Anda di halaman 1dari 41

Mata Kuliah Profesi dan Etika Perdagangan Efek

SKS 3
Kode Mata Kuliah PEDE-1
SESI 4
TOPIK Lembaga-Lembaga di Pasar Modal
CPMK Memiliki pengetahuan tentang lembaga-lembaga
di pasar modal Indonesia serta peran dan
fungsinya dalam pasar modal
Sub-CPMK 1. Mampu menjelaskan tentang lembaga kliring
dan penjaminan
2. Mampu menjelaskan tentang lembaga
penyimpanan dan penyelesaian
DAFTAR ISI

LEMBAGA-LEMBAGA PENUNJANG PASAR MODAL

I. Lembaga Kliring dan Penjaminan .......................................... 1


I.1. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) ......................... 1
I.1. Tata Kelola KPEI ............................................................ 1
I.2. Layanan KPEI ............................................................... 3
1. Fungsi Kliring dan Penyelesaian ................................... 5
2. Jasa Penjaminan dan Pengelolaan Resiko ...................... 14
3. Jasa Pinjam Meminjan Efek ......................................... 16
4. Jasa Triparty Repo ...................................................... 18
5. Jasa Pengelolaan Agunan ............................................ 19
6. Layanan Informasi ..................................................... 19
II. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian ............................... 13
II.1. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) ......................... 20
II.2. Tata Kelola KSEI .......................................................... 21
II.3. Layanan KSEI .............................................................. 22
1. Jasa Pengelolaan Aset ................................................ 22
2. Jasa Kustodian Sentral .............................................. 23
3. Jasa Penyelesaian Transaksi ....................................... 24
4. Jasa Aksi Korporasi ................................................... 27
5. Jasa Lainnya ............................................................ 31
III. Lembaga Perlindungan Investor ............................................. 32
III.1. Indonesia Securities Investor Protection Fund (SIPF) ....... 32
III.2. Tata Kelola Indonesia SIPF ........................................... 32
III.3. Perlindungan Pemodal ................................................. 33
III.4. Anggota Dana Perlindungan Modal ................................ 34
III.5. Penanganan Klaim dan Subrogasi ................................. 35
REFERENSI
LEMBAGA-LEMBAGA PENUNJANG PASAR MODAL

I. LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN


PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) didirikan berdasarkan
akta notaris No.8 tertanggal 5 Agustus 1996 dan diresmikan sebagai
badan hukum sejak 24 September 1996 melalui pengesahan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia. Saat ini, 100% modal disetor KPEI dimiliki
oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan modal dasar sebesar Rp500
miliar dan modal disetor yang telah ditempatkan sebesar Rp200 miliar.
KPEI sebagai salah satu Self-Regulatory Organization (SRO)
dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diberi kewenangan
untuk membuat dan menerapkan peraturan terkait fungsinya sebagai
Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) di pasar modal Indonesia. Hal ini
sesuai dengan amanat UU Pasar Modal No 8 tahun 1995, yang
menyebutkan bahwa tugas LKP adalah untuk menyediakan jasa kliring
dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan
efisien serta jasa lain berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh OJK.
Keberadaan KPEI dalam industri pasar modal Indonesia berfungsi
sebagai LKP yang menjalankan kegiatan kliring dan fungsi penjaminan
penyelesaian transaksi bursa. Kegiatan kliring dimaksud melalui proses
penentuan hak dan kewajiban atas transaksi bursa, dari setiap Anggota
Kliring (AK) yang wajib diselesaikan pada tanggal penyelesaian. Adapun
fungsi penjaminan penyelesaian transaksi bursa dilakukan dengan cara
memberikan kepastian secara hukum untuk dipenuhinya hak dan
kewajiban bagi AK yang timbul dari transaksi bursa.

I.1. TATA KELOLA KPEI


Demi terciptanya sistem manajmen yang efektif dan efisien, serta
untuk meningkatkan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, serta kewajaran dan kesetaraan dalam mengelola
Perusahaan, KPEI berkomitmen menerapkan prinsip tata kelola yang baik
(Good Corporate Governance – GCG). Prinsip-prinsip tata kelola ini
merupakan perangkat vital bagi KPEI sebagai sebuah Perusahaan sekaligus
Self Regulatory Organization (SRO), yang harus memastikan bahwa
pengelolaan organisasi berjalan sesuai ketentuan sehingga KPEI dapat
memberikan layanan terbaik bagi Pasar Modal Indonesia.
Sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang RI No.40 tahun 2007
tentang Perusahaan Terbatas, Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia oleh Komite Nasional Kebijakan Governance dan
OECD Principles of Corporate Governance, yang diterbitkan oleh
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), maka

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 1


KPEI perlu menetapkan kerangka kerja penerapan GCG yang sesuai dengan
prinsip-prinsip GCG. Kerangka penerapan GCG KPEI antara lain organ
utama yang dibantu organ-organ pendukung seperti komite audit yang
membantu tugas Dewan Komisaris, komite yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang bertugas untuk membantu tugas
Direksi dalam menjalankan fungsi KPEI sebagai Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Sekretaris Perusahaan dan Internal Audit. Selanjutnya, agar
organ utama, organ pendukung, serta karyawan Perusahaan dapat
bersinergi satu sama lain, maka setiap entitas yang terlibat dalam
pengelolaan bisnis Perusahaan dibekali dengan pedoman, piagam serta
kebijakan dan prosedur operasional sebagai acuan baku dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Perusahaan juga akan menerbitkan
laporan-laporan sebagai bentuk akuntabilitasnya kepada pemangku
kepentingan.

Adapun penerapan GCG KPEI bertujuan untuk :


1. Mencapai pertumbuhan dan imbal hasil yang maksimal sehingga
meningkatkan kemajuan Perusahaan, serta mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang tanpa mengabaikan
kepentingan stakeholders lainnya.
2. Mengendalikan dan mengarahkan hubungan yang baik antara
Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh stakeholders
Perusahaan.
3. Mendukung aktivitas pengendalian internal dan pengembangan
Perusahaan.
4. Mengembangkan sumber daya secara lebih bertanggungjawab.
5. Meningkatkan kualitas pertanggungjawaban kepada stakeholders.
6. Membudayakan GCG pada budaya kerja Perusahaan.
7. Meningkatkan nilai tambah Perusahaan untuk peningkatan kemanfaatan
bagi stakeholders perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh
insan KPEI.

Sedangkan yang menjadi sasaran penerapan GCG KPEI antara lain:


a. Pelaksanaan sistem manajemen yang handal, sehingga mampu
merumuskan misi, visi, tujuan dan sasaran yang sejalan dengan rencana
strategis (strategic plan) Perusahaan.
b. Adanya keterbukaan serta komunikasi dua arah baik dengan regulator,
pengguna jasa, dan stakeholders lainnya.
c. Berfungsinya dengan baik organ-organ penunjang kegiatan
pengendalian internal dan pengembangan Perusahaan, antara lain

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 2


Komite Audit, Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko
(KKKPR), Komite Haircut, dan Audit Internal.
d. Komitmen dan aturan main dari praktik penyelenggaraan bisnis yang
beretika.
e. Sumber daya manusia yang handal, unggul, profesional dan bebas dari
benturan kepentingan.
f. Setiap insan Perusahaan mengetahui dan mampu menjalankan tugas,
kewajiban dan tanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku serta
mengetahui sanksi dan imbalan masing-masing.
g. Kepedulian pada masyarakat sekitar.

Gambar1. Fungsi KPEI

I.2. LAYANAN KPEI


1. Jasa Kliring Transaksi Bursa
Di pasar modal Indonesia, KPEI berperan sebagai Central
Counterparty (CCP), yakni sebagai perantara untuk melakukan novasi
dalam penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Novasi adalah

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 3


pengalihan hukum antara Anggota Bursa (AB) jual dengan AB beli
menjadi hubungan hukum antara AB jual dengan KPEI sebagai pembeli,
dan AB beli dengan KPEI sebagai penjual. Sehingga, KPEI akan selalu
berinteraksi dengan seluruh AB dalam menjamin penyelesaian transaksi
bursa yang telah dilakukan oleh masing-masing AB.
Gambar di bawah ini menjelaskan perbedaan tanpa novasi dan dengan
novasi.

Bilateral Kliring tanpa novasi Kliring dengan novasi

Pembeli ---> Penjual

Berikut penjelasan dari gambar di atas:


Gambar (a) di atas menjelaskan beberapa transaksi bursa yang
dikliringkan oleh masing-masing AB secara bilateral (tanpa CCP). Tidak
ada proses novasi, karena tidak ada perubahan pasangan transaksi
dengan pasangan penyelesaian. AB jual akan menyerahkan saham dan
akan menerima uang, demikian juga sebaliknya.
Sedangkan pada gambar (b), terdapat perubahan, dimana tidak ada
lagi hubungan hukum antara AB (di KPEI disebut Anggota Kliring - AK),
berubah menjadi hubungan hukum antara AK dengan CCP. AK hanya
akan menyerahkan atau menerima efek dan atau uang dari dan ke CCP
atau KPEI. Dengan keberadaan KPEI dalam proses kliring transaksi
bursa, dapat meng-efisienkan proses penyelesaian transaksi bursa.
Sebagaimana dijelaskan di atas, pihak yang berhak mendapatkan
layanan jasa kliring dan penjaminan KPEI disebut AK atau pihak lain
(disebut Bank Kustodian) sesuai dengan Peraturan OJK No.
26/POJK.04/2014 tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa.
Kliring adalah proses perhitungan hak dan kewajiban yang timbul dari
transaksi yang telah dilakukan AB di Bursa Efek Indonesia, dan akan
diselesaikan pada tanggal penyelesaian. Dalam menjalankan proses
kliring, KPEI melaksanakan dengan 2 cara yaitu:
a. Netting adalah pemenuhan hak dan kewajiban AK dengan
menyerahkan atau menerima sejumlah efek tertentu yang

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 4


ditransaksikan dan untuk menerima atau membayar sejumlah uang
untuk seluruh efek yang ditransaksikan.
b. Per Transaksi (trade for trade – TFT) adalah pemenuhan hak dan
kewajiban AK untuk setiap transaksi oleh AK jual dan AK beli yang
dilakukan secara langsung atas efek yang ditransaksikan.

Pemilihan metode kliring di atas tergantung dari jenis pasar dimana


transaksi bursa dilakukan. Jenis pasar terbagi menjadi 3, yakni Pasar
Reguler, Pasar Tunai dan Pasar Negosiasi. Pasar Reguler merupakan
pasar dimana transaksi bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar
menawar secara lelang berkesinambungan (continuous auction) oleh AB
dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa ke-2 setelah terjadinya
transaksi tersebut (T+2). Pasar Tunai juga dilakukan continuous auction,
namun untuk waktu penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa yang
sama dengan terjadinya transaksi bursa (T+0). Sedangkan Pasar
Negosiasi merupakan pasar dimana transaksi bursa dilaksanakan
berdasarkan tawar menawar langsung secara individual dan tidak secara
lelang berkesinambungan serta penyelesaiannya dilakukan berdasarkan
kesepakatan antar pihak yang bertransaksi.
Proses kliring transaksi bursa akan menghasilkan Daftar Hasil Kliring
(DHK), yang akan dikirimkan ke AK sebagai tagihan atas transaksi yang
sudah dilakukan dan wajib diselesaikan sesuai waktu penyelesaian.

Gambar 2. Mekanisme Kliring Dan Penyelesaian Dari Transaksi Bursa

1. Fungsi Kliring dan Penyelesaian


Kliring adalah proses penentuan hak dan kewajiban efek
maupun dana milik AK yang timbul dari transaksi bursa. Kegiatan
kliring akan menghasilkan Daftar Hasil Kliring (DHK), yang akan

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 5


dikirimkan ke AK sebagai tagihan atas transaksi yang sudah
dilakukan dan wajib diselesaikan sesuai jangka waktu penyelesaian.
Proses kliring dilakukan atas produk yang ditransaksikan di bursa
efek, seperti:
 Ekuiti (Saham, Waran, HMETD, Reksadana ETF)
 Surat Utang (Obligasi Korporasi, Surat Utang Negara, Sukuk
Korporasi, Surat Berharga Syariah Negara, Efek Beragun Aset)
 Derivatif (Kontrak Berjangka Indeks Efek-KBIE dan Kontrak Opsi
Saham-KOS)

Metode kliring yang tersedia ada 2 jenis yakni:


 Netting adalah pemenuhan hak dan kewajiban AK dengan
menyerahkan atau menerima sejumlah efek tertentu yang
ditransaksikan dan untuk menerima atau membayar sejumlah
uang untuk seluruh efek yang ditransaksikan.
 Per Transaksi (trade for trade – TFT) adalah pemenuhan hak dan
kewajiban AK untuk setiap transaksi oleh AK jual dan AK beli yang
dilakukan secara langsung atas efek yang ditransaksikan.

Berikut tabel maupun alur terkait proses kliring dan penyelesaian


transaksi bursa:

Gambar 3. Tabel Kliring dan Penyelesaian Transaksi Bursa

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 6


Gambar 4. Kerangka Waktu Penyelesaian Transaksi Bursa

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 7


Gambar 5. Proses Kliring dan Penyelesaian Transaksi Bursa berdasarkan SID

a. KLIRING TRANSAKSI EFEK BERSIFAT EKUITAS


Seluruh produk ekuitas yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dikliringkan oleh KPEI. Metode kliring yang digunakan tergantung dari
jenis pasar yang dipilih dalam bertransaksi. Metode kliring untuk tansaksi
yang dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai akan menggunakan
netting. Sedangkan untuk Pasar Negosiasi menggunakan metode per-
transaksi.
 KLIRING SECARA NETTING
Dari berbagai transaksi jual dan beli efek yang telah dilakukan Anggota
Kliring (AK) akan menghasilkan satu posisi serah atau terima uang dan
satu posisi serah atau terima untuk setiap jenis efek. Transaksi Pasar
Reguler dan Pasar Tunai yang memiliki tanggal penyelesaian yang sama
akan di offset secara multilateral netting, sehingga pada saat tanggal
penyelesaian tersebut AK hanya akan memperoleh satu posisi serah
atau terima untuk satu instrumen (uang, dan/atau efek). KPEI
melakukan kliring atas produk ekuitas untuk setiap AK sampai dengan
level nasabah. Yang selanjutnya, menerbitkan hasil proses kliring
tersebut dalam bentuk Daftar Hasil Kliring (DHK). DHK yang disediakan
memuat posisi portfolio dan rincian perhitungan hak serta kewajiban

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 8


efek dan atau uang milik Anggota Kliring yang bersangkutan beserta
seluruh nasabahnya.

Gambar 6. Bagan alur kliring produk ekuitas pada level AK

Gambar 7. Bagan alur kliring produk ekuitas pada level Nasabah AK

 KLIRING SECARA PER-TRANSAKSI


Transaksi ekuitas yang dilakukan di Pasar Negosiasi akan dikliringkan
KPEI secara per-transaksi. Disebut per-transaksi, dikarenakan
pemenuhan hak dan kewajiban dari setiap efek dan atau uang yang
ditransaksikan oleh Anggota Bursa (AB) jual dan AB beli dilakukan
secara langsung, tidak digabung dengan transaksi lainnya. Pada Pasar
Negosiasi, harga yang terjadi merupakan kesepakatan antar kedua
pihak, sehingga penyelesaiannya tidak dijamin oleh KPEI. KPEI hanya
mengeluarkan DHK, dimana AK dapat men-download sendiri pada pukul
19.30 WIB di hari yang sama dilaksanakannya transaksi tersebut. Dalam
menjalankan proses kliring di atas, KPEI menggunakan
aplikasi Enhancement Architecture e-CLEARS (EAE) yang berbasis web.
Seluruh tahapan kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian yang

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 9


meliputi validasi transaksi bursa, netting, novasi, positioning hingga
proses pelaporan dilakukan melalui EAE. Selain fungsi di atas, EAE juga
dapat digunakan sebagai sistem penyelesaian layanan pinjam
meminjam efek. EAE dapat diakses secara online dengan menggunakan
user ID, password dan keyfile yang diberikan kepada AK ataupun BK.

 KLIRING TRANSAKSI EFEK TIDAK DIJAMIN ATAS EFEK


BERSIFAT EKUITAS
Efek Tidak Dijamin (ETD) adalah efek yang ditetapkan oleh BEI dan KPEI
berdasarkan persyaratan tertentu yang penyelesaian transaksinya tidak
dijamin. Transaksi bursa yang dikategorikan sebagai transaksi ETD,
akan diselesaikan secara negosiasi dengan menggunakan metode per
transaksi. BEI dan KPEI menetapkan beberapa kriteria tentang ETD,
diantaranya:
1) Komposisi kepemilikan dan konsentrasi kepemilikan Efek
2) Pola dan volume efek
3) Frekuensi transaksi Efek
4) Fluktuasi harga efek

 KLIRING TRANSAKSI DIPISAHKAN ATAS EFEK BERSIFAT


EKUITAS
Transaksi Dipisahkan (TD) adalah transaksi bursa yang dipisahkan dari
penjaminan penyelesaian transaksi bursa berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan oleh BEI dan KPEI atas persetujuan OJK atau atas perintah
OJK. Jika transaksi bursa dikategorikan sebagai TD berdasarkan
keputusan OJK dikarenakan beberapa hal di bawah ini:
1) Adanya potensi kewajiban tidak dapat diselesaikan
2) Indikasi transaksi dianggap tidak wajar
3) Transaksi berisiko tinggi dan membahayakan integritas pasar
4) Indikasi lain sesuai dengan Peraturan KPEI

Jika terdapat indikasi transaksi sesuai dengan kategori TD di atas, maka


KPEI akan melakukan hal-hal sebagaI berikut :
1) Menunda proses kliring TD;
2) Menerbitkan Laporan TD
3) Menerbitkan DHK TD
4) Dilakukan pemeriksaan oleh OJK untuk menetapkan kewajaran yang
waktunya tidak terbatas

Jika hasil pemeriksaan OJK menetapkan bahwa TD tersebut merupakan


transaksi wajar, maka penyelesaiannya dilakukan dengan metode netting
serta digabungkan dengan posisi netting saat itu. Sebaliknya, jika disimpulkan
menjadi transaksi tidak wajar maka KPEI akan menyelesaikan dengan kliring

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 10


per-transaksi. Dari kedua skenario penetapan tadi, KPEI akan menerbitkan
kembali DHK atas TD tersebut.

Penjelasan detail terkait transaksi ETD-TD tercantum pada Peraturan KPEI


Nomor II-15 dan Peraturan OJK No 26/POJK.04/2014.

b. KLIRING TRANSAKSI SURAT UTANG


Dalam menghitung hak dan kewajiban transaksi surat utang, KPEI
menggunakan 2 metode kliring yakni netting dan per-transaksi. Kedua
metode ini dapat digunakan untuk pemenuhan hak dan kewajiban baik
berupa uang dan atau efek baik di Pasar Reguler maupun Negosiasi.
Adapun perhitungan nilai hak dan kewajiban yang dilakukan KPEI
dengan cara sebagai berikut:

* AK-EBU: Anggota Kliring-Efek Bersifat Utang

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 11


Definisi:
 Clean price: nilai transaksi suatu obligasi yang belum termasuk
perhitungan accrued interest
 Accrued interest: Sejumlah dana yang menjadi hak penjual apabila
transaksi jual-beli obligasi terjadi diantara dua tanggal pembayaran
kupon bunga obligasi.

Perhitungan hari bunga untuk obligasi selalu menggunakan 30 hari


setiap bulannya dan 360 hari setiap tahunnya.

Dalam menjalankan proses kliring, KPEI menggunakan sistem Electronis


Bond Clearing System (e-BOCS) yang berbasis web. Sistem ini
menyediakan informasi hasil kliring berupa DHK hanya untuk level Anggota
Kliring (AK). Selain fungsi kliring, e-BOCS juga menjalankan proses
konfirmasi-afirmasi transaksi, administrasi pajak, mengeluarkan instruksi
penyelesaian hingga pelaporan. Untuk dapat mengakses e-BOCS, AK
membutuhkan user ID, password dan keyfile tertentu.

Gambar 8. Mekanisme Kliring Transaksi Surat Utang

c. Kliring Transaksi Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE) Dan


Kontrak Berjangka Surat Utang Negara (KBSUN)
Proses kliring transaksi kontrak berjangka dilakukan secara netting
untuk setiap portfolio AK maupun nasabahnya atas posisi kontrak, margin,
dan profit/loss. Hasil kliring yang sudah dilakukan KPEI, akan menghasilkan
dokumen yang disebut Daftar Hasil Kliring (DHK) Kontrak Berjangka dan
Opsi. DHK tersebut dapat diakses oleh AK pada pukul 19.30 WIB pada

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 12


setiap hari bursa yang sama dilaksanakannya transaksi kontrak berjangka.
DHK Kontrak Berjangka dan Opsi menginformasikan seluruh posisi terbuka,
profit/loss, margin, premium dari setiap kontrak.
Penentuan hak dan kewajiban transaksi kontrak berjangka dilakukan
secara harian menggunakan Harga Penyelesaian Harian (HPH). Untuk
penentuan HPH, digunakan sampel harga kontrak yang terjadi pada titik
waktu tertentu yang terjadi di Pasar Reguler, bukan yang terjadi pada
transaksi tutup sendiri (penjual dan pembeli dilakukan oleh Agggota Bursa
yang sama). Sementara itu, Harga Penyelesaian Final (HPF) dihitung
berdasarkan rata-rata harga indeks efek (underlying) LQ-45 dalam
30 menit terakhir perdagangan di pasar underlying dengan mengambil titik
waktu 15.30, 15.40, 15.50, 16.00.
KPEI menggunakan sistem berbasis web dalam menjalankan proses
kliring dan penyelesaian transaksi kontrak berjangka. Sistem ini
mempunyai kemampuan untuk menyediakan hasil kliring dari level AK
sampai dengan level nasabah serta dapat diakses secara online oleh AK.

Fungsi Sistem Kliring dan Penyelesaian Derivatif antara lain:


 Untuk memantau transaksi derivatif secara harian, AK dapat melihat
transaksi Kontrak Berjangka dan Opsi, Posisi Kontrak Berjangka dan
Opsi, Margin, Nilai Gain/Loss, adanya Alert (Early Warning Indicator),
Posisi Dana Pengaman dan juga Nilai Agunan AK maupun nasabahnya;
 Untuk menarik kelebihan Dana Pengaman AK dan Agunan millik AK
maupun nasabahnya (jika ada);
 Untuk proses likudasi posisi Kontrak Berjangka dan Opsi;
 Untuk mengeluarkan dokumen kliring dan penyelesaian transaksi
Kontrak Berjangka dan Opsi.

d. KLIRING TRANSAKSI KONTRAK OPSI SAHAM


Proses kliring transaksi kontrak opsi saham dilakukan secara netting
untuk setiap portofolio AK dan nasabahnya atas posisi kontrak, margin,
exercise/assignment, dan premium. Hasil kliring yang sudah dilakukan
KPEI, akan menghasilkan dokumen yang bernama DHK Kontrak Berjangka
dan Opsi. DHK tersebut dapat diakses oleh AK pada pukul 19.30 WIB setiap
hari bursa yang sama dilaksanakannya transaksi Opsi Saham. KPEI
menggunakan sistem berbasis web dalam menjalankan proses kliring dan
penyelesaian transaksi kontrak opsi saham. Sistem ini mempunyai
kemampuan untuk menyediakan informasi hasil kliring dari level AK sampai
dengan level nasabah serta dapat diakses secara online oleh AK.

e. Jasa Kliring Perdagangan SUN - ETP


Jenis surat utang yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia melalui
Electronic Trading Platform (ETP) dan dapat dikliringkan di KPEI adalah
Obligasi Negara Ritel (ORI). Definisi dari ORI adalah Obligasi Negara

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 13


bagian dari Surat Utang Negara yang diterbitkan Pemerintah sesuai
Undang-Undang No.24 Tahun 2002. ORI ditujukan untuk dijual kepada
individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual
dengan volume minimum yang telah ditentukan.
Dalam menghitung nilai hak dan kewajiban perdagangan ORI yang
dilakukan melalui ETP, KPEI menggunakan metode kliring per-transaksi.
Metode ini digunakan untuk menyesuaikan tahap pertama pengembangan
ETP dengan kondisi pasar over the counter (OTC) yang bersifat trade-for-
trade (TFT).
Adapun perhitungan nilai hak dan kewajiban yang dilakukan KPEI
dengan cara sebagai berikut:

Definisi:
 Clean Price: adalah nilai transaksi ORI dimana belum termasuk
perhitungan accrued interest, yang disepakati oleh Partisipan ETP
melalui sistem ETP BEI.
 Volume: adalah jumlah ORI yang ditransaksi oleh Partisipan ETP
 Accrued Interest: adalah dana yang menjadi hak penjual atas kupon
berjalan berdasarkan tanggal pembayan kupon obligasi tersebut.
 Tax Value: adalah nilai pajak yang dihitung secara manual oleh
Partisipan ETP diluar sistem ETP e-BOCS, dan mengurangi nilai hak
terima ataupun kewajiban serah partisipan sehingga mempermudah
proses penyelesaian dana. Nilai pajak ini tidak wajib untuk diisi karena
untuk mengakomodasi Partisipan ETP menjadi objek pajak final.

Dalam menjalankan proses kliring, KPEI menggunakan sistem Electronic


Trading Platform - Electronics Bond Clearing System (ETP e-BOCS) yang
berbasis web. Sistem ini menyediakan informasi hasil kliring berupa
Laporan Hasil Kliring (LHK) dan Daftar Hasil Kliring (DHK). Bila AK-ETP
melakukan penyelesaian langsung di BI-SSSS maka AK-ETP hanya
mendapatkan LHK dari ETP e-BOCS. Untuk AK-ETP yang melakukan
penyelesaian transaksi di C-BEST KSEI, maka proses kliring dilanjutkan
ke proses konfirmasi dan atau afirmasi untuk menerima Instruksi
Penyelesaian dan DHK.

2. Jasa Penjaminan dan Pengelolaan Risiko


Dalam menjalankan fungsi sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan,
KPEI mengacu pada Principles for Financial Market Infrastructure yang
diterbitkan oleh the Committee on Payment and Settlement
Systems (CPSS) dan Technical Committee of the International
Organization of Securities Commissions (IOSCO). Pedoman ini ditujukan
untuk memberikan standar yang komprehensif bagi suatu Financial

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 14


Market Infrastructure (FMI) yang berperan dalam memfasilitasi kegiatan
pembayaran, mendukung proses dan aktivitas penyelesaian transaksi
maupun penyimpanan instrumen keuangan. FMI merupakan aspek
penting dalam sistem keuangan maupun perekonomian di seluruh dunia,
karena jika tidak dikelola dengan baik, FMI justru bisa menjadi sumber
krisis keuangan.
Untuk itu, KPEI yang merupakan salah satu FMI terkait perannya sebagai
central counterparty dalam pasar modal Indonesia harus melakukan
pengukuran, pemantauan dan pengelolaan risiko kredit, risiko likuiditas
serta risiko pasar.
a. RISIKO KREDIT
Dalam menjalankan kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian
transaksi bursa, KPEI menghadapi risiko kredit yang sewaktu-waktu
berpotensi akan muncul. Hal ini sebagai akibat dari ketidakmampuan
Anggota Kliring tertentu dalam memenuhi kewajiban ke KPEI. Risiko
kredit tersebut menjadi ancaman bagi KPEI sebagai CCP dan berisiko
sistemik bagi stabilitas pasar keuangan secara umum, karena
ketidakmampuan satu pihak untuk memenuhi kewajibannya akan
menyebabkan ketidakmampuan pihak lain untuk memenuhi kewajiban
yang akhirnya mengancam stabilitas pasar keuangan. Risiko kredit
KPEI muncul dari pihak-pihak berikut ini:
 Anggota Kliring
Risiko kredit yang muncul dari transaksi Anggota Kliring, seperti
kondisi keuangan Anggota Kliring yang kurang bagus, adanya
perubahan harga saham pada hari yang sama (intraday) dan antar
hari (interday), serta banyaknya posisi yang belum diselesaikan
(outstanding position). Untuk memitigasi risiko kredit tersebut, KPEI
menetapkan kerangka manajemen risiko yang meliputi:
 Bank Pembayar dan/atau Bank Penerbit Kas & Setara Kas
Bank pembayar dan/atau Bank Penerbit Kas & Setara Kas merupakan
pihak yang berhubungan dengan KPEI yang menimbulkan risiko
kredit kepada KPEI akibat dari aktivitas penyelesaian transaksi bursa,
pengelolaan agunan dan dana jaminan serta pengelolaan sumber
keuangan KPEI. Untuk memitigasi risiko kredit yang timbul dari
aktivitas bank pembayar, KPEI akan menetapkan kerangka risiko
kredit bagi bank pembayar.
 Stock Loans Counterparties
 Stock Loans Counterparties merupakan pihak yang berhubungan
dengan KPEI yang menimbulkan risiko kredit kepada KPEI sebagai
akibat dari aktivitas pinjam meminjam efek yang termasuk di
dalamnya kegagalan pemenuhan kewajiban, depresiasi nilai
pinjaman dan perhitungan risiko. Untuk memitigasi risiko kredit yang
timbul dari aktivitas Stock Loans Counterparties, KPEI akan
menetapkan kerangka risiko kredit bagi pihak peminjam efek.

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 15


b. RISIKO LIKUIDITAS
KPEI harus memastikan pengukuran, pengawasan, dan pengelolaan
risiko likuditas dilakukan secara efektif. KPEI mengelola kecukupan
sumber pendanaan yang likuid dalam semua mata uang yang relevan,
baik pada hari yang sama maupun antar hari dengan
mempertimbangkan tingkat keyakinan tertentu dan dengan kondisi
scenario stress tertentu. Hal ini dilakukan kepada Anggota Kliring dan
afiliasinya, yang berpotensi menyebabkan adanya kebutuhan likuditas
yang sangat besar pada kondisi pasar ekstrem namun mungkin untuk
terjadi. Risiko likuiditas KPEI sepenuhnya dalam bentuk Rupiah (IDR).

c. RISIKO PASAR
KPEI terimbas market risk saat menilai risiko atas setiap outstanding
position Anggota Kliring maupun nasabahnya. Dalam menilai risiko
tersebut, KPEI menggunakan metode margin. Market risk timbul
sebagai akibat adanya selisih harga saat transaksi dengan harga pasar
terakhir. Margin dihitung pada setiap posisi yang belum diselesaikan di
masing – masing pasar yakni ekuiti, derivatif, surat utang dan pinjam
meminjam efek. Nilai margin akan menjadi pengurang nilai agunan
yang merupakan komponen dalam menghitung trading limit AK.

3. Jasa Pinjam Meminjam Efek


Mengacu pada Peraturan KPEI No II-10 tentang Jasa Pinjam-Meminjam
Efek Tanpa Warkat, Pinjam Meminjam Efek (PME) adalah kegiatan pinjam-
meminjam suatu Efek antara pihak pemilik Efek sebagai Pemberi Pinjaman
dengan KPEI sebagai penerima pinjaman atau antara KPEI sebagai
pemberi pinjaman dengan pihak yang membutuhkan Efek sebagai
Penerima Pinjaman dengan menyerahkan agunan sebagai jaminan, dalam
rangka mendukung aktivitas penyelesaian transaksi bursa. Transaksi PME
ini bersifat sementara, yang artinya pemberi pinjaman mengalihkan atau
meminjamkan hak guna efek kepada penerima pinjaman pada periode
tertentu. Pemberi pinjaman atau penerima pinjaman dapat menarik atau
mengembalikan efek tersebut sewaktu-waktu.
Dalam transaksi PME, penerima pinjaman harus menyediakan agunan
dan berkewajiban membayar fee pinjaman serta mendistribusikan seluruh
hak pemberi pinjaman selama efek tersebut dipinjamkan. Jenis haknya
diantaranya dividen manufaktur, pembagian saham, dan segala aksi
korporat (corporate action) lainnya.
Beberapa manfaat yang diperoleh pemberi pinjaman dan penerima
pinjaman dari transaksi pinjam meminjam efek antara lain:

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 16


Pihak yang dapat berpartisipasi dalam transaksi PME, khususnya
pemberi pinjaman adalah Anggota Kliring atau Bank Kustodian yang telah
menandatangani perjanjian kerjasama dengan KPEI. Untuk nasabah
Anggota Kliring maupun Bank Kustodian dapat meminjamkan efeknya
untuk keperluan transaksi PME dengan tetap melalui Anggota Kliring atau
Bank Kustodian yang bersangkutan. Sedangkan, yang dapat menjadi
penerima pinjaman adalah Anggota Kliring yang telah menandatangani
perjanjjian PME dengan KPEI.
Terdapat 2 (dua) jenis PME yang tersedia di KPEI, yakni PME Reguler
dan PME Front End. PME Reguler adalah jenis PME yang memiliki jumlah
fee yang tetap, sedangkan PME Front End adalah jenis PME yang memiliki
perhitungan imbalan jasa yang ditetapkan melalui proses tawar menawar
antara pemberi pinjaman dan peminjam. Selain terkait besaran fee,
perbedaan dari jenis PME tersebut terletak pada cara peminjamannya.
Untuk mekanisme PME regular, dengan cara manual yaitu menghubungi
KPEI jika ingin meminjam efek, yang apabila telah tersedia lawannya yakni
pemberi pinjaman, maka selanjutnya penerima maupun pemberi
pinjaman akan melakukan input pesanan pinjaman di e-CLEARS.
Sebaliknya, mekanisme PME front end menggunakan apliaksi front end
dalam melakukan peminjaman, dimana terdapat proses tawar-menawar
besaran fee terlebih dahulu antara penefrima dan pemberi pinjaman. Jika
proses tawar-menawar fee final (matched), maka pesanan pinjaman
tersebut akan diteruskan ke sistem e-CLEARS.
Perhitungan imbalan jasa di atas dilakukan secara harian pada akhir
hari. Kedua jenis PME ini dibagi lagi menjadi 2 (dua) tipe berdasarkan
waktu pengembalian pinjaman yakni pinjaman Open Term dan pinjaman
Fixed Term. Pada jenis pinjaman open term, lender dan borrower dapat
melakukan pengembalian sebelum jatuh tempo. Sebaliknya dengan
pinjaman fixed term, lender dan borrower tidak dapat melakukan
pengembalian sebelum jatuh tempo.
Untuk perpanjangan masa pinjaman (automatic roll over/ARO),
penerima pinjaman dapat memperpanjang masa peminjaman dengan
menginformasikan permintaan tambahan waktu perpanjangan kepada
KPEI sebagai fasilitator, untuk kemudian disampaikan kepada pemberi
pinjaman guna mendapat persetujuan.

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 17


Jika terjadi kegiatan corporate action atas saham yang sedang
dipinjamkan, maka akan dilakukan tindakan oleh KPEI berupa:
a. Divided (Stock/Cash)
KPEI akan meminta Penerima Pinjaman atas dividend pada saat
Payment date untuk selanjutnya ditransfer ke Pemberi Pinjaman
pada tanggal yang sama. Adapun nilai dividend cash yang ditransfer
adalah sejumlah Gross Amount. Definisi dari gross amount adalah
jumlah uang yang akan diterima sesuai dengan besarnya nilai dividend
tanpa dikurangi pajak atau biaya lainnya. Sedangkan payment date
adalah tanggal pembayaran dividen kepada seluruh pemegang saham
yang berhak mendapatkan dividen.
b. Stock split/reverse
Sistem PME akan melakukan penyesuaian otomatis atas saldo pinjaman
saham yang sedang ditransaksikan dengan volume baru sesuai rasio
ada saat effective date
c. Voluntary Corporate Action
Pemberi pinjaman dapat melakukan penarikan kembali (recall) atas
saham yang sedang dipinjamkan karena adanya Voluntary Corporate
Action seperti pelaksanaan RUPS, kegiatan tender office,
penerbitan right dan lainnya.

Dalam melakukan transaksi PME, sistem yang digunakan adalah e-CLEARS


dan aplikasi PME Front end. Khusus untuk aplikasi PME front end hanya
digunakan terkait proses pemesanan pinjaman dan penentuan fee rate
dengan mekanisme continuous auction (lelang berkelanjutan) untuk
transaksi PME Front end. Sedangkan pada PME Reguler, proses pemesanan
pinjaman dilakukan secara manual dengan menghubungi KPEI. Sementara
itu, proses penyelesaian baik pada PME front end maupun PME Reguler
diakukan di e–CLEARS.

4. JASA TRIPARTY REPO


Triparty Repo merupakan transaksi Repo yang melibatkan pihak ketiga.
Sebagai pihak ketiga, KPEI menyediakan sistem Triparty Repo sesuai
standar yang ditentukan oleh OJK sesuai dengan Peraturan OJK Nomor
09/POJK.04/2015 tentang Pedoman Transaksi Repurchase Agreement Bagi
Lembaga Jasa Keuangan. Dalam POJK tersebut, disyaratkan penggunaan
dokumen Global Master Repurchase Agreement (GMRA) Indonesia Annex
dalam pelaksanaan transaksi Repo yang dilakukan oleh Lembaga Jasa
Keuangan, sehingga transaksi Repo dapat dilakukan secara efisien, lebih
aman, terstandardisasi dan termonitor dengan baik.
Repurchase Agreement (Repo) merupakan transaksi jual efek yang
diikuti dengan perjanjian membeli kembali efek tersebut dengan jangka
waktu yang telah ditentukan. Dengan adanya fasilitas ini, KPEI membantu

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 18


para pihak yang bertransaksi Repo dalam hal pengelolaan agunan,
pengelolaan marjin, pemantauan dan penyelesaian transaksi, serta
perhitungan pendapatan dan penggantian dividen atau bunga obligasi.

5. Jasa Pengelolaan Agunan


Pengelolaan agunan merupakan perangkat pengendalian risiko yang
diterapkan KPEI untuk mengelola risiko kredit counterparty dari Anggota
Kliring. Sesuai dengan Peraturan OJK No.26 tahun 2014 tentang
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa, pengertian agunan adalah dana,
efek, dan/atau instrumen keuangan lainnya milik Anggota Kliring sebagai
jaminan yang dapat digunakan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan untuk
menyelesaikan transaksi bursa dan/atau untuk menyelesaikan kewajiban
Anggota Kliring kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan.
KPEI mewajibkan Anggota Kliring untuk menyetorkan agunan dalam
bentuk dana, efek dan/atau instrument keuangan lainnya yang telah
mendapat persetujuan dari KPEI sebagai jaminan atas kewajiban
penyelesaian transaksi bursa. Adapun untuk Nasabah Anggota Kliring,
penyetoran agunan dapat dilakukan ke sub rekening jaminan nasabah
tersebut dan hanya berupa Efek dan/atau Dana. Selain berfungsi untuk
pengelolaan risiko untuk jaminan penyelesaian Transaksi Bursa. Agunan
yang disetorkan Anggota Kliring dapat digunakan KPEI untuk penyelesaian
transaksi bursa baik untuk kepentingan Anggota Kliring maupun
nasabahnya. Sedangkan agunan yang ditempatkan oleh nasabah Anggota
Kliring merupakan jaminan atas kewajiban penyelesaian transaksi bursa
bagi nasabah Anggota Kliring yang bersangkutan.
Guna melakukan mitigasi risiko kredit untuk meminimalisir dampak dari
risiko yang terjadi, KPEI memberlakukan mekanisme haircut atau
pemotongan nilai barang pada setiap instrumen agunan yang diserahkan
Anggota Kliring, yang dihitung berdasarkan harga pasar dikurangi faktor
diskonto dengan persentase tertentu. Selanjutnya, KPEI melakukan valuasi
penilaian pada setiap agunan dengan memperhitungkan nilai haircut dan
besaran persentase eligible agunan maupun batasan limit yang ditetapkan
untuk instrument agunan tersebut.

6. Layanan Informasi
Member Interface (MI) merupakan portal yang berfungsi untuk
menyajikan informasi secara terpadu dan menyeluruh terkait kegiatan
yang dilakukan oleh Anggota Kliring (AK) sehubungan dengan fungsi KPEI
dalam menyelenggarakan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi
bursa. Dengan mengakses portal ini, AK dapat dengan mudah mengetahui
informasi Risk Menagement terkait aktifitas transaksi AK yang dihitung
oleh KPEI dan Nilai Trading Limit yang dikirimkan KPEI ke Bursa Efek
Indonesia (BEI). Selain informasi Risk Management AK juga dapat

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 19


mengetahui posisi Kliring dan Penyelesaian melalui Obligation and Right
report.
Beberapa Menu terkait Risk Management System (RMS) KPEI:
a. Risk Management Report : Informasi atas valuasi agunan dan risiko atas
posisi AK yang belum terselesaikan.
b. Static Data, Risk Management Info: Informasi parameter risiko yang
digunakan oleh KPEI
c. Trading Limit Allocation : menu informasi alokasi Trading Limit AK ke
berbagai pasar (Equity, Fixed Income, Securities Lending and Borowing
dan Derivatives)

Member Interface juga menyediakan informasi:


a. Obligation and Right Report: Informasi posisi hasil kliring dan informasi
hak dan kewajiban AK pada masing-masing tanggal penyelesaian
b. Simulasi order, collateral dan trade : simulasi kecukupan Trading Limit
atas order, penambahan agunan dan transaksi yang akan dilakukan AK
c. Message: menu pengiriman pertanyaan atau keluhan pada KPEI

II. LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN


II.1. KSEI sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) merupakan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) di Pasar Modal Indonesia yang
menyediakan layanan jasa Kustodian sentral dan penyelesaian transaksi Efek
yang teratur, wajar, dan efisien, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Didirikan di Jakarta pada 23 Desember 1997
dan memperoleh izin usaha pada 11 November 1998, KSEI merupakan salah
satu Self-Regulatory Organization (SRO) bersama PT Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). KSEI mulai
menjalankan kegiatan operasional penyelesaian transaksi Efek dengan warkat
pada tanggal 9 Januari 1998, mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring
Depositori Efek Indonesia (KDEI) sebagai Lembaga Kliring Penyimpanan dan
Penyelesaian (LKPP). Pada tahun 2000, KSEI bersama SRO lainnya
menerapkan transaksi perdagangan dan penyelesaian Efek tanpa warkat
(scripless trading) di Pasar Modal Indonesia. Penerapan tersebut didukung
oleh sistem utama KSEI, yaitu The Central Depository and Book Entry
Settlement System (C-BEST).
Pada tanggal 8 Agustus 2018 KSEI melakukan pengembangan
berkelanjutan atas sistem C-BEST melalui generasi baru C-BEST Next
Generation (Next-G) sebagai upaya KSEI dalam mendukung perkembangan
Pasar Modal Indonesia terutama dari sisi peningkatan jumlah investor dan
peningkatan jumlah penyelesaian transaksi. Upaya meningkatkan
kepercayaan investor untuk berinvestasi diwujudkan KSEI melalui kewajiban
kepemilikan Single Investor Identification (SID) pada tahun 2012. SID
sebagai nomor identitas tunggal bagi investor yang memberikan kemudahan

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 20


pada proses identifikasi investor sekaligus landasan berbagai pengembangan
pasar modal lainnya, termasuk fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan
Sekuritas).
Pada tahun 2016, KSEI telah mengimplementasikan sistem pengelolaan
investasi terpadu (S-INVEST), sehingga Pasar Modal Indonesia memiliki
platform yang terintegrasi untuk industri pengelolaan investasi. Terobosan
tersebut berhasil mengantarkan KSEI meraih penghargaan sebagai The Best
Central Securities Depository in Southeast Asia in 2016 versi Alpha Southeast
Asia Magazine dan menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di kawasan
Asia Tenggara yang memiliki sistem pengelolaan investasi terpadu.

II.2. Tata Kelola KSEI


Penerapan tata kelola perusahaan merupakan upaya KSEI dalam
meningkatkan nilai bagi pemegang saham, melindungi kepentingan
pemangku kepentingan, meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan dan
perundang-undangan serta penerapan nilai-nilai etika yang berlaku umum
(sebagaimana diatur dalam Code of Conduct) sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan pemakai jasa KSEI. Penerapan tata kelola
perusahaan juga merupakan acuan dalam mencapai visi sebagai Kustodian
sentral yang andal, berdaya saing, dan memiliki kompetensi yang selaras
dengan perkembangan kebutuhan dan kepentingan para pemangku
kepentingan serta lingkungan bisnis.
Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tata kelola perusahaan, KSEI
menyusun pedoman dan piagam sebagai acuan kerja bagi organ Perusahaan,
yang disusun dengan mempertimbangkan karakteristik KSEI, peraturan, dan
ketentuan OJK. Demikian pula dengan kerangka kerja GCG di KSEI yang
disusun dengan mengacu pada peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku serta mempertimbangkan kondisi, budaya, dan nilai-nilai Perusahaan.
Dengan adanya acuan ini, fungsi pengambilan keputusan dan pengawasan
yang lebih efektif serta pengelolaan Perusahaan yang sejalan dengan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG) diharapkan dapat dicapai.
Penerapan prinsip-prinsip GCG juga berkontribusi positif dalam meningkatkan
kinerja Perusahaan.
Dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik, KSEI mengacu pada
lima nilai dasar sebagai berikut:
1. Transparansi
Memastikan bahwa semua hal yang material tentang Perusahaan
diungkapkan secara akurat dan tepat waktu, termasuk posisi dan kinerja
keuangan, serta struktur governansi dan kepemilikan.
2. Akuntabilitas
Memastikan bahwa Perusahaan memiliki rencana bisnis strategis untuk
melaksanakan misi dan mencapai visi Perusahaan, pemantauan yang
efektif oleh Direksi kepada jajaran di bawahnya atas pelaksanaan rencana
bisnis strategis tersebut, pengawasan efektif Dewan Komisaris terhadap

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 21


aktivitas pengelolaan oleh Direksi, serta akuntabilitas Direksi dan Dewan
Komisaris kepada Perusahaan dan para pemegang saham.
3. Responsibilitas
Memastikan Perusahaan memenuhi peran dan tanggungjawabnya kepada
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya sebagaimana diatur
dalam ketentuan dan peraturan perundangan serta mendorong terciptanya
lingkungan bisnis yang kondusif untuk keberlanjutan usaha Perusahaan.
4. Independensi
Memastikan Perusahaan dikelola secara independen, yang di dalamnya
Direksi dan Dewan Komisaris beserta seluruh jajaran di bawahnya tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun yang
dapat mempengaruhi objektivitas dan profesionalismenya.
5. Kesetaraan dan Kewajaran
Memastikan perlindungan atas hak-hak pemegang saham dan perlakuan
yang setara kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham
minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham yang kehilangan haknya
harus memiliki kesempatan untuk memperoleh kembali hak-haknya.
Prinsip ini juga mengharuskan Perusahaan untuk memperlakukan para
pemangku kepentingan lainnya secara wajar dan setara.

II.3. LAYANAN KSEI


Sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, sesuai dengan
Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 (UUPM), KSEI didirikan
bertujuan menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi
yang wajar, teratur dan efisien.
Untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai kustodian sentral serta
dapat memberikan jasa penyelesaian transaksi yang wajar, teratur dan efisien
serta bertaraf internasional, KSEI telah menyiapkan sistem yang handal dan
aman yaitu C-BEST (The Central Depository and Book-Entry Settlement
System) dan sistem pengelolaan investasi terpadu (S-Invest).
Secara garis besar jasa yang diberikan oleh KSEI dapat dibagi menjadi:
1. Jasa Pengelolaan Aset
Untuk Jasa Pengelolaan Aset, ada 4 jasa yang disediakan oleh KSEI:
a. Pendaftaran Pembukaan Rekening Efek
Sebelum Partisipan dapat menggunakan jasa KSEI, Partisipan
harus mendaftarkan diri sebagai pemakai jasa dan menandatangani
Perjanjian Pendaftaran Rekening Efek. Sesuai dengan UUPM, Partisipan
yang dapat membuka Rekening Efek di KSEI adalah Perusahaan Efek
(Anggota Kliring dan Non Anggota Kliring), Bank Kustodian, Emiten/BAE
dan KPEI.
KSEI akan membukakan Rekening Efek yang terdiri dari rekening
Efek dan dana bagi Partisipan apabila Partisipan telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh KSEI yang selanjutnya disebut
Pemegang Rekening.

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 22


Berdasarkan Peraturan Bapepam No. III. C. 7 tentang Sub
Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,
Pemegang Rekening yang mengelola Efek dan/atau dan nasabah wajib
membukakan Sub Rekening Efek bagi masing-masing nasabahnya.
Tujuan dari pembukaan Sub Rekening Efek ini adalah untuk
memisahkan aset Pemegang Rekening dengan nasabahnya sehingga
terhindar dari penyalahgunaan aset nasabah. Disamping itu juga untuk
perlindungan terhadap investor dan efisiensi dalam hal pendistribusian
corporate action.
b. Perubahan Data Pemegang Rekening
Pemegang Rekening yang sudah terdaftar di KSEI karena beberapa
alasan dapat melakukan perubahan data seperti perubahan Nama,
Alamat, No. telepon, dll. Perubahan ini dapat dilakukan dengan
mengirimkan surat perubahan data Pemegang Rekening ke KSEI.
Khusus untuk perubahan “Nama Pemegang Rekening” harus ditunjang
dengan dokumen-dokumen pendukung seperti akta perubahan,
anggaran dasar dan akta Berita Acara RUPS.
c. Penutupan Pemegang Rekening
Pemegang Rekening dapat menutup rekening yang telah dibuka dengan
mengajukan Permohonan Penutupan Rekening ke KSEI. Sebelum
permohonan penutupan ini disetujui, Pemegang Rekening diharuskan
untuk mengkosongkan Rekening Efek dan menyelesaikan seluruh
kewajibannya kepada KSEI. Selain itu juga, sistem KSEI akan
melakukan pengecekan posisi untuk meyakinkan tidak adanya posisi
atau transaksi pending yang harus diselesaikan.
d. Pemblokiran / Lepas Blokir Pemegang Rekening
KSEI dapat melakukan pemblokiran atau mencabut blokir atas Rekening
Efek milik Pemegang Rekening tertentu, atas instruksi/perintah tertulis
dari OJK atau berdasarkan permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian
Daerah, Kepala Kejaksaan Tinggi, atau Ketua Pengadilan Tinggi untuk
kepentingan peradilan dalam perkara perdata atau pidana. Rekening
Efek yang berada dalam status blokir, maka baik Efek maupun dana
yang terdapat dalam Rekening Efek tersebut tidak dapat ditarik dan
ditransfer sampai status blokir atas Rekening Efek tersebut dicabut.

2. Jasa Kustodian Sentral


Aktivitas yang dilakukan KSEI dalam mengelola jasa kustodian antara lain
meliputi:
a. Penyetoran (Deposit) Efek/Dana
 Deposit Efek
Deposit Efek merupakan aktivitas pendepositan Efek ke dalam C-
BEST yang dilakukan baik dengan cara melaksanakan konversi fisik
Efek maupun yang dilakukan secara langsung dari perolehan Initial
Public Offering (IPO).

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 23


Investor yang ingin mengkonversikan sertifikat Efek dapat
mengajukan permohonan deposit ke KSEI melalui Pemegang
Rekening (Perusahaan Efek dan Bank Kustodian) dengan
menyerahkan sertifikat Efek asli yang sudah teregistrasi atas nama
investor tersebut. Berdasarkan permohonan deposit yang
disampaikan melalui sistem KSEI, Emiten/BAE akan melakukan
validasi atas sertifikat Efek tersebut. Setelah sertifikat Efek tersebut
divalidasi, Emiten/BAE akan mengubah data kepemilikan Efek dalam
Daftar Pemegang Saham dari atas nama investor menjadi atas nama
KSEI. Setelah proses validasi selesai Emiten/BAE akan mengirimkan
konfirmasi deposit kepada KSEI dan selanjut KSEI akan
mengkreditkannya ke dalam Rekening Efek milik Pemegang
Rekening.
 Deposit Dana
Untuk mencatatkan posisi dana pada Rekening Efek, Pemegang
Rekening harus membuka rekening di salah satu Bank Pembayar
yang ditunjuk oleh KSEI.
b. Penarikan Efek
Pemegang Rekening atas permintaan investor dapat mengajukan
Permohonan Penarikan Efek dari bentuk elektronik menjadi bentuk
sertifikat Efek atas nama investor yang bersangkutan ke KSEI. KSEI
akan mengirim Permohonan Penarikan Efek tersebut ke Emiten/BAE.
Pada saat yang bersamaan Pemegang Rekening juga harus
mengirimkan data dan dokumen pendukung kepada Emiten/BAE untuk
keperluan penarikan Efek tersebut. Apabila data dan dokumen
pendukung sesuai dengan data yang diberikan KSEI pada Permohonan
Penarikan Efek, Emiten/BAE akan memberikan konfirmasi dan mencetak
sertifikat fisiknya menjadi atas nama investor yang akan tercetak di
sertifikat.
Efek yang sudah ditarik keluar dari C-BEST menjadi bentuk
sertifikat, tidak dapat ditransaksikan (diperjualbelikan) di Bursa Efek.
Apabila investor ingin mentransaksikannya kembali, investor harus
kembali mendepositkan sertifikat Efek tersebut ke dalam bentuk
elektronik.
c. Rekonsiliasi Efek/Dana
Untuk menjamin bahwa saldo Efek dan dana yang tercatat di Rekening
Efek dalam C-BEST selalu cocok dengan catatan saldo pada institusi lain
yang terkait, maka KSEI perlu melakukan aktivitas rekonsiliasi. Untuk
rekonsiliasi saldo Efek, KSEI akan melakukan rekonsiliasi Efek dengan
Emiten/BAE, sedangkan untuk rekonsiliasi dana akan dilakukan antara
KSEI dengan Bank Pembayaran.

3. Jasa Penyelesaian Transaksi


a. Penyelesaian Transaksi Bursa

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 24


Proses pedagangan Efek tanpa warkat dan penyelesaian transaksi
secara pemindahbukuan memungkinkan KSEI untuk melakukan prose
penyelesaian transaksi yang dilakukan di bursa maupun di luar bursa
dengan menggunakan sistem C-BEST.
Perdagangan transaksi bursa saat ini terbagi menjadi 3 pasar:
 Pasar Reguler yang tanggal penyelesaiannya dilakukan pada T+2
 Pasar Tunai yang tanggal penyeleasaiannya dilakukan pada T+0
 Pasar Negosiasi yang tanggal penyelesaiannya dilakukan
berdasarkan kesepakatan penjual dan pembeli.

Transaksi Efek yang sudah terjadi di Bursa bersifat ‘locked-in’, dengan


pengertian bahwa transaksi tersebut wajib diselesaikan pada
T+2/T+0 (sesuai dengan jenis pasarnya). Setiap akhir hari, data
perdagangan yang terjadi di bursa dikirim ke KPEI untuk dilakukan
proses netting. Perdagangan di Pasar Reguler serta Pasar Tunai akan
melalui mekanisme penjaminan oleh KPEI. Sedangkan perdagangan
pada Pasar Negosiasi diselesaikan secara per transaksi dan tidak dijamin
oleh KPEI.
Pada tanggal penyelesaian, KSEI akan melakukan proses penyelesaian
transaksi perdagangan Pasar Reguler dan PasarTunai yang telah
mengalami proses netting di KPEI serta transaksi perdagangan Pasar
Negosiasi yang diselesaikan secara per transaksi
Sedangkan untuk penyelesaian dana untuk transaksi bursa akan
diproses melalui Bank Pembayaran yang telah di tunjuk atau melalui
mekanisme penyelesaian dana melalui Bank Indonesia yang disebut
Central Bank Money (CeBM).
b. Penyelesaian Transaksi di Luar Bursa (Over The Counter – OTC)
Penyelesaian transaksi di luar bursa dilakukan dengan cara
pemindahbukuan efek dan/atau dana antar rekening Efek di KSEI.
Penyelesaian transaksi ini dapat terdiri dari penyelesaian transaksi efek
dengan disertai pemindahbukuan dana dan penyelesaian transaksi efek
tanpa disertai pemindahbukuan dana. Dalam melakukan penyelesaian
transaksi di luar bursa instruksi harus disampaikan (di input) ke KSEI
melalui sistem C-BEST, Instruksi tersebut disampaikan oleh pihak
pembeli maupun pihak penjual. Data yang disampaikan melalui sistem
C-BEST harus sama (matching) dari penjual maupun pembeli seperti
tanggal penyelesaian transaksi, Kode Efek, Jumlah Efek, dan lain-lain.
Ada beberapa jenis instruksi yang dapat digunakan oleh Pemegang
Rekening dalam C-BEST:
 Delivery Versus Payment (DVP); Fungsi ini digunakan oleh Pemegang
Rekening untuk melakukan instruksi serah Efek bersifat ekuitas
melalui sistem C-BEST dimana pihak pengirim Efek akan menerima
pembayaran (dana) dari pihak penerima Efek.

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 25


 Receive Versus Payment (RVP); Fungsi ini digunakan oleh Pemegang
Rekening untuk melakukan instruksi terima Efek bersifat ekuitas
melalui sistem C-BEST dimana pihak penerima Efek harus
menyerahkan dana kepihak pengirim Efek.
 Delivery Free of Payment (DFOP); Fungsi ini digunakan oleh
Pemegang Rekening untuk melakukan instruksi serah Efek bersifat
ekuitas melalui sistem C-BEST tanpa disertai pembayaran dari pihak
penerima Efek.
 Receive Free of Payment (RFOP); Fungsi ini digunakan oleh
Pemegang Rekening untuk melakukan instruksi terima Efek bersifat
ekuitas melalui sistem C-BEST tanpa disertai pembayaran kepada
pihak pengirim Efek.
 Delivery Versus Payment for Bond (DVPBOND); Fungsi ini digunakan
oleh Pemegang Rekening untuk melakukan instruksi serah Efek
Bersifat Utang melalui sistem C-BEST dimana pihak pengirim Efek
akan menerima pembayaran (dana) dari pihak penerima Efek.
 Receive Versus Payment for Bond (RVPBOND); Fungsi ini digunakan
oleh Pemegang Rekening untuk melakukan instruksi terima Efek
Bersifat Utang melalui sistem C-BEST dimana pihak penerima harus
menyerahkan pembayaran (dana) ke pihak pengirim.
 Delivery Free of Payment for Bond (DFOPBOND); Fungsi ini
digunakan oleh Pemegang Rekening untuk melakukan instruksi serah
Efek Bersifat Utang melalui sistem C-BEST dimana pihak pengirim
Efek tidak menerima pembayaran dari pihak penerima Efek.
 Receive Free of Payment for Bond (RFOPBOND); Fungsi ini digunakan
oleh Pemegang Rekening untuk melakukan instruksi terima Efek
Bersifat Utang melalui sistem C-BEST dimana pihak penerima tidak
menyerahkan pembayaran ke pihak pengirim.
 Securities Transfer (SECTRS); Fungsi ini digunakan oleh Pemegang
Rekening untuk melakukan instruksi pindahbukuan Efek dari
Rekening Depositori ke rekening utama Penerima Pinjaman untuk
pinjam meminjam efek terkait dengan transaksi Pinjam Meminjam
Efek.
 Securities Deposit (SECD); Fungsi ini digunakan oleh Pemegang
Rekening untuk melakukan proses konversi Efek dari efek berbentuk
fisik menjadi efek berbentuk elektronik ke dalam Rekening Efek/Sub
Rekening Efek milik Pemegang Rekening atau nasabah Pemegang
Rekening.
 Securities Withdrawal (SECW); Fungsi ini digunakan oleh Pemegang
Rekening untuk melakukan penarikan efek berbentuk elektronik dari
Rekening Efek/Sub Rekening Efek menjadi bentuk sertifikat Efek
fisik. Penarikan efek ini hanya dilakukan untuk efek bersifat ekuitas.
 Book Transfer (BTS); Fungsi ini digunakan oleh Pemegang Rekening
untuk melakukan instruksi pemindahan dana dari Rekening utama

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 26


ke Sub Rekening Efek atau dari Sub Rekening ke sub rekening lain
yang berada dalam Pemegang Rekening yang sama.
 Wire Transfer (WT); Fungsi ini digunakan oleh Pemegang Rekening
untuk penarikan dana yang tercatat di Rekening Efek/Sub Rekening
efek di C-Best ke Rekening Giro umum milik Pemegang Rekening di
Bank Pembayaran.
 Cash Withdrawal (CW); Fungsi ini digunakan oleh Pemegang
Rekening untuk penarikan dana yang tercatat di Rekening Efek / Sub
Rekening Efek pada C-BEST ke Rekening bank yang dituju oleh
Perusahaan Efek (Beneficiary Account) pada Bank komersial yang
menjadi peserta BI RTGS
 Collateral Deposit (COLDS); Fungsi ini dapat digunakan oleh
Pemegang Rekening untuk melakukan deposit sejumlah Efek atau
dana sebagai jaminan yang digunakan oleh Pemegang Rekening
untuk menaikkan trading limit dan digunakan juga untuk memenuhi
kewajiban serah efek atau dana dari kegiatan transaksi bursa.
 Lendable Deposit (LENDDS); Fungsi ini dapat digunakan oleh
Pemegang Rekening untuk menempatkan sejumlah Efek di Rekening
Pinjam Meminjam.

4. Jasa Aksi Korporasi


Tindakan Korporasi yang diproses oleh KSEI dapat dibagi menjadi:
a. Tindakan Korporasi Wajib
Tindakan Korporasi Wajib adalah Tindakan korporasi atau Corporate
Action (CA) yang tidak memerlukan Tindakan atau instruksi dari
Pemegang Rekening yang akan mendapatkan hak CA melalui C-BEST.
Pemegang Rekening hanya menerima hak CA dari Emiten yang
melakukan kegiatan tersebut.
Jenis CA yang terjadi dalam Tindakan korporasi jenis ini adalah:
 Pembayaran Bunga Obligasi; Bunga obligasi akan diberikan
kepada Pemegang Rekening yang memiliki obligasi hingga tanggal
yang telah ditentukan oleh Emiten (record date). Pada tanggal
pembayaran, C-BEST secara otomatis akan mendistribusikan bunga
dari obligasi tersebut ke masing-masing rekening yang berhak
berdasarkan Daftar Pemegang Rekening pada tanggal record date.
 Pembayaran Pokok Obligasi; Pembayaran nilai pokok obligasi
akan diberikan pada tanggal jatuh tempo, KSEI akan memberikan
daftar pemegang obligasi – yaitu daftar pihak yang memiliki obligasi
hingga tanggal jatuh tempo – kepada Emiten/BAE. Emiten/BAE akan
memberikan dana pembayaran nilai pokok obligasi ke KSEI.
Pendistribusian pembayaran pokok obligasi akan diberikan ke
Pemegang Rekening yang berhak setelah KSEI menerima dana dari
Emiten/BAE.

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 27


 Dividen Tunai; Dividen Tunai akan diberikan kepada Pemegang
Rekening atau Sub Rekening yang memiliki saham pada
saat recording date. Sistem akan memperhitungkan besaran pajak
dan dividen tunai bersih yang berhak diterima oleh Pemegang
Rekening berdasarkan tingkat pajak yang dikenakan terhadap setiap
Pemegang Rekening. Emiten akan memberikan total dividen tunai
bersih (nett) setelah menerima konfirmasi pembayaran dari KSEI.
Pada tanggal distribusi, sistem KSEI akan mendistribusikan dividen
tunai ke rekening Pemegang Rekening yang berhak.
 Dividen Saham; KSEI akan mendistribusikan Dividen Saham
kepada Pemegang Rekening atau Sub Rekening yang memiliki saham
pada saat recording date. Sistem akan memperhitungkan besaran
dividen saham yang akan diterima dan pajak yang dikenakan kepada
setiap Pemegang Rekening.
 Distribusi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD); Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Rights akan diberikan
kepada Pemegang Rekening yang memiliki saham pada
saat recording date. Sistem akan memperhitungkan besaran HMETD
yang akan diterima setiap Pemegang Rekening sesuai dengan rasio
yang diberitahukan oleh Emiten kepada KSEI dan KSEI akan
mendistribusikan HMETD tersebut ke rekening yang berhak.
 Saham Bonus; Penanganan saham bonus hampir sama dengan
dividen saham, namun tidak memperhitungkan pajak.
 Distribusi Waran; Distribusi Waran ini tidak sama dengan
pemberian Waran kepada pemegang saham yang
melakukanexercise Waran atau yang diberikan kepada pemegang
saham yang mendapatkan saham hasil IPO. Distribusi Waran ini akan
diberikan kepada Pemegang Rekening yang memiliki saham pada
saatrecording date. Sistem akan memperhitungkan besaran Waran
yang akan diterima setiap Pemegang Rekening sesuai dengan rasio
yang diberitahukan oleh Emiten kepada KSEI. Emiten/BAE akan
memberikan total Waran yang akan didistribusikan kepada KSEI
pada tanggal distribusi, dimana KSEI akan mendistribusikan Waran
itu ke rekening yang berhak. Waran ini selanjutnya akan
diperdagangkan atau di-exercise oleh Pemegang Rekening.
 Mandatory Conversion; Aktivitas CA ini adalah untuk kegiatan
mengubah jumlah Efek yang dimiliki oleh Pemegang Rekening
dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh Emiten. Kegiatan ini terdiri
dari:
1) Merger dan Akuisisi
Merger adalah kegiatan yang dilakukan oleh Emiten untuk
melakukan penggabungan atas sahamnya. Seluruh Emiten yang
melakukan merger ini akan menjadi saham Emiten (Issuer) baru

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 28


atau akan menggunakan salah satu nama Emiten dari seluruh
Emiten tersebut.
Kegiatan merger/akuisisi akan mengubah komposisi jumlah
kepemilikan saham yang dimiliki Pemegang Rekening. Sistem
akan mengubah komposisi jumlah Efek secara otomatis
berdasarkan rasio (perhitungan) yang diberikan Emiten/BAE.
Perubahan ini dilakukan pada tanggal yang sudah ditentukan oleh
Emiten/BAE.
2) Stock Split/Reverse Split
Stock Split dan Reverse Split akan mengubah komposisi jumlah
kepemilikan saham yang dimiliki oleh Pemegang Rekening. Sistem
akan mengubah komposisi itu secara otomatis berdasarkan data
yang diberikan Emiten terkait. Perubahan ini dilakukan pada
tanggal yang sudah ditentukan oleh Emiten/BAE.
b. Tindakan Korporasi Sukarela
Tindakan Korporasi Sukarela memerlukan instruksi/respon dari
Pemegang Rekening/Investor untuk melakukan Tindakan korporasi
(Pemenuhan Hak Pemodal). Kegiatan Voluntary Corporate Action antara
lain:
 Pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan Waran
Pelaksanaan (exercise) HMETD dan Waran dilakukan oleh Pemegang
Rekening melalui C-BEST. KSEI akan memberikan Daftar Pemegang
Rekening yang telah melakukan exercise. Selanjutnya, KSEI akan
mendistribusikan saham hasil exercise tersebut ke dalam rekening
setelah menerima total saham atas exercise dari Emiten/BAE.
Setelah tanggal jatuh tempo, sisa HMETD yang tidak di-exercise akan
dihilangkan/didebet secara otomatis dari rekening.
 Proxy Voting
Proxy Voting adalah perhitungan jumlah suara yang tercatat untuk
kegiatan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada tanggal
pencatatan atas RUPS, sistem akan mencatat seluruh rekening yang
memiliki saldo Efek atas emiten yang melakukan kegiatan RUPS.
Sistem akan mengeluarkan laporan konfirmasi tertulis kepada
Pemegang Rekening yang berhak. Dalam laporan ini dikonfirmasikan
pula jumlah suara/Efek yang dimiliki untuk keperluan RUPS tersebut.

5. Jasa Penyedia Infrastruktur Investasi


Selain layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek, KSEI
juga menyediakan platform terintegrasi untuk transaksi pengelolaan
investasi, salah satunya produk Reksa Dana, berupa Sistem Pengelolaan
Investasi Terpadu (S-INVEST). Sistem yang diluncurkan sejak Agustus
2016 tersebut, bertujuan meningkatkan standardisasi, efisiensi, dan real
time monitoring atas aktivitas industri pengelolaan investasi. Penggunaan
sistem ini merupakan mandatory bagi pelaku pasar sebagaimana diatur

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 29


dalam Peraturan OJK No. 28/POJK.04/2016 tentang Sistem Pengelolaan
Investasi Terpadu, sehingga seluruh transaksi Reksa Dana wajib
menggunakan S-INVEST. S-INVEST mencakup 4 modul utama yaitu
modul Static Data, Order Routing, Post Trade Processing, dan Pelaporan
(Reporting).
Sementara itu, pemakai jasa KSEI selaku pengguna S-INVEST terdiri
dari Agen Penjual Reksa Dana sebagai distributor unit kepemilikan Reksa
Dana, Manajer Investasi sebagai pengelola investasi Reksa Dana, Bank
Kustodian sebagai pihak yang bertanggung jawab atas administrasi dan
penyimpanan aset Reksa Dana, serta Perusahaan Efek dan Treasury
Banks dalam hal transaksi aset dasar Reksa Dana dalam modul Post Trade
Processing di S-INVEST.
a. Pendaftaran Pemakai Jasa S-INVEST
Sebelum dapat menggunakan sistem S-INVEST, partisipan harus
mendaftarkan diri sebagai Pengguna S-INVEST mengacu pada
Peraturan KSEI Nomor X-A tentang Pendaftaran Sistem Pengelolaan
Investasi Terpadu di KSEI. Partisipan dapat melakukan pendaftaran
dengan memperhatikan batas waktu pendaftaran dan melengkapi
persyaratan yang dibutuhkan. KSEI akan memberikan akses ke dalam
sistem apabila Partisipan telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
b. Pendaftaran Produk Investasi
Produk Investasi yang ingin ditransaksikan harus terlebih dahulu
didaftarkan ke dalam sistem oleh Bank Kustodian dengan
melakukan input langsung ke dalam S-INVEST. Selain itu, Bank
Kustodian perlu menyerahkan dokumen-dokumen untuk keperluan
pendaftaran sesuai dengan ketentuan pada Peraturan KSEI Nomor X-A
poin 8.2 untuk dapat diproses lebih lanjut. KSEI akan melakukan proses
approval untuk pendaftaran produk investasi ini.
c. Pendaftaran Dana Nasabah Reksa Dana dan Pembuatan IFUA
Untuk dapat melakukan transaksi Reksa Dana bagi nasabah, Agen
Penjual Reksa Dana harus melakukan pendaftaran data nasabah dengan
melakukan input langsung ke dalam sistem dan melengkapi data yang
telah ditentukan. Bila format data telah sesuai, sistem akan menerbitkan
nomor SID dan secara otomatis membuatkan Rekening
Investasi/Investor Fund Unit Account (IFUA) untuk nasabah terkait.
d. Penyampaian Transaksi Unit Reksa Dana
Instruksi untuk transaksi Produk Investasi yang berlaku untuk Reksa
Dana meliputi:
 Penyampaian instruksi transaksi produk investasi sesuai instruksi
dari nasabah oleh Agen Penjual atau Manajer Investasi yang
melakukan penjualan produk investasi pada T+0
 Persetujuan atas setiap instruksi transaksi produk investasi oleh
Manajer Investasi pada T+0

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 30


 Afirmasi terhadap instruksi transaksi produk investasi oleh Bank
Kustodian
 Penyampaian alokasi unit dan balance akhir oleh Bank Kustodian
 Penyampaian hasil perhitungan NAB oleh Bank Kustodian T+1
Seluruh proses pengiriman instruksi dapat dijalankan melalui dua cara,
baik input melalui layar ataupun upload file. Pengguna S-INVEST perlu
memperhatikan format data untuk input/upload agar proses pengiriman
transaksi dapat sukses dilakukan.
Pengguna S-INVEST dapat melakukan monitoring terhadap status
transaksi yang dilakukan dan hasil akhir transaksi pada
layar inquiry serta melakukan download data transaksi. Pengguna S-
INVEST juga dapat melakukan download data dalam beberapa
tipe file untuk dapat dimasukkan ke dalam sistem internal masing-
masing dengan memperhatikan format hasil download pada
screen inquiry.

e. Penyampaian Transaksi Aset Dasar (Post Trade Processing)


Transaksi Aset Dasar merupakan Instruksi untuk transaksi aset Produk
Investasi berlaku untuk Reksa Dana, Dana Investasi Real Estate,
Pengelolaan Portofolio Efek Nasabah secara Individual, dan produk
investasi lain yang ditetapkan oleh OJK. Instruksi transaksi aset dasar
atau dikenal juga dengan Post Trade Processing ini meliputi
diantaranya:
 Trade Allocation dan Trade Details
 Trade Confirmation
 Settlement Instruction
 OTC Instruction Creation

Transaksi aset dasar ini dapat digunakan untuk:


1. Efek bersifat ekuitas
2. Efek bersifat utang
3. Efek offshore/unregistered securities settlement instruction dan
deposito berjangka
4. Efek future/options trade instruction

6. Jasa Lainnya
Selain layanan jasa yang telah disebutkan, KSEI juga memberikan layanan
jasa lainnya, antara lain:
a. Initial Public Offering (IPO)
Pada saat IPO, sistem KSEI akan memberikan kepada Pemegang
Rekening untuk melakukan pembelian saham baru atas IPO tersebut.
Pemegang Rekening kemudian akan memberikan instruksi atas jumlah
saham yang akan dibelinya. Pemberian instruksi dilakukan selama masa
penawaran. KSEI akan memberikan daftar Pemegang Rekening yang

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 31


memasukkan instruksi pembelian kepada Emiten. Daftar ini akan
dilakukan penjatahan (allotment). Pada tanggal pendistribusian, KSEI
akan mendistribusikan saham yang telah dialokasikan ke Pemegang
Rekening sesuai dengan data hasil penjatahan yang diterima
Emiten/BAE.
b. Penawaran Tender
Penawaran Tender adalah penawaran pembelian atau penjualan atas
sejumlah Efek oleh pihak tertentu kepada pihak lain. Pemegang
Rekening yang ingin mengikuti Penawaran Tender dapat memasukkan
permohonan keikutsertaannya dengan memasukkan instrusi tersebut ke
dalam sistem. Efek yang akan ditawarkan oleh Pemegang Rekening
akan diblokir hingga tanggal penjatahan.

III. LEMBAGA PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK


Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal adalah Perseroan yang telah
mendapatkan izin usaha dari OJK untuk menyelenggarakan dan mengelola
Dana Perlindungan Pemodal. Dalam hal ini diamanatkan kepada Indonesia
SIPF.

III.1. Indonesia Securities Investor Protection Fund (SIPF)


Indonesia Securities Investor Protection Fund (SIPF) di bawah PT
Penyelenggara Program Perlindungan Investor Efek Indonesia (PPPIEI)
didirikan untuk memberikan perlindungan investasi untuk para
investor/pemodal di Indonesia melalui penyelenggaraan Dana Perlindungan
Pemodal (DPP).
Perlindungan atas aset investor diperlukan karena adanya
ketergantungan kepada perusahaan efek yang bertindak untuk
kepentingannya dalam berinvestasi. Perusahaan atau lembaga efek yang
merupakan anggota dari DPP memiliki kewenenangan untuk melakukan
pencatatan, penyimpanan, transfer, menggunakan, maupun melaporkan
transaksi aset investor dalam rangka aktivitas transaksi untuk kepentingan
investor. Namun, perusahaan efek juga dapat menggunakan efek tersebut
untuk kepentingan perusahaan atau pegawai, yang dikategorikan sebagai
fraud (penipuan).
Oleh karena itu, Indonesia SIPF melalui program DPP hadir untuk menjadi
sebuah lembaga perlindungan dalam mengatasi masalah investasi yang hilang
akibat adanya penipuan, sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi
para investor dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia.

III.2. Tata Kelola


Sebagai Perusahaan yang berperan dalam memberikan jaminan
perlindungan dan keamanan (assurance) untuk melindungi aset Pemodal, PT
Penyelenggara Program Perlindungan Investor Efek Indonesia (selanjutnya
disebut Perusahaan) menyadari perlu adanya penerapan prinsip-prinsip Good

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 32


Corporate Governance (GCG) dalam setiap aspek pengelolaan kegiatan usaha
yang sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta
standar praktek yang berlaku umum di industri Pasar Modal. Tujuan utama
dilaksanakannya GCG adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi
pemegang saham dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya dalam
jangl‹a panjang. Untuk mendukung penerapan GCG tersebut, maka diperlukan
suatu Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) yang
dapat digunakan sebagai arahan pelaksanaan GCG. Dengan adanya pedoman
ini maka diharapkan dapat meningl‹atkan fungsi pengambilan keputusan dan
pengawasan yang lebih efektif serta pengelolaan Perusahaan optimal dan
sejalan dengan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik. Dalam
prakteknya Tata Kelola ISIPF tidak dapat dipisahkan dan harus merujuk
kepada peraturan dan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.

III.3. Perlindungan Pemodal


1. Dana Perlindungan Pemodal (DPP)
DPP adalah kumpulan dana yang dibentuk untuk melindungi Pemodal dari
hilangnya Aset Pemodal.
Pemodal adalah nasabah dari Perantara Pedagang Efek (PPE) yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah dan Bank Kustodian.
Aset Pemodal adalah Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek,
dan/atau dana milik Pemodal yang dititipkan pada Kustodian:
a. Aset Pemodal berupa Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek
yang mendapat perlindungan Dana Perlindungan Pemodal adalah Efek
dalam Penitipan Kolektif pada Kustodian yang dicatat dalam Rekening
Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
b. Aset Pemodal berupa dana yang mendapat perlindungan Dana
Perlindungan Pemodal adalah dana yang dititipkan pada Kustodian yang
dibukakan Rekening Dana Nasabah pada bank atas nama masing-
masing Pemodal.

Pemodal yang asetnya mendapat perlindungan Dana Perlindungan Pemodal


adalah Pemodal yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Menitipkan asetnya dan memiliki rekening Efek pada Kustodian
b. Dibukakan Sub Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian oleh Kustodian dan
c. Memiliki nomor tunggal identitas pemodal (single investor identification)
dari Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

Hal tersebut tidak berlaku bagi Pemodal yang memenuhi satu atau lebih
kriteria berikut:
a. Pemodal yang terlibat atau menjadi penyebab Aset Pemodal hilang
b. Pemodal merupakan pemegang saham pengendali, direktur, komisaris,
atau pejabat satu tingkat di bawah direktur Kustodian; dan/atau

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 33


c. Pemodal merupakan Afiliasi dari Pihak-pihak tersebut pada angka a dan
b.

2. Tahapan Perlindungan
Baik dalam segi aset yang dilindungi maupun dalam segi pemodal yang
akan dilindungi, terdapat beberapa tahapan perlindungan sebagai berikut:

1 Jan 2014 - 31 Des 2015

Pemodal: Dana Perlindungan Pemodal hanya memberikan ganti rugi


kepada Pemodal yang merupakan nasabah Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah.

Aset Pemodal, pemberian ganti rugi tersebut hanya terbatas pada Aset
Pemodal berupa saham yang termasuk dalam Penitipan Kolektif KSEI.

1 Jan 2016 – Sekarang

Pemodal: Dana Perlindungan Pemodal memberikan ganti rugi kepada


Pemodal yang merupakan nasabah Perantara Pedagang Efek yang
mengadministrasikan rekening Efek nasabah dan nasabah Bank Kustodian.

Aset Pemodal, pemberian ganti rugi Aset Pemodal berupa Efek yang
termasuk masuk dalam Penitipan Kolektif KSEI dan Dana yang dibukakan
Rekening Dana Nasabah pada Bank atas nama masing-masing Pemodal.

III.4. ANGGOTA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL


Berdasarkan angka 9 dan 10 Peraturan VI.A.4, disebutkan bahwa
Kustodian wajib menjadi Anggota DPP. Yang dimaksud dengan Kustodian
adalah Perantara Pedagang Efek (PPE) yang mengadministrasikan rekening
Efek nasabah, dan Bank Kustodian. Selanjutnya pada pasal 2 Keputusan
Bapepam-LK Nomor: KEP-715/BL/2012 tentang Dana Perlindungan Pemodal,
ditetapkan bahwa:
1. PPE yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib menjadi
Anggota DPP sejak 1 Januari 2014; dan
2. Bank Kustodian wajib menjadi Anggota DPP sejak 1 Januari 2016.

Setiap Anggota DPP wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:


1. Membayar penuh dan tepat waktu iuran keanggotaan sejumlah nilai yang
ditetapkan oleh Bapepam-LK;
2. Memisahkan rekening Efek pada Kustodian untuk setiap Pemodal dan
dengan rekening Efek milik Kustodian;
3. Memisahkan rekening dana pada Bank untuk setiap Pemodal dan dengan
rekening dana milik Kustodian sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 34


Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Internal Perusahaan Efek yang
Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Perantara Pedagang Efek; dan
4. Memiliki dan menerapkan sistem manajemen risiko sebagaimana diatur
dalam ketentuan perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang
berlaku.

III.5. PENANGANAN KLAIM DAN SUBROGASI


Sebagaimana di atur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 18/SEOJK.04/2013 tentang Kriteria Pernyataan Tertulis
Oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Tata Cara Penentuan Nilai Aset
Pemodal Yang Hilang Dalam Rangka Penggunaan Dana Perlindungan Pemodal,
PDPP melakukan kegiatan penanganan klaim Pemodal yang mengalami
kehilangan Aset Pemodal setelah OJK menerbitkan pernyataan tertulis bahwa;
1. Terdapat kehilangan Aset Pemodal;
2. Kustodian tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan Aset
Pemodal yang hilang; dan
3. Bagi Kustodian berupa PPE yang mengadministrasikan Efek dinyatakan
tidak dapat
melanjutkan kegiatan usahanya dan dipertimbangkan izin usahanya
dicabut oleh OJK;
atau
4. Bagi Bank Kustodian dinyatakan tidak dapat melanjutkan kegiatan
usahanya sebagai Bank Kustodian dan dipertimbangkan persetujuan Bank
Umum sebagai Kustodian dicabut oleh OJK.

Setelah keluarnya pernyataan tertulis dari OJK tersebut di atas, maka dalam
waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah menerima penetapan dari
OJK, Direksi PDPP akan:
1. Mengumumkan ke masyarakat melalui surat kabar/media lainnya jika
terjadi peristiwa dimaksud di atas dan mengundang Pemodal terkait agar
menyampaikan klaim kepada PDPP dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak pengumuman dilakukan;
2. Mengusulkan pembentukan komite klaim kepada OJK; dan
3. Membentuk tim verifikasi klaim.

Komite Klaim dibentuk dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Beranggotakan paling sedikit 7 (tujuh) orang yang terdiri dari:
a. Paling sedikit 2 (dua) orang Pejabat OJK;
b. Paling sedikit 3 (tiga) orang perwakilan Bursa Efek, Lembaga Kliring
dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;
c. Paling sedikit 1 (satu) orang direktur PDPP; dan

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 35


d. Paling sedikit 1 (satu) orang profesional di bidang Pasar Modal
dan/atau perwakilan lembaga perlindungan konsumen.
2. Susunan anggota Komite Klaim wajib mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari OJK.
3. Tugas dan fungsi Komite Klaim adalah:
a. Mengawasi dan memberikan pedoman mengenai pemeriksaan dan
proses verifikasi klaim Pemodal yang dilakukan tim verifikasi (dibentuk
oleh Direksi PDPP)
b. Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDPP mengenai diterima atau
ditolaknya klaim atas kehilangan Aset Pemodal yang diajukan Pemodal
terhadap DPP serta jumlah pembayaran dalam hal klaim diterima; dan
c. Memberikan usulan kepada Direksi PDPP atas proporsi jumlah
maksimal klaim yang disetujui untuk setiap Pemodal dan untuk setiap
Kustodian dalam hal aset DPP tidak mencukupi.

Gambar 3. Alur Klaim Pemodal

Ganti rugi sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk dana


sebesar nilai Aset Pemodal yang hilang dan/atau sesuai dengan batasan
paling tinggi untuk setiap Pemodal dan setiap Kustodian yang ditetapkan
oleh OJK. Ganti rugi atas nilai Aset Pemodal yang hilang tidak mencakup
nilai kerugian atas perkiraan nilai investasi masa datang.
P3IEI sebagai PDPP wajib melakukan upaya pengembalian dana dari
DPP yang telah dibayarkan kepada Pemodal dalam rangka pembayaran
ganti rugi. Pengembalian DPP tersebut merupakan pelaksanaan Hak
Subrogasi dari pemodal yang mendapatkan ganti rugi kepada P3IEI.

Modul Profesi dan Etika Perdagangan Efek 36


Pelaksanaan Hak Subrogasi dilakukan dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. P3IEI menyusun rencana pelaksanaan Hak Subrogasi berdasarkan
Formulir Perjanjian Subrogasi dan/atau Surat Kuasa Klaim yang telah
ditandatangani oleh Pemodal;
2. P3IEI mengirimkan Surat Pemberitahuan dan Permintaan
pengembalian DPP kepada anggota DPP yang terlibat dalam peristiwa
kehilangan Aset Pemodal;
3. Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari setelah Surat
Pemberitahuan dan Permintaan Pengembalian DPP disampaikan,
anggota DPP wajib mengembalikan seluruh dana ganti rugi yang telah
dibayarkan oleh DPP kepada Pemodal ditambah biaya yang telah
dikeluarkan PDPP;
4. Apabila dalam jangka waktu tersebut, anggota DPP tidak menanggapi
dan/atau menolak untuk mengembalikan DPP, P3IEI akan
mengirimkan surat peringatan kepada anggota DPP;
5. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat
Peringatan, Anggota DPP tidak menanggapi dan/atau menolak untuk
mengembalikan DPP, maka akan dilakukan proses litigasi oleh P3IEI;
dan
6. Apabila setelah dilaksanakan proses litigasi, dimana anggota DPP
diwajibkan untuk mengembalikan DPP berdasarkan putusan Pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap, anggota DPP tetap tidak
mengembalikan DPP, maka P3IEI akan mengajukan Surat Usulan untuk
memailitkan Anggota DPP kepada OJK.

REFERENSI
 https://www.idx.co.id/
 https://www.ojk.go.id/id/
 https://www.kampungpasarmodal.com/
 https://www.hukumonline.com/
 https://www.idclear.co.id/
 https://www.ksei.co.id/
 https://indonesiasipf.co.id/

Anda mungkin juga menyukai