Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN: BAB 6

ANALISIS KEGIATAN OPERASI PT SARATOGA INVESTAMA SEDAYA TBK.


(Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan)

KELOMPOK 4

Disusum Oleh:
1. Robby Ananda 1911031004
2. Dani Cristian 1911031010
3. Aditia Inggit Perdana 1911031014
4. Adika Ghalih Prana Aji 1911031036
5. M. Galang Punkai 1911031042
6. Gilang Fajri Ravianto 1951031004
7. M. Puji Prawiroyudo 1951031008

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi serta dosen pembimbing mata kuliah Analisis
Laporan Keuangan, ibu dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
memberikan informasi yang cukup, relevan, dan reliabel dari perkuliahan analisis laporan
keuangan dalam hal analisis kegiatan operasional perusahaan, khususnya kepada mahasiswa
akuntansi.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Bandar Lampung, 26 September 2021

Penyusun
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengukuran Laba......................................................................................................2
2.2 Pengakuan Pendapatan.............................................................................................7
2.3 Beban Tangguhan.....................................................................................................9
2.4 Biaya Bunga...........................................................................................................13
2.5 Pajak Penghasilan...................................................................................................15
2.6 Imbalan Kerja Tambahan.......................................................................................18
2.7 Laba Per saham......................................................................................................24

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................x
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Laba adalah Pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian yang
berfungsi sebagai pengukur aktivitas operasi dan ditentukan menggunakan dasar
akuntansi akrual. laporan laba rugi melaporkan laba neto untuk satu periode waktu
beserta komponen laba yaitu pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.

Analisis laba dan komponennya bertujuan untuk menilai kinerja perusahaan dan
eksposur risiko, serta untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas
masa depan. Komponen laba menyediakan bagian penting susunan yang
mengungkapkan potret ekonomi dari aktivitas operasi perusahaan, oleh karena itu
memerlukan pertimbangan persyaratan pelaporan dan implikasinya terhadap analisis
komponen laba.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalah yang didapat,yaitu:
1. Bagaimana analisis aktivitas operasi pada PT Saratoga Investama Sedaya Tbk ?
2. Apa komponen yang terdapat pada analisis aktivitas operasi PT Saratoga Investama
Sedaya Tbk ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan yang hendak dicapai antara
lain:
1. Untuk mengetahui analisis aktivitas operasi pada PT Saratoga Investama Sedaya Tbk
2. Untuk mengetahui komponen yang terdapat pada aktivitas operasi PT Saratoga
Investama Sedaya Tbk

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran Laba


Laba merupakan parameter paling penting dari kinerja keuangan perusahaan. Tujuan utama
laporan laba rugi adalah untuk menjelaskan bagaimana untuk menentukan laba, dengan
melaporkan komponen pentingnya sebagai pos terpisah. Terdapat dua konsep alternatif laba
yaitu Laba Ekonomi dan Laba Akuntansi.

Secara konseptual, laba ekonomi mengukur perubahan kekayaan bersih pemegang. Laba
ekonomi tidak dicatat dalam laporan akuntansi perusahaan dan biasanya dihitung untuk
tujuan pengambilan keputusan internal. Sedangkan, Laba akuntansi mempertimbangkan
kelebihan pendapatan setelah biaya eksplisit dikurangi, dan laba ekonomi
mempertimbangkan biaya eksplisit, serta biaya peluang implisit.

Pada dasarnya, dalam menghitung sebuah laba akuntansi, rumus yang bisa digunakan adalah
dengan mencari selisih dua poin berikut ini:
● Pendapatan dan keuntungan
Pendapatan merupakan arus masuk yang diperoleh atau arus kas masuk yang akan
diperoleh yang berasal dari aktivitas usaha perusahaan yang masih berlangsung.
● Beban dan kerugian
Beban merupakan arus keluar yang terjadi atau arus keluar yang akan terjadi, atau
alokasi arus kas keluar masa lampau yang berasal dari aktivitas usaha perusahaan
yang masih berlangsung.

Dalam menganalisis terhadap laba alternatif, sejumlah klasifikasi yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Laba Berulang dan Tidak Berulang
Laba berulang dan tidak berulang perlu diidentifikasi dalam menentukan komponen
laba permanen dan sementara. Laporan laba rugi biasanya menyajikan tiga alternatif
pengukuran laba, yaitu laba bersih, pendapatan komprehensif, laba intermediasi atau
laba yang masih berlangsung, dan laba inti. Pengukuran laba yang benar terkait dalam
dua hal, yaitu:
● Ditetapkan berdasarkan tujuan analisis, laba memiliki dua peranan penting
yang berbeda dan tidak mungkin diterapkan pada saat yang bersamaan, seperti
untuk mengukur perubahan bersih pada ekuitas dan untuk memberikan
estimasi kekuatan laba yang berkelanjutan.
● Laba akuntansi berasal hanya dari memasukkan, atau mengeluarkan, pos
tertentu. Hal ini berarti pengukuran ini tetap merupakan pengukuran laba
akuntansi dan terkait dengan distorsi akuntansi.
2. Laba Operasi dan Non Operasi
Laba operasi merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang berasal dari aktivitas
operasi yang masih berlangsung. Laba operasi terkait hanya dengan aktivitas usaha
yang masih berlangsung. Terdapat tiga aspek penting, yaitu:
● Laba operasi terkait hanya dengan laba yang berasal dari aktivitas operasi.
● Laba operasi terpusat pada laba perusahaan secara keseluruhan dan bukan
hanya untuk pemegang ekuitas.
3. Pendapatan Komprehensif
Pendapatan komprehensif dihitung dengan menyesuaikan laba bersih dengan pose
kelebihan kotor, yang jika digabung akan menjadi pendapatan komprehensif.
Pendapatan Komprehensif mencakup:
● Surplus Bersih, mencerminkan semua perubahan ekuitas pemegang saham
yang berasal dari sumber selain transaksi pemilik.
● Surplus Kotor. terjadinya penyesuaian ekuitas

Berdasarkan laporan keuangan PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk. dapat ditelusuri bahwa
pengungkapan laba terdapat pada segmen laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Dalam pengungkapannya, segmen laporan tersebut menggunakan basis operasi vs non-
operasional. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan pendapatan dan beban berdasarkan
aktivitas operasional perusahaan, bukan hanya akitivtas ekuitas pemilik saham. Untuk itu,
perlu untuk menentukan ukuran yang komprehensif. pendapatan perusahaan yang independen
dari kegiatan pembiayaan perusahaan. Sehingga perlu disajikannya pendapatan sebelum
bunga dan pajak (EBIT), dan equivalent setelah pajak, laba operasi bersih setelah pajak
(NOPAT).

Terdapat juga istilah pos yang tidak berulang, dalam hal ini mencakup:
1. Pos Luar
Biasa Konsep
Pos luar biasa dapat dibedakan dari sifat tidak biasa dan jarang terjadinya. Sebagian
besar pos luar biasa terkait dengan keuntungan dan kerugian dari pelunasan awal
utang. Kedua sifat pos luar biasa dapat dijelaskan sebagai berikut:
● Bersifat tidak biasa, suatu kejadian atau transaksi yang sangat tidak normal
dan tidak terkait,atau hanya terkait secara kebetulan dengan aktivitas biasa dan
umum dilakukan perusahaan.
● Jarang terjadi, suatu kejadian atau transaksi yang sewajarnya tidak diharapkan
terjadi pada masa depan yang dekat.

Akuntansi Pos Luar Biasa


Pos luar biasa dilaporkan pada baris terpisah, setelah pajak, pada laporan keuangan
setelah laba usaha. Saat suatu perusahaan melaporkan pos luar biasa, laba usaha yang
masih berlangsung dinamakan laba sebelum pos luar biasa. Pos yang sifatnya hanya
tidak biasa atau jarang terjadi (tetapi tidak keduanya) tidak dapat digolongkan sebagai
pos luar biasa.

Analisis Pos Luar Biasa


Pos luar biasa sifatnya tidak berulang, karenanya akan dikeluarkan dari laba saat
menghitung laba permanen, perbandingan antar waktu atau antar perusahaan. Pos luar
biasa seringkali terkait dengan operasi. Namun pos ini berbeda dengan pendapatan
atau beban operasi normal karena sifatnya yang tidak berulang.
Operasi Yang Dihentikan
Perusahaan kadangkala melepas suatu divisi atau lini produk. Saat pelepasan yang
terkait dengan segmen usaha yang bisa diidentifikasi secara terpisah ini terjadi,
diperlukan perlakuan akuntansi khusus pada laporan laba rugi.

Akuntansi Operasi Yang Dihentikan


Untuk dapat diklasifikasikan sebagai operasi yang dihentikan, aktiva dan aktivitas
usaha dari segmen yang dihentikan harus dapat dipisahkan dengan jelas (baik secara
fisik maupun operasional)dari aktiva dan aktivitas usaha entitas yang lainnya.
Akuntansi dan pelaporan usaha yang dihentikan memiliki dua sisi, yaitu:
a) Laporan keuangan tahun berjalan dan dua tahun sebelumnya dinyatakan
kembali setelah mengeluarkan dampak operasi yang dihentikan dari pos yang
berada sebelum laba yang masih berlangsung.
b) Keuntungan atau kerugian terkait dengan penghentian usaha dilaporkan secara
terpisah, setelah dikurang pajak dan dikeluarkan dari laba usaha yang masih
berlangsung.Perusahaan melaporkan keuntungan atau kerugian penghentian
usaha (untuk tahun berjalan dan dua tahun sebelumnya) dalam dua kategori,
yaitu: Laba atau rugi operasi segmen yang dihentikan hingga manajemen
menentukan tanggal penghentian. Laba atau rugi pelepasan, termasuk laba
atau rugi operasi selama periode antara.

Analisis Operasi Yang Dihentikan


Penyesuaian bersifat langsung dalam menganalisis operasi yang dihentikan untuk
tahun berjalan maupun untuk dua tahun sebelumnya, karena perusahaan diwajibkan
menyajikan kembali laporan laba rugi dan melaporkan laba atau rugi operasi yang
dihentikan secara terpisah.

Perubahan Akuntansi
Perusahaan dapat mengubah metode akuntansi dan asumsi yang mendasari laporan
keuangan karena beberapa alasan, yaitu :
1. Adanya standar akuntansi baru,
2. Untuk dapat mencerminkan aktivitas atau kondisi usaha yang berubah dengan
lebih baik,
3. Untuk mempercantik laporan keuangan, terutama melakukan manajemen laba.
Pelaporan Perubahan Akuntansi
Standar akuntansi membedakan empat bentuk perubahan akuntansi:
1. Perubahan prinsip akuntansi Perubahan prinsip akuntansi terjadi saat
perusahaan berpindah dari satu prinsip akuntansi yang berlaku umum ke
prinsip akuntansi yang berlaku umum lainnya,
2. Perubahan estimasi akuntansi Akuntansi akrual membutuhkan estimasi
beberapa hal seperti masa manfaat aktiva, biaya garansi, keusangan
persediaan, asumsi pensiun, dan piutang tak tertagih.
3. Perubahan entitas pelapor Perubahan entitas pelaporan berasal dari berbagai
cara termasuk : publikasi awal laporan keuangan konsolidasi, dan perubahan
kebijakan konsolidasi terkait anak perusahaan.
4. Koreksi kesalahan Kesalahan pada laporan keuangan dapat berasal dari
kesalahan aritmatika, kesalahan aplikasi prinsip akuntansi, atau kesalahan
pengungkapan informasi.

Analisis Perubahan Akuntansi


Hal yang harus dipertimbangkan saat menganalisis perubahan akuntansi:
1. Perubahan akuntansi adalah tidak memiliki konsekuensi arus kas – baik saat ini
maupun masa depan.
2. Perubahan dapat mencerminkan realita ekonomi.
3. Perubahan akuntansi biasanya termotivasi oleh manajemen laba sehingga terkadang
terjadi manipulasi laba,
4. Menilai dampak perubahan akuntansi terhadap perbandingan antar waktu. Artinya
memastikan bahwa setiap perbandingan (terutama antarwaktu) dibuat berdasarkan
satu set aturan akuntansi yang konsisten,
5. Mengevaluasi dampak perubahan akuntansi baik terhadap laba ekonomi maupun laba
permanen.

2. Pos Khusus
Pos khusus mengacu pada transaksi dan kejadian yang tidak biasa atau tidak sering
terjadi,tetapi bukan keduanya. Hal tersebut, terdiri dari:
● Penurunan Nilai Aktiva
Penurunan nilai harus dibedakan baik dari restrukturisasi maupun pelepasan segmen,
kedua hal ini berbeda baik dari segi perlakuan akuntansi maupun implikasi
ekonominya. Pelepasan segmen usaha diperlakukan sebagai penghentian operasi yang
telah dibahas sebelumnya, sementara penurunan nilai aktiva dicatat pada pos khusus.
● Beban Restrukturisasi
Beban restrukturisasi umumnya terkait dengan perubahan utama dalam usaha dan
strategi perusahaan. Restrukturisasi seringkali menimbulkan biaya. Divestasi unit
usaha seringkali menimbulkan kerugian, permintaan kompensasi karyawan yang
diberhentikan, kerugian yang berasal

2.2 Pengakuan Pendapatan


Pendapatan (revenue) dalam praktiknya didefinisikan sebagai “arus masuk atau peningkatan
aset lainnya dari entitas atau penyelesaian liabilitasnya” akibat dari “operasi utama atau pusat
yang masih berlangsung” pada perusahaan. Di sisi lain, keuntungan (gains), merupakan
kenaikan aset neto (ekuitas) akibat dari “transaksi periferal atau insidental” perusahaan.
Perbedaan antara pendapatan dan keuntungan tergantung pada aktivitas bisnis biasa
perusahaan. Oleh karena analisis memperlakukan pos ini secara berbeda (misalnya
pendapatan diharapkan akan terus berlangsung, sementara keuntungan tidak), maka
perbedaannya menjadi penting.

Panduan untuk Pengakuan Pendapatan


Dari perspektif analisis, pengakuan pendapatan (dan keuntungan) akrual yang tidak tepat
dapat memiliki satu dari dua konsekuensi yang tidak diinginkan :
1. Jika perusahaan mencatat pendapatan lebih awal atau terlambat, maka pendapatan
akan dicatat pada periode yang salah.
2. Jika perusahaan mencatat pendapatan sebelum kepastian realisasi yang wajar, maka
pendapatan mungkin akan dicatat dalam satu periode dan kemudian dibatalkan atau
dibalik di lain periode ini akan menimbulkan penyajian laba yang terlalu tinggi pada
periode pertama dan menyajikan laba yang terlalu rendah pada periode berikutnya.
Kedua dampak ini memberikan pengaruh yang kurang baik dalam pengukuran laba. Untuk
mengatasinya, akuntansi menerapkan aturan ketat dan konservatif terkait pengakuan
pendapatan. Umumnya, pendapatan diakui jika telah direalisasi (atau dapat direalisasi) dan
telah diterima.
Ketidakpastian dalam Penagihan Pendapatan
Perusahaan menggunakan provisi/penyisihan piutang yang diragukan (tidak tertagih) untuk
mencerminkan ketidakpastian dalam penagihan piutang dari penjualan kredit. Perusahaan
membuat penilaian, berdasarkan kondisi, ketika perusahaan tidak yakin akan penagihan
piutang.

Pendapatan Ketika Terdapat Hak Pengembalian


Jika pembeli memiliki hak pengembalian, pendapatan diakui pada saat penjualan hanya jika
kondisi-kondisi berikut terpenuhi :
● Harga secara substansial tetap atau dapat ditentukan saat tanggal penjualan.
● Pembeli membayar kepada penjual atau kewajiban membayar kepada penjual (tidak
tergantung pada penjualan kembali).
● Kewajiban pembeli kepada penjual tidak berubah meskipun terjadi pencurian atau
kerusakan produk.
● Pembeli memiliki substansi ekonomi terpisah dari penjual.
● Penjual tidak memiliki kewajiban signifikan untuk kinerja masa depan terkait dengan
penjualan.
● Pengembalian dapat diestimasi dengan wajar.

Pendapatan Waralaba
Standar akuntansi untuk pemberi waralaba (franchisor) mensyaratkan agar pendapatan fee
(biaya jasa) waralaba dari penjualan waralaba hanya diakui ketika semua jasa material atau
kondisi yang terkait dengan penjualan tersebut secara substansial telah dilakukan atau
dipenuhi oleh pemberi waralaba.

Pengaturan Pembiayaan Produk


Pengaturan pembiayaan produk merupakan perjanjian yang melibatkan pengalihan atau
akuisisi persediaan oleh sponsor yang (meskipun terkadang menyerupai penjualan
persediaan) pada dasarnya merupakan cara untuk membiayai persediaan.

Pendapatan berdasarkan Kontrak


Akuntansi atas kontrak konstruksi jangka panjang seperti bangunan, pesawat, kapal atau alat
berat memiliki permasalahan konseptual dalam penentuan pendapatan dan keuntungan.
GAAP mensyaratkan perusahaan untuk menggunakan metode persentase penyelesaian jika
terdapat
estimasi yang wajar untuk biaya penyelesaian kontrak serta progres terhadap penyelesaian
kontrak.

Pendapatan yang Belum Diterima


Dalam kontrak kinerja jangka panjang- seperti kontrak garansi produk dan kontrak perawatan
perangkat lunak-pendapatan biasanya ditagihkan di muka. Pada kondisi tersebut, pendapatan
diakui secara proporsional selama keseluruhan periode kontrak.

Implikasi Analisis Pengakuan Pendapatan


Pencatatan pendapatan merupakan peristiwa penting dalam penentuan laba. Analisis harus
melihat metode akuntansi untuk memastikan apakah metode tersebut telah mencerminkan
realitas ekonomi. Misalnya, jika produsen mencatat laba pada penjualan kepada dealer,
analisis harus melihat persediaan dealer dan kondisi pasar karena aktivitas perolehan laba riil
terdiri penjualan kepada pelanggan akhir.

Pengakuan Pendapatan PT Saratoga Tbk.


Berikut ini adalah pengakuan pendapatan pada PT Saratoga Investama Tbk. Sebagai
perusahaan induk, sumber pendapatan Saratoga terdiri dari pendapatan dari kegiatan
investasi, terutama pendapatan dividen dan keuntungan (kerugian) yang terealisasi (jika ada)
dan juga pengukuran nilai wajar dari investasi investasi.

2.3 Beban Tangguhan


Beban tangguhan merupakan biaya yang telah terjadi dan akan ditangguhkan karena beban
tersebut diharapkan akan dapat memberikan manfaat di masa depan. Kompleksitas aktivitas
bisnis yang semakin meningkat akan memperbesar jumlah dan jenis beban tangguhan.
Contohnya biaya penelitian dan pengembangan serta pengeluaran untuk perangkat lunak
komputer. Perbedaan antara beban tangguhan dan aset tak berwujud sering kali tidak jelas.
Motivasi untung penangguhan biaya adalah mengaitkan biaya dengan manfaat yang
diharapkan akan lebih baik. Jika biaya yang terjadi pada periode berjalan memberikan
manfaat untuk periode masa depan dengan kontribusi terhadap pendapatan atau penurunan
biaya, maka perusahaan menangguhkan biaya ini sampai periode mendatang.

Penelitian dan Pengembangan (R&D)


Setiap perusahaan melakukan aktivitas penelitian, eksplorasi, dan pengembangan karena
berbagai alasan. beberapa aktivitas ini diarahkan untuk mempertahankan produk yang telah
ada, sedangkan yang lainnya ditujukan untuk mengembangkan produk.
Pada setiap penelitian dan pengembangan memerlukan sisi akuntansi, namun terdapat
beberapa masalah yang meningkatkan level kesulitan akuntansi untuk penelitian dan
pengembangan ini, yaitu;
a. Tingginya tingkat ketidakpastian manfaat akhir yang dihasilkan dari aktivitas
penelitian dan pengembangan
b. Diperlukan waktu yang cukup lama antara dimulainya aktivitas penelitian dengan
penentuan keberhasilannya.
c. Masalah evaluasi yang disebabkan oleh sifat tak berwujud sebagian besar aktivitas
penelitian dan pengembangan.
Suatu perusahaan mungkin melakukan kegiatan riset dan pengembangan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan kontrak. Apabila substansi kontrak sedemikian
rupa sehingga risiko dan manfaat dari kegiatan tersebut merupakan, atau akan
dialihkan kepada pihak lain, sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan dari segi kegiatan
penelitian dan pengembangan harus sama dengan kontrak kontribusi.
Biaya Penelitian dan pengembangan harus mencakup semua biaya yang secara langsung
dapat diatribusikan ke kegiatan penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya penelitian dan
pengembangan tersebut, yaitu Upah, gaji dan biaya pegawai lainnya yang terlibat dalam
kegiatan Penelitian dan Pengembangan, biaya bahan baku dan jasa yang digunakan dalam
aktivitas, Penyusutan Properti, pabrik dan peralatan yang digunakan, biaya overhead, di luar
biaya administrasi umum yang berhubungan dengan aktivitas Penelitian dan Pengembangan.

Alokasi biaya penelitian dan pengembangan pada periode yang berbeda ditentukan dengan
melihat hubungan antara biaya dan manfaat ekonomi yang diperkirakan perusahaan akan
diperoleh dari kegiatan penelitian dan pengembangan tersebut.Apabila biaya tersebut akan
meningkatkan manfaat ekonomi masa depan dan biaya tersebut dapat diukur, maka biaya-
biaya
tersebut. Sehingga pada proses pengungkapan yaitu pada Laporan Keuangan harus
mengungkapkan Kebijakan akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan, jumlah biaya riset
dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan, metode amortisasi
yang digunakan, masa manfaat yang digunakan, dan rekonsiliasi saldo biaya pengembangan
yang belum diamortisasi pada awal dan akhir periode.

Analisis Penelitian dan Pengembangan


Pengeluaran suatu penelitian dan pengembangan seringkali jumlahnya besar sehingga
memerlukan adanya pengawasan dalam analisis laba tahun berjalan dan masa depan
perusahaan Akuntansi dalam pengawasan Penelitian dan Pengembangan ini merupakan solusi
sederhana agar dapat meningkatkan kualitas data biaya Penelitian dan Pengembangan.

Meskipun begitu terdapat berbagai masalah akuntansi, wajar untuk mengasumsikan bahwa
perusahaan berupaya melakukan penelitian dan pengembangan dengan tujuan memperoleh
imbalan hasil yang positif. Perusahaan sering memiliki harapan imbalan hasil yang spesifik,
dan realisasi atau tidak terealisasinya dapat diawasi dan diestimasi sebagai progres penelitian
dan pengembangan. Kebijakan penangguhan biaya penelitian dan pengembangan memberi
manajemen dan auditor independen, yang secara teratur bekerja dengan ketidakpastian dan
estimasi, peluang untuk mengungkapkan informasi yang berguna terkait pengeluaran
penelitian dan pengembangan ini.

Pembebanan pengeluaran penelitian dan pengembangan menghasilkan laporan posisi


keuangan yang lebih konservatif adalah tujuan dari perlakuan akuntansi, Analis harus
menyadari bahwa dengan kurangnya bencana potensial yang menimpa perusahaan jika
mencoba untuk menghabiskan dana tambahan dalam penelitian dan pengembangan yang
menjanjikan.

Beban Perangkat Lunak Komputer


Pengembangan perangkat lunak komputer merupakan aktivitas khusus yang tidak sesuai
dengan pengeluaran umum aktivitas penelitian dan pengembangan. Pengembangan perangkat
lunak dengan bertujuan pemasaran merupakan aktivitas berkelanjutan yang secara langsung
mengarah pada pendapatan perusahaan.
Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Dalam Industri Pertambangan
Industri minyak, gas alam, logam, batu bara, dan mineral non logam merupakan industri yang
bergerak pada pencarian cadangan deposit baru atas sumber daya alam. sesuai dengan
aktivitas Penelitian dan pengembangan, pencarian dan pengembangan sumber daya alam
menggambarkan risiko tinggi yang tentu melibatkan ketidakpastian dan untuk menentukan
laba, ketidakpastian menyebabkan masalah pengukuran dan pengakuan. Pada Industri
pertambangan, Permasalahannya adalah bisakah biaya eksplorasi dan pengembangan yang
diharapkan secara wajar akan diperoleh kembali dari penjualan sumber daya alam yang akan
dibebankan pada saat terjadinya dan diamortisasi selama periode manfaat masa depan yang
diperkirakan.

Akuntansi Industri Pertambangan


PSAK 64 merupakan pernyataan dalam akuntansi yang berkaitan dengan Aktivitas Eksplorasi
dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral yang menggantikan PSAK 29
Tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi dan PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum
untuk pengaturan yang terkait dengan aktivitas eksplorasi dan aktivitas pengembangan dan
konstruksi. Dalam Komponen biaya perolehan aset Eksplorasi da Evaluasi ditentukan dalam
kebijakan akuntansi, dimana entitas mempertimbangkan tingkat pengeluaran yang dapat
dikaitkan dengan penemuan sumber daya mineral spesifik, Contoh pengeluarannya seperti

a. Perolehan hak untuk Eksploasi

b. Kajian Topografi, geologi, geokimia, dan geofisika

c. Pengeboran Eksplorasi

d. Pemaritan

e. Pengambilan contoh, dan

f. Aktivitas yang terkait dengan evaluasi kelayakan teknis dan komersil atas penambangan
sumber daya mineral.

Pengeluaran yag terkait dengan pengembangan sumber daya mineral tidak diakui
sebagai aset eksplorasi dan evaluasi. Sesuai dengan kerangka Desar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan dan PSAK 19. Sesuai dengan PSAK 57, entitas mengakui
setiap kewajiban untuk pemindahan dan restorasi yang terjadi selama periode tertentu
sebagai konsekuensi dari ekplorasi dan evaluasi pada pertambangan sumber daya mineral.
2.4 Biaya Bunga
Bunga merupakan kompensasi atas penggunaan uang. Bunga merupakan kelebihan kas
yang dibayar atau ditagih atas jumlah uang (pokok) yang dipinjam atau dipinjamkan.
Bunga ditentukan oleh berbagai faktor, dan faktor terpenting adalah risiko kredit (utang
tak dapat dibayar) dari peminjam. Beban bunga ditentukan oleh tingkat bunga, pokok
pinjaman, dan jangka waktu.

Penghitungan Bunga
Beban bunga perusahaan merupakan tingkat nominal yang dibayarkan untuk pendanaan
melalui utang termasuk, pada kasus obligasi, amortisasi diskon atau premium. Beban yang
terkait dengan akun diskon utang yang diamortisasi sepanjang masa pengeluaran utang,
akan menambah biaya bunga efektif.

Kapitalisasi Bunga
Kapitalisasi bunga diwajibkan sebagai bagian dari biaya aktiva yang dibangun atau
diproduksi oleh perusahaan untuk digunakan sendiri (termasuk biaya yang dibangun atau
diproduksi oleh perusahaan pihak lain dengan pembayaran dimuka atau berkala). Tujuan
kapitalisasi bunga adalah untuk:
1) Mengukur biaya akuisisi aktiva dengan lebih akurat
2) Mengamortisasi biaya akuisisi terhadap pendapatan yang diperoleh dari aktiva
tersebut.

Analisis Bunga
Penghitungan laba per saham dilusian menggunakan jumlah saham yang beredar pada
kondisi terjadi konvensi utang yang dapat dikonversi. Efek ini memberikan beban
tambahan pada tingkat bunga melalui dilusi laba per saham. Untuk menilai dampak dari
kapitalisasi bunga terhadap laba neto, analisis harus mengetahui jumlah bunga yang
dikapitalisasi saat ini yang dibebankan pada laba melalui penyusutan dan amortisasi.

Pengungkapan Biaya Bunga PT Saratoga Tbk.


2.5 Pajak Penghasilan
Akuntansi Pajak Penghasilan diatur dalam PSAK No.46 yang mengatur perlakuan akuntansi
untuk PPh. Hal utama perlakuan akuntansi untuk PPh adalah bagaimana
mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang
untuk Pemulihan nilai tercatat aktiva yang diakui pada neraca perusahaan atau pelunasan nilai
tercatat kewajiban yang diakui pada neraca perusahaan dan Transaksi-transaksi atau kejadian-
kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan.
Perbedaan Temporer dan Permanen
● Perbedaan Permanen atau Tetap
Perbedaan ini disebabkan karena adanya provisi dari UU Perpajakan yang telah
menentukan beberapa jenis pendapatan yang dibebaskan dari Penghasilan Tidak Kena
Pajak dan beberapa jenis beban yang tidak boleh dikurangkan dalam penghitungan
pajak. Kedua hal ini tidak menimbulkan masalah akuntansi karena tidak pernah
diperhitungkan dalam menentukan laba kena pajak atau laba fiskal (taxable income),
namun dimasukan dalam perhitungan laba akuntansi sesuai SAK atau laba komersial
(pretax financial income). Oleh karena itu, perbedaan ini tidak mempengaruhi pajak
kini ataupun pajak tangguhan.
● Perbedaan Temporer atau Sementara
Disebabkan Jumlah Laba Kena Pajak sesuai Surat Pemberitahuan (SPT) dihitung
berdasarkan ketentuan Undang – undang yang berlaku dalam tahun fiskal yang
bersangkutan, sedangkan Jumlah Laba Akuntansi sesuai Lap. Rugi/Laba ditentukan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang biasa digunakan. Perbedaan ini mengakibatkan
adanya perbedaan jumlah Pajak Penghasilan yang diperhitungkan (menurut laba
akuntansi) dengan jumlah Pajak Penghasilan yang Terutang (menurut SPT Dirjen
Pajak).

Pajak Tangguhan
Akuntansi pajak tangguhan adalah pencatatan transaksi perusahaan yang berkaitan dengan
kewajiban pajaknya dapat ditunda sampai periode atau waktu yang diperbolehkan. Hal ini
disebabkan karena perbedaan temporer atau beda waktu pengakuan penghasilan atau biaya
antara akuntansi komersial dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Perbedaan temporer
menyebabkan terjadi pengakuan di akuntansi yang disebut dengan aktiva pajak tangguhan
maupun pasiva pajak tangguhan. Menurut PSAK No 46 disebutkan bahwa Kewajiban pajak
tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) untuk
periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

Sedangkan Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset) adalah jumlah pajak penghasilan
terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer
yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Perbedaan temporer (temporary
differences) adalah perbedaan antara jumlah tercatat aktiva atau kewajiban dengan DPPnya.

Sifat Liabilitas (Aset) Pajak Tangguhan


Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode
masa depan sebagai akibat adanya:
1. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan;
2. Akumulasi rugi pajak belum dikompensasi; dan
3. Akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan
mengizinkan.

Pengungkapan Pajak Penghasilan


Pajak Penghasilan diakui sebagai biaya bagi perusahaan. Oleh sebab itu, Pajak Penghasilan
harus diasosiasikan dengan laba dimana pajak penghasilan tersebut dikenakan atau
diperhitungkan. Proses untuk mengasosiasikan Pajak Penghasilan dengan laba dimana pajak
itu dikenakan disebut Alokasi Pajak.

Pada PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Pajak Penghasilan dilaporkan pada Laporan Laba
Rugi dan penghasilan komprehensif lain Konsolidasian. Dapat kita lihat pajak penghasilan
dilaporkan sebagai pengurang dari laba sebelum kena pajak yang terdiri dari beban pajak kini
dan pajak tangguhan. Pajak kini dan pajak tangguhan diakui dalam laba rugi, kecuali jika
pajak tersebut terkait dengan transaksi atau kejadian yang diakui secara langsung dalam
ekuitas atau dalam penghasilan komprehensif lain. PT Saratoga Investama Sedaya
Menggunakan metode aset dan liabilitas dalam menghitung beban pajaknya. Dengan metode
ini, aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui pada setiap tanggal pelaporan sebesar
perbedaan temporer aset dan liabilitas untuk tujuan pelaporan keuangan dan tujuan
perpajakan. Metode ini juga mengharuskan pengakuan manfaat pajak di masa yang akan
datang, seperti kompensasi rugi fiskal, jika besar kemungkinan manfaat pajak tersebut dapat
direalisasi.

2.6 Imbalan Kerja Tambahan


Tekanan sosial, kompetisi, dan kelangkaan bakat karyawan menyebabkan maraknya
imbalan kerja tambahan diluar gaji dan upah. Beberapa imbalan kerja seperti uang cuti,
bonus, pembagian laba, dan asuransi kesehatan atau jiwa yang dapat diidentifikasikan
dengan periode pada saat diterima atau diberikan. beban yang dapat diidentifikasikan ini
tidak memiliki masalah pengakuan dan akuntansi akrual. imbalan kerja tambahan lainnya,
karena bersifat tentatif dan kontinjensi, tidak sesuai dengan pengakuan akuntansi penuh
atau tepat waktu. Beberapa imbalan kerja tambahan dan akuntansinya dijelaskan sebagai
berikut.
1. Kontrak kompensasi yang ditangguhkan merupakan janji untuk membayar
karyawan di masa depan, beberapa dengan kontinjensi. perusahaan biasanya
memberikan imbalan kerja tambahan kepada para eksekutif yang ingin
dipertahankan atau yang ingin menangguhkan laba hingga pasca kerja atau tahun
pajak yang lebih rendah. akuntansi umumnya mensyaratkan setidaknya nilai
sekarang kompensasi yang ditangguhkan diakru dengan cara yang sistematis dan
rasional selama periode kerja aktif dimulai saat kontrak ditandatangani.
2. Hak apresiasi saham (stock appreciation rights-SAR) merupakan hak saham yang
diberikan kepada karyawan berdasarkan jumlah saham yang ditentukan. Pemberian
SAR didasarkan pada kenaikan nilai pasar saham perusahaan sejak tanggal
pemberian opsi saham dan dapat diserahkan dalam bentuk uang tunai, saham, atau
kombinasi keduanya. Dalam program ini, ini perusahaan mencatat beban
kompensasi pada setiap akhir periode. beban dihitung dengan selisih antara harga
pasar saham dengan harga opsi pada tanggal pemberian.
Opsi Saham Karyawan
Opsi saham karyawan atau yang disebut kompensasi berbasis saham dapat dikatakan
sebagai bentuk paling umum dari kompensasi insentif. Ada berbagai alasan untuk
popularitas ini. pertama, perusahaan berpendapat bahwa ESO dapat meningkatkan kinerja
dengan memberikan karyawan kepentingan dalam bisnis sehingga dapat menyelaraskan
karyawan dan insentif perusahaan. Kedua, ESO dipandang karyawan sebagai media untuk
memperoleh kekayaan. Ribuan manajer, ilmuwan, akuntansi, insinyur, programmer, dan
sekertaris telah menjadi jutawan setelah memiliki ESO. Oleh karena itu, ESO timbul
sebagai alat untuk menarik pekerja yang berbakat dan giat. ESO dalam akuntansi di
Indonesia diatur dalam PSAK No.53 pembayaran berbasis saham. Dalam PSAK 53
paragraf 12 dijelaskan bahwa Secara umum, saham, opsi saham atau instrumen ekuitas
lain yang diberikan kepada karyawan sebagai bagian dari paket remunerasi, sebagai
tambahan dari gaji tunai dan imbalan kerja lainnya. Biasanya, tidak memungkinkan untuk
mengukur secara langsung jasa yang diterima atas komponen tertentu dari paket
remunerasi karyawan.

Tidak memungkinkan juga untuk mengukur nilai wajar dari jumlah paket remunerasi
secara terpisah, tanpa mengukur secara langsung nilai wajar instrumen ekuitas yang
diberikan. Selanjutnya, saham atau opsi saham terkadang diberikan sebagai bagian dari
bonus, dan bukannya sebagai bagian dari remunerasi pokok, misalnya sebagai insentif
kepada karyawan untuk tetap bekerja di entitas atau untuk menghargai mereka atas
usahanya dalam meningkatkan kinerja entitas. Dengan memberikan saham atau opsi
saham, sebagai tambahan atas remunerasi lain, entitas membayarkan remunerasi tambahan
untuk memperoleh manfaat tambahan. Mengestimasi nilai wajar dari manfaat tambahan
tersebut sepertinya akan sulit. Dikarenakan kesulitan untuk mengukur nilai wajar jasa
yang diterima secara langsung, entitas harus mengukur nilai wajar dari jasa karyawan
yang diterima dengan mengacu kepada nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan.

Karakteristik Opsi Saham Karyawan


Opsi saham karyawan merupakan peluang kontraktual yang diberikan oleh perusahaan
kepada karyawan, di mana karyawan dapat membeli sejumlah saham perusahaan pada
harga yang telah ditentukan atau setelah tanggal yang ditentukan di masa depan.
Ilustrasi Pemberian Opsi Saham kepada Karyawan

Tanggal Pemberian Tanggal Vesting Tanggal Pelaksanaan

Periode Vesting

Harga Saham Harga Saham Harga Saham

$10 $15 $21

Harga pelaksanaan atau eksekusi adalah harga dimana karyawan memiliki hak untuk
membeli saham. Harga pelaksanaan biasanya ditetapkan sama dengan harga saham pada
tanggal pemberian opsi. Tanggal vesting merupakan tanggal paling awal bagi karyawan
untuk dapat melaksanakan opsi, karyawan dapat melaksanakan opsi pada tanggal setelah
tanggal vesting. Ketika harga saham lebih tinggi dari harga pelaksanaannya maka disebut
in the money. Sebaliknya, akan disebut out of the money jika harga saham lebih kecil
daripada harga pelaksanaan. Dalam ruang lingkup PSAK 53 disebutkan bahwa Entitas
harus menerapkan Pernyataan ini untuk akuntansi seluruh transaksi pembayaran berbasis
saham, apakah entitas dapat mengidentifikasikan secara khusus beberapa atau seluruh
barang dan jasa yang diterima, termasuk:
a. Transaksi pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian instrumen ekuitas,
b. Transaksi pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian kas, dan
c. Transaksi di mana entitas menerima atau memperoleh barang atau jasa dan
syarat perjanjiannya memberikan pilihan kepada entitas atau pemasok barang
atau jasa mengenai penyelesaian transaksi apakah dengan kas (atau aset lain)
atau dengan penerbitan instrumen ekuitas kecuali seperti yang tercantum
dalam paragraf 3-
6. Dengan tidak adanya barang atau jasa teridentifikasi secara khusus, keadaan
lain dapat menunjukkan bahwa barang atau jasa telah

Manfaat ESO
Manfaat utama ESO adalah kenaikan potensial pada nilai perusahaan yang dapat timbul
melalui dampak insentif terhadap perilaku karyawan. ESO bertujuan untuk menyelaraskan
insentif karyawan dan perusahaan dengan memberikan kesempatan pada karyawan untuk
berpartisipasi dalam penciptaan kekayaan pemegang saham. Oleh karena insentif lebih
baik
jika diselaraskan, ESO dianggap akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras
untuk memenuhi tujuan utama perusahaan. ESO juga dapat meningkatkan kecenderungan
risiko manajer. Artinya, ESO dapat memotivasi manajer untuk bergabung dalam proyek
yang lebih beresiko karena manajer dapat menikmati potensi kenaikan tetapi mendapat
manfaat dengan perlindungan sisi bawah yang ditawarkan oleh opsi.

Pengungkapan sesuai PSAK 53


Dalam PSAK 53 pengungkapan dimulai dari paragraf 51 yang berbunyi, “Entitas harus
mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
memahami sifat dan lingkup perjanjian pembayaran berbasis saham yang ada dalam
suatu periode.” Untuk memberi gambaran implementasi prinsip pada pernyataan tersebut,
dipaparkan bahwa entitas harus mengungkapkan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai
berikut:
1. Penjelasan mengenai setiap jenis perjanjian pembayaran berbasis saham yang ada
pada suatu periode, termasuk syarat dan ketentuan umum setiap perjanjian, seperti
kondisi vesting, jangka waktu maksimum atas opsi yang diberikan, dan metode
penyelesaian (misalnya dengan kas atau ekuitas). Entitas yang memiliki perjanjian
pembayaran berbasis saham dengan jenis yang sama secara substansi dapat
menggabungkan informasi tersebut, kecuali jika pengungkapan terpisah untuk
setiap perjanjian diperlukan untuk memenuhi prinsip pada paragraf 51.
2. jumlah dan rata-rata tertimbang harga eksekusi opsi saham untuk setiap kelompok
opsi saham berikut ini:
a. opsi yang beredar pada awal periode;
b. opsi yang diberikan dalam suatu periode;
c. opsi yang hangus dalam suatu periode;
d. opsi yang dieksekusi dalam suatu periode;
e. opsi yang telah jatuh tempo dalam suatu periode;
f. opsi yang beredar pada akhir periode; dan
g. opsi yang dapat dieksekusi pada akhir periode.
3. untuk opsi saham yang dieksekusi dalam suatu periode, rata-rata tertimbang harga
saham pada tanggal eksekusi. Jika opsi dieksekusi secara berkala selama periode
tersebut, sebagai alternatif, entitas dapat mengungkapkan rata-rata tertimbang
harga saham selama periode tersebut.
4. untuk opsi saham yang beredar pada akhir periode, kisaran harga eksekusi dan
rata- rata tertimbang sisa umur kontrak. Jika kisaran harga eksekusi sangat besar,
opsi yang beredar harus dibagi ke dalam beberapa kisaran yang dapat digunakan
untuk menilai waktu dan jumlah tambahan saham yang dapat diterbitkan dan kas
yang dapat diterima pada saat eksekusi opsi tersebut.

PSAK 53 paragraf 53 menyatakan “Entitas harus mengungkapkan informasi yang


memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk memahami bagaimana nilai wajar
barang atau jasa yang diterima, atau nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan,
dalam suatu periode yang telah ditentukan.” Selain itu, dalam paragraf 57 juga
disebutkan bahwa, “Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna
laporan keuangan untuk memahami dampak transaksi pembayaran berbasis saham
terhadap laba atau rugi entitas dalam suatu periode dan posisi keuangannya.”
Berdasarkan paragraf 57 maka entitas harus mengungkapkan sekurang-kurangnya hal-
hal sebagai berikut:

Jumlah beban yang diakui dalam suatu periode yang timbul dari transaksi pembayaran
berbasis saham dimana barang atau jasa yang diterima tidak memenuhi kualifikasi untuk
diakui sebagai aset dan oleh karena itu diakui segera sebagai beban, termasuk
pengungkapan terpisah atas bagian dari jumlah beban yang timbul dari transaksi yang
dicatat sebagai transaksi pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian instrumen
ekuitas; untuk liabilitas yang timbul dari transaksi pembayaran berbasis saham:
● jumlah nilai tercatat pada akhir periode;
● jumlah nilai intrinsik liabilitas pada akhir periode dimana hak pihak lawan
transaksi atas kas atau aset lain telah vested pada akhir periode (sebagai contoh hak
atas kenaikan harga saham yang telah vested).

Pengungkapan PT Saratoga
Berdasarkan beberapa keputusan edaran di luar rapat Direksi Perusahaan, Direksi telah
memutuskan untuk mengalokasikan sebanyak-banyaknya jumlah lembar saham tertentu
untuk pelaksanaan Program Insentif Jangka Panjang sebagai berikut:
Tanggal keputusan Program Insentif
edaran/Circular resolution Jumlah lembaran saham/Number of Jangka Panjang/ Long
date shares Term Incentive
Program
22 Juni/June 2016 3.500.000 lembar saham/number of 2016 - 2019
shares

16 Juni/June 2017 5.450.000 lembar saham/number of 2017 - 2020


shares

28 Juni/June 2018 7.665.000 lembar saham/number of 2018 - 2021


shares

1 Juli/July 2019 4.257.000 lembar saham/number of 2019 - 2022


shares

1 Juli/July 2020 6.611.000 lembar saham/number of 2020 - 2023


shares

Pemberian saham sebagaimana diuraikan diatas dialokasikan berdasarkan 50% time


vested dan 50% performance vested.

Perusahaan memberikan saham kepada manajemen karyawan yang memenuhi syarat


melalui Program Pemberian Saham untuk Karyawan Manajemen. Nilai wajar saat tanggal
pemberian kompensasi berbasis saham ke karyawan diakui sebagai beban usaha –
pembayaran berbasis saham, beserta perubahan terkaitnya di ekuitas, selama periode
sampai dengan karyawan berhak tanpa syarat atas penghargaan tersebut.
Nilai yang diakui sebagai beban disesuaikan untuk menggambarkan nilai penghargaan
yang terkait dengan kondisi masa kerja yang diharapkan dapat terpenuhi, sehingga pada
akhirnya nilai yang diakui sebagai beban didasarkan pada nilai penghargaan yang
memenuhi kondisi jasa terkait pada saat tanggal vesting. Untuk kompensasi berbasis
saham dengan kondisi kinerja pasar, nilai wajar saat tanggal pemberiannya diukur untuk
merefleksikan kondisi tersebut dan tidak terdapat penyesuaian untuk perbedaan antara
hasil yang diharapkan dan aktualnya. Pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2019, saldo
akumulasi pembayaran berbasis saham Perusahaan masing-masing sebesar Rp 63.297 dan
Rp47.619.

2.7 Laba Per saham


Laba per saham sangat banyak digunakan dalam evaluasi kinerja operasi dan keuntungan
perusahaan. Maka hasil perhitungan laba per saham seringkali ditampilkan di akhir laporan
laba rugi komprehensif perusahaan sebagai informasi penting bagi pemangku kepentingan.
Umumnya pada struktur modal sederhana perhitungan laba per saham (dasar) sangat
sederhana hanya pengurangan laba neto dengan dividen saham preferen dibagi dengan jumlah
saham yang beredar. Berbeda pada struktur modal kompleks laba per saham (dilusian) akan
mengalami efek dilutif akibat efek perdagangan seperti obligasi, saham preferen, opsi saham,
dan waran dikonversi menjadi saham biasa.

Laba Per Saham Dasar


Pada struktur modal sederhana efek senior seperti obligasi tak bisa di konversi menjadi
saham biasa, sehingga tidak berpotensi efek dilutif. Rumus laba per saham dasar sebagai
berikut:

Laba per saham dasar Laba neto − Dividen saham preferen


Rata rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar
Perhitungan rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang tepat adalah jumlah saham
yang beredar setiap hari, dibagi jumlah hari dalam periode bersangkutan.

Laba Per Saham Dilusian


Pada struktur modal kompleks jika terdapat efek yang berpotensi menurunkan laba per
saham dasar (laba neto tetap tapi jumlah saham biasa bertambah) maka disebut efek
dilutif. Efek tersebut berupa saham preferen dan obligasi yang bisa dikonversi menjadi
saham biasa serta efek opsi dan waran di pasar modal. Konversi dari saham preferen dan
obligasi akan menaikan jumlah saham biasa yang beredar sehingga akan mengurangi
laba per saham dasar (efek dilutif) begitu pula dengan opsi dan waran. Rumus laba per
saham dilusian sebagai berikut:
Laba neto − Dividen saham preferen
Laba per saham dilusian
Rata rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar + Saham
Biasa yang baru dikonversi

Laba Per Saham Pada PT Saratoga Investama Sedaya Tbk


Perbedaan hasil perhitungan ini membuat perusahaan harus menyajikan laba per saham
ganda pada laporan laba rugi komprehensif perusahaan. Perusahaan harus menyajikan
keduanya yakni, laba per saham dasar dan laba per saham dilusian.

Dari kedua laba per saham ini ada perbedaan dari masing-masih perhitungan laba per saham,
sebelah kanan gambar menunjukkan laba per saham yang mengakibatkan efek dilutif
(penurunan laba per saham dasar) akibat konversi obligasi dan saham preferen ke saham
biasa serta karena waran dan opsi. Setelah disesuaikan atas dampak dari efek dilutif laba neto
tidak mengalami perubahan sementara saham biasa beredar bertambah, sehingga laba per
saham berkurang dari Rp. 3.264 (kiri) menjadi Rp. 3.214 (kanan).
BAB III
PENUTU
P

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa laba dalam perusahaan/organisasi
memegang peranan penting, selain menjadi salah satu variabel kemajuan organisasi juga
sebagai notasi dalam penghitungan perpajakan dan imbalan kerja, hingga pengungkapan
pembagian keuntungan saham. Hal tersebut berdampak pada kemampuan valuasi perusahaan
pada masa yang akan datang serta kualitas penyajian informasi terhadap kinerja sebuah
entitas. Oleh karena itu, seorang analis ingin mengevaluasi pengaruh perubahan akuntansi
pada baik pendapatan ekonomi dan pendapatan permanen.

Untuk mengestimasi pendapatan permanen, analis dapat menggunakan angka yang


dilaporkan dengan metode baru dan mengabaikan kumulatif efek, jika ada. Untuk
memperkirakan pendapatan ekonomi dari periode saat ini, keduanya saat ini dan efek
kumulatif disertakan. Lebih umum, seorang analis harus mengevaluasi kemampuan
perubahan untuk lebih mencerminkan realitas ekonomi. Jika perubahannya sewenang-
wenang atau tampaknya mengganggu kemampuan angka untuk mencerminkan realitas
ekonomi, maka kita dapat membatalkannya efek dari perubahan menggunakan informasi
catatan.
DAFTAR PUSTAKA

Annual Report PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. 2020


Kurniawati, Tri. Modul 8 Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: STIE Golden Institute
Subranyaman, K.R.2017. Analisis Laporan Keuangan Edisi 11.Jakarta: Salemba Empat.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 20010. Exposure Draft Pernyataan Standar
Akuntansi
Keuangan Nomor 53 “Imbalan Berbasis Saham” Revisi 2010. Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2018. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 46 “Pajak Penghasilan” Penyesuaian 2018. Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia.
Zsasya. 2020. PSAK 46 & Aturannya Terkait Akuntansi Pajak
Penghasilan. https://www.online-pajak.com/seputar-pph-final/psak-46-aturannya-
terkait-akuntansi- pajak-penghasilan
2020. Laba Per Saham Dilusian. https://bedahbisnis.id/artikel/laba-per-saham-dilusian.

Anda mungkin juga menyukai