Anda di halaman 1dari 200

STUDI TENTANG

PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET

Oleh:
Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TAHUN 2003
Abstraksi
Terganggunya iklim usaha dan investasi akibat dari krisis ekonomi
membawa dampak bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam
memperoleh pendanaan atas kegiatan usahanya. Untuk itu, ada salah satu
cara untuk mendapatkan suntikan pendanaan secara eksternal, yakni
melalui proses sekuritisasi. Sekuritisasi merupakan suatu proses
transformasi aset yang tidak likuid menjadi surat berharga yang dapat
diperdagangkan sesuai dengan kebutuhan investor. Dan dalam praktek
istilah sekuritisasi diidentikkan dengan Asset Backed Securities (Efek
Beragun Aset). Adapun piutang yang dapat dijadikan underlying meliputi:
piutang hipotek rumah, kredit mobil, kartu kredit, sewa guna usaha dsb.

Perkembangan Efek Beragun Aset di Indonesia terbilang sangat baru


yakni dimulai dengan penerbitan sekuritisasi aset kartu kredit oleh City Bank
pada tahun 1995, dan inipun dilakukan di luar negeri. Di pasar modal
Indonesia, sampai saat Bapepam telah memiliki perangkat peraturan yang
berkaitan dengan Efek Beragun Aset ini, namun belum ada satupun
perusahaan yang memanfaatkan instrumen ini sebagai sarana pendanaan
di pasar modal. Dalam peraturan-peraturan Bapepam inipun mencakup
proses penerbitan Efek Beragun Aset dan pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatannya termasuk peran Kreditur awal/originator, penyedia
jasa/serviser, Manajer Investasi, Bank Kustodian, Konsultan hukum,
Akuntan Publik, pemeringkat efek, dsb. Lebih lanjut, keunggulan, resiko,
sarana peningkatan kredit serta permasalahan-permasalahan yang muncul
dari Efek Beragun Aset layak diketengahkan, dengan asumsi dapat
diperoleh gambaran dan posisi yang jelas dari instrumen dimaksud.

Memperhatikan hal tersebut diatas, Tim Studi Perdagangan Efek


Beragun Aset di Pasar Modal Indonesia mempelajari pengertian/batasan
Efek Beragun Aset di negara lain, dan melakukan pengkajian ketentuan-
ketentuan yang terkait dengan Efek Beragun Aset di negara lain. Antara lain

i
mengenai ketentuan persyaratan pernyataan pendaftaran, persyaratan
keterbukaan, dan ketentuan tentang proses pelaksanaan Efek Beragun
Aset itu sendiri. Disamping itu, juga mempelajari praktek dan ketentuan Efek
Beragun Aset yang ada di Indonesia. Dipaparkan pula hasil pengiriman
kuisioner dengan populasi yang terdiri dari berbagai macam pihak yang
terlibat. Sehingga pada akhirnya dapat disampaikan beberapa rekomendasi
yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset.

Dikarenakan penerbitan Efek Beragun Aset merupakan suatu proses


yang komplek dan rumit, maka pihak-pihak yang berkepentingan dalam
proses penerbitannya harus merencanakan dengan baik yang bertumpu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Memperhatikan beberapa permasalahan yang ada pada Efek Beragun
Aset, maka peraturan Bapepam tentang Efek Beragun Aset yang ada pada
saat ini bisa dijadikan pedoman bagi perusahaan yang berkeinginan
menerbitkan efek ini. Namun demikian, peraturan-peraturan tersebut
hendaknya direvisi khususnya yang menjelaskan tentang pedoman tentang
keterbukaan informasi yang dituangkan dalam prospektus dan kontrak
investasi kolektif, serta menjabarkan fungsi dan peran yang dijalankan oleh
masing-masing pihak yang terlibat. Disamping itu, proses audit yang tepat
bagi akuntan dan konsultan hukum dalam menelaah lebih jauh tentang
proses penerbitan Efek Beragun Aset ini dari sisi akunting dan hukum.
Selain itu, juga diperlukan proses yang jelas dari penerbitan Efek Beragun
Aset ini guna mengetahui alur yang dapat dijadikan acuan dalam menjual
piutang dari perusahaan ini kepada para investor termasuk pula didalamnya
proses pengalihan piutang perusahaan tersebut.

ii
KATA PENGANTAR

Setelah krisis moneter tahun 1997, telah membukakan mata dunia


usaha yang dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia perbankan bukanlah
satu-satunya motor penggerak di sektor rill. Karena itu harus ada upaya lain
untuk mencari sumber dana lain yang bisa diandalkan untuk keperluan
jangka panjang. Salah satu yang bisa diharapkan adalah melalui pasar
modal. Nah, dari bidang pasar modal ini yang belum banyak digali dan
dimanfaatkan oleh para pelaku pasar yakni produk yang bernama Efek
Beragun Aset (Asset Backed Securities).

Berkaitan dengan produk investasi tersebut diatas, maka dipandang


perlu untuk melakukan studi perdagangan Efek Beragun Aset. Studi ini
dimaksudkan untuk mempelajari segala aspek berkenaan dengan Efek
Beragun Aset, praktek-praktek perdagangan Efek Beragun Aset di negara
lain, dan respon para pelaku pasar terhadap keberadaan produk ini.

Dalam melakukan studi tentang perdagangan Efek Beragun Aset ini


dilakukan dengan dua cara. Pertama melalui studi pustaka, yaitu melakukan
pengumpulan literatur yang terkait dengan konsep dan praktek Efek
Beragun Aset di beberapa negara yang telah mempunyai ketentuan khusus
tentang Efek Beragun Aset. Kedua melalui studi lapangan yang dilakukan
dengan metode survey melalui kuisioner kepada pihak yang berkaitan
dengan penerbitan Efek Beragun Aset, yakni Manajer Investasi, Bank
Kustodian, Originator/kreditur awal, Lembaga Pemeringkat Efek, Penjamin
Emisi Efek, Bursa Efek, Konsultan Hukum, dan Akuntan Publik. Selain itu
kuisioner ditujukan kepada investor institusional yang meliputi: lembaga
asuransi dan lembaga dana pensiun. Studi lapangan juga dilakukan lewat
diskusi dengan narasumber yang berkompeten dalam Efek Beragun Aset.

Kiranya hasil studi ini dapat menjadi masukan bagi pengambil


kebijakan berkaitan dengan dengan ketentuan Efek Beragun Aset.
iii
Akhir kata, perlu kami sampaikan “Tiada gading yang tak retak”
demikian pula dengan studi tentang Efek Beragun Aset ini kami
menganggap banyak kekurangannya. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan hasil studi terbuka dan kami harapkan.

Wassalam,

Ketua Tim Studi

iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................iii
Daftar Isi ........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


I. LATAR BELAKANG................................................................. 1
II. STRUKTUR TIM STUDI .......................................................... 4
III. TUJUAN STUDI....................................................................... 5
IV. METODE STUDI...................................................................... 5
V. RUANG LINGKUP STUDI ....................................................... 6
VI. OBYEK STUDI......................................................................... 6
VII. WAKTU STUDI ........................................................................ 7

BAB II STUDI PUSTAKA.............................................................................. 8


I. DEFINISI DAN JENIS.............................................................. 8
II. KONSEP.................................................................................. 9
III. SEJARAH .............................................................................. 10
IV. PROSES DAN PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT.................. 12
1. Fungsi Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun
Aset ................................................................................. 15
2. Fungsi Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun
Aset ................................................................................. 16
3. Proses Penerbitan Efek Beragun Aset............................ 17
4. Pihak-pihak yang terlibat ................................................. 19
V. KEUNGGULAN, RISIKO, DAN SARANA PENINGKATAN
KREDIT.................................................................................. 21
VI. PERMASALAHAN STRATEGIS............................................ 24
1. Aspek Hukum .................................................................. 24
2. Aspek Akuntansi.............................................................. 26
3. Aspek Perpajakan ........................................................... 27

BAB III EFEK BERAGUN ASET DI BEBERAPA NEGARA ...................... 29

v
I. AMERIKA SERIKAT .............................................................. 29
1. Master Trust .................................................................... 32
2. Struktur EBA kartu kredit................................................. 33
II. PERANCIS ............................................................................ 35
1. Sekuritisasi Sintetis ......................................................... 36
2. Future Receivables ......................................................... 37
3. Export Receivable (Piutang Ekspor) ............................... 37
4. Mekanisme Cash Flow .................................................... 38
5. Kustodian ........................................................................ 39
III. JEPANG ................................................................................ 39
1. Produk Keuangan yang dapat disekuritisasi di Jepang .. 41
a. Commercial Paper .................................................... 41
b. Mortgage Deeds........................................................ 42
c. Sertifikat Residential Mortgage ................................. 42
d. Residential Mortgage Trusts ..................................... 43
e. Pinjaman Bank (Bank Loans) ................................... 43
f. Kepentingan Kepemilikan (Ownership Interests) yang
terbagi di commercial real property........................... 43
g. Leasing dan Kredit Mobil .......................................... 44
h. Sekuritisasi Aset lainnya ........................................... 44
2. Karakteristik Pasar .......................................................... 45
a. Fragmentasi Pasar dan Industri................................ 45
b. Ketiadaan Aset Keuangan ........................................ 45
IV. KOREA SELATAN................................................................. 46
V. JERMAN ................................................................................ 51

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN.................................................... 54


I. PERBANDINGAN EFEK BERAGUN ASET DI INDONESIA
DENGAN DI NEGARA-NEGARA LAIN ................................. 54
1. Peraturan......................................................................... 54
2. Mekanisme ...................................................................... 55

vi
3. Special Purpose Vehicle ................................................. 58
5. Transaksi......................................................................... 59
6. Keterbukaan Informasi .................................................... 59
7. Persetujuan Pengalihan Aset Keuangan ........................ 60
8. Perlakuan Di Bidang Pajak.............................................. 60
9. Pelaporan Keuangan....................................................... 61
II. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 62
1. Presentasi Nara Sumber dan Kunjungan ke Surabaya .. 62
2. Populasi, Sampel dan Responden .................................. 64
3. Pembahasan dan Hasil Tabulasi Survey ........................ 67
a. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Bursa Efek ............... 67
b. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Penjamin Emisi Efek 68
c. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Pemeringkat Efek .... 81
d. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Originator................. 82
e. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Investor Institusi....... 88
f. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Manajer Investasi .... 95
g. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Bank Kustodian ..... 118
h. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Akuntan Publik....... 125
i. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Konsultan Hukum .. 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 140


I. KESIMPULAN...................................................................... 140
1. Teknik Perhitungan ....................................................... 140
2. Perlindungan Investor ................................................... 141
3. Perlakuan Pajak ............................................................ 141
4. Perdagangan di Pasar Sekunder .................................. 142
5. Hasil Survey .................................................................. 142
II. SARAN ................................................................................ 144
1. Perencanaan proses yang baik dan dukungan............. 144
2. Penyesuaian Peraturan................................................. 145
3. Penyusunan Peraturan Baru ......................................... 147

vii
4. Perlunya adanya permulaan yang dapat dilakukan oleh
pemerintah .................................................................... 148
5. Perlunya sosialisasi tentang Efek Beragun Aset........... 148
Daftar Kepustakaan ................................................................................... 149
Lampiran-Lampiran.................................................................................... 150

viii
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Sebagai akibat dari krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia


pada tahun 1997, yang ditandai dengan terpuruknya nilai tukar mata uang
Rupiah dan terganggunya iklim usaha dan investasi, maka banyak pihak
yang kesulitan mendapatkan pendanaan atas kegiatan usahanya dan di sisi
lain banyak investor yang kehilangan kepercayaan untuk melakukan
investasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya capital flight dalam skala
yang sangat besar dan banyaknya dunia usaha yang melakukan
outsourcing ke luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan alternatif
sumber pendanaan atas kegiatan usahanya yang relatif masih prospektif.
Karena pada saat itu, investor luar negeri juga kurang yakin dalam
memberikan pinjaman maupun berinvestasi pada perusahaan-perusahaan
di Indonesia, maka jual beli atas aset/aktiva perusahaan yang masih bisa
diharapkan memberikan suntikan pendanaan eksternal bagi kegiatan usaha
suatu perusahaan untuk menghindari kemacetan usaha yang bisa berakibat
pada proses likuidasi atau penghentian kegiatan usaha.

Telah banyak perusahaan yang menjual sebagian aktivanya mulai


dari kendaraan operasional, peralatan berat, mesin-mesin, serta gedung-
gedung yang dimilikinya hingga aktiva yang tidak berwujud seperti hak
penguasaan hutan, ijin lokasi (real estat) dan sebagainya. Diantara sekian
banyak proses pemindahan kepemilikan tersebut ada yang dilakukan
secara terencana sampai yang terpaksa karena penyelesaian hutang-
piutangnya seperti yang dilakukan oleh banyak Bank melalui Badan
Penyehatan Perbankan Nasional. Beberapa perusahaan Indonesia telah

1
tercatat melakukan proses sekuritisasi atas aset keuangannya di luar
negeri.

Sekuritisasi merupakan suatu proses transformasi aset yang tidak


likuid menjadi surat berharga yang dapat diperdagangkan sesuai dengan
kebutuhan para investor. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan
dana dengan jaminan atau menyerahkan aset keuangan yang dimilikinya
dan kemudian diterbitkan suatu surat berharga oleh pihak lain yang dikenal
dengan sebutan sebagai special purpose vehicle atau entitas yang
bertindak sebagai mediator antara pihak yang membutuhkan dana dengan
investor (pihak-pihak yang bersedia menyerahkan dana). Walaupun
sekuritisasi banyak ragamnya, namun seringkali istilah sekuritisasi
diidentikkan dengan Asset Backed Securities yang di bahasa Indonesia
dikenal dengan nama Efek Beragun Aset.

Dari istilahnya, Efek Beragun Aset sudah dapat dipahami bahwa efek
yang diterbitkan dijamin dengan adanya agunan aset, lebih tepatnya adalah
efek yang menggunakan agunan aset keuangan (financial assets). Para
pemegang efek akan mendapatkan pelunasan atas efek yang dipegangnya
berasal dari pelunasan atas aset keuangan yang menjadi agunannya.
Biasanya nilai dari agunan lebih besar daripada jumlah dana yang
diserahkan untuk mendapatkan efek tersebut. Dengan demikian Efek
Beragun Aset dikategorikan sebagai fixed income instrument.

Dalam era tahun 2003 yang oleh pemerintah juga dicanangkan


sebagai era Investment Year 20031 dengan pertumbuhan ekonomi selama
semester pertama menunjukkan tingkat pertumbuhan yang cukup
menggembirakan, sehingga kesempatan bagi dunia usaha untuk
melakukan ekspansi dan atau era dimulai suatu usaha baru. Dengan
demikian, dimungkinkan sekali akan dibutuhkannya sumber pendanaan

1
Theo F. Tumion, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

2
eksternal bagi dunia usaha yang antara lain dapat dilakukan melalui sarana
di pasar uang dan di pasar modal.

Dengan adanya trauma krisis ekonomi yang dampaknya masih


dirasakan oleh semua pihak hingga saat ini, maka kalangan perbankan
maupun investor akan sangat berhati-hati dalam mengucurkan dananya.
Fenomena pertumbuhan investasi pada Reksa Dana yang sangat pesat,
menunjukkan sikap kehati-hatian para investor yang tersirat dari prinsip
diversifikasi portofolio efek yang ditawarkan oleh vehicle2 tersebut. Di sisi
lain pemberian kredit oleh pihak perbankan juga lebih diarahkan kepada
kredit yang ada jaminannya atau kepada kegiatan usaha yang benar-benar
sudah terbukti kelayakan prospeknya.

Kenyataan tersebut sebenarnya sangat mendukung munculnya


alternatif investasi baru yaitu investasi yang ada jaminannya atau investasi
yang resikonya terdiversifikasi. Efek Beragun Aset dapat mempunyai kedua
kriteria tersebut yaitu adanya agunan aset keuangan dan banyaknya jumlah
obligor (debitur awalnya). Belum lagi kalau dilihat dari bentuk penerbitnya
yang berdasarkan ketentuan peraturan pasar modal di Indonesia
diharuskan melalui suatu bentuk yang disebut Kontrak Investasi Kolektif
Efek Beragun Aset.

Beberapa ketentuan yang secara langsung berkaitan dengan Efek


Beragun Aset di Indonesia:
1. Peraturan Bapepam Nomor V.G.5 tentang Fungsi Manajer Investasi
berkaitan dengan Efek Beragun Aset;
2. Peraturan Bapepam Nomor VI.A.2 tentang Fungsi Bank Kustodian
berkaitan dengan Efek Beragun Aset;
3. Peraturan Bapepam Nomor IX.C.9 tentang Pernyataan Pendaftaran
Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset;

2
Reksa Dana

3
4. Peraturan Bapepam Nomor IX.C.10 tentang Pedoman Bentuk Dan Isi
Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset;
5. Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset; dan
6. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-147/PJ/2003 tanggal
13 Mei 2003 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Yang
Diterima Atau Diperoleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
Dan Para Investornya.

Dengan melihat adanya potensi diterbitkannya Efek Beragun Aset di


Indonesia dan ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset sudah
ada sejak tahun 1997, seharusnya Indonesia sudah memiliki instrumen
investasi yang disebut Efek Beragun Aset. Akan tetapi pada kenyataannya,
hingga saat ini tidak ada satupun pihak yang menerbitkan Efek Beragun
Aset dan atau melakukan penawaran umum melalui pasar modal Indonesia.

II. STRUKTUR TIM STUDI

Studi ini dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset
yang merupakan bagian dari Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal
Bapepam. Tim studi ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 189/KM.1/2003 tanggal 28 April 2003
tentang Pembentukan Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset, dan
Surat Keputusan Ketua Pelaksana Tim Studi Perdagangan Efek Beragun
Aset Nomor: Kep-01/PPEPM.5/2003 tanggal 12 Mei 2003 tentang
Pengangkatan Anggota Pembantu Pelaksana dan Sekretariat Tim Studi
Perdagangan Efek Beragun Aset.

Tim Studi yang melakukan penelitian ini terdiri dari pegawai Bapepam
dengan susunan sebagai berikut:
1. 2 (dua) orang Pengarah;
2. 1 (satu) orang Ketua Pelaksana Tim merangkap Anggota Pelaksana;

4
3. 10 (sepuluh) orang Anggota Pelaksana;
4. 4 (empat) orang Anggota Pembantu Pelaksana; dan
5. 2 (dua) orang Anggota Sekretariat.

III. TUJUAN STUDI

Studi ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:


1. Mempelajari pengertian/jenis Efek Beragun Aset yang dilakukan oleh
Special Purpose Vehicle di negara lain;
2. Mempelajari ketentuan-ketentuan yang terkait dengan proses
penerbitan Efek Beragun Aset di Indonesia dan di negara lain. Antara
lain mengenai ketentuan persyaratan pernyataan pendaftaran
(registration requirement), persyaratan keterbukaan (disclosure
requirement), dan ketentuan pelaporan selanjutnya, baik yang bersifat
periodik maupun yang insidentil;
3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan
resiko terjadinya gagal bayar dalam proses sekuritisasi dengan
penerbitan Efek Beragun Aset;
4. Mempelajari faktor-faktor yang mendorong originator untuk melakukan
sekuritisasi atas aset keuangannya yang kemudian diterbitkan suatu
Efek Beragun Aset;
5. Mempelajari minat investor atas instrumen Efek Beragun Aset;
6. Meneliti faktor-faktor yang menjadi kendala dan yang diperlukan dalam
rangka mendukung diterbitkannya Efek Beragun Aset di Indonesia;
7. Memberikan bahan referensi untuk pengambil kebijakan berkaitan
dengan pengaturan Efek Beragun Aset.

IV. METODE STUDI

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang


diperlukan dalam studi ini adalah:

5
1. Studi Kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang
terkait dengan konsep dan praktek penerbitan Efek Beragun Aset di
beberapa negara yang telah mempunyai ketentuan khusus untuk Efek
Beragun Aset;
2. Studi Lapangan dilakukan dengan metode survey melalui kuisioner
kepada pihak yang akan terlibat dengan proses penerbitan Efek
Beragun Aset yaitu Originator, Investor Institusi, Manajer Investasi,
Bank Kustodian, Akuntan Publik, Konsultan Hukum, Penjamin Emisi
Efek, Lembaga Pemeringkat Efek, dan Bursa Efek. Sebagai informasi
tambahan bahwa kuisioner juga ditujukan kepada perusahaan yang
telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya di luar negeri.
Metode sampling digunakan dalam menentukan responden lainnya.
3. Studi Lapangan juga dilakukan lewat diskusi dengan narasumber yang
berkompeten dalam bidang Efek Beragun Aset, yaitu Dr. Roy Sembel
dan kunjungan ke Bursa Efek Surabaya.

V. RUANG LINGKUP STUDI

Studi ini mencakup pengkajian terhadap ketentuan-ketentuan yang


berkaitan dengan Efek Beragun Aset yang ada di Indonesia dan di
beberapa negara yang telah mempunyai instrumen serupa dengan Efek
Beragun Aset dan identifikasi permasalahan penerapannya di Indonesia.
Disamping itu, studi juga melakukan pengkajian terhadap pendapat atau
masukan dari para responden, khususnya yang berhubungan dengan
kendala sehingga belum pernah ada penerbitan Efek Beragun Aset di
Indonesia.

VI. OBYEK STUDI

Sebagai obyek dalam studi ini adalah:

6
1. Teori dan filosofi tentang penerbitan Efek Beragun Aset di berbagai
negara;
2. Pola konsep Efek Beragun Aset di beberapa negara yang telah
memiliki ketentuan dan melakukan penerbitan Efek Beragun Aset;
3. Pendapat para responden yang bersedia memberikan jawaban atas
kuisioner yang dikirimkan oleh tim dan pendapat nara sumber.

VII. WAKTU STUDI

Pelaksanaan studi, dari tahap persiapan hingga pelaporan, dilakukan


dalam jangka waktu 1 (satu) tahun anggaran yaitu dari Januari hingga
Desember 2003, walaupun surat keputusan pembentukan tim studi ini baru
ditandatangani pada tanggal 28 April 2003.

7
BAB II
STUDI PUSTAKA

I. DEFINISI DAN JENIS

Beberapa definisi efek beragun aset adalah sebagai berikut:


1. Dalam Knowledge Bank dari Lyons Financial Solutions Holdings Ltd
khususnya yang berkaitan dengan penelitiannya yang berjudul
Securitization Explained
“Asset-backed securities are securities that are primarily serviced by
cash flows of a securitised assets that attracts interest on the basis of
either being fixed or variable for maturities that can be fixed, revolving,
either long term or short term, that by their own terms convert into cash
over the duration attached to them”.
2. Ian H. Giddy, Professor of Finance New York University, memaparkan
dalam situsnya 3
“Asset-backed securities are securities which are based on pools of
underlying assets”.
3. Dalam slide Dr. Tsui Kai Chong berjudul Asset Backed Securities4
“Bonds or notes that are backed by financial assets”.

Berdasarkan ketentuan peraturan di pasar modal Indonesia, telah di


definisikan secara jelas bahwa Efek Beragun Aset (Assets Backed
Securities) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif
Efek Beragun Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa
tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit,
tagihan yang timbul di kemudian hari (future receivables), pemberian kredit

3
http://www.absresearch.com/
4
Seminar Workshop, The Future & Opportunities of Asset Backed Securities in
Indonesia, Jakarta 1 & 2 October 2003

8
termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat hutang yang
dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit
Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan asset
keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut 5. Dengan
pemaparan definisi dari peraturan Bapepam tersebut berarti ada beberapa
macam jenis aset keuangan yang dapat diproses menjadi efek beragun
aset.

Secara umum ada 2 jenis efek beragun aset yang sesuai dengan
ketentuan di pasar modal Indonesia yaitu:
1. Efek Beragun Aset Arus Kas Tetap adalah Efek Beragun Aset yang
memberikan pemegangnya penghasilan tertentu seperti kepada
pemegang Efek bersifat hutang.
2. Efek Beragun Aset Arus Kas Tidak Tetap adalah Efek Beragun Aset
yang menjanjikan pemegangnya suatu penghasilan tidak tertentu
seperti kepada pemegang Efek bersifat ekuitas.

II. KONSEP

Pada saat ini, sekuritisasi di dunia telah berkembang pesat. Aset


yang dapat disekuritisasi tidak hanya terbatas pada aset keuangan, namun
telah meluas pada aset lainnya seperti pesawat terbang, bangunan dan
disisi lain telah pula diterapkan sekuritisasi atas resiko, seperti resiko
asuransi, resiko cuaca dan lain sebagainya.

Pembentukan efek beragun aset sebagaimana proses sekuritisasi


lazimnya merupakan suatu proses pembentukan efek, yang merupakan
instrumen pasar modal, dari sekumpulan aset yang biasanya merupakan

5
Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset (Asset Backed Securities), lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor
Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003.

9
aset keuangan dan berupa tagihan yang nantinya secara legal akan berada
di bawah pengendalian pemegang efek beragun aset (investor) yang
diwakili oleh suatu Special Purpose Vehicle, di Indonesia dalam bentuk
kontrak investasi kolektif. Pengembalian atas investasi dalam efek beragun
aset berasal dari likuidasi atas sekumpulan aset yang menjadi jaminan
(asal) pembentukannya, yang dapat juga berasal dari peningkatan kredit
(credit enhancement) yang disediakan baik secara internal maupun
eksternal.

Konsep pengembalian investasi dalam efek beragun aset pada


prinsipnya ada 2, yaitu:
1. Pengembalian pokok dan bunganya dilakukan secara bersamaan
dengan tempo yang teratur dalam kurun waktu tertentu atau lazim
disebut dengan Amortizing Assets Backed Securities;
2. Pembayaran bunga (return investasi) dilakukan secara periodik
sedangkan pelunasan atas pokoknya dilakukan pada akhir periode
atau disebut Non-amortizing Assets Backed Securities.

Dalam perkembangannya, metode pengembalian dapat merupakan


kombinasi dari ke dua metode tersebut, dimana dalam kurun waktu tertentu
hanya dibayar bunganya saja, selanjutnya pembayaran mencakup unsur
pokok dan bungannya.

III. SEJARAH

Sekuritisasi aset merupakan salah satu produk baru di lingkungan


Pasar Modal. Produk ini pertama kalinya muncul di Amerika Serikat dengan
diperkenalkannya Mortgage Backed Securities dan berkembang dengan
pesat pada tahun 1970-1980an. Beberapa tahun berikutnya sekuritisasi
aset ini juga berkembang di negara-negara Eropa, Australia, Amerika Latin
dan New Zealand.

10
Di Asia, sekuritisasi aset baru berkembang pada tahun 1990-an,
seperti yang terjadi di Jepang, Hong Kong, Thailand, Philipina, Taiwan,
Malaysia dan Singapura. Di Indonesia masalah sekuritisasi aset baru
dimulai kurang lebih sembilan tahun yang lalu dengan diperkenalkannya
transaksi sekuritisasi aset untuk kartu kredit pada tahun 1995 dan untuk
auto loan oleh Astra Sedaya Finance pada tahun 1996.

Berdasarkan data yang diungkapkan oleh Michael Steven, presiden


direktur PT Kresna Graha Sekurindo Tbk6 dan data dari ABS Finance,
perusahaan-perusahaan di Indonesia yang telah menjadi originator namun
disekuritisasi di luar negeri, antara lain:
- Citibank NA, Cabang Jakarta telah melakukan sekuritisasi atas tagihan
kartu kreditnya pada tahun 1995 sampai dengan 1997;
- PT Astra Sedaya Finance melakukan sekuritisasi tagihan kredit
kendaraan bermotornya pada bulan Juni 1996;
- PT Bunas Finance Indonesia Tbk melakukan sekuritisasi tagihan kredit
kendaraan bermotornya pada bulan Februari 1997;
- PT Astra International Tbk melakukan sekuritisasi tagihan kredit
mobilnya pada bulan Juni 1997;
- PT Bank Bira Tbk melakukan sekuritisasi tagihan kredit kendaraan
bermotornya pada bulan Maret 1997;
- PT Bank International Indonesia melakukan sekuritisasi tagihan kartu
kredit mendatangnya pada bulan Juli 1997; dan
- PT Putra Surya Multidana Tbk melakukan sekuritisasi tagihan kredit
mobil dan sepeda motornya pada bulan Oktober 1997.

6
Bahan Seminar The Future & Opportunities of Asset Backed Securities in Indonesia,
2003

11
IV. PROSES DAN PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT

Efek beragun aset merupakan salah satu instrumen Pasar Modal


yang mempunyai latar belakang aspek hukum yang cukup kompleks dan
perlu memperoleh perhatian, terutama mengenai bentuk hukum yang dapat
dipakai sebagai SPV dan pengalihan hak atas aset. Secara umum Efek
Beragun Aset mempunyai konstruksi yang sama di semua negara, namun
peraturannya terutama mengenai bentuk Special Purpose Vehicle-nya
dapat berbeda untuk masing-masing negara. Di Amerika Serikat bentuk
hukum dari Special Purpose Vehicle dalam Efek Beragun Aset adalah Trust
atau Corporation. Namun bentuk hukum Trust ini tidak dikenal dalam sistem
hukum di Indonesia, oleh karena itu perlu ditetapkan bentuk hukum lain
yang sesuai untuk suatu SPV.

Banyak pihak mengajukan agar SPV dalam Efek Beragun Aset


mempunyai bentuk hukum Perseroan Terbatas (PT). Dengan bentuk hukum
PT, hubungan hukum antara Orginator dengan SPV tidak menjadi masalah
karena keduanya memenuhi kriteria sebagai subyek hukum. Bapepam
selaku pemegang otoritas Pasar Modal di Indonesia mengajukan bentuk
hukum SPV dalam Efek Beragun Aset ini berupa Kontrak Investasi Kolektif.
Bentuk hukum ini diintrodusir oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal dalam kaitannya dengan Reksa Dana dan mempunyai
karakteristik hampir sama dengan Trust di Amerika Serikat.

Dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 Lampiran Keputusan Ketua


Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003 mengenai Pedoman
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities),
ditentukan bahwa bentuk dari SPV adalah Kontrak Investasi Kolektif antara
Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit
Penyertaan dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola

12
portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan Penitipan Kolektif.

Kontrak Investasi Kolektif dianggap sebagai bentuk hukum SPV yang


paling cocok, karena bentuk hukum ini lebih fleksibel atau luwes serta
dibuat berdasarkan azas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam
pasal 1338 KUH Perdata. SPV juga tidak seperti bentuk hukum PT yang
mempunyai organ-organ yang terdiri atas Komisaris, Direksi dan Rapat
Umum Pemegang Saham. Disamping itu biasanya PT dibentuk untuk
melakukan kegiatan bisnis seperti memproduksi atau menjual produk-
produk tertentu, sedangkan Special Purpose Vehicle dalam Efek Beragun
Aset tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan bisnis.

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang dibuat antara


Manajer Investasi dengan Bank Kustodian memenuhi persyaratan sebagai
SPV, karena mempunyai karakteristik sebagai berikut:
- Adanya pemisahan yang tegas antara kekayaan organ Pengurus
dengan kekayaan SPV;
- Sifat mobilitas atas Efek Beragun Aset;
- Prinsip pengurusan melalui suatu organ (Manajar Investasi dan Bank
Kustodian);
- Adanya kewenangan dan tanggung jawab mewakili kepentingan
pemegang Efek Beragun Aset di dalam maupun di luar Pengadilan bila
terjadi perkara; dan
- Mempunyai keberadaan yang kontinyu (kesinambungan).

Efek Beragun Aset didukung oleh aset yang dibeli oleh Manajer
Investasi dan dicatat atas nama Bank Kustodian untuk kepentingan
pemegang Efek Beragun Aset. Kontrak tersebut wajib didukung dengan
pendapat Konsultan Hukum yang terdaftar di Bapepam yang menyatakan
bahwa hak pemegang Efek Beragun Aset adalah sesuai dengan yang
dimuat dalam Dokumen Keterbukaan Efek Beragun Aset. Pemegang Efek

13
Beragun Aset wajib menandatangani pernyataan bahwa yang bersangkutan
telah menerima dan membaca Dokumen Keterbukaan Efek Beragun Aset,
sebelum membeli Efek Beragun Aset. Pengalihan aset tersebut dilakukan
mengacu pada pasal 613 Kitab Undang-undang Hukum (KUH) Perdata.
Untuk mengikat debitur, originator perlu melakukan pemberitahuan/notifikasi
kepada si berutang/debitur mengenai penyerahan piutang sesuai pasal 613
KUH Perdata. Dengan pengalihan aset dimaksud, kepentingan pemegang
Efek Beragun Aset dilindungi dan sekaligus terhindar dari ketentuan pasal
1131 KUH Perdata yang menentukan bahwa segala kebendaan si
berutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk
segala perikatannya tidak termasuk aset/piutang yang telah dialihkan dalam
rangka Efek Beragun Aset.

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset wajib mencantumkan:


- nama penyedia jasa (servicer) yang memberikan jasanya atas aset
keuangan tertentu dalam portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset dan menetapkan tanggung jawabnya;
- nama Lembaga Pemeringkat Efek dalam hal Efek Beragun Aset
ditawarkan melalui Penawaran Umum;
- nama Akuntan yang terdaftar di Bapepam yang ditunjuk untuk
memeriksa laporkan keuangan sekurang-kurangnya setiap tahun;
- nama Konsultan Hukum yang terdaftar di Bapepam yang ditunjuk
untuk membuat pendapat hukum mengenai peralihan aset keuangan
ke dalam portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset;
- ketentuan tentang penggantian Manajer Investasi, Bank Kustodian,
Akuntan, Penyedia Jasa, Lembaga Pemeringkat, Konsultan Hukum,
Notaris dan Pihak lain yang berkaitan dengan Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset; dan
- imbalan jasa yang akan diterima oleh pihak-pihak yang berkaitan
dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.

14
1. Fungsi Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun Aset

Dalam Peraturan Nomor V.G.5 mengenai Fungsi Manajer Investasi


Berkaitan Dengan Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-46 /PM/1997, tanggal 26 Desember
1997 diatur mengenai persyaratan dan kewajiban untuk menjadi Manajer
Investasi dalam Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Manajer
Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio Efek
untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan
bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Manajer Investasi atas Efek Beragun Aset wajib mempunyai Modal


Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) sekurang-kurangnya 25 milliar rupiah.
Jumlah ini kiranya cukup menunjukkan kemampuan permodalan terutama
pada awal pengembangan Efek Beragun Aset sekarang ini. Selain itu,
dipersyaratkan pula bagi Manajer Investasi untuk mempunyai sekurang-
kurangnya 2 orang pegawai yang mempunyai pengalaman kerja sekurang-
kurangnya 6 bulan dalam kegiatan perorganisasian, strukturisasi, dan
pengelolaan aset yang mendukung Efek Beragun Aset.

Manajer Investasi wajib mengembangkan likuiditas Efek Beragun


Aset dan Membantu pemegang Efek Beragun Aset untuk menjual Efek
Beragun Asetnya. Selain itu agar terjadi obyektivitas dalam tugas Manajer
Investasi, maka dipersyaratkan pula untuk tidak mempunyai hubungan
afiliasi dengan Kreditur Awal/Originator yaitu Pihak yang telah mengalihkan
asetnya.

Adapun fungsi Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun


Aset, adalah sebagai pihak yang membeli tagihan yang dijual originator dan
mengeluarkan sertifikat hutang atau Unit Penyertaan untuk dijual kepada

15
Investor berdasarkan kontrak. Berkaitan dengan fungsi tersebut maka
Manajer Investasi wajib:
- mengelola Efek Beragun Aset sebagaimana ditentukan dalam Kontrak
Investasi Kolektif;
- bertanggung jawab atas pengelolaan Efek Beragun Aset sesuai
dengan ketentuan dalam kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset;
- melaporkan hasil pemantauan terhadap Bank Kustodian dan Penyedia
Jasa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali kepada Bapepam;
- melaporkan kepada setiap pemegang Efek Beragun Aset setiap bulan;
- mengganti Bank Kustodian dengan pemberitahuan tertulis terlebih
dahulu kepada Bank Kustodian tersebut dan melaporkan kepada
Bapepam selambat-lambatnya 5 (lima) hari sesudah penggantian
sesuai dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; dan
- mewakili kepentingan pemegang Efek Beragun Aset di dalam dan di
luar pengadilan sehubungan dengan aset dalam portofolio Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset atau berkaitan dengan fungsi
Bank Kustodian dan Penyedia Jasa.

Dalam peraturan tersebut juga ditentukan bahwa guna melindungi


kepentingan masyarakat investor, maka Bapepam mempunyai kewenangan
untuk mengganti Manajer Investasi dalam hal Manajer Investasi tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun Aset

Peraturan Nomor VI.A.2 Lampiran Keputusan Nomor Kep-


47/PM/1997 tanggal Tanggal: 26 Desember 1997 mengenai Fungsi Bank
Kustodian Berkaitan Dengan Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities).
Menetapkan fungsi dari Bank Kustodian dalam kaitannya dengan Efek
Beragun Aset.

16
Fungsi Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun Aset antara lain:
- Melaksanakan penitipan kolektif;
- Memisahkan aset Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dari
aset Bank Kustodian dan atau kekayaan nasabah lain dari Bank
Kustodian;
- Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sebagaimana ditentukan dalam
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset kepada Bapepam;
- Memenuhi instruksi dari Manajer Investasi sesuai ketentuan dalam
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; dan
- Melaporkan secara tertulis kepada Bapepam apabila Manajr Investasi
melakukan kegiatan yang merugikan pemegang Efek Beragun Aset
selambat-lambatnya akhir hari kerja berikutnya.

Dalam pelaksanaan Efek Beragun Aset Bank Kustodian wajib


memenuhi instruksi Manajer Investasi sesuai ketentuan dalam Kontrak
Investasi Kolektif. Sedangkan apabila instruksi tersebut bertentangan
dengan Kontrak Investasi Kolektif atau bertentangan dengan tanggung
jawabnya untuk melindungi aset keuangan portofolio Kontrak Investasi
Kolektif, maka Bank Kustodian wajib melaporkan instruksi tersebut secara
tertulis kepada Bapepam dan selanjutnya Bank Kustodian dapat
melaksanakan instruksi tersebut jika ada persetujuan terlebih dahulu dari
Bapepam.

3. Proses Penerbitan Efek Beragun Aset

Penerbitan Efek Beragun Aset dapat dilakukan melalui Penawaran


Umum dan dapat juga diterbitkan melalui private placement. Dalam hal Efek
Beragun Aset ditawarkan melalui Penawaran Umum, maka Manajer
Investasi wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam.
Sedangkan apabila Efek Beragun Aset tidak ditawarkan melalui Penawaran
Umum maka Manajer Investasi hanya diwajibkan untuk menyampaikan

17
dokumen kepada Bapepam paling lambat 10 hari sejak ditandatangani
Kontrak Investasi Kolektif berupa dokumen keterbukaan, Kontrak Investasi
Kolektif yang bersangkutan dan spesimen sertifikat Efek Beragun Aset.

Originator sebagai Kreditur Awal mengadakan transaksi jual beli aset


dengan Manajer Investasi untuk kemudian dicatatkan atas nama Bank
Kustodian berdasarkan kontrak Investasi kolektif. Selanjutnya Kreditur Awal
dapat melaksanakan fungsi sebagai Penyedia Jasa. Penyedia Jasa adalah
Pihak yang bertanggung jawab untuk memproses dan mengawasi
pembayaran yang dilakukan debitur, melakukan tindakan awal berupa
peringatan atau hal-hal lain karena debitur terlambat atau gagal memenuhi
kewajibannya, melakukan negosiasi, menyelesaikan tuntutan terhadap
debitur dan jasa lain yang ditetapkan dalam kontrak. Untuk hal tersebut
penyedia jasa mendapat fee atas jasanya tersebut.

Dalam hal penerbitan Efek Beragun Aset dilakukan melalui


Penawaran Umum, Manajer Investasi wajib menyampaikan Pernyataan
Pendaftaran kepada Bapepam dengan menyertakan dokumen antara lain:
- Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang dibuat dalam akta
notariil oleh Notaris yang terdaftar di Bapepam;
- Rancangan akhir propektus (diberi materai dan ditandatangani para
Pihak);
- Sertifikat Efek Beragun Aset;
- Contoh formulir pemesanan pembelian Efek Beragun Aset;
- Perjanjian berkaitan dengan Efek Beragun Aset;
- Laporan pemeriksaan hukum (legal Audit) dan pendapat hukum (legal
opinion);
- Proyeksi arus kas Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset;
- Laporan Keuangan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang
telah diaudit Akuntan;
- Hasil pemeringkatan;

18
- Dokumen tentang Manajer Investasi;
- Dokumen Bank Kustodian; dan
- Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal.

Adapun dokumen yang harus disampaikan dengan cara private


placement dalam penerbitan Efek Beragun Aset adalah sebagai berikut:
- Dokumen Keterbukaan Efek Beragun Aset;
- Kontrak Investasi Kolektif; dan
- Spesimen sertifikat Efek Beragun Aset.

Dana yang terkumpul dari penerbitan Efek Beragun Aset digunakan


untuk membeli aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, sewa guna usaha, perjanjian jual beli bersyarat,
perjanjian pinjaman cicilan, tagihan kartu kredit, pemberian kredit termasuk
kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat hutang yang dijamin
oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit/Arus Kas, serta aset keuangan
setara dengan aset lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut dari
pihak Kreditur Awal (Originator).

4. Pihak-pihak yang terlibat

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses penerbitan efek beragun


aset adalah sebagai berikut:
a. Debitur awal adalah pihak yang (akan) berhutang kepada originator.
Apabila dalam hutang-piutang antara debitur dengan originator
terdapat aset yang dijaminkan, maka dalam proses sekuritisasi hal
tersebut (jaminannya) menjadi jaminan hutang terhadap Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Debitur yang semula membayar
hutangnya kepada originator, setelah disekuritisasi, pembayaran
hutang dilakukan kepada pihak yang bertindak sebagai servicer (yang
dapat juga dilakukan oleh originator).

19
b. Originator (kreditur awal) merupakan pihak yang mengalihkan aset
keuangannya atau yang melakukan sekuritisasi atas aset
keuangannya. Setelah aset keuangannya dijual kepada Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (yang diwakili oleh Manajer
Investasi selaku pengelola portofolionya), maka originator berhak atas
pembayaran dari Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (yang
berasal dari para pemegang Efek Beragun Aset). Pelunasan dari
debitur menjadi hak dari Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
yang akan diterima melalui servicer untuk selanjutnya disalurkan
kepada para pemegang Efek Beragun Aset.
c. Servicer (penyedia jasa) merupakan pihak yang bertanggung jawab
untuk memproses dan mengawasi pembayaran yang dilakukan
debitur, termasuk melakukan tindakan awal apabila terjadi
keterlambatan/kegagalan pembayaran dari debitur hingga negosiasi
sesuai dengan kontrak. Apabila dikehendaki dimungkinkan ada back-
up servicer atau penyedia jasa pendukung dan originator dapat saja
menjadi servicer.
d. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset merupakan pihak yang
dapat menerbitkan Efek Beragun Aset di Indonesia yaitu kontrak
antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat
pemegang Efek Beragun Aset dimana Manajer Investasi diberi
wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank
Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
d. Profesi Penunjang Pasar Modal meliputi Akuntan dan Konsultan
Hukum yang melakukan penelaahan terhadap Efek Beragun Aset dari
aspek akuntansi (keuangan) dan aspek hukum, serta Notaris yang
berfungsi sebagai pembuat akta atas kontrak-kontrak yang berkaitan
dengan Efek Beragun Aset.
e. Perusahaan Pemeringkat Efek yang memberikan peringkat atas kelas-
kelas Efek Beragun Aset. Selain faktor kondisi makro ekonomi dan

20
aspek hukumnya, Perusahaan Pemeringkat Efek akan memperhatikan
karakter portofolio aset keuangan yang menjadi agunan (Efek Beragun
Aset) dalam proses pemeringkatan, dan biasanya ditinjau dari aspek-
aspek:
- record pembayaran masa lalu
- jaminan dari debitur yang melekat pada hutang
- analisa cash flow projection
- struktur layer Efek Beragun Aset
- credit enhancement, serta
- dalam hal aset keuangannya berupa future receivable maka
originator juga diperhitungkan.
Disamping itu, kredibilitas servicer dan juga Manajer Investasi akan
menjadi faktor yang tak kalah pentingnya mengingat fungsinya sebagai
pihak yang mewakili para pemegang Efek Beragun Aset dalam proses
pembayaran dari debitur.
f. Investor adalah para pemegang Efek Beragun Aset yang akan
menerima pembayaran yang berasal dari debitur awal sesuai dengan
jadual dan ketentuan yang tertera dalam sertifikat Efek Beragun Aset.
g. Pihak-pihak lain sesuai dengan kebutuhan seperti underwriter jika
dibutuhkan untuk menjamin proses penjualan Efek Beragun Aset, Biro
Administrasi Efek untuk mendukung proses administrasi Efek Beragun
Aset, credit enhancer untuk menanggung kerugian tingkat tertentu, dan
Bursa Efek sebagai tempat pasar sekunder Efek Beragun Aset.

V. KEUNGGULAN, RISIKO, DAN SARANA PENINGKATAN KREDIT

Beberapa keunggulan dari efek beragun aset:


1. Lower Cost of Fund, para issuer akan mengeluarkan biaya yang lebih
murah bila dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya rating atas kualitas piutang yang
dijaminkan. Kualitas yang semakin tinggi tersebut membuat

21
terjaminnya pasokan arus kas dari Efek Beragun Aset sehingga dapat
ditawarkan dengan tingkat pengembalian rendah untuk investor dan
investornya menyukainya karena investasinya lebih aman.
2. Efisiensi penggunaan modal dengan adanya Efek Beragun Aset maka
struktur neraca perusahaan akan semakin besar leverage-nya dan hal
tersebut dapat ditolerir oleh para investor. Dalam arti pengelolaan
manajemen keuangan perusahaan akan semakin pruden, taat azas
dan efisien dalam menggunakan dana yang dimiliki karena relatif
tingginya leverage structure sebagai akibat dari adanya Efek Beragun
Aset tersebut.
3. Diversifikasi sumber pembiayaan bukan hanya bisa dilakukan oleh
perusahaan besar tetapi juga oleh perusahaan kecil atau perusahaan
non-investasi.
4. Source of Liquidity khususnya untuk perusahaan menengah kecil yang
sering menghadapi masalah peminjaman secara tradisional,
securitisasi sangat membantu perkembangan perusaahaan tersebut.
5. Less public disclosure than competing methods of financing meskipun
Efek Beragun Aset ditawarkan untuk umum, sisi keterbukaan dari
penerbit (issuer) tidak dituntut seperti halnya emiten dari efek yang
lain. Prinsip kehati-hatian terhadap analisa sekuritisasi bukan pada
perusaahaannya tetapi kepada struktur dari transaksi yaitu karakteristik
dari underlying asset dan kemampuan daripada perusahaan untuk
memelihara asetnya.

Adapun risiko yang mungkin ditimbulkan oleh Efek Beragun Aset adalah:
1. Suku bunga
Efek Beragun Aset mengalami fluktuasi dengan adanya perubahan
suku bunga, harga Efek Beragun Aset akan turun bila terjadi
peningkatan suku bunga.
2. Pelunasan lebih awal (early call) akan mempengaruhi yield yang
diterima bila terjadi pelunasan lebih awal.

22
3. Default, pemegang Efek Beragun Aset akan mengalami kerugian
apabila debitur dari asset jaminan mengalami kebangkrutan atau tidak
mampu membayar tepat pada waktunya atas bunga dan pinjaman
pokok.

Sarana peningkatan kredit/arus kas adalah sarana yang bertujuan untuk


meningkatkan kualitas asset keuangan dalam portofolio investasi kolektif
dalam rangka pembayaran kepada pemegang Efek Beragun Aset yang
dapat dikelompokkan menjadi:
1. Sarana Peningkatan Kredit Secara Internal terdiri dari:
1). Subordinasi dari kelas Efek Beragun Aset tertentu terhadap Efek
Beragun Aset lainnya sehubungan dengan Kontrak Investasi
Kolektif yang sama, dimana efek yang lebih senior dilindungi oleh
efek kelas di bawahnya (subordinate).
2). Over Collateralization nilai portofolio asset yang lebih besar
menjamin nilai asset dari Efek Beragun Aset yang lebih kecil.
3). Excess Servicing
4). Excess Spread karena terdapat perbedaan nilai kupon diberikan
untuk underlying asset/asset jaminan dengan kupon untuk efek
yang diemisikan. Selisih bersih, setelah pembayaran untuk
pemegang Efek dan pengeluaran lainnya, dibayarkan untuk
menutupi kerugian yang terjadi. Jika masih tersisa maka dana
tersebut dapat dimasukan kedalam Reserve Fund untuk lebih
meningkatkan kualitas kredit.
5). Reserve Fund
Dana yang digunakan untuk mengganti kerugian yang terjadi
sampai batas dana tersebut tersedia. Dana ini biasanya
digunakan dengan mengkombinasikannya dengan metode
peningkatan lainnya.
2. Sarana Peningkatan Kredit Ekternal terdiri dari:

23
1). Surety Bonds; kerugian yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi. Efek Beragun Aset yang diasuransikan mendapat rating
yang sama dengan rating klaim pembayaran asuransi tersebut.
2). Letter of Credit (L/C); biasanya dilakukan oleh bank untuk
membayar kerugian yang ditimbulkan oleh Efek Beragun Aset.
3). Third Party or Parental guarantees; perusahaan induk dari seller
atau servicer menjamin kerugian dari Efek Beragun Aset sampai
batas tertentu.
4). Cash Collateral Account; dalam hal ini penerbit meminjam
sejumlah peningkatan kredit yang diinginkan umumnya bari bank
komersial dan menginvestasikannya pada nilai yang paling tinggi
pada efek jangka pendek.

VI. PERMASALAHAN STRATEGIS

1. Aspek Hukum

Pada saat ini, di Indonesia belum ada suatu Undang-undang yang


secara khusus mengatur tentang Sekuritisasi ataupun special purpose
vehicle, kecuali yang tersurat dan tersirat dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.

Berdasarkan ketentuan pasar modal Indonesia, special purpose


vehicle dalam proses penerbitan efek beragun aset atau yang juga dikenal
dengan proses sekuritisasi adalah Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset yang bukan merupakan badan hukum akan tetapi suatu perjanjian
yang dibuat oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang relatif unik
karena juga mengikat para pemegang efek beragun aset. Pada prinsipnya
setiap kontrak / perjanjian sebagaimana yang tertuang dalam pasal 1338
Kitab Undang-Undang hukum Perdata (KUH Perdata) mengikat para pihak
yang membuat kontrak, namun untuk Kontrak Investasi Kolektif Efek

24
Beragun Aset ini juga mengikat pihak lain selain pihak yang ada di dalam
kontrak itu sendiri. Oleh karena investor (pemegang Efek Beragun Aset)
dengan membeli Efek Beragun Aset menjadi pihak dalam Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset berdasarkan asas “aksesi” dan karenanya terikat
oleh semua ketentuan sebagaimana di atur dalam Kontrak Investasi Kolektif
Efek Beragun Aset.7

Apabila ditinjau dari sudut pandang terbebas dari masalah kepailitan


pihak-pihak yang terkait, terdapat 2 hal sangat penting yang mendukung hal
tersebut yaitu:
a. Bentuk Special Purpose Vehiclenya

Bahwa aset keuangan yang menjadi portofolio Kontrak Investasi


Kolektif Efek Beragun Aset akan terbebas dari kasus kepailitan penerbitnya
karena yang menerbitkan Efek Beragun Aset adalah Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset yang bukan merupakan badan hukum akan
tetapi suatu kontrak yang tidak dapat dinyatakan pailit. Disamping itu,
karena adanya pengaturan khusus dalam UUPM, aset keuangan juga
terbebas dari masalah kepailitan pihak-pihak dalam kontrak tersebut karena
seluruh aset keuangan dalam portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset di catat atas nama Bank Kustodian, dan bukan atas nama
Manajer Investasi selaku pengelolanya, untuk kepentingan para investor
Efek Beragun Aset. Sebagaimana diatur dalam Pasal 56 (3) UUPM bahwa:
Apabila Efek dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian
merupakan bagian dari Portofolio Efek dari suatu kontrak investasi
kolektif dan tidak termasuk dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, maka Efek tersebut dicatat dalam
buku daftar pemegang Efek Emiten atas nama Bank Kustodian untuk

7
Pointer Fred B.G. Tumbuan dalam Seminar The Future of Asset Backed Securities in
Indonesia

25
kepentingan pemilik Unit Penyertaan dari kontrak investasi kolektif
tersebut.

Dan diperkuat dengan pasal 44 (3) yang menyatakan:


Efek yang disimpan atau dicatat pada rekening Efek Kustodian bukan
merupakan bagian dari harta Kustodian tersebut.
b. Bentuk Transaksinya

Bahwa aset keuangan yang menjadi portofolio Kontrak Investasi


Kolektif Efek Beragun Aset akan terbebas dari kasus kepailitan originator
maupun pemegang Efek Beragun Asetnya karena:
- Bentuk transaksi pengalihan aset keuangan dari originator kepada
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset harus dalam bentuk jual
lepas tanpa syarat untuk memastikan bahwa aset keuangan tersebut
adalah milik originator yang dicatatkan atas nama Bank Kustodian di
bawah pengelolaan Manajer Investasi yang dibantu oleh Penyedia
Jasa (servicer). Selain ketentuan peraturan pasar modal, yang terkait
dengan bentuk transaksi pengalihan ini adalah Pasal 1458 dan pasal
1459 KUH Perdata jis. Pasal 612 dan 613 KUH Perdata.8
- Para pemegang Efek Beragun Aset terikat dengan Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset yang harus mengikuti ketentuan dalam
kontrak tersebut dalam hal kepemilikannya atas Efek Beragun Aset.

2. Aspek Akuntansi

Di Indonesia, belum ada PSAK atau pedoman akuntansi yang


mengatur tentang cara dan metode penyusunan laporan keuangan
sehubungan dengan efek beragun aset, khususnya untuk Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset. Namun demikian, prinsip akuntansi Indonesia
menganut pada prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga apabila

8
Ibid, hal 25

26
tidak ada PSAK atau pedoman akuntansi yang mengatur suatu industri,
dapat mengacu pada standar yang sudah ada dan mempunyai kemiripan
dengan pembukuan sekuritisasi aset, atau standar akuntansi negara-negara
lain.

3. Aspek Perpajakan

Ketentuan perpajakan yang berkaitan dengan efek beragun aset


dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-
147/PJ/2003 tanggal 13 Juni 2003 tentang Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Yang Diterima atau Diperoleh Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset dan Para Investornya. Untuk kepentingan perpajakan
Indonesia maka Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
dikelompokkan sebagai Subyek Pajak Badan walaupun bukan merupakan
badan hukum dengan rincian sebagai berikut:
a. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset diperlakukan sama
dengan perkumpulan modal yang tidak terbagi atas saham;
b. Pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset Arus Kas Tidak Tetap diperlakukan sama dengan anggota
perkumpulan modal; dan
c. Pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset Arus Kas Tetap diperlakukan sama dengan kreditor obligasi
perkumpulan modal.

Oleh karena Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dikelompokkan


sebagai Subyek Pajak Badan, maka:
- Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset dari portofolio aset keuangan dikenakan
Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan umum Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000; dan

27
- Dalam memenuhi kewajiban perpajakannya atas penghasilan tersebut
di atas, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset diwakili oleh Bank
Kustodian.

Dengan demikian perhitungan Penghasilan Kena Pajak Kontrak Investasi


Kolektif Efek Beragun Aset dapat ditegaskan sebagai berikut:
- Penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh dikurangi dengan biaya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk
pembayaran imbalan bunga kepada pemegang Efek Beragun Aset
Arus Kas Tetap, imbalan jasa yang dibayarkan atau terutang kepada
manajer investasi, bank kustodian, auntan, penyedia jasa, lembaga
pemeringkat, konsultan hukum, notaris, dan pihak lainnya, serta
keuntungan atau kerugian selisih kurs dari portofolio investasi dalam
valuta asing.
- Ketentuan di atas tidak berlaku dalam hal penghasilan yang diterima
atau diperoleh dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau
bukan merupakan Obyek Pajak.

28
BAB III
EFEK BERAGUN ASET DI BEBERAPA NEGARA

Berikut ini adalah paparan mengenai perkembangan Efek Beragun


Aset di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat, Perancis, Korea
Selatan, Jepang dan Jerman dengan berdasarkan kriteria tertentu seperti:
bentuk maupun susunan peraturannya dan perubahan-perubahannya,
mekanisme sekuritisasi yang berlangsung, dan sebagainya.

I. AMERIKA SERIKAT

Sekuritisasi dari aset berbasis kartu kredit merupakan salah satu


pionir dalam perkembangan sekuritisasi aset di Amerika Serikat. Bersama-
sama dengan EBA berbasis kredit mobil, kedua EBA tersebut mendominasi
pasar pada saat pertama kali instrumen EBA muncul di pertengahan tahun
1980-an. Hingga akhir tahun 2000, penerbitan EBA berbasis kartu kredit
menyumbang 26 persen dari total penerbitan EBA. Kelompok EBA kartu
kredit merupakan yang terbesar di atas EBA home equity loan maupun EBA
tagihan pembiayaan mobil.

Ada dua hal yang membuat EBA kartu kredit berbeda dengan EBA-
EBA lainnya: Pertama, patut diingat bahwa piutang kartu kredit adalah
piutang tanpa jaminan (unsecured), sedikit berbeda dari kelaziman EBA
yang umumnya dilakukan atas piutang dengan adanya jaminan (secured).
Sehingga dalam hal ini, piutang kartu kredit adalah piutang/tagihan yang
tidak memiliki jaminan.

Kenyataan bahwa tagihan kartu kredit merupakan piutang yang tidak


memiliki jaminan dan ia bisa di sekuritisasikan seakan menjadi blessing in
disguise. Patut diingat bahwa salah satu pilar dari sekuritisasi adalah
perpindahan piutang secara "true sale", guna menjustifikasi adanya

29
perpindahan risiko kredit dari originator awal ke investor baru. Perpindahan
tagihan secara "true sale" secara otomatis menyebabkan beralihnya klaim
legal atas jaminan yang menyertai tagihan tersebut.

Masalah perpindahan jaminan tidak menimbulkan masalah dalam


perekonomian di negara-negara maju karena sistem hukum dan
administrasi telah secara jelas menata kepemilikan secara legal atas "every
piece of asset" dalam perekonomiannya. Sebagai implikasinya, ongkos
transaksi dari setiap perpindahan tagihan dapat ditekan. Dalam hal ini, kartu
kredit merupakan piutang unsecured-yang notabene tidak memiliki
underlying asset/jaminan-maka perpindahan jaminan bukan merupakan
masalah yang besar di Amerika Serikat.

Kedua, karakteristik dari piutang kartu kredit adalah piutang yang


sifatnya bergulir (revolving)-tidak memiliki pembayaran prinsipal melainkan
pembayaran cicilan bulanan. Kartu kredit tidak memiliki risiko pembayaran
dipercepat (prepayment) sebagaimana halnya tagihan kredit pemilikan
rumah (KPR). Yang ada adalah risiko repayment, yaitu manakala
pemegang kartu kredit membayar lebih besar dari tagihan bulannya.
Dengan demikian, struktur EBA kartu kredit tidak bersifat pass through-
mengikuti skedul pembayaran dari piutang orisinalnya. Pemilihan struktur
menjadi suatu hal yang sangat krusial di sini.

Meski risiko kredit dari piutang kartu kredit tergolong rendah-dan hal
ini sejalan dengan cirinya sebagai unsecured debt-namun pemilihan struktur
yang tepat justru bisa membuat peningkatan rating. Hal ini dapat
mengurangi risiko kredit atas instrumen secara keseluruhan.

Di Amerika Serikat piutang kartu kredit timbul pada saat pemegang


kartu kredit melakukan pembelian barang dan jasa atau melakukan
penarikan uang tunai secara kredit dengan menggunakan kartu.
Perusahaan kartu kredit kemudian melakukan penagihan tiap bulan dan

30
pemegang kartu kredit tidak dikenakan bunga manakala ia membayar lunas
seluruh tagihannya dalam suatu tenggang waktu "grace period" tertentu.
Bagi pemegang kartu kredit yang memilih untuk memperpanjang/me-
revolve utangnya akan dikenakan bunga atas saldo utang beserta sejumlah
porsi pembayaran prinsipal secara bulanan-dikenal sebagai pembayaran
minimum.

Pada dasarnya tidak ada penalti yang dikenakan bagi pemegang


kartu yang menghendaki pembayaran di atas pembayaran minimum yang
ditetapkan. Besarnya pembayaran minimum ditetapkan secara bervariasi-
umumnya 8 persen hingga 20 persen dari saldo tersisa. Hal ini
diperhitungkan sesuai dengan karakter nasabah pemegang kartu kredit
yang bersangkutan dan tentunya setelah mempertimbangkan risiko kredit
nasabah. Pembayaran minimum akan menentukan siklus penagihan dalam
arti berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi nasabah untuk melunasi
seluruh saldo tersisa.

Imbal hasil (yield) dari piutang kartu kredit terdiri atas beberapa
komponen, yakni: iuran tahunan, suku bunga dan penarikan, beban
interchange, dan denda keterlambatan. Beberapa penerbit kartu kredit
terkadang menambah pemulihan atas kartu kredit yang ditutup ke dalam
perhitungan yield tersebut. Kerugian-kerugian dan deliquencies
mempengaruhi kinerja sekuritisasi. Keduanya berdampak langsung
terhadap arus kas dari portofolio piutang. Deliquencies adalah jumlah
tagihan yang telah lewat masa tagih, namun belum dibayar. Sementara itu,
losses adalah jumlah saldo tagihan yang tidak dapat ditagih baik karena
kesalahan operasional maupun karena perilaku konsumen. Kesalahan
operasional dapat berupa ketidaksepakatan antara konsumen baik karena
penyalahgunaan atau pun karena kesalahan transaksi.

31
1. Master Trust

Salah satu elemen yang sangat penting dalam sekuritisasi kartu kredit
adalah master trust. Yang dimaksud master trust adalah master dari
portofolio piutang kartu kredit yang diisolasi oleh penjual dan servicer
piutang kartu kredit untuk kemudian dijadikan basis buat penerbitan EBA.
Karena jumlah saldo piutang di dalam master trust dapat berubah ubah
sewaktu-waktu, dibutuhkan mekanisme untuk menambah piutang ke dalam
trust guna mengganti piutang lama yang disekuritisasi.

Penambahan saldo ke dalam master trust dapat dilakukan secara


statis atau pun dinamis. Di dalam pendekatan statis, penambahan saldo
piutang dilakukan secara sekali-sekali dalam jumlah tertentu, sementara
dalam pendekatan dinamis, penambahan dilakukan secara
berkesinambungan sesuai dengan origination yang dihasilkan oleh
perusahaan kartu kredit tersebut.

Perusahaan pemeringkat (rating) biasanya membatasi jumlah piutang


yang bisa ditambah ke dalam master trust dengan pertimbangan demi
menjaga konsistensi standar penjaminan (underwriting) terhadap piutang di
dalam master trust. Penambahan statis maupun dinamis sama sama
memiliki dampak yang berbeda terhadap kinerja pool dari piutang tersebut.
Penambahan secara statis/satu kali cenderung menurunkan kinerja
deliquencies dan losses karena adanya kesenjangan (time lag) dari suatu
piutang untuk mengalami masa deliquencies. Secara teoretis tidak mungkin
piutang yang baru dipindahkan langsung mengalami gagal bayar seketika.

Sementara itu, pendekatan dinamis cenderung bisa membuat


kerancuan dalam kinerja underwriting karena adanya perbedaan musiman
khususnya menyangkut episode piutang kartu kredit tersebut mulai
mengalami deliquencies.

32
Untuk memastikan bahwa saldo piutang yang dijaminkan kepada
investor tersebut tidak pernah lebih kecil dari jumlah surat berharga (EBA)
yang diterbitkan (yang menjadi hak investor/"investor interest") maka
biasanya pihak penerbit kartu kredit menjaminkan piutang dalam jumlah
yang lebih besar dari sertifikat EBA yang diterbitkan. Kelebihan piutang
yang dijaminkan dalam master trust tadi disebut sebagai hak penjual
(seller’s interest).

Kinerja piutang dalam master trust tercermin dari berbagai indikator


yang terdapat di dalam master trust tersebut. Di antara indikator-indikator
yang penting adalah pool yield, pembayaran minimal bulanan, deliquencies,
losses, dan excess spread. Adapun informasi mengenai indikator-indikator
kinerja master trust secara berkala dapat diperoleh dari Bloomberg.

2. Struktur EBA kartu kredit

Struktur dari EBA berbasis kartu kredit di Amerika Serikat biasanya


dibedakan atas dua kelompok (tranches) berdasarkan periode, yaitu tranch
revolving yang mencerminkan periode nonamortisasi dan tranch amortisasi
yang mencerminkan periode amortisasi. EBA kartu kredit tidak memiliki
pembayaran cicilan (bersifat revolving) sampai satu waktu tertentu,
biasanya antara 18 sampai 36 bulan. Selama periode tersebut, arus kas
yang diperoleh dari pembayaran cicilan bulanan oleh pemegang kartu kredit
langsung digunakan untuk reinvestasi dalam bentuk penambahan piutang
kartu kredit baru. Di akhir periode revolving, pembayaran cicilan bulanan
dari pemegang kartu kredit akan digunakan sebagai pembayaran prinsipal
kepada investor. Metode untuk melakukan pembayaran prinsipal kepada
investor bervariasi tergantung ekspektasi atas panjang atau pendeknya
periode amortisasi.
Umumnya pembayaran prinsipal dibuat berdasarkan beberapa metode
berikut:

33
1. Amortisasi terkendali (controlled amortization). Besarnya jumlah yang
dikendalikan umumnya satu per dua belas dari besarnya surat
utang/EBA yang diterbitkan dan dibayarkan ke investor setiap bulan.
2. Rapid amortization. Pada dasarnya investor menerima pembayaran
cicilan bulanan yang dihitung berdasarkan porsi hak investor terhadap
total saldo piutang kartu kredit. Besarnya porsi investor ditentukan
berdasarkan rasio antara hak investor dengan total saldo piutang
dalam master trust pada saat periode revolving berakhir. Dengan
metode ini, investor akan menerima sejumlah porsi dari seluruh
pembayaran bulanan yang dilakukan pemegang kartu kredit dalam
master trust tersebut. Dengan demikian, umur dari periode amortisasi
lebih pendek dari amortisasi terkendali.
3. Pembayaran dipercepat (accelerated amortization), di mana investor
menerima seluruh pembayaran bulanan dari seluruh obligor/account
dalam master trust tersebut. Dengan demikian investor tersebut
menerima 100 persen pembayaran cicilan bulanan dari seluruh
pemegang kartu kredit di dalam master trust (mencakup porsi yang
seharusnya menjadi bagian dari seller’s interest) sehingga
menyebabkan amortisasi lebih cepat dari pembayaran amortisasi
berdasarkan metode rapid amortisation.

Dari ketiga struktur amortisasi di atas, struktur amortisasi dipercepat


ini memiliki tingkat keamanan yang paling tinggi dibandingkan dengan
struktur-struktur sebelumnya. Dari berbagai metode amortisasi yang
digunakan, kenyataan empiris menunjukkan bahwa periode amortisasi dari
berbagai metode biasanya berada di kisaran enam sampai 18 bulan.
Adalah hal yang sangat penting untuk diingat bahwa pada saat memasuki
episode amortisasi, ketika saldo piutang yang menjadi hak investor
(investor’s interest) tidak lagi direinvestasikan ke dalam piutang baru, saldo
piutang yang tersisa menjadi hak dari penjual-penerbit kartu kredit.

34
II. PERANCIS

Perancis adalah negara pertama di benua Eropa yang menerapkan


Undang-undang mengenai efek beragun aset yang dikenal dengan nama
“the Securitization Law”, pada akhir tahun 1988. Undang-undang tersebut
adalah: Undang-undang No. 88-1201 tertanggal 23 Desember 1988, dan
berkat undang-undang tersebut lahirlah apa yang kemudian dikenal sebagai
Special Purpose Vehicle (SPV) Perancis, yang dalam bahasa Perancis
disebut dengan Founds Comune de Crěances (FCC). Adanya amandemen
dari negara Perancis pada tahun 1999 terhadap peraturan sekuritisasi yang
berlaku di negara tersebut ditujukan lebih kepada peningkatan kualitas
SPV, hal ini karena sebelum amandemen dilakukan, keadaan iklim
sekuritisasi di Perancis sendiri sudah memuaskan.

Amandemen terhadap Undang-undang ini dilaksanakan berdasarkan


peraturan Keuangan dan Moneter Perancis (Code Monětaire et Financier)
nomor L. 214-5 dan nomor L. 214-43 s/d nomor L. 214-49 9.

Sebelum dilaksanakannya amandemen, situasi pasar modal di


Perancis sebenarnya sudah cukup semarak dan berhasil menarik minat dari
pemodal domestiknya maupun asing (sebagian besar berbasis di London),
untuk menjalankan transaksi tidak hanya bagi efek beragun aset tetapi juga
bagi produk lainnya, seperti RMBS atau CMBS. Keadaan sebelum
amandemen sudah cukup kondusif bagi perkembangan minat terhadap
sejumlah aset kelas tertentu seperti: Future Receivable, Mortgage Backed
Receivable, Export Receivable maupun Collateralized Debt Obligations.

Dalam memanfaatkan situasi yang ada tersebut, dan guna lebih


menarik investor, maka dilakukanlah amandemen undang-undang

9
Sumber: Gide Loyrette Novel: “Amendments to the French Securitisation Law:
Modernising and Securing the French Securitisastion Market”, 13 May 2003

35
sekuritisasi yang dimaksudkan untuk mendukung perubahan kategori
tertentu dari receivable, penerbitan instrumen keuangan baru, dan
penerapan mekanisme cashflow yang aman, serta mempermudah
beberapa praktek terkait dimasa yang akan datang. Dan berkat amandemen
ini pulalah, Perancis kembali menjadi salah satu pemimpin dalam peringkat
pasar sekuritisasi Eropa ke Lima (fifth European securitization market)
setelah Italia dan Jerman.

Dalam penerapannya, unit yang dikeluarkan oleh SPV hanya


mewakili hak kepemilikan bersama (co-ownership) dalam akumulatif
pendapatan (pool of receivable) dan oleh Parlemen Perancis tidak
dibedakan apakah sebagai instrumen ekuitas atau hutang. Hal ini tidak
menguntungkan karena menghambat pemasaran kepada para investor
dengan kategori tertentu (perusahaan asuransi Jerman dalam menghitung
rasio kehatia-hatian maupun perusahaan asuransi di Perancis sendiri untuk
tujuan regulator dan finansial) sehingga menyulitkan posisi SPV itu sendiri.

1. Sekuritisasi Sintetis

Di Perancis, sebuah SPV bisanya di tujukan untuk credit default swap


guna menjamin resiko timbulnya kegagalan kredit (bagi pembeli).
Amandemen dari Undang-undang Sekuritisasi Perancis ditujukan untuk
mendayagunakan SPV sebagai alat untuk sekuritisasi sintetis / synthetic
securitisation vehicle. Sehingga, SPV tidak hanya digunakan dalam credit
default swap sebagai penjamin resiko bagi pembeli tetapi juga sebagai
penjamin resiko bagi penjual. Dengan demikian, SPV menjadi sarana yang
ideal untuk sintetis transaksi sekuritisasi di Perancis sebagai hasil dari
perpaduan antara amandemen Undang-undang dan penerbitan SPV bagi
sekuritisasi hutang.

36
2. Future Receivables

Future receivables merupakan hasil dari (i) Perjanjian yang akan


berjalan dengan jumlah dan jatuh temponya belum ditentukan; (ii) Perjanjian
yang telah berjalan dimana barang/jasa belum diberikan. Undang-undang
sekuritisasi di Perancis ini menjelaskan secara eksplisit dimungkinkannya
perpindahan future receivables yang telah memenuhi syarat tertentu,
seperti: jenis bisnis, periode referensinya, debiturnya dan zona geografis-
nya.

Amandemen dari undang-undang sekuritisasi di Perancis ini juga


ditujukan untuk mendukung penegakan pelaksanaan transfer future
receivables (tetapi bukan untuk membuka celah bagi kerugian yang harus
diterima karena bangkrutnya originator), dengan menggugurkan keputusan
terdahulu yang dikeluarkan oleh parlemen Perancis dari seksi komersial.
Penyempurnaan undang-undang ini sejalan dengan makna asal dari
undang-undang sekuritisasi serta pengertiannya bahwa transferee / investor
berhak untuk mendapatkan penghasilan dari cashflow yang berasal dari
perpindahan piutang sepanjang waktu yang disepakati tanpa terpengaruh
oleh kebangkrutan dari originator.

3. Export Receivable (Piutang Ekspor)

Dalam Pan-Eropa atau transaksi sekuritisasi internasional, portofolio


yang dipegang oleh originator-originator yang berasal dari Perancis
cenderung terdiri dari piutang ekspor (piutang yang dipegang oleh
originator-originator Perancis terhadap debitur asing). Dalam hal ini, adalah
suatu keharusan untuk menentukan terlebih dahulu apakah perpindahan
piutang kepada SPV memungkinkan untuk dilaksanakan terhadap debitur
yang telah ditetapkan dan pihak ketiganya (kreditur dari originator).

37
Konvensi Roma menyatakan bahwa undang-undang perpindahan
piutang mengatur persyaratan dan kewajiban debitur tertunjuk. Jika
perpindahan piutang tersebut diatur dalam undang-undang Perancis, maka
tidak ada formalitas tertentu yang persyaratkan. Namun demikian, Konvensi
Roma tidak dapat diterapkan pada kewajiban terhadap pihak ketiga.
Dengan demikian peradilan Perancislah yang berwenang dalam mengatur
hal tersebut dimana bagi pihak ketiga, persyaratan-persyaratan yang
berlaku dapat berasal dari undang-undang domisili dari debiturnya
(substantive law). Jika originator Perancis memindahkan piutangnya dari
debitur Spanyol kepada pihak ketiga, maka undang-undang Spanyol-lah
yang berlaku dalam persyaratan proses perpindahan piutang ke pada pihak
ketiganya tersebut.

4. Mekanisme Cash Flow

Akun beneficiary pihak ketiga sering digunakan dalam sekuritisasi


transaksi di Perancis guna meringankan resiko gabungan yang timbul dari
kebangkrutan originator tanpa merubah prosedur penagihan pada
originator. Akun beneficiary pihak ketiga membedakan pemegang nominal
akun tersebut dari beneficiary pihak ketiga yang seseungguhnya atau
kreditur dari tiap-tiap jumlah yang dikredit terhadap akun tersebut.
Seandainya sebuah akun dibuka atas nama originator dan menggunakan
SPV yang terdaftar sebagai beneficiary pihak ketiga, SPV tersebut dapat
digunakan untuk mengklaim tiap tagihan yang akan jatuh tempo dari akun
walaupun originatornya mengalami kebangkrutan. Di Perancis saat ini,
penggunaan akun beneficiary pihak ketiga hanya didasarkan pada kasus
tertentu dalam undang-undang Perancis. Berdasarkan atas kurangnya
peraturan dan undang-undang yang berkaitan dengan penggunaan akun
beneficiary pihak ketiga, lembaga-lembaga pemeringkat bersepakat untuk
tidak menggunakan akun beneficiary pihak ketiga sebagai suatu mekanisme
perlindungan yang efisien.

38
Dalam amandemen undang-undang sekuritisasi dijelaskan bahwa
manajemen perusahaan dan servicer dapat membuat persetujuan bahwa
sejumlah tagihan akan dibayarkan kepada akun tagihan terpisah dengan
menggunakan SPV yang terdaftar sebagai beneficiary. Kreditur dari servicer
tidak dapat mengklaim pembayaran pada sejumlah tagihan, termasuk
didalamnya seandainya servicer mengalami kebangkrutan. Akun tagihan
terpisah akan menjadi lebih efisien dibandingkan dengan jaminan akun
bank tertentu, karena hal ini sesuai dengan standar yang diterapkan oleh
pihak lembaga pemeringkat sehubungan dengan kemungkinan timbulnya
resiko gabungan.

5. Kustodian

Amandemen terhadap undang-undang sekuritisasi Perancis


memungkinkan Kustodian berasal dari institusi kredit berlisensi di Perancis,
cabang dari institusi kredit yang dibiayai oleh paspor Eropa maupun institusi
lain yang diberikan kewenangan oleh Menteri Ekonomi Perancis. Kustodian
tidak lagi diharuskan untuk menyimpan dokumen kontrak yang terhubung
dengan piutang berdasarkan peraturan yang diterapkan. Untuk tujuan
praktis, kewajiban ini kemudian secara kontrak diserahkan kepada
originator atau servicer. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
kemudian di sesuaikan dengan keperluan praktis.

III. JEPANG

Pasar sekuritisasi di Jepang belum terlalu berkembang pesat jika


dibandingkan dengan kondisi yang ada di USA. Namun demikian dengan
adanya manfaat dan keuntungan yang tergambar jelas dari instrumen ini,
ada beberapa kendala yang melingkupi praktek praktek sekuritisasi di
Jepang.

39
Secara khusus ada 3 kendala hukum yang melingkupi sekuritisasi di
Jepang. Pertama, Proses transfer asset dari sekuritisasi aset ini biayanya
sangat mahal. Pemenuhan transfer pinjaman dan tagihan mensyaratkan
akta notariil atas pinjaman dan tagihan dari individu dimaksud satu per satu.
The Law for Regulating Business for Specific Claims (MITI Law)
mengijinkan perusahaan leasing dan perkreditan untuk melakukan transfer
asset dengan vehicle yang bernama “Special Purpose Entity”/SPE.
Kedua, undang-undang perusahaan di Jepang mengkondisikan sekuritisasi
menjadi sesuatu hal yang mahal dalam membentuk SPE sebagai vehicle
atas sekuritisasi asset dimaksud. Contoh, SPE dalam bentuk perusahaan
mensyaratkan modal minimum 10 juta yen, sekurang-kurangnya 3 direksi,
dan seorang auditor.
Ketiga, Struktur pengaturan dari Pasar Modal yang kompleks dan tidak
fleksibel. Hal ini tidak terlepas dari sejarah politis yang panjang dimana
sejak tahun 1998 kewenangan pengaturan atas perbankan, pasar modal
dan institusi asuransi dialihkan dari Menteri Keuangan kepada lembaga
baru yakni: the Financial Supervision Agency (Lembaga Pengawas Jasa
Keuangan). Selanjutnya The Ministry of International Trade and Industry
(MITI) mempunyai kewenangan atas perusahaan leasing dan perkreditan.
Berdasarkan gambaran tersebut diatas membawa dampak bahwa ruang
lingkup the Japanese Securities and Exchange Law (SEL) sangat terbatas.
Pada satu sisi, ada produk keuangan yang tidak termasuk sebagai produk
keuangan sebagaimana definisi efek dari undang-undang tersebut diatas.
Dengan kondisi yang demikian, ketentuan tentang produk yang akan
disekuritisasi diatur dalam statuta khusus yang tersebar dan petunjuk
administratif yang berlainan. Hal inilah yang menyebabkan perusahaan efek
tidak dapat memasarkan efek yang bukan produk pasar modal. Pada sisi
yang lain, untuk produk yang tercakup dalam definisi efek, SEL tidak
mengijinkan lembaga-lembaga tertentu untuk mentransaksikan diantara

40
mereka sendiri pada saat efek tersebut diterbitkan dibawah kondisi
penawaran terbatas (private offering).

Selanjutnya, pada bulan November 1995, Perdana Menteri


Hashimoto mengumumkan rencana reformasi secara drastis atas peraturan
perundang-undangan di bidang keuangan yang dikenal dengan Japan’s Big
Bang. Sebagai bagian dari program ini, perubahan sektor hukum membawa
dampak pula bagi sekuritisasi. Sehingga dampaknya dua dari tiga kendala
hukum tersebut diatas dapat teratasi pada tahun 1998.

1. Produk Keuangan yang dapat disekuritisasi di Jepang

Di Jepang, yang dapat di-sekuritisasi adalah instrumen-instrumen


yang masuk dalam definisi efek sebagaimana yang tertuang dalam the
Japanese Securities and Exchange Law / SEL (Law No.25 Tahun 1948)
atau bukan. Adapun dalam perkembangannya undang-undang SEL
tersebut diamandemen tahun 1992. Dibawah ini dijabarkan beberapa jenis
instrumen yang dapat dijadikan underlying bagi sekuritisasi aset di pasar
modal Jepang.

a. Commercial Paper
Pasar Commercial Paper, yang mana termasuk hutang perusahaan
jangka pendek, diperkenalkan di Jepang pada bulan November 1987.
Pertumbuhan pasar produk ini begitu cepat sejak tahun tersebut, hal ini
dapat dilihat jumlah transaksi instrument ini sebesar ¥12 trillion (U.S.
$96 billion) pada tahun 1997. Namun demikian, Commercial Paper
baru dianggap sebagai efek sesuai definisi SEL sejak tahun 1992.

41
b. Mortgage Deeds
A mortgage deed atau teito shoken, adalah instrumen negotiable yang
diterbitkan oleh kantor Pendaftaran Pertanahan (the Land Registry
Office) yang ada dibawah Mortgage Deeds Act tahun 1931, tetapi
bukan termasuk pengertian efek yang ada dibawah SEL. Secara
teoritis, apakah residential atau commercial real estate mortgage dapat
disekuritisasi dibawah sistem teito shoken, namun pada kenyataan
dalam praktek menunjukkan commercial real estate mortgages dapat
disekuritisasi. Sekuritisasi Mortgage deed belum begitu populer sampai
awal tahun 1980. Dibawah skema yang ada saat ini, perusahaan
mortgage menerbitkan sertifikat mortgage yang bukan instrumen
negotiable maupun kriteria efek yang ada dibawah the SEL. Sertifikat
ini diback-up oleh mortgage deeds yang dilakukan oleh perusahaan
mortgage, dan sertifikat ini kemudian dipasarkan kepada publik.
Pertumbuhan yang cepat dari pasar sekuritisasi mortgage deed sejak
tahun 1980 mendorong pemerintah Jepang menerbitkan Mortgage
deeds Business Act tahun 1987. Hasilnya sampai saat ini, ada kira-kira
90 perusahaan mortgage deed yang terdaftar sesuai peraturan
tersebut diatas, termasuk sejumlah bank dan afiliasi perusahaan efek.
Mortgage deed dipandang sebagai instrumen yang menarik karena
nilai suku bunganya lebih baik dibandingkan deposito perbankan.

c. Sertifikat Residential Mortgage


Sertifikat Residential Mortgage atau jutaku teito shosho diterbitkan oleh
perusahaan residential mortgage dan diback-up oleh residential
mortgage perusahaan pemegang. Sertikat ini bukan instrumen
negotiable ataupun efek sebagaimana definisi dari SEL. Dan yang
dapat memindahkan sertifikat residential mortgage ini hanya terbatas
pada lembaga keuangan. Meskipun instrumen ini diperkenalkan sejak

42
tahun 1974, namun sampai saat ini belum mendapatkan perhatian
yang luas.

d. Residential Mortgage Trusts


Residential mortgage trust atau jutaku loan saiken shintaku melibatkan
bentuk trust dan pemindahan residential mortgage yang dilakukan oleh
institusi keuangan terhadap bank wali amanat (trustee bank). Dalam
hal ini, trustee menerbitkan sertifikat yang mewakili kepentingan yang
menguntungkan (beneficial interests) dalam trust tersebut. Sertifikat
semacam ini bukan instrumen negotiable dan bukan masuk dalam
kategori efek dalam SEL sampai tahun 1992.

e. Pinjaman Bank (Bank Loans)


Sekuritisasi pinjaman bank diperkenalkan bagi pinjaman terhadap
badan hukum publik (municipal bodies) sejak tahun 1989 dan bagi
pinjaman-pinjaman lain sejak tahun 1990. Pinjaman Bank disekuritisasi
dengan tugas terpisah (partial assignment), and transferee dalam
transaksi ini harus institusi keuangan. Instrumen ini bukan termasuk
sebagai instrumen negotiable atau efek sesuai SEL.

f. Kepentingan Kepemilikan (Ownership Interests) yang terbagi di


commercial real property
Instrumen ini mendapatkan perlakuan pajak dan sering berfungsi
sebagai pelindung dari pendapatan yang kena pajak. Pada tahun
1994, statuta khusus yang berjudul the Law fo Regulating Common
Business of Real Estate yang dikeluarkan oleh Menteri Pembangunan
yang memperkenalkan skema seperti real estate investment trust di
Jepang. Skema semacam ini belum begitu populer, sebab industri real
estate menekankan bahwa kepentingan investor tetap berada di bisnis
real estate, disamping itu untuk melindungi pengurangan pajak dari
investor.

43
g. Leasing dan Kredit Mobil
Pada saat ini, perusahaan leasing dan perkreditan menciptakan produk
keuangan dengan men-sekuritisasi tagihan leasing dan kredit mobil.
Beberapa dari perusahaan ini menggunakan struktur trust yang mana
pool dari kredit mobil atau tagihan leasing ditransfer kepada trustee.
Produk semacam ini bukan instrumen negotiable ataupun efek.
Selanjutnya, pada permulaan Juni 1993, Kedua instrumen tersebut
diatur dalam MITI Law, dengan pengecualian kalau keduanya
dipasarkan hanya kepada investor institusional. Pada 1996, vehicle
yang berbentuk corporate menerbitkan efek yang bersifat hutang atau
commercial paper. Dan sejak itu pasar sekuritisasi leasing dan
perkreditan lainnya berkembang dengan pesat.

h. Sekuritisasi Aset lainnya


Pada saat yang akan datang pemegang asset yang tidak tercakup
dalam kerangka peraturan yang ada, seperti perusahaan industri,
secara perlahan-lahan akan dapat melakukan sekuritisasi asetnya,
khususnya tagihan dan pinjamannya. Adapun caranya dengan
membuat Special Purposes Corporation (SPC) yang menerbitkan efek
yang bersifat hutang atau commercial paper tersebut. Efek yang
diterbitkan oleh SPC kemudian dipasarkan di dalam dan di luar jepang.
Jika Efek tersebut diterbitkan dan dipasarkan di luar Jepang, SEL tidak
dapat diterapkan. Sebaliknya jika diterbitkan dan dipasarkan di Jepang,
maka ketentuan yang ada di SEL digunakan. Namun demikian, Efek
tersebut dapat dipasarkan oleh institusi dengan pengecualian
penawaran terbatas dari SEL

44
2. Karakteristik Pasar

a. Fragmentasi Pasar dan Industri

Fragmentasi pasar ada pada seluruh sektor keuangan. Secara


tradisional, uang yang berputar di pasar modal Jepang sebagaian besar
ada pada perusahaan industri, seperti, Toyoto, Honda dsb. Hal ini
dimaksudkan bagi investasi jangka panjang. Pembiayaan perusahaan
jangka pendek selalu melalui pinjaman perbankan. Perusahaan menengah
dan kecil belum mempunyai akses yang lebar di pasar modal. Pihak seperti
peminjam residential mortgage juga mempunyai sedikit akses di pasar
modal Jepang. Hasilnya, dana yang demikian besar yang berputar di pasar
modal jepang selama masa ekspansi ekonomi saat ini banyak berada di
perusahaan industri besar. Namun demikian, banyak dana ini yang keluar
dari jepang dan membanjiri pasar luar negeri.

Karakteristik tradisional semacam ini di pasar keuangan Jepang


terhubung dengan sistem pengawasan birokratis. Karena pembagian
kewenangan diantara berbagai kementerian, maka aspek pengaturan sektor
keuangan dibagi dan diatur secara terpisah antara satu dengan yang lain.

b. Ketiadaan Aset Keuangan

Karakteristik lainnya dari sektor keuangan dan pasar modal jepang


adalah ketiadaan piutang atas asset. Pihak yang meminjami menghabiskan
dana atas dasar nilai kredit dari yang meminjam, bukan atas dasar asset
dari pihak yang meminjam. Kelemahan atas piutang atas asset yang
demikian menjadi kendala dalam pengembangan sekuritisasi asset di
Jepang.

Dari Uraian tersebut diatas, dapat digarisbawahi bahwa


permasalahan hukum dan non hukum dari Sekuritisasi di Jepang, sama

45
seperti yang terjadi di Negara lain yakni: sangat kompleks dan sulit untuk
dimengerti secara terpisah. Bagaimanapun, perhatian dalam negeri rasanya
menjadi pendorong utama bagi peraturan keuangan di Jepang. Pasar
Sekuritisasi Jepang mungkin tumbuh dan berkembang sebagai hasil dari
program reformasi secara drastis.

Mungkin, akan fair untuk mengatakan bahwa setiap reformasi


pengaturan pasar modal di jepang akan berlanjut pada kepemimpinan
birokrasi. Namun demikian, pengembangan yang ada saat ini dipandang
secara menyeluruh, dan hal ini dimengerti sebagai indikasi trend jangka
panjang yang akan berakibat pada pasar modal Jepang. Dan pada akhirnya
akan menjadi penggerak permintaan pasar (demand-driven) daripada hanya
sebagai pengerak pemerintah (government-driven). Jika pengembangan
yang ada pada saat ini dipandang sebagai pusat dari pasar, maka isu kunci
ini menjadi perubahan dasar bagi peran pemerintah di pasar modal Jepang.
Perubahan dasar dalam lingkungan pengaturan harus dilakukan, membawa
dampak bagi persaingan di percaturan internasional. Dan Sekuritisasi/Asset
Backed Securities ini menjadi faktor penting dalam melakukan perubahan
dasar di Jepang.

IV. KOREA SELATAN

Efek Beragun Aset telah banyak dibicarakan di Korea Selatan


sebelum tahun 1997. Namun pembicaraan tidak berlanjut pada
perkembangan yang nyata karena situasi ekonomi saat itu yang mana tidak
adanya kerangka hukum yang jelas dan masih mudahnya mendapatkan
kredit dari perbankan. Pada saat tersebut, Efek Beragun Aset telah
berkembang dengan pesat dikawasan Asia dimotori oleh Jepang,
Hongkong, dan Thailand.

Pada bulan September 1998, Korea Selatan mengeluarkan paket


perundang-undangan mengenai restrukturisasi lembaga keuangan yang

46
juga sekaligus memperkenalkan konsep Efek Beragun Aset dan reksa
dana. Paket undang-undang ini dibuat dengan mengacu pada model yang
dipraktekkan di Amerika yang mendorong terciptanya transaksi antar
negara secara cepat dan mudah. Beberapa bulan kemudian Korea Selatan
juga mengadopsi standar akuntansi yang baru yang mengacu pada
Internasional Accounting Standards. Ini ditujukan untuk memudahkan pihak
luar untuk melakukan transaksi dengan para pelaku bisnis di Korea Selatan.

Tidak lama setelah dikeluarkannya undang-undang tentang Efek


Beragun Aset, pada akhir 1998 Korean Export Import Bank (KEXIM)
melakukan sekuritisasi atas asetnya. KEXIM adalah bank yang bergerak
dibidang pembiayaan atas ekpor impor perusahaan-perusahaan di Korea
Selatan. KEXIM melakukan sekuritisasi atas tagihannya senilai total USD
265 juta yang terdiri dari wesel tagih (promissory notes) yang diterbitkan
oleh nasabahnya. Efek Beragun Aset yang diterbitkan ini mendapatkan
rating AAA dengan suku bunga 1.5% diatas London Inter Bank Offered
Rate (LIBOR).

Pada tahun 1999, kegiatan sekuritisasi mengalami peningkatan yang


menggembirakan dengan diterbitkannya Efek Beragun Aset senilai total 6.8
trilyun won. Pada tahun yang sama Korea Selatan juga mengeluarkan
Mortgage Backed Securitisation Law. Undang-undang ini memberikan
keleluasaan bagi perusahaan Korea Selatan untuk mengembangkan dan
memperdagangkan mortgage-back certificates, mortgage bond, dan real
estate investment trust (REIT). Pertumbuhan Efek Beragun Aset di Korea
Selatan terlihat dalam grafik berikut ini.

47
ABS di Korea

60
49.4 50.9
50
39.8
40

30

20

10 6.8

0
1999 2000 2001 2002

* Sumber: Korean Financial Supervisory Service (dalam trilyun Won Korean)

Untuk lebih menggairahkan penerbitan Efek Beragun Aset,


Pemerintah Korea melalui Ministry of Finance and Economy (MoFE)
melakukan revisi atas undang-undang Efek Beragun Aset yang diterbitkan
setahun sebelumnya yang memberikan jalan bagi pihak-pihak yang selama
ini tidak terlibat dalam penerbitan Efek Beragun Aset seperti Korean Deposit
Insurance Corporation, perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang
perwaliamanatan (trust companies), bank-bank yang menyediakan kredit
perumahan (mortgage bank), dan pemerintah-pemerintah daerah.

Satu lagi langkah penting yang diambil Pemerintah Korea pada tahun
yang sama adalah pendirian mortgage securitization body yaitu badan
usaha pemerintah yang bergerak dibidang sekuritisasi tagihan-tagihan
kredit perumahan. Badan usaha tersebut, yang bernama Korea Mortgage
Corp (KOMOCO), dibentuk dengan sistem joint-venture dengan
International Finance Corporation (IFC) yang merupakan anak perusahaan
Bank Dunia.

Pada periode tahun 2000, Efek Beragun Aset mengalami


pertumbuhan yang luar biasa dikarenakan melesunya bursa saham di
Korea sehingga dalam semester pertama saja telah diterbitkan Efek
Beragun Aset senilai 24,6 trilyun Won. Kemudian pada bulan Juli 2000,
Korea Asset Management Company (Kamco) menerbitkan Efek Beragun
Aset senilai total USD 367 juta dengan tingkat imbal hasil 2% diatas LIBOR.

48
Penerbitan ini dilakukan bekerjasama dengan Deutsche Bank dan USB
Warburg dengan masa jatuh tempo 8,5 tahun. Dengan perolehan rating dari
lembaga-lembaga rating nasional Korea Baa2/BBB+/BBB, Efek Beragun
Aset adalah Efek Beragun Aset pertama dengan sistem jual putus (true
sale) sejak diterbitkannya undang-undang Efek Beragun Aset di Korea.
Rating yang tinggi ini diperoleh karena sebagian besar underlying asset dari
Efek Beragun Aset ini berasal dari bank pemerintah yaitu Korean
Development Bank (KDB).

Pada bulan Agustus 2000 muncul lagi instrumen yang baru yaitu
Assets Backed Commercial Paper (ABCP). ABCP adalah sekuritisasi dari
tagihan atas surat berharga atau aset sejenis yang sebenarnya merupakan
jaminan atas pinjaman kepada bank. LG Capital sebagai pemain utama
dalam bisnis kartu kredit di Korea adalah penerbit pertama ABCP senilai
total 502,7 milyar Won. Hasil yang diperoleh dari penawaran ini akan
dipergunakan untuk membayar Efek Beragun Aset yang dimiliki yang telah
jatuh tempo.

Kemudian pada bulan Nopember 2000, Kamco melakukan


sekuritisasi atas non-performing loans (NPLs) yang mereka miliki.
Sekuritisasi ini adalah sekuritisasi NPL pertama yang dilakukan oleh
lembaga pemerintah. Prosesnya sendiri melibatkan dua special purpose
vehicles (SPV), satu dibentuk di Korea dan satu lagi di Cayman Island.
Dalam hal ini Kamco menjual portofolio NPL dengan denominasi Dollar
Amerika dan Yen Jepang kepada SPV yang dibentuk di Korea. SPV ini
kemudian menjual lagi kepada SPV yang dibentuk di Cayman Island yang
kemudian meluncurkan notes yang dijamin dengan notes yang dikeluarkan
oleh SPV Korea dan NPL dari Kamco. Sekuritisasi ini juga merupakan
sekuritisasi berskala internasional pertama yang dilakukan oleh Kamco.

Pada awal tahun 2001 Korea kembali mengambil langkah baru


dengan diterbitkannya sekuritisasi atas kredit mobil oleh Samsung Capital,

49
salah satu perusahaan pembiayaan di Korea. Dengan melibatkan SPV di
Cayman Island, sekuritisasi ini juga merupakan sekuritisasi tagihan kredit
mobil pertama dalam skala internasional yang diterbitkan perusahaan
Korea. Dan untuk menekan risiko perubahan nilai tukar antara Dolar
Amerika dan Won Korea, transaksi swap telah dilakukan dengan melibatkan
oleh ING Bank. Tidak lama kemudian, pada akhir tahun 2001 Samsung
Capital kembali melakukan sekuritisasi yang kali terhadap consumer loan
senilai total USD 234 milyar.

Secara berturut-turut kemudian perusahaan-perusahaan Korea, baik


yang dimiliki swasta maupun pemerintah, terlibat aktif dalam penerbitan
Efek Beragun Aset. Sehingga tidak heran kalau perkembangan Efek
Beragun Aset pada tahun 2001 mencapai puncaknya di Korea. Efek
Beragun Aset ini tidak saja diterbitkan dalam skala nasional tapi juga dalam
skala internasional. Kecuali Jepang, pada tahun 2002 Korea memimpin
dalam hal penerbitan Efek Beragun Aset dikawasan Asia. Dari total USD
5,56 milyar Efek Beragun Aset yang diterbitkan dengan melibatkan negara
lain, Korea memberikan kontribusi senilai total USD 3,72 milyar.

Dari uraian tersebut diatas, dapat dilihat bahwa Korea menuai sukses
dalam beberapa tahun terakhir dalam hal penerbitan Efek Beragun Aset.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang mengenai Efek Beragun Aset pada
tahun 1998, para pelaku mendapatkan pedoman dan dasar yang jelas bagi
kegiatan sekuritisasi. Sukes ini tidak saja dalam skala nasional, tapi juga
dalam skala internasional.

Sukses yang diraih oleh Korea ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang berkaitan dengan beragamnya jenis underlying assets. Pada tahap
pertama, pertumbuhan dipicu oleh banyaknya NPL yang tersedia sebagai
akibat dari aturan pemerintah menyangkut rasio kecukupan modal (CAR).
NPL ini berasal dari bank-bank kelas atas menyusul krisis moneter pada
tahun 1997 dan jatuhnya dinasti Daewoo Group. Salah satu titik sukses

50
Efek Beragun Aset pada tahap ini ditandai dengan sekuritisasi NPL dari
perbankan yang dilakukan oleh Kamco senilai total USD 367 juta.

Kemudian pada tahap kedua ditandai dengan aktifnya penerbitan


Efek Beragun Aset yang mempunyai underlying aset berupa pinjaman,
obligasi, obligasi konversi dan obligasi lain oleh perusahaan kecil dan
menengah di Korea. Dalam hal ini penerbitan Efek Beragun Aset berperan
membantu pemerintah dalam menyediakan kredit dan bantuan likuiditas
kepada perusahaan-perusahaan dalam skala kecil tersebut.

V. JERMAN

Pada bulan November 1990, subsidiari dari kelompok perbankan


yang beroperasi secara internasional menyampaikan informasi kepada
Pengawas Perbankan Federal (the Federal Banking Supervisory) untuk
melakukan transfer sebagian dari portofolio pinjaman hire-purchasenya
untuk dijual dalam SPV yang ada di luar negeri. Selanjutnya pada tahun
1995, institusi perkreditan jerman sekali lagi menjual aset dari portofolionya
dengan maksud sekuritisasi. Dalam hal ini, mortgage bank mentransfer
pinjaman subordinasi sebesar DM 523 Million. Dengan adanya kondisi yang
demikian, akhirnya banyak dari institusi perkreditan meminta persetujuan
kepada the Federal Banking Supervisory untuk meng-sekuritisasi asetnya.
Begitu antusiasnya pasar di Jerman menanggapi produk ini karena mereka
memandang bahwa instrumen ini aman dan sebgai sarana investasi yang
dapat menghasilkan pendapatan yang memadai bagi investor. Adapun ada
2 alasan utama yang melandasi hal tersebut, yakni, Efek Beragun Aset
disamping memiliki nilai instrinsik yang jelas, Efek Beragun Aset juga
menekankan bahwa originator dan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi
dikenal sebagai institusi besar yang tidak akan berisiko membahayakan
reputasi mereka terhadap investor. Lebih lanjut, transaksi Efek Beragun

51
Aset diklaim selalu direncanakan, dipersiapkan, dan dilakukan secara
matang dan tingkat kehati-hatian yang tinggi.

Sampai saat ini belum ada ketentuan hukum yang khusus mengatur
penjualan dan sekuritisasi aset dari institusi perkreditan jerman.
Kewenangan lembaga pengawas hanya menggunakan ketentuan
sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Perbankan, termasuk
berkenaan dengan pelaksanaan transaksi, beberapa alternatif yang telah
diperkenalkan dalam praktek internasional.

Berkenaan dengan Kerahasian Perbankan, peraturan perundang-


undangan mengatur bahwa pihak bank penjual yang melakukan
pelanggaran atas kewajibannya untuk melindungi kerahasian jika bank
tersebut membuka data-datanya kepada pihak ketiga, dalam hal SPV,
merupakan data pribadi peminjam yang memerlukan izin tertulisnya.
Adapun data-data yang dilindungi berkenaan segala detail dari hubungan
kreditor – debitor, bukan hanya nama dan alamat debitor saja. Jika pihak
Bank mendapat persetujuan dari nasabahnya berkenaan dengan transaksi
Efek Beragun Aset, maka nasabah harus diberikan informasi mengenai sifat
dari transaksi tersebut khususnya mengenai untuk siapa data tersebut
disediakan, dan untuk tujuan apa data tersebut digunakan. Lebih lanjut
peminjam dari Bank harus dilindungi dari resiko pinjamannya yang
penyelesaian dilakukan dengan melakukan pergantian kreditor.

Dengan kondisi tersebut diatas, the Federal Banking Supervisory


melakukan konsultasi tentang Efek Beragun Aset dengan asosiasi yang
mewakili industri perbankan, lembaga auditor, dan komite lainnya pada 28
Agustus 1996 di Berlin. Disamping itu, pendapat ahli tentang bidang ini dari
negara lain juga diundang guna memberikan masukan. Dalam pertemuan
tersebut, sejumlah pertanyaan tentang kerahasiaan perbankan belum dapat
diputuskan. Setelah melakukan diskusi yang panjang ini, akhirnya the
Federal banking Supervisory mengeluarkan Surat Edaran No.4/97 pada

52
tanggal 19 Maret 1997, yang isinya menginstruksikan seluruh institusi
perkreditan untuk mematuhi segala persyaratan tentang penjualan,
sekuritisasi pinjaman, dan menjualnya kepada investor. Selanjutnya, the
Federal Banking Supervisory memberikan petunjuk terhadap rencana
pembuatan Efek Beragun Aset dan proses transaksinya.

53
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

I. PERBANDINGAN EFEK BERAGUN ASET DI INDONESIA DENGAN


DI NEGARA-NEGARA LAIN

Proses sekuritisasi telah banyak dilakukan di negara-negara lain


sebagai alternatif pembiayaan bagi dunia usaha. Akumulasi nilai dari efek
beragun aset menunjukkan angka yang sangat besar, untuk kawasan Asia
10
Pasific nilai penerbitan efek beragun aset mencapai US$ 43,54 miliar ,
sedangkan penerbitan efek beragun aset di Amerika Serikat hingga akhir
11
Maret 2003 telah mencapai US$ 1.590,8 miliar . Walaupun telah banyak
perusahaan di Indonesia yang telah melakukan sekuritisasi atas aset
keuangannya (menjadi originator) dan peraturan tentang efek beragun aset
telah ada sejak tahun 1997, namun belum satu perusahaanpun yang
melakukan penerbitan di Indonesia.

Hasil perbandingan antara proses efek beragun aset di Indonesia


dengan negara-negara lain ditinjau dari berbagai aspek adalah sebagai
berikut:

1. Peraturan

Di berbagai negara yang kegiatan proses sekuritisasinya telah


berkembang, pengaturan proses sekuritisasi diatur dengan ketentuan
setingkat Undang-undang seperti di negara Perancis, Korea Selatan,

10
Sumber ISR, Februari 2002, sebagaimana dikutip oleh DR Tsui Kai Chong, Singapore
Management University
11
The Bond Market Market Association,”An Investor’s Guide to Asset-Backed Securities”,
Washington,D.C., USA, 1998

54
Philipina, dan Amerika. Namun beberapa negara masih berpedoman
kepada peraturan setingkat di bawah Undang-undang seperti yang terjadi di
negara Jepang dan Jerman.

Di Indonesia, Undang-undang tentang Sekuritisasi masih dalam


bentuk rancangan. Pada saat ini, dasar hukum Efek Beragun Aset adalah
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, khususnya
pasal 5 (p) dan pasal 30 (2) dan diatur lebih lanjut dalam beberapa
ketentuan berikut:
a. Peraturan Bapepam Nomor V.G.5 tentang Fungsi Manajer Investasi
berkaitan dengan Efek Beragun Aset;
b. Peraturan Bapepam Nomor VI.A.2 tentang Fungsi Bank Kustodian
berkaitan dengan Efek Beragun Aset;
c. Peraturan Bapepam Nomor IX.C.9 tentang Pernyataan Pendaftaran
Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset;
d. Peraturan Bapepam Nomor IX.C.10 tentang Pedoman Bentuk Dan Isi
Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset; dan
e. Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset.

2. Mekanisme

Pada umumnya, mekanisme proses sekuritisasi berawal dari kreditur


awal yang mentransfer portofolio piutangnya kepada sebuah Trust. Untuk
meningkatkan kualitas piutang yang dibelinya, Trust membeli kredit
enhancement yang dapat berupa asuransi atau garansi bank. Selanjutnya
atas portofolio piutang yang telah ditambah dengan kredit enhancement
dilakukan pemeringkatan. Trust menerbitkan efek atas portofolio piutang

55
tersebut dan penjamin emisi efek yang bertugas menjual efek hasil
sekuritisasi kepada para investor.12

12
Roy Sembel, Phd, Sekuritisasi Aset

56
Mekanisme efek beragun aset dapat digambarkan sebagai berikut:

Servicer/Penyedia Jasa Bank Kustodian Manajer Invetasi

Administrator Pengelola Efek


Mengurusi Beragun Aset juga
pembayaran dari Efek Beragun
para debitur Aset dan wakil memonitor transaksi
dari investor selanjutnya
Efek Beragun
Aset

Arus
Kas

Pembayaran Efek Beragun


Kas Aset
Seller/Originator / Special Purpose Investor/
Kreditur awal Vehicle (KIK-EBA) Lender

Penjualan aset Pembayaran


keuangan
Kas
Underwriter

Proteksi terhadap Rating Agency


pemegang Efek
Obligors/ Debitur Beragun Aset Credit Enhancements

* Sumber: Berita Pasar Modal Edisi 52, bulan Juli 2003

Mekanisme Efek Beragun Aset di Indonesia adalah sebagai berikut:

- Perusahaan (originator) mengalihkan aset keuangannya kepada


Manajer Investasi yang dicatatkan atas nama Bank Kustodian untuk
kepentingan pemegang Efek Beragun Aset.
- Portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang telah
direstruktur oleh Manajer Investasi kemudian diperingkat oleh
Lembaga Pemeringkat Efek (rating agency) dan dapat diberikan
sarana peningkatan kredit/arus kas (credit enhancement). Jika
dikehendaki dalam proses penawaran umum kepada pemodal,
Manajer Investasi dapat dibantu oleh penjamin emisi efek
(underwriter).
- Penjualan Efek Beragun Aset kepada investor dapat dilakukan melalui
penawaran umum di pasar modal Indonesia atau dijual kepada
investor strategis. Apabila akan dijual melalui penawaran umum, maka
wajib mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam,
sedangkan efek beragun aset yang tidak ditawarkan melalui

57
penawaran umum cukup dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
- Selanjutnya, arus kas pelunasan Efek Beragun Aset - dari debitur
kepada servicer (penyedia jasa yang dapat dilakukan oleh originator),
kemudian oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset disalurkan
kepada pemegang Efek Beragun Aset sesuai janjinya.

3. Special Purpose Vehicle

Praktek di negara lain, yang menjadi mediator dalam proses


sekuritisasi aset dapat berbentuk perusahaan, dapat pula berbentuk special
purpose entity, serta dapat pula dilakukan oleh suatu trust.

Di Indonesia special purpose vehicle dalam penerbitan efek beragun


aset menggunakan bentuk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
yang merupakan kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang
mengikat para pemegang efek beragun aset.

Pengurusan Efek Beragun Aset di Indonesia dibagi menjadi beberapa


fungsi, antara lain:
- Fungsi proses dan pengawasan pembayaran dari debitur dilakukan
oleh penyedia jasa (servicer). Namun demikian, manajer investasi
tetap bertanggung jawab atas pelunasan dari debitur/obligor.
- Fungsi penyimpanan dokumen dan pembayaran pengembalian
investasi kepada investor dilakukan oleh bank kustodian.
- Fungsi pengelolaan aset keuangan dilakukan oleh manajer investasi.

58
5. Transaksi

Pada prinsipnya, bentuk transaksi dalam melakukan sekuritisasi atas


aset keuangan dapat dibagi dalam 3 kelompok13 yaitu:
a. Agunan (biasa) – perusahaan yang mempunyai piutang menerbitkan
efek (asset backed securities) dengan dasar (agunan) piutang
tersebut.
b. Pindah tangan (pass through) – piutang suatu perusahaan dijual
kepada pihak lain yang kemudian menerbitkan efek, sehingga
kepemilikan atas piutang beralih dari kreditur awal kepada para
investor.
c. Salur bayar (pay through) – kepemilikan piutang tetap berada pada
kreditur awal, namun setiap pelunasan atas piutang langsung
disalurkan kepada para investor.

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang


Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset, aset keuangan
dapat diperoleh dari kreditur awal melalui pembelian atau tukar-menukar
dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Agar dapat dicatatkan
atas nama bank kustodian untuk kepentingan para pemegang efek beragun
aset maka transaksi harus dilakukan dengan cara jual lepas tanpa syarat
(dengan akta pengalihan atau cessie).

6. Keterbukaan Informasi

Dalam hal keterbukaan informasi dalam proses sekuritisasi aset,


mengacu kepada ketentuan yang mengatur di masing-masing negara. Pada
intinya setiap penerbit diwajibkan menerbitkan suatu dokumen yang sering
dikenal dengan istilah prospektus dan kepada para calon investor

13
idem

59
diwajibkan terlebih dahulu untuk membaca prospektus sebelum melakukan
investasinya. Praktek yang telah dilakukan di luar negeri, dalam melakukan
penyebaran informasi dilakukan melalui internet.

7. Persetujuan Pengalihan Aset Keuangan

Pada prinsipnya, pengurus dan pengawas (direksi dan komisaris)


mempunyai kewenangan untuk bertindak atas nama pemilik perusahaan
sesuai dengan anggaran dasar suatu perusahaan.

Di Indonesia, perusahaan yang bertindak selaku originator wajib


memperhatikan anggaran dasarnya. Khusus untuk perusahaan terbuka,
disamping ketentuan dalam anggaran dasarnya, apabila transaksi
pengalihan aset keuangan termasuk dalam kategori transaksi material maka
wajib mengikuti ketentuan Peraturan Bapepam Nomor IX.E.2 tentang
Transaksi Material Dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.

Dalam hal ini, apabila originator diwajibkan untuk mendapatkan


penilaian dari pihak independen atas aset keuangan yang akan
dialihkannya sesuai dengan Peraturan Bapepam Nomor IX.E.2 tersebut,
akan menyebabkan biaya proses sekuritisasi menjadi terlalu besar/mahal.
Disamping itu, dalam proses sekuritisasi apabila akan ditawarkan melalui
penawaran umum wajib di peringkat, sehingga apabila dilakukan penilaian
juga akan menjadi sesuatu yang berulang-ulang karena pada hakekatnya
penilaian aset keuangan dan pemeringkatan atas aset keuangan
merupakan aktifitas yang sejenis.

8. Perlakuan Di Bidang Pajak

Untuk dapat mengembangkan proses sekuritisasi, di berbagai negara


memberikan perlakuan khusus dalam bidang perpajakan untuk special
purpose vehicle termasuk dalam proses penerbitan efek beragun aset.

60
Ketentuan perpajakan di Indonesia yang berkaitan dengan efek
beragun aset mengacu kepada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Kep-147/PJ/2003 tanggal 13 Juni 2003 tentang Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Yang Diterima atau Diperoleh Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset dan Para Investornya. Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset yang menerbitkan Efek Beragun Aset diperlakukan sebagai
subyek pajak Badan.

9. Pelaporan Keuangan

Masing-masing negara mempunyai standar akuntansi yang berbeda-


beda sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh asosiasi akuntannya
atau yang diatur oleh institusi berwenang terkait dalam suatu negara.
Berkaitan dengan pedoman akuntansi efek beragun aset 2 asosiasi akuntan
telah mengeluarkan standar akuntansi yang menjadi acuan internasional
yaitu:
- Financial Aaccounting Standard Board, di Amerika Serikat,
mengeluarkan SFAS No. 140;
- Internasional Accounting Standard Commission, di Inggris,
mengeluarkan IAS No. 39.

Di Indonesia, belum ada PSAK atau pedoman akuntansi yang


mengatur tentang cara dan metode penyusunan laporan keuangan
sehubungan dengan efek beragun aset, khususnya untuk Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset. Namun demikian, prinsip akuntansi Indonesia
menganut pada prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga apabila
tidak ada PSAK atau pedoman akuntansi yang mengatur suatu industri,
dapat mengacu pada standar yang sudah ada dan mempunyai kemiripan
dengan pembukuan sekuritisasi aset, atau standar akuntansi negara lain.

61
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Presentasi Nara Sumber dan Kunjungan ke Surabaya

Pada tanggal 18 Juni 2003, tim studi mengundang Roy Sembel,Phd


yang telah meluncurkan beberapa buku di bidang keuangan dan ekonomi
untuk memberikan presentasi di Bapepam, khususnya kepada tim studi
perdagangan efek beragun aset. Presentasi yang disampaikan berjudul
“Prospek Dan Kendala Penerbitan Efek Beragun Aset Di Indonesia”. Dalam
presentasinya Roy Sembel cukup optimistis dengan prospek efek beragun
aset di Indonesia dengan melihat perkembangan kondisi perekonomian
masyarakat dan negara Indonesia dan bentuk vehicle penerbit efek beragun
aset yang sudah memenuhi kriteria bankruptcy remoteness.

Masyarakat Indonesia masih dianggap mempunyai daya beli


(purchase power parity) yang cukup tinggi, walaupun kondisi ekonomi
negaranya dilanda krisis yang terbukti dari berkeliarannya mobil-mobil
mewah di jalanan kota besar. Sedangkan negara Indonesia pada saat
presentasi, diyakini memiliki pejabat yang mempunyai komitmen tinggi
untuk memperbaiki kondisi perekonomian negara Indonesia. Yang
diharapkan oleh Roy Sembel adalah tegaknya law enforcement yang
nantinya dalam efek beragun aset akan menambah kepercayaan
masyarakat pemodal terhadap pasar modal dan akan dapat membuka
kembali peluang masuknya investor asing. Hal tersebut diumpamakan
dengan peribahasa “habis gelap terbitlah terang” melalui penerbitan efek
beragun aset.

Selanjutnya, salah satu hal yang dianggap menjadi penghambat


terjadinya proses sekuritisasi di Indonesia adalah masalah standar
akuntansi dan sektor perpajakan terhadap vehicle penerbit efek beragun

62
aset. Apabila hal tersebut diperbaiki, diyakini akan dapat membuka jalan
kepada terciptanya proses sekuritisasi di pasar modal Indonesia.

Pada tanggal 28 sampai dengan 29 Agustus 2003, beberapa anggota


Tim Perdagangan Efek Beragun Aset melakukan survey secara langsung
ke kota Surabaya yang merupakan tempat dimana salah satu bursa efek
berada. Dalam kunjungan ke Surabaya, utusan tim studi melakukan diskusi
dan tanya-jawab yang bertempat di Bursa Efek Surabaya dengan masing-
masing divisi PT Bursa Efek Surabaya dan Ketua Asosiasi Konsultan
Hukum Pasar Modal Surabaya. Pada saat pertemuan juga disampaikan
kuisioner untuk Bursa Efek dan kuisioner untuk Konsultan Hukum.

Beberapa hal penting yang didapat dari kunjungan ke Surabaya


adalah:
- Banyak kalangan yang sudah menanyakan perihal ada atau tidaknya
instrumen Efek Beragun Aset karena kondisi tingkat bunga simpanan
yang relatif rendah dan terbatasnya alternatif investasi riil lainnya.
- Yang sering menjadi pertanyaan para calon investor Efek Beragun
Aset adalah perihal kepastian hukum dan penyelesaiannya dalam hal
terjadi risiko yang tidak diinginkan apabila berinvestasi kepada Efek
Beragun Aset.
- Perlunya segera untuk dibuat pedoman akuntansi Efek Beragun Aset,
karena sementara ini beberapa pihak mempertanyakan praktek lazim
negara mana yang bisa dijadikan acuan untuk pencatatan transaksi di
dalam Efek Beragun Aset. Hal tersebut juga sebagai acuan kepastian
hukumnya.
- Perihal special purpose entity dalam proses sekuritisasi berdasarkan
hukum di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset.

63
- Di Indonesia, Mortgage Backed Securities kemungkinan akan
menemui kendala hukum dalam hal proses pengalihan kepemilikan
atas aset jaminan dan akan membutuhkan waktu yang relatif lama.
- Sekuritisasi atas tagihan kartu kredit perlu dilakukan dengan hati-hati,
mengingat budaya dan praktek pengguna kartu kredit di Indonesia
banyak yang disalah gunakan.
- Pihak Bursa Efek Surabaya telah mengajukan draft peraturan tentang
pencatatan Efek Beragun Aset yang telah direvisi dan hingga saat ini
masih dalam proses penelaahan di Bapepam.
- Pihak Bursa Efek Surabaya telah mempunyai sistem yang dapat
mendukung pencatatan dan perdagangan efek beragun aset dengan
sedikit modifikasi, selain itu sumber daya manusia yang ada cukup
paham tentang efek beragun aset.
- Untuk dapat diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya perlu terlebih
dahulu dibicarakan dengan pihak KPEI berkaitan dengan penjaminan
transaksinya dan harus dilakukan melalui perantara pedagang efek
yang menjadi member Bursa Efek Surabaya.
- Yang paling memungkinkan, untuk sementara waktu, Efek Beragun
Aset dicatatkan di Bursa Efek dan diperdagangkan di Over The
Counter.
- Dalam rangka mempermudah penentuan harga pasar atau kurs Efek
Beragun Aset yang dicatatkan di Bursa Efek Surabaya, perlu dibuat
ketentuan bahwa setiap transaksi Efek Beragun Aset yang tercatat di
Bursa Efek Surabaya wajib dilaporkan kepada Bursa Efek Surabaya.
- Perlu dilakukan sosialisasi Efek Beragun Aset secara lebih intensif.

2. Populasi, Sampel dan Responden

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, populasi sampel responden


mencakup sebagian besar pihak-pihak yang terlibat dalam proses
penerbitan dan perdagangan Efek Beragun Aset. Populasi dalam penelitian

64
ini terdiri dari Bursa Efek, Penjamin Emisi Efek, Pemeringkat Efek,
Originator, Investor (institusi), Manajer Investasi, Bank Kustodian, Akuntan
Publik, Konsultan Hukum. Pengamatan dalam survey ini dilakukan terhadap
masing-masing kelompok populasi responden berdasarkan masing-masing
pertanyaan dengan menggunakan tabulasi silang terhadap pertanyaan
sentral yang ditempatkan pada urutan nomor 1 dengan menggunakan
bantuan program statistik SPSS. Selanjutnya dalam kesimpulan, diambil
suatu keterkaitan antara permasalahan yang sejenis dari berbagai
kelompok populasi yang menjadi responden.

Penentuan responden dilakukan dengan metode sampling secara


random dari data yang telah mendapatkan ijin dan atau persetujuan atau
pendaftaran di Bapepam. Untuk populasi Bursa Efek, kuisioner hanya
disampaikan kepada Bursa Efek Surabaya. Penentuan calon responden
untuk originator ditujukan kepada pihak yang dipandang berpotensi yaitu
perusahaan di Indonesia (PT) yang telah mempunyai pengalaman
melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya di luar negeri dan beberapa
Bank. Pemilihan investor institusi sebagai responden, karena efek beragun
aset lebih ditujukan kepada investor canggih (sophisticated investor),
disamping itu investor institusi seperti dana pensiun, perusahaan asuransi
dan reksa dana cenderung memiliki sumber dana yang relatif besar.

Dalam rangka memperoleh respon eksternal, telah disebarkan


sebanyak 201 (dua ratus satu) kuisioner dalam penelitian ini. Minimnya
responden dalam penelitian ini yaitu hanya 78 (tujuh puluh delapan) yang
menjawab dan mengembalikan kuisioner kepada tim peneliti yang terdiri
dari 2 responden dari Bursa Efek Surabaya, 11 penjamin emisi efek, 2
pemeringkat efek, 6 responden originator, 9 calon investor, 26 manajer
investasi, 9 bank kustodian, 6 akuntan publik, dan 7 konsultan hukum.
Beberapa hal berikut merupakan faktor penyebab minimnya jumlah
responden:

65
- kurangnya pemahaman tentang Efek Beragun Aset dari sebagian
pihak yang diharapkan untuk menjadi responden, sebagaimana
tercermin dari komunikasi antara beberapa pihak dengan anggota tim
peneliti yang diuraikan dalam alinea selanjutnya;
- beberapa pihak masih belum yakin akan dapat dilakukannya proses
sekuritisasi dengan baik di Indonesia;
- kurangnya minat beberapa populasi responden terhadap Efek Beragun
Aset yang disebabkan oleh karena instrumen ini dapat dikatakan
belum ada di Indonesia pada saat penelitian dilakukan.

Selama kurun waktu, anggota tim seringkali mendapatkan pertanyaan


mengenai apa yang dimaksud reksa dana efek beragun aset, sehingga
harus menjelaskan kembali bahwa reksa dana berbeda dengan efek
beragun aset. Selain hal tersebut di atas, berikut beberapa pertanyaan yang
sering dihadapi selama waktu penelitian:
- Bagaimana perlakuan akuntansi untuk efek beragun aset, khususnya
bagi pihak yang menerbitkannya?
- Bagaimana cara melakukan pemeriksaan (legal audit) dalam proses
penerbitan efek beragun aset? Apakah scope pemeriksaan hingga
obligor/debitur awalnya?
- Bagaimana cara perhitungan besarnya jasa bagi manajer investasi dan
bank kustodian dalam efek beragun aset?
- Bagaimana apabila terjadi kegagalan dalam proses penawaran efek
beragun aset? Apakah jangka waktu penawaran umumnya dapat
diperpanjang?
- Bagaimana kepastian perpajakan terhadap efek beragun aset?
- Apabila perusahaan terbuka yang akan menjadi originator wajib
mengikuti ketentuan Peraturan No. IX.E.2 tentang Transaksi Material
dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama?
- Dan berbagai pertanyaan lainnya yang sebenarnya sudah tercakup
dalam ketentuan efek beragun aset yang sudah ada.

66
Dari beberapa kuisioner yang telah dikirimkan, hanya 6 Akuntan yang
memberikan respon/jawaban kepada tim. Berbagai alasan yang diterima
oleh tim dalam melakukan konfirmasi ulang terhadap Kantor Akuntan Publik
yang telah dikirimi kuisioner namun tidak menjawab dan
mengembalikannya, antara lain sebagai berikut:
- Belum sempat mengisi karena sibuk melakukan audit dan berjanji akan
merespon dikemudian hari;
- Kuisioner belum diterima atau mungkin karena masalah birokrasi dan
prioritas perihal surat mengingat para partner sangat sibuk dan staf
yang lain merasa tidak berkompeten untuk menjawab;
- Kuisioner sudah tidak diketahui keberadaannya karena tidak
diteruskan oleh penerima karena tidak ada u/p (nama partner yang
dituju) sedangkan Kantor Akuntan Publik mempunyai banyak partner.

3. Pembahasan dan Hasil Tabulasi Survey

a. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Bursa Efek

Berdasarkan masukan dari Bursa Efek Surabaya informasi yang


didapat adalah sangat familiar dan mengerti tentang Efek Beragun Aset,
tahu cara melakukan monitoring dan surveillance terhadap entitas yang
menerbitkan Efek Beragun Aset, para pegawai telah memiliki pengalaman
terkait dengan sekuritisasi, standar akuntansi yang terkait dengan Efek
Beragun Aset dapat mengacu pada standar akuntansi untuk sekuritisasi
yang berlaku di negara yang telah menerbitkan Efek Beragun Aset, perlu
segera melakukan pengaturan standar akuntansi Efek Beragun Aset, pajak
Efek Beragun Aset bukan merupakan masalah yang signifikan, Bapepam
perlu menambahkan peraturan baru terkait dengan penerbitan Efek
Beragun Aset, resiko yang paling mungkin terjadi pada Efek Beragun Aset
adalah resiko gagal bayar (default risk), BES telah mempersiapkan draft

67
peraturan Efek Beragun Aset dan telah diajukan ke Bapepam. Informasi
lainnya adalah sebagai berikut:
1) Kendala yang dihadapi BES terkait dengan monitoring dan surveillance
atas Efek Beragun Aset adalah kesiapan Sumber Daya Manusia dan
ketentuan tentang akuntansi termasuk perhitungan teknis dan
keterbukaan; dan
2) Pihak yang dapat menjadi investor potensial yang akan berinvestasi
dalam Efek Beragun Aset adalah investor institusi (dana pension,
asuransi, perbankan, lembaga keuangan bukan bank dan reksadana.

b. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Penjamin Emisi Efek

Yang menjadi responden adalah 11 perusahaan yang memiliki izin


sebagai Penjamin Emisi Efek. Dari 11 responden hanya 2 Penjamin Emisi
Efek yang menyatakan sangat familiar dengan Efek Beragun Aset,
sedangkan sisanya sebanyak 9 Penjamin Emisi Efek menyatakan mengerti
tentang Efek Beragun Aset. Berikut hasil tabulasi dari 12 pertanyaan,
dengan pertanyaan sentral adalah pertanyaan nomor 1 yaitu yang berkaitan
dengan pengetahuan responden tentang Efek Beragun Aset.
1) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 2 mengenai keterlibatan responden
dalam proses sekuritisasi:

Pengetahuan EBA * Terlibat sekuritisasi Crosstabulation

Count
Terlibat sekuritisasi
pernah belum pernah Total
Pengetahuan sangat familiar 1 1 2
EBA mengerti 3 6 9
Total 4 7 11

Dari 2 responden yang sangat familiar tentang pengetahuan Efek


Beragun Aset, 1 responden pernah terlibat dalam proses sekuritisasi dan 1
responden lagi menyatakan belum pernah terlibat. Sedangkan dari 9
responden yang mengerti tentang Efek Beragun Aset, 3 responden pernah

68
terlibat dalam proses sekuritisasi dan 6 responden lagi belum pernah
terlibat. Total responden keseluruhan adalah 11 PEE.
2) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 3 menggunakan skala urutan
peringkat mengenai latar belakang bahwa Efek Beragun Aset akan
diminati oleh investor di pasar modal Indonesia:
Peringkat alasan-1

Pengetahuan EBA * Minat EBA-1 Crosstabulation

Count
Minat EBA-1
ada AAK ada CE terbit KIK-EBA Total
Pengetahuan sangat familiar 2 2
EBA mengerti 7 1 1 9
Total 9 1 1 11

Dari total jumlah 11 responden, 9 responden termasuk 2 responden


yang sangat familiar dengan Efek Beragun Aset menyatakan bahwa produk
Efek Beragun Aset akan diminati dengan alasan utama karena ada agunan
aset keuangan (AAK), 1 responden menyatakan akan diminati karena ada
credit enhancement (CE) dan, 1 responden menyatakan alasan karena
diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.
Peringkat alasan-2

Pengetahuan EBA * Minat EBA-2 Crosstabulation

Count
Minat EBA-2
ada AAK ada CE dirating bunga Total
Pengetahuan sangat familiar 2 2
EBA mengerti 1 3 3 2 9
Total 1 5 3 2 11

Dari total jumlah 11 responden, 2 responden (18,19%) yang sangat


familiar dengan Efek Beragun Aset, seluruhnya menyatakan keberadaan
Credit Enhancement (CE) sebagai alasan kedua akan diminatinya Efek
Beragun Aset. Sedangkan 9 responden yang mengerti tentang Efek
Beragun Aset, 1 responden menempatkan alasan kedua karena

69
keberadaan AAK, 3 responden menyatakan CE, 3 responden menyatakan
karena dirating, dan 2 responden karena bunga.
Peringkat alasan-3

Pengetahuan EBA * Minat EBA-3 Crosstabulation

Count
Minat EBA-3
ada CE dirating terbit KIK-EBA bunga Total
Pengetahuan sangat familiar 2 2
EBA mengerti 2 3 1 2 8
Total 2 5 1 2 10

Untuk alasan ketiga, 2 responden yang sangat familiar dengan Efek


Beragun Aset memilih adanya pemeringkatan. Sedangkan 8 responden
yang mengerti tentang Efek Beragun Aset, 2 responden menyatakan bahwa
produk Efek Beragun Aset akan diminati karena ada CE, 3 responden
menyatakan karena dirating, 1 responden karena diterbitkan Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dan 2 responden karena bunga
sebagai alasan ke tiga. Jumlah responden untuk alasan urutan ke tiga
sebanyak 10 PEE.
Peringkat alasan-4

Pengetahuan EBA * Minat EBA-4 Crosstabulation

Count
Minat EBA-4
ada AAK ada CE dirating terbit KIK-EBA Total
Pengetahuan EBA mengerti 1 1 2 2 6
Total 1 1 2 2 6

Hanya 6 responden yang memberikan alasan ke empat yang


keseluruhannya dari kelompok PEE yang mengerti tentang Efek Beragun
Aset dimana 1 responden menyatakan karena ada AAK, 1 responden
menyatakan karena ada CE, 2 responden karena dirating, dan 2 responden
karena diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.

70
Peringkat alasan-5

Pengetahuan EBA * Minat EBA-5 Crosstabulation

Count
Minat EBA-5
ada CE dirating erbit KIK-EBA bunga Total
Pengetahuan EBmengerti 1 1 2 2 6
Total 1 1 2 2 6

6 responden yang mengerti tentang Efek Beragun Aset menempatkan


alasan berikut sebagai urutan ke lima yaitu karena keberadaan CE 1
responden, karena dirating 1 responden, karena diterbitkan oleh Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset 2 responden, dan 2 responden
menempatkan alasan karena bunga.
3) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 4 mengenai pihak-pihak yang
berpotensi untuk menjadi investor Efek Beragun Aset:

Pengetahuan EBA * Potensi investor EBA Crosstabulation

Count
Potensi investor EBA
ya belum tahu Total
Pengetahuan sangat familiar 2 2
EBA mengerti 8 1 9
Total 10 1 11

Dari 2 responden yang sangat familiar tentang pengetahuan Efek


Beragun Aset, kedua-duanya menyatakan tahu perihal pihak-pihak yang
berpotensi menjadi investor Efek Beragun Aset. Sedangkan dari 9
responden yang mengerti tentang Efek Beragun Aset, 8 responden
menyatakan tahu pihak yang berpotensi menjadi investor Efek Beragun
Aset dan 1 responden lagi menyatakan belum tahu. Total responden
keseluruhan adalah 11 responden.
4) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 5 mengenai investor yang paling
potensial menyerap Efek Beragun Aset dengan skala prioritas:

71
Urutan-1
Pengetahuan EBA * Potensial serap EBA-1 Crosstabulation

Count
Potensial serap EBA-1
dana pensiun asuransi reksa dana retail Total
Pengetahuan sangat familiar 1 1 2
EBA mengerti 5 2 1 1 9
Total 6 2 2 1 11

Dari total jumlah 11 responden, 6 responden menyatakan bahwa


Dana Pensiun sebagai pihak yang paling berpotensi menyerap Efek
Beragun Aset, 2 responden menyatakan asuransi, 2 responden menyatakan
Reksa Dana dan, 1 responden lagi menyatakan retail yang akan menjadi
pihak yang paling berpotensi menyerap Efek Beragun Aset.
Urutan-2

Pengetahuan EBA * Potensial serap EBA-2 Crosstabulation

Count
Potensial serap EBA-2
dana pensiun asuransi reksa dana retail Total
Pengetahuan sangat familiar 1 1 2
EBA mengerti 2 3 3 1 9
Total 3 4 3 1 11

Untuk urutan kedua, dari total jumlah 11 responden, 3 responden


menyatakan bahwa Dana Pensiun sebagai pihak yang berpotensi
menyerap Efek Beragun Aset, 4 responden menyatakan asuransi, 3
responden menyatakan Reksa Dana dan, 1 responden lagi menyatakan
retail akan menjadi pihak yang berpotensi menyerap Efek Beragun Aset.
Urutan-3

Pengetahuan EBA * Potensial serap EBA-3 Crosstabulation

Count
Potensial serap EBA-3
dana pensiun asuransi reksa dana lainnya Total
Pengetahua sangat familia 1 1 2
EBA mengerti 1 3 3 1 8
Total 1 4 3 2 10

72
Jumlah responden yang memberikan pihak ke tiga berpotensi
menyerap Efek Beragun Aset adalah 10 PEE, 2 responden (20%) sangat
familiar tentang pengetahuan Efek Beragun Aset, sedangkan 8 lainnya
(80%) mengerti tentang Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut, 1
responden menyatakan bahwa Dana Pensiun sebagai pihak yang
berpotensi menyerap Efek Beragun Aset, 4 responden menyatakan
asuransi, 3 responden menyatakan Reksa Dana dan, 2 responden lagi
menyatakan lainnya juga menjadi pihak yang berpotensi menyerap Efek
Beragun Aset.
Urutan-4

Pengetahuan EBA * Potensial serap EBA-4 Crosstabulation

Count
Potensial serap EBA-4
dana pensiun reksa dana retail Total
Pengetahuan sangat familiar 1 1
EBA mengerti 1 1 5 7
Total 1 2 5 8

Untuk urutan ke empat jumlah responden ada 8 PEE, 1 responden


(12,5%) sangat familiar tentang Efek Beragun Aset, sedangkan 7 lainnya
(87,5%) mengerti Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut, 1
responden menyatakan bahwa Dana Pensiun sebagai pihak yang
berpotensi menyerap Efek Beragun Aset, 2 responden menyatakan Reksa
Dana dan, 5 responden lagi menyatakan retail juga menjadi pihak yang
berpotensi menyerap Efek Beragun Aset.
Urutan-5

Pengetahuan EBA * Potensial serap EBA-5 Crosstabulation

Count
Potensial serap EBA-5
retail lainnya Total
Pengetahuan sangat familiar 1 1
EBA mengerti 1 2 3
Total 2 2 4

73
Yang memberikan urutan ke lima hanya 4 responden, 1 responden
(25%) yang sangat familiar dengan Efek Beragun Aset menyatakan retail
berpotensi menyerap Efek Beragun Aset, sedangkan 3 responden yang
mengerti tentang Efek Beragun Aset, 1 responden menyatakan bahwa retail
sebagai pihak yang berpotensi menyerap Efek Beragun Aset dan 2
responden lagi menyatakan lainnya.
5) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 6 mengenai minat untuk terlibat
dalam penjaminan emisi Efek Beragun Aset:

Pengetahuan EBA * Minat jamin emisi EBA Crosstabulation

Count
Minat
jamin
emisi
EBA
ya Total
Pengetahuan sangat familiar 2 2
EBA mengerti 9 9
Total 11 11

Dari total jumlah 11 responden, semuanya menyatakan minat untuk


terlibat dalam penjaminan emisi Efek Beragun Aset.
6) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 7 mengenai kesiapan Sumber Daya
Manusia yang kompeten untuk terlibat dalam proses Efek Beragun
Aset:

Pengetahuan EBA * Punya SDM kompeten Crosstabulation

Count
Punya SDM kompeten
ya belum Total
Pengetahuan sangat familiar 2 2
EBA mengerti 5 4 9
Total 7 4 11

Dari 2 responden yang sangat familiar tentang pengetahuan Efek


Beragun Aset, kedua-duanya menyatakan responden sudah mempunyai
SDM yang kompeten untuk terlibat dalam proses Efek Beragun Aset.
Sedangkan dari 9 responden yang mengerti tentang Efek Beragun Aset, 5

74
responden menyatakan sudah mempunyai SDM yang kompeten untuk
terlibat dalam proses Efek Beragun Aset dan 4 responden lagi menyatakan
belum mempunyai SDM yang kompeten. Total responden keseluruhan
adalah 11 responden.

Perusahaan yang belum mempunyai SDM yang kompeten


menyatakan langkah yang akan dilakukan perusahaan terhadap SDM
berkaitan dengan proses Efek Beragun Aset sebagai berikut:

Pengetahuan EBA * Rencana kembang SDM Crosstabulation

Count
Rencana
kembang
SDM
training EBA Total
Pengetahuan EBA mengerti 4 4
Total 4 4

Dari 4 responden, semuanya menyatakan bahwa akan


mengembangkan SDM yang dimiliki agar siap menangani proses Efek
Beragun Aset melalui training.
7) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 8 mengenai ketentuan Efek Beragun
Aset yang sudah ada:

Pengetahuan EBA * Pendapat ketentuan EBA Crosstabulation

Count

Pendapat ketentuan EBA


sudah kurang
memadai memadai Total
Pengetahuan sangat familiar 2 2
EBA mengerti 3 6 9
Total 3 8 11

Dari 2 responden yang sangat familiar tentang pengetahuan Efek


Beragun Aset, kedua-duanya berpendapat bahwa ketentuan Efek Beragun
Aset kurang memadai saat ini. Sedangkan dari 9 responden yang mengerti
tentang Efek Beragun Aset, 3 responden berpendapat bahwa ketentuan

75
Efek Beragun Aset sekarang sudah memadai dan 6 responden lagi
menyatakan belum. Total responden keseluruhan adalah 11 responden.

Solusi yang disampaikan responden yang menyatakan ketentuan


Efek Beragun Aset kurang memadai mayoritas menyatakan perlunya
tambahan peraturan oleh institusi yang berwenang.

Pengetahuan EBA * Kurang memadai Crosstabulation

Count
Kurang
memadai
perlu
tambahan Total
Pengetahuan sangat familiar 1 1
EBA mengerti 6 6
Total 7 7

Dari total jumlah 7 responden, 1 responden (14,29%) sangat familiar


tentang Efek Beragun Aset, sedangkan 6 lainnya (85,71%) mengerti
tentang Efek Beragun Aset. Kesemua responden tersebut menyatakan
bahwa ketentuan Efek Beragun Aset kurang mamadai sehingga perlu
adanya penambahan peraturan oleh institusi yang berwenang.
8) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 9 mengenai tipe/bentuk penjaminan
yang sebaiknya dilakukan:

Pengetahuan EBA * Tipe penjaminan Crosstabulation

Count
Tipe penjaminan
full best effort stand by
commitment commitment commitment lainnya Total
Pengetahuan sangat familia 1 1 2
EBA mengerti 4 2 1 2 9
Total 5 3 1 2 11

Dari total jumlah 11 responden, 5 responden menyatakan bahwa jenis


penjaminan sebaiknya dilakukan dengan full commitment, 3 responden
menyatakan penjaminan secara best effort, 1 responden menyatakan

76
penjaminan dengan stand by commitment dan 2 responden menyatakan
jenis penjaminan lainnya.
9) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 10 mengenai keharusan instrument
Efek Beragun Aset terdaftar di bursa efek:

Pengetahuan EBA * Instrumen EBA ada di BE Crosstabulation

Count
Instrumen EBA ada di
BE
ya tidak Total
Pengetahuan sangat familiar 1 1 2
EBA mengerti 6 3 9
Total 7 4 11

Dari 2 responden yang sangat familiar tentang pengetahuan Efek


Beragun Aset, 1 responden menyatakan bahwa instrumen Efek Beragun
Aset perlu terdaftar di Bursa Efek dan 1 responden lainnya menyatakan
tidak perlu. Sedangkan dari 9 responden yang mengerti tentang Efek
Beragun Aset, 6 responden menyatakan bahwa instrumen Efek Beragun
Aset perlu terdaftar di Bursa Efek dan 3 responden lainnya menyatakan
tidak perlu. Total responden keseluruhan adalah 11 PEE.
10) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 11 mengenai kendala yang
menyebabkan proses penerbitan Efek Beragun Aset di Indonesia
belum ada sampai saat ini:
Urutan-1
Pengetahuan EBA * kendala EBA-1 Crosstabulation

Count
kendala EBA-1
ketentuan pemahaman
EBA EBA lainnya Total
Pengetahuan sangat familiar 2 2
EBA mengerti 3 5 1 9
Total 3 5 3 11

2 responden yang sangat familiar tentang Efek Beragun Aset


menyatakan bahwa yang menjadi kendala belum ada Efek Beragun Aset di
Indonesia karena faktor lain-lain. Sedangkan 9 responden yang mengerti

77
Efek Beragun Aset, 3 responden menyatakan bahwa kendala yang
menyebabkan proses penerbitan Efek Beragun Aset di Indonesia belum
ada sampai saat ini karena ketentuan Efek Beragun Aset masih kurang, 5
responden menyatakan karena pemahaman Efek Beragun Aset yang masih
kurang dan 1 responden menyatakan karena lainnya. Dengan demikian,
dari total jumlah 11 responden, menyatakan kendala urutan pertama
penerbitan Efek Beragun Aset di Indonesia adalah karena ketentuan Efek
Beragun Aset masih kurang sebanyak 3 repsonden (27,27%), karena
kurangnya pemahaman tentang Efek Beragun Aset 5 responden (45,46%),
dan 3 responden (27,27%) menyatakan karena alasan lainnya.
Urutan-2

Pengetahuan EBA * kendala EBA-2 Crosstabulation

Count
kendala
EBA-2
pemahaman
EBA Total
Pengetahuan EBA mengerti 2 2
Total 2 2

Responden yang memberikan alasan ke dua sebanyak 2 responden


yaitu karena kurangnya pemahaman tentang Efek Beragun Aset itu sendiri.
11) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 12 mengenai resiko yang akan
dihadapi pada proses penerbitan Efek Beragun Aset dengan skala
prioritas:
Urutan-1

Pengetahuan EBA * Resiko potensial terbit EBA-1 Crosstabulation

Count
Resiko potensial terbit EBA-1
tuntutan gagal
hukum default penawaran Total
Pengetahuan sangat familiar 2 2
EBA mengerti 3 2 4 9
Total 3 4 4 11

78
2 responden yang sangat familiar dengan Efek Beragun Aset
menyatakan bahwa resiko gagal bayar (default) sebagai resiko utama yang
akan dihadapi dalam proses penerbitan Efek Beragun Aset. Sedangkan 9
responden yang mengerti tentang Efek Beragun Aset, 3 responden
menyatakan bahwa resiko utama yang akan dihadapi pada proses
penerbitan Efek Beragun Aset adalah tuntutan hukum, 2 responden
menyatakan resiko default dan, 4 responden lagi menyatakan resiko
kegagalan dalam penawaran Efek Beragun Aset kepada masyarakat.
Urutan-2

Pengetahuan EBA * Resiko potensial terbit EBA-2 Crosstabulation

Count
Resiko potensial terbit EBA-2
tuntutan gagal pengembo
hukum default penawaran san aset lainnya Total
Pengetahua sangat famili 1 1 2
EBA mengerti 1 4 1 2 8
Total 1 4 1 3 1 10

Dari total jumlah 10 responden, 2 responden (20%) yang sangat


familiar dengan Efek Beragun Aset, sedangkan 8 lainnya (80%) mengerti
tentang Efek Beragun Aset. Untuk urutan ke dua berdasarkan jumlah
tersebut, 1 responden (10%) menyatakan bahwa resiko yang akan dihadapi
pada proses penerbitan Efek Beragun Aset adalah tuntutan hukum, 4
responden (40%) menyatakan resiko default, 1 responden (10%)
menyatakan resiko gagal penawaran, 3 (30%) responden menyatakan
adanya resiko pengembosan aset dan 1 responden (10%) menyatakan
resiko lainnya.

79
Urutan-3

Pengetahuan EBA * Resiko potensial terbit EBA-3 Crosstabulation

Count
Resiko potensial terbit EBA-3
tuntutan gagal pengembo
hukum default penawaran san aset Total
Pengetahuan sangat familiar 1 1
EBA mengerti 2 2 2 2 8
Total 2 2 3 2 9

Jumlah responden yang memberikan resiko urutan ke tiga sebanyak


9 PEE, 1 responden (11,11%) sangat familiar tentang Efek Beragun Aset,
sedangkan 8 lainnya (88,89%) mengerti tentang Efek Beragun Aset.
Berdasarkan jumlah tersebut, 2 responden menyatakan bahwa resiko yang
akan dihadapi pada proses penerbitan Efek Beragun Aset adalah tuntutan
hukum, 2 responden menyatakan resiko default, 3 responden menyatakan
resiko gagal penawaran dan, 2 responden menyatakan adanya resiko
penggembosan aset.
Urutan-4

Pengetahuan EBA * Resiko potensial terbit EBA-4 Crosstabulation

Count
Resiko potensial terbit EBA-4
tuntutan gagal pengembo
hukum penawaran san aset lainnya Total
Pengetahuan sangat familiar 1 1
EBA mengerti 1 2 3 1 7
Total 2 2 3 1 8

Dari total jumlah 8 responden yang memberikan pendapat tentang


resiko urutan ke empat, 1 responden (12,5%) sangat familiar tentang Efek
Beragun Aset, sedangkan 8 lainnya (87,5%) mengerti tentang Efek Beragun
Aset. Berdasarkan jumlah tersebut, 2 responden menyatakan bahwa resiko
yang akan dihadapi pada proses penerbitan Efek Beragun Aset adalah
tuntutan hukum, 2 responden menyatakan resiko gagal penawaran, 3

80
responden menyatakan adanya resiko pengembosan aset dan, 1
responden menyatakan resiko lainya.

c. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Pemeringkat Efek

Berdasarkan masukan dari 2 (dua) perusahaan pemeringkat efek


informasi yang didapat adalah keduanya sangat familiar dan mengerti
tentang Efek Beragun Aset, tahu sebagian akan syarat-syarat penerbitan
Efek Beragun Aset, tahu akan prosedur pemeringkatan Efek Beragun Aset,
telah mempersiapkan prosedur pemeringkatan Efek Beragun Aset sesuai
dengan standar yang berlaku umum, Efek Beragun Aset dapat dilakukan
secara independen sehingga mencerminkan kondisi peringkat Efek Beragun
Aset tanpa ada pengaturan tentang prosedur oleh suatu institusi terkait,
lama jangka waktu yang diperlukan dalam proses pemeringkatan Efek
Beragun Aset berkisar antara 1 sampai dengan 2 bulan, pemeringkatan
Efek Beragun Aset dapat dilakukan secara independen sehingga benar-
benar akan mencerminkan kondisi peringkat Efek Beragun Aset tanpa ada
pengaturan tentang prosedur oleh suatu institusi terkait, perlu konfirmasi
tentang keabsahan dokumen berkaitan dengan proses pemeringkatan Efek
Beragun Aset. Informasi lainnya adalah sebagai berikut:
1) porsi pembagian kelas-kelas dalam Efek Beragun Aset sebaiknya ada
pedoman yang mengatur dan disesuaikan dengan kemauan Manajer
Investasi;
2) peraturan Bapepam yang berkaitan dengan penerbitan Efek Beragun
Aset memerlukan adanya tambahan peraturan baru dan perubahan
terhadap peraturan yang sudah ada; dan
3) resiko yang paling mungkin terjadi dalam penerbitan Efek Beragun
Aset adalah kelengkapan dan validitas data pendukung serta
kecukupan prosedur untuk mendeteksi kesalahan/ penyimpangan.

81
d. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Originator

Yang dijadikan target populasi responden meliputi Lembaga


Perbankan dan Lembaga Keuangan Non Bank. Dari sejumlah kuisioner
yang disebarkan hanya ada 6 responden yang salah satu diantaranya
merupakan lembaga keuangan non bank. Dari ke enam responden
tersebut, 5 responden menyatakan memahami Efek Beragun Aset, dan 1
responden yang menyatakan belum paham tentang Efek Beragun Aset.
Berikut hasil tabulasi dari 13 pertanyaan, dengan pertanyaan sentral adalah
pertanyaan nomor 1 yang berkaitan dengan tingkat pemahaman responden
tentang Efek Beragun Aset.
1) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 2, besar jumlah Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) yang telah disalurkan kepada nasabah (jika ada):

Paham EBA * Besar KPR Nasabah Crosstabulation

Count
Besar KPR Nasabah
>100 milyar >500 milyar
- 500 milyar - 1 triliun >1 triliun Total
Paham sudah 3 2 5
EBA belum 1 1
Total 1 3 2 6

Satu-satunya responden yang belum memahami Efek Beragun Aset


menyatakan bahwa lembaga tersebut telah menyalurkan KPR pada kisaran
Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah) hingga Rp500.000.000.000,-
(lima ratus miliar rupiah). Sedangkan responden yang telah paham tentang
Efek Beragun Aset, 3 diantaranya menyalurkan KPR pada kisaran antara
Rp500.000.000.000,- (lima ratus miliar rupiah) hingga
Rp1.000.000.000.000,- (satu triliun rupiah), dan 2 responden telah
menyalurkan KPR lebih dari Rp1.000.000.000.000,- (satu triliun rupiah).
2) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 3 tentang jumlah tagihan kartu kredit
(jika ada):

82
Paham EBA * Besar Kredit KK Crosstabulation

Count
Besar Kredit KK
>50 milyar - >100 milyar
100 milyar - 500 milyar >500 milyar Total
Paham sudah 1 3 4
EBA belum 1 1
Total 1 1 3 5

Responden yang belum memahami Efek Beragun Aset mempunyai


tagihan kartu kredit pada kisaran antara Rp50.000.000.000,- (lima puluh
miliar rupiah) hingga Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah). Salah
satu responden yang telah memahami tidak mempunyai tagihan kartu kredit
karena merupakan lembaga keuangan non bank. 1 responden mempunyai
tagihan kartu kredit antara Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah)
hingga Rp500.000.000.000,- (lima ratus miliar rupiah) dan 3 responden
lainnya menyatakan mempunyai tagihan kartu kredit lebih dari
Rp500.000.000.000,- (lima ratus miliar rupiah).
3) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 4 tentang jumlah Kredit Pemilikan
Kendaraan (KPK) yang telah disalurkan kepada nasabah (jika ada):

Paham EBA * Besar KPK Nasabah Crosstabulation

Count
Besar KPK Nasabah
>500 milyar
100 milyar - 1 triliun >1 triliun Total
Paham sudah 2 2 4
EBA belum 1 1
Total 1 2 2 5

Salah satu responden tidak menjawab pertanyaan nomor 4 yang


kemungkinan karena tidak menyalurkan KPK. Responden yang belum
memahami Efek Beragun Aset menyalurkan sebesar sampai dengan
Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah), sedangkan 2 diantara
responden yang memahami Efek Beragun Aset menyalurkan KPK antara
Rp500.000.000.000,- (lima ratus miliar rupiah) hingga

83
Rp1.000.000.000.000,- (satu triliun rupiah) dan 2 lainnya mempunyai KPK di
atas Rp1.000.000.000.000,- (satu triliun rupiah).
4) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 5 tentang kemungkinan rencana
untuk menjual tagihannya kepada Manajer Investasi untuk dikelola
sebagai produk Efek Beragun Aset:
Paham EBA * Rencana Jual Aset Crosstabulation

Count
Rencana Jual Aset
ya tidak Total
Paham sudah 2 3 5
EBA belum 1 1
Total 2 4 6

2 responden yang telah memahami Efek Beragun Aset mempunyai


rencana untuk menjual tagihan-tagihannya kepada Manajer Investasi dan 4
responden belum merencanakan untuk menjualnya.
5) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 6 tentang besarnya tagihan KPR
yang siap dialihkan kepada Manajer Investasi untuk dikelola menjadi
Efek Beragun Aset:

Paham EBA * Besar KPR MI Crosstabulation

Count
Besar KPR
MI
>500 milyar Total
Paham EBA sudah 1 1
Total 1 1

Hanya 1 responden (yang telah memahami Efek Beragun Aset) yang


menyatakan siap untuk mengalihkan tagihan KPR-nya dengan nilai di atas
Rp500.000.000.000,- (lima ratus miliar rupiah).
6) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 7 tentang besar tagihan kartu kredit
yang siap dialihkan kepada Manajer Investasi untuk dikelola menjadi
Efek Beragun Aset:

84
Paham EBA * Besar KK - MI Crosstabulation

Count
Besar KK -
MI
>500 milyar Total
Paham EBA sudah 1 1
Total 1 1

Hanya 1 responden (yang telah memahami Efek Beragun Aset) yang


menyatakan siap untuk mengalihkan tagihan kartu kreditnya dengan nilai di
atas Rp500.000.000.000,- (lima ratus miliar rupiah).
7) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 9 tentang keuntungan yang paling
diharapkan dari penjualan aset keuangan (tagihan):

Paham EBA * Keuntungan Jual Aset Crosstabulation

Count
Keuntungan Jual Aset
dapat
likuiditas kurang durasi Total
Paham sudah 2 1 3
EBA belum 1 1
Total 3 1 4

Dari total jumlah 4 responden, 3 responden telah memahami Efek


Beragun Aset sedangkan 1 responden belum. Berdasarkan jumlah tersebut,
3 responden mendapatkan likuiditas lebih awal dalam penjualan aset kredit,
1 responden memperoleh keuntungan mengurangi durasi aset dari
penjualan aset kredit.
8) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 10, Kendala yang dihadapi untuk
menjual aset keuangan kepada Manajer Investasi untuk dikelola dalam
bentuk Efek Beragun Aset. (jika jawaban lebih dari satu, beri nomor
urut sesuai tingkat kendalanya):

85
Kendala.1

Paham EBA * Kendala kelola aset-1 Crosstabulation

Count
Kendala kelola aset-1
harus buka penyalahguna
dokumen an dokumen lainnya Total
Paham sudah 1 1 1 3
EBA belum 1 1
Total 1 2 1 4

Dari total jumlah 4 responden, 3 responden telah memahami Efek


Beragun Aset sedangkan 1 responden belum. Berdasarkan jumlah tersebut,
1 responden memilih adanya keharusan untuk membuka dokumen
nasabah, 2 responden memilih kekhawatiran dokumen nasabah
disalahgunakan pihak lain, 1 responden memilih lainnya memenuhi syarat
kendala 1.
Kendala.2

Paham EBA * Kendala kelola aset-2 Crosstabulation

Count
Kendala
kelola
aset-2
lainnya Total
Paham EBA sudah 1 1
Total 1 1

Dari total jumlah 1 responden, 1 responden telah memahami Efek


Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut, 1 responden memilih memilih
lainnya memenuhi syarat kendala 2.
9) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 11, kriteria aset keuangan Kredit
Pemilikan Rumah yang siap dijual kepada pengelola Efek Beragun
Aset:

86
Paham EBA * KPR siap jual Crosstabulation

Count
KPR siap jual
Gab kredit
kredit lancar macet Total
Paham sudah 1 1 2
EBA belum 1 1
Total 1 2 3

Dari total jumlah 3 responden, 2 responden telah memahami Efek


Beragun Aset sedangkan 1 responden belum. Berdasarkan jumlah tersebut,
1 responden memilih kredit lancar sebagai kreteria aset keuangan KPR
yang siap dijual kepada pengelola Efek Beragun Aset, 1 responden memilih
gabungan kredit macet dan kredit lancar sebagai kriteria aset keuangan
KPR yang siap dijual kepada pengelola Efek Beragun Aset.
10) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 12, kriteria aset keuangan Kredit
Pemilikan Kendaraan yang siap dijual kepada pengelola Efek Beragun
Aset:

Paham EBA * KPK siap jual Crosstabulation

Count
KPK siap
jual
Gab kredit
macet Total
Paham sudah 1 1
EBA belum 1 1
Total 2 2

Dari total jumlah 2 responden, 1 responden telah memahami Efek


Beragun Aset sedangkan 1 responden belum. Berdasarkan jumlah tersebut,
2 responden memilih gabungan kredit macet dan kredit lancar sebagai
kriteria aset keuangan KPK yang siap dijual kepada pengelola Efek
Beragun Aset.
11) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 13, kriteria aset keuangan berupa
tagihan kartu kredit yang siap dijual kepada pengelola Efek Beragun
Aset:

87
Paham EBA * KK siap jual Crosstabulation

Count
KK siap jual
Gab kredit
kredit lancar macet Total
Paham sudah 1 1 2
EBA belum 1 1
Total 1 2 3

Dari total jumlah 3 responden, 2 responden telah memahami Efek


Beragun Aset sedangkan 1 responden belum. Berdasarkan jumlah tersebut,
1 responden memilih KPR yang siap dijual kepada pengelola Efek Beragun
Aset adalah kredit lancar, 2 responden memilih KPR yang siap dijual
kepada pengelola Efek Beragun Aset adalah gabungan kredit macet dan
kredit lancar.

e. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Investor Institusi

Dengan mengingat bahwasanya instrumen Efek Beragun Aset lebih


ditujukan kepada sophisticated investors, maka target populasi responden
diambil secara sampling dari beberapa kelompok investor institusi yang
potensial meliputi dana pensiun, asuransi, dan reksa dana. Pertanyaan
nomor 1 mengenai pemahaman calon investor tentang Efek Beragun Aset
yang dijadikan pertanyaan sentral dari 10 pertanyaan dalam kuisioner yang
disampaikan. Dari total jumlah 9 responden, 5 responden (55,56%) sudah
memahami tentang Efek Beragun Aset, sedangkan 4 lainnya (44,44%)
belum memahami tentang Efek Beragun Aset.
1) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 2, besar dana yang dikelola oleh
lembaga Saudara per Juli 2003:

88
Pengetahuan EBA * Dana yang dikelola Crosstabulation

Count
Dana yang dikelola
Rp.100 miliar
s/d Rp 500 Diatas 4
miliar triliun Total
Pengetahuan sudah 5 5
EBA belum 3 1 4
Total 3 6 9

Ke lima responden yang memahami tentang Efek Beragun Aset


mempunyai dana kelolaan di atas Rp5.000.000.000.000,- (5 triliun rupiah).
Sedangkan responden yang belum memahami Efek Beragun Aset, 3
diantaranya mempunyai dana berkisar antara Rp100.000.000.000,- (seratus
miliar rupiah) hingga Rp500.000.000.000,- (lima ratus miliar rupiah) dan 1
responden mengelola dana di atas Rp5.000.000.000.000,- (5 triliun rupiah).
2) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 3, apakah pengurus perusahaan
Saudara telah mempunyai pengetahuan yang memadai tentang Efek
Beragun Aset:
Pengetahuan EBA * Punya pengetahuan EBA Crosstabulation

Count
Punya pengetahuan
EBA
sudah belum Total
Pengetahuan sudah 4 1 5
EBA belum 4 4
Total 4 5 9

Dari 5 responden yang sudah mempunyai pengetahuan tentang Efek


Beragun Aset, 4 pengurusnya sudah memahami Efek Beragun Aset dan 1
yang belum. Sedangkan dari 4 responden yang belum mengetahui tentang
Efek Beragun Aset, semuanya menyatakan belum tahu tentang Efek
Beragun Aset. Total responden keseluruhan adalah 9 responden.
3) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 4, sumber informasi tentang Efek
Beragun Aset:

89
Pengetahuan EBA * Sumber pengetahuan EBA Crosstabulation

Count
Sumber pengetahuan EBA
universitas
Buku-buku atau kursus
media cetak keuangan keuangan lainnya Total
Pengetahuan sudah 1 1 3 5
EBA belum 1 3 4
Total 1 1 1 6 9

Dari 9 responden menjawab cukup bervariasi, 1 responden


menyatakan pengetahuan tentang Efek Beragun Aset diperoleh dari media
cetak, 1 responden dari buku-buku keuangan, 1 responden dari universitas
atau kursus keuangan dan 6 responden lagi menyatakan diperoleh dari
sumber lain-lain.
4) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 5, apakah Efek Beragun Aset
merupakan sarana investasi yang aman dan menguntungkan untuk
saat ini:
Pengetahuan EBA * Sarana investasi aman Crosstabulation

Count

Sarana investasi aman


ya ragu-ragu Total
Pengetahuan sudah 1 4 5
EBA belum 4 4
Total 1 8 9

Dari 5 responden yang sudah mempunyai pengetahuan tentang Efek


Beragun Aset, 1 responden menyatakan setuju bahwa Efek Beragun Aset
merupakan sarana investasi yang aman dan menguntungkan, sedangkan 4
responden lainnya ragu-ragu. Dari 4 responden yang belum mengetahui
tentang Efek Beragun Aset, semuanya menyatakan ragu-ragu. Total
responden keseluruhan adalah 9 responden.
5) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 6, dana yang mungkin akan
disalurkan untuk berinvestasi dalam Efek Beragun Aset:

90
Pengetahuan EBA * Dana yang disalurkan investasi EBA Crosstabulation

Count
Dana yang disalurkan investasi EBA
Rp.10 miliar Diatas Rp
s/d Rp 25 25 miliar s/d Diatas Rp
miliar Rp 50 miliar 100 miliar Total
Pengetahuan sudah 2 2 1 5
EBA belum 1 2 1 4
Total 3 4 2 9

Dari total jumlah 9 responden, 5 responden (55,56%) sudah


memahami tentang Efek Beragun Aset, sedangkan 4 lainnya (44,44%)
belum memahami tentang Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut,
3 responden menyatakan bahwa dana yang disalurkan untuk investasi Efek
Beragun Aset antara Rp10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) sampai
dengan Rp25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar rupiah), 4 responden
antara Rp25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar rupiah) sampai dengan
Rp50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah), dan 2 responden lagi di atas
Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah).
6) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 7, jenis Efek Beragun Aset yang
paling diterima untuk sarana investasi saat ini:
Jenis prioritas-1
Pengetahuan EBA * Jenis portofolio sarana investasi-1 Crosstabulation

Count
Jenis portofolio sarana investasi-1
Tagihan KPR Tagihan SGU lainnya Total
Pengetahuan sudah 4 1 5
EBA belum 2 1 1 4
Total 6 1 2 9

Dari total jumlah 9 responden, 5 responden (55,56%) sudah


memahami tentang Efek Beragun Aset, sedangkan 4 lainnya (44,44%)
belum memahami tentang Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut,
6 responden menyatakan bahwa jenis Efek Beragun Aset yang paling
diterima untuk sarana investasi saat ini adalah dalam bentuk tagihan KPR, 1

91
responden menyatakan dalam bentuk tagihan Sewa Guna Usaha (SGU)
dan, 2 responden lagi menyatakan dalam bentuk lainnya.
Jenis prioritas-2
Pengetahuan EBA * Jenis portofolio sarana
investasi-2 Crosstabulation

Count
Jenis
portofolio
sarana
investasi-2
Tagihan KPK Total
Pengetahuan sudah 2 2
EBA belum 1 1
Total 3 3

Dari total jumlah 3 responden, 2 responden (66,67%) sudah


memahami tentang Efek Beragun Aset, sedangkan 1 lainnya (33,33%)
belum memahami tentang Efek Beragun Aset. Kesemua responden
tersebut menyatakan bahwa jenis Efek Beragun Aset dengan portofolio
sarana investasi adalah dalam bentuk tagihan Kredit Pemilikan Kendaraan
(KPK).
Jenis prioritas-3
Pengetahuan EBA * Jenis portofolio sarana
investasi-3 Crosstabulation

Count
Jenis
portofolio
sarana
investasi-3
Tagihan KK Total
Pengetahuan EBA sudah 1 1
Total 1 1

Dari 1 responden yang mengerti tentang Efek Beragun Aset,


menyatakan bahwa jenis Efek Beragun Aset dengan portofolio sarana
investasinya adalah dalam bentuk tagihan Kartu Kredit.
7) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 8, pertimbangan utama dalam melihat
Efek Beragun Aset sebagai sarana investasi:

92
Pertimbangan -1

Pengetahuan EBA * Pertimbangan EBA sarana investasi-1 Crosstabulation

Count
Pertimbangan EBA sarana investasi-1
tingkat diversifikasi
keuntunganperingkat EBA investasi lainnya Total
Pengetahuan sudah 3 1 1 5
EBA belum 1 1 1 1 4
Total 4 2 2 1 9

Dari total jumlah 9 responden, 5 responden (55,56%) sudah


memahami tentang Efek Beragun Aset, sedangkan 4 lainnya (44,44%)
belum memahami tentang Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut,
4 responden menyatakan bahwa pertimbangan utama dalam melihat Efek
Beragun Aset sebagai sarana investasi adalah berdasarkan tingkat
keuntungan, 2 responden menjawab berdasarkan peringkat Efek Beragun
Aset, 2 responden berdasarkan diversifikasi investasi, dan 1 responden lagi
berdasarkan hal lainnya.
Pertimbangan -2

Pengetahuan EBA * Pertimbangan EBA sarana investasi-2 Crosstabulation

Count
Pertimbangan EBA sarana investasi-2
tingkat credit diversifikasi
keuntunganperingkat EBAenhancement investasi Total
Pengetahua sudah 1 1 1 3
EBA belum 1 1 1 3
Total 2 2 1 1 6

Dari total jumlah 6 responden, 3 responden (50%) sudah memahami


tentang Efek Beragun Aset, sedangkan 3 lainnya (50%) belum memahami
tentang Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut, 2 responden
menyatakan bahwa pertimbangan utama dalam melihat Efek Beragun Aset
sebagai sarana investasi adalah berdasarkan tingkat keuntungan, 2
responden berdasarkan peringkat Efek Beragun Aset, 1 responden

93
berdasarkan credit enhancement dan, 1 responden berdasarkan
diversifikasi investasi.
Pertimbangan -3

engetahuan EBA * Pertimbangan EBA sarana investasi-3 Crosstabulatio

Count
Pertimbangan EBA sarana investasi-3
tingkat diversifikasi
keuntungan peringkat EBA investasi Total
Pengetahuan sudah 2 2
EBA belum 1 1 1 3
Total 1 1 3 5

Dari total jumlah 5 responden, 2 responden (40%) sudah memahami


tentang Efek Beragun Aset, sedangkan 3 lainnya (60%) belum memahami
tentang Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut, 1 responden
menyatakan bahwa pertimbangan utama dalam melihat Efek Beragun Aset
sebagai sarana investasi adalah berdasarkan tingkat keuntungan, 1
responden berdasarkan peringkat Efek Beragun Aset dan, 3 responden
berdasarkan diversifikasi investasi.
Pertimbangan -4

Pengetahuan EBA * Pertimbangan EBA sarana investasi-4


Crosstabulation

Count
Pertimbangan EBA sarana
investasi-4
credit diversifikasi
enhancement investasi Total
Pengetahuan EBA belum 1 1 2
Total 1 1 2

Dari 2 responden yang belum mengerti tentang Efek Beragun Aset, 1


responden menyatakan bahwa pertimbangan utama dalam melihat Efek
Beragun Aset sebagai sarana investasi adalah berdasarkan credit
enhancement dan, 1 responden lagi berdasarkan diversifikasi investasi.

94
8) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 9, pernahkah perusahaan Saudara
dihubungi oleh Manajer Investasi untuk berinvestasi dalam Efek
Beragun Aset:

Pengetahuan EBA * Pernah dihubungi MI Crosstabulation

Count
Pernah
dihubungi MI
belum Total
Pengetahuan sudah 5 5
EBA belum 4 4
Total 9 9

Seluruh responden menyatakan bahwa mereka belum pernah


dihubungi oleh Manajer Investasi untuk berinvestasi pada Efek Beragun
Aset.
9) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 10, jenis Efek Beragun Aset yang
paling sesuai dengan rencana investasi lembaga:

Pengetahuan EBA * Jenis EBA paling sesuai Crosstabulation

Count
Jenis EBA
paling sesuai
arus kas tetap Total
Pengetahuan sudah 5 5
EBA belum 4 4
Total 9 9

Seluruh responden menyatakan bahwa jenis Efek Beragun Aset yang


paling sesuai dengan rencana investasi lembaga mereka adalah Efek
Beragun Aset Arus Kas Tetap.

f. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Manajer Investasi

Dari 26 kuisioner yang dikembalikan kepada tim, 1 responden tidak


mengisi seluruh pertanyaan dan 1 responden tidak mengisi secara lengkap
pertanyaan yang ditanyakan. Berikut adalah ringkasan tabulasi dari 16

95
pertanyaan dengan pertanyaan sentral adalah pertanyaan nomor 1 yaitu
rencana kesanggupan perusahaan untuk menerbitkan Efek Beragun Aset.
1) Analisis pertanyaan nomor 2 mengenai kendala utama yang dihadapi
dalam rencana pengelolaan Efek Beragun Aset berdasarkan skala
prioritas:
Analisis output 1

Terbit EBA * Kendala 1 Crosstabulation

Count
Kendala 1
perangkat perpajakan standar
peraturan EBA akuntansi SDM MKBD Total
Terbit ya 4 1 3 1 1 10
EBA tidak 6 5 1 2 14
Total 10 6 3 2 3 24

Dari total jumlah 24 responden, 10 responden (41,67%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 14 lainnya
(58,33%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 10 responden menempatkan
perangkat peraturan yang belum memadai, 6 responden menempatkan
peraturan perpajakan tidak kondusif, 3 responden menempatkan standar
akuntansi sekuritisasi aset belum memadai, 2 responden menempatkan
ketidak siapan Sumber Daya Manusia, dan 3 responden menempatkan
MKBD tidak memenuhi syarat sebagai kendala prioritas 1.
Analisis output 2

Terbit EBA * Kendala 2 Crosstabulation

Count
Kendala 2
perangkat perpajakan standar
peraturan EBA akuntansi SDM MKBD Total
Terbit ya 2 2 2 6
EBA tidak 4 5 2 2 13
Total 6 7 2 2 2 19

Dari total jumlah 19 responden, 6 responden (31,59%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 13 lainnya
(68,41%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 6 responden menempatkan
96
perangkat peraturan yang belum memadai, 7 responden menempatkan
peraturan perpajakan tidak kondusif, 2 responden menempatkan ketidak
siapan Sumber Daya Manusia,2 responden menempatkan standar
akuntansi sekuritisasi aset belum memadai, dan 2 responden menempatkan
MKBD tidak memenuhi syarat sebagai kendala prioritas 2.
Analisis output 3

Terbit EBA * Kendala 3 Crosstabulation

Count
Kendala 3
perpajakan standar
EBA akuntansi SDM Total
Terbit ya 1 2 1 4
EBA tidak 7 1 8
Total 1 9 2 12

Dari total jumlah 12 responden, 4 responden (33,33%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 8 lainnya
(66,67%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan
peraturan perpajakan tidak kondusif, 9 responden menempatkan standar
akuntansi sekuritisasi aset belum memadai, dan, 2 responden
menempatkan ketidak siapan Sumber Daya Manusia sebagai kendala
prioritas 3.
Analisis output 4

Terbit EBA * Kendala 4 Crosstabulation

Count
Kendala 4
perpajakan standar
EBA akuntansi SDM MKBD Total
Terbit ya 1 1
EBA tidak 1 1 4 1 7
Total 1 1 4 2 8

Dari total jumlah 8 responden, 1 responden (12,50%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 7 lainnya
(87,50%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan

97
peraturan perpajakan tidak kondusif, 1 responden menempatkan standar
akuntansi sekuritisasi aset belum memadai, 4 responden menempatkan
ketidak siapan Sumber Daya Manusia, dan 2 responden menempatkan
MKBD tidak memenuhi syarat sebagai kendala prioritas 4.
Analisis output 5

Terbit EBA * Kendala 5 Crosstabulation

Count
Kendala
5
MKBD Total
Terbit EBA tidak 1 1
Total 1 1

Dari total jumlah 1 responden, 1 responden (100 %) tidak memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah
tersebut 1 responden menempatkan MKBD tidak memenuhi syarat sebagai
kendala prioritas 5.
2) Analisis pertanyaan Nomor 3 mengenai pengetahuan yang memadai
tentang teknis pengelolaan Efek Beragun Aset:

Terbit EBA * Teknis EBA Crosstabulation

Count
Teknis EBA
belum sudah Total
Terbit ya 3 7 10
EBA tidak 11 4 15
Total 14 11 25

Dari 10 MI yang memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun


Aset, 3 MI belum memiliki pengetahuan memadai tentang teknis
pengelolaan Efek Beragun Aset dan 7 lainnya sudah. Sedangkan dari 15 MI
yang tidak memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset, 11 MI
belum memiliki pengetahuan memadai tentang teknis pengelolaan Efek
Beragun Aset dan 4 lainnya sudah. Total responden keseluruhan adalah 25
MI.

98
3) Analisis pertanyaan Nomor 4 mengenai rencana Manajer Investasi
untuk memberikan pelatihan tentang pengelolaan Efek Beragun Aset:

Terbit EBA * Pelatihan WMI Crosstabulation

Count
Pelatihan
WMI
ya Total
Terbit ya 10 10
EBA tidak 14 14
Total 24 24

Dari 10 MI yang memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun


Aset, semuanya menyatakan akan memberikan pelatihan tentang
pengelolaan Efek Beragun Aset. Demikian juga dengan 14 MI yang tidak
memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset, semuanya
menyatakan akan memberikan pelatihan tentang pengelolaan Efek Beragun
Aset. Total responden keseluruhan adalah 24 MI.
4) Analisis pertanyaan Nomor 5 mengenai pihak yang paling tepat dalam
memberikan pelatihan tentang pengelolaan Efek Beragun Aset adalah:
Prioritas-1

Terbit EBA * Pelatihan EBA 1 Crosstabulation

Count
Pelatihan EBA 1
TA DN TA LN LPK DN LPK LN Lainnya Total
Terbit ya 6 2 1 1 10
EBA tidak 6 2 4 3 15
Total 12 2 6 4 1 25

Dari total jumlah 25 responden, 10 responden (40%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 15 lainnya (60%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 12 responden menempatkan tenaga ahli dari
dalam negeri, 2 responden menempatkan tenaga ahli dari pihak afiliasi di
luar negeri, 6 responden menempatkan lembaga pelatihan keuangan dalam
negeri, 4 responden menempatkan lembaga pelatihan keuangan luar negeri
dan 1 responden menempatkan pihak lainnya sebagai pihak prioritas

99
pertama yang paling tepat menyelenggarakan pelatihan pengelolaan Efek
Beragun Aset.
Prioritas-2

Terbit EBA * Pelatihan EBA 2 Crosstabulation

Count
Pelatihan EBA 2
TA DN TA LN LPK DN LPK LN Lainnya Total
Terbit ya 2 1 4 1 8
EBA tidak 2 4 5 11
Total 2 6 6 4 1 19

Dari total jumlah 19 responden, 8 responden (42,10%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 11 lainnya
(57,90%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 2 responden menempatkan
tenaga ahli dari dalam negeri, 6 responden menempatkan tenaga ahli dari
pihak afiliasi di luar negeri, 6 responden menempatkan lembaga pelatihan
keuangan dalam negeri, 4 responden menempatkan lembaga pelatihan
keuangan luar negeri dan 1 responden menempatkan pihak lainnya sebagai
pihak prioritas kedua yang paling tepat menyelenggarakan pelatihan
pengelolaan Efek Beragun Aset.
Prioritas-3

Terbit EBA * Pelatihan EBA 3 Crosstabulation

Count
Pelatihan EBA 3
TA DN TA LN LPK DN LPK LN Lainnya Total
Terbit ya 1 1 2
EBA tidak 1 1 4 1 7
Total 1 1 2 4 1 9

Dari total jumlah 9 responden, 2 responden (22,22%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 7 lainnya
(77,78%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan
tenaga ahli dari dalam negeri, 1 responden menempatkan tenaga ahli dari
pihak afiliasi di luar negeri, 2 responden menempatkan lembaga pelatihan

100
keuangan dalam negeri, 4 responden menempatkan lembaga pelatihan
keuangan luar negeri dan 1 responden menempatkan pihak lainnya sebagai
pihak prioritas ketiga yang paling tepat menyelenggarakan pelatihan
pengelolaan Efek Beragun Aset.
Prioritas-4

Terbit EBA * Pelatihan EBA 4 Crosstabulation

Count
Pelatihan EBA 4
TA DN LPK DN LPK LN Total
Terbit ya 1 1 2
EBA tidak 1 1 1 3
Total 1 2 2 5

Dari total jumlah 5 responden, 2 responden (40%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 3 lainnya (60%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan tenaga ahli dari
dalam negeri, 2 responden menempatkan lembaga pelatihan keuangan
dalam negeri, dan 2 responden menempatkan lembaga pelatihan keuangan
luar negeri sebagai pihak prioritas keempat yang paling tepat
menyelenggarakan pelatihan pengelolaan Efek Beragun Aset.
Prioritas ke-5

Terbit EBA * Pelatihan EBA 5 Crosstabulation

Count
Pelatihan
EBA 5
LPK LN Total
Terbit EBA ya 1 1
Total 1 1

Dari total jumlah 1 responden, 1 responden (100%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut 1
responden menempatkan lembaga pelatihan keuangan luar negeri sebagai
pihak prioritas kelima yang paling tepat menyelenggarakan pelatihan
pengelolaan Efek Beragun Aset.

101
5) Analisis pertanyaan Nomor 6 mengenai permintaan bantuan teknis
kepada MI Asing yang telah punya pengalaman dalam mengelola Efek
Beragun Aset dikaitkan dengan rencana MI terlibat dalam penerbitan
Efek Beragun Aset:

Terbit EBA * MKBD-EBA Crosstabulation

Count
MKBD-EBA
ya dengan
ya afiliasi tidak Total
Terbit ya 5 3 2 10
EBA tidak 2 2 8 12
Total 7 5 10 22

Dari 10 MI yang memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun


Aset dan memenuhi MKBD, 5 MI telah menyatakan “ya”, 3 MI “ya dengan
afiliasi sendiri”, dan 2 MI “tidak” untuk meminta bantuan teknis kepada MI
asing yang telah punya pengalaman dalam mengelola Efek Beragun Aset.
Sedangkan dari 12 MI yang tidak memiliki rencana untuk menerbitkan Efek
Beragun Aset dan telah memenuhi MKBD, 2 MI menyatakan “ya”, 2 MI “ya
dengan afiliasi sendiri”, dan 8 MI “tidak” untuk meminta bantuan teknis
kepada MI asing yang telah punya pengalaman dalam mengelola Efek
Beragun Aset. Total responden keseluruhan adalah 22 MI.
6) Analisis pertanyaan Nomor 7 mengenai pemenuhan ketentuan Modal
Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) sebesar Rp. 25 milyar sesuai
dengan peraturan Bapepam:

Terbit EBA * MKBD-Comit Crosstabulation

Count
MKBD-Comit
ya tidak Total
Terbit ya 3 7 10
EBA tidak 4 10 14
Total 7 17 24

Dari 10 MI yang memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun


Aset, 3 MI telah memenuhi MKBD sebesar Rp.25 milyar sesuai peraturan

102
Bapepam dan 7 MI lainnya belum memenuhi. Sedangkan dari 14 MI yang
tidak memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset, 4 MI telah
memenuhi MKBD sebesar Rp.25 milyar sesuai peraturan Bapepam dan 10
MI lainnya belum memenuhi. Total responden keseluruhan adalah 24 MI.
7) Analisis pertanyaan Nomor 8 mengenai langkah Manajer Investasi
dalam rangka pemenuhan MKBD sesuai dengan persyaratan:

Terbit EBA * Langkah-MKBD Crosstabulation

Count
Langkah-MKBD
tambah
modal pinjam subor No plan lainnya Total
Terbit ya 3 2 2 7
EBA tidak 10 2 12
Total 13 2 2 2 19

Dari 7 MI yang memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun


Aset, 3 MI melakukan langkah penambahan modal, 2 MI melakukan
pinjaman subordinasi, 2 tindakan lainnya untuk memenuhi persyaratan
MKBD. Sedangkan dari 12 MI yang tidak memiliki rencana untuk
menerbitkan Efek Beragun Aset, 10 MI melakukan langkah penambahan
modal, 2 MI tidak ada rencana, 2 tindakan lainnya untuk memenuhi
persyaratan MKBD. Total responden keseluruhan adalah 19 MI.
8) Analisis pertanyaan Nomor 9 mengenai Manajer Investasi pernah
melakukan survey tentang minat investor terhadap Efek Beragun Aset:

Terbit EBA * Investor-EBA Crosstabulation

Count
Investor-EBA
ya tidak Total
Terbit ya 3 7 10
EBA tidak 1 13 14
Total 4 20 24

Dari 10 MI yang memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun


Aset, 3 MI pernah melakukan survey dan 7 lainnya tidak. Sedangkan dari 14
MI yang tidak memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset, 1 MI

103
pernah melakukan survey dan 13 lainnya tidak.Total responden
keseluruhan adalah 24 MI.
9) Analisis pertanyaan Nomor 10 mengenai investor yang paling potensial
menyerap Efek Beragun Aset:
Prioritas-1

Terbit EBA * Potensial-EBA 1 Crosstabulation

Count
Potensial-EBA 1
dana pensiun asuransi reksa dana retail lainnya Total
Terbit ya 6 1 2 1 10
EBA tidak 3 4 5 2 14
Total 9 5 7 2 1 24

Dari total jumlah 24 responden, 10 responden (41,67%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 14 lainnya
(58,33%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 9 responden menempatkan
dana pensiun, 5 responden menempatkan asuransi, 7 responden
menempatkan reksadana, 2 responden menempatkan retail dan 1
responden menempatkan pihak lainnya sebagai pihak prioritas pertama dari
investor yang paling potensial menyerap Efek Beragun Aset .
Prioritas-2

Terbit EBA * Potensial-EBA 2 Crosstabulation

Count
Potensial-EBA 2
dana pensiun asuransi reksa dana retail lainnya Total
Terbit ya 1 1 2 2 4 10
EBA tidak 3 3 6 1 13
Total 4 4 8 3 4 23

Dari total jumlah 23 responden, 10 responden (43,48%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 13 lainnya
(56,52%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 4 responden menempatkan
dana pensiun, 4 responden menempatkan asuransi, 8 responden

104
menempatkan reksadana, 3 responden menempatkan retail dan 4
responden menempatkan pihak lainnya sebagai pihak prioritas kedua dari
investor yang paling potensial menyerap Efek Beragun Aset .
Prioritas-3

Terbit EBA * Potensial-EBA 3 Crosstabulation

Count
Potensial-EBA 3
dana pensiun asuransi reksa dana retail Total
Terbit ya 4 2 1 7
EBA tidak 2 5 2 2 11
Total 2 9 4 3 18

Dari total jumlah 18 responden, 7 responden (38,89%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 11 lainnya
(61,11%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 2 responden menempatkan
dana pensiun, 9 responden menempatkan asuransi, 4 responden
menempatkan reksadana, dan 3 responden menempatkan retail sebagai
pihak prioritas ketiga dari investor yang paling potensial menyerap Efek
Beragun Aset .
Prioritas-4

Terbit EBA * Potensial-EBA 4 Crosstabulation

Count
Potensial-EBA 4
dana pensiun asuransi reksa dana retail lainnya Total
Terbit ya 1 1 2 1 5
EBA tidak 2 1 3 6
Total 3 1 3 3 1 11

Dari total jumlah 11 responden, 5 responden (45,45%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 6 lainnya
(54,55%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 3 responden menempatkan
dana pensiun, 1 responden menempatkan asuransi, 3 responden
menempatkan reksadana, 3 responden menempatkan retail dan 1

105
responden menempatkan pihak lainnya sebagai pihak prioritas keempat dari
investor yang paling potensial menyerap Efek Beragun Aset .

106
Prioritas-5

Count Potensial-EBA 5
Total
retail 3 Lainnya 3
Terbit ya
1 1
tidak
Total 3 1 4

Dari total jumlah 4 responden, 3 responden (75%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 1 lainnya (25%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 3 responden menempatkan retail dan 1
responden menempatkan pihak lainnya sebagai pihak prioritas kelima dari
investor yang paling potensial menyerap Efek Beragun Aset
10) Analisis pertanyaan Nomor 11 mengenai jenis piutang yang paling
memungkinkan untuk dikelola dalam waktu dekat:
Prioritas-1

Terbit EBA * Piutang-EBA 1 Crosstabulation

Count
Piutang-EBA 1
tag kred rum tag kar kred tag kred PK lainnya Total
Terbit ya 1 3 3 3 10
EBA tidak 7 5 3 15
Total 8 8 6 3 25

Dari total jumlah 25 responden, 10 responden (40%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 15 lainnya (60%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 8 responden menempatkan tagihan kredit
penempatan rumah, 8 responden menempatkan tagihan kartu kredit, 6
responden menempatkan tagihan kredit kepemilikan kendaraan, dan 3
responden menempatkan lainnya sebagai pihak prioritas pertama dari jenis
piutang yang paling memungkinkan untuk dikelola dalam bentuk Efek
Beragun Aset dalam waktu dekat.

107
Prioritas-2

Terbit EBA * Piutang-EBA 2 Crosstabulation

Count
Piutang-EBA 2
tag kred rum tag kar kred tag kred PK tag sew GU Total
Terbit ya 2 2 2 2 8
EBA tidak 3 4 7 1 15
Total 5 6 9 3 23

Dari total jumlah 23 responden, 8 responden (34,78%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 15 lainnya
(65,22%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 5 responden menempatkan
tagihan kredit penempatan rumah, 6 responden menempatkan tagihan kartu
kredit, 9 responden menempatkan tagihan kredit kepemilikan kendaraan,
dan 3 responden menempatkan tagihan sewa guna usaha sebagai pihak
prioritas kedua dari jenis piutang yang paling memungkinkan untuk dikelola
dalam bentuk Efek Beragun Aset dalam waktu dekat.
Prioritas-3

Terbit EBA * Piutang-EBA 3 Crosstabulation

Count
Piutang-EBA 3
tag kred rum tag kar kred tag kred PK tag sew GU lainnya Total
Terbit ya 3 1 1 1 1 7
EBA tidak 3 3 4 3 13
Total 6 4 5 4 1 20

Dari total jumlah 20 responden, 7 responden (35%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 13 lainnya (65%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 6 responden menempatkan tagihan kredit
penempatan rumah, 4 responden menempatkan tagihan kartu kredit, 5
responden menempatkan tagihan kredit kepemilikan kendaraan, 4
responden menempatkan tagihan sewa guna usaha, dan 1 responden
menempatkan lainnya sebagai pihak prioritas ketiga dari jenis piutang yang
paling memungkinkan untuk dikelola dalam bentuk Efek Beragun Aset
dalam waktu dekat.
108
Prioritas-4
Terbit EBA * Piutang-EBA 4 Crosstabulation

Count
Piutang-EBA 4
tag kred rum tag kar kred tag sew GU Total
Terbit ya 1 2 3
EBA tidak 2 2 4 8
Total 2 3 6 11

Dari total jumlah 11 responden, 3 responden (27,27%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 8 lainnya
(72,73%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 2 responden menempatkan
tagihan kredit penempatan rumah, 3 responden menempatkan tagihan kartu
kredit, dan 6 responden menempatkan tagihan sewa guna usaha sebagai
pihak prioritas keempat dari jenis piutang yang paling memungkinkan untuk
dikelola dalam bentuk Efek Beragun Aset dalam waktu dekat.
Prioritas-5

Terbit EBA * Piutang-EBA 5 Crosstabulation

Count
Piutang-EBA 5
tag kred PK lainnya Total
Terbit ya 1 1
EBA tidak 1 1
Total 1 1 2

Dari total jumlah 2 responden, 1 responden (50%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 1 lainnya (50%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan tagihan kartu
kredit, dan 1 responden menempatkan lainnya sebagai pihak prioritas
kelima dari jenis piutang yang paling memungkinkan untuk dikelola dalam
bentuk Efek Beragun Aset dalam waktu dekat.
11) Analisis pertanyaan Nomor 12 mengenai originator yang paling
potensial dan siap menjual piutangnya:

109
Prioritas-1

Terbit EBA * Originator Potensial 1 Crosstabulation

Count
Originator Potensial 1
perbankan LPPKB BPPN P_Leasing Total
Terbit ya 7 2 1 10
EBA tidak 11 2 2 15
Total 18 4 2 1 25

Dari total jumlah 25 responden, 10 responden (40%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 15 lainnya (60%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 18 responden menempatkan perbankan, 4
responden menempatkan lembaga pembiayaan pemilikan kendaraan
bermotor, 2 responden menempatkan BPPN, dan 1 responden
menempatkan perusahaan leasing sebagai pihak prioritas pertama dari
originator yang paling potensial dan siap menjual piutangnya.
Prioritas-2

Terbit EBA * Originator Potensial 2 Crosstabulation

Count
Originator Potensial 2
perbankan LPPKB BPPN P_Leasing lainnya Total
Terbit ya 5 3 2 10
EBA tidak 3 4 1 5 13
Total 3 9 1 8 2 23

Dari total jumlah 23 responden, 10 responden (43,48%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 13 lainnya
(56,52%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 3 responden menempatkan
perbankan, 9 responden menempatkan lembaga pembiayaan pemilikan
kendaraan bermotor, 1 responden menempatkan BPPN, 8 responden
menempatkan perusahaan leasing, dan 2 responden menmpatkan lainnya
sebagai pihak prioritas kedua dari originator yang paling potensial dan siap
menjual piutangnya.

110
Prioritas-3

Terbit EBA * Originator Potensial 3 Crosstabulation

Count
Originator Potensial 3
perbankan LPPKB BPPN P_Leasing Total
Terbit ya 1 1 2 2 6
EBA tidak 5 4 9
Total 1 6 2 6 15

Dari total jumlah 15 responden, 6 responden (40%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 9 lainnya (60%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan perbankan, 6
responden menempatkan lembaga pembiayaan pemilikan kendaraan
bermotor, 2 responden menempatkan BPPN, dan 6 responden
menempatkan perusahaan leasing sebagai pihak prioritas ketiga dari
originator yang paling potensial dan siap menjual piutangnya.
Prioritas-4

Terbit EBA * Originator Potensial 4 Crosstabulation

Count
Originator Potensial 4
perbankan LPPKB BPPN P_Leasing Total
Terbit ya 1 1 1 1 4
EBA tidak 1 2 1 4
Total 1 2 3 2 8

Dari total jumlah 8 responden, 4 responden (50%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 4 lainnya (50%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan perbankan, 2
responden menempatkan lembaga pembiayaan pemilikan kendaraan
bermotor, 3 responden menempatkan BPPN, dan 2 responden
menempatkan perusahaan leasing sebagai pihak prioritas keempat dari
originator yang paling potensial dan siap menjual piutangnya.

111
12) Analisis pertanyaan Nomor 13 mengenai lembaga yang paling
potensial memberikan sarana peningkatan kredit (credit enhancement)
untuk aset keuangan Efek Beragun Aset:

Terbit EBA * Lembaga Potensial Crosstabulation

Count
Lembaga Potensial
internal eksternal Total
Terbit ya 5 5 10
EBA tidak 7 7 14
Total 12 12 24

Dari 10 MI yang memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun


Aset, 5 MI menyatakan bahwa lembaga yang paling potensial memberikan
sarana peningkatan kredit untuk aset keuangan Efek Beragun Aset adalah
berasal dari internal dan 5 lainnya berasal dari eksternal. Sedangkan dari 14
MI yang tidak memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset, 7 MI
menyatakan bahwa lembaga yang paling potensial memberikan sarana
peningkatan kredit untuk aset keuangan Efek Beragun Aset adalah berasal
dari internal dan 7 lainnya berasal dari eksternal..Total responden
keseluruhan adalah 24 MI.
13) Analisis pertanyaan Nomor 14 mengenai pihak yang paling diharapkan
untuk memasarkan Efek Beragun Aset yang akan dikelola adalah:

Terbit EBA * Pihak pemasar EBA Crosstabulation

Count
Pihak pemasar EBA
manajer penjamin
investasi emisi efek lainnya Total
Terbit ya 6 3 1 10
EBA tidak 6 6 2 14
Total 12 9 3 24

Dari 10 MI yang memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun


Aset, 6 MI menyatakan bahwa manajer investasi adalah pihak yang paling
dapat diharapkan mampu untuk memasarkan Efek Beragun Aset, 3 MI
menunjuk penjamin emisi efek, dan 1 MI menunjuk lainnya. Sedangkan dari

112
14 MI yang tidak memiliki rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset, 6
MI menyatakan bahwa manajer investasi adalah pihak yang paling dapat
diharapkan mampu untuk memasarkan Efek Beragun Aset, 6 MI menunjuk
penjamin emisi efek, dan 2 MI menunjuk lainnya. Total responden
keseluruhan adalah 24 MI.
14) Analisis pertanyaan Nomor 15 mengenai hal yang menjadi
pertimbangan dalam memilih originator:
Prioritas-1

Terbit EBA * Pertimbangan MI 1 Crosstabulation

Count
Pertimbangan MI 1
jaminan keterbukaan
originator serviser dokumen 5 Total
Terbit ya 7 1 2 10
EBA tidak 12 2 1 15
Total 19 2 2 2 25

Dari total jumlah 25 responden, 10 responden (40%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 15 lainnya (60%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 19 responden mempertimbangkan adanya
jaminan bahwa originator sanggup untuk membeli kembali aset keuangan
jika kondisi yang dijanjikan dalam kontrak tersebut terjadi, 2 responden
mempertimbangkan kesanggupan originator bertindak sebagai serviser, 2
responden mempertimbangkan dapat tidaknya originator memberikan
sarana peningkatan kredit, dan 1 responden mempertimbangkan
kesanggupan originator untuk membuka dokumen dan data nasabah
kepada pihak-pihak terkait seperti MI, lembaga pemeringkat, dan Bank
Kustodian sebagai prioritas pertama untuk MI dalam memilih originator.

113
Prioritas-2

Terbit EBA * Pertimbangan MI 2 Crosstabulation

Count
Pertimbangan MI 2
jaminan peningkatan keterbukaan
originator serviser kredit dokumen Total
Terbit ya 1 4 3 1 9
EBA tidak 7 2 3 12
Total 1 11 5 4 21

Dari total jumlah 21 responden, 9 responden (42,86%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 12 lainnya
(57,14%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden
mempertimbangkan adanya jaminan bahwa originator sanggup untuk
membeli kembali aset keuangan jika kondisi yang dijanjikan dalam kontrak
tersebut terjadi, 11 responden mempertimbangkan kesanggupan originator
bertindak sebagai serviser, 5 responden mempertimbangkan dapat tidaknya
originator memberikan sarana peningkatan kredit, dan 4 responden
mempertimbangkan kesanggupan originator untuk membuka dokumen dan
data nasabah kepada pihak-pihak terkait seperti MI, lembaga pemeringkat,
dan Bank Kustodian sebagai prioritas kedua untuk MI dalam memilih
originator.
Prioritas-3

Terbit EBA * Pertimbangan MI 3 Crosstabulation

Count
Pertimbangan MI 3
peningkatan keterbukaan
serviser kredit dokumen Total
Terbit ya 5 3 8
EBA tidak 1 5 3 9
Total 1 10 6 17

Dari total jumlah 17 responden, 8 responden (47,06%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 9 lainnya
(52,94%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden

114
mempertimbangkan kesanggupan originator bertindak sebagai serviser, 10
responden mempertimbangkan dapat tidaknya originator memberikan
sarana peningkatan kredit, dan 6 responden mempertimbangkan
kesanggupan originator untuk membuka dokumen dan data nasabah
kepada pihak-pihak terkait seperti MI, lembaga pemeringkat, dan Bank
Kustodian sebagai prioritas ketiga untuk MI dalam memilih originator.
Prioritas-4

Terbit EBA * Pertimbangan MI 4 Crosstabulation

Count
Pertimbangan MI 4
peningkatan keterbukaan
serviser kredit dokumen Total
Terbit ya 4 2 6
EBA tidak 1 4 5
Total 4 1 6 11

Dari total jumlah 11 responden, 6 responden (54,55%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 5 lainnya
(45,45%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 4 responden
mempertimbangkan kesanggupan originator bertindak sebagai serviser, 1
responden mempertimbangkan dapat tidaknya originator memberikan
sarana peningkatan kredit, dan 6 responden mempertimbangkan
kesanggupan originator untuk membuka dokumen dan data nasabah
kepada pihak-pihak terkait seperti MI, lembaga pemeringkat, dan Bank
Kustodian sebagai prioritas keempat untuk MI dalam memilih originator.
15) Analisis pertanyaan Nomor 16 mengenai permasalahan hukum yang
paling utama dapat dilihat sebagai kendala jika aset yang dikelola
dalam bentuk Efek Beragun Aset adalah tagihan kredit kepemilikan
rumah:

115
Prioritas-1

Terbit EBA * Kendala aset 1 Crosstabulation

Count
Kendala aset 1
prosedur proses
hukum kredit macet eksekusi Total
Terbit ya 8 2 10
EBA tidak 7 2 6 15
Total 15 2 8 25

Dari total jumlah 25 responden, 10 responden (40%) memiliki rencana


untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 15 lainnya (50%) tidak.
Berdasarkan jumlah tersebut 15 responden melihat prosedur hukum
pengalihan kepemilikan aset dari originator kepada Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset, 2 responden melihat terjadinya kredit macet
penyelesaian barang jaminan harus terlebih dahulu melalui proses peradilan
perdata, dan 6 responden melihat proses eksekusi aset jika terjadi kredit
macet memakan waktu lama sebagai kendala prioritas pertama untuk MI
dalam hal permasalahan hukum terkait dengan aset yang akan dikelola
dalam bentuk Efek Beragun Aset adalah tagihan kredit kepemilikan rumah.
Prioritas-2

Terbit EBA * Kendala aset 2 Crosstabulation

Count
Kendala aset 2
prosedur proses
hukum kredit macet eksekusi Total
Terbit ya 5 1 6
EBA tidak 2 4 5 11
Total 2 9 6 17

Dari total jumlah 17 responden, 6 responden (35,29%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 11 lainnya
(64,71%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 2 responden melihat prosedur
hukum pengalihan kepemilikan aset dari originator kepada Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset, 9 responden melihat terjadinya kredit macet

116
penyelesaian barang jaminan harus terlebih dahulu melalui proses peradilan
perdata, dan 6 responden melihat proses eksekusi aset jika terjadi kredit
macet memakan waktu lama sebagai kendala prioritas kedua untuk MI
dalam hal permasalahan hukum terkait dengan aset yang akan dikelola
dalam bentuk Efek Beragun Aset adalah tagihan kredit kepemilikan rumah.
Prioritas-3

Terbit EBA * Kendala aset 3 Crosstabulation

Count
Kendala aset 3
prosedur proses
hukum kredit macet eksekusi lainnya Total
Terbit ya 5 5
EBA tidak 1 3 3 1 8
Total 1 3 8 1 13

Dari total jumlah 13 responden, 5 responden (38,46%) memiliki


rencana untuk menerbitkan Efek Beragun Aset sedangkan 8 lainnya
(61,54%) tidak. Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden melihat prosedur
hukum pengalihan kepemilikan aset dari originator kepada Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset, 3 responden melihat terjadinya kredit macet
penyelesaian barang jaminan harus terlebih dahulu melalui proses peradilan
perdata, 8 responden melihat proses eksekusi aset jika terjadi kredit macet
memakan waktu lama, dan 1 lainnya sebagai kendala prioritas ketiga untuk
MI dalam hal permasalahan hukum terkait dengan aset yang akan dikelola
dalam bentuk Efek Beragun Aset adalah tagihan kredit kepemilikan rumah.
Prioritas-4

Terbit EBA * Kendala aset 4 Crosstabulation

Count
Kendala
aset 4
lainnya Total
Terbit EBA ya 1 1
Total 1 1

117
Dari total jumlah 1 responden, 1 responden (100%) memiliki rencana
untuk menerbitkan Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut 1
responden melihat 1 lainnya sebagai kendala prioritas keempat untuk MI
dalam hal permasalahan hukum terkait dengan aset yang akan dikelola
dalam bentuk Efek Beragun Aset adalah tagihan kredit kepemilikan rumah.

g. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Bank Kustodian

Mayoritas dari 9 responden menyatakan telah memahami tentang


Efek Beragun Aset yaitu sebanyak 7 Bank Kustodian (77,78%) dan hanya 2
yang menyatakan belum (22,22%). Berikut adalah ringkasan tabulasi dari
10 pertanyaan dengan menggunakan pertanyaan nomor 1 yaitu
pemahaman tentang Efek Beragun Aset sebagai pertanyaan sentral.
1) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 2 mengenai kesiapan untuk
menyokong keberadaan Efek Beragun Aset sebagai Bank Kustodian
(BK):

Paham EBA * Bank sokong EBA Crosstabulation

Count
Bank sokong EBA
sudah belum Total
Paham sudah 3 4 7
EBA belum 2 2
Total 3 6 9

Dari 7 BK yang sudah memahami Efek Beragun Aset, 3 BK


menyatakan sudah siap untuk menyokong keberadaan Efek Beragun Aset
dan 4 lainnya menyatakan belum. Sedangkan dari 2 bank yang belum
memahami Efek Beragun Aset, semuanya menyatakan belum siap untuk
menyokong keberadaan Efek Beragun Aset. Total responden keseluruhan
adalah 9 BK.
2) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 3 mengenai kendala yang dihadapi
responden dalam menyokong keberadaan Efek Beragun Aset sebagai
Bank Kustodian:

118
Prioritas-1

Paham EBA * Kendala sokong EBA-1 Crosstabulation

Count
Kendala sokong EBA-1
peraturan
belum SDM
memadai belum siap Lainnya Total
Paham sudah 2 3 2 7
EBA belum 1 1 2
Total 3 4 2 9

Dari total jumlah 9 responden, 7 responden (77,78%) sudah


memahami Efek Beragun Aset sedangkan 2 lainnya (22,22%) belum.
Berdasarkan jumlah tersebut 3 responden menempatkan perangkat
peraturan yang belum memadai, 4 responden menempatkan ketidaksiapan
Sumber Daya Manusia, dan 2 responden menempatkan lainnya sebagai
kendala prioritas 1.
Prioritas-2

Paham EBA * Kendala sokong EBA-2 Crosstabulation

Count
Kendala sokong EBA-2
peraturan
belum pajak tidak SA belum
memadai kondusif memadai Total
Paham sudah 2 1 3
EBA belum 1 1
Total 1 2 1 4

Dari total jumlah 4 responden, 3 responden (75%) sudah memahami


Efek Beragun Aset sedangkan 1 lainnya (25%) belum. Berdasarkan jumlah
tersebut 1 responden menempatkan perangkat peraturan yang belum
memadai, 2 responden menempatkan peraturan perpajakan tidak kondusif,
dan 1 responden menempatkan standar akuntansi sekuritisasi aset yang
belum memadai sebagai kendala prioritas 2.

119
Prioritas-3
Paham EBA * Kendala sokong EBA-3 Crosstabulation

Count
Kendala sokong EBA-3
SA belum
memadai Lainnya Total
Paham sudah 2 1 3
EBA belum 1 1
Total 2 2 4

Dari 3 bank yang sudah memahami Efek Beragun Aset, 2 bank


menempatkan standar akuntansi sekuritisasi aset yang belum memadai dan
1 lainnya menempatkan lainnya sebagai kendala prioritas 3. Sedangkan
dari 1 bank yang belum paham tentang Efek Beragun Aset, 1 bank
menempatkan lainnya sebagai kendala prioritas 3. Total responden
keseluruhan adalah 4 bank.
Prioritas -4

Paham EBA * Kendala sokong EBA-4 Crosstabulation

Count
Kendala
sokong
EBA-4
SA belum
memadai Total
Paham EBA belum 1 1
Total 1 1

1 responden yang belum memahami Efek Beragun Aset


menempatkan standar akuntansi sekuritisasi aset yang belum memadai
sebagai kendala prioritas 4.
Prioritas -5

Paham EBA * Kendala sokong EBA-5 Crosstabulation

Count
Kendala
sokong
EBA-5
pajak tidak
kondusif Total
Paham EBA belum 1 1
Total 1 1

120
1 responden yang belum memahami Efek Beragun Aset
menempatkan peraturan perpajakan tidak kondusif sebagai kendala
prioritas 5.
3) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 4 mengenai pelatihan tentang
pengelolaan Efek Beragun Aset kepada para pegawai, jika responden
memiliki rencana untuk bertindak sebagai Bank Kustodian Efek
Beragun Aset:

Paham EBA * Pelatihan kelola EBA Crosstabulation

Count
Pelatihan
kelola
EBA
ya Total
Paham sudah 7 7
EBA belum 2 2
Total 9 9

Dari 7 responden yang sudah memahami Efek Beragun Aset,


seluruhnya akan memberikan pelatihan tentang pengelolaan Efek Beragun
Aset. Demikian juga dengan 2 responden yang belum paham tentang Efek
Beragun Aset akan memberikan pelatihan tentang pengelolaan Efek
Beragun Aset. Total responden keseluruhan adalah 9 BK.
4) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 5 mengenai pihak yang paling tepat
memberikan pelatihan tentang pengelolaan Efek Beragun Aset kepada
para pegawai:
Prioritas-1

Paham EBA * Pihak latih BK-1 Crosstabulation

Count
Pihak latih BK-1
TA DP TA afiliasi LN LPKDN lainnya Total
Paham sudah 1 3 3 7
EBA belum 1 1 2
Total 1 3 4 1 9

121
Dari total jumlah 9 responden, 7 responden (77,78%) sudah
memahami Efek Beragun Aset sedangkan 2 lainnya (22,22%) belum.
Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan tenaga ahli dari
dalam negeri, 3 responden menempatkan tenaga ahli dari pihak afiliasi di
luar negeri, 4 responden menempatkan lembaga pelatihan keuangan dalam
negeri dan 1 responden menempatkan pihak lainnya sebagai pihak prioritas
pertama yang paling tepat menyelenggarakan pelatihan pengelolaan Efek
Beragun Aset.
Prioritas-2

Paham EBA * Pihak latih BK-2 Crosstabulation

Count
Pihak latih BK-2
TA afiliasi LN LPKLN Total
Paham EBA sudah 1 2 3
Total 1 2 3

Dari 3 bank yang sudah memahami Efek Beragun Aset, 1 bank


menempatkan tenaga ahli dari pihak afiliasi di luar negeri dan 2 bank
menempatkan lembaga pelatihan keuangan luar negeri sebagai pihak
prioritas kedua yang paling tepat menyelenggarakan pelatihan pengelolaan
Efek Beragun Aset. Total responden keseluruhan adalah 3 bank.
Prioritas-3

Paham EBA * Pihak latih BK-3 Crosstabulation

Count
Pihak
latih BK-3
LPKDN Total
Paham EBA sudah 1 1
Total 1 1

Dari total jumlah 1 responden, 1 responden (100 %) sudah


memahami Efek Beragun Aset. Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden
menempatkan lembaga pelatihan keuangan dalam negeri sebagai pihak

122
prioritas ketiga yang paling tepat menyelenggarakan pelatihan Efek
Beragun Aset.
5) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 6 mengenai pengalaman dalam
menjajagi kerjasama dengan MI:

Paham EBA * Bank jajaki kerjasama Crosstabulation

Count
Bank jajaki kerjasama
pernah belum Total
Paham sudah 2 5 7
EBA belum 2 2
Total 2 7 9

Dari 7 responden yang sudah memahami Efek Beragun Aset, 2


responden pernah menjajaki kerjasama dengan MI dan 5 lainnya belum.
Sedangkan dari 2 responden yang belum memahami Efek Beragun Aset
menyatakan belum pernah menjajaki kerjasama dengan MI. Total
responden keseluruhan adalah 9 BK.
6) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 7 mengenai sistem komputer yang
ada sekarang cukup memadai untuk mengelola Efek Beragun Aset:

Paham EBA * Sistem blm memadai Crosstabulation

Count
Sistem blm memadai
sudah belum Total
Paham sudah 2 5 7
EBA belum 2 2
Total 2 7 9

Dari 7 responden yang sudah memahami Efek Beragun Aset, 2


responden sudah memiliki memiliki sistem komputer yang cukup memadai
untuk mengelola Efek Beragun Aset dan 5 lainnya belum. Sedangkan dari 2
responden yang belum memahami Efek Beragun Aset menyatakan belum
memiliki sistem komputer yang cukup memadai untuk mengelola Efek
Beragun Aset. Total responden keseluruhan adalah 9 BK.

123
7) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 8 mengenai langkah yang akan
ditempuh apabila sistem komputer yang ada belum memadai untuk
mengelola Efek Beragun Aset:

Paham EBA * Rencana Crosstabulation

Count
Rencana
pasang upgrade
sistem baru sistem lama Total
Paham sudah 1 4 5
EBA belum 1 1 2
Total 2 5 7

Dari 5 responden yang sudah memahami Efek Beragun Aset, 1


responden akan melakukan pemasangan sistem baru dan 4 responden
mengupgrade sistem lama untuk meningkatkan sistem komputer yang
belum memadai. Sedangkan 2 responden yang belum memahami Efek
Beragun Aset, 1 responden menyatakan akan memasang sistem baru dan 1
menyatakan akan mengupgrade sistem lama untuk meningkatkan sistem
komputer yang belum memadai. Total responden keseluruhan adalah 7 BK.
8) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 9 mengenai permasalahan hukum
yang dilihat sebagai kendala jika aset keuangan yang disimpan dan
diadministrasikan berbentuk tagihan kredit kepemilikan rumah:

Paham EBA * masalah hukum Crosstabulation

Count
masalah hukum
prosedur proses
hukum eksekusi lainnya Total
Paham sudah 1 6 7
EBA belum 1 1 2
Total 1 1 7 9

Dari total jumlah 9 responden, 7 responden (77,78%) sudah


memahami Efek Beragun Aset sedangkan 2 lainnya (22,22%) belum.
Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan prosedur hukum,
1 responden menempatkan proses eksekusi dan 7 responden lainnya

124
menempatkan lainnya sebagai kendala permasalahan hukum jika aset
keuangan yang disimpan dan diadministrasikan berbentuk tagihan kredit
kepemilikan rumah.
9) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 10 mengenai standar akuntansi yang
akan dipakai untuk membukukan aset keuangan:
Paham EBA * IAI-SA Crosstabulation

Count
IAI-SA
SAberlaku SAberlaku SAmirip
scr intrn dineg sekAset lainnya Total
Paham sudah 1 6 7
EBA belum 1 1 2
Total 1 1 6 1 9

Dari total jumlah 9 responden, 7 responden (77,78%) sudah


memahami Efek Beragun Aset sedangkan 2 lainnya (22,22%) belum.
Berdasarkan jumlah tersebut 1 responden menempatkan standar akuntansi
berlaku secara intern, 1 responden menempatkan standar akuntansi yang
berlaku di negara, 6 responden menempatkan standar akuntansi mirip
sekuritisasi aset dan 1 responden lainnya menempatkan lainnya sebagai
standar akuntansi yang akan dipakai untuk membukukan aset keuangan
Efek Beragun Aset jika IAI atau Bapepam belum menetapkan suatu standar
akuntansi untuk sekuritisasi aset.

h. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Akuntan Publik

Dari beberapa kuisioner yang telah dikirimkan, hanya 6 Akuntan yang


memberikan respon/jawaban kepada tim. Dari 6 responden tersebut, 4
diantaranya menyatakan telah memahami Efek Beragun Aset, dan sisanya
menyatakan belum. Berikut hasil tabulasi dari 13 pertanyaan, dengan
pertanyaan tentang pemahaman sebagai pertanyaan sentral.
1) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 2 mengenai perlakuan akuntansi Efek
Beragun Aset:

125
Pengetahuan EBA * Perlakuan akuntansi_EBA Crosstabulation

Count
Perlakuan akuntansi_EBA
sebagian ragu-ragu belum tahu Total
Pengetahuan mengerti 4 4
EBA pernah mendengar 1 1 2
Total 4 1 1 6

4 responden yang mengerti tentang Efek Beragun Aset menyatakan


bahwa mereka mengerti sebagian tentang perlakuan akuntansi Efek
Beragun Aset. Sedangkan 2 responden yang pernah mendengar tentang
Efek Beragun Aset, 1 responden menyatakan ragu-ragu mengenai
pengetahuannya tentang perlakuan akuntansi atas Efek Beragun Aset dan
1 responden menyatakan belum tahu. Jumlah keseluruhan responden
adalah 6 Akuntan Publik.
2) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 3 mengenai cara melakukan audit
atau pemeriksaan terhadap entitas yang menerbitkan Efek Beragun
Aset:

Pengetahuan EBA * Cara audit terbit EBA Crosstabulation

Count
Cara audit terbit EBA
ya ragu-ragu belum tahu Total
Pengetahuan mengerti 4 4
EBA pernah mendengar 1 1 2
Total 4 1 1 6

Dari 4 responden yang mengerti tentang Efek Beragun Aset


menyatakan bahwa mereka mengerti tentang cara mengaudit entitas
penerbit Efek Beragun Aset. Sedangkan 2 responden yang pernah
mendengar tentang Efek Beragun Aset, 1 responden menyatakan ragu-
ragu, dan 1 responden menyatakan belum tahu. Jumlah keseluruhan
responden adalah 6 Akuntan Publik.

126
3) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 4, pengalaman cara melakukan
audit/pemeriksaan terhadap entitas yang menerbitkan Efek Beragun
Aset:
Pengetahuan EBA * Pengalaman audit EBA Crosstabulation

Count
Pengalaman audit EBA
sedang
belum pernah melakukan Total
Pengetahuan mengerti 3 1 4
EBA pernah mendengar 2 2
Total 5 1 6

Dari total 6 responden, 5 responden menyatakan bahwa mereka


belum pernah mengaudit Efek Beragun Aset, 1 responden yang mengerti
tentang Efek Beragun Aset menyatakan sedang melakukan audit terhadap
Efek Beragun Aset.
4) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 5 mengenai pedoman akuntansi yang
berkaitan dengan Efek Beragun Aset di Indonesia:
Pengetahuan EBA * Pedoman akuntansi kait EBA Crosstabulation

Count
Pedoman akuntansi kait EBA
standar
akuntansi mengacu
mengacu IAS terbit EBA PSAK Total
Pengetahuan mengerti 2 1 1 4
EBA pernah mendengar 1 1 2
Total 3 2 1 6

Dari total 6 responden, 3 responden menyatakan bahwa pedoman


akuntansi Efek Beragun Aset harusnya mengacu pada IAS, 2 responden
menyatakan mengacu kepada standar akuntansi penerbitan Efek Beragun
Aset, dan 1 responden menyatakan mengacu kepada PSAK.
5) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 6 mengenai isu bahwa pedoman
akuntansi menjadi salah satu faktor yang menghambat penerbitan Efek
Beragun Aset di Indonesia:

127
Pengetahuan EBA * Pedoman akuntansi hambat terbit EBA Crosstabulation

Count
Pedoman akuntansi hambat terbit EBA
tidak, perlu
ya kemungkinan diatur Total
Pengetahuan mengerti 1 3 4
EBA pernah mendengar 1 1 2
Total 1 1 4 6

Dari total jumlah 6 responden, 1 responden (16,67%) menyatakan


bahwa mereka setuju bahwa pedoman akuntansi yang belum dikeluarkan
merupakan salah satu faktor penghambat penerbitan Efek Beragun Aset di
Indonesia, 1 responden (16,67%) menyatakan mungkin sedangkan 4
responden (66,67%) menyatakan bahwa pedoman akuntansi bukan faktor
penghambat penerbitan Efek Beragun Aset di Indonesia.
6) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 7 mengenai isu independensi dalam
proses audit terhadap entitas yang menerbitkan Efek Beragun Aset
apabila originatornya merupakan klien dari KAP:

Pengetahuan EBA * Audit entititas EBA Crosstabulation

Count
Audit entititas EBA
ya, ada
ketentuan
ya melarang tidak tahu Total
Pengetahuan mengerti 2 2 4
EBA pernah mendenga 1 1 2
Total 3 2 1 6

Dari total 6 responden, 3 responden menyatakan bahwa audit


terhadap entitas yang menerbitkan Efek Beragun Aset dapat bertindak
secara independent apabila originatornya merupakan klien dari KAP, 2
responden menyatakan ya kecuali kalau ada aturan yang mealarang, 1
responden menyatakan tidak tahu.
7) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 8, jangka waktu yang diperlukan
apabila harus melakukan audit terhadap entitas yang menerbitkan Efek
Beragun Aset:

128
Pengetahuan EBA * Jangka waktu terbit EBA Crosstabulation

Count
Jangka waktu terbit
EBA
1 bulan -
2 bulan 5 Total
Pengetahuan mengerti 2 2 4
EBA pernah mendengar 2 2
Total 4 2 6

Dari total 6 responden, 4 responden menyatakan bahwa audit


terhadap entitas yang menerbitkan Efek Beragun Aset memerlukan waktu 1
sampai 2 bulan, 2 responden menyatakan memerlukan waktu 5 bulan.
8) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 9, pendapat pedoman audit yang
berkaitan dengan Efek Beragun Aset di Indonesia:
Pengetahuan EBA * Pedoman audit kait EBA Crosstabulation

Count
Pedoman audit kait EBA
mengacu mengacu pedoman
standar standar audit EBA oleh IAI
audit Intr'l yang ada & Bapepam Total
Pengetahuan mengerti 1 2 3
EBA pernah mendengar 1 1 2
Total 1 1 3 5

Dari total 6 responden, 1 responden menyatakan bahwa audit


terhadap Efek Beragun Aset di Indonesia harus mengacu kepada standar
audit internasional, 1 responden menyatakan mengacu kepada standar
audit yang ada dan 3 responden menyatakan mengacu kepada pedoman
audit Efek Beragun Aset oleh IAI dan Bapepam.
9) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 10, kendala yang dihadapi oleh KAP
sehubungan dengan audit atas entitas yang menerbitkan Efek Beragun
Aset:

129
Urutan-1

Pengetahuan EBA * kendala yang dihadapi KAP-1 Crosstabulation

Count
kendala yang dihadapi
KAP-1
ketentuan
Akuntansi 5 Total
Pengetahuan mengerti 3 1 4
EBA pernah mendengar 2 2
Total 5 1 6

Dari total 6 responden, 5 responden menyatakan bahwa kententuan


akuntansi yang belum ada merupakan kendala bagi KAP untuk mengaudit
terhadap entitas yang menerbitkan Efek Beragun Aset, 1 responden
menyatakan tidak tahu
Urutan-2

Pengetahuan EBA * kendala yang dihadapi KAP-2 Crosstabulation

Count
kendala yang dihadapi
KAP-2
ketentuan
Audit 5 Total
Pengetahuan mengerti 1 1 2
EBA pernah mendengar 2 2
Total 3 1 4

Urutan-3

Pengetahuan EBA * kendala yang dihadapi KAP-3


Crosstabulation

Count
kendala
yang
dihadapi
KAP-3
SDM Total
Pengetahuan EBA mengerti 2 2
Total 2 2

10) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 11, kendala yang menjadi faktor
penghambat penerbitan Efek Beragun Aset:
Urutan-1

130
Pengetahuan EBA * kendala terbit EBA-1 Crosstabulation

Count
kendala terbit EBA-1
perangkat
peraturan
belum SA belum
memadai memadai lainnya Total
Pengetahuan mengerti 1 2 3
EBA pernah mendengar 2 2
Total 2 1 2 5

Dari total 6 responden, 2 responden menyatakan bahwa perangkat


peraturan yang belum memadai merupakan faktor yang menghambat
penerbitan Efek Beragun Aset, 2 responden menyatakan Standar Akuntansi
belum memadai, 2 responden menyatakan lainnya.
Urutan-2

Pengetahuan EBA * kendala terbit EBA-2 Crosstabulation

Count
kendala
terbit
EBA-2
pajak tidak
kondusif Total
Pengetahuan mengerti 1 1
EBA pernah mendengar 1 1
Total 2 2

2 responden menyatakan bahwa peraturan perpajakan yang todak


kondusif merupakan faktor penghambat penerbitan Efek Beragun Aset.
Urutan-3

Pengetahuan EBA * kendala terbit EBA-3 Crosstabulation

Count
kendala terbit EBA-3
perangkat
peraturan
belum SA belum
memadai memadai Total
Pengetahuan mengerti 1 1
EBA pernah mendengar 1 1
Total 1 1 2

11) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 12, peraturan Bapepam yang


berkaitan dengan penerbitan Efek Beragun Aset:
131
Pengetahuan EBA * Peraturan Bapepam Kait EBA Crosstabulation

Count
Peraturan Bapepam Kait EBA
perlu ada
perlu ada perubahan
tambahan terhadap
peraturan peraturan
baru yang ada tidak tahu Total
Pengetahuan mengerti 1 1 1 3
EBA pernah mendenga 1 1 2
Total 2 2 1 5

Dari total 6 responden, 2 responden menyatakan bahwa perlu ada


peraturan baru untuk merangsang penerbitan Efek Beragun Aset di
Indonesia, 2 responden menyatakan hanya perlu perubahan terhadap
peraturan yang ada, 1 responden menyatakan tidak tahu.
12) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 13, resiko yang paling mungkin terjadi
dalam rangka audit laporan keuangan Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset:

Pengetahuan EBA * Resiko audit KIK-EBA Crosstabulation

Count
Resiko audit KIK-EBA
kelengkapan
dan validitas kecukupan
data prosedur lainnya Total
Pengetahuan mengerti 1 2 3
EBA pernah mendenga 2 2
Total 2 1 2 5

Dari total 6 responden, 2 responden menyatakan bahwa kelengkapan


dan validitas data merupakan risiko yang paling mungkin terjadi dalam
mengaudit laporan keuangan Efek Beragun Aset, 1 responden menyatakan
ketidakcukupan prosedur merupakan risiko, 1 responden menyatakan
lainnya.

132
i. Hasil Tabulasi Kuisioner untuk Konsultan Hukum

Pertanyaan nomor 1 kepada profesi konsultan hukum menyangkut


masalah pemahaman mereka tentang Efek Beragun Aset yang dijadikan
pertanyaan sentral dari 12 pertanyaan dalam kuisioner yang disampaikan.
Dari total jumlah 7 responden, 6 responden (85.71%) sudah memahami
tentang Efek Beragun Aset dan hanya 1 responden (14.29%) yang
menyatakan belum memahami Efek Beragun Aset.
1) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 2 tentang pengetahuan kantor
konsultan hukum untuk memberikan pendapat hukum tentang Efek
Beragun Aset yang akan diterbitkan di Indonesia:

Pengetahuan EBA * Pengetahuan pendapat EBA


Crosstabulation

Count
Pengetahuan
pendapat EBA
sudah belum Total
Pengetahuan sudah 6 6
EBA belum 1 1
Total 6 1 7

Dari 7 Konsultan Hukum, 6 konsultan hukum telah mempunyai


pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendapat hukum tentang Efek
Beragun Aset dan hanya 1 konsultan hukum yang belum paham tentang
Efek Beragun Aset menyatakan belum mempunyai pengetahuan yang
cukup memadai.
2) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 3 tentang kesiapan dalam melakukan
penelahaan hukum terhadap Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset:

133
Pengetahuan EBA * Kesiapan penelaahan EBA
Crosstabulation

Count
Kesiapan penelaahan
EBA
sudah belum Total
Pengetahuan sudah 6 6
EBA belum 1 1
Total 6 1 7

Dari 7 Konsultan Hukum, 6 konsultan hukum telah siap melakukan


penelaahan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dan 1 konsultan
hukum yang belum paham Efek Beragun Aset menyatakan belum siap
melakukan penelaahan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.
3) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 4 tentang kesiapan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan pemeriksaan dan
pendapat hukum terhadap Efek Beragun Aset:

Pengetahuan EBA * Punya SDM kompeten Crosstabulation

Count
Punya SDM kompeten
sudah belum Total
Pengetahuan sudah 5 1 6
EBA belum 1 1
Total 5 2 7

Dari 6 Konsultan Hukum yang telah memiliki pengetahuan mengenai


Efek Beragun Aset, 5 konsultan hukum telah mempunyai SDM yang
kompeten dan 1 konsultan hukum belum mempunyai SDM yang kompeten.
Sedangkan 1 konsultan hukum yang belum paham tentang Efek Beragun
Aset ternyata memang belum mempunyai SDM yang kompeten.
4) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 5 tentang kesiapan rencana untuk
mengirim/mengikut sertakan staf dalam pelatihan tentang Efek
Beragun Aset

134
Pengetahuan EBA * Rencana pengembangan SDM
Crosstabulation

Count
Rencana
pengemban
gan SDM
ya Total
Pengetahuan sudah 6 6
EBA belum 1 1
Total 7 7

Dari total responden 7 konsultan hukum, 6 konsultan hukum telah


memiliki pengetahuan mengenai Efek Beragun Aset dan memiliki rencana
pengembangan SDM. Sedangkan 1 konsultan hukum yang belum memiliki
pengetahuan tetang Efek Beragun Aset, memiliki rencana pengembangan
SDM.
5) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 6 tentang lokasi atau tempat rencana
untuk mengirim/mengikut sertakan staf dalam pelatihan tentang Efek
Beragun Aset:

Pengetahuan EBA * Rencana diklat SDM Crosstabulation

Count
Rencana diklat SDM
latihan DN lainnya Total
Pengetahuan sudah 4 2 6
EBA belum 1 1
Total 5 2 7

Dari 6 Konsultan Hukum yang telah memiliki pengetahuan mengenai


Efek Beragun Aset, 4 konsultan hukum mempunyai rencana diklat SDM di
Dalam Negeri dan 2 konsultan hukum mempunyai diklat SDM lainnya.
Sedangkan 1 konsultan hukum yang belum memiliki pengetahuan tetang
Efek Beragun Aset merencanakan untuk mengadakan diklat SDM di dalam
negeri.
6) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 7 tentang memadai tidaknya
peraturan Bapepam yang ada sekarang sebagai dasar untuk
melakukan pemeriksaan dan pendapat hukum:

135
Pengetahuan EBA * Peraturan Bapepam memadai
Crosstabulation

Count
Peraturan Bapepam
memadai
sudah belum Total
Pengetahuan sudah 4 2 6
EBA belum 1 1
Total 5 2 7

Dari 6 Konsultan Hukum yang telah memiliki pengetahuan mengenai


Efek Beragun Aset, 4 konsultan hukum menjawab Peraturan Bapepam
sudah memadai dan 2 konsultan hukum lainnya menjawab Peraturan
Bapepam belum memadai. Sedangkan 1 konsultan hukum yang belum
memiliki pengetahuan tetang Efek Beragun Aset menjawab Peraturan
Bapepam sudah memadai.
7) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 8 tentang pengalaman memberikan
pendapat hukum sebelumnya mengenai Efek Beragun Aset:
Pengetahuan EBA * Pernah beri pendapat hukum
Crosstabulation

Count
Pernah beri pendapat
hukum
pernah belum Total
Pengetahuan sudah 2 4 6
EBA belum 1 1
Total 2 5 7

Dari 6 Konsultan Hukum yang telah memiliki pengetahuan mengenai


Efek Beragun Aset, 2 konsultan hukum pernah memberikan pendapat
hukum tentang Efek Beragun Aset dan 4 konsultan hukum belum pernah
memberikan pendapat hukum tentang Efek Beragun Aset. Sedangkan 1
konsultan hukum yang belum memiliki pengetahuan tetang Efek Beragun
Aset, belum pernah memberikan pendapat hukum tentang Efek Beragun
Aset.
8) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 9 tentang pengalaman melakukan
pemeriksaan dan pendapat hukum terhadap instrumen pasar modal

136
Pengetahuan EBA * Pernah telaah instumen PM
Crosstabulation

Count
Pernah
telaah
instumen
PM
sudah Total
Pengetahuan sudah 6 6
EBA belum 1 1
Total 7 7

Dari total responden 7 konsultan hukum, 6 konsultan hukum telah


memiliki pengetahuan mengenai Efek Beragun Aset dan pernah melakukan
pemeriksaan dan pendapat hukum terhadap instrumen pasar modal.
Sedangkan 1 konsultan hukum yang belum memiliki pengetahuan tetang
Efek Beragun Aset, sudah pernah melakukan pemeriksaan dan pendapat
hukum terhadap instrumen pasar modal.
9) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 10 tentang bentuk-bentuk instrumen
yang pernah dipemeriksa dan diberi pendapat hukum:

Pengetahuan EBA * instrumen yang ditelaah Crosstabulation

Count
instrumen yang
ditelaah
reksadana lainnya Total
Pengetahuan sudah 1 5 6
EBA belum 1 1
Total 2 5 7

Dari 6 Konsultan Hukum yang telah memiliki pengetahuan mengenai


Efek Beragun Aset, 1 konsultan hukum pernah melakukan pemeriksaan dan
pendapat hukum pada instrumen pasar modal Reksa Dana dan 5 konsultan
hukum menyatakan pernah melakukan pemeriksaan dan pendapat hukum
pada bermacam-macam instrumen pasar modal lainnya. Sedangkan 1
konsultan hukum yang belum memiliki pengetahuan tetang Efek Beragun
Aset, sudah pernah melakukan pemeriksaan dan pendapat hukum pada
instrumen Reksa Dana.

137
10) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 11 tentang jangka waktu yang di
perlukan dalam melakukan pemeriksaan dan pendapat hukum
terhadap Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset:
Pengetahuan EBA * Jangka waktu telaah Crosstabulation

Count
Jangka waktu telaah
kurang dari
1 bulan 1 s/d 2 bulan Total
Pengetahuan sudah 1 5 6
EBA belum 1 1
Total 2 5 7

5 konsultan hukum yang telah memiliki pengetahuan mengenai Efek


Beragun Aset menyatakan dapat melakukan pemeriksaan dan memberikan
pendapat hukum terhadap Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
dalam jangka waktu antara 1 sampai dengan 2 bulan. Sedangkan 2
konsultan hukum bisa melakukan pemeriksaan dan memberikan pendapat
hukum terhadap Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dengan
jangka waktu kurang dari 1 bulan.
11) Hasil tabulasi pertanyaan Nomor 12 tentang kendala yang akan
dihadapi sehubungan dengan pemeriksaan dan pendapat hukum
terhadap Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset:

Pengetahuan EBA * kendala yang dihadapi Crosstabulation

Count
kendala yang dihadapi
kesiapan kesiapan ketentuaan
SDM peraturan telaah hukum Total
Pengetahuan sudah 3 3 6
EBA belum 1 1
Total 1 3 3 7

Dari 6 Konsultan Hukum yang telah memiliki pengetahuan mengenai


Efek Beragun Aset, 3 konsultan hukum memilih kesiapan peraturan sebagai
kendala dan 3 konsultan hukum memilih pedoman tentang pemeriksaan
dan pendapat hukum sebagai kendala. Sedangkan 1 konsultan hukum yang

138
belum memiliki pengetahuan tetang Efek Beragun Aset memperkirakan
masalah kesiapan SDM sebagai kendala.

139
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN

Dari analisis dan pembahasan di bab sebelumnya dapat ditarik


beberapa kesimpulan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan proses
Penerbitan dan Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal Indonesia.
Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teknik Perhitungan

Ketentuan yang berkaitan dengan efek beragun aset tidak mengatur


secara jelas tentang besarnya jasa (fee) bagi Manajer Investasi, Kustodian,
maupun bagi servicernya. Karena hingga saat ini, masih belum pernah ada
proses sekuritisasi aset keuangan yang mengacu pada ketentuan pasar
modal Indonesia, seringkali ada pertanyaan dari beberapa pelaku yang
nantinya akan terlibat dalam proses penerbitan efek beragun aset berkaitan
dengan bagaimana teknik perhitungan besarnya jasa.

Berdasarkan pengalaman dalam industri Reksa Dana besarnya jasa


dapat berupa persentase tertentu dari nilai aktiva bersih dana yang dikelola.
Sedangkan praktek di luar negeri, biasanya besarnya jasa dihitung pada
awal proses dengan persentase tertentu dari nilai total aset yang
disekuritisasi. Untuk proses penerbitan efek beragun aset diperlukan juga
adanya kejelasan hak selain tanggung jawab dari para pihak yang akan
terlibat.

140
2. Perlindungan Investor

Sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan bentuk Kontrak


Investasi Kolektif Efek Beragun Aset ditinjau dari aspek hukumnya, dapat
disimpulkan bahwa bentuk penerbit efek beragun aset di Indonesia cukup
memenuhi kriteria bankruptcy remoteness atau cukup aman dari ancaman
kebangkrutan tidak hanya kebangkrutan originatornya, bahkan terbebas
pula dari ancaman kebangkrutan penerbitnya karena suatu kontrak tidak
dapat dipailitkan. Aset keuangan yang diperoleh Manajer Investasi dari
kreditur awal di catatkan atas nama Bank Kustodian untuk kepentingan para
investor efek beragun aset. Sekalipun aset keuangan tersebut dicatat atas
nama Bank Kustodian, namun berdasarkan ketentuan yang berlaku secara
tegas dinyatakan bahwa hal tersebut bukan merupakan harta kekayaan
Bank Kustodian.

Dengan demikian, ditinjau dari bentuk hukum penerbitannya, investor


efek beragun aset akan dapat terlindungi karena seluruh portofolio aset
keuangan yang menjadi agunan efek beragun aset adalah untuk
kepentingan para investor. Selanjutnya, besar sekali peran dari Manajer
Investasi dalam membentuk dan mengelola portofolio aset keuangan
Kontrak Investasi Efek Beragun Aset, serta peran pemeringkat efek agar
dalam proses selanjutnya para investor efek beragun aset mendapatkan
keterbukaan yang cukup tentang kondisi kemampuan pengembalian
investasi dari efek beragun aset.

3. Perlakuan Pajak

Special purpose vehicle akan dapat berkembang di negara yang


memberikan perlakuan khusus sektor perpajakan untuk bentuk entitas
tersebut. Hal yang mendasari pemberian keringanan pajak atas special
purpose vehicle adalah bahwa entitas tersebut hanya sebagai penghubung

141
antara pihak yang membutuhkan dana dengan para investor. Apabila
terdapat sisa keuntungan dari proses sekuritisasi sepenuhnya menjadi hak
para pemegang efek beragun aset arus kas tidak tetap yang sudah menjadi
subyek pajak. Oleh karena itu, perlu pengkajian ulang terhadap perlakuan
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset sebagai subyek pajak Badan,
karena selain hanya sebagai penghubung, penerbit efek beragun aset juga
mempunyai umur tertentu yang relatif jelas lebih singkat dari pada berbagai
bentuk hukum unit usaha pada umumnya.

4. Perdagangan di Pasar Sekunder

Secara prinsip, salah satu bursa efek di Indonesia telah siap untuk
menjadi pasar sekunder dari efek beragun aset, walaupun ketentuan
peraturan tentang pencatatannya masih dalam taraf proses pengkajian di
Bapepam. Agar perdagangan efek beragun aset di pasar sekunder menjadi
lebih likuid dan pengawasannya lebih baik, sebaiknya atas efek beragun
aset dicatatkan di bursa efek.

5. Hasil Survey

Dari analisa data hasil survey dengan menggunakan bantuan


Program SPSS, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Pemahaman dan pengalaman Efek Beragun Aset
Dari seluruh responden dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat cukup memahami tentang efek beragun
aset yang tercermin dari 57,14% jawaban para responden. Namun
demikian hanya sebagian kecil yang mempunyai pengalaman
berkaitan dengan proses sekuritisasi yang dilakukan di luar negeri,
yaitu hanya pihak pemeringkat efek dan konsultan hukum.

142
b. Investor Potensial
Pihak yang menjadi investor potensial yang akan berinvestasi pada
instrumen Efek Beragun Aset adalah investor institusi meliputi dana
pension, asuransi, perbankan, lembaga keuangan bukan bank,
reksadana, perusahaan besar lainnya. Alasan yang menjadi dasar
bahwa investor institusi tersebut akan menjadi investor pada instrumen
efek beragun aset karena instrumen efek beragun aset dapat dijadikan
sarana hedging dan investor institusi tergolong sophisticated investor
ditinjau dari sudut pandang pengelolanya.
c. Kendala utama penerbitan Efek Beragun Aset
Belum adanya penerbitan efek beragun aset di pasar modal Indonesia
tidak terlepas dari kurangnya pemahaman tentang instrumen efek
beragun aset baik dari sudut pandang pelaku maupun calon investor.
Kendala lain yang juga menghambat penerbitan efek beragun aset dari
sisi calon originator karena kewajiban keterbukaan dikhawatirkan bisa
mengarah kepada penyalah gunaan informasi. Sedangkan para pelaku
masih belum siap karena menganggap bahwa peraturan yang ada
kurang memadai mulai dari perlakuan akuntansinya, perpajakan yang
dianggap kurang kondusif, hingga berbagai teknik perhitungan yang
berkaitan dengan efek beragun aset.
d. Risiko potensial
Pemeringkat efek mengkhawatirkan aspek kelengkapan dan validitas
data pendukung serta kecukupan prosedur untuk mendeteksi
kesalahan/ penyimpangan. Sedangkan para pelaku yang lainnya

CD Player.lnk
beserta calon investor institusi sangat mengkhawatirkan
terjadinya gagal bayar (default) apabila efek beragun aset sudah jatuh
tempo, karena agunannya dapat mencakup unsur tagihan yang sudah
macet.
e. Kesiapan para pelaku

143
Belum semua pelaku mempunyai sumber daya manusia yang
kompeten dalam proses penerbitan efek beragun aset, karena
kurangnya pemahaman terhadap instrumen efek beragun aset itu
sendiri. Apabila ada pelaku yang sudah siap, kemudian menjadi
pioneer dalam penerbitan efek beragun aset melalui pasar modal
Indonesia, maka yang lainnya dapat belajar dari pengalaman yang
sudah melakukan.
f. Peraturan yang berlaku
Beberapa peraturan telah diterbitkan oleh Bapepam untuk mengatur
proses penerbitan hingga keterbukaan informasi efek beragun aset.
Direktorat Jenderal Pajak telah pula menetapkan peraturan perpajakan
efek beragun aset. Hanya saja apabila aset keuangannya berupa real
estate terdapat permasalahan hukum yang berkaitan dengan waktu
yang dibutuhkan untuk pengalihan kepemilikannya. Berbagai pihak
juga mengharapkan adanya pedoman yang mengatur akuntansi bagi
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset, disamping harapan
pemberian pembebasan pajak bagi Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset yang semata-mata hanya sebagai vehicle dalam proses
sekuritisasi, apalagi bentuknya adalah kontrak.

II. SARAN

Berdasarkan kepada kenyataan dan beberapa permasalahan dalam


penerbitan Efek Beragun Aset sebagaimana dinyatakan dalam kesimpulan
di atas, maka dari kajian menghasilkan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perencanaan proses yang baik dan dukungan

Tanggung jawab Manajer Investasi selaku pengelola portofolio aset


keuangan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset sangatlah besar
apabila dikaitkan dengan berbagai resiko yang melekat pada proses

144
sekuritisasi termasuk kemungkinan resiko gagal bayar. Karena proses
sekuritisasi merupakan suatu proses yang komplek dan ada jangka
waktunya, maka Manajer Investasi yang akan membentuk Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset harus merencanakannya dengan baik.

Sekuritisasi akan berdampak positif terhadap kondisi perekonomian


nasional dengan menjadi sarana alternatif pembiayaan, sarana
restrukturisasi keuangan perusahaan dan menyediakan alternatif bentuk
investasi. Dengan mengingat kontribusi positif sekuritisasi terhadap
perekonomian nasional, dukungan pemerintah dalam bentuk kepastian dan
keringanan dibidang perpajakan terhadap Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset sangatlah diperlukan, mengingat bahwa Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset hanyalah sebagai special purpose entity yang
hanya akan mewakili kepentingan para investor dan menjadi penghubung
antara originator dengan investor.

2. Penyesuaian Peraturan

Beberapa ketentuan peraturan yang perlu disesuaikan dalam rangka


memberikan kejelasan proses penerbitan Efek Beragun Aset antara lain
meliputi:
a. Keterbukaan informasi dan laporan keuangan bagi Perusahaan
Terbuka yang bertindak sebagai originator, servicer, credit enhancer.
b. Penegasan tentang jual putus dalam proses penerbitan Efek Beragun
Aset dari originator kepada Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset dalam rangka memberikan kepastian hukum dan good corporate
governance.
c. Ketegasan mengenai persyaratan keterbukaan/prospektus antara yang
diterbitkan melalui penawaran umum dan yang hanya diterbitkan untuk
investor strategis.

145
d. Penjelasan perhitungan fee untuk Manajer Investasi dan Bank
Kustodian.

146
3. Penyusunan Peraturan Baru

Selama ini, banyak pihak mempermasalahkan kepastian dalam


bidang perpajakan dan akuntansi sehubungan dengan proses sekuritisasi di
pasar modal Indonesia. Direktur Jenderal Pajak telah mengeluarkan
keputusan dengan Nomor Kep-147/PJ/2003 tanggal 13 Juni 2003 tentang
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Yang Diterima atau Diperoleh Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dan Para Investornya. Ikatan Akuntan
Indonesia hingga saat ini belum mengeluarkan standar akuntansi yang
mengatur tentang perlakuan akuntansi bagi penerbit Efek Beragun Aset.
Mengingat pentingnya pencatatan dan pembuatan pelaporan keuangan
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset maka perlu segera dibuat
pedoman akuntansi tentang yang mengatur tentang perlakuan akuntansi
dan format atau bentuk laporan keuangan Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset.

Dalam proses sekuritisasi atau penerbitan Efek Beragun Aset, ada


beberapa pihak yang akan terlibat dan belum diatur lebih lanjut dalam
ketentuan Bapepam. Untuk hal tersebut, perlu dikaji tentang kemungkinan
perlunya penyusunan ketentuan yang akan mengatur tentang syarat-syarat
keterlibatan pihak-pihak seperti servicer dan eksternal enhancer/guarantor.
Hal tersebut akan mendukung terciptanya perlindungan terhadap investor
efek beragun aset. Disamping itu, peraturan tentang pencatatan efek
beragun aset di bursa efek perlu segera direalisasikan guna terciptanya
sarana yang dapat menciptakan efek beragun aset menjadi sarana investasi
yang lebih likuid.

147
4. Perlunya adanya permulaan yang dapat dilakukan oleh
pemerintah

Karena instrumen Efek Beragun Aset dapat dikatakan belum ada di


pasar modal Indonesia, sangatlah diperlukan suatu contoh sebagai bentuk
lain dari sosialisasi kepada masyarakat baik calon penerbit maupun kepada
para (calon) investor. Salah satu bentuk contoh dapat dibentuk dengan
membuka bursa efek untuk dapat memperdagangkan instrumen efek
beragun aset yang diterbitkan di negara lain atau berdasarkan ketentuan
negara lain.

Disamping itu, pemerintah dapat melakukan inisiatif dengan cara


melakukan sekuritisasi dengan penerbitan efek beragun aset atas berbagai
aset keuangan yang dikuasai/dimiliki seperti yang berada dalam
penanganan Badan Penyehatan Perbankan atau pada perusahaan milik
negara atau badan usaha milik negara (BUMN). Dalam hal ini, perlu
penanganan dari pihak yang dapat mengelola secara profesional agar
memberikan citra positif bahwa instrumen Efek Beragun Aset merupakan
alternatif investasi dan alternatif pembiayaan yang layak.

5. Perlunya sosialisasi tentang Efek Beragun Aset

Berbagai pihak telah memberikan kontribusi untuk mengenalkan Efek


Beragun Aset baik melalui seminar maupun tulisan di berbagai media
massa. Namun demikian, perlu program sosialisasi yang lebih intensif dan
tersusun secara rutin seperti penyuluhan terhadap kalangan akademisi dan
pemaparan di media massa, misalnya melalui program pendidikan atau
sosialisasi di Televisi Republik Indonesia, sosialisasi di berbagai kota besar
yang dapat dilakukan dengan kerjasama antara Bapepam dengan para
pelaku pasar modal.

148
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Citigroup, “Overview Global Securitized Markets”, material prepared


for discussion,Jakarta, July 2, 2003
2. Credit Suisse First Boston and AAA Securities, “Asset Backed
Securities”, presentation to Bapepam, Jakarta, July 2003
3. Deutsche Bank Report,”Asset Backed Securities in Germany: The
Sale and Securitisation of loans by German Credit Institution”, 1998
4. Frank Fabozzi and Franco Modigliani,”Capital Market, Institution
and Instrument”, 2nd edition, Prentice Hall Inc., USA,1996;
5. Gide Loyrette Novel, “Amendments to the French Securitisation
Law: Modernising and Securing the French Securitisastion Market”,
13 May 2003;
6. I Putu Gede Ary Suta, “Menuju Pasar Modal Modern”, Yayasan Sad
Satria Bhakti, Jakarta, 2000;
7. I Putu Gede Ary Suta, “Foundation of Our Capital Market”, Yayasan
Sad Satria Bhakti, Jakarta, 2000;
8. Peter S. Rose,”Money and Capital market, The Financial System in
an Increasing Global Economy”, Fifth Edition, USA, 1994;
9. Phillip L. Zweig, “The Asset Securitization Handbook”, Richard D
Irwin Inc., USA,1994;
10. Roy Sembel, “Sekuritisasi Aset”, bahan presentasi dihadapan Tim
Perdagangan Efek Beragun Aset tanggal 18 Juni 2003;
11. Roy Sembel, “Prospek dan Kendala Penerbitan Efek Beragun
Aset”, bahan presentasi dihadapan Tim Perdagangan Efek Beragun
Aset tanggal 18 Juni 2003;
12. Seminar Workshop, “The Future & Opportunities of Asset Backed
Securities in Indonesia”, Jakarta 1 & 2 October 2003;
13. The Bond Market Market Association,”An Investor’s Guide to Asset-
Backed Securities”, Washington,D.C., USA, 1998

149
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


189/KM.1/2003 tanggal 28 April 2003;
2. Surat Keputusan Ketua Pelaksana Tim Studi Perdagangan Efek
Beragun Aset Nomor: Kep-01/PPEPM.5/2003 tanggal 12 Mei 2003;
3. Daftar Kuisioner.

150
Susunan Anggota Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset

I. Tim Pengarah
1. Poltak Sihotang, MBA
2. Boedi Soekamto, SH,MM

II. Tim Pelaksana


1. Sujanto, MSc
2. Fakhri Hilmi, MBA
3. Pudjo Damaryono, SH
4. Kristrianti Puji Rahayu, MBA
5. Ni Luh Putu Candrawati, MBA
6. Deny Agung Pribadi, MSc
7. Syaifuddin, SH
8. Edward Horas Parluhutan, SE
9. Akmal Sukrizal, SH
10. Ismady Maidir, SE

III. Pembantu Pelaksana


1. R Lutfi Rahman Amin, SE
2. Ahmad Husain, SE
3. Insan Hasani Ssi
4. Adi Suryono

Sekretariat
1. Duduh Sunaryo
2. Mujazin

151
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TIM STUDI PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET
Gedung Baru Departemen Keuangan RI Lantai 3-8 Telepon: 3858001
Jalan Dr. Wahidin Raya no. 1 Faksimili: 3857917
Jakarta 10710 E-mail: bapepam@bapepam.go.id

Survey ini merupakan bagian dari Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal
Indonesia yang dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset. Efek Beragun Aset
(di Indonesia) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future
receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat
hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement)/Arus
Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan
aset keuangan tersebut. Tujuan Studi ini adalah mempelajari model, praktek dan ketentuan
Efek Beragun Aset, serta hal-hal yang berkaitan dengan penerbitan dan perdagangannya di
Pasar Modal Indonesia.

Efek Beragun Aset dapat menjadi alternatif sarana/sumber pendanaan bagi dunia usaha,
disamping (kemungkinan) perbaikan struktur kondisi keuangan suatu perusahaan. Sedangkan
bagi investor, Efek Beragun Aset menjadi aternatif investasi dengan agunan suatu (kumpulan)
aset keuangan.

Bapepam mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset sejak
tahun 1997, bahkan sebagian peraturan telah direvisi. Walaupun beberapa perusahaan
Indonesia telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya, namun belum ada yang
disekuritisasi di pasar modal Indonesia dengan menerbitkan Efek Beragun Aset. Demi
pengembangan pasar modal Indonesia, kami mohon bantuan dan kerjasamanya untuk mengisi
dan mengembalikan Questionnaire ini yang dapat melalui pos atau kurir kepada:

Sujanto selaku Ketua Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset


d/a Gedung Baru Lt. 6
Jl. Dr. Wachidin Raya No. 1, Jakarta 10710
Telepon: (021) 385-8001, Ext. 6431
E-mail: sujanto@bapepam.go.id

Jawaban maupun tanggapan atas Questionnaire ini bersifat rahasia dan hanya untuk
kepentingan studi. Apabila terdapat keragu-raguan yang berkaitan dengan Questionnaire ini,
dapat menghubungi:
- Sujanto, telepon: (021) 385-8001 ext. 6431
- Denny Agung Pribadi, telepon: (021) 385-8001 ext. 6442
- Akmal Sukrizal, telepon: (021) 385-8001 ext. 5311

1
QUESTIONNAIRE UNTUK PROFESI AKUNTAN

Mohon Kembalikan Questionnaire Yang Telah Diisi Dengan Lengkap


Sepekan Setelah Diterimanya Kuesioner Ini
Ke Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset
Badan Pengawas Pasar Modal

1. Bagaimana pengetahuan Saudara/i tentang Efek Beragun Aset (Assets Backed


Securities):

a. Sangat familiar c. Pernah mendengar

b. Mengerti d. Tidak tahu sama sekali

2. Apakah Saudara/i mengetahui perlakuan akuntansi tentang transaksi yang


berkaitan dengan Efek Beragun Aset:

a. Sudah c. Ragu-ragu

b. Sebagian d. Belum tahu

3. Apakah Saudara/i mengetahui cara melakukan audit/pemeriksaan terhadap


entitas yang menerbitkan Efek Beragun Aset:

a. Ya c. Belum tahu

b. Ragu-ragu

4. Apakah Saudara/i mempunyai pengalaman melakukan audit/pemeriksaan


terhadap entitas yang menerbitkan Efek Beragun Aset:

a. Sudah c. Sedang melakukan terhadap

b. Belum pernah (sebutkan)……………………………………

5. Bagaimana pendapat Saudara tentang pedoman akuntansi yang berkaitan


dengan Efek Beragun Aset di Indonesia:

a. Sementara bisa mengacu kepada International Accounting Standards

b. Sementara bisa mengacu kepada Statement of Financial Accounting


Standards

c. Sementara bisa mengacu kepada standar akuntansi untuk sekuritisasi yang


berlaku di negara yang telah menerbitkan Efek Beragun Aset

2
d. Bisa mengacu kepada PSAK yang telah ada dan mempunyai kemiripan
dengan pembukuan sekuritisasi aset

e. Tidak tahu

6. Apakah Saudara/i berpendapat bahwa pedoman akuntansi menjadi salah satu


faktor yang menghambat penerbitan Efek Beragun Aset di Indonesia:

a. Ya, sehingga perlu diatur segera

b. Kemungkinan, tapi sebenarnya bisa mengacu kepada PSAK yang telah ada
dan mempunyai kemiripan dengan pembukuan sekuritisasi aset atau prinsip
akuntansi yang berlaku umum

c. Tidak, karena prinsip akuntansi di Indonesia sebenarnya mengacu kepada


prinsip akuntansi yang berlaku umum

d. Tidak, tapi perlu diatur segera

e. Tidak tahu

7. Apakah Saudara/i dalam melakukan audit terhadap entitas yang menerbitkan


Efek Beragun Aset dapat bertindak secara independen apabila originatornya
merupakan klien dari KAP, tempat Saudara bekerja?

a. Ya

b. Ya, tapi ada ketentuan yang melarang

c. Tidak mungkin

d. Tidak tahu

8. Berapa lama jangka waktu yang diperlukan apabila Saudara/i harus melakukan
audit terhadap entitas yang menerbitkan Efek Beragun Aset?

a. Kurang dari 1 bulan

b. 1 bulan - 2 bulan

d. Lebih dari 2 bulan

e. Tidak tahu

9. Bagaimana pendapat Saudara tentang pedoman audit yang berkaitan dengan


Efek Beragun Aset di Indonesia:
3
a. Sementara bisa mengacu kepada standar audit yang berlaku secara
Internasional atau di negara tertentu

b. Sementara bisa mengacu kepada standar audit yang telah ada dan
mempunyai kemiripan

c. Standar audit yang ditetapkan oleh IAI sudah memadai

d. Perlu segera dikeluarkan standar/pedoman audit atas Efek Beragun Aset


oleh IAI atau Bapepam

e. Tidak tahu

10. Kendala apa yang mungkin dihadapi oleh KAP tempat Saudara/i bekerja
sehubungan dengan audit atas (entitas yang menerbitkan) Efek Beragun Aset?
(jika jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai prioritas)

Kesiapan sumber daya manusia

Ketentuan tentang Akuntansi termasuk perhitungan teknis dan


keterbukaannya

Ketentuan tentang pemeriksaan/audit

Lainnya (sebukan) ………………………………………………………………………………

11. Berdasarkan pengetahuan Saudara/i, apakah kendala utama yang menjadi faktor
penghambat penerbitan Efek Beragun Aset? (jika jawaban lebih dari satu, beri
nomor urut sesuai prioritas)

Perangkat peraturan terkait belum memadai

Ketentuan peraturan perpajakan tidak kondusif

Standar Akuntansinya belum memadai

Kesiapan Manajer Investasi yang akan menjadi pengelola Efek Beragun Aset
diragukan

Lainnya (sebukan) ………………………………………………………………………………

12. Bagaimana pendapat Saudara/i tentang peraturan Bapepam yang berkaitan


dengan penerbitan Efek Beragun Aset?

a. Sudah memadai

4
b. Perlu ada tambahan peraturan baru

c. Perlu ada perubahan terhadap peraturan yang sudah ada

d. Tidak tahu

13. Menurut pendapat Saudara/i, resiko apa yang paling mungkin terjadi dalam
rangka audit laporan keuangan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset?

a. Kelengkapan dan validitas data pendukung

b. Kecukupan prosedur untuk mendeteksi kesalahan/penyimpangan

c. Tidak tahu

d. Resiko lainnya, (sebutkan) …………………………………………………………………

5
Terimakasih atas kerjasama dan waktu yang telah disediakan dalam pengisian
questionnaire tentang Efek Beragun Aset. Apabila ada tanggapan dan masukan
tentang hal yang belum tercakup dalam questionnaire ini, dapat ditulis di halaman ini
dan akan digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

Responden, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset,

Nama: …………………………………………………. Sujanto


KAP: ……………………………………………………. Ketua
Jabatan: ……………………………………………….

6
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TIM STUDI PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET
Gedung Baru Departemen Keuangan RI Lantai 3-8 Telepon: 3858001
Jalan Dr. Wahidin Raya no. 1 Faksimili: 3857917
Jakarta 10710 E-mail: bapepam@bapepam.go.id

Survey ini merupakan bagian dari Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal
Indonesia yang dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset. Efek Beragun Aset
(di Indonesia) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future
receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat
hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement)/Arus
Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan
aset keuangan tersebut. Tujuan Studi ini adalah mempelajari model, praktek dan ketentuan
Efek Beragun Aset, serta hal-hal yang berkaitan dengan penerbitan dan perdagangannya di
Pasar Modal Indonesia.

Efek Beragun Aset dapat menjadi alternatif sarana/sumber pendanaan bagi dunia usaha,
disamping (kemungkinan) perbaikan struktur kondisi keuangan suatu perusahaan. Sedangkan
bagi investor, Efek Beragun Aset menjadi aternatif investasi dengan agunan suatu (kumpulan)
aset keuangan.

Bapepam mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset sejak
tahun 1997, bahkan sebagian peraturan telah direvisi. Walaupun beberapa perusahaan
Indonesia telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya, namun belum ada yang
disekuritisasi di pasar modal Indonesia dengan menerbitkan Efek Beragun Aset. Demi
pengembangan pasar modal Indonesia, kami mohon bantuan dan kerjasamanya untuk mengisi
dan mengembalikan Questionnaire ini yang dapat melalui pos atau kurir kepada:

Sujanto selaku Ketua Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset


d/a Gedung Baru Lt. 6
Jl. Dr. Wachidin Raya No. 1, Jakarta 10710
Telepon: (021) 385-8001, Ext. 6431
E-mail: sujanto@bapepam.go.id

Jawaban maupun tanggapan atas Questionnaire ini bersifat rahasia dan hanya untuk
kepentingan studi. Apabila terdapat keragu-raguan yang berkaitan dengan Questionnaire ini,
dapat menghubungi:
- Sujanto, telepon: (021) 385-8001 ext. 6431
- Denny Agung Pribadi, telepon: (021) 385-8001 ext. 6442
- Akmal Sukrizal, telepon: (021) 385-8001 ext. 5311

1
QUESTIONNAIRE UNTUK BURSA EFEK

Mohon Kembalikan Questionnaire Yang Telah Diisi Dengan Lengkap


Sepekan Setelah Diterimanya Kuesioner Ini
Ke Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset
Badan Pengawas Pasar Modal

1. Bagaimana pengetahuan Saudara/i tentang Efek Beragun Aset (Assets Backed


Securities):

a. Sangat familiar c. Pernah mendengar

b. Mengerti d. Tidak tahu sama sekali

2. Apakah Saudara/i mengetahui cara melakukan monitoring dan surveillance


terhadap entitas yang menerbitkan Efek Beragun Aset:

a. Ya c. Belum tahu

b. Ragu-ragu

4. Apakah ada karyawan perusahaan tempat Saudara/i bekerja yang mempunyai


pengalaman berkaitan dengan sekuritisasi:

a. Sudah c. Sedang melakukan terhadap

b. Belum pernah (sebutkan)……………………………………

dalam kapasitas sebagai (sebutkan) ……………..……………..……………..……………..…

5. Bagaimana pendapat Saudara tentang pedoman akuntansi yang berkaitan


dengan Efek Beragun Aset di Indonesia:

a. Sementara bisa mengacu kepada International Accounting Standards

b. Sementara bisa mengacu kepada Statement of Financial Accounting


Standards

c. Sementara bisa mengacu kepada standar akuntansi untuk sekuritisasi yang


berlaku di negara yang telah menerbitkan Efek Beragun Aset

d. Bisa mengacu kepada PSAK yang telah ada dan mempunyai kemiripan
dengan pembukuan sekuritisasi aset

e. Tidak tahu

2
6. Apakah Saudara/i berpendapat bahwa pedoman akuntansi menjadi salah satu
faktor yang menghambat penerbitan Efek Beragun Aset di Indonesia:

a. Ya, sehingga perlu diatur segera

b. Kemungkinan, tapi sebenarnya bisa mengacu kepada PSAK yang telah ada
dan mempunyai kemiripan dengan pembukuan sekuritisasi aset atau prinsip
akuntansi yang berlaku umum

c. Tidak, karena prinsip akuntansi di Indonesia sebenarnya mengacu kepada


prinsip akuntansi yang berlaku umum

d. Tidak, tapi perlu diatur segera

e. Tidak tahu

7. Bagaimana pendapat Saudara tentang perpajakan Efek Beragun Aset di


Indonesia:

a. Sudah Bagus, karena …………………………………………………………………………….

b. Perlu diperbaiki, dalam hal ……………………………………………………………………

c. Tidak tahu, tapi menurut pendapat saya perpajakan tidak akan menjadi
persoalan, hanya jika mendapat perlakuan khusus akan lebih
menyemarakkan industri Efek Beragun Aset

8. Kendala apa yang mungkin dihadapi oleh Bursa Efek sehubungan dengan
monitoring dan surveillance atas Efek Beragun Aset? (jika jawaban lebih dari satu,
beri nomor urut sesuai prioritas)

Kesiapan sumber daya manusia

Ketentuan tentang Akuntansi termasuk perhitungan teknis dan


keterbukaannya

Ketentuannya belum ada

Lainnya (sebutkan) ………………………………………………………………………………

9. Berdasarkan pengetahuan Saudara/i, apakah kendala utama yang menjadi faktor


penghambat penerbitan Efek Beragun Aset? (jika jawaban lebih dari satu, beri
nomor urut sesuai prioritas)

3
Perangkat peraturan terkait belum memadai
Ketentuan peraturan perpajakan tidak kondusif
Standar Akuntansinya belum memadai
Kesiapan Manajer Investasi yang akan menjadi pengelola Efek Beragun Aset
diragukan

Lainnya (sebukan) ………………………………………………………………………………

10. Bagaimana pendapat Saudara/i tentang peraturan Bapepam yang berkaitan


dengan penerbitan Efek Beragun Aset?

a. Sudah memadai

b. Perlu ada tambahan peraturan baru

c. Perlu ada perubahan terhadap peraturan yang sudah ada

d. Tidak tahu

11. Menurut pendapat Saudara/i, resiko apa yang paling mungkin terjadi pada Efek
Beragun Aset?

a. Default Risk

b. Reinvestment Risk, karena Pembayaran lebih awal

c. Tidak tahu

d. Kepastian hukum

e. Resiko lainnya, (sebutkan) …………………………………………………………………

12. Bagaimana kesiapan Bursa Efek Surabaya berkaitan dengan Efek Beragun Aset?
(jika jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai prioritas)

Kami sudah mempersiapkan draft peraturan yang sudah diajukan ke


Bapepam

Sudah melakukan pelatihan terhadap beberapa karyawan sehubungan


dengan perdagangan Efek Beragun Aset

Akan dilakukan pelatihan terhadap karyawan sehubungan dengan


perdagangan Efek Beragun Aset

4
Perangkat lunak (software) bisa menggunakan yang sudah ada

Lainnya, (sebutkan) …………………………………………………………………


13. Menurut Saudara pihak mana yang akan menjadi investor potensial yang akan
berinvestasi dalam Efek Beragun Aset (jika jawaban lebih dari satu, beri nomor
urut sesuai prioritas).

Investor Institusi (Dana Pensiun, Asuransi, Perbankan, Lembaga Keuangan


Bukan Bank).

Investor perorangan
Reksa Dana
Lainnya, sebutkan, _____________________________________________

5
Terimakasih atas kerjasama dan waktu yang telah disediakan dalam pengisian
questionnaire tentang Efek Beragun Aset. Apabila ada tanggapan dan masukan
tentang hal yang belum tercakup dalam questionnaire ini, dapat ditulis di halaman
ini dan akan digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

Responden, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset,

Nama: …………………………………………………. Akmal Sukrizal


Perusahaan: ………………………………………… Pelaksana
Jabatan: ……………………………………………….

6
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TIM STUDI PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET
Gedung Baru Departemen Keuangan RI Lantai 3-8 Telepon: 3858001
Jalan Dr. Wahidin Raya no. 1 Faksimili: 3857917
Jakarta 10710 E-mail: bapepam@bapepam.go.id

Survey ini merupakan bagian dari Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal
Indonesia yang dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset. Efek Beragun Aset
(di Indonesia) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future
receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat
hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement)/Arus
Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan
aset keuangan tersebut. Tujuan Studi ini adalah mempelajari model, praktek dan ketentuan
Efek Beragun Aset, serta hal-hal yang berkaitan dengan penerbitan dan perdagangannya di
Pasar Modal Indonesia.

Efek Beragun Aset dapat menjadi alternatif sarana/sumber pendanaan bagi dunia usaha,
disamping (kemungkinan) perbaikan struktur kondisi keuangan suatu perusahaan. Sedangkan
bagi investor, Efek Beragun Aset menjadi aternatif investasi dengan agunan suatu (kumpulan)
aset keuangan.

Bapepam mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset sejak
tahun 1997, bahkan sebagian peraturan telah direvisi. Walaupun beberapa perusahaan
Indonesia telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya, namun belum ada yang
disekuritisasi di pasar modal Indonesia dengan menerbitkan Efek Beragun Aset. Demi
pengembangan pasar modal Indonesia, kami mohon bantuan dan kerjasamanya untuk mengisi
dan mengembalikan Questionnaire ini yang dapat melalui pos atau kurir kepada:

Sujanto selaku Ketua Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset


d/a Gedung Baru Lt. 6
Jl. Dr. Wachidin Raya No. 1, Jakarta 10710
Telepon: (021) 385-8001, Ext. 6431
E-mail: sujanto@bapepam.go.id

Jawaban maupun tanggapan atas Questionnaire ini bersifat rahasia dan hanya untuk
kepentingan studi. Apabila terdapat keragu-raguan yang berkaitan dengan Questionnaire ini,
dapat menghubungi:
- Sujanto, telepon: (021) 385-8001 ext. 6431
- Denny Agung Pribadi, telepon: (021) 385-8001 ext. 6442
- Akmal Sukrizal, telepon: (021) 385-8001 ext. 5311

1
QUESTIONNAIRE UNTUK INVESTOR

Mohon Kembalikan Questionnaire Yang Telah Diisi Dengan Lengkap


Sepekan Setelah Diterimanya Kuesioner Ini
Ke Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset
Badan Pengawas Pasar Modal

1. Apakah Saudara telah memahami tentang Efek Beragun Aset (EBA).


a. Sudah
b. Belum
2. Berapa besar dana yang dikelola oleh lembaga Saudara per Juli 2003
a. Rp.100 miliar s/d Rp 500 miliar
b. Diatas Rp 500 miliar s/d Rp 1 triliun
c. Diatas 1 triliun s/d 4 trilun
d. Diatas 5 triliun
3. Apakah pengurus perusahaan Saudara telah mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang EBA
a. Sudah
b. Belum
4. Darimana pengurus perusahaan Saudara mendapat pengetahuan tentang EBA
a. Media cetak
b. Buku-buku keuangan
c. Internet
d. Universitas atau kursus keuangan
e. Lainnya, sebutkan ____________________________________________
5. Apakah menurut pendapat Saudara EBA merupakan sarana investasi yang aman
dan menguntungkan untuk saat ini
a. Ya.
b. Ragu-ragu
c. Tidak
6. Berapa besar dana yang mungkin akan disalurkan untuk berinvestasi dalam EBA
a. Rp. 10 milayar s/d 25 milyar
b. Diatas Rp 25 milyar s/d 50 milyar
c. Diatas Rp 50 milyar s/d 100 milyar
d. Diatas Rp 100 milyar
7. Jenis EBA dengan aset portofolio apa yang paling diterima untuk sarana investasi
saat ini (jika jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai tingkat prioritas)

□ Tagihan Kredit Pemilikan Rumah

□ Tagihan Kredit Pemilikan Kendaraan

□ Tagihan Kartu Kredit

□ Tagihan Sewa Guna Usaha


2
□ Lainnya, sebutkan ___________________________________________

8. Apa yang jadi pertimbangan utama dalam melihat EBA sebagai sarana investasi
(jika jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai tingkat prioritas)

□ Tingkat keuntungan

□ Peringkat EBA

□ Adanya Sarana Peningkatan Kredit (credit enhancement)

□ Diversifikasi investasi

□ Lainnya, sebutkan __________________________________________

9. Apakah perusahaan Saudara pernah dihubungi oleh Manajer Investasi untuk


berinvestasi dalam EBA.
a. Pernah
b. Belum
10. Jenis EBA apa yang paling sesuai dengan rencana investasi lembaga ini
a. Arus kas tetap (efek beragun aset yang memberikan pemegangnya penghasilan
tertentu seperti kepada pemegang Efek bersifat hutang)
b. Arus kas tidak tetap (efek beragun aset yang memberikan pemegangnya
penghasilan tidak tertentu seperti kepada pemegang Efek bersifat ekuitas)

3
Terimakasih atas kerjasama dan waktu yang telah disediakan dalam pengisian
questionnaire tentang Efek Beragun Aset. Apabila ada tanggapan dan masukan
tentang hal yang belum tercakup dalam questionnaire ini, dapat ditulis di halaman ini
dan akan digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

Responden, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset,

Nama: …………………………………………………. Sujanto


Lembaga: …………………………………………….. Ketua
Jabatan: ……………………………………………….

4
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TIM STUDI PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET
Gedung Baru Departemen Keuangan RI Lantai 3-8 Telepon: 3858001
Jalan Dr. Wahidin Raya no. 1 Faksimili: 3857917
Jakarta 10710 E-mail: bapepam@bapepam.go.id

Survey ini merupakan bagian dari Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal
Indonesia yang dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset. Efek Beragun Aset
(di Indonesia) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future
receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek
bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit
Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain
yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut. Tujuan Studi ini adalah mempelajari model,
praktek dan ketentuan Efek Beragun Aset, serta hal-hal yang berkaitan dengan penerbitan
dan perdagangannya di Pasar Modal Indonesia.

Efek Beragun Aset dapat menjadi alternatif sarana/sumber pendanaan bagi dunia usaha,
disamping (kemungkinan) perbaikan struktur kondisi keuangan suatu perusahaan.
Sedangkan bagi investor, Efek Beragun Aset menjadi aternatif investasi dengan agunan
suatu (kumpulan) aset keuangan.

Bapepam mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset
sejak tahun 1997, bahkan sebagian peraturan telah direvisi. Walaupun beberapa perusahaan
Indonesia telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya, namun belum ada yang
disekuritisasi di pasar modal Indonesia dengan menerbitkan Efek Beragun Aset. Demi
pengembangan pasar modal Indonesia, kami mohon bantuan dan kerjasamanya untuk
mengisi dan mengembalikan Questionnaire ini yang dapat melalui pos atau kurir kepada:

Sujanto selaku Ketua Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset


d/a Gedung Baru Lt. 6
Jl. Dr. Wachidin Raya No. 1, Jakarta 10710
Telepon: (021) 385-8001, Ext. 6431
E-mail: sujanto@bapepam.go.id

Jawaban maupun tanggapan atas Questionnaire ini bersifat rahasia dan hanya untuk
kepentingan studi. Apabila terdapat keragu-raguan yang berkaitan dengan Questionnaire ini,
dapat menghubungi:
- Sujanto, telepon: (021) 385-8001 ext. 6431
- Denny Agung Pribadi, telepon: (021) 385-8001 ext. 6442
- Akmal Sukrizal, telepon: (021) 385-8001 ext. 5311

1
QUESTIONNAIRE UNTUK BANK KUSTODIAN

Mohon Kembalikan Questionnaire Yang Telah Diisi Dengan Lengkap


Sepekan Setelah Diterimanya Kuesioner Ini
Ke Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset
Badan Pengawas Pasar Modal

1. Apakah Saudara telah memahami tentang Efek Beragun Aset (EBA).


a. Sudah
b. Belum
2. Apakah Bank Saudara telah siap untuk menyokong keberadaan industri Efek
Beragun Aset (EBA) sebagai Bank Kustodian.
b. Sudah
c. Belum
3. Kendala apa yang dihadapi oleh Bank Saudara untuk dapat menyokong
keberadaan industri EBA (bila jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai
tingkat kendala)

□ Perangkat peraturan belum memadai

□ Peraturan Perpajakan EBA tidak kondusif

□ Standar akuntansi sekuritisasi aset belum memadai.

□ SDM belum siap.

□ Lainnya, sebutkan, ___________________________________________

4. Jika Bank ini mempunyai rencana untuk bertindak sebagai Bank Kustodian EBA
apakah perusahaan akan memberikan pelatihan tentang pengelolaan EBA kepada
para pegawai.
a. Ya
b Tidak
5. Jika jawaban nomor 4 Ya, pihak mana yang akan memberikan pelatihan tentang
tugas Bank Kustodian dalam rangka pengelolaan EBA kepada para pegawai

□ Tenaga ahli dari dalam perusahaan sendiri.

□ Tenaga ahli dari pihak afiliasi di luar negeri

□ Lembaga pelatihan keuangan dalam negeri

□ Lembaga pelatihan keuangan luar negeri.

□ Lainnya, sebutkan, ___________________________________________

2
6. Apakah Bank Saudara pernah menjajagi bekerjasama dengan Manajer Investasi
untuk mengelola EBA.
a. Pernah.
b. Belum.
7. Apakah sistem komputer yang ada sekarang cukup memadai untuk mengelola
EBA
a. Sudah.
b. Belum.
8. Jika jawaban nomor 7 Belum, apa rencana Saudara untuk mempersiapkannya
a. Memasang sistem baru.
b. Meng-up grade sistem yang lama
9. Permasalahan hukum apa yang dilihat sebagai kendala jika aset keuangan EBA
yang disimpan dan diadministrasikan berbentuk tagihan Kredit Kepemilikan
Rumah.
a. Prosedur hukum pengalihan kepemilikan aset dari Originator kepada KIK EBA.
b. Bila terjadi kredit macet penyelesaian barang jaminan harus terlebih dahulu
melalui proses peradilan perdata.
c. Proses Eksekusi aset jika terjadi kredit macet memakan waktu lama.
d. Lainnya, sebutkan, ___________________________________________
10. Jika Ikatan Akuntansi Indonesia atau Bapepam belum menetapkan suatu standar
akuntansi untuk sekuritasi aset, standar akuntansi manakah yang akan dipakai
untuk membukukan aset keuangan EBA.
a. Standar akuntansi untuk sekuritisasi aset yang berlaku secara internasional.
b. Standar akuntansi untuk sekuritisasi aset yang berlaku di negara tertentu.
c. Standar akuntansi keuangan yang telah ada yang mempunyai kemiripan
dengan pembukan sekuritasi aset.
d. Lainnya, sebutkan, ____________________________________________

3
Terimakasih atas kerjasama dan waktu yang telah disediakan dalam pengisian
questionnaire tentang Efek Beragun Aset. Apabila ada tanggapan dan masukan
tentang hal yang belum tercakup dalam questionnaire ini, dapat ditulis di halaman ini
dan akan digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

Responden, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset,

Nama: …………………………………………………. Sujanto


Perusahaan: …………………………………………. Ketua
Jabatan: ……………………………………………….

4
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TIM STUDI PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET
Gedung Baru Departemen Keuangan RI Lantai 3-8 Telepon: 3858001
Jalan Dr. Wahidin Raya no. 1 Faksimili: 3857917
Jakarta 10710 E-mail: bapepam@bapepam.go.id

Survey ini merupakan bagian dari Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal
Indonesia yang dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset. Efek Beragun Aset
(di Indonesia) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future
receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek
bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit
Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain
yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut. Tujuan Studi ini adalah mempelajari model,
praktek dan ketentuan Efek Beragun Aset, serta hal-hal yang berkaitan dengan penerbitan
dan perdagangannya di Pasar Modal Indonesia.

Efek Beragun Aset dapat menjadi alternatif sarana/sumber pendanaan bagi dunia usaha,
disamping (kemungkinan) perbaikan struktur kondisi keuangan suatu perusahaan.
Sedangkan bagi investor, Efek Beragun Aset menjadi aternatif investasi dengan agunan
suatu (kumpulan) aset keuangan.

Bapepam mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset
sejak tahun 1997, bahkan sebagian peraturan telah direvisi. Walaupun beberapa perusahaan
Indonesia telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya, namun belum ada yang
disekuritisasi di pasar modal Indonesia dengan menerbitkan Efek Beragun Aset. Demi
pengembangan pasar modal Indonesia, kami mohon bantuan dan kerjasamanya untuk
mengisi dan mengembalikan Questionnaire ini yang dapat melalui pos atau kurir kepada:

Sujanto selaku Ketua Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset


d/a Gedung Baru Lt. 6
Jl. Dr. Wachidin Raya No. 1, Jakarta 10710
Telepon: (021) 385-8001, Ext. 6431
E-mail: sujanto@bapepam.go.id

Jawaban maupun tanggapan atas Questionnaire ini bersifat rahasia dan hanya untuk
kepentingan studi. Apabila terdapat keragu-raguan yang berkaitan dengan Questionnaire ini,
dapat menghubungi:
- Sujanto, telepon: (021) 385-8001 ext. 6431
- Denny Agung Pribadi, telepon: (021) 385-8001 ext. 6442
- Akmal Sukrizal, telepon: (021) 385-8001 ext. 5311

1
QUESTIONNAIRE UNTUK PROFESI KONSULTAN HUKUM

Mohon Kembalikan Questionnaire Yang Telah Diisi Dengan Lengkap


Sepekan Setelah Diterimanya Kuesioner Ini
Ke Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset
Badan Pengawas Pasar Modal

1. Apakah Saudara/Kantor Saudara mengetahui tentang Efek Beragun Aset (EBA)


di Indonesia?

a. Sudah

b. Belum

2. Apakah Kantor Saudara mempunyai pengetahuan yang cukup untuk


memberikan pendapat hukum tentang Efek Beragun Aset (EBA) yang akan di
terbitkan di Indonesia?

a. Sudah

b. Belum

3. Jika di minta oleh Manajer Investasi Apakah Saudara siap melakukan


penelahaan terhadap Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA)?

a. Sudah

b. Belum

4. Apakah Kantor Saudara mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) yang


memadai untuk melakukan pemeriksaan dan pendapat hukum terhadap Efek
Beragun Aset?

a. Sudah

b. Belum

5. Jika belum apakah saudara punya rencana untuk mengirim/mengikut sertakan


staf saudara dalam pelatihan tentang EBA?

a. Ya

b. Tidak

6. Jika ya kemanakah saudara akan mengirim SDM kantor saudara?

2
a. latihan Luar negeri

b. Latihan Dalam Negeri

c. Lainnya (sebutkan) ……………………………………………………………………………

7. Menurut Saudara apakah peraturan Bapepam yang ada sekarang sudah


memadai sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan dan pendapat hukum?

a. Sudah

b. Belum

8. Apakah kantor Saudara pernah memberikan pendapat hukum sebelumnya


mengenai Efek Beragun Aset (EBA)?

a. Pernah

b. Belum

9. Apakah Saudara pernah melakukan pemeriksaan dan pendapat hukum.


Terhadap instrument pasar modal sebelumnya?

a. Sudah

b. Belum

10. Jika jawaban nomor 9 adalah a (sudah), instrument apa saja yang pernah
diberikan pemeriksaan dan pendapat hukum?

a. saham

b. Obligasi,

c. Reksa Dana

d. Lainnya (sebutkan) ……………………………………………………………………………

11. Berapa lama jangka waktu yang di perlukan apabila Kantor Saudara melakukan
pemeriksaan dan pendapat hukum terhadap KIK-EBA?

a. kurang dari 1 bulan

b. 1 s/d 2 bulan

c. lebih dari 2 bulan

3
12. Kendala apa yang mungkin dihadapi oleh kantor Saudara sehubungan dengan
pemeriksaan dan pendapat hukum terhadap KIK-EBA ini?

a. Kesiapan sumber daya manusia

b. Kesiapan peraturan

c. Ketentuan tentang pemeriksaan dan pendapat hukum.

4
Terimakasih atas kerjasama dan waktu yang telah disediakan dalam pengisian
questionnaire tentang Efek Beragun Aset. Apabila ada tanggapan dan masukan
tentang hal yang belum tercakup dalam questionnaire ini, dapat ditulis di halaman ini
dan akan digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

Responden, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset,

Nama: …………………………………………………. Sujanto


Kantor: ………………………………………………… Ketua
Jabatan: ……………………………………………….

5
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TIM STUDI PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET
Gedung Baru Departemen Keuangan RI Lantai 3-8 Telepon: 3858001
Jalan Dr. Wahidin Raya no. 1 Faksimili: 3857917
Jakarta 10710 E-mail: bapepam@bapepam.go.id

Survey ini merupakan bagian dari Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal
Indonesia yang dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset. Efek Beragun Aset
(di Indonesia) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future
receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek
bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit
Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain
yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut. Tujuan Studi ini adalah mempelajari model,
praktek dan ketentuan Efek Beragun Aset, serta hal-hal yang berkaitan dengan penerbitan
dan perdagangannya di Pasar Modal Indonesia.

Efek Beragun Aset dapat menjadi alternatif sarana/sumber pendanaan bagi dunia usaha,
disamping (kemungkinan) perbaikan struktur kondisi keuangan suatu perusahaan.
Sedangkan bagi investor, Efek Beragun Aset menjadi aternatif investasi dengan agunan
suatu (kumpulan) aset keuangan.

Bapepam mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset
sejak tahun 1997, bahkan sebagian peraturan telah direvisi. Walaupun beberapa perusahaan
Indonesia telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya, namun belum ada yang
disekuritisasi di pasar modal Indonesia dengan menerbitkan Efek Beragun Aset. Demi
pengembangan pasar modal Indonesia, kami mohon bantuan dan kerjasamanya untuk
mengisi dan mengembalikan Questionnaire ini yang dapat melalui pos atau kurir kepada:

Sujanto selaku Ketua Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset


d/a Gedung Baru Lt. 6
Jl. Dr. Wachidin Raya No. 1, Jakarta 10710
Telepon: (021) 385-8001, Ext. 6431
E-mail: sujanto@bapepam.go.id

Jawaban maupun tanggapan atas Questionnaire ini bersifat rahasia dan hanya untuk
kepentingan studi. Apabila terdapat keragu-raguan yang berkaitan dengan Questionnaire ini,
dapat menghubungi:
- Sujanto, telepon: (021) 385-8001 ext. 6431
- Denny Agung Pribadi, telepon: (021) 385-8001 ext. 6442
- Akmal Sukrizal, telepon: (021) 385-8001 ext. 5311

1
QUESTIONNAIRE UNTUK MANAJER INVESTASI

Mohon Kembalikan Questionnaire Yang Telah Diisi Dengan Lengkap


Sepekan Setelah Diterimanya Kuesioner Ini
Ke Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset
Badan Pengawas Pasar Modal

1 Apakah perusahaan Saudara mempunyai rencana untuk menerbitkan Efek


Beragun Aset (EBA) dalam waktu dekat.
a. Ya
b. Tidak.
2 Kendala apa yang paling utama yang dihadapi dalam rencana pengelolaan EBA.
(jika jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai prioritas)

□ Perangkat peraturan belum memadai.

□ Peraturan Perpajakan EBA tidak kondusif.

□ Standar akuntansi sekuritisasi aset belum memadai.

□ SDM belum siap.

□ Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) tidak memenuhi persyaratan.

3 Apakah Wakil Manajer Investasi (WMI) yang ada di perusahaan Saudara telah
mempunyai pengetahuan memadai tentang teknis pengelolaan EBA.
a. Belum
b. Sudah
4 Jika perusahan Saudara mempunyai rencana untuk mengelola EBA apakah
perusahaan akan memberikan pelatihan tentang pengelolaan EBA kepada para
WMI.
a. Ya
b Tidak

5 Jika jawaban nomor 4 Ya, Pihak mana yang memberikan pelatihan pengelolaan
EBA kepada WMI (jika jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai prioritas)

□ Tenaga ahli dari dalam perusahaan sendiri.

□ Tenaga ahli dari pihak afiliasi di luar negeri

□ Lembaga pelatihan keuangan dalam negeri

□ Lembaga pelatihan keuangan luar negeri.

□ Lainnya sebutkan ________________________________________________

2
6 Berkaitan dengan rencana pengelolaa EBA apakah perusahaan Saudara sudah
memenuhi Modal Kerja Bersih Disesuaikanakan meminta bantuan teknis kepada
Manajer Investasi Asing yang telah punya pengalaman dalam mengelola EBA.
a. Ya
b. Ya dengan afiliasi sendiri
c. Tidak
7 Berkaitan dengan rencana pengelolaan EBA apakah perusahaan Sauadara sudah
memenuhi MKBD sebesar Rp. 25 milyar sesuai peraturan Bapepam.
a. Ya.
b. Tidak
8 Jika MKBD Saudara tidak memenuhi persyaratan, langkah-langkah apa yang akan
dilakukan untuk memenuhi persyaratan tersebut.
a. Penambahan Modal.
b. Pinjaman Subordinasi
c. Tidak ada rencana
d. Lainnya sebutkan ________________________________________________
9. Berkaitan dengan rencana pengelolaan EBA apakah perusahaan Saudara pernah
melakukan survey tentang minat investor terhadap EBA.
a. Ya.
b. Tidak
10. Investor yang paling potensial menyerap EBA. (jika jawaban lebih dari satu, beri
nomor urut sesuai prioritas)

□ Dana Pensiun

□ Asuransi

□ Reksa Dana

□ Retail

□ Lainnya sebutkan ________________________________________________

11 Jenis Piutang yang paling memungkinkan untuk dikelola dalam bentuk EBA dalam
waktu dekat. (jika jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai prioritas)

□ Tagihan Kredit Pemilikan Rumah.

□ Tagihan kartu kredit

□ Tagihan Kredit Pemilikan Kendaraan.

□ Tagihan Sewa Guna Usaha.

□ Lainnya sebutkan ________________________________________________

12 Originator yang paling potensial dan siap menjual piutangnya. (jika jawaban lebih
dari satu, beri nomor urut sesuai prioritas)

3
□ Perbankan.

□ Lembaga Pembiayaan Pemilikan Kendaraan Bermotor.

□ BPPN.

□ Perusahaan Leasing.

□ Lainnya sebutkan ________________________________________________

13 Lembaga mana yang paling potensial memberikan sarana peningkatan kredit


(credit enhancement) untuk aset keuangan EBA.
a. Internal (subordinasi, penjaminan berlebih, yield spread, turboing, kelebihan
spread, dana cadangan).
b. Eksternal (surety bond, pihak ketiga, letter of credit, cash colllateral account,
collateral invested amount)
14. Pihak mana yang paling diharapkan untuk memasarkan produk EBA yang akan
dikelola.
a. Manajer Investasi sendiri
b. Penjamin Emisi Efek
c. Lainnya sebutkan ________________________________________________
15 Hal apa yang menjadi pertimbangan utama oleh Manajer Investasi dalam memilih
originator (jika jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai prioritas)

□ Adanya jaminan bahwa Originator sanggup untuk membeli kembali aset


keuangan jika kondisi yang diperjanjikan dalam kontrak terjadi.

□ Sanggup bertindak sebagai Serviser

□ Bisa memberikan Sarana Peningkatan Kredit

□ Sanggup untuk membuka dokumen dan data nasabah kepada pihak-pihak


terkait seperti MI, lembaga pemeringkat, Bank Kustodian.
16 Permasalahan hukum apa yang anda lihat sebagai kendala jika aset yang akan
dikelola dalam bentuk EBA adalah tagihan Kredit Kepemilikan Rumah.

□ Prosedur hukum pengalihan kepemilikan aset dari Originator kepada KIK EBA.

□ Bila terjadi kredit macet penyelesaian barang jaminan harus terlebih dahulu
melalui proses peradilan perdata.

□ Proses Eksekusi aset jika terjadi kredit macet memakan waktu lama.

□ Lainnya sebutkan ____________________________________________

4
Terimakasih atas kerjasama dan waktu yang telah disediakan dalam pengisian
questionnaire tentang Efek Beragun Aset. Apabila ada tanggapan dan masukan
tentang hal yang belum tercakup dalam questionnaire ini, dapat ditulis di halaman ini
dan akan digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

Responden, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset,

Nama: …………………………………………………. Sujanto


Perusahaan: …………………………………………. Ketua
Jabatan: ……………………………………………….

5
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TIM STUDI PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET
Gedung Baru Departemen Keuangan RI Lantai 3-8 Telepon: 3858001
Jalan Dr. Wahidin Raya no. 1 Faksimili: 3857917
Jakarta 10710 E-mail: bapepam@bapepam.go.id

Survey ini merupakan bagian dari Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal
Indonesia yang dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset. Efek Beragun Aset
(di Indonesia) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future
receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek
bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit
Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain
yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut. Tujuan Studi ini adalah mempelajari model,
praktek dan ketentuan Efek Beragun Aset, serta hal-hal yang berkaitan dengan penerbitan
dan perdagangannya di Pasar Modal Indonesia.

Efek Beragun Aset dapat menjadi alternatif sarana/sumber pendanaan bagi dunia usaha,
disamping (kemungkinan) perbaikan struktur kondisi keuangan suatu perusahaan.
Sedangkan bagi investor, Efek Beragun Aset menjadi aternatif investasi dengan agunan
suatu (kumpulan) aset keuangan.

Bapepam mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset
sejak tahun 1997, bahkan sebagian peraturan telah direvisi. Walaupun beberapa perusahaan
Indonesia telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya, namun belum ada yang
disekuritisasi di pasar modal Indonesia dengan menerbitkan Efek Beragun Aset. Demi
pengembangan pasar modal Indonesia, kami mohon bantuan dan kerjasamanya untuk
mengisi dan mengembalikan Questionnaire ini yang dapat melalui pos atau kurir kepada:

Sujanto selaku Ketua Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset


d/a Gedung Baru Lt. 6
Jl. Dr. Wachidin Raya No. 1, Jakarta 10710
Telepon: (021) 385-8001, Ext. 6431
E-mail: sujanto@bapepam.go.id

Jawaban maupun tanggapan atas Questionnaire ini bersifat rahasia dan hanya untuk
kepentingan studi. Apabila terdapat keragu-raguan yang berkaitan dengan Questionnaire ini,
dapat menghubungi:
- Sujanto, telepon: (021) 385-8001 ext. 6431
- Denny Agung Pribadi, telepon: (021) 385-8001 ext. 6442
- Akmal Sukrizal, telepon: (021) 385-8001 ext. 5311

1
QUESTIONNAIRE UNTUK ORIGINATOR

Mohon Kembalikan Questionnaire Yang Telah Diisi Dengan Lengkap


Sepekan Setelah Diterimanya Kuesioner Ini
Ke Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset
Badan Pengawas Pasar Modal

1. Apakah Saudara telah memahami tentang EBA.


a. Sudah
b. Belum
2. Berapa besar jumlah Kredit Pemilikan Rumah yang telah disalurkan kepada
nasabah (jika ada)
a. Sampai dengan 100 milyar
b. diatas 100 milyar s/d 500 milyar rupiah
c. diatas 500 milyar sampai 1 triliun
d. diatas 1 triliun
3. Berapa besar jumlah kredit yang diberikan kepada pemegang kartu kredit (jika
ada).
a. 10 s/d 50 milyar rupiah
b. diatas 50 milyar s/d 100 milyar rupiah
c. diatas 100 milyar sampai 500 milyar
d. diatas 500 milyar
4. Berapa besar jumlah Kredit Pemilikan Kendaraan yang telah disalurkan kepada
nasabah (jika ada).
a. Sampai dengan 100 milyar
b. diatas 100 milyar s/d 500 milyar rupiah
c. diatas 500 milyar sampai 1 triliun
d. diatas 1 triliun
5. Apakah Perusahaan Saudara mempunyai rencana untuk menjual aset tagihannya
kepada Manajer Investasi untuk dikelola sebagai produk EBA.
a. Ya
b. Tidak
6. Berapa besar aset keuangan berupa tagihan Kredit Pemilikan Rumah yang siap
dialihkan kepada Manajer Investasi untuk dikelola dalam EBA
a. 10 s/d 50 milyar rupiah
b. diatas 50 milyar s/d 100 milyar rupiah
c. diatas 100 milyar sampai 500 milyar
d. diatas 500 milyar
7. Berapa besar tagihan kartu kredit yang siap dialihkan kepada Manajer Investasi
untuk dikelola dalam EBA
a. 10 s/d 50 milyar rupiah
b. diatas 50 milyar s/d 100 milyar rupiah
c. diatas 100 milyar sampai 500 milyar

2
d. diatas 500 milyar
8. Berapa besar tagihan Kredit Pemilikan Kendaraan yang siap dialihkan kepada
Manajer Investasi untuk dikelola dalam EBA
a. 10 s/d 50 milyar rupiah
b. diatas 50 milyar s/d 100 milyar rupiah
c. diatas 100 milyar sampai 500 milyar
d. diatas 500 milyar
9. Keuntungan apa yang paling diharapkan dari penjualan aset kredit.
a. Mendapatkan likuiditas lebih awal.
b. Penyebaran risiko kredit
c. Dapat mengurangi cadangan wajib minimum
d. Mengurangi durasi aset
e. Lainnya, sebutkan ____________________________________________
10. Kendala apa yang paling utama yang Saudara hadapi untuk menjual aset
keuangan kepada Manajer Investasi untuk dikelola dalam bentuk EBA. ( jika
jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai tingkat kendalanya)

□ Adanya keharusan untuk membuka dokumen nasabah kepada pihak lain.

□ Kekuatiran dokumen nasabah bisa disalahgunakan pihak lain

□ Lainnya, sebutkan ___________________________________________

11. Bagaimana kriteria aset keuangan Kredit Pemilikan Rumah yang siap dijual
kepada pengelola EBA
a. Kredit lancar
b. Gabungan kredit macet dan kredit lancar
c. Lainnya, sebutkan ____________________________________________
12. Bagaimana kriteria aset keuangan Kredit Pemilikan Kendaraan yang siap dijual
kepada pengelola EBA
b. Kredit lancar
c. Gabungan kredit macet dan kredit lancar
d. Lainnya, sebutkan ____________________________________________
13. Bagaimana kriteria aset keuangan berupa tagihan kartu kredit yang siap dijual
kepada pengelola EBA
a. Kredit lancar
b. Gabungan kredit macet dan kredit lancar
c. Lainnya, sebutkan ____________________________________________

3
Terimakasih atas kerjasama dan waktu yang telah disediakan dalam pengisian
questionnaire tentang Efek Beragun Aset. Apabila ada tanggapan dan masukan
tentang hal yang belum tercakup dalam questionnaire ini, dapat ditulis di halaman ini
dan akan digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

Responden, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset,

Nama: …………………………………………………. Sujanto


Perusahaan: …………………………………………. Ketua
Jabatan: ……………………………………………….

4
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TIM STUDI PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET
Gedung Baru Departemen Keuangan RI Lantai 3-8 Telepon: 3858001
Jalan Dr. Wahidin Raya no. 1 Faksimili: 3857917
Jakarta 10710 E-mail: bapepam@bapepam.go.id

Survey ini merupakan bagian dari Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal
Indonesia yang dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset. Efek Beragun Aset
(di Indonesia) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future
receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek
bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit (Credit
Enhancement)/Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain
yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut. Tujuan Studi ini adalah mempelajari model,
praktek dan ketentuan Efek Beragun Aset, serta hal-hal yang berkaitan dengan penerbitan
dan perdagangannya di Pasar Modal Indonesia.

Efek Beragun Aset dapat menjadi alternatif sarana/sumber pendanaan bagi dunia usaha,
disamping (kemungkinan) perbaikan struktur kondisi keuangan suatu perusahaan.
Sedangkan bagi investor, Efek Beragun Aset menjadi aternatif investasi dengan agunan
suatu (kumpulan) aset keuangan.

Bapepam mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset
sejak tahun 1997, bahkan sebagian peraturan telah direvisi. Walaupun beberapa perusahaan
Indonesia telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya, namun belum ada yang
disekuritisasi di pasar modal Indonesia dengan menerbitkan Efek Beragun Aset. Demi
pengembangan pasar modal Indonesia, kami mohon bantuan dan kerjasamanya untuk
mengisi dan mengembalikan Questionnaire ini yang dapat melalui pos atau kurir kepada:

Sujanto selaku Ketua Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset


d/a Gedung Baru Lt. 6
Jl. Dr. Wachidin Raya No. 1, Jakarta 10710
Telepon: (021) 385-8001, Ext. 6431
E-mail: sujanto@bapepam.go.id

Jawaban maupun tanggapan atas Questionnaire ini bersifat rahasia dan hanya untuk
kepentingan studi. Apabila terdapat keragu-raguan yang berkaitan dengan Questionnaire ini,
dapat menghubungi:
- Sujanto, telepon: (021) 385-8001 ext. 6431
- Denny Agung Pribadi, telepon: (021) 385-8001 ext. 6442
- Akmal Sukrizal, telepon: (021) 385-8001 ext. 5311

1
QUESTIONNAIRE UNTUK PEMERINGKAT EFEK

Mohon Kembalikan Questionnaire Yang Telah Diisi Dengan Lengkap


Sepekan Setelah Diterimanya Kuesioner Ini
Ke Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset
Badan Pengawas Pasar Modal

1. Bagaimana pengetahuan Saudara/i tentang Efek Beragun Aset (Assets Backed


Securities):

a. Sangat familiar c. Pernah mendengar

b. Mengerti d. Tidak tahu sama sekali

2. Apakah Saudara/i mengetahui syarat-syarat penerbitan Efek Beragun Aset di


Indonesia:

a. Sudah c. Ragu-ragu

b. Sebagian d. Belum tahu

3. Apakah Saudara/i mengetahui prosedur pemeringkatan Efek Beragun Aset:

a. Ya c. Belum tahu

b. Ragu-ragu

4. Apakah Saudara/i mempunyai pengalaman melakukan pemeringkatan Efek


Beragun Aset:

a. Sudah

b. Belum pernah

c. Sedang melakukan terhadap, ………………………………………………………………

5. Apakah perusahaan, tempat Saudara/i bekerja, sudah mempersiapkan prosedur


pemeringkatan Efek Beragun Aset yang sesuai dengan standar yang berlaku
umum?

a. Sudah siap

b. Bisa dibuat segera dengan mengacu pada prosedur pemeringkatan lain

c. Belum ada

2
6. Faktor fundamental apa yang akan mempengaruhi hasil pemeringkatan Efek
Beragun Aset? (jika jawaban lebih dari satu, beri nomor urut sesuai prioritas)

Struktur pembagian kelas-kelas

Resiko kredit & pasar

Credit enhancement

Lainnya (sebutkan) …………………………………………………………………………….

7. Bagaimana pendapat Saudara/i tentang porsi pembagian kelas-kelas dalam


Efek Beragun Aset?

a. Sebaiknya ada pedoman yang mengatur

b. Dibiarkan saja sesuai dengan kemauan Manajer Investasi

c. Lainnya (sebutkan) …………………………………………………………………………….

8. Berapa jangka waktu ideal (hingga jatuh tempo) untuk Efek Beragun Aset?

a. 2 tahun – 3 tahun c. Lebih dari 4 tahun

b. 3 tahun – 4 tahun d. lainnya (sebutkan) ………………………..

9. Apakah menurut Saudara/i Bapepam perlu mengatur prosedur pemeringkatan


Efek Beragun Aset?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah dalam pemeringkatan Efek Beragun Aset dapat dilakukan secara
independen sehingga benar-benar akan mencerminkan kondisi peringkat Efek
Beragun Aset tanpa ada pengaturan tentang prosedur oleh suatu institusi
terkait?

a. Ya

b. Tidak

11. Berapa lama jangka waktu yang diperlukan dalam proses pemeringkatan Efek
Beragun Aset?

a. Kurang dari 1 bulan

3
b. 1 bulan - 2 bulan

d. Lebih dari 2 bulan

e. Tidak tahu

12. Kendala apa yang mungkin dihadapi oleh Perusahaan Pemeringkat sehubungan
dengan proses pemeringkatan Efek Beragun Aset? (jika jawaban lebih dari satu,
beri nomor urut sesuai prioritas)

Kesiapan sumber daya manusia

Keabsahan dan kelengkapan dokumen yang dibutuhkan

Jangka waktu pelaksanaan pemeringkatan

Lainnya (sebutkan) ……………………………………………………………………………

13. Bagaimana Saudara/i menyakini tentang keabsahan dokumen berkaitan dengan


proses pemeringkatan Efek Beragun Aset:

a. Konfirmasi dari profesi terkait lainnya

b. Konfirmasi langsung dari debitur dengan metode langsung

c. Pemeringkat tidak bertanggung jawab sama sekali atas keabsahan


dokumen yang berkaitan dengan proses pemeringkatan Efek Beragun Aset

e. Lainnya (sebutkan) ……………………………………………………………………………

14. Berdasarkan pengetahuan Saudara/i, apakah kendala utama yang menjadi


faktor penghambat penerbitan Efek Beragun Aset? (jika jawaban lebih dari
satu, beri nomor urut sesuai prioritas)

Perangkat peraturan terkait belum memadai

Ketentuan peraturan perpajakan tidak kondusif

Standar Akuntansinya belum memadai

Kesiapan Manajer Investasi yang akan menjadi pengelola Efek Beragun


Aset diragukan

Lainnya (sebutkan) ……………………………………………………………………………

4
15. Bagaimana pendapat Saudara/i tentang peraturan Bapepam yang berkaitan
dengan penerbitan Efek Beragun Aset?

a. Sudah memadai

b. Perlu ada tambahan peraturan baru

c. Perlu ada perubahan terhadap peraturan yang sudah ada

d. Tidak tahu

16. Menurut pendapat Saudara/i, resiko apa yang paling mungkin terjadi dalam
penerbitan Efek Beragun Aset?

a. Kelengkapan dan validitas data pendukung

b. Kecukupan prosedur untuk mendeteksi kesalahan/penyimpangan

c. Tuntutan para pemegang Efek Beragun Aset

d. Tidak tahu

e. Resiko lainnya, (sebutkan) …………………………………………………………………

5
Terimakasih atas kerjasama dan waktu yang telah disediakan dalam pengisian
questionnaire tentang Efek Beragun Aset. Apabila ada tanggapan dan masukan
tentang hal yang belum tercakup dalam questionnaire ini, dapat ditulis di halaman ini
dan akan digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut.

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

Responden, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset,

Nama: …………………………………………………. Sujanto


Perusahaan: …………………………………………. Ketua
Jabatan: ……………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai