Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Tujuan utama dari setiap kegiatan bisnis perusahaan adalah untuk mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya dengan menekan biaya sekecil-kecilnya (profit oriented). Laba
merupakan sumber utama perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidupnya, hal ini sesuai
dengan konsep “going concern” yang beranggapan perusahaan didirikan untuk hidup terus-
menerus dan seolah-olah tidak akan berhenti. Laba kotor perusahaan merupakan selisih
pendapatan penjualan neto dikurangi dengan harga pokok penjualan. Sedangkan untuk
efisiensi laba kotor perusahaan, efisiensi karena kaitannya dengan jumlah uang atau rupiah,
jika kaitannya dengan kinerja karyawan atau pegawai maka dilihat efektivitasnya
Sedangkan harga pokok penjualan dipengaruhi oleh persediaan barang jadi awal ditambah
harga pokok produksi dikurangi persediaan barang jadi akhir periode. Dalam harga pokok
produksi terdapat biaya produksi dimana semakin besar biaya produksi maka semakin kecil
laba perusahaan, sebaliknya jika semakin kecil biaya produksinya maka semakin besar laba
perusahaan. Oleh karena itu biaya produksi sangat penting untuk menjaga kestabilan
perusahaan. Jika perusahaan ingin bertahan maka perusahaan harus memperhatikan betul
biaya produksi yang dikeluarkan.
Biaya pemasaran adalah biaya untuk menyampaikan produk ketangan konsumen sampai
diubah kembali menjadi uang tunai. Fungsi administrasi dan umum adalah meliputi fungsi
yang berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijasanaan, perencanaan, pengarahan dan
pengawasan terhadap kegiatan perusahaan secara kesluruhan agar dapat berhasil-guna
(efektif) dan berdaya-guna (efisien). Aktivitas fungsi ini bermanfaat unutk fungsi produksi
dan fungsi pemasaran akan tetapi tidak dapat diidentifikasikan manfaatnya secara langsung
dengan fungsi produksi maupun fungsi pemasaran.
Karenanya penulis ingin sekali mengangkat biaya produksi untuk diteliti, biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat proses produksi, biaya produksi meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya (cost) disini
berbeda dengan beban (expense), dalam laporan keuangan biaya masuk dalam laporan harga
pokok produksi (cost of goods manufacture) yang akan digunakan sebagai penambah harga
pokok penjualan (cost of goods sold) yang selanjutnya akan mengurangi penjualan bersih
sehingga didapat laba kotor. Sedangkan beban (expense) masuk dalam laporan rugi laba yang
akan mengurangi laba kotor sehingga didapat laba bersih.

B.     Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini :
1.      Agar Mahasiswa Mengetahui Analisis Laba Kotor ?
2.      Agar Mahasiswa Mengetahui Analisis Biaya Pemasaran ?
3.      Agar Mahasiswa Mengetahui Analisis Administrasi Dan Umum ?
4.      Agar Mahasiswa Mengetahui Penyelidikan Penyimpangan Biaya ?

ANALISA LABA KOTOR

1.      Pengertian laba kotor


Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Untuk mencapai tujuan
tersebut perusahaan harus melakukan kegiatan penjualan yang baik dan kegiatan penjualan
yang baik itu adalah penjualan yang saling menguntungkan. Menurut Simangunsong
(1991:189) terdapat beberapa pengertian laba sebagai berikut:
a)      Laba kotor (penjualan dikurangi harga pokok).
b)      Laba usaha (laba kotor dikurangi biaya-biaya usaha).
c)      Laba sebelum pajak (laba usaha dikurangi hal-hal diluar usaha)

Setiap perusahaan tidak akan terlepas dari kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan
perusahaan, yaitu untuk menghasilkan laba. Walaupun laba bukan merupakan tujuan satu-
satunya, namun laba sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
dan untuk memperoleh kepercayaan dari investor dan kreditor.
Laba menurut Zaki Baridwan (1997:30) adalah Kenaikan modal (aktiva bersih) yang
berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha,
dan dari semua transaksi kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode
kecuali yang timbul dari penjualan aktiva tetap.
Sedangkan pengertian laba menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:267) Laba adalah
perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yangtimbul dari transaksi pada periode
tertentu yang dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut”.
Keberhasilan manajemen di dalam jangka pendek dapat dilihat apakah laba yang diperoleh
lebih besar atau lebih kecil jika dibandingkan dengan rencana laba yang semula ingin dicapai.
Salah satu indikasi untuk mengetahui apakah suatu kegiatan perusahaan menguntungkan atau
tidak dapat dilihat dari besar kecilnya.
Definisi laba kotor menurut Supriyono (1999:177) adalah: “Laba kotor merupakan selisih
antara hasil penjualan netto dikurangi harga pokok barang yang dijual”. Menurut Dwi
Prastowo (2005:209) pengertian laba kotor adalah: ”Selisih antara harga pokok penjualan dan
penjualan “. Dari definisi di atas maka dapat dilihat bahwa laba kotor perusahaan dalam hal
ini dapat dihitung dengan mempertemukan pendapatan atau penjualan dikurangi dengan
harga pokok penjualan.
A.    Pengertian dan Pentingnya Analisis Laba Kotor
1)      Pengertian Analisis Laba Kotor
Salah satu alat Bantu manajemen perusahaan yang dapat digunakan adalah analisis laba
kotor di mana analisis kotor ini digunakan untuk mengevaluasi penjualan dan menganalisis
hasil pelaksanaan atau aktivitas penjualan dalam perusahaan, dengan cara membandingkan
antara anggaran laba kotor yang disusun dengan realisasi yang terjadi sehingga dapat
diketahui hasil yang telah diperoleh perusahaan.
Pengertian laba kotor menurut Supriyono (1999:179) adalah: “Memecah-mecah atau
membagi bagian-bagian atau elemen-elemen yang lebih kecil dengan tujuan untuk
menentukan penyebab penyimpangan laba kotor dan untuk mengetahui hubungan antara
elemen-elemen tersebut”. Menurut Kusnadi (2001:365) mengatakan bahwa: ”Analisis laba
kotor merupakan proses analisis yang berkelanjutan dan harus dilaksanakan secara intensif”.
Sedangkan menurut Dwi Prastowo (2005:209) yang dimaksud dengan analisis laba kotor
adalah: “Analisis laba kotor merupakan suatu proses yang kontinu dan intensif”. Dari uraian
di atas, maka dapat kita lihat bahwa analisis laba kotor digunakan untuk mengetahui
perubahan-perubahan atau penyimpangan-penyimpangan antara anggaran laba kotor dengan
realisasinya.
2)      Pentingnya Analisis Laba Kotor
Tujuan utama perusahaan untuk memperoleh laba. Besarnya laba perusahaan dihitung
dengan mempertemukan secara layak semua penghasilan dengan semua biaya di dalam suatu
periode akuntansi yang sama. Keberhasilan manajemen dapat dilihat dari apakah laba yang
diperoleh lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan rencana laba yang semula ingin
dicapai. Rencana laba dapat berupa laba yang dianggarkan atau standar laba pada periode
akuntansi sebelumnya. Menurut Supriyono (1999:175) bahwa penyimpangan realisasi laba
dengan rencana laba perlu dianalisis dan diinvestigasi sebab-sebab penyimpangannya,
sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk tujuan:
1)      Memberikan petunjuk kepada manajemen tentang elemen apa yang menyimpang, berapa
jumlah penyimpangannya dan bagaimana pengaruhnya terhadap laba yang dicapai
perusahaan, apa sebab penyimpangan tersebut, pada kegiatan apa penyimpangan itu terjadi,
siapa yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan tersebut atau apakah penyimpangan
tersebut dapat dikendalikan oleh pusat kegiatan tertentu.
2)      Memberikan petunjuk kepada manajemen guna menyusun anggaran laba periode berikutnya,
dengan investigasi terhadap penyimpangan yang timbul dapat menilai apakah rencana laba
merupakan pengukur yang baik untuk menilai/mengevaluasi laba. Apabila rencana laba tidak
tepat maka akibatnya tidak dapat dipakai sebagai alat evaluasi dan dalam menentukan
rencana laba periode berikutnya harus lebih teliti.

Tujuan menganalisis penyimpangan yang terjadi antara realisasi laba dengan rencana
laba. Maka laporan laba rugi perlu diperbandingkan antara realisasi laba apakah
menguntungkan atau merugikan. Analisis laba kotor merupakan bagian dari analisis laba.
Berdasarkan uraian di atas perubahan laba kotor dipengaruhi oleh elemen penjualan dan
harga pokok penjualan, maka dari itu perlu dilakukan analisis terhadap perubahan laba kotor
antara anggaran laba kotor dengan realisasi laba kotor. Hal ini dilakukan untuk membantu
manajemen menilai, mengevaluasi aktivitas penjualan dan melakukan tindakan untuk
menunjang aktivitas yang berhubungan dengan penjualan.
B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan Laba Kotor
Laba kotor harus disajikan dan dianalisis sedemikian rupa sehingga manajemen dapat
mengetahui sebab-sebab atau faktor perubahan laba kotor. Analisis laba kotor hendaknya
dilakukan oleh setiap perusahaan dari tahun ke tahun untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan tersebut, dan setelah perusahaan mengetahui penyebab perubahan
laba kotor maka perusahaan dapat melakukan suatu tindakan untuk memperbaikinya.
Menurut Supriyono (1999:180) faktor yang menyebabkan perubahan laba kotor
adalah:
1)      Penjualan
2)      Harga pokok penjualan

Perubahan laba kotor yang disebabkan oleh penjualan ditentukan oleh besarnya:
1)      Harga jual satuan yaitu perubahan yang disebabkan oleh perubahan dalam harga jual per
satuan dihitung berdasarkan jumlah produk yang dijual.
2)      Kuantitas atau volume penjualan yaitu perubahan laba kotor yang disebabkan perubahan
jumlah produk yang terjual dengan harga jual persatuan tetap.

Sedangkan perubahan laba kotor yang dipengaruhi oleh harga pokok penjualan adalah:
1)      Harga pokok penjualan, yaitu perubahan laba kotor yang terjadi karena adanya perubahan
harga pokok per satuan produk dengan anggaran kuantitas penjualan sama.
2)      Kuantitas atau volume harga pokok penjualan, yaitu perubahan laba kotor yang disebabkan
karena adanya perubahan kuantitas yang dijual dengan anggaran harga pokok satuan tetap.
Menurut Kusnadi (2001:366) faktor yang mempengaruhi perubahan laba kotor adalah:
1)      Perubahan harga jual
2)      Perubahan volume penjualan
3)      Perubahan bauran produk
Perubahan laba kotor dari tahun ke tahun perlu dianalisa untuk mengehtahui faktor-faktor
yang menyebabkan perubahan tersebut, dan para manajer harus memahami betul setiap
perubahan yang terjadi pada laba kotor dan kemungkinan sebab-sebab terjadinya perubahan
tersebut serta ditentukan cara apa yang dipelukan untuk memparbaikinya.

C.     Manfaat Analisis Laba Kotor


Manfaat dilakukannya analisis laba kotor menurut Supriyono (1999:179) adalah
sebagai berikut: ”Analisis laba kotor adalah memecah-mecah atau membagi menjadi bagian-
bagian atau elemen-elemen yang lebih kecil dengan tujuan untuk menentukan penyebab
penyimpangan laba kotor dan untuk mengetahui hubungan antara elemen-elemen tersebut”.
Manfaat analisis laba kotor menurut Dwi Prastowo (2005:210) adalah. “Analisis laba
kotor berguna untuk mengukur kinerja dengan membandingkan antara apa yang
sesungguhnya terjadi dengan apa yang semestinya terjadi”.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa manfaat dilakukannya analisis laba kotor adalah
untuk membandingkan antara anggaran laba kotor dengan realisasinya, karena dengan cara
itu dapat digunakan untuk mengukur kinerja dengan cara membandingkan apa yang
sesungguhnya terjadi dengan apa yang semestinya terjadi selain itu juga manfaat analisis laba
kotor adalah sebagai metode atau alat yang digunakan manajemen dalam menilai dan
mengevaluasi operasi atau aktivitas perubahan terhadap penjualan dan biaya agar tidak
menyimpang dari yang direncanakan manajemen.
ANALISIS BIAYA PEMASARAN
1.      Pengertian Biaya Pemasaran
Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” menyatakan bahwa Biaya
pemasaran adalah semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan
dalam gudang sampai dengan produk tersebut diubah kembali dalam bentuk uang tunai
(2000:529).
Menurut Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen yang diterjemahkan oleh Thomson
Learning dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” menyatakan bahwa Biaya pemasaran
adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk memasarkan, mendistribusikan, dan melayani
produk atau jasa.(2004:52).
Menurut Supriyono dalam bukunya “Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian
Biaya Serta Pembuatan Keputusan” menyatakan bahwa Biaya pemasaran adalah semua biaya
yang terjadi dalam rangka memasarkan produk atau barang dagangan, dimana biaya tesebut
timbul dari saat produk atau barang dagangan siap dijual sampai dengan diterimanya hasil
penjualan menjadi kas. (2000:201-202)
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa biaya pemasaran adalah
biaya untuk menyampaikan produk ketangan konsumen sampai diubah kembali menjadi uang
tunai.
Kegiatan pemasaran produk dimulai jauh sebelum produk selesai diproduksi. Kegiatan
advertensi biasanya mengawali kegiatan pemasaran suatu produk. Setelah produk selesai
diproduksi (finished goods)kegiatan pemasaran umumnya adalah:
1)      Penyimpanan di gudang (sediaan produk jadi)
2)      Penjualan
3)      Pembungkusan dan pengiriman
4)      Penagihan
5)      Pencatatan transaksi (akuntansi)
Dengan demikian biaya pemasaran tidak hanya meliputi biaya penjualan saja tetapi termasuk:
         Biaya advertensi,
         Biaya pergudangan,
         Biaya pembungkusan dan pengiriman
         Biaya kredit dan penagihan
         Biaya akuntansi pemasaran
2.      Penggolongan Biaya Pemasaran

Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” biaya pemasaran dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Menurut golongan
a.       Biaya untuk mendapatkan pesanan (order-getting costs), yaitu semua biaya yang
dikeluarkan dalam usaha untuk memperuleh pesanan. Contohnya adalah biaya gaji
wiraniaga (salesperson), komisi penjualan, advertensi, dan promosi.
b.      Biaya untuk memenuhi pesanan (order-filling costs), yaitu semua biaya yang
dikeluarkan mengusahaken agar supaya produk sampai ke tangan pembeli dan biaya-
biaya untuk mengumpulkan piutang dari pembeli. Contohnya adalah biaya
pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman, biaya angkutan, dan biaya
penagihan.

2. Menurut fungsi pemasaran


a.       Biaya penjualan yang meliputi kegiatan untuk memenuhi pesanan yang diterima dari
pelangganan yang terdiri dari gaji karyawan fungsi penjualan, biaya depresiasi, kantor,
biaya sewa kantor.
b.      Biaya advertensi yang meliputi kegiatan perancangan dan pelaksanaan kegiatan order-
getting melalui kegiatan advertensi dan promosi yang terdiri dari gaji karyawan fungsi
advertensi, biaya iklan, biaya pameran, biaya promosi, biaya contoh (sampel).
c.       Biaya pergudangan yang meliputi kegiatan penyimpanan jadi yang siap untuk dijual yang
terdiri dari gaji karyawan gudang, biaya depresiasi gudang, dan biaya sewa gudang.
d.      Biaya pembungkusan dan pengiriman yang meliputi kegiatan pembungkusan produk dan
pengiriman produk kepada pembeli terdiri dari biaya karyawan fungsi pembungkusan
dan pengiriman, biaya bahan pembungkus, biaya pengiriman, biaya depresiasi
kendaraan, biaya operasional kendaraan.
e.       Biaya kredit dan penagihan yang meliputi kegiatan pemantauan kemampuan keuangan
pelangganan dan penagihan piutang dari pelangganan terdiri dari gaji karyawan bagian
penagihan, kerugian penghapusan piutang, potongan tunai.
f.       Biaya akuntansi pemasaran yang meliputi kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan
catatan akuntansi penjualan terdiri dari gaji karyawan fungsi akuntansi pemasaran dan biaya
kantor.
3.      Karakteristik Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran memiliki karakteristik yang berbeda dengan biaya produksi.
Karakteristik biaya pemasaran adalah sebagai berikut:
a.       Banyak ragam kegiatan pemasaran ditempuh oleh perusahaan dalam memasarkan
produknya, sehingga perusahaan yang sejenis produknya, belum tentu menempuh cara
pemasaran yang sama. Hal ini sangat berlainan dengan kegiatan produksi. Dalam
memproduksi produk, pada umumnya digunakan bahan baku, mesin, dan vara memproduksi
yang sama dari waktu ke waktu. Hal ini memungkinkan diadakannya perbandingan biaya
produksi antara perusahaan yang sejenis. Berbeda halnya dengan kegiatan pemasaran produk,
yang sangat bervariasi meskipun dalam perusahaan yang sejenis. Sehingga seringkali tidaklah
mungkin diadakan perbandingan biaya pemasaran antara perusahaan yang satu dengan yang
lainnya.
b.      Kegiatan pemasaran seringkali mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perudahan
kondisi pasar. Di samping terdapay berbagai macam metode pemasaran, seringkali terjadi
perubahan metode pemasaran untuk menyesuaikan dengan perubahan kondisi pasar. Karena
kebutuhan konsumen yang menghendaki pelayanan cepat, maka suatu perusahaan mungkin
akan mengganti saluran distribusinya yang selama ini digunakan. Begitu juga kegiatan
perusahaan pesaing yang akan mempunyai pengaruh terhadap metude pemasaran yang
digunakan oleh suatu perusahaan, sehingga metode pemasaran produk sangat bersifat
fleksibel. Hal ini menimbulkan masalah penggolongan dan interpretasi biaya pemasaran.
c.       Kegiatan pemasaran berhadapan dengan konsumen yang merupakan variabel yang tidak
dapat dikendalikan oleh perusahaan. Manajemen dapat mengendalikan biaya tenaga kerja,
biaya bahan baku, jam kerja dan jumlah mesin yang digunakan, tetapi tidak seorangpun dapat
mengatakan apa yang akan dilakukan oleh konsumen. Dalam kegiatan produksi, efisiensi
diukur dengan melihat jumlah biaya yang dapat dihemat untuk setiap produk yang
diproduksi. Sebaliknya dalam kegiatan pemasaran, kenaikan volume penjualan merupakan
ukuran efisiensi, meskipun tidak setiap kenaikan volume penjualan diikuti dengan kenaikan
laba.
d.      Dalam biaya pemasaran terdapat biaya langsung dan biaya bersama (joint costs) yang lebih
sulit pemecahannya bila dibandingkan dengan yang terdapat dalam biaya produksi. Jika suatu
perusahaan menjual berbagai macam produk dengan cara pemasaran yang berbeda-beda di
berbagai daerah pamasaran, maka akan menimbulkan masalah biaya bersama (joint costs)
yang kompleks.
4.      Cara Analisis Biaya Pemasaran
Analisis biaya pemasaran bertujuan untuk penentuan harga pokok produk, pengendalian
biaya, perencanaan dan pengarahan kegiatan pemasaran. Cara analisis biaya pemasaran dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1)      Analisis biaya pemasaran menurut jenis biaya atau objek pengeluaran.
Dalam cara analisis ini, biaya pemasaran dipecah sesuai dengan jenis-jenis biaya
pemasaran seperti: gaji, biaya iklan, biaya perjalanan, biaya depresiasi peralatan kantor, biaya
operasional dan pemeliharaan truk, dan sebagainya.
2)      Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran.
Langkah analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran adalah sebagai berikut:
a.       Menentukan dengan jelas fungsi-fungsi pemasaran sehingga dapat ditentukan secara tepat
manager yang bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi tersebut.
b.      Menggolongkan tiap-tiap jenis biaya pemasaran sesuai dengan fungsinya.
c.       Menentukan suatu ukuran jasa yang dihasilkan oleh tiap-tiap fungsi.
d.      Menentukan biaya per satuan kegiatan pemasaran dengan cara membagi total biaya
pemasaran yang dikeluarkan untuk fungsi tertentu dengan jumlah satuan jasa yang dihasilkan
oleh fungsi yang bersangkutan.
3)      Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran.
Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran dapat dibagi sebagai berikut:
a.       Menurut jenis produk
b.      Menurut daerah pemasaran
c.       Menurut besar pesanan
d.      Menurut saluran distribusi

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melakukan analisis biaya pemasaran baik
menurut jenis produk, daerah pemasaran, besar pesanan, maupun menurut saluran distribusi
adalah sebagai berikut:
a)      Menggolongkan jenis biaya menurut fungsinya
b)      Menentukan jenis analisis yang akan dijalankan
c)      Menggolongkan jenis biaya pemasaran kedalam: biaya langsung, biaya setengah langsung,
biaya tidak langsung
d)     menentukan dasar alokasi biaya pemasaran
ANALISIS ADMINISTRASI DAN UMUM

1.      Pengertian Biaya Administrasi dan Umum


Fungsi administrasi dan umum adalah meliputi fungsi yang berhubungan dengan kegiatan
penentuan kebijasanaan, perencanaan, pengarahan dan pengawasan terhadap kegiatan
perusahaan secara kesluruhan agar dapat berhasil-guna (efektif) dan berdaya-guna (efisien).
Aktivitas fungsi ini bermanfaat unutk fungsi produksi dan fungsi pemasaran akan tetapi tidak
dapat diidentifikasikan manfaatnya secara langsung dengan fungsi produksi maupun fungsi
pemasaran.
Bagian atau departemen di dalam organisasi perusahaan yang termasuk fungsi
administrasi dan umum misalnya:
a)      Direktur dan Staf
b)      Bagian umum dan personalia
c)      Bagian humas dan hokum
d)     Bagian keuangan
e)      Bagian akuntansi

Dari fungsi administrasi dan umum tersebut diatas dapat didefinisikan pengertian biaya
administrasi dan umum adalahBiaya adminsitrasi dan umum adalah semua biaya yang terjadi
dan berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum. Meliputi biaya dalam rangka
penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengarahan, dan pengawasan terhadap kegiatan
perusahaan secara keseluruhan. Termasuk dalam biaya ini adalah biaya untuk direktur dan
staf (pimpinan tertinggi perusahaan), bagian umum dan personalia, bagian humas dan hukum,
bagian keuangan, bagian akuntansi, dan sebagainya”
2.      Pendekatan dalam Pengawasan Biaya Administrasi dan Umum
Syarat penting didalam pengawasan biaya administrasi dan umum adalah Penggolongan
secara tepat elemen biaya administrasi dan umum dalam rekening pembukuan dan Penentuan
pertanggungjawaban atas biaya administrasi dan umum pada tingkatan pimpinan tertentu
secara individual.
Untuk dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka didalam pengawasan biaya administrasi
dan umum diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
A.    Menggolongkan elemen biaya administrasi dan umum atas dasar jenis biaya
Tujuan manajemen perusahaan adalah menggunakan secara efektif setiap rupiah biaya
yang terjadi dan memaksimalkan laba, penggolongan secara tepat biaya administrasi dan
umum menurut jenis biaya akan mempunyai dua manfaat yaitu:
a)      Sebagai dasar mengadakan perbandingan antara biaya administrasi dan umum yang
sesungguhnya dengan yang diharapkan akan terjadi untuk setiap elemen biaya.
b)      Mempermudah alokasi setiap jenis biaya administrasi dan umum kepada setiap bagian atau
departemen yang melaksanakan fungsi administrasi dan umum.

Biaya administrasi dan umum dapat digolongkan atas dasar obyek dari biaya sebagai
berikut:
a.       Gaji dan Upah, meliputi:
         Gaji
         Intensif dan bonus
         Premi lembur
         Pajak pendapatan, dana pension, astek
         Tunjangan natura
         Upah borongan
b.      Kesejahteraan Karyawan, meliputi:
         Pengobatan karyawan
         Rekreasi dan olahraga
         Pendidikann dan perpustakaan
         Kesejahteraan lain-lain.
c.       Biaya reparasi dan pemeliharaan, meliputi reparasi dan pemeliharaan untuk:
         Kendaraan kantor
         Peralatan kantor
         Emplasemen, taman, halaman kantor
         Bangunan kantor
d.      Biaya penyusutan aktiva tetap, meliputi penyusutan untuk:
         Kendaraan kantor
         Peralatan kantor
         Emplasemen, taman, halaman kantor
         Bangunan kantor.
e.       Biaya administrasi dan umum lain-lain, meliputi:
         Biaya cetak, alat tulis, dan supplies kantor lainnya
         Biaya telek, tilpun, telegram kantor
         Biaya listrik dan air kantor
         Biaya perjalanan dinas kantor
         Biaya rapat dan pertemuan
         Biaya akuntan
         Biaya konsultan lain-lain
         Biaya tamu
         Biaya representasi direksi
         Biaya sumbangan (donasi)
         Biaya administrasi dan umum lain-lain.
B.     Mengalokasikan setiap jenis biaya administrasi dan umum kepada setiap bagian atau
depertemen yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum
Tujuan alokasi setiap elemen biaya administrasi dan umum kepada setiap bagian atau
departemen adalah dalam rangka menentukan pertanggungjawaban atas biaya administrasi
dan umum pada tempat biaya tertentu yang melaksanakan fungsi administrasi dan umum.
Agar alokasi setiap elemen biaya kepada setiap bagian fungsional dapat relative adil dan
tepat, perlu menggolongkan setiap elemen biaya menurut:
a.       Tingkat Perubahannya dengan Volume atau Kegiatan
Tingkat perubahan atau variabilitas biaya administrasi dan umumdapat dipengaruhi
oleh kegiatan fungsi yang bersangkutan atau dapat pula dipengaruhi oleh kegiatan fungsi
lainnya, yaitu fungsi produksi dan pemasaran. Misalnya biaya posting piutang tingkat
variableitasnya dipengaruhi frekuensi penjualan dan penagihan piutang, biaya posting ke
kartu pembantu persediaan bahan dipengaruhi oleh frekuensi pembelian dan penggunaan
bahan untuk produksi. Oleh kerena itu diperlukan ketelitian dalam penentuan satuan
pengukur variabilitas biaya. Atas dasar tingkat variablitiasnya, biaya administrasi dan umum
digolongkan menjadi:
1)      Biaya tetap, yaitu biaya administrasi dan umum yang jumlah totalnya tetap konstan tidak
terpengaruh oleh perubahan volume atau kegiatan sampai dengan tingkatan aktivitas tertentu.
Misalnya: biaya gaji, biaya penyusutan, dan lainnya.
2)      Biaya variabel, yaitu biaya administrasi dan umum yang jumlah totalnya akan berubah
secara sebanding dengan perubahan volume atau kegiatan, semakin besar kegiatan semakin
besar biayanya. Misalnya: biaya supplies kantor, premi dan insentip, dan lainnya.
b.      Hubungannya dengan Setiap Fungsi Administrasi dan Umum
Dalam hubungannya dengan setiap fungsi administrasi dan umum biaya dapat
digolongkan menjadi:
1)      Biaya langsung, yaitu biaya administrasi dan umum yang jadinya atau manfaatnya dapat
diidentifikasikan kepada kegiatan fungsional tertentu. Misalnya: biaya gaji dan upah biaya
cetak dan supplies, dan lainnya.
2)      Biaya tidak langsung, yaitu biaya administrasi umum yang terjadinya atau manfaatnya tidak
dapat diidentifikasikan kepada kegiatan fungsional tertentu atau biaya yang manfaatnya
dinikmati bersama oleh beberapa kegiatan fungsional tertentu. Misalnya: biaya rekreasi dan
olehraga, pendidikan dan perpustakaan, repasrasi dan penyusutan bangunan.
Untuk biaya langsung dapat didistribusikan langsung kepada kegiatan fungsional tertentu,
sedangkan untuk biaya tidak langsung diperlukan dasar distribusi tertentu yang relatif teliti,
adil, praktis.
c.       Dapat Terkendali dan Tidaknya Suatu Biaya
C.     Menentukan teknik pengawasan biaya administrasi dan umum unutk setiap fungsi.
Dalam melaksanakan pengawasan biaya administrasi dan umum dapat digunakan teknik
sebagai berikut:
1)      Pengawasan biaya administrasi dan umum dengan menggunakan anggaran.
Jika anggaran dipakai sebagai alat pengawasan biaya administrasi dan umum, maka
pada awal periode ditentukan anggaran biaya untuk setiap jenis biaya yang didistribusikan
untuk setiap biaya yang didistribusikan untuk setiap bagian atau departemen yang merupakan
kegiatan fungsional. Anggaran biaya tersebut dipidahkan ke dalam elemen biaya variabel dan
biaya tetap, sehingga dapat disusun anggaran fleksibel atau anggaran variabel untuk setiap
bagian atau departemen yang merupakan pusat pertanggungjawaban biaya.
Untuk perusahaan yang relative besar anggaran yang disusun untuk setiap bagian atau
departemen akan diperinci lebih lanjut di dalam sub-bagian atau sub-departemen, dengan
tujuan agar dapat dilaksanakan pengawasan biaya dengan cara lebih cermat. Misalnya bagian
akuntansi dapat digolongkan ke dalam sub-bagian: Akuntansi keuangan, akuntansi biaya,
pemeriksaan internal (internal audidting), perpajakan, anggaran dan standar, system dan
prosedur, dan lain-lain.
Pada akhir periode tertentu, biasanya akhir bulan,, dilakukan perbandingan antara
biaya administrasi dan umum yang sesungguhnya dengan yang dianggarkan untuk setiap
bagian atau departemen tertentu. Selisih yang timbul dari perbandingan tersebut di analisa
dengan seksama oleh komite anggaran dan manajemen perusahaan, agar dapat diketahui
penyebab timbulnya selisih dan siapa yang bertanggungjawab atas selisih biaya tersbut.
2)      Pengawasan biaya administrasi dan umum dengan menggunakan standar
Teknik lain untuk mengawasi biaya administrasi dan umum adalah dengan
menggunakan standar. Dalam hal ini tujuan pemakaian standar adalah untuk lebih
meningkatkan efisiensi kegiatan fungsi administrasi dan umum dengan cara mengkaitkan
antara prestasi dari kegiatan dengan biaya yang terjadi.
Langkah-langkah dalam rangka pemakaian standar biaya administrasi dan umum
adalah sebagai berikut:
a)      Observasi dan analisa pendahuluan
Langkah ini penting di dalam memastikan semua masalah yang harus diketahui, dan memilih
luasnya kegiatan yang dapat distandarisasi serta untuk membantu mengeliminasi kelemahan-
kelemahan yang sifatnya routine.
b)      Memilih fungsi atau kegiatan yang disusun standarnya
Standar biaya administrasi dan umum hanya dapat disusun untuk fungsi atau kegiatan yang
presentasinya dapat diukur secara pasti, dalam bentuk satuan standar pengukur.
c)      Penentuan satuan standar pengukur kegiatan
Satuan standar pengukur untuk suatu bagian atas sub-bagian kegiatan administrasi umum
tergantung kepada kegiatan khusus yang dilaksanakan oleh bagian yang bersangkutan,
sehingga dapat dipakai alat mengukut prestasi.
d)     Menentukan metode dan perhitungan dasar
Penelitian gerak dan waktu hanya dilakukan terhadap bagian atau sub-bagian dari fungsi
administrasi dan umum ynag dapat disusun standarnya. Atas dasar penelitian gerak dan
waktu tersebut disusun anggaran biaya dan dihitung besarnya biaya standar.
e)      Testing atas biaya standar
Setelah biaya standar dihitung, maka standar tersebut harus dites lebih dahulu untuk
mengetahui apakah praktis dipakai.
f)       Aplikasi akhir
Dalam aplikasi akhir dari standar memerlukan penjelasan dan keikutseraan para pelaksana,
sesuai dengan tanggungjawab atas pekerjaannya masing-masing, karena yang akan diukur
prestasinya adalah para pelaksana tersebut
Dibawah ini diberikan beberapa contoh penentuan satuan standar pengukur untuk
bagian atau sub-bagian dari kegiatan administrasi umum.

Bagian atau Fungsi Satuan Standar Pengukur


Personalia Jumlah karyawan
Piutang Dagang Frekuensi posting
Pembukuan Frekuensi transaksi atau posting
Billing Jumlah rekening, statement, faktur
Surat-menyurat Jumlah pembuatan surat
Jumlah halaman atau surat yang
Terjemahan
diterjemahkan
Penjemputan karyawan Jumlah kilometer ditempuh
Tabulasi kartu Jumlah kartu tabulasi
Pengetikan Jumlah baris atau halaman diketik
Statement langganan Jumlah statement
Penerimaan tamu Jumlah tamu
Keuangan Frekuensi transaksi kas

Pada akhir periode tertentu, umumnya setiap akhir bulan, diperbandingkan


antara biaya standar dengan realisasi biaya dan diinvestigasi penyebab timbulnya selisih
biaya tersebut.
Disamping pengawasan biaya dengan menggunakan anggaran dan standar,
usaha-usaha lainnya dapat dilaksanakan untuk mengurangi besarnya biaya adminisrasi dan
umum.

BAB IV
PENYELIDIKAN PENYIMPANGAN BIAYA
1.      Analisis Penyimpangan Anggaran
Dalam mekanisme penerapan anggaran maupun dalam konsep Manajemet By Objektive
(MBO) maka salah satu teknis yang selalu diterapkan adalah analisis variance atau analisis
penyimpangan. Analisis ini dilakukan dengan cara memperbandingkan antara anggaran dan
realiasi. Perbedaan antara angka anggaran dengan realisasi ini disebut penyimpangan atau
variance.
Menurut Munandar, laporan anggaran yaitu laporan tentang realisasi pelaksanaan
anggaran, yang dilengkapi dengan berbagai analisa perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya itu, sehingga dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik
penyimpangan yang bersifat negatif (merugikan). Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya
penyimpangan-penyimpangan, sehingga dapat ditarik beberapa kesimpulan dan beberapa
tindakan lanjut (follow up) yang segera perlu dilakukan.
A.    Pengertian anggaran
Anggaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena anggaran
merupakan alat bantu untuk melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian perusahaan
untuk jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
Menurut Harahap (2003 : 224) penyimpangan anggaran biaya terdiri atas:
a.       Penyimpangan dalam hal biaya langsung, dibagi :
  Penyimpangan harga beli
  Penyimpangan Kuantitas pembelian
b.      Penyimpangan dalam hal biaya upah langsung, dibagi :
  Penyimpangan tingkat upah
  Penyimpangan tidak efisiensi upah
  Penyimpangan dalam hal biaya overhead, dibagi :
  Penyimpangan pemakaian
  Penyimpangan kapasitas
  Penyimpangan efisiensi
B.     Kegunaan analisis penyimpangan anggaran
a.       Perencanaan Terpadu
b.      Pedoman Pelaksanaan Perusahaan
c.       Alat Pengkoordinasian
d.      Alat Pengawasan Kerja
Penyimpangan ini harus dianalisis penyebabnya. Biasanya perusahaan harus menetapkan
ukuran mana yang mesti dilakukan investigasi dan mana yang tidak perlu dilakukan
investigasi. Standar penentuan ini biasanya melihat benefit costnya. Jika biaya investigasi
atau penyimpangan ini lebih besar dari pada taksiran yang dihemat maka biasanya tidak perlu
dilakukan investigasi, sebaliknya jika yang dihemat jauh lebih besar dari biaya investigasi
maka harus dilaksanakan investigasi penyebab penyimpangan. Kecuali dalam hal tertentu
yang sifatnya material atau berpotensi beresiko besar maka kendatipun ukurannya kecil
namun harus menjadi bahan investigasi. Kegunaannya bukan untuk melihat penyimpangan
itu tapi melihat kemungkinan pelajaran yanga dapat diambil untuk menjadi bahan dalam
operasi mendatang.
C.     Penyelidikan terhadap penyimpangan anggaran
Analisis penyimpangan anggaran sebagai tolak ukur efisiensi biaya produksi (studi kasus
pada pt. Intikub jakarta).
Sistem pengendalian manajemen terutama dimaksudkan untuk memotivasi para
manajer dalam melakukan kegiatn perusahaan agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan perusahaan tersebut. Anggaran merupakan elemen terpenting dalam suatu sistem
pengendalian manajemen, karena anggaran tidak saja berfungsi sebagai alat perencanaan dan
pengendalian tetapi juga sebagai alat koordinasi, komunikasi, penilaian prestasi, dan
motivasi. Sebagai alat motivasi anggaran dapat mengarahkan perilaku yang menyimpang dan
sikap negatif ke arah pencapaian tujuan anggaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah peranan anggaran digunakan sebagai pedoman untuk pelaksanaan
kegiatan dalam pencapaian efisiensi biaya produksi pada PT. INTIRUB Jakarta. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data produksi selama 5
tahun (2001-2005) yang berperanan penting dalam penyusunan anggaran. Selanjutnya data
tersebut di analisis dengan teknik tabulasi dan secara deskriptif menggunakan konsep
Analisis Penyimpangan Anggaran yang meliputi pemakaian bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anggaran di PT. INTIRUB Jakarta secara umum telah digunakan sebagai pedoman untuk
pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian efisiensi biaya produksi. Namun demikian
perusahaan ini belum sepenuhnya berpedoman pada data anggaran dan realisasi tahun
sebelumnya, dimana baik anggaran maupun realisasinya belum memanfaatkan informasi
akuntansi yang tersedia.

BAB VI
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ringkasan-ringkasan dan analisis sebelumnya telah memberikan cukup motivasi bagi
manajemen untuk memulai suatu pemeriksaan, yang akan membawa kepada berbagai
kemungkinan tindakan koreksi, khususnya analisis yang menunjukkan perbedaan tidak
menguntungkan (rugi) antara anggaran dan realisasi. Sebagai contoh, bila terjadi penurunan
dari penjualan yang dianggarkan dari produk yang memiliki laba tinggi, maka perlu
disarankan untuk melakukan peningkatan biaya iklan pada periode berikutnya, agar dapat
menutup kembali penurunan penjualan tersebut.
Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar dapat memberikan
gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut. Dengan demikian, manajemen
akan mampu untuk menguraikan tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
mengoreksi situasi.
Laba kotor menjadi tanggung jawab bersama dari fungsi pemasaran dan fungsi produksi.
Analisis laba kotor membawa bersama kedua fungsi tersebut dan meyakinkan perlunya
dilakukan studi lebih lanjut oleh keduanya. Fungsi pemasaran harus dapat menjelaskan
perubahan-perubahan yang terjadi pada harga jual per unit, pergeseran komposisi penjualan
dan penurunan total unit yang dijual, sementara fungsi produksi harus
mempertanggungjawabkan terjadinya kenaikan harga pokok.
Agar lebih bernilai, selisih harga pokok harus dianalisis lebih lanjut untuk dapat menentukan
selisih-selisih yang terjadi pada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pebrik.

B.     DAFTAR PUSTAKA


Munawir. S Analisa Laporan Keuangan. Liberty.. Liberty. Yogyakarta. 2004
http://yana-anggraini.blogspot.com/2013/06/perubahan-laba-kotor_4.htm
Mulyadi, “Akuntansi Biaya”, STIE Yayasan Keluarga Pahlawan Negara,Yogyakarta, 1991.
http://xa.yimg.com/kq/groups/22316722/250953079/name/
Cost_Accounting_DTSS_PCA.pdf.
Ahmad, Kamaruddin. 1996. Akutansi Manajemen. Jakarta: PT . Raja Grafindo Persada.
http://amandashely.blogspot.com/2011/05/analisis-penyimpangan-budget.html

Anda mungkin juga menyukai