA2) berpotongan dengan kurva indiferens B (K B3), di
mana individu A memperoleh pakaian sebanyak OAP1 unit sedangkan B
mendapat pakaian sebanyak P1PE unit. Pada titk T , A mendapat makanan
sebanyak OAP2 unit sedangkan B mendapat makanan sebanyak P 2ME unit.
Titik T bukan merupakan titik optimum, sebab dengan mengubah kombinasi
makanan dan pakaian, ke dua konsumen (A dan B ) dapat memperoleh
kepuasaan yang lebih tinggi. Pada titik D, konsumen A mempunyai lebih
sedikit pakaian dan lebih banyak makanan dibandingkan pada titik T, akan
tetapi kepuasan A di titik D lebih besar daripada kepuasan A di titik T oleh
karena di titik D terletak pada kurva indiferens yang lebih tinggi (K A3)
daripada titik T yang terletak pada kurva indiferens KA2. Pada titik D

9
kepuasan B tidak berubah dibandingkan pada titik T oleh karena ke dua titik
tersebut terletak pada kurva indiferens yang sama (KB3 ).
Sebaliknya, perpindahan posisi dari titik T ke titik F menyebabkan
kepuasan B menjadi lebih besar (dari K B3 ke KB4) sedangkan kepuasan A
tidak berubah, tetap pada kurva indiferrens KA2.
Perpindahan lebih lanjut dari titik F dan D ke titik Q, akan
menyebabkan kepuasan salah seorang konsumen menjadi semakin rendah,
sehingga titik D dan titik F adalah titik-titik optimum. Arah perpindahan
posisi ke dua orang konsumen, dari titik T ke D atau F tergantung daripada
kekuatan masing-masing konsumen. Apabila konsumen A lebih kuat dari
konsumen B, maka A dapat meningkatkan kepuasannya tersebut tanpa
merugikan konsumen B oleh sebab B tidak berubah tingkat kepuasannya.
Sebaliknya apabila B yang lebih kuat ia akan berusaha untuk pindah dari
titik T ke titik F sehingga tindakannya tidak mengurangi kepuasan A.
Apabila A dan B sama-sama kuat, maka perpindahan dari titik T akan
menuju ke posisi di antara F-D dimana ke dua-duanya dapat meningkatkan
kepuasan mereka. Titik-titik F dan D, yaitu tempat kedudukan dimana
seorang konsumen tidak dapat meningkatkan kepuasannya tanpa
menyebabkan kepuasan konsumen lain menjadi berkurang disebut pareto
optimum. Pareto optimum terjadi pada setiap titik pada garis OAOB yang
disebut garis kontrak. Jadi, Pareto optimum tidak hanya terjadi pada satu
atau dua titik saja melainkan banyak, yaitu sepanjang garis O AOB. Di titik
mana sepanjang OAOB kedua konsumen A dan B akan berakhir tergantung
dari distribusi penghasilan awal kedua konsumen tersebut. Jadi analisis di
atas hanya memecahkan masalah distribusi. Uraian di atas, di mana efisiensi
maksimum yang dicapai berakhir di titik F atau D adalah dengan pandangan
bahwa distribusi awal terjadi pada titik T di mana konsumen A memiliki
pakaian sebanyak OAP1 unit dan makan sebanyak OAM1 unit sedangkan
konsumen B memiliki pakaian sebanyak M1ME unit.
Pada titik OB, alokasi kedua barang (pakaian dan makanan) juga
sangat efisien akan tetapi distribusi kedua barang tersebut sangat tidak

10
merata oleh karena konsumen A memiliki semua makanan dan pakaian
sedangkan B tidak mengkonsumsikan apa-apa. Begitu juga pada titik
optimum OA, efisiensi alokasi pakaian dan makanan tercapai, akan tetap
alokasi yang terjadi adalah sangat tidak merata karena B memiliki semua
pakaian dan makanan yang ada, sedangkan A tidak memiliki apa-apa.
Jadi uraian di atas dapat dijelaskan bahwa mekanisme pasar tanpa
adanya campur tangan pemerintah dapat menyebabkan alokasi barang-
barang yang efisien di antara para konsumen akan tetapi tidak dapat
memecahkan masalah distribusi barang yang dianggap adil sehingga
pemerintah harus campur tangan dalam menangani masalah distribusi.

D. Kondisi Pareto Optimum bagi Konsumen


Untuk mengetahui kondisi pareto optimum maka kita harus
mengetahui konsep tingkat pertukaran marginal (TPM, marginal rate of
substitsion). TPM adalah angka yang menunjukkan kesediaan seorang
konsumen untuk menukarkan satu unit terakhir dari suatu barang untuk
mendapatkan beberapa unit barang lainnya. Setiap konsumen akan selalu
menyamakan TPM-nya dengan harga relatif ke dua barang, yaitu pakaian
dan makanan. Dengan kata lain konsumen selalu berusaha mencapai tingkat
kepuasan dimana kurva indiferens-nya menyinggung Kurva Anggaran P0M0
atau P1M1, titik E pada Diagram 2.1 dan 2.2 pareto optimum akan tercapai
apabila setiap orang mencapai titik keseimbangan, yaitu di mana bagi setiap
orang TPM mereka sama dengan harga relatif, yaitu di mana TPM A untuk
makanan dan pakaian = TPM B untuk makanan dan pakaian, atau dalam
persamaan matematis disebutkan:
Kepuasan marginal bagi makanan Harga makanan
=
Kepuasan marginal bagi pakaian harga pakaian

Yang dicapai apabila kurva indiferens A menyinggung kurva


indiferens B atau titik D dan F pada diagram 2.3.

11
Diagram 2.4

Kedudukan pareto dalam Diagram 2.3 dapat diterjemahkan menjadi


kurva kemungkinan kepuasan (Utility possibility function) seperti
ditunjukkan dalam diagram 2.4.

E. Efisiensi Produsen
Untuk menganalisis efisiensi produksi analisa pareto dapat pula
dipergunakan. Kita anggap bahwa dalam perekonomian hanya terdapat dua
orang produsen yang menghasilkan dua jenis barang (X dan Y), serta hanya
menggunakan dua jenis faktor produksi (Tanah, T, dan Tenaga kerja, B).

12
D
iagram 2.5

Diagram 2.6

13
Diagram 2.7

Diagram 2.8

Tingkat produksi pada diagram 2.5 dapat dicapai dengan


menggunakan tanah sebanyak T1 unit dan tenaga kerja sebanyak B1, yang
ditunjukkan oleh titik K pada diagram 2.6. akan tetapi pada diagram 2.6
dapat pula diketahui bahwa tingkat produksi H1 tidak hanya dapat dicapai

14
dengan kombinasi tenaga dan tanah sebanyak T1B1, tetapi juga dengan
kombinasi T2 dan B2, T3 dan B3. Jumlah tenaga yang digunakan dan tingkat
produksi yang dicapai ditentukan oleh besarnya dana yang tersedia, harga
dari tanah, dan upah tenaga. Dengan upah dan sewa tanah tertentu, maka
sejumlah dana tertentu oleh produsen dapat digunakan seluruhnya untuk
membayar tenaga kerja sebanyak B1 orang atau ia dapat menggunakan
seluruh dana tersebut untuk menyewa tanah seluas T1 Ha.
Dalam diagram 2.7 keseimbangan produsen ditunjukkan oleh titik
E, dimana dengan dana yang tertentu produsen menghasikan sebanyak H1
dengan menggunakan tenaga kerja sebanyak OBE orang dan OTE Ha tanah.
Diagram 2.8 menunjukkan bagaimana tenaga kerja dan tanah dipergunakan
oleh dua orang produsen yang menghasilkan produk yang berbeda, yaitu
pakaian dan makanan. Misalkan X menghasilkan pakaian dan Y
menghasilkan makanan.
Diagram 2.8 dapat dilihat bahwa pada kurva kemungkinan
produksi (KKP), peningkatan produksi satu jenis barang hanya dapat
dilakukan dengan mengurangi produksi barang yang lain. Jadi dari F ke G,
kenaikkan produksi makanan dari OM1 ke OM0 hanya dapat dilakukan
apabila produksi pakaian dikurangi dari OP1 ke OP0.
Analisis selanjutnya adalah bagaimana sistem pasar persaingan
sempurna dapat menentukan berapa jumlah barang (pakaian dan makanan)
yang akan dihasilkan oleh produsen (X dan Y) dan bagaimana kedua barang
tersebut akan didistribusikan di antara para konsumen (A dan B)?
Jumlah barang yang diproduksikan tergantung oleh harga kedua
barang tersebut. Semakin mahal harga suatu barang semakin banyak jumlah
yang dihasilkan, sebaliknya semakin murah harga suatu barang semakin
sedikit jumlah yang diproduksikan.
Misalkan harga makanan = PM dan harga pakaian = PP yang pada
pasar persaingan sempurna ditentukan secara eksogen sehingga merupakan
data bagi produsen maupun konsumen (asumsinya pasar semuanya dalam
persaingan sempurna). Nisbah (rasio) harga PM/PP menyebabkan jumlah

15
makanan yang dihasilkan sebanyak OAM1 dan pakaian sebanyak OAP1 pada
diagram 2.9. Jumlah makanan dan pakaian yang dihasilkan tersebut harus
didistribusikan di antara para konsumen yang ada.
Pada analisis konsumen kita anggap bahwa dalam perekonomian
hanya terdapat dua orang konsumen dan distribusi dua barang diantara
kedua orang konsumen dapat dilihat pada diagram 2.9. dengan membuat
diagram kotak (box diagram pada diagram 2.2). Segi empat O AP1OBM1
menunjukkan banyaknya makanan dan pakaian yang tersedia dalam
masyarakat.
Dalam segi empat OAP1OBM1, hanya terdapat satu titik pada kurva
kontrak dimana garis harga PM/PP sejajar dengan tingkat pertukaran
marginal (TPS = marginal rate of substitution), yaitu pada titik T. Pada titik
T tersebut jumlah makanan yang didapat oleh A adalah sebanyak O AM0 unit
dan makanan yang dikonsumsikan oleh B sebanyak M0M1, dan OAM0 +
M0M1 = OAM1 adalah makanan yang dihasilkan oleh produsen makanan (Y).
Sebaliknya, pada titik T jumlah pakaian yang dikonsumsikan A sebanyak
OAP0 unit dan yang dikonsumsikan B sebanyak P0P1. Jumlah konsumsi
kedua konsumen tersebut sebanyak OAP0 + P0P1 = OAP1 yang merupakan
pakaian yang dihasilkan X.
Jadi dari analisis konsumen dan produsen di atas, dapat
disimpulkan bahwa apabila semua pasar berada pada pasar persaingan
sempurna maka mekanisme pasar akan dapat memecahkan masalah alokasi
sumber ekonomi secara efisien tanpa adanya campur tangan pemerintah.

F. Kriteria Kompensasi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya pasar
persaingan sempurna akan menyebabkan terjadinya pareto optimum bagi
konsumen dan produsen, dalam hal ini, setiap perubahan dari kondisi pareto
optimum tersebut akan menyebabkan efisiensi alokasi sumber-sumber
ekonomi. Jelas bahwa definisi pareto yang demikian itu sangatlah sempit,
sebab setiap kondisi berarti telah tercapai kondisi pareto optimum? Kaldor

16
dan Hicks menyatakan bahwa setiap perubahan tetap akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat apabila pihak yang dirugikan dapat memperoleh
kompensasi atas kerugian tersebut sehingga ia berada pada tingkat kepuasan
yang sama sedangkan pihak yang untung mengalami kenaikkan
kesejahteraan.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Barang swasta adalah barang yang dapat disediakan melalui sistem
pasar dapat menyebabkan alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien.
Barang swasta memiliki nilai tertentu yang disepakati antara penjual dan
pembeli yaitu harga. Harga dari suatu jenis barang swasta bisa naik dan
turun (fluktuatif) mengikuti mekanisme pasar.
Dalam sistem perekonomian pasar yang sempurna, harga-harga
merupakan data, yang berarti tidak ada satu pihak pun, baik produsen
maupun konsumen secara sendiri-sendiri dapat mempengaruhi harga. Hal
ini disebabkan oleh karena dalam sistem pasar persaingan sempurna,
seorang pengusaha ataupun pembeli hanya merupakan sebagian yang sangat
kecil sehingga peranannya menjadi tidak berarti. Bagi seorang konsumen,
permintaannya akan suatu barang hanya merupakan sebagian kecil
dibandingkan dengan permintaan seluruh konsumen, sehingga ia tidak dapat
mempengaruhi tingkat harga suatu barang dengan merubah permintaannya
akan barang tersebut, walaupun konsumen secara berkelompok dapat
mempengaruhi tingkat harga.

Jumlah barang yang diproduksikan tergantung oleh harga kedua


barang tersebut. Semakin mahal harga suatu barang semakin banyak jumlah
yang dihasilkan, sebaliknya semakin murah harga suatu barang semakin
sedikit jumlah yang diproduksikan.

B. Saran
Sebaiknya penyediaan barang swasta dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan harga yang optimal. Penyediaan barang swasta harus
didukung oleh pemerintah dengan pengadaan barang publik yang memadai
dan pemerintah turut berperan dalam mekanisme pasar dalam alokasi,
distribusi dan stabilisasi sehingga dapat memperlancar kegiatan ekonomi.

18
Akhirnya, telah selesai makalah kami yang membahas tentang
Teori Barang Swasta. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang
harus kami perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat
kesalahan penulisan, kami memohon maaf, kritik, saran dan masukan dari
pembaca agar kami dapat memperbaikinya.
Terima kasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Guritno Mangkoesoebroto, M. Ec. (2018). Ekonomi Publik Edisi Ketiga.

STUDIEKONOMI.COM. (n.d.). BARANG PUBLIK (Public Goods) dan Barang


Swasta. 27 Agustus 2020. Retrieved November 30, 2022, from
https://studiekonomi.com/ekonomi/publik/barang-publik-public-goods-dan-
barang-swasta/#:~:text=Barang%20swasta%20bersifat%20ekslusif,sehingga
%20tidak%20dapat%20mengkonsumsi%20barang

M. Prawiro. (n.d.). Pengertian Efisiensi: Tujuan, Manfaat, Syarat, dan Contoh


Efisiensi. 29 September 2018. Retrieved November 30, 2022, from
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-efisiensi.html

20

Anda mungkin juga menyukai